Anda di halaman 1dari 21

REFERAT 

PNEUMONIA 

Pembimbing : dr.Rudi Darmawan, Sp.P


Oleh : Muthia Ayu Ningtyas
PENDAHULUAN 

Infeksi saluran napas bawah akut (ISNBA) menimbulkan angka kesakitan dan
kematian yang tinggi serta kerugian produktivitas kerja. ISNBA dapat dijumpai
dalam berbagai bentuk, tersering adalah dalam bentuk pneumonia. Pneumonia ini
dapat terjadi secara primer atau merupakan tahap lanjut manifestasi ISNBA lainnya
misalnya sebagai perluasan bronkiektasis terinfeksi.
DEFINISI 

Pneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim paru, distal dari


bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius, dan alveoli, serta
menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat.
Menurut PDPI secara kinis pneumonia didefinisikan sebagai suatu peradangan paru
yang disebabkan oleh mikroorganisme (bakteri, virus, jamur, parasit).
EPIDEMIOLOGI 

WHO memperkirakan bahwa hingga 1 juta kematian disebabkan oleh bakteri


Streptococcus pneumoniae, dan lebih dari 90% dari kematian ini terjadi di negara-
negara berkembang.Sekitar 80% dari seluruh kasus baru praktek umum berhubungan
dengan infeksi saluran napas yang terjadi di masyarakat / di dalam RS. Pneumonia
yang merupakan bentuk infeksi saluran napas bawah akut di parenkim paru yang
dijumpai sekitar 15-20%. Pneumonia juga merupakan penyakit infeksi menular yang
merupakan penyebab utama kematian pada balita di dunia. Data WHO tahun 2005
menyatakan bahwa proporsi kematian balita karena saluran pernapasan di dunia
adalah sebesar 19-26%. Pada tahun 2007 diperkirakan terdapat 1,8 juta kematian
akibat pneumonia atau sekitar 20% dari total 9 juta kematian pada anak. Di Indonesia
berdasarkan hasil riset Riskesdas 2007, pneumonia adalah penyebab kematian kedua
pada balita setelah diare.
EPIDEMIOLOGI 
ETIOLOGI 

Bakteri Virus Fungi Aspirasi

• Streptococcus
pneumoniae
• Streptococcus • Bahan-bahan dalam
piogenes • Influenza virus • Aspergilus
lambung atau benda
• Staphylococcus aureus • Rhinovirus, • Blastomisetes
asing terhirup
• Klebsiela pneumonia • Sitomegalovirus • Histoplasma
• Legionella • Virus herpes simpleks kapsulatum
• Haemophilus
influenza
KLASIFIKASI 

Pneumonia komunitas

Pneumonia nosokomial

Pneumonia aspirasi

Pneumonia pada penderita Immunocompromised


PATOFISIOLOGI 
Kolonisasi
kuman pada
Infiltrasi PMN Fagositosis
saluran napas
atas

Aspirasi ke
saluran napas Edema alveoli Konsolidasi luas
bawah

Masuk ke alveoli Reaksi inflamasi Resolusi


PATOFISIOLOGI
DIAGNOSIS 

Demam
(>40°C)

menggigil Sesak

ANAMNESIS

Batuk Nyeri
berdahak dada
DIAGNOSIS 

Pemeriksaan Fisik
Dapat terlihat bagian yang sakit tertinggal waktu bernapas

Palpasi fremitus dapat mengeras

Perkusi dapat redup

Terdengar suara napas bronkovesikuler sampai bronkial mungkin


disertai ronki basah halus, kemudian ronki basah kasar pada stadium
lanjut
• Pada pemeriksaan laboratorium:  leukosit,  LED.
Pemeriksaan • Untuk menentukan diagnosis etiologi diperlukan pemeriksaan dahak,
kultur darah dan serologi.

Laboratoriu • Anlalisa gas darah menunjukkan hipoksemia, pada stadium lanjut


dapat terjadi asidosis respiratorik.

• Gambaran radiologis dapat berupa infiltrat sampai konsolidasi dengan "air

Gambaran broncogram"
• gambaran pneumonia lobaris tersering disebabkan oleh Steptococcus

Radiologis
pneumoniae
• Pseudomonas aeruginosa sering memperlihatkan infiltrat bilateral atau
gambaran bronkopneumonia
Pneumonia 
Komunitas 
1. Skor PORT lebih dari 70

2. Bila skor PORT kurang < 70 maka penderita


tetap perlu dirawat inap bila dijumpai salah
satu
dari kriteria dibawah ini.
• Frekuensi napas > 30/menit
• Pa02/FiO2 kurang dari 250 mmHg
• Foto toraks paru menunjukkan kelainan
bilateral
• Foto toraks paru melibatkan > 2 lobus
Tekanan sistolik < 90 mmHg
Tekanan diastolik < 60 mmHg

3. Pneumonia pada pengguna NAPZA


Menurut kriteria dari The Centers for Disease Control (CDC-Atlanta),
diagnosis pneumonia nosokomial adalah sebagai berikut :
1. Onset pneumonia yang terjadi 48 jam setelah dirawat di rumah sakit dan
menyingkirkan semua infeksi yang inkubasinya terjadi pada waktu masuk
rumah sakit
2. Diagnosis pneumonia nosokomial ditegakkan atas dasar :
• Foto toraks : terdapat infiltrat baru atau progresif
• Ditambah 2 diantara kriteria berikut: - suhu tubuh > 38oC
- sekret purulen
PNEUMONIA  - leukositosis

NOSOKOMIAL  Kriteria pneumonia nosokomial berat menurut ATS


1. Dirawat di ruang rawat intensif
2. Gagal napas yang memerlukan alat bantu napas atau membutuhkan O 2 >
35 % untuk mempertahankan saturasi O2 > 90 %
3. Perubahan radiologik secara progresif berupa pneumonia multilobar atau
kaviti dari infiltrat paru
4. Terdapat bukti-bukti ada sepsis berat yang ditandai dengan hipotensi dan
atau disfungsi organ yaitu :
• Syok (tekanan sistolik < 90 mmHg atau diastolik < 60 mmHg)
• Memerlukan vasopresor > 4 jam
• Jumlah urin < 20 ml/jam atau total jumlah urin 80 ml/4 jam
• Gagal ginjal akut yang membutuhkan dialisis
Etiologi Antibiotik
Penisilin sensitive Streptococcus pneumoniae • Golongan penisilin
• TMP – SMZ
• Makrolid
Penisilin resisten Streptococcus pneumoniae • Betalaktam
• Sefotaxim, seftriakson
• Makrolid
• Fluorokuinolon
Pseudomonas aeruginosa • Aminoglikosid
• Seftazidim, sefoperason, sefepim
• Karbapenem
• Ciprofloxacin, levofloxacin
H.Influenza • Azitromisin
• Sefalosporin
• Fluorokuinolon
Legionella • Makrolid
• Fluorokuinolon
• Rifampisin
C.pneumoniae • Doksisiklin
• Makrolid
• Fluorokuinolon
Tabel 3. Rekomendasi Terapi Empiris (ATS 2001) 8
Kategori Keterangan Kuman Penyebab Obat Pilihan I Obat Pilihan II
Kategori I Usia penderita -S.pneumonia, -M.pneumonia, - Klaritromisin 2x250 - Siprofloksasin 2x500mg atau Ofloksasin
< 65 tahun
-Penyakit Penyerta (-)
-Dt berobat jalan
TATALAKSANA
C.pneumonia
-Legionale sp
-Batang Gram (-)
-H.influenzae
-S.aureus -
mg
-Azitromisin 1x500mg
Rositromisin 2x150 mg atau
-
2x400mg
Levofloksasin 1x500mg atau Moxifloxacin
1x400mg
-
1x300 mg - Doksisiklin 2x100mg

Kategori II -Usia penderita > 65 tahun -S.pneumonia H.influenzae Batang -Sepalospporin generasi 2 -Makrolid
- Peny. Penyerta (+) gram(-) Aerob -Trimetroprim +Kotrimoksazol -Levofloksasin
-Dapat berobat jalan S.aures M.catarrhalis Legionalle sp -Betalaktam -Gatifloksasin
-Moxyfloksasin

Kategori III -Pneumonia berat. -S.pneumoniae -H.influenzae - Sefalosporin Generasi 2 atau 3 -Piperasilin + tazobaktam
- Perlu dirawat di RS,tapi -Polimikroba termasuk Aerob - Betalaktam + -Sulferason
tidak perlu di ICU -Batang Gram (-) Penghambat Betalaktamase
-Legionalla sp +makrolid
-S.aureus -M.pneumoniae

Kategori IV -Pneumonia berat -S.pneumonia -Legionella sp - Sefalosporin generasi 3 (anti -Carbapenem/


-Perlu dirawat di ICU -Batang Gram (-) aerob pseudomonas) + makrolid meropenem
-M.pneumonia -Virus - Sefalosporin generasi 4 -Vankomicin
-H.influenzae - Sefalosporin generasi 3 + -Linesolid
-Jamur kuinolon -Teikoplanin
Terapi Suportif Umum
• Terapi O2
• Nebulizer untuk pengenceran dahak yang kental
• Fisioterapi dada
• Pengaturan cairan
• Pemberian kortikosteroid
• Obat inotropik
• Ventilasi mekanis
• Drainase empiema bila ada.
• Bila terdapat gagal napas, diberikan nutrisi dengan kalori
yang cukup
PNEUMONIA KOMUNITAS 
a. Pneumokokus resisten terhadap penisilin
• Umur lebih dari 65 tahun
• Memakai obat-obat golongan P laktam selama tiga
bulan terakhir
• Pecandu alkohol
• Penyakit gangguan kekebalan
• Penyakit penyerta yang multipel
b. Bakteri enterik Gram negatif
• Penghuni rumah jompo
• Mempunyai penyakit dasar kelainan jantung paru
• Mempunyai kelainan penyakit yang multipel
• Riwayat pengobatan antibiotik
c. Pseudomonas aeruginosa
• Bronkiektasis
• Pengobatan kortikosteroid > 10 mg/hari
• Pengobatan antibiotik spektrum luas > 7 hari pada bulan
terakhir
• Gizi kurang
PNEUMONIA NOSOKOMIAL 
KOMPLIKASI 

Efusi pleura

Empiema

Abses paru

Pneumothoraks

Sepsis
PROGNOSIS

Angka morbiditas dan mortalitas pneumonia menurun sejak ditemukannya


antibiotik. Faktor yang berperan adalah patogenitas kuman, usia, penyakit
dasar dan kondisi pasien. Secara umum angka kematian pneumonia
pneumokokus adalah sebesar 5%, namun dapat meningkat menjadi 60% pada
orang tua dengan kondisi yang buruk misalnya gangguan imunologis, sirosis
hepatis, penyakit paru obstruktif kronik, atau kanker. Adanya leukopenia,
ikterus, terkenanya 3 atau lebih lobus dan komplikasi ekstraparu merupakan
petanda prognosis yang buruk. Kuman gram negatif menimbulkan prognosis
yang lebih jelek.

Anda mungkin juga menyukai