Anda di halaman 1dari 17

STURKTUR MODAL

TUGAS 3
Dosen :
Tetty Lasniroha Sarumpaet, S.E., M.Ak.

Tanggal Pengumpulan :
7 April 2015
KELOMPOK 7
NUR DWI Y

(0113U075)

KARLINA PUSPA S (0113U154)


MUHAMMAD IQBAL AL-KAHFI (0113U482)
KELAS C

FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS WIDYATAMA
Alamat: Jalan Cikutra No 204 Bandung Telepon: 022-7274010

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Karena atas limpahan rahmat dan
karunia-Nya jualah sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Struktur
Modal (Capital Strukture) tepat pada waktunya tanpa adanya hambatan yang berarti.
Terimakasih yang sebesar-besarnya kami ucapkan kepada dosen pembimbing, teman-teman
dan berbagai pihak yang turut membantu baik langsung maupun tidak langsung dalam
penyelesaian makalah ini. Kami menyadari bahwa makalah yang kami sajikan saat ini masih
jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat kami
harapkan demi kesempurnaan makalah-makalah selanjutnya.

Bandung, November 2014

Penulis

DAFTAR ISI
1

KATA PENGANTAR................................................................................................. 1
DAFTAR ISI............................................................................................................ 2
BAB I...................................................................................................................... 3
PENDAHULUAN...................................................................................................... 3
1.1

Latar Belakang.............................................................................................. 3

1.2

Rumusan Masalah.......................................................................................... 3

1.3

Tujuan......................................................................................................... 3

BAB II..................................................................................................................... 4
ISI.......................................................................................................................... 4
2.1

Pendekatan Teoritis Atas Struktur Modal..........................................................4

2.1.1

Pengertian Kapitalisasi dan Struktur Modal.....................................................4

2.1.2

Hubungan Kapitalisasi dan Struktur Modal.....................................................4

2.1.3

Teori-teori Kapitalisasi.............................................................................. 6

2.1.4

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Struktur Modal...........................................6

2.2

Pendekatan-pendekatan Konsep Penilaian Struktur Modal...................................8

2.2.1

Pendekatan NI......................................................................................... 8

2.2.2

Pendekatan NOI....................................................................................... 8

2.2.3

Pendekatan Tradisional............................................................................ 10

2.2.4

Pendekatan MM..................................................................................... 13

2.3

Keputusan Struktur Modal Dalam Praktik......................................................17

2.3.3

Analisis Interaksi EBIT-EPS.....................................................................17

2.3.4

Analisis Kemampuan Menservis Pinjaman....................................................17

2.3.5

Analisis Kecukupan Dana.........................................................................17

BAB III................................................................................................................. 17
PENUTUP............................................................................................................. 17
Kesimpulan.......................................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................. 18

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Struktur Modal (Capital Structure) adalah perbandingan atau imbangan
pendanaan jangka panjang perusahaan yang ditunjukkan oleh perbandingan hutang
jangka panjang terhadap modal sendiri. Pemenuhan kebutuhan dana perusahaan dari
sumber modal sendiri berasal dari saham, laba ditahan, dan cadangan. Jika dalam
pendanaan perusahaan yang berasal dari modal sendiri masih mengalami kekurangan
(defisit). Maka perlu dipertimbangkan pendanaan perusahaan yang berasal dari luar,
yaitu dari hutang (debt fianancing). Namun dalam pemenuhan kebutuhan dana,
perusahaan harus mencari alternatif-alternatif pendanaan yang efisien. Pendanaan
yang efisien akan terjadi bila perusahaan mempunyai struktur modal yang optimal.
Struktur modal yang optimal dapat diartikan sebagai struktur modal yang dapat
meminimalkan biaya penggunaan modal keseluruhan atau biaya modal rata-rata (K o),
sehingga akan memaksimalkan nilai perusahaan.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1
Bagaimana pendekatan teoritis atas strukur modal
1.2.2
Bagaimana pendekatan-pendekatan konsep penilaian struktur modal
1.2.3
Bagaimana keputusan struktur modal dalam praktik

1.3 Tujuan
Makalah ini dibuat untuk memberikan pengetahuan yang lebih kepada
pembaca juga penulis, sekaligus untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah yang
dosen berikan kepada penulis.

BAB II
ISI
2.1 Pendekatan Teoritis Atas Struktur Modal
2.1.1

Pengertian Kapitalisasi dan Struktur Modal


Struktur Modal (Capital Structure) adalah perbandingan atau imbangan

pendanaan jangka panjang perusahaan yang ditunjukkan oleh perbandingan hutang


jangka panjang terhadap modal sendiri. Pemenuhan kebutuhan dana perusahaan dari
sumber modal sendiri berasal dari saham, laba ditahan, dan cadangan. Jika dalam
pendanaan perusahaan yang berasal dari modal sendiri masih mengalami kekurangan
(defisit). Maka perlu dipertimbangkan pendanaan perusahaan yang berasal dari luar,
yaitu dari hutang (debt fianancing). Namun dalam pemenuhan kebutuhan dana,
perusahaan harus mencari alternatif-alternatif pendanaan yang efisien. Pendanaan
yang efisien akan terjadi bila perusahaan mempunyai struktur modal yang optimal.
Struktur modal yang optimal dapat diartikan sebagai struktur modal yang dapat
meminimalkan biaya penggunaan modal keseluruhan atau biaya modal rata-rata (K o),
sehingga akan memaksimalkan nilai perusahaan.
Kapitalisasi adalah penentuan nilai pembukuan terhadap semua pengeluaran
untuk

memperoleh

aset

tetap

hingga

siap

pakai,

untuk

meningkatkan

kapasitas/efisiensi, dan atau memperpanjang umur teknisnya dalam rangka menambah


nilai-nilai aset tersebut.

2.1.2

Hubungan Kapitalisasi dan Struktur Modal


Charles W. Gerstenberg menyatakan bahwa kapitalisasi seringkali digunakan

untuk menunjukkan jumlah securities yang beredar (outstanding) di dalam


bentuknya modal saham (capital stock) dan obligasi (long-term bonds). Untuk
maksud-maksud atau tujuan praktis, kapitalisasi sering diartikan juga sebagai jumlah
nilai accounting keseluruhan modal yang selalu atau secara tetap digunakan dalam
perusahaan,dan modal terebut dalam bentuk modal saham, surplus dan utang jangka
panjang.
Menurut Keputusan Menteri Keuangan NOMOR : 01/KM.12/2001 yang
dimaksud dengan Kapitalisasi adalah penentuan nilai pembukuan terhadap semua
pengeluaran untuk memperoleh aset tetap hingga siap pakai, untuk meningkatkan

kapasitas/efisiensi, dan atau memperpanjang umur teknisnya dalam rangka menambah


nilai-nilai aset tersebut.
Dengan demikian maka kapitalisasi meliputi:
Modal sendiri, yang terdiri dari modal saham dan surplus dalam segala

bentuknya.
Modal asing, yang terdiri dari obligasi atau utang jangka panjang lain yang
serupa.
Struktur modal adalah perimbangan atau perbandingan hutang jangka panjang

dengan modal sendiri ( Riyanto, 2001 ). Struktur modal merupakan cermin dari
kebijaksanaan perusahaan dalam menentukan jenis sekuritas yang dikeluarkan, karena
masalah struktur modal adalah erat hubungannya dengan masalah kapitalisasi, dimana
disusun dari jenis-jenis funds yang membentuk kapitalisasi adalah struktur modalnya.
Keputusan struktur modal berkaitan dengan pemilihan sumber dana baik yang berasal
dari dalam maupun dari luar, sangat mempengaruhi nilai perusahaan. Sumber dana
perusahaan dari internal berasal dari laba ditahan dan depresiasi. Dana yang diperoleh
dari sumber eksternal adalah dana yang berasal dari para kreditur dan pemilik
perusahaan. Pemenuhan kebutuhan dana yang berasal dari kreditur merupakan utang
bagi perusahaan. Dana yang diperoleh dari para pemilik merupakan modal sendiri.
Kebijakan mengenai struktur modal melibatkan trade off antara risiko dan tingkat
pengembalian. Penambahan utang akan memperbesar risiko perusahaan tetapi
sekaligus juga memperbesar tingkat pengembalian yang diharapkan. Risiko yang
makin tinggi akibat membesarnya utang cenderung menurunkan harga saham, tetapi
meningkatkan tingkat pengembalian yang diharapkan akan menaikkan harga saham
tersebut. Sruktur modal yang optimal adalah struktur modal yang mengoptimalkan
kesimbangan antara risiko dan pengembalian sehingga memaksimumkan harga saham
( Brigham dan Houston, 2001).

2.1.3
Teori-teori Kapitalisasi
A. Teori Kapitalisasi Berdasarkan Pendapatan (The Earning Theory of Capitalization).
Nilai suatu perusahaan dapat ditentukan berdasarkan pendapatan yang
didapatkan setiap tahunnya dikalikan dengan multiplier tertentu. Sebelum menentukan
multiplier tersebut harus ditentukan dulu rate of return atau tingkat pendapatan
investasi

yang dikehendaki bagi modal yang akan ditanamkan dalam suatu

perusahaan. Dengan demikian maka kapitalisasi ditentukan oleh dua faktor, yaitu:
Berapa pendapatan atau pendapatan rata-rata yang dapat dihasilkan
perusahaan
3

Berapa rate of return yang layak bagi modal yang diinvestasikan.

B. Teori Kapitalisasi Berdasarkan Biaya (The Cost Theory of Capitalization)


Menurut cost theory, kapitalisasi perusahaan didasarkan pada cost dari fixed
capital yang digunakan perusahaan, biaya mendirikan perusahaan, jumlah modal kerja
yang dibutuhkan, dll. Jadi kapitalisasi didasarkan pada cost yang telah dikeluarkan.
Makin besar cost-nya makin besar nilai kapitalisasinya. Tetapi cara ini tidak dapat
memberikan basisyang kuat karena apabila ada fixed assets menganggur, menjadi
usang atau kurang efisien penggunaannya, maka earning akan turun dan perusahaan
tidak dapat membayar fair return dari modal yang diinvestasikan, dan ini akan
menimbulkan overcapitalization.

2.1.4

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Struktur Modal


Kelangsungan hidup jangka panjang (Long rub viability)
Manajer perusahaan besar, khususnya yang menyediakan produk dan
jasa yang penting, memiliki tanggungjawab untuk menyediakan jasa yang
berkesinambungan. Oleh karena itu, perusahaan harus menghindari tingkat
penggunaan hutang yang dapat membahayakan kelangsungan hidup jangka
panjang perusahaan.
Konservatisme manajemen
Manajer yang bersifat konservatif cenderung menggunakan tingkat
hutang

yang

konservatif

pula

(sedikit

hutang)

daripada

berusaha

memaksimumkan nilai perusahaan dengan menggunakan lebih banyak hutang.


Pengawasan
Pengawasan hutang yang besar dapat berakibat semakin ketat
pengawasan dari pihak kreditr (misalnya, melalui kontrak perjanjian atau
covenaut). Pengawasan ini dapat mengurangi fleksibilitas manajemen dalam
membuat keputusan perusahaan.
Struktur aktiva
Perusahaan yang memiliki aktiva yang dapat digunakan sebagai
agunan hutang cenderung menggunakan hutang yang relatif lebih besar.
Misalnya, perusahaan real estate cenderung menggunakan hutang yang lebih
besar daripada perusahaan yang bergerak pada bidang riset teknologi.

Risiko bisnis
Perusahaan yang memiliki risiko bisnis (variabilitas keuntungannya)
tinggi cenderung kurang dapat menggunakan hutan yang besar (karena
kreditur akan meminta biaya hutang yang tinggi). Tinggi rendahnya risiko
bisnis ini dapat dilihat antara lain dari stabilitas harga dan unit penjualan,
stabilitas biaya, tinggi rendahnya operating leverage.
Tingkat pertumbuhan
Perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi membutuhkan
modal yang besar. Karena biaya penjualan (flotation cost) untuk hutang pada
umumnya lebih rendah dari fenation cost untuk jaminan, perusahaan dengan
tingkat pertumbuhan yang tinggi cenderung menggunakan lebih banyak
hutang disbanding dengan perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang
rendah.
Pajak
Baya bunga adalah biaya yang dapat mengurangi pembayaran pajak,
sedangkan pembayaran dividen tidak mengurangi pembayaran pajak. Oleh
karena itu, semakin tinggi tingkat pajak perusahaan, semakin besar keuntungan
dari penggunaan pajak.
Cadangan kapasitas peminjaman.
Penggunaan hutang akan meningkatkan resiko, sehingga biaya modal
(baik KS maupun Kd) akan meningkat. Perusahaan harus mempertimbangkan
suatu tingkat penggunaan hutang yang masih memberikan kemungkinan
menambah hutang di masa mendatang dengan biaya yang relatif rendah. Ini
berarti perusahaan harus menggunakan hutang lebih sedikit dari yang
disarankan oleh model MM.

2.2 Pendekatan-pendekatan Konsep Penilaian Struktur Modal


2.2.1

Pendekatan NI
Pendekatan laba bersih mengasumsikan bahwa investor mengkapitalisasi atau

menilai perusahaan dengan tingkat kapitalisasi yang konstan dan perusahaan dapat
meningkatkan jumlah hutangnya dengan tingkat biaya hutang yang konstan pula.
Karena tingkat kapitalisasi dan tngkat biaya hutang konstan maka semakin besar
jumlah hutang yang digunakan perusahaan, biaya modal rata-rata tertimbang akan

semakin kecil. Jika biaya modal rata-rata tertimbang semakin kecil sebagai akibat
penggunaan hutang semakin besar, maka nilai perusahaan akan meningkat. Nilai
perusahaan meningkat jika perusahaan

menggunakan hutang semakin besar.

(Menurut Sartono)

2.2.2

Pendekatan NOI
Satu pendekatan terhadap penilaian laba perusahaan dikenal sebagai

pendekatan laba operasi bersih (net operating income / NOI). Melalui pendekatan ini,
laba operesi bersih didiskonto pada tingkat kapitalisasi total perusahaan untuk
memperoleh nilai total pasar perusahaan. Nilai pasar pinjaman kemudian dikurangi
dari nilai total pasar untuk memperoleh nilai pasar saham biasa. Penggunaan
pendekatan ini mengakibatkan tingkat kapitalisasi total serta biaya dana pinjaman
tetap sama walaupun digunakan pengungkit keuangan yang disebut sebagai B/S.
Asumsi kritis pada pendekatan ini adalah ko bersifat konstan, berapapun
jumlah pengungkit keuangan. Pasar mengkapitalisasi laba operasi bersih perusahaan
dan menentukan nilai keseluruhan perusahaan. Akibatnya, bauran pendanaan hutang
dan ekuitas menjadi tidak penting. Peningkatan pendanaan hutang yang seharusnya
lebih murah diimbangi oleh peningkatan tingkat pengembalian ekuitas yang diminta,
ke. Maka rata-rata tertimbang ke dan ki tetap sama, walaupun pengungkit keuangan
berubah. Pada saat perusahaan meningkatkan penggunaan pengungkit keuangannya,
risiko

perusahaan

semakin

meningkat

dan

investor

meningkatkan

tingkat

pengembalian ekuitas secara langsung untuk menyesuaikan peningkatan rasio hutang


terhadap ekuitas. Sepanjang ki tidak berubah. Ke merupakan fungsi linier konstan
rasio hutang terhadap ekuitas. Karena biaya modal perusahaan, ko, tidak dapat diubah
melalui pengungkit keuangan, maka pendekatan laba operasi bersih secara implisit
membuktikan tidak ada struktur modal yang optimal.
Sejauh ini, pembahasan laba operasi bersih hanya dilakukan dalam batasan
definisi. Namun pembahasan masih memiliki kekurangan dalam menjelaskan perilaku
penting yang dimiliki laba operasi bersih. Modigliani dan Miller, dua ahli teori
keuangan pemenang penghargaan Nobel, memberikan dukungan atas perilaku
pemisahan penilaian total dan biaya modal perusahan dari struktur modalnya.
Pembahasan tersebut diawali dengan pengkajian pendekatan tradisional terhadap
struktur modal dan penilaiannya.
Contoh:
6

Suatu perusahaan mempunyai hutang sebesar Rp. 8.000.000 dengan tingkat


bunga sebenarnya 15%. Laba operasi bersih Rp. 8.000.000 dengan tingkat kapitalisasi
total sebesar 20%, dan saham yang beredar sejumlah 10.000 lembar. Maka dari data di
atas nilai perusahaan adalah:
Keterangan
Laba operasi bersih
(O)
Tingkat kapitalisasi total (K0)
Nilai total perusahaan
(V)
Nilai pasar hutang
(B)
Nilai pasar saham
(S)

Nilai
Rp. 8.000.000
20%
Rp. 40.000.000
Rp. 24.000.000
Rp. 16.000.000

Laba tersedia bagi pemegang saham (E) = O I


= Rp. 8.000.000 {15% x (Rp. 8.000.000 + Rp. 16.000.000)
= Rp. 8.000.000 Rp. 3.600.000
= Rp. 4.400.000
Sedangkan untuk return modal sendiri (Ke) sebesar:
E
4.400.000
Ke = S = 16.000 .000 = Rp. 3.200
Kesimpulan:
dari contoh di atas diketahui bahwa, peningkatan leverage ternyata
mempengaruhi tingkat keuntungan (return) yang disyaratkan. Tingkat return yang
disyaratkan (Ke) meningkat secara linear dengan leverage keuangan (financial
leverage) yang diukur dengan perimbangan antara hutang (B) dengan saham (S).
Sedangkan nilai total perusahaan (V) dan harga saham per lembar tidak berubah
walaupun leverage keuangannya berubah.

2.2.3

Pendekatan Tradisional
Pendekatan tradisional terhadap struktur dan penilaian modal mengasumsikan

adanya struktur modal optimal dan manajemen dapat meningkatkan nilai total
perusahaan melalui penggunaan pengungkit keuangan. Pendekatan ini menyatakan
perusahaan pada awalnya dapat mengurangi biaya modalnya dan meningkatkan nilai
totalnya melalui pengembalian ekuitas yang diminta, peningkatan ke tidak
sepenuhnya mengimabangi manfaat yang diperoleh dari pendanaan hutang yang lebih
murah. Dengan semakin seringnya dilakukan pengungkitan keuangan, investor secara
meningkat menghukum tingkat pengembalian perusahaan hingga akhirnya pengaruh
ini dapat mengimbangi manfaat pendanaan yang lebih murah.
7

Satu variasi pendekatan tradisional , dimana ke diasumsikan akan meningkat


pada ringkat yang lebih cepat dengan pengungkit keuangan, sedangkan ki
diasumsikan akan meningkat hanya setelah peningkatan pengungkit keuangan dalam
jumlah besar. Awalnya, rata-rata tertimbang biaya modal menurun dengan penggunaan
pengungkit keuangan yang tidak terlalu besar. Sampai pada titik tertentu, peningkatan
dapat lebih mengimbangi penggunaan dana hutang yang lebih murah dalam struktur
modal, sehingga ko mulai mengalami peningkatan. Peningkatan ko ini selanjutnya
memperoleh dukungan pada saat ki mulai meningkat. Struktur modal optimal adalah
titik dimana ko berada pada titik terendah. Pada posisi struktur modal optimal
tersebut, tidak hanya rata-rata tertimbang biaya modal perusahaan mencapai titik
terendah, namun total nilai perusahaan juga mencapai titik tertinggi. Hal ini
disebabkan semakin rendah tingkat kapitalisasi, ko, yang digunakan pada arus laba
operasi bersih perusahaan, semakin tinggi nilai serang bersih arus tersebut. Oleh
karena itu, pendekatan tradisional struktur modal menunjukkan bahwa : (1) biaya
modal bergantung pada struktur modal perusahaan dan (2) terdapat struktur modal
optimal.
Contoh:
Perusahaan Utama pada awal mula berdirinya menggunakan modal hutang
obligasi sebesar Rp 45.000.000 dengan bunga 5%, dan mendapat laba operasi bersih
sebesar 15.000.000 per tahun. Keuntungan yang disyaratkan dari pemilik sebesar 11%
per tahun. Jumlah saham yang beredar 12.750 lembar. Dari data tersebut maka nilai
perusahaan sebagai berikut:
Keterangan
Laba operasi bersih
(O)
Bunga hutang 5%
(I)
Laba tersedia untuk pemegang saham (E)
Keuntungan yang disyaratkan
(Ke)
Nilai pasar saham
(S)
Nilai pasar hutang
(B)
Nilai total perusahaan
(V)

Nilai
Rp. 15.000.000
Rp 2.250.000
Rp. 12.750.000
0,11
Rp. 115.909.090
Rp. 45.000.000
Rp. 160.909.090

Tingkat kapitalisasi keseluruhan (K0) = 15.000.000/160.909.090 = 9,3%


Harga per lembar saham = Rp 115.909.090/12.750 = Rp. 9.090
Misalnya perusahaan akan mengganti seluruh modal hutang obligasi dengan
saham karena nilai obligasi sebesar Rp. 45.000.000 dengan harga saham sebesar Rp.
9.090 maka diperlukan sebanyak Rp. 45.000.000/9.090 = Rp 4.950 lembar saham.
Sekarang, seluruh modal perusahaan merupakan modal sendiri sehingga tingkat
8

keuntungan yang disyaratkan oleh investor (modal sendiri) menjadi lebih rendah,
misalnya dari 11% menjadi 10%. Dengan demikian nilai perusahaan dan biaya
modalnya sbb berikut:
Keterangan
Laba operasi bersih
(O)
Bunga hutang
(I)
Laba tersedia untuk pemegang saham (E)
Keuntungan yang disyaratkan
(Ke)
Nilai pasar saham
(S)
Nilai pasar hutang
(B)
Nilai total perusahaan
(V)

Nilai
Rp. 15.000.000
0
Rp. 15.000.000
0,10
Rp. 150.000.000
0
Rp. 150.000.000

Tinngkat kapitalisasi keseluruhan atau (K0) = 15.000.000/150.000.000 = 10%,


sedangkan harga saham menjadi 150.000.000/(12.750 + 4.950) = Rp 8.474,58 per
lembar. Sehingga harga saham berubah (turun) dari Rp. 9.090 menjadi Rp. 8.474,58
akibat perubahan struktur modal.
Misalkan sekarang ini perusahan mengganti sahamya dengan hutang sebesar
Rp 45.000.000 dari keadaan semula, sehingga jumlah hutang menjadi Rp. 45.000.000
+ Rp. 45.000.000 = Rp. 90.000.000 demham demikian jumlah sahamnya akan
berkurang sejumlah 4.950 lembar. Jadi jumlah sahamnya tinggal 7.800 lembar
(12.750 lembar 4,950 lembar). Karena sekarang proporsi modal asing menjadi lebih
besar (dengak kata lain risiko finansialnya menjadi lebih besar), maka mungkin
tingkat kapitalisasi modal sendiri menjadi lebih besar, katakanlah menjadi 14%.
Dengan kata lain para pemegang saham mensyaratkan tingkat keuntungan yang lebih
tinggi karena menganggap risiko perusahaan meningkat. Tetapi karena risiko yang
makin tinggi, maka hutang (obligasi) harus membayar dengan bunga lebih besar,
katakanlah menjadi 6%. Dari data tersebut diatas, penilaian terhadap perusahaan akan
menjadi:
Keterangan
Laba operasi bersih
(O)
Bunga hutang
(I)
Laba tersedia untuk pemegang saham (E)
Keuntungan yang disyaratkan
(Ke)
Nilai pasar saham
(S)
Nilai pasar hutang
(B)
Nilai total perusahaan
(V)

Nilai
Rp. 15.000.000
Rp. 5.400.000
Rp. 9.600.000
0,14
Rp. 68.571.429
Rp. 90.000.000
Rp. 158.571.429

Tingkat kapitalisasi keseluruhan adalah = O/V = 15.000.000/158.571.429 = 9,5%


berarti mengalami kenaikan dibandingkan dengan struktur modal semula sebesar
9,3%. Sedangkan harga pasar sahamnya menjadi = Rp. 68.571.429/7.800 = Rp. 8.791
per lembar yang berarti lebih rendah dari harga saham semula Rp. 9.090.
Kesimpulan:
Dengan menggunakan pendekatan tradisional, bisa diperoleh struktur modal yang
optimal yaitu struktur modal yang memberikan biaya modal keseluruhan yang
terendah dan memberikan harga saham yang tertinggi. Hal ini disebabkan karena
berubahnya tingkat kapitalisasi perusahaan, baik untuk modal sendiri maupun
pinjaman setelah perusahaan merubah struktur modalnya (leverage) melewati batas
tertentu. Perubahan tingkat kapitalisasi ini disebabkan karena adanya risiko yang
berubah.

2.2.4

Pendekatan MM
Teori Modigliani dan Miller (teori MM). Mereka berpendapat bahwa struktur

modal tidak relevan atau tidak mempengaruhi nilai perusahaan. MM mengajukan


beberapa asumsi untuk membangun teori mereka (Brigham dan Houston, 2001, p.31)
yaitu:
a. Tidak terdapat agency cost.
b. Tidak ada pajak.
c. Investor dapat berhutang dengan tingkat suku bunga yang sama dengan
perusahaan.
d. Investor mempunyai informasi yang sama seperti manajemen mengenai
prospek perusahaan di masa depan.
e. Tidak ada biaya kebangkrutan.
f. Earning Before Interest and Taxes (EBIT) tidak dipengaruhi oleh penggunaan
dari hutang.
g. Para investor adalah price-takers.
h. Jika terjadi kebangkrutan maka aset dapat dijual pada harga pasar (market
value).
Dengan asumsi-asumsi tersebut, MM mengajukan dua preposisi yang dikenal
sebagai preposisi MM tanpa pajak.
Preposisi I: nilai dari perusahaan yang berhutang sama dengan nilai dari
perusahaan yang tidak berhutang. Implikasi dari preposisi I ini adalah struktur modal
dari suatu perusahaan tidak relevan, perubahan struktur modal tidak mempengaruhi
nilai perusahaan dan weighted average cost of capital (WACC) perusahaan akan tetap

10

sama tidak dipengaruhi oleh bagaimana perusahaan memadukan hutang dan modal
untuk membiayai perusahaan
Preposisi II: biaya modal saham akan meningkat apabila perusahaan
melakukan atau mencari pinjaman dari pihak luar. Risk of the equity bergantung pada
resiko dari operasional perusahaan (business risk) dan tingkat hutang perusahaan
(financial risk).
Brealey, Myers dan Marcus (1999) menyimpulkan dari teori MM tanpa pajak
ini yaitu tidak membedakan antara perusahaan berhutang atau pemegang saham
berhutang pada saat kondisi tanpa pajak dan pasar yang sempurna. Nilai perusahaan
tidak bergantung pada struktur modalnya. Dengan kata lain, manajer keuangan tidak
dapat meningkatkan nilai perusahaan dengan merubah proporsi debt dan equity yang
digunakan untuk membiayai perusahaan.
Teori MM dengan pajak.
Teori MM tanpa pajak dianggap tidak realistis dan kemudian MM
memasukkan faktor pajak ke dalam teorinya. Pajak dibayarkan kepada pemerintah,
yang berarti merupakan aliran kas keluar. Hutang bisa digunakan untuk menghemat
pajak, karena bunga bisa dipakai sebagai pengurang pajak.
Dalam teori MM dengan pajak ini terdapat dua preposisi yaitu:
Preposisi I: nilai dari perusahaan yang berhutang sama dengan nilai dari
perusahaan yang tidak berhutang ditambah dengan penghematan pajak karena bunga
hutang. Implikasi dari preposisi I ini adalah pembiayaan dengan hutang sangat
menguntungkan dan MM menyatakan bahwa struktur modal optimal perusahaan
adalah seratus persen hutang.
Preposisi II: biaya modal saham akan meningkat dengan semakin
meningkatnya hutang, tetapi penghematan pajak akan lebih besar dibandingkan
dengan penurunan nilai karena kenaikan biaya modal saham. Implikasi dari preposisi
II ini adalah penggunaan hutang yang semakin banyak akan meningkatkan biaya
modal saham. Menggunakan hutang yang lebih banyak, berarti menggunakan modal
yang lebih murah (biaya modal hutang lebih kecil dibandingkan dengan biaya modal
saham), sehingga akan menurunkan biaya modal rata-rata tertimbangnya (meski biaya
modal saham meningkat). Teori MM tersebut sangat kontroversial. Implikasi teori
tersebut adalah perusahaan sebaiknya menggunakan hutang sebanyak-banyaknya.
Dalam praktiknya, tidak ada perusahaan yang mempunyai hutang sebesar itu, karena
semakin tinggi tingkat hutang suatu perusahaan, akan semakin tinggi juga
11

kemungkinan kebangkrutannya. Inilah yang melatarbelakangi teori MM mengatakan


agar

perusahaan

menggunakan

hutang

sebanyak-banyaknya,

karena

MM

mengabaikan biaya kebangkrutan.


Contoh:
Ada dua perusahaan yang serupa yaitu perusahaan A yang modal seluruhnya
merupakan modal sendiri, dengan keuntungan yang disyaratkan sebesar 15%.
Perusahaan kedua adalah perusahaan B yang sebagian modalnya berupa obligasi
sebesar Rp. 24.000.000 dengan bunga 12% dan keuntungan yang disyaratkan
pemegang saham sebesar 16% maka penilai kedua perusahaan sebagai berikut:
Keterangan
Laba operasi bersih
(O)
Bunga hutang
(I)
Laba tersedia untuk pemegang saham (E)
Keuntungan yang disyaratkan
(Ke)
Nilai pasar saham
(S)
Nilai pasar hutang
(B)
Nilai total perusahaan
(V)

Perusahaan A
(Rp)
Rp. 80.000.000
Rp. 0
Rp. 80.000.000
0,15
Rp. 533.333.333
Rp. 0
Rp. 533.333.333

Perusahaan B
(Rp)
Rp. 80.000.000
Rp. 28.800.000
Rp. 51.200.000
0,16
Rp. 320.000.000
Rp. 240.000.000
Rp. 560.000.000

Tingkat kapitalisasi keseluruhan (K0):


Perusahaan A = Rp. 80.000.000 / Rp. 533.333.333 = 15%
Perusahaan B = Rp. 80.000.000 / Rp. Rp. 560.000.000 = 14.3%
Menurut MM, situasu di atas tidak dapat berlangsung terus karena akan terjadi
proses arbitrase yang menjadikan kedua nilai perusahaan sama. Perusahaan B tidak
akan memiliki nilai yang lebih tinggi karena perusahan tersebut memilih struktur
modal yang berbeda dengan perusahaan A. Menurut MM investor dalam perusahaan
B akan mampu memperoleh keuntungan yang sama tanpa peningkatan risiko
keuangan dengan cara menginvestasikan dananya pada perusahaan A. Transaksi
arbitrase ini terus berlangsung sampai membuat nilai kedua perusahaan sama.
Misalnya seorang investor memiliki sejumlah 5% saham diperusahaan B, maka
langkah-langkah yang dilakukan investor tersebut adalah sebagai berikut:
1. Menjual saham perussahaan B untuk mendapatkan dana sebesar Rp.
16.000.000 yaitu dari 5% x Rp. 320.000.000
2. Meminjam dana Rp. 12.000.000 yaitu 5% x Rp. 240.000.000 dengan bunga
12%, sehingga total dana = Rp. 16.000.000 + Rp. 12.000.000 = Rp.
28.000.000
3. Membeli 5% saham perusahaan A seharga 26.666.667 yaitu sama dengan 15%
x Rp. 533.333.333
12

Sebelum transaksi di atas dilakukan, investor tersebut mengharapkan


keuntungan investasinya dari perusahaan B sebesar 16% dari nilai investasi Rp.
16.000.000 yaitu sebesar = 16% x Rp. 16.000.000 = Rp. 2.560.000. sedangkan
keuntungan yang ia harapkan dari perusahaan A sebesar 15% dari investasi sebesar
Rp. 26.666.667. yaitu sama dengan 15% x Rp. 26.666.667 = Rp. 4.000.000 dengan
keuntungan ini investor harus mengurangi sebagian keuntungannya untuk membayar
bunga pinjaman, sehingga keuntungan bersihnya adalah:
- Keuntungan investasi dari perusahaan A
- Bunga yang harus dibayar (12% x 12.000.000)
- Keuntungan bersih

= Rp. 4.000.000
= Rp. 1.440.000
= Rp. 2.560.000

Keuntungan bersih sebesar Rp. 2,560.000 sama dengan keuntungan investasi


pada perusahaan B. Tetapo pengeluaran kas untuk investasi perusahaan A hanya
sebesar Rp. 14.666.667 (dari Rp. 26.666.667 Rp. 12.000.000) dibandingkan
pengeluaran kas untuk investasi pada perusahaan B sebesar Rp. 16.000.000 karena
investor dapat memperoleh keuntungan yang sama dengan menggunakan jumlah
investasi yang lebih kecil dan risiko financialnya juga sama, maka investor akan
melakukan langkah arbitrase tersebut. Dan apabila karena suatu alasan kemudian
harga saham perusahaan A lebih tinggi dari perusahaan B, maka proses arbitrase akan
berlangsung juga, namun dalam arah sebaliknya

2.3 Keputusan Struktur Modal Dalam Praktik


2.3.3

Analisis Interaksi EBIT-EPS

2.3.4

Analisis Kemampuan Menservis Pinjaman

2.3.5

Analisis Kecukupan Dana

BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Struktur Modal (capital structure) adalah perbandingan atau imbangan
pendanaan jangka panjang perusahaan yang ditunjukkan oleh perbandingan hutang
13

jangka panjang terhadap modal sendiri. Pemenuhan kebutuhan data perusahaan dari
sumber modal sendiri berasal dari modal saham, laba ditahan,dan cadangan. Jika
dalam pendanaan perusahaan yang berasal dari modalsendiri masih mengalami
kekurangan (defisit) maka perlu dipertimbangkanpendanaan perusahaan yang berasal
dari luar, yaitu dari hutang (debt financing). Namun dalam pemenuhan kebutuhan
dana, perusahaan harus mencarialternatif-alternatif pendanaan yang efisien.
Pendanaan yang efisien akan terjadi bila perusahaan mempunyai struktur modal yang
optimal.
Struktur modal yang optimal dapat diartikan sebagai struktur modal yang
dapat meminimalkan biayapenggunaan modal keseluruhan atau biaya modal rata-rata
(Ko), sehingga akan memaksimalkan nilai perusahaan.
Apabila leverage keuangan mengalami perubahan dapat dianalisis dengan
beberapa pendekatan, yaitu pendekatan laba bersih, pendekatan laba operasi bersih,
pendekatan tradisional dan pendekatan Modigliani Militer (MM).
Adapun keputusan struktur modal dalam praktik dapat dilakukan dengan
menggunakan analisis interseksi EBIT-EPS, analisis kemampuan menservis pinjaman
dan analisis kecukupan dana. Dalam mengambil keputusan perusahaan dapat
menggunakan analisis-analisis tersebut sesuai kebijakan perusahaan.

DAFTAR PUSTAKA
Sunjaja, Ridwan S., dan Barlian, Inge, Manajemen Keuangan Dua: Edisi Kedua, Bandung,
PT. Prenhallindo, 2001.
SU, Martono., dan Agus Harjito, Manajemen Keuangan : Edisi Pertama, Yogyakarta,
Ekonisia, 2003

14

Anda mungkin juga menyukai