Anda di halaman 1dari 27

PENGGUNAAN SOLIFENASIN DALAM TATALAKSANA KONSERVATIF

OVERACTIVE BLADDER
Budi Iman Santoso
ABSTRAK
Overactive bladder (OAB) atau aktivitas kandung kemih yang berlebih
merupakan kondisi yang sering terjadi pada pria maupun wanita dan dapat
mengganggu kualitas hidup serta menimbulkan beban dalam kegiatan sehari-hari.
Namun, hanya sebagian kecil pasien dengan OAB mendapatkan diagnosis dan
penatalaksanaan yang tepat.
1
asien dengan OAB seringkali tidak berani terlibat lama dalam kegiatan
sosial dan cenderung berdiam lama di kamar mandi. !i Amerika "erikat, beban
biaya kesehatan untuk OAB pada tahun #$$# mencapai 1#,% miliar dollar A", yang
meliputi biaya untuk terapi, diagnosis, perawatan rutin serta biaya tidak langsung
seperti hilangnya upah dan produktivitas.
1

enanganan pasien secara dini dapat membantu mengurangi dampak
buruk yang ditimbulkan OAB. !iagnosis OAB umuimnya dapat ditegakkan di
pusat layanan kesehatan tingkat primer berdasarkan gejala dan tanda yang ada.
"ebagian besar kasus dapat diataswi dengan modi&ikasi perilaku dan'atau terapi
&armakologik, terutama terapi antimuskarinik.
1

(olterodin dan oksibutinin merupakan antimuskarinik yang telah lama
dipakai dalam penatalaksanaan OAB. )eskipun demikian, obat-obat tersebut
dapat menimbulkan berbagai e&ek samping yang mempengaruhi tolerabilitas
pasien terhadap obat.
#
(rospium, soli&enasin dan dari&enasin merupakan
antimuskarinik baru untuk terapi OAB. "ecara umum, obat-obat baru kurang lebih
sama e&ekti&nya dengan obat lama, tetapi toleransinya masih perlu diteliti lebih
lanjut. erbedaan &armakokinetik *misalnya jalur eliminasi obat+ mempengaruhi
pemilihan antimuskarinik untuk terapi OAB dengan mempertimbangkan &aktor-
&aktor individual pasien seperti biaya dan tolerabilitias pasien
#
.
1
,ata kunci- Overactive blader, antimuskarinik, tolterodin, oksibutinin, trospium,
soli&enasin, dari&enasin
DEFINISI
Overactive bladder merupakan kumpulan gejala atau sindroma klinis yang
ditandai oleh salah satu atau lebih dari gejala berikut ini- urgensi, &rekuensi,
nokturia dan inkontinensia.
1,#,.

)enurut International Continence Society, overactive bladder syndrome
*OAB+ dide&inisikan sebagai urgensi *rasa ingin kencing yang timbul mendadak
dan tidak dapat ditahan+ dengan atau tanpa inkontinensia urin */0+ dan biasanya
disertai oleh &rekuensi *kencing 1 23 dalam #4 jam+ atau nokturia *bangun pada
malam hari untuk kencing+.
4,5
/stilah ini dipakai bila tidak ditemukan in&eksi,
kelainan metabolik atau kondisi patologik lainnya.
/stilah OAB seringkali dianggap sama dengan inkontinensia urin, khususnya
inkontinensia urin tipe urgensi. adahal, OAB dapat disertai inkontinensia urin dan
dapat juga tanpa disertai inkontinensia urin. "ekitar .6-4$7 pasien dengan OAB
mengalami inkontinensia urin, yang disebut juga 8OAB basah8 *wet OAB) dan
sekitar dua pertiga pasien atau sekitar %.7 pasien OAB tidak mengalami
inkontinensia urin atau yang disebut sebagai OAB kering *dry OAB).
#,%,6

emahaman overactive bladder dan inkontinensia urin, baik tipe urgensi
maupun tipe stress memang saling bertumpang tindih, seperti yang terlihat pada
gambar 1.
2
Gb. 1. S!"t#um d!$inisi OAB. "0/- inkontinensia urin stress. 00/- inkontinensia urin urgensi.
)i3ed- inkontinensia urin tipe campuran
PREVALENSI DAN DAMPAK OAB
!ata epidemiologi menunjukkan bahwa sekitar .. juta orang dewasa dari
seluruh lapisan usia di A" mengalami OAB.
1
revalensi OAB pada pria dan wanita
di A" cukup berimbang, yakni 1%,97 untuk wanita dan 1%,$7 untuk pria.
revalensi OAB meningkat seiring dengan meningkatnya usia. !i :ropa,
prevalensi OAB pada wanita dan pria berusia 65 tahun atau lebih adalah .17 dan
4#7- sedangkan pada wanita dan pria berusia 4$ tahun prevalensinya hanya
berkisar 167 dan 1%7.
1
)eskipun prevalensi OAB cukup tinggi, sayangnya, hanya
157 pasien OAB dengan gejala yang mendapatkan pengobatan. "uatu penelitian
menunjukkan bahwa separuh responden *5%7+ menunggu setidaknya selama
1 tahun sebelum memeriksakan diri ke pusat layanan kesehatan primer.
2

OAB jelas membawa dampak buruk bagi kehidupan pasien sehari-hari,
termasuk mengurangi kepercayaan diri, hubungan seks, hubungan keluarga, gaya
hidup, kebutuhan tidur, dan bahkan dapat menimbulkan depresi. asien OAB
seringkali mencari kamar mandi setiap tiba di tempat baru agar dapat segera ke
kamar mandi saat dirinya tidak dapat menahan kencing dan menghabiskan waktu
lama di kamar mandi sehingga tidak sempat lagi bersosialisasi. erilaku ini dikenal
dengan perilaku 8bathroom mapping.
Beban biaya kesehatan akibat OAB dapat dibedakan menjadi biaya
langsung dan biaya tak langsung. Biaya langsung meliputi biaya-biaya yang terkait
degnan pengobatan, diagnosis, perawatan rutin, dan komplikasi penyakit *iritasi
kulit, in&eksi saluran kemih, jatuh pada saat akan ke kamar mandi, rawat inap+.
Biaya tidak langsung termasuk hilangnya upah kerja dan produktivitas. "uatu
penelitian oleh ;u dkk. menunjukkan bahwa biaya langsung yang diperlukan
Amerika "erikat untuk menangani OAB pada tahun #$$$ adalah sebesar
1#,% miliar dollar.
9
"edangkan Balkrishnan dkk menunjukkan bahwa kepatuhan
pasien dalam terapi OAB dapat menurunkan biaya kesehatan secara signi&ikan
pada pasien OAB berusia lanjut.
1$

3
ANATOMI DAN FISIOLOGI KANDUNG KEMI%
Agar dapat mengerti pato&isiologi OAB, anatomi dan &isiologi kandung kemih
dan struktur di sekitarnya harus dipahami terlebih dahulu. "ecara ringkas, anatomi
kandung kemih meliputi otot detrusor dan s&ingter uretra interna dan eksterna.
ersara&an untuk &ungsi berkemih meliputi susunan sara& pusat *pons+, medulla
spinalis dan sara& peri&er, termasuk sara& parasimpatis, sara& simpatis dan sara&
somatik < yang seluruhnya bekerja sama agar dapat mengendalikan pengeluaran
urin dari kandung kemih dengan baik. *=b. #+
1

>isiologi miksi atau berkemih diatur oleh susunan sara&. "ara& parasimpatis
melibatkan neurotransmiter asetilkolin dan bekerja pada reseptor muskarinik atau
kolinergik. "edangkan sistem sara& simpatis melibatkan neurotransmiter epine&rin
atau norepine&rin dan reseptor al&a atau beta adrenergik.
4
Gb. &. Anatomi dan $isio'o(i dasa# "andun( "!mi) *"umber- !e)aagd =, =eibig ?!. An
Overview o& Overactive Bladder and /ts harmacological )anagement with a >ocus on
Anticholinergic !rugs. P! #$$%@.1*2+- 4%.+
"ecara sederhana, &isiologi proses berkemih atau miksi terdiri atas-
*1+ pengisian kandung kemih dan penyimpanan urin dan *#+ pengosongan
kandung kemih. engisian kandung kemih akan menyebabkan volume di dalam
kandung kemih atau volume intravesika meningkat.
1,#
!alam keadaan normal, selama pengisian kandung kemih, di bawah kendali
sara& simpatis, dinding otot detrusor berelaksasi, dan s&ingter uretra berkontraksi,
sehingga urin tersimpan dengan baik di kandung kemih. ada keadaan ini, sara&
parasimpatis terhambat.
ada saat berkemih, ketika volume ambang kandung kemih telah tercapai
*#$$-4$$ ml+, maka akan terjadi penghantaran sinyal dari medula spinalis ke otak,
sehingga menimbulkan rasa ingin kencing. ada saat akan berkemih, neuron
kolinergik di sistem parasimpatis melepaskan asetilkolin, yang bekerja pada
reseptor muskarinik di otot polos detrusor kandung kemih. )ula-mula terjadi
penurunan tekanan uretra, s&ingter uretra berelaksasi akibat pengaruh sistem sara&
simpatis dan sistem sara& somatik *kendali volunter+, kemudian otot detrusor
berkontraksi. ada saat yang bersamaan, otot dasar panggul berelaksasi dan
leher kandung kemih membentuk suatu corong. "ehingga, urin mulai mengalir
keluar.
1,#,.
PATOFISIOLOGI
OAB terjadi bila otot detrusor berkontraksi saat volume kandung kemih
belum mencapai volume maksimal. !iperkirakan bahwa gangguan &ungsi otot
detrusor ini melibatkan reseptor muskarinik, penghantaran sinyal sara& yang
abnormal, baik berupa ampli&ikasi sinyal *yaitu peningkatan sensitivitas serat sara&
baik serat sara& a&eren atau sensorik maupun serat sara& e&eren atau motorik+.
#,.
Obat golongan antimuskarinik akan menekan kontraksi otot detrusor
dengan intervensi interaksi antara asetilkolin dan reseptor muskarinik.
#,.

5
FAKTOR RISIKO DAN ETIOLOGI
"eperti halnya inkontinensia urin, &aktor risiko OAB sangat banyak dan tidak
spesi&ik*(abel 1+. >aktor risiko yang umum meliputi usia, khususnya usia lebih dari
%5 tahun, obesitas, trauma medula spinalis, neuropati, penyakit sara& termasuk
stroke, AlAheimer, dan arkinson. "elain itu, ada pula &aktor-&aktor risiko yang
dapat diperbaiki *penyebab non-neurologik+, yaitu- in&eksi saluran kemih, obat-
obatan dan obstruksi.
.
Tab!' 1. Fa"to#*$a"to# #isi"o OAB
/n&eksi saluran kemih atau obstruksi enyakit jantung *gagal jantung+
!e&isiensi estrogen Obat-obatan *ka&ein, alkohol, diuretik, narkotik,
penghambat kanal kalsium+
/nhibitor kolinesterase
enuaan, kelemahan otot s&ingter =angguan psikologik dan gangguan tidur
;iperplasia prostat jinak *pada pria+ ,onstipasi
!emensia, penyakit arkinson, stroke, sklerosis
multipel, atau penyakit sara& lainnya
!iabetes melitus dan komplikasinya
!iabetes insipidus
(rauma medula spinalis Obesitas
"umber- !e)aagd =, =eibig ?!. An Overview o& Overactive Bladder and /ts harmacological
)anagement with a >ocus on Anticholinergic !rugs. P! #$$%@.1*2+- 4%4
DIAGNOSIS OAB
OAB dapat ditegakkan di tingkat layanan kesehatan primer berdasarkan
gejala dan tanda yang ada. !iperlukan anamnesis dan pemeriksaan &isik yang teliti
untuk menegakkan diagnosis OAB termasuk menanyakan riwayat gangguan
neurologik, gangguan gastrointestinal, kebiasaan makan, kebiasaan buang air
kecil *voiding diary)" riwayat obstetri dan pembedahan sebelumnya, serta riwayat
penggunaan obat. (erkadang, dibutuhkan pemeriksaan tambahan yang meliputi
urinalisis, pemeriksaan uji urodinamik, pencitraan dan sistoskopi.
1,#

Balaupun diagnosis OAB dapat ditegakkan berdasarkan gejala dan tanda
yang ada, diagnosis banding untuk OAB tetap perlu dipertimbangkan, yang
dibedakan berdasarkan jenis kelamin pasien, yakni diagnosis banding untuk pria
dan wanita. *(abel #+
6
Tab!' &. Dia(nosis Bandin( OAB
Pada +anita Pada #ia
/n&eksi saluran kemih ;iperplasia prostat jinak
rolaps Obtruksi kandung kemih
Obstruksi uretra "triktur uretra
Caginitis atro&i Batu kandung kemih
,anker kandung kemih ,anker kandung kemih
"istitis interstitial ,anker prostat
/nkontinensia pascabedah !iabetes
!iabetes =agal jantung kongesti&
=agal jantung kongesti& Obat ' diuretik
"klerosis multipel ,andung kemih neurogenik
Obat ' diuretik /nkontinensia pascabedah
,andung kemih neurogenik
Diwayat pembedahan panggul sebelumnya
/nkontinensia urin tipe stress
"umber- Dosenberg )(, Newman !,, (allman E(, age "A. Overactive bladder- Decognition
reFuires vigilance &or symptoms. Cleveland Clinic #o$rnal O% &edicine #$$6@ 64*"upplement.+-"#1
TATALAKSANA OAB
(ujuan terapi OAB adalah agar pasien dapat memperbaiki urgensi dan
meningkatkan kendali volunter kandung kemih. (atalaksana OAB meliputi terapi
non-&armakologik dan terapi &armakologik.
1
ada dasarnya, setiap pilihan terapi
harus dipertimbangkan man&aat dan kerugiannya terutama dalam hal biaya dan hal
ini perlu didiskusikan dengan baik antara pasien dan dokter.*(abel .+
Tab!' ,. P#insi P#a"tis P!nata'a"sanaan OAB
R!"om!n!dasi "'inis P!#in("at Bu"ti K'inis
(erapi non-&armakologik direkomendasikan untuk
semua pasien OAB
"emua antikolinergik yang tersedia dapat secara e&ekti&
mengurangi &rekuensi urgensi dan episode
inkontinensia@ salah satu antikolinergik perlu diberikan
pada pasien yang masih tetap mengalami gejala
setelah diberikan terapi non-&armakologik
Antikolinergik harus selalu dipilih berdasarkan biaya
dan tolerabilitas yang ada
"ediaan e'tended release oksibutinin *ditropan+ dan
tolterodin *!etrol+ ditoleransi lebih baik daripada
sediaan bentuk immediate release
Antikolinergik perlu diberikan dengan dosis e&ekti&
terendah agar dapat menghindari e&ek samping yang
bersi&at dose(dependent.
A
A
E
A
E
A G konsisten, bukti berkualitas baik dan berorientasi pasien@ B G inkonsisten atau bukti dengan kualitas
7
terbatas@ E G konsensus, bukti beriorientasi pada penyakit, praktek sehari-hari, pendapat ahli atau serial
kasus.

T!#ai non*$a#ma"o'o(i"
(erapi non-&armakologik merupakan dasar terapi OAB. (erapi non-
&armakol.ogik meliputi langkah-langkah intervensi sederhana seperti
menghilangkan &aktor risiko *misalnya ka&ein+, asupan cairan cukup, pengaturan
waktu minum, serta modi&ikasi perilaku *latihan otot dasar panggul dan kandung
kemih, buang air kecil secara teratur, meningkatkan waktu antara &ase berkemih
secara perlahan+ hingga prosedur stimulasi sara& dengan listrik dan pembedahan
sistoplasti yang rumit.
#,.

Hatihan otot dasar panggul dan latihan kandung kemih telah terbukti
e&ekti&.
11
Hatihan ini dapat memperbaiki aktivitas otot detrusor kandung kemih yang
berlebihan.
1#
Bahkan, pada pasien dengan motivasi yang kuat, terapi ini lebih
e&ekti& daripada terapi obat.
1.
erubahan gaya hidup juga perlu diselenggarakan
bersamaan dengan terapi obat dan latihan otot dasar panggul dalam suatu
program perbaikan gejala yang seimbang. rosedur pembedahan dianjurkan
setelah terapi non-&armakologik lain dan terapi obat gagal.
T!#ai Fa#ma"o'o(i"
rinsip dasar terapi &armakologik OAB adalah menghambat kontraksi
kandung kemih yang berlebihan dan antimuskarinik merupakan obat pilihan utama
pada OAB.
1
"ejumlah obat lainnya telah dipakai dalam penatalaksanaan OAB,
termasuk penghambat kanal kalsium ' calci$m channel bloc)ers, baklo&en, klonidin
intratekal, kapsaicin intravesika, estrogen, antagonis al&a-adrenergik. (etapi, bukti
klinis yang mendukung penggunaan obat-obat tersebut di atas masih sangat
terbatas.
15,1%
Obat lainnya yang mungkin berperan di masa depan dan masih diteliti
hingga sekarang adalah duloksetin, obat serotonergik yang juga bekerja pada
sistem sara& simpatis@ agonis serotonergik, toksin botulinum tipe A, desmopresin,
agonis dopamin, transporter kanal-kalium, inhibitor sara& a&eren, agonis gamma(
aminob$tyric acid (*ABA), dan inhibitor sintesis prostaglandin.
14,15,1%,16
8
"aat ini, antikolinergik atau antimuskarinik merupakan golongan obat yang
paling banyak dipakai dan terbukti paling e&ekti& dalam menangani OAB.
.
"ecara
praktis, antimuskarinik untuk terapi OAB dapat dibedakan menjadi- *1+ obat
golongan lama yang jarang dipakai dan *#+ obat golongan baru yang lebih sering
dipakai *(abel 4+.
Tab!' -. Antimus"a#ini" untu" T!#ai OAB
Go'on(an 'ama ./a#an( dia"ai0 Go'on(an ba#u .s!#in( dia"ai0
Antidepresan trisiklik-
/mipramin
I

Oksibutinin
J
@ sediaan biasa *reg$lar(release)
+
,erja panjang *long(acting)
Oksibutinin transdermal
!isiklomin (olterodin
J

(olterodin HA
;iosiamin (rospium
ropantelin !ari&enasin
>lavoksat "oli&enasin
I
?uga dapat meningkatkan tonus al&a-adrenergik di s&ingter interna
J
ada beberapa kepustakaan juga dikelompokkan ke dalam antimuskarinik golongan lama
K
?uga dapat berperan sebagai relaksan otot polos
"umber- kepustakaan nomor .'14,51,%5,66,2.-9#
Awalnya, prototipe antimuskarinik untuk terapi OAB meliputi tolterodin
*,etrol- ,etrol .A) dan oksibutinin *!itropan@ !itropan LH+. "ayangnya, tolterodin
dan oksibutinin memblok aktivitas kolinergik secara luas, sehingga menyebabkan
e&ek samping antikolinergik misalnya penglihatan kabur, mulut kering, retensi urin,
konstipasi dan e&ek samping pada susunan sara& pusat seperti rasa mengantuk.
ada tahun #$$4, tiga antimuskarinik baru sebagai obat terapi OAB
disetujui oleh badan pengawasan obat di Amerika "erikat, the /.S. 0ood and ,r$g
Administration, yaitu- trospium *Sanct$ra), soli&enasin *1esicare), dan dari&enasin
*2nable'). "eiring dengan perkembangan teknologi &armasi, tolterodin dan
oksibutinin sediaan biasa dikembangkan menjadi sediaan lepas lambat *e'tended
release 3 long acting) dan lepas cepat *immediate release). (abel 5
menggambarkan pro&il kelima obat tersebut. (abel % menunjukkan ikhtisar uji klinik
penting untuk antimuskarinik yang baru.
#
"ebelum membahas masing-masing
obat, artikel ini akan membahas antimuskarinik secara umum terlebih dahulu.
9
Tab!' 1. P#o$i' Antimus"a#ini" Untu" T!#ai OAB
Oksibutinin Oksibutinin
TDS
Tolterodin Trospium Solifenasin Darifenasin
Struktur kimia Amin tersier Amin tersier Amin tersier Amin
Kuarterner
Amin tersier Amin tersier
Efikasi Perbandingan sulit dilakukan karena teknik uji klinik dan karakteristik pasien berbeda-beda. Efikasi atau
efektivitas obat serupa pada semua antimuskarinik: 60-7! menurunkan episode inkontinensia urin
tipe urgensi
Efek samping "ulut kering#
konstipasi
$ritasi kulit "ulut kering#
konstipasi
"ulut kering#
konstipasi
"ulut kering#
konstipasi
"ulut kering#
konstipasi
%osis # &0# atau &
mg
'#( mg ) atau * mg )0 mg atau &0 mg 7# atau &
mg
+egimen $+: )-*, se-ari
E+: &, se-ari
), seminggu sekali se-ari ) , se-ari Sekali se-ari Sekali se-ari
.aktu paru- &'#) jam
/&0mg0
'6 jam 1#1 jam
/metabolit
aktif0
&)#) 2 '#) jam *-61 jam &)#*' jam
/7# mg0
&)#0 jam
/& mg0
3ioavailabilitas
oral
3uruk /)-&!0 ---- 3aik /7!0 3uruk /&0!0 3aik /(0!0 3uruk
/&-)0!0
"etabolisme "etabolisme
ekstensif di
-ati melalui
isoform
45P*0#
45P'A*
/utama0#
45P )%6
6idak ada
eliminasi lintas
pertama#
kemudian
dimetabolisme
ekstensif di
-ati melalui
isoform
45P*0
"etabolisme
ekstensif di
-ati melalui
isoform
45P*0#
45P )%6
/utama0#
45P 'A*
Sekresi
tubulus ginjal
aktif sebagai
rute elilminasi
utama7
esterifikasi
-epatik# bukan
melalui
45P*0
"etabolisme
ekstensif di
-ati melalui
isoform
45P*0
45P'A*
"etabolisme
ekstensif di
-ati melalui
isoform
45P*0
45P'A* dan
45P)%6
$nteraksi obat
8ang berkaitan
dengan
metabolisme
obat
$trakona9ol
"ikona9ol
"akrolid
/ertiromisin#
klaritromisin0
$trakona9ol
"ikona9ol
"akrolid
/ertiromisin#
klaritromisin0
Ketokona9ol#
$trakona9ol#
"ikona9ol#
"akrolid
/eritromisin#
klaritromisin0#
Siklosporin
:inblastin
6idak ada7
eksresi
tubulus ginjal
aktif7 tetapi
-ati--ati saat
memberikan
obat ini
dengan
digoksin dan
metformin
atau obat lain
8ang dapat
berkompetisi
degnan
eksresi ginjal
aktif
%osis jangan
lebi- dari mg
bila diberikan
bersama
ketokona9ol
atau in-ibitor
45P'A*
lainn8a /8akni
nefa9odon#
fluvoksamin#l
64A0
;lekainid#
tiorida9in#
64A7
jangan lebii-
dari 7# mg
bila diberikan
bersama:
ketokona9ol#
itrakona9ol#
ritonavir#
nelfinavir
klaritromisin#
atau
nefa9odon
Kontraindikasi +etensi urin7 retensi gaster dan kondisi lain dengan penurunan motilitas saluran <erna 8ang berat7
glaukoma sudut sempit7 -ipersensitivitas ter-adap obat
6%S = 6ransdermal deliver8 s8stem7 $+= immediate release7 E+=e,tended release7 45P=<8t-o<-rome P7 64A= tri<8<li<
antidepressants.
10
"umber- Dosenberg )(, Newman !,, (allman E(, age "A. Overactive bladder- Decognition
reFuires vigilance &or symptoms. Cleveland Clinic #o$rnal O% &edicine #$$6@ 64*"upplement.+-"#1-
#9
Tabel 6. Data Penelitian Tentang Antimuskarinik untuk Terapi OAB
Penelitian Obat yang diteliti Desain Hasil Efek Samping
Penelitian dengan kontrol plasebo
4-apple dkk# )00 %arifenasin /Enable,0
7#-& mg se-ari vs. plasebo
Analisis dari
' +46
/&.0(0
Penurunan episode inkontinensia
se-ari:
-&#) /7# mg0# -&# /& mg0 vs -0#((
plasebo /P>0#00*0
Penurunan frekuensi dan derajat
kepara-an urgensi dan nokturia
"ulut kering: )0#)-'#'! vs 1#)!
plasebo /P> 0#00
Konstipasi: &*#1-)&#! vs 6#)!
plasebo /P > 0#00
%ispepsia: )#7-1#*! vs )#6!
plasebo /P>0#00
4ardo9o# dkk# )00* Solifenasin /:esi<are0
-&0 mg se-ari vs. plasebo
+46 /(&&0 Penurunan episode inkontinensia
se-ari
-&#6' /mg0# -&#7 /&0 mg0 vs. -&#)
plasebo /P = 0#00)0
Penurunan frekuensi berkemi- se-ari#
episode urgensi dan nokturia7
meningkatkan kapasitas kandung
kemi-
"ulut kering: 7#7! /mg0# )'#&!
/&0mg0# )#'! plasebo
Konstipasi: '#7! / mg0# (#&! /&0
mg0# )#0! plasebo
?angguan pengli-atan: *#0! /
mg0# #(! /&0 mg0# )#'! plasebo
@inner# dkk# )00* 6rospium /San<tura0
*0 mg se-ari vs. plasebo
+46 /)'0 "enurunkan episode inkontinensia
se-ari: -)#0 vs -&#' plasebo /P>0#00&0
6idak ada inkontinensia pada )&! vs
&&! plasebo
Penurunan frekuensi dan derajat
urgensi dan nokturia
"ulut kering: )&#1! vs 6#!
plasebo /P > 0#00
Konstipasi: (#! vs '#1! plasebo
/P > 0#00
A8eri perut: '#&! vs &#&! plasebo
Penelitian dengan komparator zat aktif
@inner# dkk# )00 %arifenasin &-'0 mg se-ari vs.
oksibutinin $+ /%itropan0 mg
se-ari vs. plasebo
+46
crossover
/760
Episode inkontinensia per minggu: &0#(
/& mg0# 1#1 /'0 mg0 vs (# oksibutinin#
&*#6 plasebo /P>0#00
"ulut kering: &'#&! /& mg0#
''*#*! /'0 mg0 vs '6#&!
oksibutinin# *#(! plasebo
Konstipasi: (#1! /& mg0# )&#'!
/'0 mg0 vs 1#)! oksibutinin# '#'!
plasebo
4-apple# dkk# )00* Solifenasin -&0 mg se-ari vs.
tolterodin $+ /%etrol0 ) mg se-ari
atau plasebo
+46 /&.01&0 Penurunan episode inkontinensia
se-ari: -&#*) /mg0# -&#* /&0 mg0 vs.
-&#&* tolterodin# -0#76 plasebo
Penurunan frekuensi berkemi- se-ari
dan episode urgensi7 peningkatan
kapasitas kandung kemi-
Peng-entian obat dini: &0#0! /
mg0# 7#&! /&0 mg0 vs (#(!
tolterodin# &)#0! plasebo
"ulut kering: &*#0! / mg0# )&#'!
/&0 mg0 vs. &1#6! tolterodin# *#(!
plasebo
Konstipasi: 7#)! / mg0# 7#1! /&0
mg0# vs )#6! tolterodin# &#(!
plasebo
Pengli-atan kabur: #6! / mg0#
#6! /&0 mg0 vs &#! tolterodin#
)#6! plasebo
4-apple# dkk# )00 solifenasin -&0 mg se-ari vs.
6olterodin E+ /%etrol BA0 * mg
se-ari
+46 /&.&770 Penurunan episode inkontinensia per
-ari: -&#60 /&0 mg0 vs -&#&& tolterodin
/P>0#000&0
Penruunan episode urgensi pada
solifenasin /P>0#00
Peng-entian dini: '#! vs '#0!
tolterodin
"ulut kering: '0#0! vs )*#0!
tolterodin
Konstipasi: 6#*! vs )#! tolterodin
Pengli-atan kabur: 0#7! vs. &#7!
tolterodin
Calaska# dkk# )00' 6rospium *0 mg se-ari vs.
oksibutinin $+ &0 mg se-ari
+46 /'107
tidak
tersasmar
Peruba-an parameter urodinamik 8ang
serupa
Peng-entian dini: />) minggu0:
)! vs )6#7! oksibutinin
"ulut kering: ''#0! vs 0#0!
oksibutinin
11
Konstipasi: 7#0! vs *#0!
oksibutinin
4atatan: Perbedaan tidak signifikan se<ara statistik atau tidak diuji untuk nilai signifikann8a ke<uali disebutkan lain
+46 = +andomi9ed <ontrol trial7 $+= immediate release7 E+= e,tended release
PROFIL UMUM ANTIMUSKARINIK
M!"anism! "!#/a
Antimuskarinik bekerja melalui mekanisme antagonis terhadap e&ek
asetilkolin pada reseptor muskarinik, yakni pada otot detrusor kandung kemih yang
memiliki persara&an kolinergik. ;al ini dapat terjadi melalui dua jalur sara& yang
potensial, yaitu- jalur motorik melalui kerja sentral maupun peri&er yang memblok
mekanisme yang dapat menimbulkan inhibisi@ dan jalur sensorik yang dapat
memodulasi persara&an a&eren.
12
!i dalam tubuh, terdapat 5 tipe reseptor
muskarinik, yaitu )1-)5. !i kandung kemih, hanya terdapat reseptor muskarinik
). dan )# yang jumlahnya lebih sedikit. ,edua reseptor ini berperan dalam
kontraksi kandung kemih. Deseptor ). berperan langsung sedangkan reseptor )#
berperan tidak langsung dengan memblok aktivitas reseptor beta. ;asil akhirnya
adalah penurunan kontraksi otot polos detrusor kandung kemih dan mengurangi
atau menekan gejala urgensi yang mengganggu.
.

E$!" samin(
(erapi OAB dengan antimuskarinik seringkali menimbulkan e&ek samping,
khususnya pada pasien berusia lanjut. :&ek samping tersebut tergantung pada
dosis *dose dependent), dan seringkali muncul pada dosis terapi. :&ek samping
antimuskarinik dapat dibedakan menjadi e&ek samping peri&er dan e&ek samping
sentral.
Tab!' 2. E$!" samin( Antimus"a#ini" untu" T!#ai OAB
E$!" samin( !#i$!# E$!" samin( s!nt#a'
)ulut kering "edasi
)idriasis !elirium
,onstipasi ;alusinasi
Detensi urin >ungsi kogniti& melambat
(akikardia =angguan tidur
"umber- !e)aagd =, =eibig ?!. An Overview o& Overactive Bladder and /ts harmacological
)anagement with a >ocus on Anticholinergic !rugs. P! #$$%@.1*2+- 4%#-64
12
0ntuk memahami e&ek samping antimuskarinik, maka pengetahuan tentang
neurotransmiter kolinergik dan sistem reseptor muskarinik *)1-)5+ pada beberapa
organ tubuh akan sangat berman&aat.
(abel 2 menunjukkan jenis-jenis reseptor muskarinik dan e&ek yang terlihat
bila reseptor tersebut dihambat oleh antimuskarinik.
Tab!' 3. 4!nis*/!nis #!s!to# mus"a#ini" dan !n(a#u) b'o" antimus"a#ii"
Sist!m o#(an R!s!to# E$!" 5an( t!#'i)at bi'a #!s!to# di)ambat
,elenjar air liur )1,).,)4 mulut kering
?aringan jantung )# takikardia, palpitasi
)ata *otot siliaris, iris+ ).,)5 mata kering, penglihatan kabur
"aluran cerna )1,)#,). waktu pengosongan lambung melambat,
konstipasi, mempengaruhi tonus s&ingter
dan sekresi asam lambung
"usunan sara& pusat,
otak *korteks dan
hipokampus+
)1,)#,).,)4,)5 mempengaruhi memori, kognisi, kecepatan
psikomotor, delirium, halusinasi, gangguan
tidur
,andung kemih *otot
detrusor+
)#, ). kontraksi menurun, retensi urin
"umber- !e)aagd =, =eibig ?!. An Overview o& Overactive Bladder and /ts harmacological
)anagement with a >ocus on Anticholinergic !rugs. P! #$$%@.1*2+- 4%#-64
;ambatan aktivitas reseptor )., )4, dan )5 di susunan sara& pusat akan
menyebabkan halusinasi, sedasi, delirium, penglihatan kabur serta mempengaruhi
&ungsi memori dan proses belajar. ersepsi, kecepatan psikomotor dan perhatian
juga dapat terhambat.
:&ek samping antimuskarinik juga berkaitan dengan retensi urin, khususnya
pada pria dengan hiperplasia prostat jinak. "ejumlah uji klinik menunjukkan bahwa
insidens retensi urin pada pria maupun wanita yang menjalani terapi OAB ternyata
rendah.
12,19
Antimuskarinik juga mempunyai e&ek samping kardiovaskular, termasuk
palpitasi, takikardi dan interval M(c memanjang serta e&ek samping pada saluran
cerna mulai dari konstipasi ringan hingga obstruksi.
Obat-obat OAB terbaru diusahakan agar memiliki selektivitas pada reseptor
muskarinik di kandung kemih *)# dan ).+ yang lebih besar, sehingga e&ek
sampingnya lebih ringan. Antimuskarinik yang tersedia saat ini masih belum
bersi&at murni selekti& untuk reseptor muskarinik di kandung kemih. Obat terbaru,
dari&enasin, dipromosikan sebagai obat yang selekti& )., dengan tingkat
selektivitas yang tinggi pada kandung kemih dibanding sistem organ lainnya.
13
(etapi, hal ilni belum dapat dibuktikan pada berbaagai uji klinis. A&initas obat ini
dengan reseptor yang selekti& ternyata tidak selalu berkorelasi baik dengan e&ikasi
klinis dan tolerabillitas.
Kont#aindi"asi
,ontraindikasi pemakaian antimuskarinik meliputi glaukoma sudut sempit,
obstruksi urin dan obstruksi lambung, dan memerlukan konsentrasi pikiran yang
tinggi dalam tugas sehari-hari.
enggunaan antimuskarinik perlu diawasi dengan baik pada pasien dengan
kolitis ulserati&, miastenia gravis dan penyakit jantung, khususnya pasien dengan
aritmia dan penyakit jantung koroner karena berpotensi menyebabkan
perpanjangan gelombang M(c.
.
Int!#a"si obat
/nteraksi obat yang paling bermasalah adalah interaksi antimuskarinik dengan
antimuskarinik lainnya. Nang perlu diperhatikan juga adalah interaksi
antimuskarinik dengan inhibitor asetilkolinesterase yang biasa dipakai oleh pasien
demensia karena dapat bersi&at antagonis terhadap antimuskarinik.
ANTIMUSKARINIK GOLONGAN LAMA
ropantelin" disiklomin dan &lavoksat, meskipun masih tersedia, tetapi sudah
jarang dipakai sebagai terapi OAB karena e&ektivitasnya terbatas dan e&ek
sampingnya cukup mengganggu.
.
Antidepresan trisiklik, termasuk imipramin telah
banyak dipakai sebagai terapi OAB dan terapi inkontinensia urin tipe campuran.
/mipramin dapat mengendalikan kontraksi otot detrusor kandung kemih *melalui
e&ek antimuskariniknya+ dan mempengaruhi elastisitas otot s&ingter *melalui e&ek
al&a-adrenergiknya+. ,edua mekanisme ini menjadikan imipramin sebagai alternati&
terapi untuk pasien dengan inkontinensia tipe campuran dan'atau OAB dan
inkontinensia tipe stress.
.
"elama satu dekade terakhir ini, oksibutinin klorida dan toleterodin telah
menjadi terapi utama pada penatalaksanaan OAB. !ibandingkan obat lain yang
14
lebih lama *yaitu propantelin+, oksibutinin dan tolterodin telah lebih banyak diteliti
dan terbukti dapat ditoleransi lebih baik.
#$,#1
O"sibutinin "'o#ida
Oksibutinin klorida merupakan salah satu antimuskarinik tertua yang dipakai
untuk terapi OAB.
#$,##
!alam perkembangannya, terdapat tiga jenis oksibutinin,
yakni oksibutinin sediaan biasa *reg$lar(release3 44)" oksibutinin sediaan lepas
lambat *e'tended release324) dan oksibutinin transdermal *O'ytrol).
Bioavailabilitas sediaan biasa sangat buruk, yakni hanya sekitar #7 hingga
117. Oksibutinin dimetabolisme di hati oleh sitokrom 45$ *EN45$+ .A4 dan
dieliminasi di &eses dan urin. "alah satu metabolit akti&nya, desetil oksibutinin
*!:"+ mempunyai aktivitas antimuskarinik serupa dengan obat asalnya.
"ediaan :D dibuat dengan &ormulasi khusus yakni dengan menggunakan
sistem hantaran osmotik yang dibuat dengan teknologi laser sehingga dapat
meningkatkan absorpsi, mengurangi eliminasi lintas pertama di hati dan
konsentrasi obat di dalam darah cenderung stabil. "ediaan ini membuat metabolit
akti& *!:"+ lebih sedikit dihasilkan, sehingga e&ek samping yang terjadi juga lebih
sedikit.
.

Oksibutinin merupakan senyawa amin tersier yang bersi&at lipo&ilik, ukuran
molekulnya kecil dan polaritasnya netral, sehingga daya tembusnya ke susunan
sara& pusat cukup tinggi dibandingkan obat lainnya.
.
)ekanisme kerja obat ini adalah melalui e&ek antikolinergik atau
antimuskarinik pada otot detrusor kandung kemih. Oksibutinin mempengaruhi
reseptor )1, )#, dan )..
"i&at yang khas dari obat ini adalah pengaruhnya yang dapat merelaksasi
otot polos detrusor secara langsung melalui mekanisme spasmolitik pada dosis
tinggi yang diperantarai oleh antagonisme kalsium.
.
15
Beberapa uji klinik menunjukkan bahwa oksibutinin terbukti e&ekti&
mengurangi episode inkontinensia, meningkatkan kapasitas kandung kemih dan
memperbaiki gejala OAB.
#.,#4,#5

:&ek samping oksibutinin sangat nyata, terutama pada pasien berusia lanjut
dan berkaitan dengan besarnya dosis. :&ek samping mulut kering dilaporkan pada
5$-6$7 pasien yang diterapi dengan oksibutinin DD karena a&initas obat ini yang
sangat tinggi pada reseptor muskarinik di kelenjar liur. "ediaan DD menimbulkan
e&ek samping yang lebih nyata daripada sediaan :D. "uatu penelitian menemukan
peningkatan a&initas obat ini ke kelenjar liur sebanyak delapan kali lipat lebih
banyak dibandingkan tolterodin.
2$, 1$%-1$2
:&ek samping lainnya meliputi penglihatan
kabur, gangguan berkemih, dan rasa gelisah pada sekitar 1$7 pasien.
.'2$,95,1$9,11$
"ekitar #57 pasien menghentikan pengobatan karena tidak dapat menahan e&ek
samping yang terjadi.
.
Oksibutinin sediaan terbaru, yakni oksibutinin transdermal *O3ytrol+ juga
menghasilkan metabolit akti& !:" yang lebih sedikit, sehingga e&ek sampingnya
lebih sedikit dengan e&ektivitas yang serupa dengan oksibutinin oral. "elain itu,
suatu penelitian menunjukkan bahwa oksibutinin transdermal mempunyai
e&ektivitas yang sama dengan tolterodin kerja panjang *long(acting3.A)
#%
:&ek
samping lokal berupa eritema kulilt dan pruritus dilaporkan pada 167 pasien.
.,#%
/nteraksi obat melibatkan sistem EN45$, khususnya .A4 dan #!%. Obat-
obat yang menghambat sistem ini akan meningkatkan kadar oksibutinin sehingga
akan meningkatkan risiko terjadinya e&ek samping. ;al yang serupa juga terjadi
bila oksibutinin dipakai bersamaan dengan antimuskarinik lainnya.
.

To't!#odin
(olterodin memasuki pasar A" pada tahun 199$ dan telah dipakai secara
luas sebagai terapi OAB. Obat ini tersedia dalam bentuk tablet DD dan sediaan
16
kerja panjang atau long(acting (.A). ,apsul long(acting mengandung sistem
microspheres yang memungkinkan obat ini dapat ditelan bersama degnan
makanan.
Bioavailabilitas tolterodin bervariasi berkisar dari .$7 hingga 9$7
tergantung pada &enotipe EN#!%. (olterodin banyak terikat pada protein plasma
*9.7+ terutama glikoprotein al&a
1
. Obat ini dimetabolisme di hati, dan jalur
metabolisme utamanya adalah EN#!%. ,ecepatan metabolisme dan eksresinya
juga tergantung pada &enotipe EN#!%. "alah satu metabolit akti&nya,
5-hidroksimetil, mempunyai aktivitas antimuskarinik seperti senyawa asalnya.
.
)ekanisme kerja tolterodin serupa dengan oksibutinin, hanya saja tanpa
disertai e&ek antispasmodik pada otot polos kandung kemih seperti halnya
oksibutinin. enelitian pada hewan percobaan menunjukkan bahwa tolterodin
bersi&at lebih selekti& di kandung kemih daripada oksibutinin.(olterodin juga
mempunyai a&initas terhadap reseptor muskarinik kelenjar liur yang lebih sedikit,
sehingga tolerabilitasnya lebih baik.
#6,#2
)eskipun terdapat perbedaan a&initas terhadap reseptor muskarinik,
tolterodin dan oksibutinin mempunyai e&ikasi dan tolerabilitas yang serupa. "uatu
meta-analisis melaporkan episode inkontinensia urin yang lebih sedikit pada
pemakaian oksibutinin :D dibandingkan tolterodin HA.
#.
0ji klinik lainnya
menunjukkan e&ektivitas yang sama antara tolterodin dan oksibutinin dengan
tolerabiltias yang lebih baik dan insidens e&ek samping mulut kering yang lebih
sedikit.
.,#2
;al ini mungkin disebabkan oleh si&at tolterodin yang kurang lipo&ilik
dibandingkan oksibutinin, sehingga selektivitasnya ke kandung kemih lebih tinggi
atau lebih sedikit menembus susunan sara& pusat.
(oleterodin dimetabolisme oleh sistem EN 45$, khususnya EN#!% dan
EN.A4. "ejumlah obat yang menghambat metabolisme ini dapat meningkatkan
kadar dan e&ek samping tolterodin, misalnya simetidin, &lukonaAol, eritromisin,
17
ne&aAodon, &luoksetin. "ehingga, evaluasi lanjut pada pasien perlu dilakukan dan
riwayat pengobatan sebelumnya perlu selalu ditanyakan.
ANTIMUSKARINIK GOLONGAN BARU
ada tahun #$$4, tiga obat baru untuk terapi OAB masuk dalam pasar
Amerika "erikat, yakni trospium klorida, dari&enasin dan soli&enasin, bersamaan
dengan sediaan baru oksibutinin dan tolterodin *24" I4" long(acting+.
"ebuah meta-analisis berskala besar menunjukkan bahwa oksibutinin,
tolterodin, dari&enasin dan soli&enasin menunjukkan e&ektivitas yang serupa saat
dibandingkan dengan plasebo.
#9
Obat-obat tersebut mempunyai perbedaan dalam
hal aktivitasnya pada reseptor muskarinik, dosis, pro&il &armakokinetik dan
tolerabilitas, serta man&aatnya.
T#osium "'o#ida
(rospium masuk ke Amerika "erikat pada tahun #$$4, tetapi obat ini telah
tersedia di :ropa selama lebih dari #$ tahun. "truktur kimiawinya unik, yakni
berupa senyawa amin kuarterner, sehingga tidak terlalu banyak menembus
susunan sara& pusat dan tidak banyak menimbulkan e&ek samping pada susunan
sara& pusat.
.
!engan struktur kimia yang bersi&at hidro&ilik ini, maka trospium
mempunyaui bioavailabilitas oral yang lebih rendah@ sehingga, harus diminum satu
jam sebelum makan atau dua jam setelah makan. )etabolismenya terbatas,
kurang dari 57-1$7 metabolit dieksresikan ke urin.
ada dosis normal, keterlibatan sistem EN 45$ minimal. :ksresinya
terutama melalui tubulus ginjal. Obat lain dapat berkompetisi pada mekanisme
eliminasi ini *yakni met&ormin dan digoksin+, sehingga kadar trospium atau obat
yang berkompetisi tersebut dapat meningkat. !iperkirakan bahwa mekanisme
sekresi tubular dapat memberikan man&aat terapi karena konsentrasi trospium
dapat meningkat di kandung kemih, sehingga dapat memperbaiki tolerabilitas.
.$,.1
18
Baktu paruh trospium berkisar sekitar 1# hingga #$ jam. 0ntuk pasien
berusia lanjut, dan pasien dengan gangguan ginjal berat *bersihan kreatinin O .$
ml'menit+, dosis harus dikurangi hingga #$ mg'hari. enggunaan obat ini pada
pasien dengan gangguan &ungsi hati sedang hingga berat perlu diwaspadai.
.$,.1
A&initas trospium pada reseptor muskarinik bersi&at selekti& pada )1, )#,
dan ).. !iperlukan penelitian lebih lanjut untuk mencari hubungan selektivitas ini
dengan e&ek samping yang terjadi dan dibandingkan dengan antimuskarinik
lainnya. (rospium juga mempunyai si&at merelaksasi otot polos seperti halnya
oksibutinin.
., .$
enelitian yang membandingkan e&ektivitas trospium dengan antimuskarinik
lainnya masih terbatas. :&ek samping trospium serupa dengan tolterodin dan
oksibutinin, namun e&ek sampingnya pada susunan sara& pusat lebih sedikit karena
struktur kimia trospium yang berupa amin kuarterner.
.#,..
:&ek samping trospium
juga tergantung pada besarnya dosis. )an&aat trospium dibandingkan
antimuskarinik lainnya *oksibutinin atau tolterodin+ adalah metabolisme EN 45$
minimal, sehingga risiko terjadinya interaksi obat juga minimal.
So'i$!nasin
"oli&enasin merupakan antimuskarinik baru dan mempunyai bioavailabilitas
yang baik. Obat ini didistribusikan luas ke seluruh tubuh dan mengalami
metabolisme hati dengan jalur metabolisme utama EN45$ .A4 dan mempunyai
stidaknya satu metabolit akti&.
Baktu paruhnya mencapai 5$ jam karena obat ini didistribusikan luas ke
seluruh tubuh dan eliminasinya lambat. "ehingga, soli&enasin dapat diberikan
dengan dosis satu kali sehari. Baktu paruh dapat meningkat pada pasien dengan
gangguan &ungsi hati, sehingga memerlukan penyesuaian dosis, maksimal 5 mg
sehari untuk pasien dengan gangguan hati derajat sedang *kelas Ehild-ugh B+.
"oli&enasin tidak boleh diberikan pada pasien dengan gangguan &ungsi hati berat
*kelas Ehild ugh E+.
19
"oli&enasin dan metabolitnya dieksresikan di urin *6$7+ dan di &eses *#57+.
ada pasien dengan gangguan &ungsi ginjal berat *bersihan kreatinin O .$
ml'menit+ dosis harus dibatasi hingga 5 mg sehari.
.4,.5,.%
"ekitar 957 obat terikat pada protein, terutama glilkoprotein al&a
1
@ tetapi
kepentingan klinisnya masih belum jelas. )eskipun soli&enasin bersi&at lebih
selekti& pada kandung kemih, belum ada bukti klinis yang mendukung hal ini.
.6
"ejumlah uji klinik menunjukkan bahwa soli&enasin lebih e&ekti& daripada
plasebo. Hebih dari 997 pasien menyatakan 8puas8 atau dapat menerima
pengobatan soli&enasin, sehingga tolerabilitas obat ini dapat dikatakan cukup baik.
"oli&enasin secara signi&ikan mengurangi episode urgensi, inkontinensia, &rekuensi
dan meningkatkan volume urin pascakemih dibandingkan plasebo.
.4,.2
"uatu penelitian yang membandingkan soli&enasin 5 dan 1$ mg degnan
tolterodin HA 4 mg dua kali sehari menunjukkan e&ektivitas yang serupa dalam
menangani OAB, khususnya dalam hal mengurangi episode nokturia.
.9

"oli&enasin dengan dosis tiga kali dosis maksimum yang dianjurkan dapat
menyebabkan perpanjangan gelombang M(c. ;al ini perlu dipertimbangkan bila
soli&enasin digunakan bersama obat lain, khususnya inhibitor EN.A4 seperti
ketokonaAol *NiAoral, ?anssen+, &lukonaAol dan eritromisin.
.
Da#i$!nasin
!ari&enasin diberikan sekali sehari dengan dosis 6,5 atau 15 mg tablet ED.
"eperti halnya trospium, dari&enasin mempunyai bioavailabilitas oral yang buruk
*157-#57+.
)etabolisme terjadi melalui sistem EN 45$ dengan #!% dan .A4 sebagai
jalur metabolisme utamanya. Obat ini dieksresikan melalui urin dan &ese. Baktu
paruhnya sekitar 15 jam.
!osis dari&enasin sebaiknya tidak lebih dari 6,5 mg pada pasien dengan
gangguan hati sedang *kelas Ehid-ugh B+ atau bila obat diberikan bersama
inhibitor EN .A4.
20
!ibandingkan plasebo, dari&enasin dapat mengurangi jumlah episode
inkontinensia dalam seminggu, gangguan berkemih, dan nokturia. !osis awal
dapat dimulai dari 6,5 mg hingga 15 mg, yang kemudian dititrasi *dinaikkan atau
diturunkan bertahap+ hingga kisaran 6,5 mg < .$ mg berdasarkan e&ektivitas dan
tolerabilitas pada pasien. :&ek samping dari&enasin meliputi mulut kering dan
konstipasi, yang juga bersi&at tergantung pada dosis. :&ek samping dari&enasin
serupa dengan plasebo, yang mendukung klaim bahwa dari&enasin bersi&at selekti&
pada reseptor muskarinik ). di kandung kemih.
!ata penelitian yang membandingkan dari&enasin dengan antimuskarinik
lainnya masih terbatas. "uatu uji klinik yang membandingkan dari&enasin 15 mg
sekali sehari dan oksibutinin /D 5 mg tiga kali sehari menunjukkan e&ektivitas yang
serupa, namun e&ek samping mulut kering dan penglihatan kabur lebih banyak
terjadi pada oksibutinin.
4$
0ji klinik yang membandingkan dari&enasin 15 mg
dengan tolterodin # mg dua kali sehari menunjukkan e&ektivitas dan e&ek samping
yang kurang lebih sama.
41,4#

ro&il interaksi obat dari&enasin serupa dengan oksibutinin dan tolterodin
karena obat ini juga melibatkan sistem enAim EN 45$ .A4 dan #!%. !osis
dari&enasin perlu dikurangi bila obat ini digunakan bersama inhibitor EN45$.A4
*misalnya ketokonaAol, klaritomisin, dll+ maupun inhibitor EN 45$ #!% misalnya
paroksetin. !ari&enasin dapat menyebabkan peningkatan digoksin dan midaAolam
bila digunakan bersama kedua obat tersebut.
!ari&enasin mungkin mempunyai man&aat dalam hal si&at selektivitasnya
pada reseptor muskarinik ). di kandung kemih, tetapi bukti klinis yang
mendukung hal ini pada manusia masih terbatas. Hagipula, reseptor ). juga
terdapat di sistem organ lainnya *sistem sara& pusat, kelenjar liur, dan saluran
cerna+
PRINSIP PEMILI%AN ANTIMUSKARINIK UNTUK TERAPI OAB
(ersedianya ketiga antimuskarinik baru menambah perbendaharaan terapi
OAB. emakaian obat ini perlu diwaspadai, khususnya pada pasien dengan
21
kontraindikasi terapi antimuskarinik. ertimbangan man&aat dan risiko setiap obat
perlu diperhatikan khususnya kualitas hidup pasien. enyesuaian dosis, e&ek
samping dan jalur metabolisme obat menjadi pertimbangan khusus dalam memilih
antimuskarinik yang tepat. *lihat (abel 5+
"ebagian besar penelitian yang membandingkan antimuskarinik meneliti
pasien dengan karakteristik yang berbeda-beda dan parameter pengukuran yang
berbeda-beda pula, sehingga perbandingan antar obat dalam golongan
antimuskarinik sulit dilakukan.
"aat ini, sulit untuk menentukan apakah antimuskarinik yang lebih baru
*trospoium, soli&enasin, dari&enasin+ memang lebih baik daripada antimuskarinik
golongan lama *oksibutinin dan tolterodin+.
(rospium, dengan mekanisme sekresi tubuler pada mekanisme
eliminasinya membuat obat ini lebih selekti& pada kandung kemih dibandingkan
sistem organ lain. "elain itu, si&at kimiawi trospium dengan struktur amin kuarterner
akan lebih sedikit menembus sawar darah otak, sehingga lebih sedikit
menimbulkan e&ek samping pada susunan sara& pusat. ;al ini tentu saja
menguntungkan pada pasien berusia lanjut.
!ari&enasin, secara teoritis mempunyai si&at yang lebih selekti& pada
reseptor muskarinik ). di kandung kemih. tetapi hal ini belum teruji secara klinis.
)eskipun demikian, antimuskarinik baru menawarkan risiko terjadinya e&ek
samping yang lebih sedikit dibandingkan antimuskarinik golongan lama.
Berbagai data penelitian atau uji klinik yang baik diperlukan untuk menilai
&ungsi, struktur serta si&at-si&at &armakokinetik obat tersebut. erbedaan
&armakokinetik antar obat memungkinkan kita untuk membuat terapi yang
disesuaikan dengan kebutuhan pasien dengan berdasarkan pada &aktor-&aktor
individual yang ada. *(abel 9+. Bila tidak ada data pembanding, maka strategi
pemilihan obat yang mungkin adalah dengan mempertimbangkan &aktor individual
yang ada pada pasien dan mencoba obat lain bila obat yang diberikan sebelumnya
ternyata tidak e&ekti& atau tidak dapat ditoleransi dengan baik.
#
Nang paling penting
adalah membina hubungan komunikasi yang baik dengan pasien, termasuk
22
konseling dan edukasi pasien tentang tujuan terapi dan peran serta pasien dan
hasil terapi yang diharapkan.
Tab!' 6. Fa"to#*$a"to# 5an( m!m!n(a#u)i !mi'i)an antimus"a#ini" s!ba(ai t!#ai OAB
Fa"to# Obat 5an(
di!#timban("an
K!t!#an(an
:&ek samping
antikolinergik
!ari&enasin *:nable3+,
soli&enasin *Cesicare+,
toleteroin :D *!etrol
HA+, oksibutinin :D
*!itropan LH+
"ediaan :D dan obat yang
uroselekti& dapat meningkatkan
tolerabilitas
:&ek samping pada
susunan sara& pusat
(rospium *"anctura+ (rospium kurang dapat
menembus sawar darah otak
*man&aatnya belum terbukti+
Biaya Oksibutinin /D "ediaan :D dan obat baru lebih
mahal@ oksibutinin /D tersedia
dalam bentuk generik
/nteraksi obat (rospium "elain trospium, antimuskarinik
dimetabolisme oleh EN .A4
atau #!%, yang berperan dalam
metabolisme dan eliminasi obat
melalui hati
:&ektivitas Oksibutinin Obat non-selekti& mampu
menekan aktivitas otot detrusor
yang berlebih dengan lebih baik.
,ehamilan Oksibutinin Oksibutinin termasuk dalam
kategori B risiko pada kehamilan,
sedangkan obat lainnya termasuk
dalam kategori E
=angguan &ungsi hati
yang berat
(rospium (rospium dieliminasi melalui
ginjal, sedangkan obat lainnya
dieliminasi melalui hati
=angguan &ungsi
ginjal yang berat

Oksibutinin, tolterodin,
dari&enasin, soli&enasin
;indari trospium yang dieliminasi
melalui ginjal
24 5 e'tended release- I4 5 immediate(release- C6P 5 cytochrome P789 isoen:yme
EVALUASI LAN4UTAN
:valuasi lanjutan atau %ollow $p diperlukan dalam tatalaksana OAB, tetapi
belum ada kesepakatan tentang berapa lama sebaiknya terapi OAB dievaluasi.
Beberapa ahli menyarankan bahwa evaluasi lanjutan selama # minggu sudah
cukup, sedangkan ahli lainnya menganjurkan masa evaluasi hingga 4 minggu.
(entu saja, lamanya evaluasi lanjutan tersebut harus disepakati oleh dokter dan
pasien. asien harus diberitahu mengenai tujuan terapi dan terus diberikan
23
semangat agar tidak menyerah karena terapi OAB memerlukan titrasi dosis yang
sesuai untuk setiap individu agar mendapatkan hasil yang maksimal.
RU4UKAN KE DOKTER A%LI
!iagnosis OAB memang dapat ditegakkan secara empiris tanpa
membutuhkan pemeriksaan khusus dan terapi dapat segera dimulai dengan
pemberian antimuskarinik, yang biasanya diberikan selama #-4 minggu. bila terapi
ternyata gagal, maka pasien dapat dirujuk ke dokter ahli agar mendapatkan
konsultasi dan pemeriksaan yang lebih spesi&ik.
Tab!' 17. Tanda dan (!/a'a ba)+a asi!n !#'u s!(!#a di#u/u" "! do"t!# s!sia'is
!iagnosis tidak jelas dan dokter tidak mampu memberikan penatalaksanaan yang jelas
Despons pasien yang buruk terhadap terapi konservati& *latihan kandung kemih, latihan otot dasar
panggul, dan terapi obat+
hematuria tanpa disertai in&eksi
rolaps organ panggul derajat berat
volume urin residu pascakemih yangabnoprmal
embesaran prostat
,ondisi neurologik *yaitu sklerosis multipel, lesi medula spinalis+
Diwayat pembedahan panggul
"umber- >antl dkk.
1'.$
KESIMPULAN
Antimuskarinik telah terbukti aman dan e&ekti& untuk terapi OAB. Berbagai
jenis antimuskarinik yang dipakai dalam terapi OAB berbeda dalam hal &ormulasi
sediaan, a&initas terhadap reseptor antimuskarinik, pro&il &armakokinetik, dosis,
e&ek samping, man&aat dan risiko.
erbandingan antar obat yang tergolong antimuskarinik masih sangat
terbatas. :&ektivitas klinis semua jenis antimuskarinik tersebut serupa. "emua
antimuskarinik memperbaiki gejala bila dibandingkan dengan plasebo, dan bila
dikombinasi dengan terapi perilaku, e&ektivitasnya meningkat.
enelitian lebih lanjut diperlukan agar didapatkan bukti-bukti klinis yang
dapat menuntun kita untuk memilih antimuskarinik terbaik dalam tatalaksana OAB,
dan pendekatan tatalaksana yang khas untuk tiap individu dianjurkan.
)eskipun e&ektivitas antimuskarinik dalam terapi OAB telah jelas, tetapi e&ek
sampingnya yang mengganggu dapat mengurangi kepatuhan pasien dan pada
24
akhirnya mengurangi e&ektivitas penanganan OAB. ,onseling dan edukasi pasien
sangat penting agar pasien dapat turut berperan serta dan dapat mematuhi terapi
yang diberikan. *(abel 11+
Tab!' 11. P!tun/u" Kons!'in( dan Edu"asi Pasi!n t!ntan( T!#ai OAB
1. ?elaskan peranan terapi obat dalam penatalaksanaan OAB.
#. ?elaskan makna sediaan kerja panjang dan kerja pendek *long(acting dan short(acting)-
jangan menggigit atau menghancurkan tablet sediaan lepas lambat *e'tended release)
.. Beritahu dokter bila pasien lupa minum obat *jangan minum dosis ganda keesokan harinya+
4. (rospium harus diminum satu jam sebelum atau dua jam sesudah makan
5. astikan asupan cairan yang cukup saat mengkonsumsi antimuskarinik untuk terapi OAB
%. Beritahukan pasien bahwa antimuskarinik dapat menyebabkan pusing, penglihatan kabur
atau rasa berputar, sehingga pasien perlu berhati-hati bila akan mengemudi
6. "arankan diet seimbang bila terjadi konstipasi. asien perlu melaporkan kepada dokter bila
terjadi nyeri perut yang hebat.
2. asien perlu melaporkan e&ek samping yang dialami kepada dokter *gangguan penglihatan,
sakit kepala, sakit perut, gatal, sesak napas+
9. astikan bahwa pasien telah melaporkan riwayat penyakit sebelumnya karena
antimuskarinik dikontraindikasikan pada pasien dengan glaukoma sudut sempit, miastenia
gravis, kolitis ulserati& dan penyakit hati.
1$. Bila obat diberikan pada musim panas, pasien perlu diberitahu bahwa akan dapat
mengalami penurunan jumlah keringat dan dapat mengalami hipertermia
11. Antimuskarinik untuk terapi OAB tergolong kategori E untuk risiko pada kehamilan, kecuali
oksibutinin *kategori B+. asien perlu memberitahukan kepada dokter apakah mereka
sedang dalam keadan hamil atau menyusui.
1#. Obat perlu disimpan di tempat kering, teduh dan hindari sinar matahari langsung
1.. asien harus dianjurkan selalu mencuci tangannya sebelum memasang oksibutinin
transdermal dan jangan melekatkan oksibutinin transdermal pada kulit yang terluka atau
terbakar
14. asien harus mematuhi dosis yang dianjurkan dan selalu bertanya kepada dokter atau
apoteker bila menjumpai masalah.
DAFTAR PUSTAKA
1. Dosenberg )(, Newman !,, (allman E(, age "A. Overactive bladder-
Decognition reFuires vigilance &or symptoms. Cleveland Clinic #o$rnal O% &edicine #$$6@
64*"upplement.+-"#1-#9
#. :pstein B?, =ums ?=. Newer Agents &or the )anagement o& Overactive Bladder.
American 0amily Physician #$$%. 64*1#+-#$%1-%2
.. !e)aagd =, =eibig ?!. An Overview o& Overactive Bladder and /ts
harmacological )anagement with a >ocus on Anticholinergic !rugs. P! #$$%@.1*2+- 4%#-64
4. /nternational Eontinence "ociety. ;rd International Cons$ltation on Incontinence.
Decommendations o& the /nternational "cienti&ic Eommitee, #$$5. e-book. atau dapat diunduh
di http-''www.congres-urology.org'publishing'page.accueil.pub.html.
5. Abrams , EardoAo H, >all ) et al. "tandardisation "ub-committee o& the
/nternational Eontinence "ociety. (he standardisation o& terminology o& lower urinary tract
&unction- report &rom the "tandardisation "ub-committee o& the /nternational Eontinence
"ociety. <e$ro$rol /rodyn #$$#@ #1-1%6-62
%. )ilsom /, Abrams , EardoAo /, et al. ;ow widespread are the symptoms o& an
overactive bladder and how are they managedP A population-based prevalence study. B?0 /nt
#$$1@26-6%$-%%
25
6. "tewart B>, van Dooyen ?B, Eundi&& =B, et al. revalence and burden o&
overactive bladder in the 0nited "tates. Borld ? 0rol #w$$.@#$-.#6-.%
2. /rwin !:, )ilsom /, ,oppQ, Abrams , EardoAo H. /mpact o& overactive bladder
symptoms on employment, social interactions and emotional well-being in si3 :uropean
countries. B?0 /nt #$$%@96-9%-1$$
9. !mochowski DD, Newman !,. /mpact o& overactive bladder on women in the
0nited "tates- results o& a national survey. Eurr )ed Des Opin #$$6@ #.-%5-6%
1$. Balkrishnan D, Bhosle )?, Eamacho >(, Anderson D(. redictors o& medication
adherence and associated health care costs in an older population with overactive bladder
syndrome- a longitudinal cohort study. ? 0rol #$$%@ 165-1$%6-6#
11. Burgio ,H, Hocher ?H, =oode ", ;ardin ?), )c!owell B?, !ombrowski ), et al.
Behavioral vs. drug treatment &or urge urinary incontinence in older women- a randomiAed
controlled trial. ?A)A 1992@ #2$-1995-#$$$
1#. Byman ?:, >antl ?A. Bladder training in ambulatory care management o& urinary
incontinence. 0rol Nurs 1991@11*.+11-16
1.. Bo ,, (alseth (, ;olme /. "ingle blind, randomised controlled trial o& pelvic &loor
e3ercises, electrical stimulation, vaginal cones, and no treatment in management o& genuine
stress incontinence in women. B)? 1999-.12-426-9.
14. Ouslander ?=. )anagement o& overactive bladder. N :ngl ? )ed #-$$4@5$-62%-99
15. !mochowski DD, Appell DA. Advancement in pharmacologic management o&
overactive bladder. 0rology #$$$-5% *"uppl %A+- 41-49
1%. "alvatore ", "oligo ), roietti >, et al. Overactive bladder syndrome-
Eonsiderations in pharmacotherapy and new perspectives. :ur ? Obstet =ynecol Deprod Biol
#$$5@1#$*#+-1#9-..
16. Andersson ,:. New pharmacological targets &or the treatment o& the overactive
bladder- An update. 0rology #$$4-%.*."uppl1+-.#-41
12. ?a&&e B/, (e A:. Overactive bladder in the male patient- epidemiology, etiology,
evaluation, and treatment. Eurr 0rol Dep #$$5@%-41$-412
19. ,aplan "A, Balmsley ,, (e A:. (olterodine e3tended release attenuates lower
urinary tract symptoms in men with benign prostatic hyperplasia. ? 0rol #$$5@164-##6.-65
#$. Ehapple ED. )uscarinic receptors antagonists in the treatment o& overactive
bladder. 0rology #$$$@55*"uppl 5A+-..-4%
#1. ;erbison , ;ay-"mith ?, Blis =, et al. :&&ectiveness o& anticholinergic drugs
compared with placebo in the treatment o& overactive bladder- "ystemic review. B)?
#$$.@.#%-2414
##. Narker N, =oa ,H. >itton A. O3ybutynin- A review o& its pharmacodynamic and
pharmacokinetic properties and its therapeutic use in detrusor instability. !rugs Aging
1995@%-#4.-%#
#.. Ehapple E, ,hullar C, =abriel Q, !ooley ?A. (he e&&ects o& antimuscarinic
treatments in overactive bladder- A systematic review and meta-analysis. :ur 0rol #$$5@42-5-#%
#4. (app A?, EardoAo H!, Cersi :, Eooper !. (he treatment o& detrusor instability in
postmenopausal women with o3ybutynin chloride- A double-blind placebo controlled study. Br ?
Obstet =ynaecol 199$@96-5#1-#%
#5. "Aonyi ?, collas !), !ing NN, et al. O3ybutynin with bladder retraining &or detrusor
instability in elderely people- A randomiAed controlled trial. Age Aging 1929@12-195-#$$
#%. !mochowski DD, "and ,, Qinner ND, et al., &or the (ransdermal O3ybutynin
"tudy =roup. Eomparative e&&icacy and sa&ety o& transdermal o3ybutynin and oral tolterodine
versus placebo in previously treated patients with urge and mi3ed urinary incontinence.0rology
#$$.@%#-#.6-4#
#6. Ehapple ED, Bein A?. (he urgency o& the problem and the problem o& urgency in
the overactive bladder. B?0 /nt #$$5@95*.+-#64-65
#2. Abrams , >reeman D, Anderstrom E, et al. (olterodine, a new antimuscarinic
agent- As e&&ective but better tolerated than o3ybutynin in patients with an overactive bladder. Br
? 0rol 1992@21-2$1-21$
26
#9. Ehapple E, ,hullar C, =abriel Q, !ooley ?A. (he e&&ects o& antimuscarinic
treatments in overactive bladder- A systematic review and meta-analysis. :ur 0rol #$$5@42-5-#%
.$. "anctura *trospium chloride+ tablets. He3ington, )A@ /ndevus harmaceuticals, /nc@
#$$4
.1. Dovner :s, Bein A?. )odern pharmacotherapy o& urge urinary incontinence in the
0"A- (olterodine and o3ybutynin. B?0 /ntl #$$$@ 2%*"uppl #+-44-54
.#. (odorova A, Conderheid-=uth B, !imp&el B. :&&ects o& tolterodine, trospium
chloride, and o3ybutynin on the central nervous system. ? Elin harmacol #$$1@41*%+-%.%-44
... ietAko A, !imp&el B, "chwantes 0, (op&meier . /n&luences o& trospium chloride
and o3ybutynin on Fuantitative ::= in healthy volunteers. :ur ? Elin harmacol 1994@46-..6-
4.
.4. Cesicare *soli&enacin+ tablets. Namanouchi harma America /nc., and
=la3o"mith,line@ #$$4
.5. Ehapple E, Dechberger (, Al-"hukri ", et al. DandomiAed, double-blind placebo-
and tolterodine-controlled trial o& the once-daily antimuscarinic agent soli&enacin in patients with
symptomatic overactive bladder. B?0 /nt #$$4@9.*.+-.$.-1$
.%. ;aab >, "tewart H, !wyer . !ari&enacin, an ). selective receptor antagonist, is an
e&&ective and well-tolerated once-daily treatment &or overactive bladder. :ur 0rol #$$4@45-4#$-
#9
.6. /keda ,, ,obayashi ", suAuki ), et al. )*.+ receptor antagonist by the novel
antimuscarinic agent soli&enacin in the urinary bladder and salivary gland. Naunyn
"chmiedebergs Arch harmacol #$$#@.%%-96-1$.
.2. Brunton ", ,uritAky H. Decent developments in the management o& overacitve
bladder- >ocus on the e&&icacy and tolerability o& once-daily soli&enacin succinate 5 mg. Eurr
)ed Des Opin #$$5@#1-61-2$
.9. Ehapple ED, )artineA-=arcia D, "elvaggi H, et al. A comparison o& the e&&icacy and
tolerability o& soli&enacin succinate and e3tended release tolterodine at treating overactive
bladder syndrome- Desults o& the "(AD trial. :ur 0rol #$$5@42-4%4-6$
4$. Qinner N, (uttle ?B, )arks H. :&&icacy and tolerability o& dari&enacin, a muscarinic
). selective receptor antagoinist, compared with o3ybutynin in the treatment o& patients with
overactive bladder. /nternational Eontinence "ociety )eeting. aris, >rance, #$$4
41. :nable3 *dari&enacin+. :ast ;anover, N?- NOvartis harmaceutical Eorporation@
#$$4
4#. ,hullar C. !ari&enacin, an ). selective receptor antagonist, reduces the &reFuency
o& nocturnal awakening, and important symptom o& overactive bladder *Abstract 491+. ? 0rol
#$$4-161 *4 "uppl+-1.1
27

Anda mungkin juga menyukai