Untuk menunjang diagnosis DBD, dapat di gunakan parameter- parameter laboratorik, antara
lain :
Leukosit, awalnya : menurun/normal, pada fase akhir dapat ditemui limfositosis relative
(LPB>15%) yang pada fase syok akan meningkat
Trombositopenia dan hemokonsentrasi selalu ditemui pada DBD
Kelainan pembekuan sesuai derajat penyakit
Protein plasma menurun
Hiponatremia pada kasus berat
Serum alamin-aminotransferase sedikit meningkat
Isolasi virus terbaik saat viremia (3-5 hari)
IgM terdeteksi hari ke 5, meningkat sampai minggu III, Menghilang setelah 60-90 hari
IgG pada infeksi primer mulai terdeteksi pada hari 14, pada infeksi sekunder mulai hari 2
Uji HI, dengan dengue blot
Perjalanan penyakit
Demam dengue/ DBD mempunyai perjalanan penyakit yang sulit diramalkam. Pada umumnya semua
pasien mengalami fase demam selama 2-7 hari, kemudian iikiuti oleh fase kritis selama 23hari. Pada fase
kritis ini suhu turun, dan risiko terjadinya SSD meningkat yang kadang-kadang dapat bersifat fatal bila
tidak mendapat pengobatan yang adekuat. Apabila timbul pendarahan dan atau syok, maka harus
segera diberikan pengobatan yang cepat dan tepat. Dengan memperhatikan perjalananan penyakit dan
memberikan pengobatan yang adekuat dapat menurunkan angka kematian.
Patosiologi penting yang membedakan DBD dengan DD dan penyakit lain adalah adanya gangguan
hemostatis dan peningkatan permeabilitas vascular yang menyebabkan terjadinya pembesan plasma.
Ganbaran klinis DBD cenderung bersift klasik. Diawali dengan demam tinggi mendadak, diastesis
hemoragik (terutama pada kulit), Hepatomegali, dan gangguan Sirkulasi (pada kasus berat akan terjadi
syok). Oleh sebab itu, diagnosis klinis DBD secara dini sebelum masuk fase kritis atau fase syok, dapat
ditegakkan dengan memperhatikan tanda klinis dibantu dengan adanya trombositopenia dan
hemokonsentrasi sebagai akibat gangguan hemostasis dan pembesaran plasma.
Prognosis DBD tergantung dari saat diagnosis perembesan plasma ditegakkan, yaitu saat terjadi
penurunan trombosit disertai peningkatan hemtokrit. Fase kritis adalah suhu turun yaitu setelah
< 1000.000 /mm3 atau kurang dari 1-2 trombosit/ lapangan pandangan besar (lpb) dengan rata-rata
pemeriksaan dilakukan pada 10 lbp, pada umumnya terjadi sebelum terdapat peningkatan hematokrit
yaitu sebelum suhu turun. Peningkatan hematokrit > 20% (misalnya dari 35% , menjadi 42%)
menggambarkan perembesan plasma sehingga di perlukan terapi cairan intravera. Pemberian cairan
sebagai pengganti kehilangan plasma dengan larutan garam isotonic dapat megurangi derajat berat nya
penyakit dan mencegah terjadinya syok.