ACUTE
CORONARY
SYNDROME
Zilva Hayati, S. Ked
Cut Tasya Miranda, S.Ked
Mohd. Arief Kresna F, S.Ked
Preseptor :
dr. Emelda, Sp.JP, FIHA
Pertambahan Usia
Faktor resiko
Dapat diubah :
Tidak dapat diubah:
• HIPERTENSI
• Usia
• DM
• Jenis kelamin
• DISLIPIDEMIA
• Riwayat keluarga
• OBESITAS
• MEROKOK
ACS
Marka
EKG Jantung
Gambaran EKG :
normal, non-diagnostik, • Troponin I/T
left bundle brunch blok
(LBBB) baru, elevasi • CK-MB
segmen ST yang
persisten, atau depresi
segmen ST dengan atau
tanpa inversi
gelombang T
PX Penunjang
Pemeriksaan Pemeriksaan
Non-Invasif lainnya
1. Tirah baring.
2. Oksigen -> hipoksemia (SaO₂ <90% atau PaO₂ <60mmHg
3. Aspirin 160-320 mg
4. Penghambat reseptor adenosin difosfat (ADP).
- Dosis awal ticagrelor yang dianjurkan adalah 180 mg dilanjutkan dengan dosis
pemeliharaan 2x90 mg/hari kecuali pada pasien IMA-STEMI yang direncanakan untuk
reperfusi menggunakan agen fibrinolitik.
- Dosis awal Clopidogrel adalah 300 mg -> dosis pemeliharaan 75 mg/hari.
5. Nitrogliserin (NTG) spray/tablet sublingual -> nyeri dada tidak hilang dengan 1 kali
pemberian, ulang/5 menit sampai maksimal 3 kali. Nitrogliserin IVa -> X tidak responsif
dengan terapi 3 dosis NTG sublingual. ISDN (pengganti).
6. Morfin sulfat 1-5 mg intravena, dapat diulang setiap 10-30 menit, bagi pasien yang tidak
responsif dengan terapi 3 dosis NTG s
Algoritma
evaluasi dan
tatalaksana
SKA
01
STEMI
(ST Segment Elevasi
Miocard Infark )
Definisi
Nyeri dada hebat yang tidak dapat hilang dengan istirahat, berpindah posisi, ataupun
pemberian nitrat.
Pada gejala awal tekanan darah dan nadi dapat naik, tetapi juga dapat berubah menjadi
turun drastis akibat dari penurunan curah jantung, jika keadaan semakin buruk hal ini
dapat mengakibatkan perfusi ginjal dan pengeluaran urin menurun.
Jika keadaan ini bertahan beberapa jam sampai beberapa hari, dapat menunjukkan
disfungsi ventrikel kiri.
Pasien juga terkadang ada yang mengalami mual muntah dan demam
Penegakkan Diagnosis
Pemeriksaan Pemeriksaan
Anamnesis
Fisik Penunjang
• Nyeri dada retrosternum seperti tertekan atau
1. Pasien biasanya terbaring dengan
tertindih benda berat, nyeri menjalar ke dagu,
leher, tangan, punggung dan epigastrium gelisah dan kelihatan pucat
• Disertai gejala tambahan berupa sesak, mual,
2. Hipertensi/ hipotensi
muntah, nyeri epigastrium, keringat dingin,
sinkope,dan cemas. 3. Dapat terdengar suara murmur dan
• Diagnosis kerja infark miokard harus telah
gallop S3
dibuat berdasarkan riwayat nyeri dada yang
berlangsung selama 20 menit atau lebih yang 4. Ronki basah disertai peningkatan
tidak membaik dengan pemberian nitrogliserin
vena jugularis dapat ditemukan pada
dan adanya riwayat PJK dan penjalaran nyeri
ke leher, rahang bawah atau lengan kanan AMI yang disertai edem paru
memperkuat dugaan ini.
Pengawasan EKG perlu dilakukan pada setiap
pasien dengan dugaan STEMI. Diagnosis STEMI
perlu dibuat sesegera mungkin melalui perekaman
Pemeriksaan Penunjang dan interpretasi EKG 12 sadapan, selambat-
lambatnya 10 menit dari saat pasien tiba untuk
mendukung penatalaksanaan yang berhasil.
Kardiomiopati
Vasospasme
Miokarditis Perikarditis stres
akut
(takotsubo)
Diseksi arteri
Left bundle Kelainan
koroner
branch block elektrolit
spontan
Tatalaksana
Tatalaksana
Tatalaksana
Fibrinolitik
Antiplatelet dan Antikoagulan
Tatalaksana STEMI INFERIOR
● Diagnosa Dini (Trias gejala), gambaran EKG (Sadapan kanan), dan echocardiografi
● Reperfusi (PCI Lebih dianjurkan dibandingkan trombolisis)
● Optimalisasi Preload Ventrikel kanan
○ Hindari morfin, diuretic, nitrat, Beta blocker
○ Protokol pemberian cairan meliputi cairan normal saline IV 40ml/menit, dapat
diberikan hingga total 2 liter dengan mempertahankan tekanan (RAP)
<18mmHg
● Mengurangi afterload ventrikel kanan dengan menggunakan inotropik
● Kronotropik dan AV Sinkronisasi : hindari B Blocker pada sumbatan RCA Proximal
Prognosis
Tingkat kematian pada 30 hari
untuk pasien dengan infark
miokard dengan elevasi ST
adalah antara 2,5% sampai
10%.
Sistem penilaian yang paling
umum digunakan untuk
mortalitas 30 hari adalah skor
risiko TIMI
02
NSTEMI
(non-ST-segment
elevasi Miocard
Infark )
NSTEMI
EPIDEMIOLOGI
DIAGNOSIS
NYERI
Anamnesis
01 DADA
1. Lokasi : substernal, retrosternal, dan prekordial
2. Sifat nyeri : seperti diremas-remas, ditekan, ditusuk, panas atau
ditindih barang berat.
3. Nyeri dapat menjalar ke lengan (umumnya kiri), bahu, leher,
rahang bawah gigi, punggung/interACSpula, perut dan dapat juga
ke lengan kanan.
4. Nyeri membaik atau hilang dengan istirahat dan responsif
terhadap nitrat.
5. Faktor pencetus : latihan fisik, stres emosi, udara dingin dan
sesudah makan
6. Gejala yang menyertai dapat berupa mual, muntah, sulit
bernapas, keringat dingin, cemas dan lemas
1 Terapi Anti
Iskemik
Beta Bloker
• Keuntungan utama terapi penyekat beta terletak pada efeknya terhadap reseptor beta-1 yang mengakibatkan turunnya konsumsi oksigen
miokardium.
• KI : konduksi atriovetrikular yang signifikan, asma bronkial, dan disfungsi akut ventikel kiri.
• Penyekat beta oral diberikan dengan target frekuensi jantung 50-60 kali/menit.
• Antagonis kalsium yang mengurangi frekuensi jantung seperti verapamil atau diltiazem direkomendasikan pada pasien dengan nyeri dada
persisten atau rekuren setelah terapi nitrat dosis penuh dan penyekat beta dan pada pasien dengan kontraindikasi penyekat beta.
• Jika nyeri dada menetap walaupun dengan pemberian nitrogliserin intravena, morfin sulfat dengan dengan dosis 1-5 mg dapat diberikan
tiap 5-30 menit sampai dosis total 20 mg.
1 Terapi Anti
Iskemik
NITRAT
• Nitrat pertama kali harus diberikan sublingual atau spray bukal jika pasien mengalami nyeri dada
iskemi.
• Jika nyeri menetap setelah diberikan nitrat sublingual 3 kali dengan interval 5 menit,
direkomendasikan pemberian nitrogliserin intravena (mulai 5-10ug/menit).
• Laju infus dapat ditingkatkan 10ug/menit tiap 3-5 menit sampai keluhan menghilang atau tekanan
darah sistolik <100 mmHg.
• Setelah nyeri dada hilang dapat digantikan dengan nitrat oral atau dapat menggantikan nitrogliserin
intravena jika pasien sudah bebas nyeri selama 12-24 jam.
• Kontraindikasi absolut adalah hipotensi atau penggunaan sidenafil atau obat sekelasnya dalam 24
jam sebelumnya.
2 Terapi antitrombotik
• Oklusi trombus sub total pada koroner mempunyai peran utama dalam patogenesis NSTEMI
dan keduanya mulai dari agregasi platelet dan pembentukan thrombin-activated fibrin
bertanggung jawab atas perkembangan klot.
3
4 • Pemberian antikoagulan disarankan bagi semua
pasien yang mendapatkan terapi anti platelet.
- Pada pasien dengan fraksi ejeksi ventrikel <40% dengan DM, hipertensi atau penyakit
ginjal kronik penggunaannya diindikasikan untuk jangka Panjang kecuali terdapat
kontraindikasi.
6 Tanpa melihat nilai awal kolestrol LDL dan tanpa melihat
mempertimbangkan modifikasi diet, statin harus diberikan
kepada semua penderita termasuk mereka yang telah
menjalani terapi revaskularisasi jika tidak terdapat
kontraindikasi
Stratifikasi Resiko
03
UAP
(Unstable Angina
Pectoris)
Defenisi
Unstable Angina Pectoris (UAP) atau disebut juga angina pectoris tidak
stabil merupakan salah satu spektrum presentasi klinis disebut secara
kolektif sebagai sindrom koroner akut (ACS), yang berada diantara
infark miokard elevasi segmen-ST (STEMI) dan non-STEMI
(NSTEMI).Angina tidak stabil dianggap ACS di mana tidak ada
terdeteksi enzim dan biomarker nekrosis miokard.
Epidemiologi
UAP telah lama dikenal sebagai gejala awal dari infark miokard akut
(IMA).
60-70% penderita IMA dan 60% penderita mati mendadak pada riwayat
penyakitnya mengalami gejala prodromal UAP.
Gejala
Nyeri dada yang timbul saat istirahat atau saat Pemeriksaan fisik
melakukan aktivitas, seperti rasa tertekan atau • Sewaktu angina dapat tidak menunjukkan
ke leher, rahang, area interskapular, bahu, • Pada auskultasi dapat terdengar derap
lengan kiri dan epigastrium, berlangsung atrial atau ventrikel dan murmur sistolik di
depresi segmen
ST yang luas, di I,
II, aVL, aVF, V5-V6
disertai dengan
iversi T di II, V5-
V6.
3. Anti Koagulan
Jenis antikoagulan yang dapat digunakan adalah UFH
(Unfractionated heparin). LMWH (enoxaparin),
fondaparinux, dan bivalirudin.
4. ACE-Inhibitor/ ARB
ACE Inhibitor bermanfaat untuk mengurangi remodelling
dan menurunkan angka kematian pasien pasca infark
miokard yang disertai gangguan fungsi sistolik jantung,
dengan atau tanpa gejala klinis gagal Jantung.
Tatalaksana
5. Statin
Tanpa melihat nilai awal kolesterol LDL dan tanpa mempertimbangkan
modifikasi diet, statin harus diberikan pada semua pasien NSTE-ACS
termasuk mereka yang telah menjalani terapi revaskularisasi jika tidak
terdapat kontraindikasi. Terapi statin intensitas tinggi hendaknya dimulai
sedini mungkin.
Non
Farmakologi
Revaskularisasi
Prinsipnya bertujuan untuk :
- Memberi darah yang lebih banyak kepada otot
jantung
- Memperbaiki obstruksi arteri koroner.
Komplikasi dan Prognosis