Anda di halaman 1dari 26

KONSEP DASAR MIKROORGANISME DALAM TUBUH

Makalah
Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Menejemen Patient Safety

Disusun oleh:
Ahmad Fauzi Rohman
Astri Nuraeni
Cici Sri Setianingsih
Cucu Kurniawati
Eva Nurlativah Astuti
Fanny Julianti
Fitria Palka
Hilda Widianingsih
Kasih Eli Gulo
Lestari Indah Putri
Nisa Infanteriani Pratiwi

(043-315-15-0-002)
(043-315-15-0-005)
(043-315-15-0-007)
(043-315-15-0-009)
(043-315-15-0-011)
(043-315-15-0-013)
(043-315-15-0-015)
(043-315-15-0-017)
(043-315-15-0-019)
(043-315-15-0-021)
(043-315-15-0-023)

PROGRAM STUDI D3-2A KEPERAWATAN


STIKEP PPNI JAWA BARAT
BANDUNG
2016

KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT Yang Maha Melihat lagi Maha Mendengar
dan atas segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga makalah yang berjudul
Konsep dasar mikroorganisme dalam tubuh ini, dapat diselesaikan sesuai dengan
waktu yang telah direncanakan.
Dalam makalah ini tentunya banyak pihak yang telah memberikan bantuan
baik moril maupun materil. Maka dari itu, disampaikan ucapan terima kasih kepada
Ibu Nyayu Nina Putri C, Ners., M.Kep., selaku dosen yang telah banyak memberikan
bimbingan dan arahan. Serta kepada Bapak Deni Firmansyah, S.Sos yang telah
menjadi fasilitator dalam mencari buku sumber.
Disadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan dan masih banyak
kekurangan yang mendasar.
Oleh karena itu, dimohon agar pembaca dapat memberikan kritik dan saran
yang dapat membangun makalah ini supaya lebih baik dalam pembuatan makalah
selanjutnya.
Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca.

Bandung, September 2016

Penyusun

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................... 1
A.

Latar Belakang....................................................................................... 1

B.

Rumusan Masalah................................................................................... 2

C.

Tujuan................................................................................................. 2

D.

Manfaat................................................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN.................................................................................... 3
A.

Mikroorganisme..................................................................................... 3

B.

Parasit.................................................................................................. 9

C.

Hubungan antara Mikroorganisme dengan Patient Safety.................................13

BAB III PENUTUP........................................................................................ 15


A.

Kesimpulan......................................................................................... 15

B.

Saran................................................................................................. 16

DAFTAR PUSATAKA.................................................................................... 17

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan yang baik, sebagian tergantung pada lingkungan yang aman. Klien
yang sedang dalam perawatan dapat lekas sembuh dan tenaga kesehatan yang
bertugas memiliki kesehatan yang baik. Namun, klien yang sedang dalam perawatan
dapat berisiko terkena infeksi akibat penurunan daya tahan tubuh. Selain itu, di rumah
sakit atau di ruang rawat inap terdapat beberapa penyakit dan mikroorganisme yang
tersebar di lingkungan sekitarnya. Sehingga, tidak menutup kemungkinan, tenaga
kesehatan yang betugas dapat terinfeksi oleh mikroorganisme tersebut. Dalam
fasilitas perawatan, klien dapat terpapar oleh mikroorganisme baru yang berbeda
dengan penyakit yang sedang dialami, sehingga perlunya perawatan yang lebih
maksimal untuk menghindari terjadinya hal yang tidak di inginkan.

Hal tersebut dapat menjadi HAIs Hospital-Acquired Infections yang selama ini
dikenal sebagai Infeksi Nosokomial atau disebut juga sebagai Infeksi silang di rumah
sakit. Infeksi ini dapat terjadi melalui penularan dari pasien kepada petugas, dari
pasien ke pasien lain, dari pasien kepada pengunjung atau keluarga maupun dari
petugas kepada pasien. Dengan demikian akan menyebabkan peningkatan lama hari
rawat dan peningkatan biaya rumah sakit.

Berdasarkan hal tersebut, perawat perlu mengetahui mengenai cara pencegahan


dan pengendalian infeksi akibat mikroorganisme serta proses perjalanan penyakit
didalam tubuh. Selain itu, dalam semua lingkungan, baik perawat, klien dan keluarga
perlun mengenali sumber infeksi dan mampu melakukan tindakan protektif.

Dilihat dari besarnya masalah yang dapat ditimbulkan dan tingginya risiko infeksi
oleh mikroorganisme yang mungkin timbul, maka dibuatlah makalalah Konsep dasar
mikroorganisme dalam tubuh untuk menjadikan bahan pembelajaran bagi tenaga
kesehatan khususnya perawat agar dapat melakukan proteksi terhadap klien maupun
dirinya sendiri.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas dapat dirumuskan permasalahan sebagai


berikut:

1. Bagaimanakah konsep mikroorganisme dalam tubuh?

2. Bagaimanakah konsep mikroorganisme parasit?

3. Apakah hubungan antara mikroorganisme dengan patient safety?

C. Tujuan

Makalah ini mempunyai tujuan sebagai berikut:

1. Untuk menjelaskan konsep mikroorganisme di dalam tubuh manusia.

2. untuk mengetahui jenis mikroorganisme yang berbahaya bagi tubuh.

3. untuk menjelaskan hubungan antara mikroorganisme dengan patient


safety.

D. Manfaat

Adapun manfaat dari makalah ini yaitu untuk tenaga kesehatan khususnya
perawat agar dapat mengetahui konsep mikroorganisme dan parasit untuk melakukan
proteksi diri dan proteksi terhadap klien sehingga dapat mencegah terjadinya infeksi
tambahan dan mempercepat kesembuhan klien.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Mikroorganisme

Mikroorganisme atau mikroba adalah suatu organisme yang sedemikian kecilnya


sehingga tidak dapat terlihat dengan mata telanjang. Mikroorganisme sering diuraikan
selaku organisme uniseluler (bersel tunggal) atau mikroorganisme multiseluler.
Walaupun demikian memang terdapat beberapa Protista (golongan protozoa) yang
uniseluler yang kasat mata, sebaliknya terdapat pula beberapa spesies lainnya yang
multisel, namun tak terlihat dengan maya telanjang. Ilmu yang mempelajari
mikroorganisme disebut dengan mikro biologi.

Secara biologi, sel-sel pada makhluk hidup (baik sel tubuh manusia hingga pada
sel bakteri dapat digolongkan dalam dua golongan besar, yakni sel-sel yang tergolong
eukariota dan sel-sel yang tergolong prokariota seperti pada sel bakteri).

1. Mikroorganisme Prokariota dan Eukariota

Prokariota adalah organisme yang tidak memiliki nuklei dan membrane


untuk menyimpan bahan-bahan genetika berbeda dengan organisme eukariota
yang memiliki nuklei dan membrane pada inti selnya, sehingga bahan-bahan
genetikanya terkumpul di nuklei tersebut. Kebanyakan prokariota adalah bakteri.

Eukariota berasal ari bahasa yunani Eu yang artinya baik dan karyon
yang artinya menunjuk pada nuklei sel yaitu organisme dengan sel komplek,
dimana bahan-bahan genetika disusun menjadi nuklei yang terikat membran,
eukariota termasuk hewan, tumbuhan dan jamur yang kebanyakan multiseluler
4

serta kelompok lainnya yang diklasifikasikan secara kolektif sebagai Protista


( banyak diantaranya uniseluler ).

2. Siklus Hidup Mikroorganisme

Pada organisme bersel satu, pertumbuhan berarti multiplikasi yang akan


menghasilkan pertambahan jumlah organisme dengan membentuk suatu populasi.

Suatu mikroba yang ditumbuhkan ke dalam medium baru pada umumnya


tidak segera membelah diri, tetapi akan memerlukan waktu untuk penyesuaian
diri dalam medium tersebut. Jika faktor lingkungan memungkinkan, maka akan
terjadi pertumbuhan secara bertahap, yang dapat dibagi dalam 4 fase.

a. Fase Penyesuaian Diri (Lag Phase)

Fase penyesuaian adalah fase penyesuaian mikroba yang ditanam dengan


lingkungan medium, yang lamanya dapat satu hingga beberapa hari,
tergantung pada jenis mikroba, umur biakan dan nutrien yang terdapat pada
medium dan pada fase ini aktivitas metabolisme sangat tinggi.

b. Fase Pembelahan (Exponential Phase)

Pada fase ini kecepatan pembelahan paling tinggi, jumlah mikroba


meningkat. Untuk kebanyakan mikroba, fase ini berlangsung 18-24 jam.
Dalam fase ini metabolisme paling pesat. Keadaan ini berlangsung terus
sampai salah satu atau beberapa nutrien habis atau telah terjadi penimbunan

hasil-hasil metabolisme yang bersifat racun dan menyebabkan terhambatnya


pertumbuhan.

c. Fase Stasioner (Stationary Phase)

Pada fase ini, dengan meningkatnya jumlah mikroba. Meningkat pula


hasil metabolisme yang toksis. Mikroba mulai ada yang mati, pembelahan
terhambat. Pada suatu saat terjadi jumlah mikroba yang hidup konstan.
Panjang pendeknya fase stasioner ini sangat tergantung kepada kepekaan
mikroba dalam menghadapi faktor-faktor langsung dalam mediumnya.

d. Fase Kemunduran/ Kematian (Period of Decline)

Untuk sel mikroba, kematian berarti kehilangan kemampuan yang


permanen untuk bereproduksi. Pada fase ini jumlah mikroba hidup berkurang
dan menurun. Keadaan lingkup menjadi sangat jelek, teatpi beberapa mikroba
akan tetap bertahan untuk waktu yang sangat lama.

3. Proses Reproduksi Mikroba

Reproduksi mikroba dapat terjadi secara aseksual dan secara seksual


(terjadi pada beberapa individu saja). Pada bakteri misalnya, perkembangbiakan
secara aseksual terjadi secara pembelahan biner, yaitu satu sel induk membelah

menjadi dua sel anak. Kemudian masing-masing sel anak akan membentuk dua
sel anak lagi, dan seterusnya sehingga jumlahnya akan semakin berlipat ganda.
Selama sel mebelah maka akan terjadi keselarasan replikasi DNA sehingga tiaptiap sel anak akan menerima sedikit satu koloni (salinan) dari genom. Sebuah sel
bakteri dalam suatu lingkungan yang sesuai akan menjadi suatu koloni keturunan
melalui pembelahan biner. Baik pembelahan mitosis maupun meiosis tidak terjadi
pada prokariota dan inilah perbedaan mendasar lain antara prokariota dan
eukariota (Waluyo, 2004).

a. Perkembangbiakan Aseksual Pada Mikroba

1) Pembelahan Biner

Pembelahan sederhana yang membentuk 2 sel baru yang identik. Dimana


masing-masing sel anak akan membentuk dua sel anak lagi, dan seterusnya
sehingga jumlahnya akan semakin berlipat ganda. Pembelahan Biner dapat
dibagi atas tiga fase, yaitu sebagai berikut;

(a) Fase pertama, sitoplasma terbelah oleh sekat yang tumbuh tegak lurus

(b) Fase kedua, tumbuhnya sekat akan diikuti oleh dinding melintang

(c) Fase ketiga, terpisahnya kedua sel anak yang identik.

Ada bakteri yang segera berpisah dan terlepas sama sekali. Sebaliknya,
ada pula bakteri yang tetap bergandengan setelah pembelahan, bakteri
demikian merupakan bentuk koloni.

Pembelahan biner ini terjadi pada bakteri, Amoeba, Paramecium,


Euglena, Entamoeba histolica, dsb.

(a) Fragmentasi

Fragmentasi terjadi pada sel-sel yang disebut hormogonium.


Pemutusan bagian secara sederhana dan bagian yang terpisah akan
tumbuh menjadi sel baru. Organisme yang matang pecah menjadi dua
atau lebih potongan atau fragmen. Fragmen kemudian tumbuh menjadi
organism lengkap. Contohnya terjadi pada Spirogyra.

(b) Pembentukan spora aseksual

Proses pembentukan spora aseksual ini terjadi pada fungi dimana


terjadi melalui peleburan nucleus dari dua sel induk. Spora aseksual yang
berfungsi untuk menyebarkan spesies dibentuk dalam jumlah besar.
Terdapat lima jenis spora aseksual yaitu konidiospora, sporangiospore,
oidium, klamidospora, dan blatospora.

b. Perkembangbiakan Seksual Pada Mikroba

Perkembangbiakan secara seksual pada mikroba umumnya terjadi pada


fungi

(jamur)

dan

mikroalga

serta

secara

terbatas

pada

bakteri.

Perkembangbiakan secara seksual ini dapat terjadi secara:

1) Konjugasi

Pemindahan DNA secara langsung melalui kontak sel pada kedua sel yang
berdekatan. Misalnya konjugasi pada bakteri Escherichia coli, protozoa yang
bergerak dengan menggunakan silia (Paramecium caudatum, Vorticella,
Balantidium coli)

2) Isogami

Peleburan dua gamet bila sel jantan dan sel betina mempunyai bentuk dan
ukuran

yang

sama.

Contohnya Chlorococcum,

Chlamydomonas,

Hydrodictyon

3) Anisogami

Peleburan dua gamet yang ukurannya tidak sama. Contohnya pada Ulva

4) Oogami

Peleburan dua gamet yagn satu kecil dan bergerak (sebagai sperma) yang
lain besar tidak bergerak (sebagai sel telur). Contohnya Valva, Spirogyra,
Aedogonium

4. Cara penularan Mikroba

a. Agen infeksius

Infeksi terjadi akibat adanya mikroorganisme, termasuk bakteri, virus,


jamur dan protozoa. Mikroorganisme di kulit dapat merupakan flora residen
atau transien. Organisme residen berkembang biak pada lapisan kulit
superfisial, namun 10 20% mendiami lapisan epidermal. Organisme transien
melekat pada kulit saat seseorang kontak dengan orang atau objek lain dalam
aktifitas atau kehidupan normal.

Kemungkinan bagi mikroorganisme atau parasit untuk menyebabkan


penyakit bergantung pada faktor faktor berikut :

1) Organisme dalam jumlah yang cukup


2) Virulensi atau kemampuan untuk menyebabkan sakit
3) Kemampuan untuk masuk dan hidup dalam pejammu
4) Pejamu yang rentan
b.

Reservoar

Reservoar adalah tempat patogen mampu bertahan hidup tetapi dapat atau
tidak berkembang biak. Reservoir yang paling umum adalah tubuh
manusia.Berbagai mikroorganisme hidup pada kulit dan dalam rongga tubuh,
cairan dan keluaran. Untuk berkembang biak dengan cepat mkroorganismer
memerlukan lingkungan yang sesuai, termasuk makanan, oksigen, air, suhu
yang tepat, pH dan cahaya.
10

1) Makanan.

Mikroorganisme

memerlukan

untuk

hidup,

seperti

Clostridium perfringens, mikroba yang menyebabkan gangren gas,


berkembang pada materi organik lain, seperti E.coli mengkonsumsi
makanan yang tidak dicerna di usus. Organisme lain mendapat makanan
dari karbondioksida dan materi organik seperti tanah.

2) Oksigen. Bakteri aerob memerlukan oksigen untuk bertahan hidup dan


multiplikasi secukupnya untuk menyebabkan sakit.Contohnya adalah
Staphylococcus

aureus

dan

turunan

organisme

Streptococccus

sedangkan bakteri anaerob berkembang biak ketika terdapat atau tidak


ada tersedia oksigen bebas. Bakteri ini yang mampu menyebabkan
tetanus,gas gangrene dan botulisme.

3) Air.

Kebanyakan mikroorganisme membutuhkan air atau kelembaban

untuk bertahan hidup. Dan ada juga beberapa bakteri yang berubah
bentuk, disebut dengan spora, yang resisten terhadap kekeringan.

4) Suhu. Mikroorganisme dapat hidup hanya dalam batasan suhu terentu.


Namun beberapa dapat hidup dalam temperatur yan g ekstrem yang
mungkin fatal bagi manusia. Misalnya virus AIDS, resisten terhadap air
mendidih.

5) pH. Keasaman

suatu lingkungan menentukan kemampuan hidup suatu

mikroorganisme. Kebanyakan organisme lebih menyukai lingkungan


dalam batasan pH 5-8.

11

6) Cahaya.

Mikroorganisme berkembang pesat dalam lingkungan yang

gelap seperti di bawah balutan dan dalam rongga tubuh. Sinar ultra
violet dapat efektif untuh membunuh beberapa bentuk bakteri.

c. Portal Keluar

Setelah mikroorganisme menemukan tempat untuk tumbuh dan


berkembang biak, mereka harus menemukan jalan keluar jika mereka
masuk ke pejamu lain dan menyebabkan penyakit. Mikroorganisme dapat
keluar melalui berbagai tempat, seperti kulit dan membran mukosa, traktus
respiratoris, traktus urinarius, traktus gastrointestinal, traktus reproduktif
dan darah.

d.

Cara Penularan

Ada banyak cara penularan mikroorganisme dari reservoar ke pejamu.


Penyakit infeksius tertentu cenderung ditularkan secara lebih umum
melalui cara yang spesifik. Namun, mikroorganisme yang sama dapat
ditularkan

melalui

satu

rute.

Meskipun

cara

utama

penularan

mikroorganisme adalah tangan dari pemberi layanan kesehatan, hampir


semua objek dalam lingkungan dapat menjadi alat penularan patogen.
Semua personel rumah sakit yang memberi asuhan langsung dan memberi
pelayanan diagnostik dan pendukung harus mengikuti praktik untuk
meminimalkan penyebaran infeksi.

e. Portal Masuk

12

Organisme dapat masuk ke dalam tubuh melalui rute yang sama


dengan yang digunakan untuk keluar. Misalnya,pada saat jarum yang
terkontaminasi mengenai kulit klien, organisme masuk ke dalam tubuh.
Setiap obstruksi aliran urine memungkinkan organisme untuk berpindah
ke uretra. Kesalahan pemakaian balutan steril pada luka yang terbuka
memungkinkan patogen memasuki jaringan yang tidak terlindungi.
Faktor- faktor yang menurunkan daya tahan tubuh memperbesar
kesempatan patogen masuk ke dalam tubuh.

f. Hospes Rentan

Seseorang terkena infeksi bergantung pada kerentanan dan bergantung


pada derajat ketahanan individu terhadap patogen, meskipun seseorang
secara konstan kontak dengan mikroorganisme dalam jumlah yang besar,
infeksi tidak akan terjadi sampai individu rentan terhadapjumlah
mikroorganisme tersebut. Makin banyak virulen suatu mikroorganisme
makin besar didapati muncul di lingkungan perawatan akut.

B. Parasit

Parasit adalah organisme yang hidup didalam tubuh beberapa organisme lain.
Parasit dapat berupa hewan atau tumbuhan yaitu: virus, bakteri, jamur, protozoa,
cacing dan arthropoda. Parasit terdiri dari empat macam yaitu, endoparasit,
ektoparasit, obligate parasit, dan fakultatif parasit.

Endoparasit adalah parasit yang hidup di dalam tubuh inangnya. Contohnya


protozoa. Sedangkan ektoparasit yaitu parasit yang hidup pada bagian luar inangnya.
Contohnya insekta. Obligate parasit adalah parasit yang tidak bisa hidup bila tidak
13

menumpang pada host, misalnya parasit Lernea sp, jika tidak mendapat inang (ikan,
kecebong) akan mati demikian pula dengan Argulus (kutu ikan). Sedangkan fakultatif
parasit adalah parasit yang pada keadaan tertentu dapat hidup sendiri di alam dan juga
dapat ditemukan di usus, tidak menumpang pada host, misalnya Strongyloides
Stercoralis (cacing). Beikut adalah cara hidup dari parasit:

Siklus hidup parasait

Siklus hidup parasit adalah rangkaian tahapan pertumbuhan suatu parasit yang
langsung atau tidak langsung dari satu stadium parasit ke stadium parasit lainnya.
Rangkaian tahapan dan stadium satu ke stadium parasit lainnya tersebut
sebenarnya juga merupakan rangkaian tahapan adapatasi parasit dan miliu satu
kemilu lainnya, dan suhu lingkungan tertentu ke suhu lingkungan tertentu lainnya
dan lain sebagainnya.

Pintu masuknya endoparasit umumnya adalah melalui mulut. misalnya


protozoa usus yang masuk kedalam tubuh manusia bersama makanan yang
terkontaminasi parasit, berupa kista, telur, larva, ataupun parasit dewasanya.

Siklus hidup parasit "Ascaris lumbricoides"


a

Dimulai dari cacing dewasa yang bertelur dalam usus


halus dan telurnya keluar melalui tinja lewat anus,
sehingga tahap ini disebut juga dengan fase diagnosis,

dimana telurnya mudah ditemukan.


Kemudian telur yang keluar bersama

tinja

akan

berkembang di tanah tempat tinja tadi dikeluarkan dan


mengalami pematangan

14

Selanjutnya setelah telur matang disebut fase infektif,

d
e

yaitu tahap dimana telur mudah tertelan


Telur yang tertelan akan menetas di usus halus
Setelah menetas, larva akan berpindah ke dinding usus
halus dan dibawa oleh pembuluh getah bening serta

aliran darah ke paru-paru


Di dalam paru-paru, larva masuk ke dalam kantung udara
(alveoli),

naik

ke saluran pernafasan

dan

akhirnya

tertelan
Di usus halus larva berubah menjadi cacing dewasa.
Mulai dari telur matang yang tertelan sampai menjadi
cacing dewasa membutuhkan waktu kurang lebih 2

bulan.
Sikluspun akan terulang kembali bila penderita baru ini

membuang tinjanya tidak pada tempatnya.


2 Jenis organisme parasit
a Entamoeba histolytica
Entamoeba histoltica menginfeksi usus besar, infeksi ini ditransmisikan
melalui rute fekal-oral dan pada makanan serta air. Begitu teringesti
organisme menempel ke epitel usus dan memproduksi protease dan
amoebapor, suatu sitotoksin epithelial. Organisme ini secara morfologi
identic dengan E. dispar yang tidak menyebabkan penyakit tetapi ditemukan
b

pada saluran cerna manusia.


Giardia lamblia
Infeksi ini terjadi jika terdapat sanitasi buruk yang memungkinkan
suplai air atau makanan terkontaminasi oleh kista giardia dari feses manusia,

atau mungkin hewan.


Cyclospora cayetanemsis
Organisme ini dikenal sebagai penyebab diare pada manusia. Telah
dilaporkan terjadinya wabah yang terkait dengan suplai air yang
terkontaminasi, serta buah-buahan lunak dan sayuran segar impor yang

terkontaminasi.
Cryptosporidium
15

Cryptosporidium parvum merupakan parasit koksidia zoonotik yang


ditransmisikan melalui susu, air, dan kontak langsung dengan hewan
ternakan. Secara alami organisme ini resisten terhadap desinfeksi kimia,
sehingga dapat bertahan dalam proses purifikasi air. Infeksi sering terjadi
pada anak-anak dan individu HIV positif. Organisme ini dapat mengganggu
pompa notrium yang di stimulasi oleh glukosa pada usus halus, dan
e

menyebabkan sekresi cairan.


Isospora belli
Sebagai parasit koksidia, yang berkaitan erat dengan Cryptosporidium,
Isospora belli memberikan gambaran klinis yang serupa, biasanya diperoleh

setelah bepergian kedaerah tropis.


Mikrosporidia
Mikrosporidia merupakan pathogen protozoa kecil pada serangga,
tanaman, dan hewan. Organisme ini bersifat intraselular, bergantung pada
sel penjamu sebagai sumber energy. Mikrosporidia menginfeksi sel
tetangganya dengan menggunakan tabung polar panjang dimana organisme
ini menyuntikan DNA-nya.

Cara berkembang biak parasit

Dalam siklus hidupnya, plasmodium sp., (parasit cacing perut) bereproduksi


secara seksual (sporogoni) dan aseksual (schizogoni) di dalam host yang berbeda.
Host dimana terjadi reproduksi seksual, disebut host definitive sedangkan
reproduksi aseksual terjadi pada host intermediate.
Reproduksi seksual hasilnya disebut sporozoite sedangkan hasil reproduksi
aseksual disebut merozoite. Reproduksi aseksual dimulai ketika sporozoite keluar
dari aliran darah dan masuk kedalam sel parencym hepar untuk memulai
schizogoni exoerythrocytic (schizogoni diluar erytrocite) yang pada tahap
selanjutnya akan di ikuti schizogoni erythrocyte (schizogoni didalam erythrocyte)

16

Cara penularan

Parasit masuk ke dalam tubuh manusia melewati makanan atau minuman


yang tercemar oleh parasit. Umumnya, parasit memilih tinggal di usus halus yang
banyak berisi makanan. Meski ada juga yang tinggal di usus besar.
Penularan parasit dapat melewati berbagai cara, parasit bisa masuk dan tinggal
dalam tubuh manusia. Ia bisa masuk lewat makanan atau minuman yang dimasak
menggunakan air yang tercemar. Jika air yang telah tercemar itu dipakai untuk
menyirami tanaman, parasit itu naik ke darat. Begitu air mengering, mereka
menempel pada butiran debu. Parasit yang menumpang pada debu itu bisa
menempel pada makanan dan minuman yang dijajakan di pinggir jalan atau
terbang ke tempat-tempat yang sering dipegang manusia. Mereka juga bisa
berpindah dari satu tangan ke tangan lain. Setelah masuk ke dalam usus manusia,
maka parasit akan berkembang biak, membentuk koloni dan menyerap habis sarisari makanan. Parasit mencuri zat gizi, termasuk protein untuk membangun otak.

C. Hubungan antara Mikroorganisme dengan Patient Safety

Saat ini banyak sekali terjadi masalah di Rumah Sakit terkait dengan keselamatan
pasien. Untuk menangani masalah tersebut, Rumah Sakit harus menerapkan patient
safety untuk mengantisipasi kecerobohan dalam pelayanan kesehatan. Patient safety
merupakan sistem yang bertujuan untuk memberikan asuhan terhadap klien secara
aman sebagai upaya mencegah hal-hal yang tidak diinginkan, dalam patient safety
diatur mengenai budaya aman untuk pasien.

Salah satu yang harus perawat perhatikan pula saat ini adalah keselamatan pasien
yang

berhubungan

infeksi

nosokomial

yang

diakibatkan

dari

penyebaran

mikroorganisme. Infeksi di rumah sakit atau infeksi nosokomial juga merupakan

17

persoalan serius yang menjadi penyebab langsung maupun tidak langsung kematian
pasien. Walaupun beberapa kejadian infeksi nosokomial tidak menyebabkan kematian
pasien, namun menyebabkan pasien dirawat lebih lama akibatnya pasien harus
membayar lebih mahal.

Infeksi nosokomial yang dikenal dengan Healthcare Associated Infections (HAIs)


dapat terjadi melalui penularan dari pasien kepada petugas, dari pasien ke pasien lain,
dari pasien kepada pengunjung atau keluarga maupun dari petugas kepada pasien.

Maka dari itu, upaya pencegahan infeksi adalah tingkatan pertama dalam
pemberian pelayanan kesehatan dan juga meningkatkan kualitas keselamatan pasien.

Menurut Zarkasih, pencegahan infeksi didasarkan pada asumsi bahwa seluruh


komponen darah dan cairan tubuh mempunyai potensi menimbulkan infeksi baik dari
pasien ke tenaga kesehatan atau sebaliknya. Kunci pencegahan infeksi pada fasilitas
pelayanan kesehatan adalah mengikuti prinsip pemeliharaan hygene yang baik,
kebersihan dan kesterilan dengan lima standar penerapan yaitu:

1. Mencuci tangan untuk menghindari infeksi silang. Mencuci tangan merupakan


metode yang paling efektif untuk mencegah infeksi nosokomial, efektif
mengurangi perpindahan mikroorganisme karena bersentuhan

2. Menggunakan alat pelindung diri untuk menghindari kontak dengan darah


atau cairan tubuh lain. Alat pelindung diri meliputi; pakaian khusus (apron),
masker, sarung tangan, topi, pelindung mata dan hidung yang digunakan di
rumah sakit dan bertujuan untuk mencegah penularan berbagai jenis
mikroorganisme dari pasien ke tenaga kesehatan atau sebaliknya, misalnya
melaui sel darah, cairan tubuh, terhirup, tertelan dan lain-lain.
18

3. Manajemen alat tajam secara benar untuk menghindari resiko penularan


penyakit melalui benda-benda tajam yang tercemar oleh produk darah pasien.
Terakit dengan hal ini, tempat sampah khusus untuk alat tajam harus
disediakan agar tidak menimbulkan injuri pada tenaga kesehatan maupun
pasien.

4. Melakukan dekontaminasi, pencucian dan sterilisasi instrumen dengan prinsip


yang benar. Tindakan ini merupakan tiga proses untuk mengurangi resiko
tranmisi infeksi dari instrumen dan alat lain pada klien dan tenaga kesehatan

5. Menjaga sanitasi lingkungan secara benar. Sebagaiman diketahui aktivitas


pelayanan kesehatan akan menghasilkan sampah rumah tangga, sampah medis
dan sampah berbahaya, yang memerlukan manajemen yang baik untuk
menjaga keamanan tenaga rumah sakit, pasien, pengunjung dan masyarakat.

19

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari pemaparan di atas, bahwa mikroorganisme merupakan
organisme yang kecil sehingga tidak dapat terlihat dengan mata telanjang dan sering
diuraikan sebagai organisme uniseluler (bersel tunggal). Mikroorganisme memiliki 4
tahapan/ fase siklus yakni fase penyesuaian diri/ lag phase, fase pembelahan/
exponential phase, fase stasioner/ stationary phase, dan fase kemunduran/ kematian
atau period of decline. Mikroorganisme juga memiliki dua peranan yaitu
mikroorganisme menguntungkan dan mikroorganisme merugikan yang menimbulkan
penyakit seperti parasit.

Parasit adalah organisme yang hidup didalam tubuh beberapa organisme lain.
Parasit terdiri dari empat macam yaitu, endoparasit, ektoparasit, obligate parasit, dan
fakultatif parasit. Penularan parasit dapat melewati berbagai cara, parasit bisa masuk
dan tinggal dalam tubuh manusia. Ia bisa masuk lewat makanan atau minuman yang
dimasak menggunakan air yang tercemar. Jika air yang telah tercemar itu dipakai
untuk menyirami tanaman, parasit itu naik ke darat. Begitu air mengering, mereka
menempel pada butiran debu. Parasit yang menumpang pada debu itu bisa menempel
pada makanan dan minuman yang dijajakan di pinggir jalan atau terbang ke tempattempat yang sering dipegang manusia. Mereka juga bisa berpindah dari satu tangan
ke tangan lain.

Salah satu yang harus perawat perhatikan saat ini adalah bagaimana cara
meningkatkan angka keselamatan pasien dengan memperhatikan kesehatannya dari
mikroorganisme yang dapat menyebabkan sakit/ infeksi. Sehingga, apabila upaya

20

pencegahan infeksi berada pada tingkatan pertama dalam pemberian pelayanan


kesehatan maka kualitas keselamatan pasien akan meningkat.

21

B. Saran
Adapaun saran yang dapat disampaikan, yakni perlu perhatian yang lebih lagi
dalam menajaga kesehatan tubuh, mengingat begitu bahayanya apabila mikroba/
mikroorganisme ketika menyebabkan efek infeksi terhadap tubuh. Setelah membaca
makalah ini diharapkan setiap pembaca bisa mengaplikasikan upaya pencegahan yang
telah dipaparkan guna menjaga kesehatan diri sendiri maupun meningkatkan
keselamatan pasien di rumah sakit.

22

DAFTAR PUSATAKA
Anggraini, R. (2016). Mikroorganiseme Pada Rumen. Di akses 29 September 2016
[online]
Tersedia:
https://www.academia.edu/12692546/Mikroorganisme_Pada_Rumen?
auto=download
Brooks. G.F, Butel. S.J, dkk. (2001). Mikrobiologi Kedokteran. jakarta: Salemba
Medika.
DRA, T. (1997). Mikrobiologi Dasar. Akademik Perawatan PPNI Bandung.
Entjang, I. (2001). Mikrobiologi & Parasitologi. jakarta: PT. Citra Aditya Bakit.
Ganda, H., Herry, dkk. (1988). Parasitologi Kedokteran. jakarta: FKUI.
Gillespe, H.S & Bamford, B.K. (2009). At a Glance (Mirkobiologi Medis dan
Infeksi). jakarta: Erlangga.
[online]
Tersedia:
http://doktersehat.com/infeksi-nosokomial-penyebab-dan
pencegahannya/#ixzz4Ld33sQIm [Di akses 29 September 2016]
Tamher, S. (2008). Mikrobiologi Untuk Mahasiswa Keperawatan. jakarta-timur: CV.
Trans Info Media.

23

Anda mungkin juga menyukai