Kelas : 7MAK1
NIM : 11190132
Soal 1
Nomor 1
Tata Kelola Perusahaan merupakan suatu sistem yang dirancang untuk mengarahkan
pengelolaan perusahaan secara profesional berdasarkan prinsip-prinsip transparansi,
akuntabilitas, tanggung jawab, independen, kewajaran dan kesetaraan.
Dikutip dari POJK No. 73/POJK.05/2016 tentang Tata Kelola Perusahaan yang Baik
Perusahaan Perasuransian menyebutkan bahwa tata kelola perusahaan yang baik
adalah salah satu pilar untuk membangun situasi ekonomi yang sehat. Praktik tata
kelola perusahaan yang baik berjalan seiring dengan kredibilitas perusahaan, dan
perkembangan industri asuransi yang pesat harus didukung oleh lingkungan yang
kondusif. Penting bagi industri asuransi untuk menerapkan Tata KelolaPerusahaan
yang baik untuk mendukung terwujudnya lingkungan bisnis yang sehat dan
persaingan yang sehat. Membangun tata kelola perusahaan yang baik di industri
asuransi merupakan bagian penting dari manajemen risiko. Tata kelola perusahaan
asuransi yang baik berarti manajemen risiko yang baik.
Nomor 2
1. Transparansi
Perusahaan harus transparan dalam memberikan informasi yang relevan kepada stakeholder
agar para stakeholder bisa memahami informasi dengan mudah. Contohnya adalah:
1. Perusahaan harus menyediakan informasi secara tepat waktu, memadai, jelas, akurat,
dan dapat diperbandingkan serta mudah diakses stakeholder.
2. Informasi yang harus diungkapkan meliputi visi, misi, sasaran usaha dan strategi
perusahaan, kondisi keuangan, susunan dan kompensasi pengurus, pemegang saham
pengendali, kepemilikan saham, sistem manajemen risiko, sistem pengawasan dan
pengendalian internal, sistem pelaksanaan GCG, serta kejadian penting yang
memengaruhi kondisi perusahaan.
3. Prinsip keterbukaan yang dianut perusahaan tidak mengurangi kewajiban untuk
memenuhi ketentuan kerahasiaan perusahaan sesuai peraturan perundang-undangan,
rahasia jabatan, dan hak-hak pribadi.
2. Akuntabilitas
1. Penetapan rincian tugas dan tanggung jawab setiap organ perusahaan dan seluruh
karyawan secara jelas dan selaras dengan visi, misi, nilai-nilai perusahaan, dan
strategi perusahaan.
2. Meyakini bahwa semua organ perusahaan dan semua karyawan mempunyai
kemampuan sesuai dengan tugas, tanggung jawab, dan perannya dalam pelaksanaan
GCG.
3. Kepastian adanya sistem pengendalian internal yang efektif dalam pengelolaan
perusahaan.
3. Tanggung Jawab
Perusahaan harus menjalankan tanggung jawab masyarakat dan lingkungan, serta mematuhi
peraturan perundang-undangan dalam mendukung kesinambungan usaha jangka panjang.
Prinsip tanggung jawab ini juga akan memberikan pengakuan pada perusahaan
sebagai Perusahaan yang baik. Contohnya :
1. Organ perusahaan harus berpegang pada prinsip kehati-hatian dan memastikan
kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan, anggaran dasar, dan peraturan
perusahaan.
2. Perusahaan harus menjalankan tanggung jawab sosial, antara lain peduli terhadap
masyarakat dan kelestarian lingkungan terutama di sekitar perusahaan.
4. Independensi
Tata kelola perusahaan yang baik juga menerapkan asas kewajaran dan kesetaraan untuk
memperhatikan kepentingan setiap stakeholder dalam melaksanakan kegiatannya. Contohnya
adalah :
Nomor 3
Contohnya adalah Asuransi Jiwa Kresna atau Kresna life, Nasabah PT Asuransi Jiwa
Kresna atau Kresna Life mulai resah, pasalnya pembayaran polis jatuh tempo mulai tersendat.
Keterlambatan pembayaran tersebut mulai terjadi pada Maret 2022. Kasus ini terungkap ke
permukaan pada Mei 2020, dimana Kresna Life sempat tidak mau membayar polis jatuh
tempo nasabahnya. Setelah beberapa pertemuan antara management Kresna Life dengan
nasabah yang difasilitasi Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Kresna Life mulai membayar polis
nasabah yang jatuh tempo sampai dengan nilai Rp 50 juta. Kresna juga sempat menawarkan
pembayaran dan meminta membuat perjanjian yang tidak diterima oleh nasabah karena
membuat polis Asuransi tidak berlaku lagi. Lalu nasabah melalui kuasa hukumnya
melakukan PKPU yang dikabulkan oleh PN Jkt Pusat dan disahkan dengan hasil homologasi
tanggal 11 Februari 2021.
Namun kemudian ada nasabah yang mengajukan kasasi ke Mahkamah Agung (MA) dan
keluarlah keputusan MA tanggal 8 Juni 2021 yang membatalkan PKPU tersebut dan
mengembalikan kewenangan kepada OJK. Kresna Life sebenarnya sudah mulai mencicil
pembayaran kepada nasabah sejak Maret 2021 sesuai dengan hasil homologasi PKPU. Begitu
juga setelah ada keputusan MA yang membatalkan PKPU, Kresna sampai sekarang tetap
terus membayar nasabah sesuai hasil homologasi dan dikuatkan oleh Kresna melalui surat ke
nasabah No.121/KL-DIR/IX/2021 tanggal 9 Sept 2021. Akan tetapi OJK mengeluarkan
Sanksi Peringatan Kedua dan Terakhir kepada Kresna dengan surat no.S252/NB.211/2021
tanggal 4 Maret 2021, dimana jika sampai dengan30 April 2022 tidak dipenuhi maka
tindakan selanjutnya adalah pencabutan izin usaha. Akan tetapi OJK mengeluarkan Sanksi
Peringatan Kedua dan Terakhir kepada Kresna dengan surat no.S252/NB.211/2021 tanggal 4
Maret 2021, dimana jika sampai dengan30 April 2022 tidak dipenuhi maka tindakan
selanjutnya adalah pencabutan izin usaha.
https://www.cnbcindonesia.com/market/20220330095907-17-327166/toloong-nasabah-
kresna-life-teriak-pembayaran-polis-macet
Nomor 4
Menurut saya agar Perusahaan Asuransi harus memperhatikan Pelaksanaan tugas serta
tanggung jawab dari Direksi, Komisaris, dan dewan pengawas lainnya. Lalu melaksanakan
tugas satuan kerja dan komite yang menjalankan fungsi pengendalian internal. Menerapkan
manajemen resiko juga penting guna meningkatkan mutu dan menciptakan budaya bekerja
yang baik pada perusahaan, dan yg terpenting perusahaan harus transparan dengan kondisi
keuangan dan kondisi non keuangan.
Nomor 5
Otoritas Jasa Keuangan sebagai lembaga yang mengawasi kegiatan di sektor perasuransian
berfungsi untuk mewujudkan sistem keuangan yang tumbuh secara berkelanjutan dan stabil
serta dapat menumbuhkan kepercayaan masyarakat terhadap industri asuransi. Dalam lingkup
pengawasan di sektor perasuransian, Otoritas Jasa Keuangan mempunyai kewenangan dalam
pengajuan permohonan pernyataan pailit terhadap Perusahaan Asuransi dalam rangka
melindungi kepentingan pemegang polis asuransi. Pengaturan tentang kewenangan Otoritas
Jasa Keuangan dalam pengajuan permohonan pernyataan pailit terhadap Perusahaan Asuransi
diatur dalam Undang – Undang No. 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan dan Penundaan
Pembayaran Utang dan Undang – Undang No. 21 Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa
Keuangan beserta peraturan pelaksananya
3 peran penting OJK dalam industri asuransi diantaranya adalah fungsi pengaturan,
pengawasan dan pengembangan asuransi. Aktivitas pengawasan meliputi pemeriksaan
langsung, pemeriksaan tidak langsung, rapat eksekutif, pemantauan tindak lanjut hasil
pemeriksaan, interaksi berkelanjutan dan penegakan peraturan.
Peran DPR terhadap struktur organisasi industri asuransi adalah memberitahukan pentingnya
kehadiran Lembaga Penjamin Polis untuk meningkatkan pengawasan industri jasa asuransi
sebagai penggerak ekonomi nasional. Lembaga Penjamin Polis (LPP) yang diamanatkan
Undang-undang Perasuransian Tahun 2014 masih belum terbentuk di Indonesia. Pentingnya
peningkatan pengawasan atas perusahaan asuransi selain dari pengetatan peraturan agar para
nasabah pemegang polis tidak dicurangi akibat dari tidak mendapatkan dana dari perusahaan
asuransi.
https://www.neliti.com/id/publications/54185/kewenangan-otoritas-jasa-keuangan-dalam-
perkara-kepailitan-perusahaan-asuransi
Soal 2
3. A. Memaksa karyawan untuk tunduk terhadap setiap peraturan yang telah dibuat
perusahaan
4. B. 1 dan 3
5. B. Mempermudah diperolehnya dana pembiayaan yang lebih mahal dan rigid yang
pada akhirnya akan meningkatkan corporate value
6. D. 3 dan 4
8. A. One-Tier System
9. C. 2 dan 3
Nomor 1
A. Nilai perusahaan adalah nilai yang mencerminkan berapa harga yang mampu dibayar
oleh investor untuk suatu perusahaan yang biasanya diukur dengan price to book
value ratio.
B. Karena dengan metode GCG membuat perusahaan transparansi terhadap laporan
keuangan yang dilaporkan, dengan ini para seluruh investor bisa menilai secara
langsung nilai perusahaan tersebut.
Nomor 2
Perusahaan yang masih terdaftar di CGPI pasti memperoleh peringkat nilai yang baik dan
sangat baik sehingga pengukuran menjadi bias dan tidak bisa di jadikan sebagai patokan.
Perusahaan yang terdaftar di CGPI juga memiliki nilai yerusahaan yang baik karena sudah
diverifkasi secara ketat saat ingin mendaftar, Jadi mengukur Good Corporate Governance
yang menggunakan CGPI tidak bisa memberikan bukti bahwa CGPI mempengaruhi nilai dari
suatu perusahaan.
Nomor 3
Corporate Governance Perception Index (CGPI) adalah program riset dan pemeringkatan
penerapan GCG pada perusahaan-perusahaan di Indonesia melalui perancangan riset yang
mendorong perusahaan meningkatkan kualitas penerapan konsep corporate governance (CG)
melalui perbaikan yang berkesinambungan (continuous improvement) dengan melaksanakan
evaluasi dan benchmarking.
Program CGPI merupakan program yang bersifat sukarela (voluntary), selektif dan elektif.
Keikutsertaan perusahaan merupakan sebuah pilihan (elektif) secara sukarela (voluntary)
tanpa didasari oleh dorongan memenuhi aturan (mandatory) dan mempertimbangkan
kesiapan internal perusahaan (selektif) dalam memutuskan berpartisipasi mengikuti CGPI
berdasarkan tema penilaian.
Hasil pemeringkatan program CGPI menggunakan norma penilaian berdasarkan rentang skor
yang dicapai oleh peserta CGPI dengan kategorisasi atas tingkat kualitas implementasi GCG
yang menggunakan istilah “terpercaya”. Perusahaan yang mendapatkan nilai antara 55,00 s/d
69,99 mendapatkan predikat sebagai perusahaan “cukup terpercaya”. Perusahaan yang
mendapatkan nilai antara 70,00 s/d 84,99% mendapatkan predikat sebagai perusahaan
“terpercaya”. Perusahaan yang mendapatkan nilai antara 85,00 s/d 100% mendapatkan
predikat sebagai perusahaan “sangat terpercaya”.
Nomor 4
Perusahaan mengikuti pemeringkatan CG seperti CGPI untuk mendapatkan nilai lebih pada
laporan keuangan melalui skor yang diberikan dan dinilai langsung oleh GCG guna untuk
menarik perhatian lebih banyak investor untuk ber-investasi di perusahaan tersebut.
Nomor 5
pengukuran CG dan kinerja yang lebih komprehensif dengan menggunakan indeks komposit
multidimensi. Pengembangan dari penelitian Elbannan dan Elbannan (2014) dilakukan
dengan menambahkan variabel frekuensi pertemuan pada dewan komisaris dan komite audit
dalam mengukur CG dikarenakan peran pentingya dewan komisaris dan komite audit dalam
rangka meningkatkan tata kelola perusahaan serta argumen bahwa lebih relevan untuk
mengukur dewan komisaris dan komite audit melalui intensitas pertemuan daripada hanya
sekedar mengukurnya melalui ukuran semata seperti yang digunakan dalam penelitian
sebelumnya.