Anda di halaman 1dari 16

ETIKA DAN SOPAN

SANTUN KEPADA
PASIEN
Disusun Oleh :
Rani Sukma Dahliani NIM. P2.06.24.4.17.028
Rika Agustiani NIM. P2.06.24.4.17.030
Latar Belakang
Kepuasan pasien indikator keberhasilan pemberian pelayanan
kesehatan kepada masyarakat

Etika dalam pelayanan kebidanan kurangnya pemahaman


merupakan isu utama di berbagai petugas kesehatan terhadap
tempat pelayanan etika

Penerapan etika dalam pelayanan kebidanan akan menjamin bidan memberikan


pelayanan yang profesional dan berkualitas
Pengertian Etika
Etika berasal dari kata ethos (bahasa Yunani) yang berarti karakter, watak kesusilaan
atau adat

Etika dikelompokan menjadi dua definisi (Robert Salomon), yaitu:

 Etika merupakan karakter individu, bahwa orang yang beretika adalah orang baik.

Merupakan pemahaman manusia sebagai individu atau pribadi yang beretika.

 Etika merupakan hukum sosial, merupakan hukum yang mengatur, mengendalikan

serta membatasi perilaku manusia, bila seseorang beretika pasti memahami norma
yang berlaku dalam kehidupan dan tidak mungkin melakukan hal buruk yang akan
mencerminkan pribadinya menjadi tidak beretika.
Fungsi Etika dan Moralitas
Dalam pemberian layanan kebidanan, Bidan haruslah berlandaskan pada fungsi etika dan
moralitas pelayanan kebidanan yang meliputi :
 Menjaga otonomi dari setiap individu  Mendapatkan informasi tentang hal yang
khususnya bidan dan klien sebenarnya
 Menjaga kita untuk melakukan tindakan  Memberikan petunjuk terhadap tingkah
kebaikan dan mencegah tindakan yang laku/perilaku manusia antara baik, buruk, benar
merugikan/membahayakan orang lain atau salah sesuai dengan moral yang berlaku
 Menjaga privacy setiap individu pada umumnya
 Mengatur manusia untuk berbuat adil dan  Berhubungan dengan pengaturan hal-hal yang
bijaksana sesuai dengan porsinya bersifat abstrak
 Dengan etik kita mengatahui apakah suatu  Memfasilitasi proses pemecahan masalah etik
tindakan itu dapat diterima dan apa alasannya  Mengatur hal-hal yang bersifat praktik
 Mengarahkan pola pikir seseorang dalam  Mengatur tata cara pergaulan baik di dalam
bertindak atau dalam menganalisis suatu tata tertib masyarakat maupun tata cara di
masalah dalam organisasi profesi
 Menghasilkan tindakan yang benar  Mengatur sikap, tindak tanduk orang dalam
menjalankan tugas profesinya yang biasa
disebut kode etik profesi.
Etika pelayanan apabila bidan berada di masyarakat, yaitu sebagai berikut :
 Peningkatan citra bidan sebagai pemberi pelayanan yang berkualitas, non
diskriminatif, mandiri, mampu menunjukkan kepemimpinan di masyarakat untuk tujuan
kemanusian.
 Meningkatkan pemberdayaan perempuan dalam menumbuhkan kesadaran terhadap

pentingnya kesehatan reproduksi dan persalinan yang aman dan tumbuhnya


dukungan terhadap peningkatan terhadap status perempuan.
Sikap Bidan Dalam
Pelayanan Kebidanan
Ikhlas dalam memberikan asuhan kebidanan

Ramah dan Santun

Belas Kasih

Sabar dan tidak lekas marah

Bersikap tenang, tepat, dan cepat dalam bertindak

Berikan Sentuhan

Berpenampilan yang rapi, sopan dan menyenangkan pandangan mata


Ikhlas dalam memberikan asuhan
kebidanan
Ikhlas dalam memberikan pelayanan kepada pasien maksudnya
adalah tidak mengharapkan imbalan apa-apa, bersegera
membantu pasien dengan sepenuh hati, memberikan perhatian
yang tulus dengan mendengarkan keluh kesah dari pasien.

Pasien : “Suster/bidan tolong ambilkan pispot untuk saya, sepertinya saya


akan BAB (Buang Air Besar)”
Suster/Bidan : Dengan tersenyum dan wajah ceria, “Sebentar ya bu, saya akan
ambilkan, apakah ibu mau BAB sendiri atau saya bantu?”

Pasien : “Biar saya sendiri saja suster/bidan”, terimakasih

Suster/Bidan : “Kalau ibu sudah selesai dan perlu bantuan saya, ibu bisa bell
saya ya bu, saya akan ke pasien lain dulu ya”.
Ramah dan Santun
Bertutur kata dengan senyum yang tulus serta lemah lembut
kepada pasien, bersikap sopan dan santun kepada pasien dan
menghargai pasien, dengan memberikan perhatian, merawat
pasien dan mendengarkan keluhannya.
• Assalamualaikum Selamat pagi Bu.........., “apakah ibu
tidur dengan nyenyak tadi malam?”
• Ibu memanggil saya? Apa yang dapat saya bantu
Bu.......?
• Selamat siang Bu....? obat hari ini apakah sudah ibu
minum......?
Belas Kasih
 Bersikap empati kepada pasien dan ikut merasakan penderitaan pasien tanpa harus
larut dengan masalah pasien.

Sabar dan tidak lekas marah


 Dalam memberikan asuhan kebidanan seorang bidan dituntut sabar dan tidak lekas
marah. Bidan harus memahami konsep manusia yang unik, memiliki perilaku, respon
dan sikap yang berbeda antara yang satu dengan yang lain.

Pasien : Suster/bidan........ ‘saya tidak tahan suster........., sakit......aduuuhhhh, rasanya anak saya mau
keluar suster (teriak seorang pasien sambil memegang megang perutnya)

Suster/Bidan : Berdoa ya bu........., sakit mau melahirkan memang demikian bu....., kalau ibu tidak sakit.....
bayi ibu tidak akan lahir... berdoa dan berdzikir ya bu. (kalau beragama Islam).

Pasien : Aduuuuuh... suster/bidan, tak tahan lagi suster/bidan....... (pasien menarik narik lengan
perawat/bidan, sampai melukai lengan suster/bidan)

Suster/Bidan : (Dengan penuh kesabaran dan penuh kedewasaan)


Sabar bu......, justru semakin kuat sakitnya semakin baik bu... sabar ya bu....
Bersikap tenang, tepat, dan cepat dalam bertindak
 Bersikap tenang dalam bertindak mempunyai makna tidak tergesa-gesa dalam
memberikan asuhan Kebidanan, teliti, berhati-hati, cermat dan rapi serta mempunyai
seni dalam merawat pasien atau memberikan pelayanan kepada pasien.

Berikan Sentuhan
 Kasih sayang, dukungan emosional, dan perhatian disampaikan melalui sentuhan.
Sentuhan merupakan bagian yang penting dalam hubungan bidan dan pasien,
namun harus memperhatikan norma sosial.

Berpenampilan yang rapi, sopan dan menyenangkan


pandangan mata
 Berpakaianlah yang rapi, bersih dan enak dipandang mata. Seorang bidan mencerminkan
sesosok wanita yang rapi, bersih dan berwibawa. Janganlah terlalu menyolok dalam berdandan
dan berpakaian. Mencerminkan kesederhanaan dan kedewasaan dalam berpenampilan.

Hargai pasien
 Hargai setiap pasien, karena pasien merupakan makhluk ciptaan Tuhan yang
memiliki perasaan.
Komunikasi Verbal dengan
Pasien
 Menurut Hani Handoko, komunikasi adalah proses pemindahan pengertian dalam
bentuk gagasan atau informasi dari seseorang ke orang lain, melibatkan lebih dari
sekedar kata-kata dalam percakapan, tetapi juga ekspresi wajah, intonasi, titik putus
tidak hanya memerlukan transmisi data, tetapi tergantung pada keterampilan tertentu
untuk membuat sukses pertukaran informasi

• Komunikasi verbal menggunakan kata-kata


Komunikasi Verbal yang disebut juga sebagai komunikasi bahasa
lisan

• Komunikasi nonverbal mencakup gerak gerik,


Komunikasi Nonverbal sikap, ekspresi wajah, dan penampilan.
Ada beberapa hal penting yang harus diperhatikan oleh bidan dalam menciptakan komunikasi verbal
yang baik dengan pasien diantaranya (Elfindri et al., 2009):
 Berkomunikasilah dengan jelas dan ringkas
Jelas dan ringkas merupakan komunikasi yang efektif, sederhana, pendek dan langsung.

 Gunakan bahasa yang mudah dipahami oleh pasien


Untuk menjelaskan segala sesuatunya kepada pasien gunakan bahasa yang mudah dipahami oleh
pasien baik menyampaikan tentang status kesehatan pasien, kondisi pasien, maupun tindakan
yang akan dilakukan kepada pasien.

 Gunakan waktu dan intonasi yang tepat dalam berkomunikasi


Bila pasien sedang menangis kesakitan, tidak waktunya untuk menjelaskan resiko operasi.
Kendatipun pesan diucapkan secara jelas dan singkat, tetapi waktu tidak tepat dapat menghalangi
penerimaan pesan secara akurat. Oleh karena itu, bidan harus peka terhadap ketepatan waktu
untuk berkomunikasi.

 Kecepatan berbicara harus diatur sesuai dengan kalimat yang akan disampaikan
Bidan sebaiknya tidak berbicara cepat sehingga kata-kata menjadi jelas disampaikan.

 Humor dengan melihat situasi dan kondisi pasien


Dugan (1989), mengatakan bahwa tertawa membantu mengurangi ketegangan dan rasa sakit yang
disebabkan oleh stress, dan meningkatkan keberhasilan bidan dalam memberikan dukungan
emosional terhadap klien.
 Dalam berkomunikasi, terjadi peristiwa transaksi yang tergantung pada

sikap diri (ego state) dari individu yang berkomunikasi. Transaksi yang
terjadi ada tiga macam, yaitu
 Transaksi imbang (complementary transaction) : adalah komunikasi yang terjalin

pada taraf ego state yang sama.


 Transaksi silang (crossed transaction) : transkasi ini mengakibatkan kesenjangan

komunikasi karena terjadi perbedaan ego state.


 Transaksi selubung (ulterior transaction) : Dalam transaksi ini, pesan disampaikan

ego state tertentu dan biasanya melibatkan dua atau lebih ego state
Contoh Kasus
Skenario

seorang pasien perempuan 25 tahun datang berobat ke dokter gigi dengan banyak
keluhan sering pusing, sering sakit gigi, sering nyeri. Dokter gigi kesal karena pasien
banyak keluhan dan mengemukakan keluhan tersebut secara kanak-kanak.
 Dari kasus diatas, bahwa pasien tergolong dalam ego state kanak-kanak karena caranya
menyampaikan keluhan dengan model kanak-kanak. Dokter tampak tidak memposisikan
diri sebagai ego state kanak-kanak juga sehingga terjadi transaksi silang (crossed
transaction).
 Transaksi ini mengakibatkan kesenjangan komunikasi. Dampaknya adalah dokter gigi
menjadi kesal yang merupakan bentuk kemarahan akibat ketidakcocokan ego state.
 Komunikasi yang dilakukan pasien termasuk komunikasi verbal, karena bahasa atau
perkataan yang disuarakan. Sementara dokter, komunikasi yang dilakukan lebih non
verbal (walaupun tidak disebutkan), karena perasaan kesal dokter mungkin hanya
ditunjukkan lewat mimik muka atau tindakan berikutnya kepada pasien.
 Dokter tampak kurang memiliki sikap empati, terlihat dari ketidakmampuan dokter untuk
mendengar aktif, dan responsif terhadap kebutuhan serta kepentingan pasien.
 Dokter masih belum mampu berkomunikasi secara efektif dan berempati terhadap
pasiennya. Hal ini akan menimbulkan analisa :
Aku (pasien) tidak senang aman sentosa. Karenanya, dikatakan bahwa dokter gigi
gagal membangun komunikasi efektif dan empati terhadap pasien
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai