Anda di halaman 1dari 25

NSTEMI

Pembimbing :
dr. Hijra Saputra Sp.PD

Sudaryawan Andi nur


2013730106
PEN DAH ULUAN
Latar Belakang

Acute Coronary Syndrome (ACS) menggambarkan keadaan gangguan aliran


darah koroner parsial hingga total ke miokard secara akut.

 Berdasarkan Riskesdas 2007, PJK merupakan urutan kedua penyebab kematian.


Angka akan terus meningkat akibat gaya hidup, hipertensi, diabetes, dan
merokok.

 ACS NSTEMI frekuensinya lebih sering.

Setiap tahun, >780.000 orang mengalami ACS dan hampir 70% merupakan ACS
NSTEMI
Faktor risiko

Lipid dan diet


Merokok
DM
Jenis kelamin
Riwayat keluarga
Aktifitas fisik
T I N JAUAN PU STAKA
Klasifikasi ACS

Angina pektoris ACS NSTEMI ACS STEMI


tidak stabil
Patofisiologi

Arsitektur Vaskular Aliran Darah Manifestasi klinis

Plak awal Tidak ada obstruksi Asimptomatik

Stenosis a.koroner kritis Aliran darah terbatas pada Angina stabil


(>70%) waktu latihan fisik

Ruptur plak yang tidak stabil Trombus mulai terbentuk dan Angina tidak stabil
kondisi spasme mengurangi
aliran darah saat istirahat

Pembentukan trombus tidak Oklusi vaskular transien atau NSTEMI


stabil pada ruptur plak inkomplit (terjadi proses
lisis)
Trombus pada ruptur plak Oklusi vaskular komplit (tidak STEMI
terjadi proses lisis
Diagnostik
Stratifikasi risiko

Parameter (TIMI)
Usia >65 tahun 1
Lebih dari 3 faktor risiko (hipertensi, DM, rokok, riwayat keluarga, 1
dislipidemi)
Angiogram koroner sebelumnya menunjukkan stenosis >50% 1

Penggunaan aspirin dalam 7 hari terakhir 1


Setidaknya 2 episode nyeri saat istirahat dalam 24 jam terakhir 1

Deviasi ST >1 mm saat tiba 1


Peningkatan biomarker jantung (CK, Troponin) 1
Skor TIMI Risiko Risiko kejadian kedua

0-2 Rendah <8.3%

3-4 Menengah <19.9%

5-7 Tinggi ≤41%


MANAJ E M EN
Early hospital care
Oksigen : bila saturasi <90%
Anti Iskemik
1.Nitrat (vasodilator endotelium dgn efek pada perifer
pembuluh darah)
sublingual 0.3-0.4 setiap 5 menit dapat diulang sebanyak 3
kali.
2. Beta blocker (reseptor beta-1, sehingga
turunnya konsumsi oksigen miokardium)
3. CCB (vasodilator arteri)
Beta blocker Selektivitas Dosis untuk angina

Atenolol B1 50-200 mg/hari

Bisoprolol B1 10 mg/hari

Carvedilol A dan B 10 mg/hari

Metoprolol B1 50-200 mg/hari

Propanolol A dan B 2x6,25 mg/hari,


CCB Dosis

Verapamil 180-240 mg/hari dibagi 2-3 dosis

Diltiazem 120-360 mg/hari dibagi 3-4 dosis

Nifedipine 30-90 mg/hari

Amlodipine 5-10 mg/hari


Analgesik
1.Bila tidak ada kontraindikasi, morfin sulfat intravena dapat
diberikan pada pasien dengan ACS NSTEMI dengan nyeri
dada berkelanjutan (kelas IIb-B)
2.Morfin sulfat memiliki efek analgesik dan anxyolitic, dilatasi
vena, reduksi HR
3.Morfin 1-5 mg IV, dapat diberikan bersamaan dengan
nitrogliserin iv
Manajemen kolestrol:
1. Statin harus diberikan pada semua penderita UAP atau
NSTEMI, termasuk mereka yang telah menjalani terapi
revaskularisasi, jika tidak terdapat indikasi kontra (Kelas I-A)
2. Terapi statin dosis tinggi hendaknya dimulai sebelum pasien
keluar rumah sakit, dengan sasaran terapi untuk mencapai
kadar kolesterol LDL <100 mg/ dL (Kelas I-A)
ACE inhibitor & penghambat reseptor angiotensin:
1.mengurangi remodeling dan menurunkan angka kematian
penderita pascainfark-miokard
2.Inhibitor ACE diindikasikan penggunaannya untuk jangka
panjang, kecuali ada kontraindikasi, pada pasien dengan
fraksi ejeksi ventrikel kiri ≤40% dan pasien dengan diabetes
mellitus, hipertensi, atau penyakit ginjal kronik (PGK) (Kelas I-
A).
ACE inhibitor Dosis

Captopril 2-3 kali x 6.25-50 mg

Ramipril 2.5-10 mg/hari dalam 1 atau 2 dosis

Lisinopril 2.5-20 mg/hari dalam 1 dosis

Enalapril 5-20 mg/hari dalam 1 atau 2 dosis


Antiplatelet
• Aspirin harus diberikan kepada semua pasien tanpa kontraindikasi dengan
dosis loading 150-300 mg dan dosis pemeliharaan 75-100 mg setiap
harinya untuk jangka panjang, tanpa memandang strategi pengobatan
yang diberikan (Kelas I-A)

Antiplatelet Dosis

Aspirin Dosis loading 150-300 mg, dosis pemeliharaan 75-100

Ticagrelor Dosis loading 180 mg, dosis pemeliharaan 2x90 mg/hari

Clopidogrel Dosis loading 300 mg, dosis pemeliharaan 75 mg/hari


Antikoagulan
Pemberian antikoagulan disarankan untuk semua pasien yang dapat
terapi antiplatelet (kelas 1A)

Antikoagulan Dosis

Fondaparinuks 2,5 mg subkutan


Enoksaparin 1 mg/kg, 2x sehari
Bolus iv 60 U/g dosis max 4000 U
Heparin tidak terfraksi Infus iv 12 U/kg selama 24-48 jam, dosis max 1000 U/jam
Late hospital care, hospital discharge,
posthospital discharge care

a. Medikasi diperlukan untuk mengontrol iskeminya dan harus dilanjutkan setelah pasien
dengan ACS NSTE pulang dari rumah sakit dan tidak dilakukan revaskularisasi koroner,
pasien dengan revaskularisasi yang tidak komplit atau tida berhasil, dan pasien dengan
gejala rekuren setelah revaskularisasi. Dosis titrasi dapat dilakukan. (Kelas 1-C)
b. Semua pasien post ACS NSTE harus diberikan nitrogliserin sublingual atau spray dengan
instruksi lisan ataupun tertulis untuk penggunaannya. (Kelas 1-C)
c. Sebelum pasien pulang, pasien dengan ACS NSTE harus diinformasikan mengenai gejala
perburukan iskemi miokard atayu infark miokard secara instruksi verbal atau tulisan tentang
gejala bagaimana dan kapan diperlukan umtuk ke emergency care. (Kelas 1-C)
d. Pada pasien post ACS NSTE, dan memiliki angina yang berlangsung lebih dari 1 menit,
nitrogliserin (1 dosis sublingual atau spray) direkomendasikan jika angina tidak berkurang
dalam 3-5 menit, hubungi emergency segera untuk mendapatkan batuan. (Kelas 1-C)
GRACE

Grace Risiko kematian di RS


≤108 <1%
109-140 1-3%
>140 >3%

Grace Kematian 6bulan keluar RS


≤88 <3%
89-118 3-8%
>118 >8%
MAACIHH :*
DAFTAR PUSTAKA

1. Wijaya IP, Liwang F. Kapita Selekta. 4th ed. Penyakit Jantung Koroner. Jakarta: Media Aesculapius FKUI, 2014; 748-51.
2. Yeh RW, Sidney S, Chandra M, Sorel M, Selby JV, Go AS. Population trends in the incidence and outcomes of acute
myocardial infarction. N Engl J Med 2010; 362:2155 – 2165.
3. Fox KA, Eagle KA, Gore JM, Steg PG, Anderson FA. The Global Registry of Acute Coronary Events, 1999 to 2009-GRACE.
Heart 2010; 96:1095 – 1101
4. Hamm CW, Mollmann H, Bassand JP, Van de Werf F. Acute coronary syndrome. In: Camm AJ, Lu ̈scher TF, Serruys PW, eds.
The ESC Textbook of Cardiovascular Medicine. 2nd ed. Oxford: Oxford University Press; 2009
5. Peterson ED, Roe MT, Mulgund J, et al. Association between hospital process performance and outcomes among patients
with acute coronary syndromes. JAMA 2006; 295:1912–20.
6. Amsterdam EA, Wenger NK, et al. 2014 AHA/ACC Guideline for the Management of Patients with Non-ST-Elevation Acute
Coronary Syndromes. Journal of the American College of Cardiology 2014.
7. Hamm CW, Bassand JP, Agewall S, Bax J, Boersma E,Bueno H, et al. ESC Guidelines for the Management of Acute Coronary
Syndromes in Patients Presenting without Persistent ST-segment elevation. European Society of Cardiology 2011.
8. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata MK, Setiati S, editors. Ilmu Penyakit Dalam. 5th ed. Jakarta: Pusat Penerbitan
Depatemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI, 2009.
9. Alexander M, Baker F, Blem L, Burroughs CW, Cagle R, et al. Van De Graaf Human Anatomy. 6th ed. Circulatory System.
McGraw-Hill, 2001; p. 550-51.
10. Gray HH, Dawkins KD, Morgan JM, Simpson IA. Lecture notes Cardiology. 4th ed. Jakarta: Penerbit Erlangga, 2005.
11. Irmalita, Juzar DA, Andrianto, Setianto BY, Tobing DP, Firman D, Firdaus I. Pedoman Tatalaksana Sindrom Koroner Akut. 3rd
ed. Jakarta: Centra Communications, 2014.
12. NSTEMI.org; NSTEMI definition, symptoms, treatment, prognosis , 2014.

Anda mungkin juga menyukai