Anda di halaman 1dari 3

Manfaat Pengendalian Internal

Permasalahan pengendalian internal merupakan masalah perilaku. Artinya permasalahan


pengendalian internal disebabkan oleh risiko bahwa personal yang seharusnya
bertanggungjawab dalam organisasi melakukan tindakan tidak diinginkan atau mereka gagal
melakukan tindakan yang diinginkan. Oleh karenanya, pengendalian internal menjadi penting
bagi organisasi karena kemampuannya untuk :
1. mencegah atau paling tidak mengurangi terjadinya perilaku yang tidak diinginkan
atau tidak dilakukannya suatu perilaku yang diinginkan,
2. mengurangi biaya akibat terjadinya perilaku yang tidak diinginkan atau perilaku yang
tidak dilakukan.
Karena permasalahan pengendalian internal merupakan masalah perilaku, maka
pemahaman tentang bagaimana dan mengapa pengendalian internal dapat berjalan perlu
dilakukan dalam konteks perilaku, psikologi, (bukan akuntansi atau ekonomi) yang mungkin
merupakan dasar disiplin ilmu yang paling penting yang mendasari teori dan praktik
pengendalian internal. Fakta penting tentang pengendalian internal ini seringkali tidak
dinyatakan dalam dokumen pengendalian internal, dan dokumen tersebut lebih banyak
berorientasi pada aspek teknis dan prosedural.
Pada beberapa orang yang memiliki motivasi tinggi untuk melakukan harapan organisasi,
terdapat kendala tidak dapat melakukan tugas secara sempurna karena adanya keterbatasan
kemampuan. Misalnya tugas yang diberikan mereka sangatlah kompleks sehingga mereka
tidak dapat mengingat informasi penting, atau menjadi bingung dengan detil yang dihadapi.
Karyawan juga mungkin tidak dapat melakukan tugas dengan sempurna karena keterbatasan
pengetahuan mereka yang terjadi ketika karyawan tidak tahu apa yang harus dilakukan atau
bagaimana melakukannya. Misalnya, memberi tugas pada orang yang tidak terlatih untuk
menyiapkan laporan keuangan, atau melakukan rekonsiliasi bank, akan menyebabkan orang
tersebut memiliki probabilitas sukses yang sangat kecil.
Ketiga keterbatasan tersebut akan mungkin ada, baik pada tingkat rendah atau tinggi,
pada seluruh orang yang dipercaya organisasi. Sebagai konsekuensinya, penting bagi manajer
untuk memiliki suatu system pengendalian internal yang kuat dan efektif; jika peluang untuk
melakukan ketidakberesan (irregularities)  ada. cepat atau lambat kesalahan dan
ketidakberesan akan terjadi dan cost yang dikeluarkan akan signifikan. Lebih jauh lagi, tipe
pengendalian yang digunakan harus tergantung pada pengetahuan atau asumsi tentang tipe
perilaku menyimpang yang mungkin terjadi, dan bagaimana tipe pengendalian akan
mempengaruhi perilaku para pihak yang terlibat.
Tipe-Tipe Pengendalian Internal
Banyak cara untuk mengklasifikasikan pengendalian intemal, misalnya pengklasifikasian
yang tergantung pada tujuannya. Artinya, apakah pengendalian tersebut bertujuan untuk
mencegah atau untuk mendeteksi perilaku yang tidak diinginkan. Pembedaan ini penting
dilakukan karena ketika pengendalian yang mencegah terjadinya kesalahan dan
ketidakberesan dapat dilakukan secara efektif, maka pengendalian ini sangat powerful karena
tidak ada cost yang harus dikeluarkan akibat terjadinya perilaku menyimpang. Pengendalian
internal dengan tipe pendeteksian berbeda dengan tipe pencegahan karena tipe pendeteksian
terjadi setelah terjadinya perilaku. Karenanya tipe ini dapat efektif jika deteksi dilakukan
secara tepat waktu dan jika hasilnya dapat mengkoreksi efek dari tindakan menyimpang.
Hasil pengendalian internal dari tipe deteksi harus membuat individu tidak lagi berniat untuk
melakukan tindakan serupa.
Cara lain untuk mengklasifikasikan pengendalian adalah dikaitkan dengan spesifikasi
maksud atau tujuan pengendalian (specificity of intent). Beberapa pengendalian internal
didisain untuk mencapai tujuan pengendalian yang spesifik. Bentuk ini disebut dengan
pengendalian khusus/spesifik (specific controls) atau pengendalian primer dan pengendalian
aplikasi pengendalian spesifik diterapkan pada proses transaksi dan dalam menangani aset
yang berpotensi memunculkan terjadinya satu atau lebih tipe kesalahan atau ketidakberesan.
Tipe lain disebut dengan pengendalian umum (general controls), atau pengendalian
sekunder sebagaimana diistilahkan oleh John Willingham dan Douglas Carmichael (1979),
dan Gary Holstrum (1984). Pengendalian umum bertujuan untuk menciptakan lingkungan
yang kondusif untuk pengendalian  internal yang baik dan buruk, mendukung dan menjamin
berfungsinya pengendalian spesifik pembedaan antara pengendalian umum dan
spesifik menjadi penting karena auditor memeriksa pengendalian khusus pada seluruh tugas
penting sebelum mereka menyatakan bahwa sistem pengendalian internal  adalah efektif,
kecuali pada kondisi yang tidak biasa.
Pengertian Auditing

Pengertian auditing adalah suatu kegiatan atau aktivitas pengumpulan dan


juga pemeriksaan bukti secara objektif yang berhubungan dengan suatu
informasi atau data untuk menentukan dan juga membuat laporan mengenai
tingkat kesesuaian antara informasi dengan standar atau kriteria yang sudah
ditentukan.

Fungsi audit meliputi :

a. Memeriksa pembukuan hingga pemeriksaan fisik untuk memastikan suatu


departemen dalam organisasi atau perusahaan sudah mengikuti sistem pencatatan
yang terdokumentasi.
b. Untuk memastikan bahwa sistem pembukuan dan tata kelola perusahaan terhindar
dari kesalahan penyajian atau penipuan (fraud).
c. Memastikan keakuratan loporan keuangan yang disajikan oleh organisasi atau
perusahaan. 

Pengertian Auditor
Auditor merupakan profesi seseorang yang berfokus kepada kegiatan auditing. Auditor biasa
bekerja untuk mengaudit berbagai laporan yang berkaitan dengan keuangan dari suatu
lembaga, instansi, atau perusahaan. Pemeriksaan atas kewajaran suatu laporan keuangan
merupakan tanggung jawab seorang auditor, dan auditor juga harus memeriksa apakah
setiap laporan tersebut telah sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi atau tidak.
Jenis – Jenis Auditor

1. Auditor Internal
Auditor internal adalah seorang auditor yang bekerja untuk suatu instansi atau
perusahaan. Adapun beberapa tugas dari auditor internal adalah memeriksa dokumen
keuangan internal perusahaan namun hanya dalam ruang lingkup yang cukup terbatas,
dan juga bekerja untuk meningkatkan akurasi data keuangan perusahaan.
2. Auditor Independen
Auditor independen adalah anggota kantor akuntan publik yang bekerja secara eksternal
untuk melayani masyarakat publik yang sedang membutuhkan jasa audit. Auditor
independen tidak boleh dipengaruhi oleh pihak luar atau pihak mana pun.
3. Auditor Pemerintah
Auditor pemerintah adalah seorang auditor yang bekerja melayani lembaga-lembaga
atau perusahaan milik pemerintah. Beberapa tugas yang harus dikerjakan bagi auditor
pemerintah antara lain adalah untuk mengawasi aliran keuangan dan praktek di lembaga
atau instansi pemerintahan.
4. Auditor Forensik
Auditor forensik merupakan auditor yang bekerja di bidang spesialisasi dalam bidang
kriminal keuangan. Pekerjaan yang biasa mereka lakukan adalah cenderung di dalam
pemeriksaan dokumen-dokumen terkait dengan berbagai tindakan krimina.
5. Auditor Pajak
Auditor Pajak merupakan auditor di bawah Direktorat Jenderal Pajak (DJP) Kementerian
Keuangan Republik Indonesia. Auditor ini memiliki tugas khusus untuk melakukan audit
terhadap para wajib pajak tertentu apakah telah melakukan kewajibannya sesuai
peraturan perundangan yang berlaku atau belum.

Anda mungkin juga menyukai