REFLEKSI DIRI
Tindakan keperawatan Pemasangan Kateter Urine
SITUASI
a. Identitas klien
Melakukan tindakan keperawatan pada klien :
Nama
: Tn S
No reg
: 01385165
Tanggal lahir/usia
: 24/12/1953 - 61 tahun
Dx medis
: CKS+SDH+Hidochepalus+Post Op
Vp Shunt.
b. Riwayat Keperawatan
Diagnosa
NOC
NIC
Domain 3 :
Domain 2 :
Domain 1: Fisiologi dasar
Kesehatan fisiologi
craniotomi+Vp sunt hari ke Eliminasi dan
Kategori :
exchange
Kriteria hasil yang
6 dengan riwayat cedera
Manajemen eliminasi
menggambarkan
kepala sedang di bagian
Kelas 1:
kemampuan
intervensi untuk kelemahan pola
lobus frontal, penurunan
individu
untuk
Fungsi Urine
eliminasi urine dan mengatasi
meningkatkan
kesadarahan, mual-, muntah
komplikasi akibat pola eliminasi
Diagnosa :
ekresi,
pola
urine.
+, serta perdarahan hebat di
eliminasi, dan status
Gangguan
tungkai.
0580 : kateterisasi Urine :
eliminasi.
Eliminasi Urine
insersi kateter ke kdalam
Keluahan nyeri sedang,
(00016).
KelasF: Eliminasi kandunf kemih secara temporer
mual -, muntah-, intoleransi
Urine (0503)
atau permanen untuk drainase
Definisi :
aktifitas dan klien bedrest.
urine.
Kriteria hasil yang
Disfungsi
pada
Klien masih terpasang
menggambarkan
Aktivitas :
eliminasi
urine.
folley cath No 16 dengan isi
kemampuan
1. Menjelaskan prosedure dan
individu untuk
Batasan
balon 12 cc, daerah
rasional pemasangan
karakteristik : meningkatkan
genetaliakotor, dan klien
2. Persiapkan peralatan
ekresi, pola
Dysuria,
3. Menjaga privasi dan menutup
mengeluhkan perasaan
eliminasi, dan status
inkontinensia
daerah yang tidak digunakan
eliminasi.
tidak nyaman. Hari ini klien yrine, retensi
4. Cek ukuran dan patensi
kateter
akan dilakukan penggantian urine
Diukur dengan
5. Menjaga teknik aseptik
skala likert yaitu:
selang kateter urine.
Faktor yang
6. Menjaga kebersihan tangan
sebelum, selama, dan setelah
berhubungan :
1. tidak pernah
pemasangan kateter
dilakukan
7. Gunakan kateter sesuai
Kejadian
ukuran dan balon yang sesuai
yang
2. jarang dilakukan
dengan usia (10 cc dewasa, 5
menyebabka
cc anak)
n infeksi
3. kadang-kadang
8. Sambungkan slang kateter
taktrus
dilakukan
dengan urine bag
urinarius
9. Tempatkan urine bag dibawah
Kerusakan
4. sering dilakukan
level kandung kemih
sensorik
10.
Jaga kateter tidak terlipat
motorik
5. dilakukan secara
11. Monitor intake output cairan
Kasus truma
konsisten
12. Ajarkan kebersihan kateter
multiple.
pada klien jika diperlukan
Kriteria Hasil :
13. Ukur residu urine kandung
kemih
3
(050301) pola
eliminasi (skala
5)
(050307) intake
cairan (Skala 5)
(050313)
pengosongan
kandung kemih
(Skala 5)
(050309) nyeri
ketika berkemih
(Skala 5)
(050304) warna
urine (Skala 5).
FELLING
Sebelum mengikuti pendidikan D3 keperawatan saya belum mengetahui dan
mempelajari bagaimana prosedur pemsangan kateter dengan baik dan benar sesuai
SOP. Hal yang saya pikirkan selama saya mengunjungi sanak saudara yang dirawat
di RS dan terpasang kateter dalam perawatan nya adalah prosedur yang dilakukan
melalui pembedahan dan dilakukan oleh dokter saja. Setelah saya menyelesaikan
pendidikan D3 keperawatan dan bekerja pada ruang OK di RS Swasta, hal yang saya
pikirkan berubah. Saya mulai memahami dan mengerti akan indikasi pasien yang
memerlukan pemasangan keteter urine dan juga prosedur pemasangannya. Setelah
saya melanjutkan kuliah pada program Profesi FIK UI tahun ajaran 2015/2016 ini,
saya semakin mengerti akan prosedur pemasangan kateter urine seperti yang
diajarkan di akademik.
Namun, hal yang saya rasakan ketika harus melakukan prosedur pemasangan kateter
urine sebagai tindakan ujian pada pasien bedrest dan gelisah di HCU Lantai 4 utara
RS Fatmawati adalah hal yang baru bagi saya. Bila diruang OK, saya hanya
melakukan pemasangan kateter pada pasien yang dalam pengaruh anastesi dan tidak
merasakan reflek nyeri. Agar lebih matang dalam pelaksanaan ujian, saya terlebih
dahulu melakukan prosedur pemasangan kateter pada pasien Ny.M pada tanggal 23
september 2015 di ruang yang sama. Hal yang saya rasakan saat itu adalah
kebingungan mencari meatus uretra pada wanita akibat elastisitas kulit yang
menurun serta lupa memasangkan pengalas pada saat prosedur pemasangan.
Pada waktu ujian saya mendapatkan pasien Tn.S yang dijadwalkan untuk
penggantian folley cath hari ini. Tn.S mengalami trauma pada neurumoskuler
sehingga pasien gelisah. Hal tersebut yang memberikan keterbatasan dalam
melakukan intervensi pemasangan kateter. Klien juga mengeluhkan perasaan malu,
dikarenakan daerah genetalia terbuka dan adanya keterbatasan dalam penggunaan
sampiran pada ruangan tersebut. Adanya keterbatasan lain dalam hal peralatan adalah
ruangan HCU lantai 4 utara tidak memiliki set steril untuk pemasangan kateter.
Perasaan khawatir juga saya alami bila salah satu langkah pada prosedur terlewati
dan perasaan gugup bila dalam pelaksanaan ujian saya tidak dapat mempertahankan
teknik steril yang merupakan prinsip dalam pemasangan kateter. Hal lain yang
terlupakan adalah sebelum pemasangan kateter, saya belum melakukan palpasi dan
perkusi pada kandung kemih untuk mengetahui adanya distensi pada kandung kemih
pasien. Untuk mengatasi berbagai permasalahan tersebut yang saya lakukan adalah
mengajak klien untuk bekerjasama dalam prosedur dengan tetap mempertahakankan
teknik steril.
EVALUASI
Ketika pasien diajak untuk bekerjasama dalam pelaksanaan prosedur, pasien
memahami dan kooperatif dalam pelaksanaan prosedur. Setelah penggantian folley
cath, urine klien mengalir lancar dengan warna kuning jernih, dengan nyeri minimal
dengan skala 3 dari 10 Face rating pain scale. Bau urine amoniak dengan area
genetalia yang bersih.
RENCANA EVALUASI
Data / karakteristik
EVALUASI
Klien post op
Diagnosa Keperawatan :
Gangguan Eliminasi Urine (00016).
craniotomi+Vp sunt
hari ke 6 dengan
riwayat cedera kepala
kesadarahan, mual-,
5
muntah +, serta
perdarahan hebat di
tungkai.
mual -, muntah-,
16 Fr isi balon 30 cc, tanggal 25/09/2015 Pukul 09.30 WIB s/d 2 oktb
genetaliakotor, dan
klien mengeluhkan
perasaan tidak nyaman.
Hari ini klien akan
dilakukan penggantian
selang kateter urine.
ANALISIS
Pada saat persiapan alat saya tidak menyediakan plastik infeksius/tempat sampah.
Karena diruangan tidak tersedia plastik infeksius kecil menurut teori dari Boyd
(2015), Oleh karena nya saya hanya menggunakan bengkok dan plastik infeksius
besar dalam ruangan yang terpakai bagi seluruh pasien.
Saya tidak menyediakan tempat spesimen urine seperti yang dijelaskan oleh
Kurnia & Handayani (2015), karena pasien tidak memerlukan pemeriksaan urine
untuk diagnostik.
Pada fase kerja, CI/ pembimbing ruangan menyampaikan bahwa fiksasi kateter
saat ini hanya menggunakan 10 cc cairan steril. Namun, menurut teori boyd
(2015), Fiksasi balon yang diberikan adalah sesuai dengan instruksi produk yang
tertera pada selang kateter.
Cairan antiseptik/providine iodine pada saat perawatan genetalia pada pasien Tn.S
tidak digunakan lagi di ruangan sesuai dengan teori Boyd (2015), namun hal ini
berbeda dengan teori Dahlia.,et all (2014) yang menyatakan larutan tersebut boleh
digunakan.
Cairan lubrikan/xylocain jelly pada pasien pria dimasukkan kedalam meatus
uretra selama 5 menit sehingga memberikan efek anastesi sehingga nyeri minimal
pada saat pemasangan folley cath sesuai dengan teori Potter & Perry (2010).
Pada saat prosedur, saya tidak menggunakan senter seperti pada teori Boyd
(2015), karena pencahayaan diruangan cukup baik.
Saya menggunakan sampiran seperti seluruh teori yang disampaikan pada laporan
pendahuluan, namun pada ruangan HCU lantai 4 utara sampiran yang tersedia
hanya 1 buah. Oleh kerena itu pasien merasa malu dan privasi klien tidak
terpenuhi dengan maksimal.
Set steril folley catheter pada ruangan tidak tersedia sehingga saya harus
meminjam ke ruangan lain agar dapat mempertahankan area streil selama dalam
pemasangan folley cath.
Saya tidak melakukan pemeriksaan kandung kemih dengan palpasi maupun
perkusi seperti pada teori Dahlia.,et all (2014), sehingga saya tidak mengetahui
apakah klien mengalami distensi pada kandung kemih atau tidak.
ACTION PLAN
Lebih memperhatikan aspek privasi klien, sehingga klien merasakan perasaan
nyaman ketika melakukan prosedur pemasangan alat invasif pada area sensitif.
Mempersiapkan semua alat sesuai dengan SOP yang berlaku dengan tidak
melupakan prinsip streril selama prosedur dilakukan.
Untuk menghilangkan perasaan nyeri dan tidak nyaman selama prosedur, berikan
penjelasan/komunikasi terapetik yang akurat sesuai dengan kondisi klien.
Melakukan pemeriksaan palpasi dan perkusi untuk mengetahui adanya distensi
pada kandung kemih
Memberikan rekomendasi pada ruangan HCU Lantai 4 utara agar dapat
menyediakan set kateter steril dalam perencanaan alat dan anggaran pengeluaran
RS agar sterilitas dapat terjaga.
REFERENSI
Boyd,Claire.(2015).Clinical skills for nursing. (Terj: Inke Kusumastuti).
Jakarta : Erlangga
Dahlia,D.,Et all.(2014). Buku kerja pratikum III. (Cairan, eliminasi, nutrisi,
istirahat dan tidur). Jakarta : FIK UI
Kurniawati,A.,& Hanny Handayani.(2015).Buku panduan keterampilan dasar
profesi keperawatan. Jakarta : FIK UI
Herdman & Kamitsuru. (2014). Nanda International.(2015-2017). Nursing
diagnoses: definitions & clasiffication. (8 th edition).Oxford : Wiley
Blacwell
Potter, P. A., & Perry, A. G. (2010). Fundamental of Nursing: fundamental
Keperawatan. Volume 7. Edisi 2. (Terj: Andrina & Marina. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC