LAPORAN KASUS
1.1 Anamnesis
1.1.1
Identitas Pasien
Nama
Umur
Jenis kelamin
Agama
Pekerjaan
Alamat
Datang ke RS
Tanggal periksa
No.MR
1.1.2
:
:
:
:
:
:
:
:
:
Tn. S
52 tahun
Laki-laki
Islam
Petani
Sapto Mulyo, Kota Gajah
15 November 2016
16 November 2016
277331
Data Dasar
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis
pada tanggal
16
November 2016
1. Keluhan Utama : Perut terasa kembung sejak 1 minggu SMRS
2. Keluhan Tambahan : Mual, muntah, nafsu makan menurun, serta
tidak bisa BAB dan tidak bisa buang angin.
3. Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang ke Poliklinik Bedah RS Ahmad Yani pada pukul 10.30
WIB dengan tujuan kontrol pasca rawat inap. Pasien mengeluhkan
perut terasa kembung sejak 1 minggu sebelum masuk rumah sakit.
Kembung dirasakan terus-menerus dan semakin lama semakin
memberat. Keluhan kembung diperberat dengan makan dan ketika
melakukan aktivitas. Pasien mengeluhkan tidak bisa BAB dan tidak
bisa buang angin. Keluhan juga disertai dengan mual dan muntah
setiap kali hendak makan, muntah berwarna hijau, konsistensi cair,
volume 50 cc, serta nafsu makan menurun. Perut terasa kembung
1
Pemeriksaan Fisik
1.2.1 Status General
Keadaan umum
: Tampak sakit sedang
Kesadaran
: Compos mentis (GCS 15 : E4 V5 M6)
Status Gizi
: Normal (IMT : 19 kg/m2)
1.2.2 Tanda-Tanda Vital
Tekanan darah
: 140/90 mmHg
Nadi
: 86x/menit
Laju Pernapasan
: 21x/menit
Suhu
: 36 0C
1.2.3 Pemeriksaan Head to Toe
a. Kepala
: Bentuk normocephal, wajah simetris, rambut
warna hitam, tidak mudah dicabut, persebaran merata.
b. Mata
1.3
Pemeriksaan Penunjang
1.3.1 Pemeriksaan Hematologi Rutin (17 November 2016)
No
Parameter
Hasil
Nilai Normal
Satuan
1.
Leukosit
11,58
5,0-10,0
ribu
/L
2.
Eritrosit
4,95
4,37- 5,63
ribu
/L
3.
Hemoglobin
13,6
14-18
g/dL
4.
Hematokrit
40,2
41-54
5.
Trombosit
279
150-450
ribu
/L
1.3.2
6.
MCV
81,3
80-92
fL
7.
MCH
27,5
27-31
Pg
8.
MCHC
33,8
32-36
g/dl
9.
RDW
12,4
12.9-15.3
No
Parameter
Hasil
Nilai Normal
Satuan
1.
Masa
20
10-60
menit
130
90-150
menit
Perdarahan
2.
Masa
Pembekuan
3.
Ureum
63
19-44
mg/dL
4.
Kreatinin
0,9
0,9-13
mg/Dl
Kesan: Didapatkan sedikit peningkatan pada leukosit dan kadar ureum. Nilai
laboratorium lain dalam batas normal.
a.
1.4 Diagnosis
Small bowel obstruction (obstruksi usus halus).
1.5 Penatalaksanaan
1.5.1
Terapi non-Farmakologi
-Tirah baring
-Nutrisi parenteral (nasogastric tube)
1.5.2
Terapi Farmakologi
-IVFD RL 500 ml/ 8 jam
-Inj. Ranitidin 2x1 ap (2x50 mg/2 ml) bolus IV
-Inj. Ceftriaxone 2x1 gram bolus IV
1.5.3
Terapi Operatif
a. Laparotomi eksplorasi + Herman procedure
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Definisi
Obstruksi usus (mekanik) adalah keadaan dimana isi lumen saluran cerna
tidak bisa disalurkan ke distal atau anus karena ada sumbatan/hambatan yang
disebabkan kelainan dalam lumen usus, dinding usus atau luar usus yang
menekan, atau kelainan vaskularisasi pada suatu segmen usus yang
menyebabkan nekrosis segmen usus tersebut (Sylvia, 2006).
Tipe obstruksi usus terdiri dari :
1. Mekanis (Ileus Obstruktif)
Suatu penyebab fisik menyumbat usus dan tidak dapat diatasi oleh
peristaltik. Ileus obstruktif ini dapat akut seperti pada hernia strangulata
atau kronis akibat karsinoma yang melingkari. misalnya intususepsi,
tumor polipoid dan neoplasma stenosis, obstruksi batu empedu, striktura,
perlengketan, hernia dan abses.
2. Neurogonik/fungsional (Ileus Paralitik)
Obstruksi yang terjadi karena suplai saraf otonom mengalami paralisis dan
peristaltik usus terhenti sehingga tidak mampu mendorong isi usus.
Contohnya amiloidosis, distropi otot, gangguan endokrin seperti diabetes
mellitus, atau gangguan neurologis seperti penyakit Parkinson (Suratun
dan Lusianah, 2010).
Ileus obstruktif merupakan penyumbatan intestinal mekanik yang terjadi
karena adanya daya mekanik yang bekerja atau mempengaruhi dinding
Etiologi
Ileus obstruktif sering dijumpai dan merupakan penyebab terbesar
pembedahan pada akut abdomen. Hal ini terjadi ketika udara dan hasil sekresi
tak dapat melewati lumen intestinal karena adanya sumbatan yang
menghalangi.
Obstruksi mekanik dari lumen intestinal biasanya disebabkan oleh tiga
mekanisme; 1. blokade intralumen (obturasi), 2. intramural atau lesi intrinsik
dari dinding usus, dan 3. kompresi lumen atau konstriksi akibat lesi ekstrinsik
dari intestinal. Berbagai kondisi yang menyebabkan terjadinya obstruksi
intestinal biasanya terjadi melalui satu mekanisme utama. Satu pertiga dari
seluruh pasien yang mengalami ileus obstruktif, ternyata dijumpai lebih dari
satu faktor etiologi yang ditemukan saat dilakukan operasi. (Thompson, 2005)
Tabel 1. Penyebab Obstruksi Mekanik dari Intestinal (Whang et al., 2005) (Thompson, 2005)
Obturasi Intraluminal
Lesi Ekstrinsik
Lesi Intrinsik
Benda Asing
Adhesi
Kongenital
Benda Asing
Iatrogenik
Tertelan
Batu Empedu
Cacing
Pengaruh Cairan
Barium
Feses
Meconium
Hernia
-
Intususepsi
Eksternal
Internal
Massa
-
Inflamasi
Anomali organ atau
pembuluh darah
Organomegali
Akumulasi Cairan
Neoplasma
Divertikulitis
Drug-induced
Infeksi
Coli ulcer
Neoplasma
Post Operatif
Volvulus
Tumor Jinak
Karsinoma
Karsinoid
Limpoma
Sarcoma
Trauma
-
2.3
Intramural
Hematom
Klasifikasi
Berdasarkan lokasi obstruksinya, ileus obstrukif atau ileus mekanik dibedakan
menjadi,antara lain:
1. Ileus obstruktif letak tinggi: obstruksi mengenai usus halus (dari gaster
sampai ileum terminal).
2. Ileus obstruktif letak rendah: obstruksi mengenai usus besar (dari ileum
terminal sampai rectum).
2.4
Patofisiologi
Normalnya, sekitar 2 liter asupan cairan dan 8 liter sekresi dari gaster,
intestinal dan pankreaticobilier ditransfer ke intestinal setiap harinya.
Meskipun aliran cairan menuju ke intestinal bagian proksimal, sebagian besar
cairan ini akan diabsorbsi di intestinal bagian distal dan kolon. Ileus obstruktif
terjadi akibat akumulasi cairan intestinal di proksimal daerah obstruksi
disebabkan karena adanya gangguan mekanisme absorbsi normal proksimal
daerah obstruksi serta kegagalan isi lumen untuk mencapai daerah distal dari
obstruksi.
10
mediator
vasoaktif.
Pengguyuran
cairan
intravena
juga
11
12
13
14
15
16
pada sekum dan kolon bagian proksimal karena bagian ini mudah
membesar (WHO, 2OO2) (Dinkes Sumatera Utara, 2007).
Dengan stetoskop, diperiksa suara normal dari usus yang berfungsi
(bising usus). Pada penyakit ini, bising usus mungkin terdengar sangat
keras dan bernada tinggi, atau tidak terdengar sama sekali (WHO,
2OO2) (Dinkes Sumatera Utara, 2007).
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Rectal
Toucher
2.7
17
18
19
b.
Ileus obstruksi letak rendah :
- Gambaran sama seperti ileus obstruksi letak tinggi
- Gambaran penebalan usus besar yang juga distensi tampak pada tepi
abdomen
- Air fluid level yang panjang-panjang di kolon.
Sedangkan pada ileus paralitik gambaran radiologi ditemukan dilatasi usus
yang menyeluruhdari gaster sampai rectum.
Gambaran radiologis ileus obstruktif dibandingkan dengan ileus paralitik :
20
Pada ileus obstruktif letak rendah tampak dilatasi usus di proksimal sumbatan
(sumbatan di kolon) dan kolaps usus di bagian distal sumbatan. Penebalan dinding
usus halus yang mengalami dilatasi memberikan gambaran herring bone
appearance, karena dua dinding usus halus yang menebal dan menempel
membentuk gambaran vertebra dan muskulus yang sirkuler menyerupai kosta dan
gambaran penebalan usus besar yang juga distensi tampak pada tepi abdomen.
Tampak gambaran air fluid level yang pendek-pendek yang berbentuk seperti
tangga disebut juga step ladder appearance karena cairan transudasi berada dalam
usus halus yang terdistensi dan air fluid level yang panjang-panjang di kolon.
21
Pada ileus paralitik terdapat dilatasi usus secara menyeluruh dari gaster sampai
rektum. Penebalan dinding usus halus yang mengalami dilatasi memberikan
gambaran herring bone appearance, karena dua dinding usus halus yang menebal
dan menempel membentuk gambaran vertebra dan muskulus yang sirkuler
menyerupai kosta dan gambaran penebalan usus besar yang juga distensi tampak
pada tepi abdomen. Tampak gambaran air fluid level yang pendek-pendek yang
berbentuk seperti tangga atau disebut juga step ladder appearance di usus halus
dan air fluid level yang panjang-panjang di kolon.
Pemeriksaan radiologi foto polos abdomen pada pasien dengan ileus osbtruktif
dapat ditemukan gambaran sebagai berikut:
22
23
24
25
2.9 Penatalaksanaan
Tujuan utama penatalaksanaan adalah dekompresi bagian yang mengalami
obstruksi untuk mencegah perforasi. Tindakan operasi biasanya selalu
diperlukan. Menghilangkan penyebab obstruksi adalah tujuan kedua.
Kadang-kadang suatu penyumbatan sembuh dengansendirinya tanpa
pengobatan, terutama jika disebabkan oleh perlengketan. Penderita
penyumbatan usus harus di rawat di rumah sakit (WHO, 2008) (WHO,
2007).
1. Persiapan
Pipa lambung harus dipasang untuk mengurangi muntah, mencegah
aspirasi dan mengurangi distensi abdomen (dekompresi). Pasien
dipuasakan, kemudian dilakukan juga resusitasi cairan dan elektrolit
untuk perbaikan keadaan umum. Setelah keadaanoptimum tercapai
barulah
dilakukan
laparatomi.
Pada
obstruksi
parsial
atau
26
Pengobatan pasca bedah sangat penting terutama dalam hal cairan dan
elektrolit. Kita harus mencegah terjadinya gagal ginjal dan harus
memberikan kalori yang cukup.Perlu diingat bahwa pasca bedah usus
pasien masih dalam keadaan paralitik (WHO, 2008) (WHO, 2007).
BAB III
ANALISIS KASUS
Pada kasus ini, pasien laki-laki berumur 52 tahun datang dengan keluhan utama
perut terasa kembung dan tidak bisa BAB yang dirasakan hilang timbul sejak 1
bulan yang lalu dan memberat sejak 1 minggu sebelum masuk rumah sakit.
Keluhan kembung dirasakan semakin lama semakin memberat dan memberat
setiap kali makan. Pasien juga mengeluhkan tidak bisa BAB dan tidak bisa flatus.
Keluhan juga disertai dengan mual dan muntah setiap kali hendak makan, muntah
berwarna hijau, konsistensi cair, volume 50 cc, nafsu makan menurun.
pasien, didapatkan riwayat perut terasa kembung, obstipasi atau konstipasi kronik,
mual dan muntah. Gejala tersebut menunjukkan tanda obstruksi pada usus yang
kronik, sedangkan keluhan tidak bisa BAB dan tidak bisa flatus menunjukkan
gejala obstruksi usus halus totalis.
Pada pemeriksaan fisik ditemukan abdomen tampak cembung, bising usus (+)
meningkat, metallic sound (+), darm contour (+), darm steifung (-), nyeri tekan
(-), teraba massa usus (+), hipertimpani (+). Pada pemeriksaan rectal toucher
didapatkan tonus sfingter ani baik, ampula tidak kolaps,serta tidak ditemukan
feses, lendir dan darah. Pemeriksaan fisik tersebut menunjukkan bahwa etiologi
obstruksi usus halus tersebut adalah mekanik yang belum perforasi.
Kemudian dari klinis tersebut dilakukan pemeriksaan radiologi berupa foto polos
abdomen 3 posisi, yakni posisi supine, erect, dan LLD (left lateral decubitus).
Pada kondisi akut abdomen, foto polos abdomen biasanya merupakan
pemeriksaan pertama yang dilakukan. Pemeriksaan lainnya seperti USG, CT Scan
dan IVP digunakan untuk mencari kelainan yang lebih spesifik. Dalam keadaan
akut, foto polos abdomen digunakan untuk mendiagnosis:
Obstruksi usus
Pankreatitis
28
Distribusi faeces
Pada pasien ini, dilakukan pemeriksaan foto polos abdomen 3 posisi (supine,
erect, dan LLD) atas indikasi gejala abdomen akut. Pada foto polos abdomen
secara keseluruhan tidak ditemukan gambaran udara bebas pada rektum. Temuan
ini menyingkirkan etiologi ileus paralitik dan mengarah pada ileus obstruksi.
Gambaran radiologi tersebut sesuai dengan klinis pasien yakni tidak dapat flatus
maupun BAB. Temuan ini juga sesuai dengan patofisiologi ileus obstruksi yakni
hambatan pasase isi usus halus berupa gas dan cairan pada proksimal lokasi
obstruksi. Isi usus halus tidak dapat menembus daerah obstruksi sehingga pada
daerah distal obstruksi yaitu kolon dan rektum tidak didapatkan gambaran udara
bebas.
Pada posisi supine didapatkan gambaran distensi usus halus yang berhimpit
(herring bone).
Pada foto polos abdomen posisi erect, didapatkan gambaran coil spring pada regio
sinistra kuadran atas dan regio dextra kuadran bawah. Gambaran coil spring
terjadi pada usus halus berisi udara yang mengalami dilatasi. Gambaran coil
spring pada pasien ini tampak paling nyata dalam jejunum dimana valvula
conniventes/plica sirkularis memiliki jarak yang sangat berdekatan.
Pada foto polos abdomen posisi LLD (Left Lateral Decubitus) terdapat gambaran
udara normal pada rongga preperitoneal fat. Ditemukan gambaran air fluid level
dengan pola step ladder (bertingkat) yang menandakan terdapat udara bebas
terperangkap dalam cairan pada usus halus pada beberapa lokasi. Pada foto polos
pasien ini tidak didapatkan udara bebas pada subdiafragma maupun pada tempat
tertinggi pada posisis LLD. Gambaran radiologi ini juga sesuai dengan anamnesis
dan pemeriksaan fisik pasien yakni perut terasa kembung serta tidak dapat BAB
dan flatus.
30
31
DAFTAR PUSTAKA
32
Sjamsuhidajat R & De Jong, Wim. 2008. Buku Ajar Ilmu Bedah . Edisi 2.
Jakarta : EGC. Hal: 623
Scwarttz. 2000. Intisari Prinsip-Prinsip Ilmu Bedah. Edisi 6. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC.
33