Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN

POST PARTUS NORMAL

A. KONSEP DASAR PENYAKIT


1.

Definisi
a. Masa nifas atau post partum merupakan masa selama persalinan dan
segera setelah kelahiran yang meliputi minggu-minggu berikutnya pada
waktu saluran reproduksi kembali ke keadaan tidak hamil yang normal
(Marmi, 2011).
b. Postpartum adalah masa atau waktu sejak bayi dilahirkan dan plasenta
keluar lepas dari rahim, sampai enam minggu berikutnya, disertai dengan
pulihnya kembali organ-organ yang berkaitan dengan kandungan, yang
mengalami perubahan seperti perlukaan dan lain sebagainya berkaitan saat
melahirkan (Suherni, 2009).
c. Post partum adalah masa sesudah persalinan dapat juga disebut masa nifas
(puerperium) yaitu masa sesudah persalinan yang diperlukan untuk
pulihnya kembali alat kandungan yang lamanya 6 minggu. Post
partum adalah masa 6 minggu sejak bayi lahir sampai organ-organ
reproduksi sampai kembali ke keadaan normal sebelum hamil (Bobak,
2010).

2.

Klasifikasi
Tahapan yang terjadi pada masa nifas menurut Saleha 2009 adalah sebagai

berikut:
a. Priode immediate post partum
Masa segera setelah plasenta lahir sampai 24 jam. Pada masa ini
sering terdapat masalah, misalnya perdarahan karena atonia uteri. Oleh
karena itu bidan harus tetarur melakukan pemeriksaan kontraksi uterus,
pengeluaran lochea, teknan darah, dan suhu.
b. Priode early post partum antara 24 jam sampai 1 minggu
Pada fase ini dapat memastikan involasi uteri dalam keadaan
normal, tidak ada perdarahan, lochea tidak berbau busuk, tidak demam, ibu

cukup mendapatkan makan dan cairan, serta ibu dapat menyusui dengan
baik.
c. Periode late post partum antara 1 minggu sampai 5 minggu
Pada priode ini bidan tetap melakukan perawatan dan pemeriksaan
sehari-hari serta konseling keluarga berencana.
3.

Gejala Klinis (Fisiologi Nifas)


Pada masa puerperium atau nifas tampak perubahan dari alat alat / organ

reproduksi yaitu :
a. Sistem Reproduksi
1) Uterus
Secara berangsur-angsur, kondisi uterus akan membaik dengan
pengecilan ukuran (involusi) dari uterus itu sendiri. Adapun tinggi
fundus uteri (TFU) post partum menurut masa involusi
Tabel 1. TFU menurut masa involusi
INVOLUSI

TFU

Bayi lahir
Placenta lahir

Setinggi pusat
2 cm di bawah umbilicus
dengan bagian fundus
bersandar pada promontorium
sakralis
Pertengahan antara umbilikus
dan simfisis pubis
Tidak teraba di atas simfisis
Bertambah kecil

1 minggu
2 minggu
6 minggu

BERAT
UTERUS
1000 gram
1000 gram

500 gram
350 gram
50-60 gram

Intensitas kontraksi uterus meningkat secara bermakna segera


setelah bayi lahir. Selama 1 samapi 2 jam pertama pascapartum
intensitas kontraksi uterus bisa berkurang dan menjadi tidak teratur.

Karena penting sekali untuk mempertahankan kontraksi uterus selama


masa ini, biasanya suntikan oksitosin secara IV atau IM diberikan
segera setelah plasenta lahir. Ibu yang merencanakan menyusui bayinya
dianjurkan membiarkan bayinya di payudara segera setelah lahir karena
isapan bayi pada payudara merangsang pelepasan oksitosin.
2) Vagina dan Perineum
Pada post partum terdapat lochia yaitu cairan/sekret yang
berasal dari kavum uteri dan vagina. Macam macam lochia :
a)

Lochia rubra: berisi darah segar dan sisa sisa selaput


ketuban, terjadi selama 2 hari pasca persalinan

b)

Lochia Sanguinolenta: berwarna merah kuning berisi


darah dan lendir, terjadi hari ke 3 7 pasca persalinan

c)

Lochia serosa: Keluar cairan tidak berisi darah berwarna


kuning. Terjadi hari ke 7 14 hari pasca persalinan

d)

Lochia alba: Cairan putih setelah 2 minggu pasca


persalinan
Pada awalnya, introitus mengalami eritematosa dan edematosa,

terutama pada daerah episiotomi atau jahitan laserasi. Proses


penyembuhan luka episiotomi sama dengan luka operasi lain. Tandatanda infeksi (nyeri, merah, panas, bengkak, atau rabas) atau tepian
insisi tidak saling melekat bisa terjadi. Penyembuhan harus
berlangsung dalam dua sampai tiga minggu. Hemoroid biasanya akan
terlihat pada ibu yang memiliki riwayat hemoroid dan karena
mengedan terlalu kuat.
3) Payudara
Pada masa nifas akan timbul masa laktasi akibat pengaruh
hormon laktogen (prolaktin) terhadap kelenjar payudara. Kolostrum
diproduksi mulai di akhir masa kehamilan sampai hari ke 3-5 post
partum dimana kolostrum mengandung lebih banyak protein dan
mineral tetapi gula dan lemak lebih sedikit. Produksi ASI akan
meningkat saat bayi menetek pada ibunya karena menetek merupakan
suatu rangsangan terhadap peningkatan produksi ASI. Makin sering

menetek, maka ASI akan makin banyak diproduksi. Perubahan yang


terjadi pada payudara meliputi :
a)

Proliferasi jaringan kelenjar mamma dan lemak

b)

Pengeluaran kolustrum yang berwarna kuning, mengandung


banyak protein albumin dan globulin yang baik untuk meningkatkan
sistem imunitasi bayi

c)

Hipervaskularisasi pada permukaan dan bagian dalam mamma

b. Sistem Pencernaan
1) Nafsu Makan
Ibu biasanya lapar segera melahirkan, sehingga ia boleh
mengkonsumsi makan ringan. Setelah benar-benar pulih analgesia,
anesthesia, dan keletihan, kebanyakan ibu merasa sangat lapar.
Permintaan untuk memperoleh makanan dua kali dari jumlah biasa
dikonsumsi diserta konsumsi camilan yang sering ditemukan.
2) Motilitas
Secara khas, penurunan tonus dan motilitas otot traktus cerna
menetap selama waktu yang singkat setelah bayi lahir. Kelebihan
analgesia dan ansthesia bisa memperlambat pengembalian tonus dan
motilitas ke keadaan normal.
3) Defekasi
Buang air besar secara spontan bisa tertunda selama dua sampai
tiga hari setelah ibu melahirkan. Keadaan ini bisa disebabkan karena
tonus otot usus menurun selama proses persalinan dan pada awal masa
pascapartum, diare sebelum persalinan, enema sebelum melahirkan,
kurang makan, atau dehidrasi. Ibu sering kali sudah menduga nyeri saat
defeksi karena nyeri yang dirasakannya diperineum akibat episiotomi,
laserasi, hemorid. Kebiasan buang air yang teratur perlu dicapai
kembali setelah tonus usus kembali normal.
c. Sistem Perkemihan
1) Uretra dan kandung kemih

Trauma bisa terjadi pada uretra dan kandung kemih selama


proses melahirkan, yakni sewaktu bayi melewati jalan lahir. Dinding
kandung kemih dapat mengalami hiperemis dan edema, seringkali
diserti daerah-daerah kecil hemoragi. Pengambilan urine dengan cara
bersih atau melalui kateter sering menunjukkan adaya trauma pada
kandung kemih. Uretra dan meatus urinarius bisa juga mengalami
edema.
Kombinasi trauma akibat kelahiran, peningkatan kapasitas
kandung kemih setelah bayi lahir dan efek konduksi anastesi
menyebabkan keinginan untuk berkemih menurun. Selain itu rasa nyeri
pada panggul yang timbul akibat dorongan saat melahirkan, laserasi
vagina, atau episiotomi penurunan atau mengubah reflex berkemih,
penurunan berkemih, seiring diuresis pascapartum, bisa menyebabkan
distensi kandung kemih. Distensi kandung kemih yang muncul segera
setelah wanita melahirkan dpat menyebabkan pendarahan berlebih
karena keadaan ini bisa menghambat uterus berkontraksi dengan baik.
Tonus kandung kemih biasanya akan pulih kembali dalam 5 sampai 7
hari setelah bayi lahir.
d. Sistem Integumen
Hiperpigmentasi di areola dan linea nigra tidak menghilang
seluruhnya

setelah

bayi

lahir.

Kulit

yang

meregang

pada

payudara,abdomen, paha, dan panggul mungkin memudar tetapi tidak


hilang seluruhnya. Kelainan pembuluh dara seperti spider angioma (nevi),
eritema palmar biasanya berkurang sebagai respon terhadap penurunan
kadar estrogen setelah kehamilan berakhir. Diaforesis adalah perubahan
yang paling jelas terlihat pada sistem integumen.
4.

Patofisiologi
Dalam masa post partum atau masa nifas, alat-alat genetalia interna

maupun eksterna akan berangsur-angsur pulih kembali seperti keadaan sebelum


hamil. Perubahan-perubahan alat genetal ini dalam keseluruhannya disebut
involusi.

Disamping

involusi

terjadi

perubahan-perubahan

lain

yakni

hemokonsentrasi dan timbulonya laktasi yang terakhir ini karena pengaruh


lactogenik hormon dari kelenjar hipofisis terhadap kelenjar-kelenjar mama.
Otot-otot uterus berkontraksi segera post partum, pembuluh-pembuluh
darah yang ada antara nyaman otot-otot uterus akan terjepit. Proses ini akan
menghentikan pendarahan setelah plasenta lahir.
Perubahan-perubahan yang terdapat pada serviks ialah segera setelah post
partum entuk serviks agak menganga seperti corong, bentuk ini disebabkan oleh
korpus uteri terbentuk seperti cincin.
Perubahan-perubahan yang terdapat pada endometrium ialah timbulnya
trombosis, degenerasi dan nekrosis di tempat implantasi plasenta pada hari
pertama endometrium yang kira-kira setebal 2 5 mm itu mempunyai permukaan
yang kasar akibat pelepasan desisua dan selaput janin regenerasi endometrium
terjadi sisa-sisa sel desisua basalis yang memakai waktu 2 3 minggu.
Ligamen-ligamen dan diafragma pelvis serta fascia yang merenggang
sewaktu kehamilan dan partus setelah janin lahir berangsur-angsur kembali seperti
sedia kala. Nifas dibagi dalam tiga periode :
1. Post partum dini yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri, berjalanjalan.
2. Post partum intermedial yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang
lamanya 6-8 minggu.
3. Post partum terlambat yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat
sempurna terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai
komplikasi untuk sehat sempurna bisa berminggu-minggu, bulanan atau
tahunan.

Kelelahan
mobilisasi

5.

Pathway

tonus usus

1.1.1
1.1.2

konstipasi

1.1.3
1.1.4
1.1.5
1.1.6
Gangguan pemenuhan ADL

1.1.7
1.1.8
1.1.9
1.1.10
1.1.11

1.1.12
1.1.13
1.1.14
1.1.15
1.1.16
1.1.17

Perubahan pola BAB

6.

Pemeriksaan penunjang
1.1.18 Pemeriksaan post partum menurut Siswosudarmo, 2008:
a. Pemerikasaan umum: tensi,nadi,keluhan dan sebagainya
b. Keadaan umum: TTV, selera makan dan lain-lain
c. Payudara: air susu, putting
d. Dinding perut, perineum, kandung kemih, rectum
e. Sekres yang keluar atau lochea
f. Keadaan alat kandungan
1.1.19
Komplikasi

7.
a.

Pembengkakan payudara

b.

Mastitis (peradangan pada payudara)

c.

Endometritis (peradangan pada endometrium)

d.

Post partum blues

e.

Infeksi puerperalis ditandai dengan pembengkakan, rasa nyeri, kemerahan


pada jaringan terinfeksi atau pengeluran cairan berbau dari jalan lahir selam
persalinan atau sesudah persalinan.

8.

1.1.20
Penatalaksanaan Medis
a.
b.

Observasi ketat 2 jam post partum (adanya komplikasi perdarahan)


6-8 jam pasca persalinan: istirahat dan tidur tenang, usahakan miring kanan
kiri

c.

Hari ke- 1-2: memberikan KIE kebersihan diri, cara menyusui yang benar
dan perawatan payudara, perubahan-perubahan yang terjadi pada masa nifas,

pemberian informasi tentang senam nifas.


d.
Hari ke- 2: mulai latihan duduk
e.
Hari ke- 3: diperkenankan latihan berdiri dan berjalan
1.1.21
B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a.

Identitas
1.1.22

Meliputi identitas klien, yang terdiri dari nama, umur, alamat,

status perkawinan. Terdapat juga identitas penanggung, misal suami.


b.

Status Kesehatan Saat Ini


1.1.23

c.

Meliputi keluhan saat MRS dan keluhan utama saat ini.


Riwayat Obstetri

1) Riwayat menstruasi
2) Riwayat kehamilan, persalinan, nifas yang lalu
d.

Riwayat Persalinan dan Kelahiran Saat Ini


1) Tipe persalinan
2) Lama persalinan (kala I, kala II, kala III, kala IV)
3) Penggunaan analgesik dan anastesi
4) Apakah terdapat masalah dalam persalinan.
5) Kesanggupan dan pengetahuan dalam perawatan bayi, seperti breast care,
perineal care, nutrisi, senam nifas, KB, menyusui

e.

Keadaan Bayi
1.1.24

Meliputi BB, PB, apakah ada kelainan atau tidak.

f.

Riwayat Keluarga Berencana


1.1.25

Apakah klien melaksanakan KB

1) Bila ya, jenis kontrasepsi apa yang digunakan.


2) Sudah berapa lama menggunakan kontrasepsi.
3) Apakah terdapat masalah dalam penggunaan kontrasepsi.
g.

Riwayat Kesehatan
1) Penyakit yang pernah dialami klien.
2) Pengobatan yang pernah didapat.
3) Apakah ada riwayat penyakit keluarga seperti penyakit diabetes mellitus,
penyakit jantung, penyakit hipertensi.

h.

Kebutuhan Dasar Khusus


1) Pola nutrisi.
1.1.26

Nafsu makan meningkat, Kehilangan rata-rata berat

badan 5,5 kg.


2) Pola eliminasi/sistem urogenital.
a) Konstipasi, tidak mampu berkemih, retensi urine.
b) Edema pada kandung kemih, urethra dan meatus urinarius terjadi
karena trauma.
c) Pada fungsi ginjal: proteinuria, diuresis mulai 12 jam.
d) Fungsi kembali normal dalam 4 minggu.
3) Pola personal hygiene.
1.1.27
Bagaimana frekuensi personal hygiene klien, seperti
mandi, oral hygiene, maupun cusi rambut.
a) Pola istirahat dan tidur.

1.1.28
Kurang tidur, mengantuk.
b) Pola aktivitas dan latihan.
1.1.29
Terganggu karena nyeri.
c) Pola kebiasaan yang mempengaruhi kesehatan
1.1.30
Apakah klien merokok, minum-minuman keras, ataupun
ketergantungan obat.
d) Seksualitas/reproduksi
1.1.31
Ketakutan melakukan hubungan seksual karena nyeri.
e) Peran
1.1.32
Perubahan peran sebagai ibu.
f) Persepsi diri/konsep diri
1.1.33
Penilaian citra tubuh terganggu.
g) Kognitif perceptual
1.1.34
Kurang pengetahuan tentang perawatan bayi, ibu post
partum.
i.

Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan Umum

a)

GCS

b)

Tingkat Kesadaran

c)

Tanda-Tanda Vital
(1) Jam I

tiap 15 menit

(2) Jam II

tiap 30 menit

(3) 24 jam I

tiap 4 jam

(4) Setelah 24 jam :

tiap 8 jam

2) Head to toe
a) Kepala
1.1.35 Memeriksa apakah terjadi edema pada wajah.
b) Wajah
1.1.36 Memeriksa apakah konjungtiva pucat, apakah skelera ikterus
c) Leher
(1) Hiperpigmentasi perlahan berkurang.
(2) Memeriksa dan meraba leher untuk mengetahui apakah kelejar tiroid
membesar, pembuluh limfe, pelebaran vena jugularis.
d) Thorak
(1) Payudara

Terdapat perubahan payudara, payudara membesar. Putting


mudah erektil.

Pruduksi colostrums 48 jam.

Memeriksa

pada

payudara

jika

terdapat

massa,

atau

pembesaran pembuluh limfe.


(2) Jantung
Tanda-tanda vital

Tekanan darah sama saat bersalin, suhu meningkat karena


dehidrasi pada awal post partum terjadi bradikardi.
Volume darah

Menurun karena kehilangan darah dan kembali normal 3-4


minggu

Persalinan normal : 200 500 cc.


Perubahan hematologik

Ht meningkat, leukosit meningkat, neutrophil meningkat.

Jantung

Kembali ke posisi normal, COP meningkat dan normal 2-3


minggu.

(3) Paru

Fungsi

paru

kembali

normal,

RR

16-24

x/menit,

keseimbangan asam-basa kembali setelah 3 minggu post


partum.
e) Abdomen
(1) Memeriksa bising usus pada empat kuadran.
(2) Memeriksa fundus uteri, konsistensi, kekuatan kontraksi, posisi,
tinggi fundus.
(3) Terjadi relaksasi pada otot abdomen karena terjadi tarikan saat
hamil. Diastasis rekti 2-4 cm, kembali normal 6-8 minggu post
partum.
(4) Terdapat linea gravidarum, strie alba, albican.
f) Genetalia
(1) Uterus

Memeriksa apakah kondisi uterus sudah kembali dalam kondisi


normal.

(2) Lochea

Memeriksa lochea : tipe, jumlah, bau.

Komposisi : Jaringan endometrial, darah, limfe.

Tahap
-

Rubra (merah) : 1-3 hari.

Serosa (pink kecoklatan)

Alba (kuning-putih) : 10-14 hari

1.1.37 Lochea terus keluar sampai 3 minggu.

Bau normal seperti menstruasi, jumlah meningkat saat berdiri.

Jumlah keluaran rata-rata 240-270 ml.

(3) Serviks
1.1.38

Segera setelah lahir terjadi edema, bentuk distensi untuk

beberapa hari, struktur internal kembali dalam 2 minggu, struktur


eksternal melebar dan tampak bercelah.
(4) Vagina
1.1.39

Nampak berugae kembali pada 3 minggu, kembali

mendekati ukuran seperti tidak hamil, dalam 6 sampai 8 minggu,


bentuk ramping lebar, produksi mukus normal dengan ovulasi.
g) Perinium dan Anus
(1) Pemeriksaan perineum : REEDA (red, edema, ecchymosis,
discharge, loss of approximation)
(2) Pemeriksaan adanya hemoroid.
h) Ekstremitas
(1) Memeriksa apakah tangan dan kaki edema, pucat pada kuku jari,
hangat, adanya nyeri dan kemerahan.
(2) Apakah ada varises.
(3) Memeriksa refleks patella untuk mengetahui apakah terjadi hypo
atau hyper.
(4) Memeriksa homans sign (nyeri saat kaki dorsofleksi pasif).
2.

1.1.40
Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik (peregangan perineum; luka
episiotomi; involusi uteri; hemoroid; pembengkakan payudara).
b. Risiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan pengeluaran yang
berlebihan; perdarahan; diuresis; keringat berlebihan.

c. Risiko infeksi berhubungan dengan trauma jalan lahir

1. Intervensi Keperawatan
1.1.1

1.1.2 1.1.3
N

1.1.41

Diagnosa
Kepe
rawat
an
1.1.4

1.1.7 1.1.8
1

Nyeri
akut
berhu
bunga
n
denga
n
agen
cidera
fisik (
pereg
angan
perine
um;
luka
episio
tomi;
involu
si
uteri;
hemor
oid;
pemb
engka
kan
payud
ara)
1.1.9
1.1.10
1.1.11
1.1.12

1.1.5

Tujuan
dan Kriteria
Hasil

1.1.6

1.1.23
NOC :
Pain Level,
Pain control,
Comfort level
1.1.24
Kriteria

1.1.26

Hasil :

Mampu
mengontrol nyeri
(tahu
penyebab
nyeri,
mampu
menggunakan
tehnik
nonfarmakologi
untuk mengurangi
nyeri,
mencari
bantuan)
Melaporkan bahwa
nyeri
berkurang
dengan
menggunakan
manajemen nyeri
Mampu mengenali
nyeri
(skala,
intensitas,
frekuensi dan tanda
nyeri)
Menyatakan rasa
nyaman
setelah
nyeri berkurang
Tanda vital dalam
rentang normal
1.1.25

1.1.13
1.1.14
1.1.15
1.1.16

1.1.17
1.1.18
1.1.19

1.1.20
1.1.21

1.1.22

Intervensi

Pain
Management
Lakukan pengkajian
nyeri
secara
komprehensif
termasuk
lokasi,
karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas dan
faktor presipitasi
Observasi
reaksi
nonverbal
dari
ketidaknyamanan
Gunakan
teknik
komunikasi terapeutik
untuk
mengetahui
pengalaman
nyeri
pasien
Kaji kultur
yang
mempengaruhi respon
nyeri
Evaluasi pengalaman
nyeri masa lampau
Evaluasi
bersama
pasien
dan
tim
kesehatan lain tentang
ketidakefektifan
kontrol nyeri masa
lampau
Bantu pasien dan
keluarga
untuk
mencari
dan
menemukan
dukungan
Kontrol lingkungan
yang
dapat
mempengaruhi nyeri
seperti suhu ruangan,
pencahayaan
dan
kebisingan
Kurangi
faktor
presipitasi nyeri
Pilih dan lakukan
penanganan
nyeri
(farmakologi,
non
farmakologi dan inter
personal)
Kaji tipe dan sumber
nyeri
untuk
menentukan
intervensi
Ajarkan
tentang
teknik
non
farmakologi
Berikan
analgetik

3. Implementasi
1.1.42

Implementasi sesuai dengan intervensi

1.1.43
4. Evaluasi
a. Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan tehnik
nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan), melaporkan
bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri, mampu
mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda nyeri), menyatakan rasa
nyaman setelah nyeri berkurang, tanda vital dalam rentang normal
b. Mempertahankan urine output sesuai dengan usia dan BB, BJ urine normal,
HT normal, tekanan darah, nadi, suhu tubuh dalam batas normal, tidak ada
tanda tanda dehidrasi, elastisitas turgor kulit baik, membran mukosa lembab,
tidak ada rasa haus yang berlebihan.
c. Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi, mendeskripsikan proses penularan
penyakit, factor yang mempengaruhi penularan serta penatalaksanaannya,
menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi, jumlah leukosit
dalam batas normal, menunjukkan perilaku hidup sehat
1.1.44
1.1.45
1.1.46
1.1.47
1.1.48
1.1.49

DAFTAR PUSTAKA
1.1.50

1.1.51
1.1.52
1.1.53
1.1.54
1.1.55
1.1.56
1.1.57
1.1.58
1.1.59

Carpenito, Lynda juall. (2009). Keperawatan Maternitas, Penerbit Buku


Kedokteran, EGC. Jakarta
Mansjoer. (2010). Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3, Jilid 1. Penerbit
Media Aesculapius. Jakarta
Kusuma,.K. 2013 Asuhan Keperawata berdasarkan Nanda NICNOC.Yogjakarta: salemba Medika
Jones. (2011). Dasar-Dasar Obstetri Dan Ginekologi, Edisi 6. Alih
Bahasa Hadyanto. Jakarta
Mochtar, Rustam. 2015. Sinopsis Obstetri Jilid I Edisi 2. Jakarta:

EGC.Manuaba, IB. 2001. Konsep Obstetri dan Ginekologi Sosial


Indonesia. Jakarta: EGC.Wiknjosostro, Hanita. 2002. Ilmu Kebidanan
Edisi III. Jakarta: Yayasan BimaPustaka Sarwana Prawirohardjo
1.1.60
1.1.61
1.1.62
1.1.63
1.1.64
1.1.65

1.1.66

Anda mungkin juga menyukai