Anda di halaman 1dari 6

TINJAUAN YURIDIS

PENDELEGASIAN KEWENANGAN DOKTER KEPADA PERAWAT

(Tugas Mata Kuliah Metedologi Penelitian Hukum)


Dosen : Dr. H.TISNANTA, S.H., M.H

Oleh
YULFRINA ANDRIANI
NPM 1522011014
KELAS REGULER B

PROGRAM PASCA SARJANA MAGISTER HUKUM


UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2016

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tenaga keperawatan sebagai salah satu komponen utama pemberi layanan
kesehatan kepada masyarakat, bertanggung jawab dan akuntabel terhadap pelayanan
keperawatan yang bermutu, aman dan terjangkau sesuai dengan kompetensi dan
pendidikan yang dimilikinya.Penyelenggaraan praktik keperawatan didasarkan pada
kewenangan yang diberikan karena keahlian di bidang ilmu keperawatan yang
dikembangkan sesuai dengan kebutuhan kesehatan masyarakat, perkembangan ilmu
pengetahuan dan tuntutan globalisasi sebagaiamana tertera dalam Undang-Undang
Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan.
Pelayanan kesehatan khususnya pelayanan keperawatan dalam praktek
pelayanan kesehatan dikenal istilah delegasi wewenang. Delegasi wewenang yang
dimaksud adalah pelimpahan dari dokter kepada perawat, dimana perawat
mengerjakan tugas dokter untuk melakukan tindakan medis tertentu. Apabila tugas
tersebut sesuai dengan apa yang diinstruksikan oleh dokter, maka apapun hasilnya,
perawat tidak memikul tanggung jawab dan tanggung gugat atas kerugian pasien.
Fakta yang ada di lapangan terutama di daerah khususnya daerah terpencil
jumlah tenaga dokter terbatas sehingga biasanya tugas dokter dikerjakan oleh
perawat. Hal ini sangat terlihat di sarana kesehatan dasar seperti puskesmas yang
memiliki dokter hanya 1 orang ataupun terkadang tidak ada tenaga dokter. Perawat
dalam memberikan pelayanan kesehatan adalah berupa tindakan medis.
Delegasi wewenang merupakan istilah hukum, yang penerapannya
menimbulkan akibat hukum, yaitu akibat yang diatur oleh hukum.

1.2 Pertanyaan Penelitian

1.2.1

Apakah perawat mengetahui tentang pelimpahan wewenang yang dijelaskan

1.2.2

dalam Undang-undang Keperawatan ?


Apakah perawat mengetahui akibat hukum dari tindakan pelimpahan
wewenang yang tidak sesuai dengan Undang-undang Keperawatan?

1.3 Kerangka Teori


Di dalam pasal 28 ayat 3 dijelaskan bahwa praktik Keperawatan didasarkan
pada kode etik, standar pelayanan, standar profesi, dan standar prosedur operasional
Pelayanan Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan professional yang
merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang didasarkan pada ilmu dan
kiat

keperawatan

ditujukan

kepada

individu,

keluarga,

kelompok,

atau

masyarakat,baik sehat maupun sakit, sedangkan Praktik keperawatan adalah


pelayanan yang diselenggarakan oleh Perawat dalam bentuk Asuhan Keperawatan.1
Dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya, perawat memiliki fungsi
dependen dan interdependen dengan profesi lain. Diantaranya adalah dengan profesi
medis (dokter) dan farmasi.
Perawat

bertugas sebagai pelaksana tugas berdasarkan pelimpahan

wewenang, lebih lanjut dijelaskan dalam pasal 32 yang berbunyi :


(1) pelaksanaan tugas berdasarkan pelimpahan wewenang sebagaimana dimaksud
dalam pasal 29 ayat (1) huruf e hanya dapat diberikan secara tertulis oleh
tenaga medis kepada perawat untuk melakukan tindakan medis dan
melakukan evaluasi pelaksanaannya
(2) pelimpahan wewenang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan
secara delegatif atau mandate
(3) pelimpahan wewenang secara delegatif untuk melakukan sesuatu tindakan
medis diberikan oleh tenaga medis kepada perawat dengan disertai
pelimpahan tanggung jawab
(4) pelimpahan wewenang secara delegatif sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
hanya dapat diberikan kepada perawat profesi atau perawat vokasi terlatih
yang memiliki kompetensi yang diperlukan

1 Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2014 tentang Keperawatan

(5) pelimpahan wewenang secara mandate diberikan oleh tenaga medis kepada
perawat untuk melakukan suatu tindakan medis di bawah pengawasan
(6) tanggung jawab atas tindakan medis pada pelimpahan wewenang mandat
sebagaimana dimaksud pada ayat (5) berada pada pemberi pelimpahan
wewenang
(7) dalam melaksanakan tugas berdasarkan pelimpahan wewenang sebagaimana
dimaksud pada ayat(1), perawat berwenang :
a) melakukan tindakan medis yang sesuai dengan kompetensinya atas
pelimpahan wewenang delegatif tenaga medis
b) melakukan tindakan medis dibawah pengawasan atas pelimpahan
wewenang mandat
c) memberikan pelayanan kesehatan sesuai dengan program pemerintah
Dari isi Undang-undang Keperawatan diatas, sudah jelas bahwa perawat
diperbolehkan melakukan tindakan medis asalkan ada pelimpahan wewenang secara
delegatif maupun mandat. Pelimpahan wewenang yang diberikan oleh tenaga medis
harus diberikan secara tertulis.
Jika pelimpahan wewenang tidak diberikan secara tertulis maka berarti
perawat memiliki hak untuk tidak melakukan tindakan medis meskipun tenaga medis
memberikan wewenang secara lisan, baik secara langsung maupun melalui sarana
komunikasi.Dalam pasal 36 huruf d yang berbunyi perawat dalam melaksanakan
praktik keperawatan berhak menolak keinginan klien atau pihak lain yang
bertentangan dengan kode etik, standar pelayanan, standar profesi, standar prosedur
operasional, atau ketentuan perundang-undangan.
Terkait dengan tindakan medis yang dapat didelegasikan dokter kepada
perawat, harus dibatasi mana yang merupakan wewenang perawat. Untuk dapat
melaksanakan tugas dan tindakan yang aman, perawat professional harus memahami
batasan legal dan implikasinya dalam praktik sehari-hari. Untuk itu hukum digunakan
sebagai rambu-rambu dalam melaksanakan tindakan.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa tugas perawat adalah
memberikan asuhan keperawatan, dan jika perawat melakukan tindakan medis
didasarkan pada fungsi kolaborasi perawat dengan dokter dalam melakukan tindakan
medis yang didasarkan permintaan tertulis dari dokter, sehingga tindakan medis yang

dilakukan oleh perawat pada dasarnya tidak terlepas dari kolaborasi dengan dokter
yang menangani pasien yang bersangkutan.

Anda mungkin juga menyukai