OLEH KELOMPOK 3
MARET 2024
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala berkat dan
karunia-Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini tanpa suatu hambatan yang berarti.
Tak lupa juga kami ucapkan terimakasih kepada dosen pengampu, Ibu Khodijah
Tussolihin Dalimunthe, SKM., M.Kes atas arahan dan motivasinya dalam penyusunan
makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah yang kami susun masih jauh dari kata
sempurna.Oleh karena itu,kami menantikan kritik dan saran yang membangun demi
kesempurnaan makalah ini kelak.
Semoga makalah ini dapat membawa manfaat khususnya bagi penyusun dan pembaca
makalah ini. Sekian,terimakasih.
PENULIS
KELOMPOK 3
2
DAFTAR ISI
COVER.........................................................................................................
KATA PENGANTAR..................................................................................
DAFTAR ISI.................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................
1. LATAR BELAKANG.............................................................................
2. RUMUSAN MASALAH.........................................................................
3. TUJUAN PENULISAN MAKALAH......................................................
BAB II PEMBAHASAN..............................................................................
1. INTELIGENSI.........................................................................................
2. MULTIKECERDASAN..........................................................................
3. MINAT.....................................................................................................
4. BAKAT....................................................................................................
5. GAYA BELAJAR....................................................................................
6. GAYA BERPIKIR...................................................................................
7. KETERAMPILAN BELAJAR................................................................
8. PERBEDAAN GENDER.........................................................................
9. PERBEDAAN AGAMA..........................................................................
10. PERBEDAAN KULTUR.........................................................................
1. KESIMPULAN........................................................................................
2. SARAN....................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................
3
BAB I
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Belajar merupakan salah satu pilar penting dalam kehidupan manusia. Melalui
pendidikan dan belajar, individu dapat mengembangkan potensi diri dan mencapai
tujuan hidupnya. Namun, proses belajar tidak selalu berjalan sama untuk setiap
individu. Setiap individu memiliki karakteristik unik, seperti gaya belajar,
kecepatan belajar, minat, dan bakat yang berbeda. Perbedaan ini dapat
memengaruhi cara individu dalam menyerap informasi dan mencapai hasil belajar.
Memahami perbedaan individu dalam belajar menjadi kunci penting bagi para
pendidik untuk menciptakan proses belajar yang efektif dan optimal bagi setiap
siswa.
2. RUMUSAN MASALAH
Bagaimana perbedaan gaya belajar, kecepatan belajar, minat, dan bakat
memengaruhi cara siswa dalam menyerap informasi dan mencapai hasil belajar?
Bagaimana cara mengidentifikasi dan menilai potensi belajar siswa yang berbeda-
beda?
Bagaimana peran guru dalam menerapkan strategi pembelajaran yang sesuai
dengan perbedaan individu?
Bagaimana peran orang tua dan lingkungan dalam mendukung proses belajar
siswa dengan perbedaan individu?
4
Memberikan rekomendasi bagi para pendidik dalam menerapkan pembelajaran
yang sesuai dengan potensi dan kebutuhan setiap siswa.
5
BAB II
PEMBAHASAN
1. INTELEGENSI
A. PENGERTIAN INTELEGENSI
Intelegensi berasal dari bahasa Inggris, yaitu intelligence yang berawal pula dari
bahasa Latin, yaitu intellectus dan intellegere atau intelligentia. Menurut beberapa
sumber disebutkan bahwa Charles Darwin merupakan tokoh yang memperkenalkan
teori intelegensi. Akan tetapi, beberapa sumber lain menyebutkan bahwa Spearman
dan Wynn Jones Pol yang pertama kali mengemukakan teori intelegensi pada tahun
1951.
Spearman dan Wynn menjelaskan bahwa ada konsep lama tentang suatu kekuatan
atau power yang dapat melengkapi akal dan pikiran manusia yang tunggal dengan
pengetahuan sejati.
Kekuatan yang disebutkan oleh Spearman dan Wynn disebut sebagai nous dalam
bahasa Yunani dan pengguna dari kekuatan tersebut disebut dengan nama noeseis.
Menurut bahasa Yunani, intelegensi dapat diartikan sebagai perilaku atau aktivitas
yang menjadi wujud dari daya maupun potensi ketika memahami sesuatu.
Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), intelegensi ialah
daya reaksi atau disebut pula sebagai penyesuaian yang tepat serta cepat, baik itu
dalam fisik maupun mental pada pengalaman yang baru, dan membuat pengalaman
serta pengetahuan yang telah dimiliki oleh seseorang siap untuk digunakan jika
dihadapkan pada suatu fakta atau kondisi yang baru, dan bisa pula dikatakan sebagai
kecerdasan.
B. BENTUK-BENTUK INTELEGENSI
Intelegensi akademik: Kemampuan untuk belajar dan memahami
informasi yang abstrak dan kompleks.
Intelegensi kreatif: Kemampuan untuk menghasilkan ide-ide baru dan
inovatif.
6
Intelegensi sosial: Kemampuan untuk memahami dan berinteraksi dengan
orang lain.
Intelegensi emosional: Kemampuan untuk memahami dan mengelola
emosi diri sendiri dan orang lain.
7
Kematangan seseorang
Faktor keempat yang memengaruhi intelegensi individu adalah
pertumbuhan atau kematangannya. Hal ini dikarenakan kecerdasan atau
intelegensi yang dimiliki oleh seseorang memiliki sifat tidak statis atau
tidak tetap. Kecerdasan yang dimiliki oleh seseorang mampu tumbuh serta
berkembang. Seseorang mampu memiliki kecerdasan yang meningkat
sejalan dengan pertumbuhan serta perkembangannya dan sebagian besar
dipengaruhi oleh usia individu tersebut serta keterampilan dan
perkembangan fisik
8
Potensi intelegensi yang keenam ini memiliki definisi sebagai kecerdasan
yang memiliki fokus pada pengetahuan diri, serta memiliki hubungan dengan
refleksi, kesadaran serta kontrol emosi, intuisi, serta kesadaran rohani.
7. Intelegensi interpersonal
Seseorang yang memiliki tingkat intelegensi interpersonal yang cukup tinggi,
umumnya mampu membaca suasana hati, sifat motivasi, hingga tujuan yang
dimiliki oleh orang lain.
8. Intelegensi emosional
Jika seseorang cenderung memiliki intelegensi emosional yang dominan,
maka ia memiliki kemampuan mental untuk membantu orang lain mengenali
serta memahami perasaan orang tersebut dan menuntun orang lain untuk
memiliki kemampuan untuk mengatur perasaan yang ia miliki
9. Kecerdasan intelektual atau IQ
Kecerdasan intelektual atau IQ merupakan kemampuan seseorang untuk
beradaptasi dengan lingkungan serta kemampuan untuk belajar serta berpikir
dengan abstrak.
10. Intelegensi kreatif atau menciptakan dan intelegensi eksekutif atau meniru
Intelegensi kreatif adalah suatu kemampuan yang dimiliki oleh seseorang
untuk menciptakan tujuan yang baru serta kemampuan dalam mencari alat
yang cocok untuk mencapai tujuan yang telah ia tetapkan
2. MULTIKECERDASAN
A. PENGERTIAN
Multikecerdasan atau Multiple Intelligences atau kecerdasan majemuk adalah teori
yang diperkenalkan pertama kali pada tahun 1983 oleh Howard Gardner, psikolog serta
professor Universitas Harvard. Berdasarkan berbagai penelitian yang telah dilakukannya,
kecerdasan manusia tidak hanya dilihat dari IQ saja.
9
Kecerdasan linguistik adalah jenis kecerdasan yang berhubungan dengan
bahasa. Anak dengan kecerdasan linguisitk cenderung suka menulis,
membaca, dapat menjelaskan dengan baik, sering melontarkan humor, dan
jago berpidato serta debat. Multiple intelligences jenis ini dapat dirangsang
dengan membacakan dogeng pada anak, sering megajarkan kata baru,
meminta anak bercerita mengenai kegiatan di sekolah, dan menulis buku
harian.
KECERDASAN SPASIAL (VISUAL)
Orang dengan kecerdasan spasial adalah tipe orang yang lebih menyukai
berimajinasi dengan gambar, desain, tekstur, pola, dan bentuk. Mereka
yang tumbuh dengan kecerdasan spasial biasanya dapat mengingat dengan
baik.
KINESTETIK (JASMANI)
Kecerdasan jenis ini cenderung lebih melibatkan fisik, seperti koordinasi
anggota tubuh. Orang dengan kecerdasan kinestetik akan merasa sulit
duduk diam dalam waktu yang lama, karena hal tersebut akan
membuatnnya cepat bosan
LOGIS (MATEMATIS)
Mereka yang memiliki kecerdasan logis biasanya memiliki kemampuan
nalar yang tinggi. Serta memiliki kemampuan menganalisis masalah
dengan logis. Berpikir konseptual mengenai pola, angka, dan hubungan
adalah ciri-ciri orang yang memiliki kecerdasan logis. Selain itu, mereka
yang memiliki kecerdasan logis biasanya senang melakukan eksperimen
ilmiah.
INTERPERSONAL
Kecerdasan interpersonal merupakan kecerdasan sosial. Mereka yang
memiliki kecerdasan ini biasanya memiliki keterampilan sosial yang baik,
dapat bekerja dalam tim, memiliki hubungan yang baik dengan orang lain,
punya banyak teman, dapat menunjukkan empati, dan sensitif dengan
perasaan dan ide orang lain.
INTRAPERSONAL
Kecerdasan intrapersonal adalah kemampuan seseorang untuk memahami
dirinya sendiri. Mulai dari kekuatan, motivasi, dan kelemahan. Mampu
10
mengenal diri membuat mereka lebih mudah dalam membuat rencana serta
keputusan.
MUSIKAL
Multiple intelligences jenis ini merupakan jenis kecerdasan yang
berhubungan dengan musik. Mereka yang memiliki kecerdasan musikal
biasanya dapat membuat lagu dan pandai dalam memainkan alat musik.
Bukan hanya itu, mereka juga dapat memahami melodi, suara, bahkan
ketukan menjadi sebuah musik.
NATURALISTIK
Jenis kecerdasan ini senang mempelajari makhluk hidup dan betah
berlama-lama di alam. Untuk mereka, mengenali kategori tanaman dan
hewan adalah hal yang menyenangkan dan mudah.
EKSISTENSIAL
Kecerdasan eksistensi cenderung dimiliki mereka yang memiliki
pemikiran yang dalam mengenai eksistensi manusia. Mereka kerap kali
mempertanyakan mengenai kehidupan dan kematian. Beberapa ahli
menghubungkan kecerdasan eksistensi dengan kecerdasan spiritual.
11
Pendidik dan orang tua perlu memahami profil kecerdasan setiap individu.
Hal ini dapat membantu mereka untuk mengembangkan bakat dan potensi
individu secara maksimal.
3. MINAT
A. Pengertian Minat
Minat adalah sumber motivasi yang mendorong orang untuk melakukan
sesuatu yang mereka inginkan bila mereka bebas memilih. Dan minat juga merupakan
suatu perangkat mental yang terdiri dari suatu campuran perasaan, harapan, pedirian,
prasangka dan rasa takut. Karena minat adalah suatu keadaan mental yang
menghasilkan respons yang tertarik pada situasi atau obyek.
B. Ciri-Ciri Minat
Dari beberapa pengertian minat, diketahui bahwa minat memiliki ciri-ciri dan
karakteristik tertentu yang akan membedakan dengan pengertian lain seperti motivasi
dan dorongan emosional lainnya. Menurut Crow & Crow (Hurlock, 1994: 215) ciri-
ciri minat antara lain:
1) Perhatian terhadap obyek yang diminati secara sadar dan spontan, wajar tanpa
paksaan. Faktor ini ditunjukkan dengan perilaku tidak goyah oleh orang lain
selama mencari barang yang disenangi.Artinya tidak mudah tebujuk untuk
berpindah ke selainnya.
2) Perasaan senang terhadap obyek yang menarik perhatian. Faktor ini
ditunjukkan dengan perasaan puas setelah mendapatkan barang yang
diinginkan.
3) Konsistensi terhadap obyek yang diminati selamaobyek tersebut efektif bagi
dirinya.
4) Pencarian obyek yang diminati, faktor ini ditunjukkan dengan perilaku tidak
putus asa untuk mengikuti model yang diinginkan.
5) Pengalaman yang didapat selama perkembangan individu dan bersifat bawaan,
yang dapat menjadi sebab atau akibat dari pengalaman yang lalu, individu
tertarik pada sesuatu yang diinginkan karena pengalaman yang dirasa
menguntungkan bagi dirinya.
12
C. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi minat belajar pada peserta didik
a. Faktor dalam diri siswa (Internal) Faktor dalam diri siswa (internal)
merupakan faktor yang mempengaruhi minat belajar peserta didik yang
berasal dari peserta didik sendiri. Faktor dari dalam diri siswa terdiri dari:
1. Aspek Jasmaniah Aspek jasmaniah mencakup kondisi fisik atau
kesehatan jasmani dari individu siswa. Kondisi fisik yang prima
sangat mendukung keberhasilan belajar dan dapat mempengaruhi
minat belajar.
2. Aspek Psikologis (kejiwaan) Aspek psikologis (kejiwaan) menurut
Sardiman (1992:44) faktor psikologis meliputi perhatian,
pengamatan, tanggapan, fantasi, ingatan, berfikir, bakat,dan
motif.Pada pembahasan berikut tidak semua faktor psikologis yang
dibahas, tetapi hanya sebagian saja yang sangat berhubungan dengan
minat belajar.
b. Faktor dari luar siswa (Eksternal) Faktor dari luar diri siswa meliputi:
1. Keluarga. Keluarga memiliki peran yang besar dalam menciptakan
minat belajar bagi anak. Seperti yang kita tahu, keluarga merupakan
lembaga pendidikan yang pertama bagi anak. Cara orang tua dalam
mengajar dapat mempengaruhi minat belajar anak. Orang tua harus
selalu siap sedia saat anak membutuhkan bantuan terlebih terhadap
materi pelajaran yang sulit ditangkap oleh anak.
2. Sekolah. Faktor dari dalam sekolah meliputi metode mengajar,
kurikulum, sarana dan prasarana belajar, sumber-sumber belajar,
media pembelajaran, hubungan siswa dengan temannya, guru-
gurunya dan staf sekolah serta berbagai kegiatan kokurikuler.
3. Lingkungan masyarakat. Lingkungan masyarakat meliputi hubungan
dengan teman bergaul, kegiatan dalam masyarakat, dan lingkungan
tempat tinggal. Kegiatan akademik, akan lebih baik apabila
diimbangi dengan kegiatan di luar sekolah. Banyak kegiatan di
dalam masyarakat yang dapat menumbuhkan minat belajar anak.
Seperti kegiatan karang taruna, anak dapat belajar berorganisasi di
dalamnya.
13
Minat adalah suatu rasa suka yang lebih yang diperlukan untuk sebuah
keberhasilan dalam sebuah proses. Apabila minat ini timbul pada siswa terhadap mata
pelajaran bahasa Inggris maka siswa tersebut akan tekun dalam menjalani
pembelajaran sehingga mampu meraih prestasi dalam pelajaran bahasa Inggris.
Minat sangat penting bagi pembelajaran karena minat berkaitan erat dengan
pelaksanaan pembelajaran. Menurut Gie (1995:131) arti penting minat dalam
kaitannya dengan pelaksanaan pembelajaran adalah:
- Minat melahirkan perhatian yang serta merta
- Minat memudahnya terciptanya konsentrasi
- Minat mencegah gangguan dari luar
- Minat memperkuat melekatnya bahan pelajaran dalam ingatan
- Minat memperkecil kebosanan belajar belajar dalam diri sendiri.
Minat sangat diperlukan dalam proses pembelajaran karena dengan minat akan
membuat pembelajaran berlajalan lancar dan akan meningkatkan prestasi karena
faktor penghambat pelajaran dapat diatasi melalui minat.
4. BAKAT
A. Pengertian Bakat
Bakat secara umum mengandung makna kemampuan bawaan yang merupakan
potensi yang masih perlu pengembangan dan latihan lebih lanjut. Karena sifatnya
yang masih bersifat potensial atau laten, bakat merupakan potensi yang masih
memerlukan ikhtiar pengembangan dan pelatihan secara serius dan sistematis agar
dapat terwujud. Bakat berbeda dengan kemampuan yang mengandung makna
sebagai daya untuk melakukan sesuatu, sebagai hasil dari pembawaan dan latihan.
Bakat juga berbeda dengan kapasitas yaitu kemampuan yang dapat dikembangkan
di masa yang akan datang apabila latihan dilakukan secara optimal.
Jadi, yang disebut bakat adalah kemampuan alamiah untuk memperoleh
pengetahuan dan keterampilan, baik yang bersifat umum maupun khusus. Bakat
umum apabila kemampuan yang berupa potensi bersifat umum. Misalnya bakat
intelektual secara umum, sedangkan bakat khusus apabila kemampuan yang
berupa potensi tersebut khusus misalnya bakat akademik dan sosial. Bakat khusus
ini biasanya disebut dengan talent, sedangkan bakat umum disebut dengan gifted.
14
Dengan bakat, memungkinkan seseorang untuk mencapai prestasi dalam bidang
tertentu.
4. Nilai hidup yang dimiliki individu. Yang dimaksud dengan nilai hidup di sini
adalah bagaimana cara individu memberi arti terhadap sesuatu di dalam
hidupnya.
5. Kepribadian individu. Sebab kepribadian ini juga sangat memegang peranan
bagi perkembangan teori bakat dalam psikologi individu, misal konsep diri,
rasa percaya diri, keuletan atau keteguhan dalam berusaha, kesediaan untuk
menerima kritik dan saran demi untuk meraih sukses yang tinggi.
6. Maturity (kematangan). Teori bakat dalam psikologi tertentu akan
berkembang dengan baik apabila sudah mendekati atau menginjak masa pekanya.
Suatu hal yang sulit bagi individu adalah dalam menentukan kapankah saatnya
(pada usia berapakah) seuatu keunggulan atau teori bakat dalam psikologi tertentu
sudah matang untuk dikembangkan atau dilatih
15
Bakat dan minat itu masih saling berkaitan, bedanya kalau minat itu merupakan
ketertarikan terhadap suatu hal dan kalau bakat itu merupakan kapasitas lebih
unggul yang membuat anak lebih cepat belajar sesuatu. Biasanya seorang anak
berbakat karena adanya minat dan kemampuan di bidang yang ia bakati.
Kebanyakan dari peserta didik sangat berantusias untuk terus mengembangkan
bakatnya, karena jika seorang peserta didik berbakat dalam suatu bidang tertentu,
maka ia akan menjadikan bidang tersebut sebagai salah satu minatnya, sehingga
peserta didik sangat berantusias dan bersemangat untuk terus mengembangkan
bakat yang diminatinya tersebut dengan cara terus berlatih, dan selalu
bersemangat mengikuti pelajaran yang ia minati.
5. GAYA BELAJAR
A. PENGERTIAN
16
Gaya Belajar adalah cara mudah untuk menyerap, mengelola, menyimpan,
dan menerapkan informasi. Dengan mengetahui gaya belajar siswa, guru dapat
membantu siswa belajar sesuai dengan gaya belajar siswa. Hal ini meningkatkan
prestasi belajar siswa dengan cara belajar sesuai dengan gaya belajar siswa.
Dalam pandangan saya, setiap siswa memiliki gaya belajar yang berbeda dengan
yang lain. Gaya belajar yang berbeda dapat berguna dalam proses belajar,
pengolahan, dan komunikasi di kelas.
Gaya belajar atau dengan kata lain yang disebut sebagai modalitas belajar.
Istilah lain untuk modalitas adalah ketajaman sensorik. Ini berarti suatu sistem
milik manusia yang untuk mengakses dunia dan tetap terhubung dengan dunia
luar. Dalam bahasa Indonesia, kata sensory berarti indera atau sensasi. Manusia
memiliki panca indera untuk memetakan informasi yang diakses dari dunia kecil:
tubuh, jiwa, dan roh yang terhubung ke dunia luar. Panca indera tersebut adalah
peglihatan(visual), pendengaran(auditory), peraba atau perasaan(kinesthetic),
pencium(olfactory), dan pengecapan(gustatory).
C. AUDITORIAL
17
1) Siswa dengan gaya belajar ini menerima semua informasi yang hanya dapat
ditangkap melalui pendengaran.
2) Kesulitan dalam menyerap informasi tertulis secara langsung. Dan
3) Sulit untuk menulis atau membaca. Kata-kata khas yang digunakan oleh tunarungu
dalam percakapan dekat dengan frasa “Saya dapat mendengar Anda” dan kecepatan
bicaranya lambat.
C. KINESTETIK
Pembelajaran yang menuntut pembelajar untuk menyentuh sesuatu yang memberikan
informasi tertentu agar dapat mengingatnya. Tentu saja, ada ciri-ciri gaya belajar
seperti ini yang tidak semua individu belajar. Tempatkan tangan seseorang sebagai
penerima informasi utama sehingga dapat lebih mengingat karakteristik yang khas
dari siswa dengan gaya belajar kinetik. Siswa dengan gaya belajar ini dapat menyerap
informasi hanya dengan memilikinya, tanpa harus membaca penjelasannya.
6. GAYA BERPIKIR
A. PENGERTIAN GAYA BERPIKIR
Kebiasaan berpikir seseorang tergantung bagaimana seseorang tersebut mengatur
dan mengolah informasi dalam pikirannya. Bagi seseorang yang dominan otak kiri,
dia membiasakan dirinya berpikir logis, untuk menyerap informasi, cara yang mudah
baginya adalah bila informasi disajikan dalam bentuk yang logis dan linear. Sedang
bagi seseorang yang dominannya menggunakan otak kanan. Mereka lebih cenderung
memulai dari yang global dan biasanya disertai dengan imajinasi (menghayal)
(Shahib, 2010, hal. 65). Hal yang sama juga dijelaskan dalam (DePorter & Hernacki,
2004, hal. 124) dimana gaya berpikir merupakan cara seseorang mengatur dan
mengolah informasi. Seseorang yang memiliki gaya berpikir sekuensial konkrit dan
sekuensial abstrak cenderung menggunakan otak kirinya sedangkan individu yang
memiliki gaya berpikir acak konkret dan acak abstrak cenderung menggunakan otak
kanannya.
Jadi dapat disimpulkan bahwa gaya berpikir adalah cara yang biasa digunakan
oleh seseorang untuk mengatur dan. mengolah informasi yang mereka dapatkan dari
pembelajaran. Untuk mengolah dan mengatur informasi tersebut seseorang akan
memiliki kecenderungan menggunakan salah satu bagian otaknya, baik itu otak kanan
maupun otak kiri mereka. Kegiatan berpikir juga melibatkan seluruh pribadi
18
seseorang dan juga melibatkan perasaan dan kehendak seseorang. Memikirkan
sesuatu berarti mengarahkan diri pada objek tertentu, menyadari secara aktif dan
menghadirkannya dalam pikiran, kemudian seseorang akan mempunyai wawasan
tentang objek tersebut.
2. Acak Konkret
Gaya berpikir yang fleksibel dan praktis. Orang dengan gaya ini pandai beradaptasi
dan memecahkan masalah secara langsung.
3. Acak Abstrak
Gaya berpikir yang imajinatif dan berorientasi pada orang lain. Orang dengan gaya ini
menyukai kreativitas dan bertukar pikiran.
4. Sekuensial Abstrak
Gaya berpikir yang analitis dan konseptual. Orang dengan gaya ini pandai berteori
dan memecahkan masalah dengan logika.
19
3. Motivasi Belajar
Motivasi yang kuat akan mendorong seseorang untuk belajar dengan sungguh-
sungguh. Motivasi ini juga bisa memengaruhi cara seseorang dalam belajar.
4. Gaya Belajar
Beberapa gaya belajar yang umum meliputi visual, auditori, kinestetik, dan sosial.
Gaya belajar yang dominan akan memengaruhi metode belajar yang paling efektif.
5. Kondisi Fisik dan Kesehatan
Kondisi fisik dan kesehatan yang baik akan membuat seseorang lebih mudah
berkonsentrasi dan menyerap informasi.
Faktor Eksternal
1. Lingkungan Belajar
Lingkungan yang tenang, nyaman, dan minim gangguan akan membuat proses belajar
lebih efektif.
2. Metode Pembelajaran
Metode pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan gaya belajar akan membuat
proses belajar lebih mudah dipahami.
3. Guru atau Pengajar
Guru yang memiliki gaya mengajar yang menarik dan mampu menciptakan suasana
belajar yang kondusif akan membuat siswa lebih semangat belajar.
4. Keluarga dan Teman
Dukungan dan motivasi dari keluarga dan teman bisa memengaruhi semangat belajar
seseorang.
7. KETERAMPILAN BELAJAR
A. PENGERTIAN KETERAMPILAN BELAJAR
Keterampilan merupakan kecakapan melakukan suatu tugas tertentu yang
diperoleh dengan cara berlatih terus menerus, karena keterampilan tidak datang
sendiri secara otomatis melainkan secara sengaja diprogramkan melalui latihan terus
menerus. Jika dikaitkan dengan makna belajar di atas, keterampilan belajar adalah
keahlian yang didapatkan (acquired skill) oleh sesorang individu melalui proses
latihan yang kontinyu dan mencakup aspek optimalisasi cara-cara belajar baik dalam
domain kogninif, afektif ataupun psikomotor. Menjalani proses belajar merupakan
bagian yang amat penting dalam kegiatan belajar di sekolah. Melalu kegiatan belajar
20
materi pokok yang harus dikuasai siswa akan dibahas oleh guru bersama siswa,
melatihkan bermacam-macam keterampilan, mengerjakan berbagai tugas sehingga
siswa melakukan kegiatan belajar dalam rangka memahami dan menguasai materi
pokok yang dimaksudkan. Keterampilan merupakan kegiatan-kegiatan yang bersifat
neoromuscular, artinya menuntut kesadaran yang tinggi. Melalui keterampilan belajar,
seseorang memiliki kemampuan menetapkan langkah-langkah yang ia lalui sewaktu
mamasuki aktifitas belajar. Misalnya sewaktu akan menghafal sebuah definisi,
seseorang tahu langkah pertama yang harus dilakukan sebelum
menghafal.Dibandingkan dengan kebiasaan, keterampilan merupakan kegiatan yang
lebih membutuhkan perhatian serta kemampuan intelektual, selalu berubah dan sangat
disadari oleh individu. Dalam proses menjadi (on becoming process), dimana siswa
memerlukan empat pilar yakni pengetahuan, keterampilan, kemandirian dan
kemampuan untuk menyesuaikan diri dan bekerjasama. Keterampilan belajar adalah
“Suatu keterampilan yang sudah dikuasai oleh siswa untuk dapat sukses dalam
menjalani pembelajaran di kampus (sukses akademik) dengan menguasai materi yang
dipelajari”. Dengan kata lain, keterampilan belajar merupakan suatu keahlian tertentu
yang dimiliki oleh siswa, jika keahlian tersebut dilatihkan terus-menerus akan
menjadi suatu kebiasaan yang baik bagi siswa dalam belajar. Dari pengertian di atas
dapat disimpulkan bahwa keterampilan belajar adalah suatu sistem, metode dan teknik
yang baik dikuasai oleh siswa tentang materi pengetahuan atau materi belajar yang
disampaikan oleh guru secara tangkas, efektif dan efisien, yang tentunya keterampilan
belajar tersebut harus dilatihkan sehingga siswa menjadi terampil dalam menjalani
pembelajaran di sekolah.
21
3) meningkatkan pemahaman, keterampilan ini diperoleh melalui sintesa materi dan
membuat hubungan dengan pelajaran sebelumnya,
4) mengorganisasi materi, keterampilan ini didapat dengan membuat outline,
membuat bagan, menulis dan mencatat,
5) mengingat, keterampilan ini dapat dilakukan melalui organisasi memori, dan
menyampaikan kembali,
6) keterampilan menggunakan informasi dan ide-ide baru, keterampilan ini didapat
melalui keterampilan membuat laporan dan keterampilan melakukan tes atau ujian.
Keterampilan-keterampilan tersebut merupakan metode dan teknik dalam memahami
materi pelajaran, oleh karena itu perlu dilatihkan secara terstruktur kepada siswa di
sekolah.
8. PERBEDAAN GENDER
22
A. PENGERTIAN GENDER
Kata “Gender” berasal dari bahasa inggris, gender yang berarti “jenis kelamin”.
Dalam Webster’s New World Dictionary, jender diartikan sebagai perbedaan yang
tampak antara laki-laki dan perempuan dilihat dari segi nilai dan tingkah laku.1
Didalam Webster’s Studies Encylopedia dijelaskan bahwajender adalah suatu konsep
kultural yang berupaya membuat perbedaan (distinction) dalam hal peran, prilaku,
mentalitas dan karakterstik emosional antara laki-laki dan perempuan yang
berkembang dalam masyarakat. Gender adalah perbedaan yang tampak pada laki-laki
dan perempuan apabila dilihat dari nilai dan tingkah laku. Gender merupakan suatu
istilah yang digunakan untuk menggambarkan perbedaan antara laki-laki dan
perempuan secara sosial. Gender adalah kelompok atribut dan perilaku secara kultural
yang ada pada laki-laki dan perempuan. Sejalan dengan itu, Gender merupakan
konsep hubungan sosial yang membedakan (memilahkan atau memisahkan) fungsi
dan peran antara perempuan dan lak-laki. Perbedaan fungsi dan peran antara laki-laki
dan perempuan itu tidak ditentukan karena keduanya terdapat perbedaan biologis atau
kodrat, melainkan dibedakan menurut kedudukan, fungsi dan peranan masing-masing
dalam berbagai kehidupan dan pembangunan. Menurut Eniwati gender adalah konsep
yang digunakan untuk mengidentifikasikan perbedaan laki-laki dan perempuan yang
dilihat dari sisi Sosial budaya. Gender dalam arti ini mengidentifikasi laki-laki dan
perempuan dari sudut non biologis.
23
Sementara jenis kelamin sebagai kodrat Tuhan tidak mengalami perubahan dengan
konsekuensi-konsekuensi logisnya (Elfi Muawanah, 2009: 8). Masyarakat
menentukan dan membentuk sifat-sifat individu, yang mencakup penampilan,
pakaian, sikap, dan kepribadian. Jika ia seorang lakilaki maka ia harus terlihat
maskulin dan apabila ia perempuan maka ia harus feminim. Maskulinitas seorang
laki-laki ditunjukkan dengan karakter yang gagah berani, kuat, tangguh, pantang
menyerah, egois, dan berpikir rasional. Apabila sifat-sifat tersebut banyak
ditinggalkan atau bahkan tidak dimiliki oleh seorang laki-laki, maka ia akan dianggap
sebagai laki-laki yang kebancibancian. Feminimitas seorang perempuan ditunjukkan
dengan karakter yang lembut, rendah hati, anggun, suka mengalah, keibuan, lemah,
dan dapat memahami kondisi orang lain. Apabila sifat-sifat positif ini banyak
ditinggalkan oleh seorang wanita, atau bahkan tidak dimilikinya, maka wanita yang
bersangkutan dikatakan sebagai wanita yang tidak menarik (Heniy Astiyanto, 2006:
310). Sesungguhnya perbedaan gender tidak akan menjadi masalah selama tidak
melahirkan ketidakadilan gender, namun yang menjadi persoalan ternyata perbedaan
gender telah melahirkan berbagai ketidakadilan, baik bagi kaum laki-laki dan
terutama terhadap kaum perempuan (Mansour Fakih, 2008: 12).
9. PANDANGAN AGAMA
A. PANDANGAN AGAMA TENTANG BELAJAR
Islam memandang belajar sebagai kewajiban bagi setiap Muslim. Hal ini
ditegaskan dalam berbagai ayat Al-Quran dan hadits Nabi Muhammad SAW.
Salah satu ayat yang terkenal adalah "Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu
Yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah,
dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan pena.
Dia mengajar (manusia) apa yang tidak diketahuinya." (QS. Al-Alaq: 1-5).
Islam juga menekankan pentingnya mencari ilmu, baik ilmu agama maupun
ilmu umum. Nabi Muhammad SAW bersabda, "Menuntut ilmu itu wajib bagi
setiap Muslim laki-laki dan perempuan." (HR. Ibnu Majah).
24
Kristen juga memandang belajar sebagai hal yang penting. Alkitab mencatat
bahwa Yesus Kristus sendiri adalah seorang pengajar yang ulung. Dia sering
mengajar orang-orang tentang Kerajaan Allah dan bagaimana hidup sesuai dengan
kehendak Allah.
Salah satu ayat Alkitab yang menekankan pentingnya belajar adalah "Tetapi
hendaklah kamu bertumbuh dalam kasih karunia dan dalam pengenalan akan
Tuhan dan Juruselamat kita, Yesus Kristus. Bagi-Nya kemuliaan, baik sekarang
maupun sampai selama-lamanya." (2 Petrus 3:18).
Salah satu teks suci Buddha, Dhammapada, menyatakan bahwa "Lebih baik
daripada seribu kata yang tidak berguna, adalah satu kata yang bermanfaat yang
membawa kedamaian." (Dhammapada 133).
Salah satu ungkapan terkenal Konfusius adalah "Belajarlah tanpa berpikir adalah
sia-sia, berpikir tanpa belajar adalah berbahaya." (Analects 2:15).
Salah satu teks suci Hindu, Bhagavad Gita, menyatakan bahwa "Belajarlah
dengan tekun, wahai Arjuna, dan dengarkanlah dengan penuh perhatian apa yang
akan kukatakan kepadamu." (Bhagavad Gita 2:11).
25
B. PANDANGAN AGAMA TENTANG POTENSI PERBEDAAN INDIVIDU
Islam mengakui bahwa setiap manusia diciptakan unik dan memiliki potensi
yang berbeda-beda.
Setiap individu harus didorong untuk mengembangkan potensinya secara
maksimal.
Pendidikan harus disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan individu.
26
Kultur merupakan pandangan hidup yang diakui bersama oleh suatu kelompok
masyarakat, yang mencakup cara berfikir, perilaku, sikap, nilai yang tercermin
baik dalam wujud fisik maupun abstrak.
B. PERBEDAAN KULTUR DALAM BELAJAR
Kultur dalam belajar mengacu pada nilai, keyakinan, dan praktik yang terkait
dengan proses belajar dalam suatu kelompok atau masyarakat. Beberapa contoh
perbedaan kultur belajar:
Penekanan pada hasil vs. proses: Di beberapa budaya, fokus utama dalam
belajar adalah mencapai hasil yang tinggi, seperti nilai yang bagus atau
kelulusan. Di budaya lain, fokusnya lebih pada proses belajar itu sendiri,
seperti pengembangan rasa ingin tahu dan pemahaman yang mendalam.
Kolaborasi vs. kompetisi: Dalam beberapa budaya, belajar dilihat sebagai
aktivitas kolektif di mana siswa bekerja sama untuk mencapai tujuan
bersama. Di budaya lain, belajar lebih dilihat sebagai aktivitas individual
di mana siswa bersaing satu sama lain untuk mendapatkan nilai terbaik.
Formal vs. informal: Di beberapa budaya, belajar dikaitkan dengan
lingkungan formal seperti sekolah dan kelas. Di budaya lain, belajar dapat
terjadi di mana saja dan kapan saja, melalui pengalaman sehari-hari dan
interaksi sosial.
C. POTENSI PERBEDAAN INDIVIDU
Selain budaya belajar, setiap individu memiliki karakteristik unik yang dapat
memengaruhi cara belajarnya. Beberapa contoh perbedaan individu:
Gaya belajar: Ada berbagai gaya belajar, seperti visual, auditori, dan
kinestetik. Setiap individu memiliki gaya belajar yang dominan yang dapat
memengaruhi cara mereka menyerap informasi dan belajar paling efektif.
Kecerdasan: Setiap individu memiliki profil kecerdasan yang unik, yang
dapat memengaruhi kekuatan dan kelemahan mereka dalam belajar.
Motivasi: Motivasi belajar dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti
minat pribadi, tujuan belajar, dan dukungan dari orang tua dan guru.
D. IMPLIKASI TERHADAP PEMBELAJARAN
Memahami perbedaan kultur belajar dan potensi individu memiliki implikasi
penting bagi para pendidik dalam menciptakan lingkungan belajar yang efektif.
Beberapa contoh:
27
Menyediakan berbagai metode pembelajaran: Guru dapat menggunakan
berbagai metode pembelajaran untuk mengakomodasi gaya belajar yang
berbeda.
Memberikan kesempatan untuk kolaborasi dan kerja kelompok:
Memberikan kesempatan bagi siswa untuk belajar bersama dapat
membantu mereka mengembangkan keterampilan sosial dan belajar dari
satu sama lain.
Menciptakan lingkungan belajar yang positif dan inklusif: Guru dapat
menciptakan lingkungan belajar yang aman dan suportif di mana siswa
merasa nyaman untuk bertanya dan membuat kesalahan.
28
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
SARAN
29
DAFTAR PUSTAKA
30