Anda di halaman 1dari 36

Rabu, 09 Mei 2012

SOP PERAWATAN JENAZAH

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)


PERAWATAN JENASAH

1. Pengertian
Perawatan jenasah adalah perawatan pasien setelah meninggal, perawatan
termasuk menyiapkan jenasah untuk diperlihatkan pada keluarga,
transportasi ke kamar jenasah dan melakukan disposisi (penyerahan) barang-
barang milik klien.
2. Indikasi
Perawatan jenasah dimulai setelah dokter menyatakan kematian pasien. Jika
pasien meninggal karena kekerasan atau dicurigai akibat kriminalitas,
perawatan jenasah dilakukan setelah pemeriksaan medis lengkap melalui
autopsy.
3. Tujuan
Penghormatan terhadap jenasah
Menjalankan kewajiban hukum fardlu ain. (muslim)
Jenasah dalam keadaan bersih

4. Sasaran
Pasien yang sudah meninggal

5. Tenaga
Dokter, Perawat, Bidan
6. Kelengkapan sarana
A. Sarana Medis
Kasa/Verban secukupnya
Sarung tangan bersih
Pads
Kapas secukupnya
Plastik jenasah/pembungkus jenasah
Plester penahan untuk menutup luka (bila ada luka)
Bengkok 1 buah
Troli
B. Sarana Non Medis
Pengganjal dagu
Label identifikasi
Tas plastic untuk tempat barang-barang klien
Air dalam baskom
Sabun
Handuk
Selimut mandi
Kain kafan
Daftar barang berharga
Peniti
Sisir
Baju bersih
Peralatan ganti balut (jika diperlukan)

7. Prosedur Tetap Pelayanan


a. Mempersiapkan alat dan bahan
b. Meyingsingkan lengan baju seragam yang panjang di atas siku.
c. Melepaskan cincin, jam tangan dan gelang.
d. Memakai sarung tangan
e. Perawatan jenasah

8. STANDARD OPERASIONAL PROSEDUR


a. Mempersiapkan alat dan bahan
Memeriksa kembali Kasa/Verban, Sarung tangan bersih, Pads, Kapas
secukupnya, Plastik jenasah/pembungkus jenasah, Plester penahan untuk
menutup luka (bila ada luka), Bengkok 1 buah, diatas troli bagian atas.
b. Bila menggunakan baju lengan panjang maka lengan baju dilipat
sampai di atas siku.
Menyingsingkan lengan baju yang panjang sampai atas mata siku lengan.
c. Melepaskan cincin, jam tangan dan gelang.
Jika menggunakan cincin, jam tangan lepaskan cincin dan jam tangan ke
dalam saku.
d. Memakai sarung tangan
a). Meletakkan sarung tangan steril pada posisi yang sedikit lebih tinggi dari
tangan 15 cm dari ujung jari tangan jika tangan lurus disamping badan.
b). Membuka bungkus sarung tangan dengan hati-hati dan jaga agar tidak
terkontaminasi.
c). Mengatur agar posisi jari sarung tangan mengarah ke depan pembungkus.
d). Mengidentifikasi sarung tangan kanan dan kiri.
e). Mengambil sarung tangan dominan dengan tangan nondominan
(pegang pada bagian dalam pergelangan sarung tangan yang terlipat ).
f). Memasangkan sarung tangan pada tangan dominan, pastikan sarung
tangan tidak menyentuh bagian yang tidak steril.
g). Dengan menggunakan tangan yang sudah terpasang sarung tangan,
mengambil sarung tangan berikutnya dengan memasukan empat jari ke
dalam lipatan sarung tangan yang terlipat pada bagian pergelangan.
h). Memasang sarung tangan pada tangan nondominan dengan hati-hati
dengan tidak menyentuh bagian yang tidak steril.
i). Menarik sarung tangan kedua pada tangan yang non dominan. Jangan
biarkan jari-jari tangan dominan menyentuh bagian tangan yang non
dominan yang masih terbuka.
j). Menyesuaikan sarung tangan yang telah terpasang dengan merekatkan
kedua tangan.
k). Melepas sarung tangan setelah selesai melakukan tindakan keperawatan
dengan tangan dominan sehingga bagian dalam sarung tangan berada diluar.
Kemudian genggam sarung tangan yang sudah terlepas tadi dengan tangan
nondominan, lalu lepas sarung tangan nondominan sehingga sarung tangan
dominan yang digenggam tadi tergulung di dalam sarung tangan
nondominan.
l). Meletakkan sarung tangan yang telah digunakan ke bengkok
m). Mencuci tangan seperti yang dilakukan diawal tindakan.

e. Perawatan Jenasah
a) Siapkan alat yang diperlukan dan bawa kedalam ruangan
b) Atur lingkungan sekitar tempat tidur. Bila kematian terjadi pada unit
multi bed, jaga privasi pasien yang lain, tutup koridor, cuci tangan.
c) Tinggikan tempat tidur untuk memudahkan kerja dan atur dalam posisi
datar.
d) Tempatkan tubuh dalam posisi supinasi
e) Tutup mata, dapat menggunakan kapas yang secara perlahan
ditutupkan pada kelopak mata dan plester jika mata tidak tertutup
f) Luruskan badan, dengan lengan menyilang tubuh pada pergelangan
tangan dan menyilang abdomen. Atau telapak tangan menghadap kebawah.
g) Ambilo gigi palsu jika diperlukan dan tutup mulut. Jika mulut tetap
tidak mau tertutup, tempatkan gulungan handukdi bawah dagu agar mulut
tertutup. Tempatkan bantal di bawah kepala.
h) Lepaskan perhiasan dan barang berharga dihadapan keluarga. Pada
umumnya, semua cincin, gelang, kalung dll di lepas dan ditempatkan pada
tas plastic tempat barang berharga. Termasuk kaca mata, kartu, surat, kunci,
barang religi. Beri label identitas.
i) Jaga keamanan barang berharga klien. Ikuti peraturan RS untuk
disposisi (penyerahan) barang barharga. Jangan meninggalkan barang
berharga. Tempatkan dikantor perawat sampai dapat disimpan ditempat yang
lebih aman atau diserahka pada keluarga. Jika memungkinkan, keluarga
dianjurkan untuk membawa pulang semua barang milik milik klien sebelum
klien meninggal.
j) Bersihkan badan. Dengan menggunakan air bersih, bersihkan area
tubuh yang terdapat kotoran seperti darah, feces, atau muntahan. Jika
kotoran terjadi pada area rectum, uretra atau vagina, letakan kassa untuk
menutup tiap lubang dan rekatkan dengan plester untuk mencegah
pengeluaran lebih lanjut.
Setelah kematian, spingter otot relaks, menyebabkan incontinensia feces dan
urin.
k) Rapikan rambut dengan sisir rambut.
l) Rawat drainage dan tube yang lain. Jika akan dilakukan autopsy, tube
pada umumnya dibiarkan pada badan, ambil botol drainage atau bag dari
tube dan tekuk tube, ketika dilakukan autopsy, tube diambil. Pastikan balon
sudah dikempiskan sehingga tidak melukai jaringan tubuh selama
pengambilan.
m) Ganti balutan bila ada balutan. Balutan yang koyor harus diganti
dengan yang bersih. Bekas plester dihilangkan dengan bensin atau loarutan
yang lain yang sesuai dengan peraturan RS.
n) Pakaikan pakaian yang bersih untuk diperlihatkan pada keluarga. Jika
keluarga meminta untuk melihat jenasah, tempatkan pada posisi tidur,
supinasi, mata tertutup, lengan menyilang di abdomen. Rapikan tempat tidur
kembali.
o) Beri label identifikasi pada jenasah. Label identitas dengan nama,
umur, dan jenis kelamin, tanggal, no RS, nomor kamar dan nama dokter.
Sesuai dengan peraturan RS, ikatan label identitas pada pergelangan tangan
atau pergelangan kaki atau plester label pada dada depan pasien.
p) Letakan jenasah pada kain kafan sesuai dengan peraturan RS. Ikatkan
kasa/verbanatau pengikat yang lain dibawah dagu dan sekitar kepala untuk
menjaga agar dagu tetap tertutup. Kemudian, ikat pergelangan tangan
bersama menyilangkan diatas abdomen untuk menjaga lengan dari jatuh dari
brankar ketika jenasah diangkut kekamar jenasah. Letakan jenasah pada
kain kafan. Lipat bagian 1 sudut kebawah menutup kepala, diikuti bagian
sudut ke 2 keatas menutup kaki. Lipat bagian sudut 3 dan 4. Peniti atau
plester diperlukan untuk menjaga kain kafan pada tempatnya.
q) Beri label pada bagian luar. Tandai identifikasi di penitikan pada
bagian luar kain kafan.
r) Pindahkan jenasah ke kamar jenasah. Pindahkan jenasah secara
perlahan ke brankar. Tutup jenasah dengan kain. Kemudian ikat dengan
pengikat brankar pada bagian dada dan lutut. Pengikat untuk
mencegahjenasah jatuh, tapi tidak boleh terlalu kuat sehingga dapat
menyebabkan lecet.
s) Bereskan dan bersihkan kamar pasien.
t) Dokumentasikan prosedur. Pada catatan perawatan, catat waktu dan
tanggal jenasah diantar kekamar jenasah. Lakukan pencatatan apakah barang
berharga disimpan atau diserahkan pada keluarga.
Hal yang diperhatikan :
Berikan barang-barang milik klien pada keluarga klien atau bawa barang
tersebut kekamar jenasah. Jika perhiasan atau uang diberikan pada keluarga,
pastikan ada petugas/ perawat lain yang menemani. Minta tanda tangan dari
anggota keluarga yang sudah dewasa untuk verifikasi penerimaan barang-
barang berharga atau status dimana perhiasan masih ada pasien.
Berikan support emosional kepada keluarga yang ditinggalkan dan teman
dan kepada klien lain yang sekamar.
Mengangkat jjenasah dilakukan secara perlahan untuk mencegah lecet
dan kerusakan kulit.
PANDUAN PRAKTEK KLINIK

Jenis Prasat
:
Perawatan jePerawatan Jenazah
Nama Mahasiswa
:

Hari/Tanggal
:

NIM
:

Tingkat
:

No.
Komponen yang dinilai
Dilakukan
Nilai
Ya
Tidak
1
2
3
4
1
Mempersiapkan alat dan bahan

2
Meyingsingkan lengan baju seragam yang panjang di atas siku.

3
Melepaskan cincin, jam tangan dan gelang.

4
Memakai sarung tangan

5
Perawatan jenasah

= ( 1 x..) + ( 2 x...) + ( 3 x..) + ( 4 x..)


Jumlah item yang dinilai
Nilai Total
http://roby-murora.blogspot.co.id/2012/05/sop-perawatan-jenazah.html?m=1

KEPERAWATAN

Sabtu, 13 April 2013

PERAWATAN JENAJAH

BAB I
PENDAHULUAN
1.1LATAR BELAKANG
Kehilangan adalah peristiwa dari pengalaman manusia yang bersifat unik
secara individual. Hidup adalah serangkaian kehilangan dan pencapaian.
Seorang anak yang mulai belajar berjalan mencapai kemandiriannya dengan
mobilisasi. Seorang lansia dengan perubahan visual dan pendengaran
mungkin kehilangan keterandalan-dirinya. Penyakit dan perawatan di rumah
sakit sering melibatkan berbagai kehilangan. (potter dan perry)
Kehilangan adalah suatu situasi aktual maupun potensial yang dapat dialami
individu ketika berpisah dengan sesuatu yang sebelumnya ada, baik sebagian
atau keseluruhan, atau terjadi perubahan dalam hidup sehingga terjadi
perasaan kehilangan. Kehilangan dapat memiliki beragam bentuk, sesuai
nilai dan prioritas yang dipengaruhi oleh lingkungan seseorang yang
meliputi keluarga, teman, atau masyarakat, dan budaya. Kehilangan yang
dirasakan kurang nyata dan dapat disalah artikan, seperti kehilangan
kepercayaan diri atau pretise. Kehilangan dapat bersifat aktual atau
dirasakan. Kehilangan yang bersifat aktual dapat dengan mudah
diidentifikasi, misalnya seorang anak yang temannya pindah rumah dan
yang paling nyata adalah kematian.
Dalam kehidupan setiap individu hanya ada satu hal yang pasti, yaitu
individu tersebut akan meninggal dunia . Kematian merupakan suatu hal
yang alami. Saat terjadinya kematian merupakan saat-saat yang tidak
diketahui waktunya. Kematian dapat terjadi singkat dan tidak terduga seperti
seorang anak yang meninggal akibat kecelakaan, kematiaan dapat
berlangsung mendadak dan tidak dapat diperkirakan sebelumnya, misalnya
seseorang yang pingsan dan dalam waktu 24 jam sudah meninggal, kematian
dapat diperkirakan sebelumnya melalui diagnosis medis tetapi saat kematian
itu sendiri biasa terjadi mendadak,atau pasien dapat mengalami dahulu
stadium terminal penyakit dalam waktu yang bervariasi mulai dari berapa
hari hingga berbulan-bulan.
Kematian dari masa lampau sampai saat ini selalu dikhaskan dengan kondisi
terhentinya pernapasan, nadi, dan tekanan darah, serta hilangnya respon
terhadap stimulus eksternal, ditandai dengan terhentinya kerja otak secara
menetap. Namun demikian, kemajuan dalam teknologi kedokteran
berlangsung sedemikian cepat sehingga kalau satu atau lebih sistem tubuh
tidak berfungsi, pasien mungkin masih dapat dipertahankan hidupnya
dengan bantuan mesin, tindakan ini dapat dilakukan sehubungan dengan
pengangkatan organ tubuh untuk bedah transplantasi.
Kepercayaan yang ada pada agama memberitahukan konsep-konsep yang
benar dan yang salah, dan perilaku yang diharapkan untuk menjadi
seseorang yang baik, penuh tenggang rasa terhadap oranglain serta
mempunyai rasa cinta kasih terhadap sesama, baik dalam perkataan maupun
perbuatannya.
Dengan memahami bahwa kematian merupakan suatu yang alami dari
proses kehidupan akan membantu perawat dalam memberikan respon
terhadap kebutuhan pasien dengan lebih murah hati.
1.2Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini:
Mengetahui konsep kematian dan perubahan yang terjadi setelah kematian
Mengetahui tindakan asuhan keperawatan perawatan jenazah
Mengetahui konsep kematian menurut beberapa agama
Mengetahui tidakan perawatan jenazah yang harus dilakukan berdasarkan
agama klien.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Definisi Kematian
Kematian suatu keadaan alamiah yang setiap individu pasti akan
mengalaminya. Secara umum, setiap manusia berkembang dari bayi, anak-
anak, remaja, dewasa, lansia dan akhirnya mati.
Kematian (death) merupakan kondisi terhentinya pernapasan, nadi, dan
tekanan darah, serta hilangnya respon terhadap stimulus eksternal, ditandai
dengan terhentinya aktivitas listrik otak, atau dapat juga dikatakan
terhentinya fungsi jantung dan paru secara menetap atau terhentinya kerja
otak secara menetap. . Terdapat beberapa perubahan tubuh setelah kematian,
diantaranya :
1.Algormortis (Penurunan suhu jenazah)
Algor mortis merupakan salah satu tanda kematian yaitu terhentinya
produksi panas, sedangkan pengeluaran berlangsung terus menerus, akibat
adanya perbedaan panas antara mayat dan lingkungan.
Faktor yang mempengaruhi Algor mortis yaitu :
a. Faktor lingkungan
b. Suhu tubuh saat kematian ( suhu meningkat, a.m.makin lama)
c. Keadaan fisik tubuh serta pakaian yang menutupinya
d. Aliran udara, kelembaban udara
e. Aktivitas sebelum meninggal, konstitusi tubuh
f. Sebab kematian, posisi tubuh
2.Livor mortis (Lebam mayat)
Livor mortis (lebam mayat) terjadi akibat peredaran darah terhenti
mengakibatkan stagnasi maka darah menempati daerah terbawah sehingaa
tampak bintik merah kebiruan.
3. Rigor mortis (Kaku mayat)
Rigor mortis adalah kekakuan pada otot tanpa atau disertai
pemendekanserabut otot.
Tahapan tahapan rigor mortis:
0-2 sampai 4 jam : kaku belum terbentuk
6 jam : Kaku lengkap
12 jam : kaku menyeluruh
36am : relaksasi sekunder
4.Dekomposisi ( Pembusukan)
Hal ini merupakan suatu keadaan dimana bahan-bahan organik tubuh
mengalami dekomposisi baik yang disebabkan karena adanya aktifitas
bakteri, maupun karena autolisis. Skala waktu terjadinya pembusukan
Mulai terjadi setelah kematian seluler. Lebih dari 24 jam mulai tampak
warna kehijauan di perut kanan bawah (caecum).
Mekanisme:
Degradasi jaringan oleh bakteri H2S, HCN, AA, asam lemak
H2S + Hb HbS (hijau kehitaman).
Faktor yang mempengaruhi pembusukan:
1. Mikroorganisme
2. Suhu optimal (21 370C)
3. Kelembaban tinggicepat
4. Sifat mediumnya udara=air=tanah=(1:2:8)
5. Umur bayi, anak, ortu lambat
6. Kostitusi tubuh : gemuk (cepat)
7. Keadaan waktu mati kematian :edema(cepat), dehidrasi(lambat)
8. Sebab kematian : radang (cepat)
Berikut ini terdapat beberapa definisi mengenai kematian sebagai berikut :
1.Mati klinis adalah henti nafas (tidak ada gerak nafas spontan) ditambah
henti sirkulasi (jantung) total dengan semua aktivitas otak terhenti, tetapi
tidak ireversibel. Pada masa dini kematian inilah, pemulaian resusitasi dapat
diikuti dengan pemulihan semua fungsi sistem organ vital termasuk fungsi
otak normal, asalkan diberi terapi optimal.
2.Mati biologis (kematian semua organ) selalu mengikuti mati klinis bila
tidak dilakukan resusitasi jantung paru (RJP) atau bila upaya resusitasi
dihentikan. Mati biologis merupakan proses nekrotisasi semua jaringan,
dimulai dengan neuron otak yang menjadi nekrotik setelah kira-kira 1 jam
tanpa sirkulasi, diikuti oaleh jantung, ginjal, paru dan hati yang menjadi
nekrotik selama beberapa jam atau hari.
Pada kematian, seperti yang biasa terjadi pada penyakit akut atau
kronik yang berat, denyut jantung dan nadi berhenti pertama kali pada suatu
saat, ketika tidak hanya jantung, tetapi organisme secara keseluruhan begitu
terpengaruh oleh penyakit tersebut sehingga tidak mungkin untuk tetap
hidup lebih lama lagi. Upaya resusitasi pada kematian normal seperti ini
tidak bertujuan dan tidak berarti.
Henti jantung (cardiac arrest) berarti penghentian tiba-tiba kerja pompa
jantung pada organisme yang utuh atau hampir utuh. Henti jantung yang
terus berlangsung sesudah jantung pertama kali berhenti mengakibatkan
kematian dalam beberapa menit. Dengan perkataan lain, hasil akhir henti
jantung yang berlangsung lebih lama adalah mati mendadak (sudden death).
Diagnosis mati jantung (henti jantung ireversibel) ditegakkan bila telah ada
asistol listrik membandel (intractable, garis datar pada EKG) selama paling
sedikit 30 menit, walaupun telah dilakukan RJP dan terapi obat yang
optimal.
3.Mati serebral (kematian korteks) adalah kerusakan ireversibel (nekrosis)
serebrum, terutama neokorteks. Mati otak (MO,kematian otak total) adalah
mati serebral ditambah dengan nekrosis sisa otak lainnya, termasuk
serebelum, otak tengah dan batang otak.
Penyebab kematian menurut ilmu kedokteran tidak berhubungan dengan
jatuhnya manusia ke dalam dosa atau dengan Allah, melainkan diakibatkan
tidak berfungsinya organ tertentu dari tubuh manusia.
Kematian menurut dokter H. Tabrani Rab disebabkan empat faktor:
(1) berhentinya pernafasan
(2) matinya jaringan otak
(3) tidak berdenyutnya jantung
(4)adanya pembusukan pada jaringan tertentu oleh bakteri-bakteri
Seseorang dinyatakan mati menurut Dr. Sunatrio bilamana fungsi
pernafasan/paru-paru dan jantung telah berhenti secara pasti atau telah
terbukti terjadi kematian batang otak. Dengan demikian, kematian berarti
berhentinya bekerja secara total paru-paru dan jantung atau otak pada suatu
makhluk. Dalam ilmu kedokteran, jiwa dan tubuh tidak dapat dipisahkan.
Belum dapat dibuktikan bahwa tubuh dapat dipisahkan dari jiwa dan jiwa itu
baka.
2.2 ASUHAN KEPERAWATAN PADA MASALAH MENJELANG
KEMATIAN DAN KEMATIAN
Pengkajian Keperawatan
Pengkajian masalah ini antara lain adanya tanda klinis saat menghadapi
kematian (sekarat), seperti perlu dikaji adanya hilangnya tonus otot,
relaksasi wajah, kesulitan untuk berbicara, kesulitan menelan, penurunan
aktivitas gastrointestinal, melemahnya tanda sirkulasi, melemahnya sensasi,
terjadinya sianosis pada ekstremitas, kulit teraba dingin, terdapat perubahan
tanda vital seperti nadi melambat dan melemah, penurunan tekanan darah,
pernapasan tidak teratur melalui mulut, adanya kegagalan sensori seperti
pandangan kabur dan menurunnya tingkat kecerdasan. Pasien yang
mendekati kematian ditandai dengan dilatasi pupil, tidak mampu bergerak,
refleks hilang, nadi naik kemudian turun, respirasi cheyne stokes (napas
terdengar kasar), dan tekanan darah menurun. Kematian ditandai dengan
terhentinya pernapasan, nadi, dan tekanan darah, hilangnya respons terhadap
stimulus eksternal, hilangnya pergerakan otot, dan terhentinya aktivitas otak.
Diagnosis Keperawatan
1.Ketakutan berhubungan dengan ancaman kematian (proses sekarat).
2.Keputusan berhubungan dengan penyakit terminal.
Perencanaan dan tindakan keperawatan
Hal yang dapat dilakukan dalam perencanaan tujuan keperawatan adalah
membantu mengurangi depresi, mempertahankan harapan, membantu pasien
dan keluarga menerima kenyataan. Rencana yang dapat dilakukan untuk
mencapai tujuan tersebut, antara lain:
Memberikan dukungan dan mengembalikan kontrol diri pasien dengan cara
mengatur tempat perawata, mengatur kunjungan, jadwal aktivitas, dan
penggunaan sumber pelayanan kesehatan.
Membantu pasien mengatasi kesepian, depresi, dan rasa takut.
Membantu pasien mempertahankan rasa aman, percaya diri, dan harga diri.
Membantu pasien mempertahankan harapan yang dimiliki.
Membantu pasien menerima kenyataan.
Memenuhi kebutuhan fisiologis.
Memberikan dukungan spiritual dengan memfasilitasi kegiatan spiritual
pasien.
Tindakan Perawat Dalam Menangani Jenazah
Dalam menangani jenazah perawat harus melakukannya dengan hormat dan
sebaik-baiknya. Rasa hormat ini dapat dijadikan prinsip, dengan kata lain,
seseorang telah diperlakukan secara manusiawi dan sama seperti orang lain.
Seorang perawat harus memperlakukan tubuh jenazah dengan hormat.
Sebelum kematian terjadi, anggota tubuh harus diikat dan kepala dinaikkan
ke atas bantal. Tubuh harus dibersihkan dengan membasuhnya dengan air
hangat secara perlahan. Segala sesuatu yang keluar dari tubuh pasien harus
dicuci dan dibersihkan rawatan posmortem,
Perawatan tubuh setelah kematian disebut perawatan postmortem. Hal ini
dapat menjadi tanggung jawab perawat. Perawat akan lebih mudah
melakukannya apabila bekerja sama dengan staf kesehatan lainnya. Adapun
hal yang harus diperhatikan :
1.Perlakukan tubuh dengan rasa hormat yang sama perawat lakukan
terhadap orang yang masih hidup.
2.Beberapa fasilitas memilih untuk meninggalkan pasien sendiri sampai
petugas kamar jenazah tiba.
3.Periksa prosedur manual rumah sakit sebelum melanjutkan perawatan
postmortem.
a.Perawatan Jenazah
1.Tempatkan dan atur jenazah pada posisi anatomis.
2.Singkirkan pakaian atau alat tenun.
3.Lepaskan semua alat kesehatan
4.Bersihkan tubuh dari kotoran dan noda
5.Tempatkan kedua tangan jenazah di atas abdomen dan ikat
pergelangannya (tergantung dari kepercayaan atau agama)
6.Tempatkan satu bantal di bawah kepala.
7.Tutup kelopak mata, jika tidak bisa tertutup bisa menggunakan kapas
basah.
8.Katupkan rahang atau mulut, kemudian ikat dan letakkan gulungan handuk
di bawah dagu.
9.Letakkan alas di bawah glutea
10.Tutup tubuh jenazah sampai sebatas bahu
11.Kepala ditutup dengan kain tipis
12.Catat semua milik pasien dan berikan kepada keluarga
13.Beri kartu atau tanda pengenal
14.Bungkus jenazah dengan kain panjang
b.Perawatan Jenazah yang akan Diotopsi
1.Ikuti prosedur rumah sakit dan jangan lepas alat kesehatan
2.Beri label pada pembungkus jenazah
3.Beri label pada alat protesa yang digunakan
4.Tempatkan jenazah pada lemari pendingin
c.Perawatan Jenazah yang meninggal akibat kasus penyakit menular
1.Tindakan di ruangan
a.Luruskan tubuh, tutup mata, telinga dan mulut dengan kapas
b.Lepaskan alat kesehatan yang terpasang
c.Setiap luka harus diplester rapat
d.Tutup semua lubang tubuh dengan plester kedap air
e.Membersihkan jenazah perhatikan beberapa hal :
Perawat menggunakan pelindung :
a.Sebaiknya menggunakan masker penutup mulut.
b.Harus menggunakan sarung tangan karet.
c.Sebaiknya menggunakan apron / untuk melindungi tubuh dalam keadaan
tertentu.
d.Menggunakan air pencuci yang telah dibubuhi bahan desinfektan
e.Mencuci tangan dengan sabun setelah membersihkan jenazah
(sebelum sarung tangan dilepaskan dan sesudah sarung tangan dilepaskan).
f.Pasang label identitas jenazah pada kaki.
g.Keluarga/teman diberi kesempatan untuk melihat jenazah
h.. Memberitahukan kepada petugas kamar jenazah bahwa jenazah adalah
penderita penyakit menular
i.Jenazah dikirimkan ke kamar jenazah
2.Tindakan di Kamar Jenazah
a.Jenazah dimandikan oleh petugas kamar jenazah yang telah mengetahui
cara memandikan jenazah yang infeksius.
b.Petugas sebaiknya menggunakan pelindung :
1.masker penutup mulut
2.kaca mata pelindung mata
3.sarung tangan karet
4.apron/baju khusus untuk melindungi tubuh dalam keadaan tertentu
5.sepatu lars sampai lutut (sepatu boot)
c.Menggunakan air pencuci yang telah dibubuhi desinfektan, antara lain
kaporit.
d.Mencuci tangan dengan sabun setelah membersihkan jenazah (sebelum
dan sesudah sarung tangan dilepaskan)
e.Jenazah dibungkus dengan kain kafan atau kain pembungkus lain sesuai
dengan kepercayaan/agamanya.
1.Segera mencuci kulit dan permukaan lain dengan air bila terkena darah
atau cairan tubuh lain.
2.Dilarang menutup atau memanipulasi jarum suntik, buang dalam wadah
khusus alat tajam
3.Sampah dan bahan terkontaminasi lainnya ditempatkan dalam tas plastik
4.Pembuangan sampah dan bahan terkontaminasi dilakukan sesuai dengan
tujuan mencegah infeksi
5.Setiap percikan atau tumpahan darah di permukaan segera dibersihkan
dengan larutan desinfektans, misalnya klorin 0.5 %
6.Peralatan yang akan digunakan kembali harus diproses dengan urutan:
dekontaminasi, pembersihan, disinfeksi dan sterilisasi.
7.Jenazah yang sudah dibungkus tidak boleh dibuka
8.Jenazah tidak boleh dibalsam, disuntik untuk pengawetan dan diautopsi
kecuali oleh petugas khusus.
9.Dalam hal tertentu, autopsi hanya dapat dilakukan setelah mendapatkan
persetujuan dari pimpinan RS
Evaluasi Keperawatan
Evaluasi terhadap masalah sekarat dan kematian secara umum dapat dinilai
dari kemampuan individu untuk menerima makna kematian, reaksi terhadap
kematian, dan perubahan perilaku, yaitu menerima arti kematian.
2.3.Konsep Perawatan Jenazah Menurut Beberapa Agama
A.Konsep Kematian Menurut Agama Islam
Orang disebut mati apabila nyawanya telah meniggalkan tubuh. Oleh
karena itu, manusia dan hewan juga mengalami kematian. Dalam ajaran
islam, mati hanyalah masa istirahat untuk mejelang hidup yang abadi di
akhirat nanti. Suatu masa hidup yang tidak berkesudahan.
Seperti yang tercantum dalam ayat Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan
mati. Kemudian hanyalah kepada Kami kamu dikembalikan. (QS. 29:57)
tiap orang yang pernah hidup di muka bumi ini ditakdirkan untuk mati.
Tanpa kecuali, mereka semua akan mati, tiap orang. Saat ini, kita tidak
pernah menemukan jejak orang-orang yang telah meninggal dunia. Mereka
yang saat ini masih hidup dan mereka yang akan hidup juga akan
menghadapi kematian pada hari yang telah ditentukan. Walaupun demikian,
masyarakat pada umumnya cenderung melihat kematian sebagai suatu
peristiwa yang terjadi secara kebetulan saja.
Ketika kematian dialami oleh seorang manusia, semua kenyataan dalam
hidup tiba-tiba lenyap. Tidak ada lagi kenangan akan hari-hari indah di
dunia ini. Renungkanlah segala sesuatu yang anda dapat lakukan saat ini:
anda dapat mengedipkan mata anda, menggerakkan badan anda, berbicara,
tertawa; semua ini merupakan fungsi tubuh anda. Sekarang renungkan
bagaimana keadaan dan bentuk tubuh anda setelah anda mati nanti.
Manusia yang diciptakan seorang diri haruslah waspada bahwa ia juga akan
mati seorang diri. Namun selama hidupnya, ia hampir selalu hidup untuk
memenuhi segala keinginannya. Tujuan utamanya dalam hidup adalah untuk
memenuhi hawa nafsunya. Namun, tidak seorang pun dapat membawa harta
bendanya ke dalam kuburan. Jenazah dikuburkan hanya dengan dibungkus
kain kafan yang dibuat dari bahan yang murah. Tubuh datang ke dunia ini
seorang diri dan pergi darinya pun dengan cara yang sama. Modal yang
dapat di bawa seseorang ketika mati hanyalah amal-amalnya saja.
Dunia adalah tempat ujian dan cobaan. Bagi orang yang tunduk dan patut
kepadanya maka surga sebagai balasannya. Kita juga tidak tahu kapan dan
dimana akan datangnya maut. Bahkan apa yang kita peroleh pada hari esok,
belum tahu apa yang terjadi. Adanya kematian yang menimpa seseorang,
berarti akan memutus kelezatan dunia. Manusia tinggal menunggu balasan
amal perbuatannya ketika masih di dunia.
B. Konsep Kematian menurut Agama Kristen
Antropologi Perjanjian Lama menjelaskan bahwa manusia bukan berasal
dari Allah melainkan diciptakan oleh Allah (Kej 1:27) atau dibentuk oleh
Allah dari debu tanah dan diberi kehidupan setelah Allah menghembus nafas
hidup ke dalam hidungnya (Kej. 2:7). Bila manusia disebut ciptaan maka di
dalam manusia ada unsur ketidakkekalan (mortality). Dalam Kej. 2:16-17
terdapat larangan makan buah pengetahuan yang baik dan jahat dengan
akibat mati. Perintah Allah itu itu dilanggar sssmanusia sehingga manusia
mati dalam pengertian terpisah dengan Allah atau mati rohani. Rasul Paulus
juga berbicara bahwa manusia mati (nekros) karena pelanggaran dan dosa
(Ef 2:1, Rm 7:9). Selain itu dalam Roma 6:23, Rasul Paulus mengatakan
bahwa upah dosa adalah maut (thanatos). Akibat dosa, manusia terputus
hubungannya dengan Allah. Dalam Kej 2:7 dikatakan bahwa Tuhan Allah
membentuk manusia dari debu tanah. Allah memasukkan nafas (neshamah)
ke dalam bentuk jasmani, dan dengan cara itu manusia menjadi makhluk
hidup (nefesh chayyah). Tetapi bukan berarti manusia menerima jiwa atau
roh ilahi (divine soul or spirit).
Paham immortalitas jiwa tidak dikenal dalam Alkitab. Manusia mengalami
kematian bukan karena Tuhan, tetapi karena kemauan manusia sendiri yang
hendak menjadi sama seperti Allah. Dosa utama ini yang membawa
kematian dalam hidup manusia. Pandangan rohani yang dalam ini berasal
dari konflik antara tradisi Yahwis berhadapan dengan konsepsi dunia Timur
kuno. Manusia yang terdiri dari tubuh, roh dan jiwa disebut sebagai manusia
seutuhnya; manusia sebagai suatu totalitas. Manusia yang utuh ini yang
Allah ciptakan dan sekaligus diselamatkan Allah setelah jatuh dalam dosa.
Keselamatan yang Allah berikan bukanlah keselamatan untuk jiwanya saja,
tetapi keselamatan untuk tubuhnya juga. Kalau manusia mati, ia mati
seluruhnya sebagai tubuh dan jiwa. Allah bersama-sama manusia dalam
hidupnya dan Allah juga bersama-sama dengan manusia pada waktu
manusia mati dan sesudah manusia mati. Jelas bahwa manusia mati sebagai
manusia dalam totalitas dirinya. Ia mati sebagai diri yang rohani dan badani.
Maka kematian badani adalah lambang yang tepat yang menjelaskan lebih
mendalam bahwa maut adalah akibat dosa dan tidak terelakkan. Bila dosa
mengakibatkan kematian, maka Kristus telah diutus Allah untuk
menghapuskan dosa manusia sehingga di dalam Kristus manusia didamaikan
dengan Allah. Dengan jalan itu, Allah memberikan kepada manusia
kemungkinan baru untuk hidup sebagai partnerNya.
(Stephen. 2007. Perspektif dan Sikap Theologis. Diakses dari :
http://www.sabdaspace.org/kematian
C. Konsep Kematian Menurut Agama Hindu
Manusia pada umumnya selalu takut datangnya kematian, manusia
dengan segala cara selalu menjaga kesehatannya dengan harapan proses
kematian jangan terlalu cepat sehingga dapat lama menikmati kehidupan ini.
Rasa takut manusia menghadapi kematian adalah suatu pertanda bahwa
sudah banyak penderitaan yang lain pada saat matinya dalam kehidupan
yang sebelumnya. Agama Hindu mengatakan setelah mati tubuh hancur,
kembali menjadi panca maha buta. Sedangkan jiwa mungkin mencapai
moksha atau lahir kembali ke dunia ini.
Salah satu kitab dalam yang disakralkan oleh umat Hindu adalah
kitab Upanishad. Kitab Upanishad mengajarkan bahwa di luar dunia ini,
"brahmanatman"lah (sesuatu seperti Allah) satu-satunya yang benar-benar
ada dan berarti. Apa yang
manusia lihat, dunia ruang, dan waktu adalah maya. Maya sifatnya hanya
sementara dan tidak memiliki makna yang nyata. Namun, semua yang hidup
dan bernapas memiliki "atman" atau jiwa yang merupakan bagian dari
"paramatman" atau dunia arwah. Setiap "atman", saat berada dalam dunia
maya, mencoba untuk kembali ke "paramatman".
Kitab Upanishad menyatakan bahwa jalan satu-satunya bagi "atman" untuk
kembali ke asalnya adalah melalui "punar-janman" atau reinkarnasi.
"Atman" (jiwa) seseorang mungkin berawal dari cacing, kemudian melalui
kematian dan kelahiran kembali, jiwa itu menjadi sesuatu yang lebih tinggi
derajatnya sampai menjadi manusia. Saat "atman" menjadi manusia, "atman"
itu harus tumbuh dengan mencapai kelas sosial yang lebih tinggi. Manusia
mencapai kelas sosial yang lebih tinggi dengan mengikuti darmanya --
tugasnya untuk melakukan sesuatu hal tertentu sesuai dengan kelasnya.
Tugas tersebut meliputi tugas moral, sosial, dan agama -- ketiganya sangat
penting dalam agama Hindu.
Cara lain untuk membebaskan jiwa adalah melalui yoga -- kedisiplinan yang
menahan hasrat jasmani di bawah penguasaan diri sehingga "atman" dapat
lolos dari lingkaran kematian dan kelahiran kembali untuk kemudian
bergabung ke "paramatman" (dunia arwah). Sekalinya "atman" dapat masuk
ke "paramatman" (kenyataan yang sebenarnya), maka "atman" tersebut telah
diterima di nirwana. Kemudian yang ada hanyalah hidup yang lebih tinggi.
Ia berhasil masuk ke dalam keabadian.
Orang Hindu meyakini bahwa dunia ini tidak bermakna karena dunia ini
hanya sementara dan satu-satunya realitas adalah sesuatu yang dapat ia lihat
sekilas melalui disiplin dan meditasi yang intensif. Mereka percaya bahwa
jiwa mereka telah melalui lingkaran kelahiran, kematian, kelahiran kembali
yang panjang dan akan terus begitu sampai menemukan kelepasan di
nirwana (keabadian). Orang Hindu percaya bahwa Upanishad memberi
mereka hikmat yang mereka perlukan untuk menolak dunia agar jiwanya
dapat mencapai "paramatman" yang kekal.
Hinduisme ini mengajarkan bahwa keselamatan dapat diperoleh melalui
salah satu dari tiga cara, yakni dengan menjalankan darma atau tugas;
pengetahuan yang diajarkan Upanishad; dan pengabdian kepada salah satu
dewa, misalnya Wisnu atau Siwa. Cara yang terakhir adalah cara yang
paling banyak digunakan orang-orang dari kelas bawah (mayoritas orang
India) karena cara itu menawarkan kemudahan bagi jiwa mereka untuk
mencapai kelas yang lebih tinggi, dan akhirnya nirwana.
Menurut agama Hindu, setelah mengalami tahap-tahap kehidupan yang
sempurna dan melewati reinkarnasi, mereka akan bertemu dengan Dewa
Brahma (Pencipta).
(Kebenaran Reinkarnasi. Diakses dari :
http://www.Hindubatam.com/kebenaranreinkarnasi.html)
D. Konsep Kematian menurut Agama Budha
Kematian menurut definisi yang terdapat dalam kitab suci agama Buddha
adalah hancurnya Khanda. Khanda adalah lima kelompok yang terdiri dari
pencerapan, perasaan, bentuk-bentuk pikiran, kesadaran dan tubuh jasmani
atau materi. Keempat kelompok yang pertama adalah kelompok batin atau
NAMA yang membentuk suatu kesatuan kesadaran. Kelompok kelima
adalah RUPA, yakni kelompok fisik atau materi. Gabungan batin dan
jasmani ini secara umum dinamakan individu, pribadi atau ego. Sebenarnya
apa yang ada bukanlah merupakan suatu individu yang berwujud seperti itu.
Namun dua unsur pembentuk utama, yakni NAMA dan RUPA hanya
merupakan fenomena belaka. Kita tidak melihat bahwa kelima kelompok ini
sebagai fenomena, namun menganggapnya sebagai pribadi karena
kebodohan pikiran kita, juga karena keinginan terpendam untuk
memperlakukannya sebagai pribadi serta untuk melayani kepentingan kita.
Kita akan mampu melihat segala sesuatu sebagaimana adanya, bilamana
memiliki kesadaran dan keinginan untuk melakukannya, yakni bila kita
ingin melihat ke dalam pikiran sendiri dan mencatat dengan penuh perhatian
(Sati). Mencatat secara objektif tanpa memproyeksikan suatu ego ke dalam
proses ini dan kemudian mengembangkan latihan tersebut untuk waktu yang
cukup lama, sebagaimana telah diajarkan oleh Sang Buddha dalam
SATIPATHANA SUTTA. Maka kita akan melihat bahwa kelima kelompok
ini bukan sebagai suatu pribadi lagi, melainkan sebagai suatu serial dari
proses fisik dan mental. Dengan demikian kita tidak akan menyalah-artikan
kepalsuan sebagai kebenaran. Lalu kita akan dapat melihat bahwa
kelompok-kelompok tersebut muncul dan lenyap secara berturut-turut hanya
dalam sekejap, tak pernah sama untuk dua saat yang berbeda; tak pernah
diam namun selalu dalam keadaan mengalir; tak pernah dalam keadaan yang
sedang berlangsung namun selalu dalam keadaan terbentuk. Kelompok
materi atau jasmani berlangsung sedikit lebih lama, yakni kira-kira tujuh
belas kali dari saat berpikir tersebut. Karena itu setiap saat sepanjang
kehidupan kita, bentuk-bentuk pikiran muncul dan lenyap. Lenyapnya yang
dalam waktu sekejap mata ini merupakan suatu bentuk dari kematian.
Lenyapnya elemen-elemen dalam waktu sekejap ini tidaklah jelas, karena
kelompok-kelompok yang berturutan akan muncul dengan segera untuk
menggantikan yang lenyap, dan mereka inipun muncul dan lenyap
sebagaimana terjadi dengan hal-hal terdahulu. Inilah yang kita katakan
sebagai Terus berlangsungnya kehidupan. Namun dengan berjalannya
waktu, maka kelompok materi atau jasmani kehilangan kekuatannya dan
mulai terjadi kelapukan. Saatnya akan tiba di mana kelompok-kelompok ini
tidak dapat berfungsi lebih lanjut, dan istilah yang biasa dipakai inilah akhir
dari suatu kehidupan yang kita sebut sebagai terjadinya kematian.
Menurut agama Budha, kematian dapat terjadi disebabkan oleh hal-hal
sebagai berikut:
1.Kematian dapat disebabkan oleh habisnya masa hidup sesuatu makhluk
tertentu.Kematian semacam ini disebut AYU-KHAYA.
Kematian yang disebabkan oleh habisnya tenaga karma yang telah membuat
terjadinya kelahiran dari makhluk yang meninggal tersebut. Hal ini disebut
KAMMA-KHAYA.
Kematian yang disebabkan oleh berakhirnya kedua sebab tersebut di atas,
yang terjadi secara berturut-turut. Disebut UBHAYAKKHAYA.
Kematian yang disebabkan oleh keadaan luar, yaitu: kecelakaan, kejadian-
kejadian
yang tidak pada waktunya, atau bekerjanya gejala alam dari suatu karma
akibat kelahiran terdahulu yang tidak termasuk dalam butir (c) di atas
(UPACHEDAKKA).
Ada suatu perumpamaan yang tepat sekali untuk menjelaskan keempat
macam kematian ini, yaitu perumpamaan dari sebuah lampu minyak yang
cahayanya diibaratkan sebagai kehidupan.Cahaya dari lampu minyak dapat
padam akibat salah satu sebab berikut ini:
1.Sumbu dalam lampu telah habis terbakar. Hal ini serupa dengan kematian
akibat berakhirnya masa hidup suatu makhluk.
2.Habisnya minyak dalam lampu seperti halnya dengan kematian akibat
berakhirnya tenaga karma.
3.Habisnya minyak dalam lampu dan terbakar habisnya sumbu lampu pada
saat bersamaan, sama halnya seperti kematian akibat kombinasi dari sebab-
sebab yang diuraikan pada kedua hal di atas.
4.Pengaruh dari faktor luar, misalnya ada angin yang meniup padam api
lampu. Sama halnya seperti yang disebabkan oleh faktor-faktor dari luar.
Oleh karena itu karma bukan merupakan satu-satunya sebab dari kematian.
Dalam Anguttara Nikaya dan Kitab-kitab lainnya, Sang Buddha menyatakan
dengan pasti bahwa karma bukan merupakan penyebab dari segala hal.
E.Konsep kematian menurut agama konghucu
Kematian adalah bagian dari setiap orang dan makluk ciptaan Tuhan, yang
tidak mungkin dihindari. Ia begitu menyengat nyawa, tidak memandang ras,
ekonomi, usia, jabatan, dan Agama. Alkitab secara konsisten mengaitkan
kematian itu dengan dosa atau maut. (bnd Kej. 2:17; Maz 90:7-11; Rm 5:12;
6:23; 1 Kor 15:21 dan Yak 1:1-5).
Manusia ditetapkan untuk mati hanya satu kali saja (Ibr 9:27), walaupun
sering kita mendengar orang mengatakan ada yang mati dan hidup lagi,
biasanya itu yang disebut dengan mati suri. Sebenarnya kematian itu tidak
sesuai dengan kodrat manusia, hal ini disebabkan oleh pemberontakkannya
kepada Allah. Bruce Milne,menambahkan bahwa ini merupakan salah satu
bentuk hukuman ilahi. Namun menurut firman Tuhan , walaupun kematian
itu tak terelakkan, bukan merupakan akhir dari segala sesuatu. Itu sebabnya
pada masa manusia itu diberi kesempatan untuk hidup, haruslah
mempergunakan kesempatan itu dengan sebaik-baiknya.
Kematian bagi kalangan Tionghoa dalam hal ini orang Tionghoa
tradisimasih sangat tabu untuk dibicarakan, sebab mereka percaya bahwa
kematian merupakan sumber malapetaka atau sial. Itulah sebabnya perlu
ditangani dengan ritual keagamaan yang benar sehingga kelak mereka tidak
diganggu oleh roh yang meninggal itu.
a.Hubungan Anak dan Orangtua
Tradisi Tionghoa sangat menuntut agar anak-anaknya senantiasa
menghormati orangtua. Tradisi ini sebenarnya wajar dilakukan jikalau
orangtua yang dimaksud masih hidup. Yang menjadi tidak wajar adalah
tatkala orang tersebut sudah matipun harus dihormati dan diangap sekan-
akan masih hidup. Parrinder menjelaskan bahwa,yang dimaksud dengan
menghormati orangtua yang sudah mati adalah dengan cara menjalankan
kewajiban memberikan mereka korban dan makanan. Atau ada juga yang
mengirimkan mereka rumah, pakaian, uang, mobil, computer (laptop) dan
sebaginya.
Penghormatan terhadap orangtua disebut Hao (Hshiao)yang bagi
mereka harus disertai sikap hormat pada orang-orang yang lebih tua sebagai
pernyataan kasih. Sikap hormat ini berlangsung setiap hari kepada mereka
yang masih hidup dan setelah meninggal dilakukan dengan cara yang
berbeda. Oleh sebab itu seorang anak sangat dipentingkan oleh keluarga
orang Tionghoa, terutama anak laki-laki. Bagi mereka anak bukan hanya
untuk melanjutkan marga (She) dan membawa berkat (Hokky), tetapi yang
terutama untuk mengganti sang ayah merawat abu leluhur.
Menurut Nio Joe Lan, ada dua macam pendapat tentang pemujaan
terhadap arwah leluhur :
Arwah manusia itu hidup terus, dengan memujanya maka diharapkan arwah
leluhur itu akan melindungi keturunannya dari malapetaka.
Pemujaan terhadap arwah leluhur semata-mata hanya merupakan peringatan
terhadap leluhur, yakni mereka yang telah memberi hidup pada generasi
masa kini. Jadi dengan kata lain, memelihara meja abu tersebut hanya
untuk mengenang orangtua yang sudah meninggal.
Seorang anak laki-laki yang tidak mengurus abu leluhur, disebut Put Hao
(tidak berbakti), bahkan yang lebih dahsyat lagi keluarga yang tidak
memiliki anak laki-laki juga digolongkan sebagai Put Hao. Itu sebabnya ada
kelurga yang terpaksa mengadopsi anak laki guna memenuhi syarat ini,
bahkan yang lebih celaka konsep ortodox mereka, seorang suami diijinkan
menikah lagi demi untuk mendapat anak laki-laki.
b.Konsep Kematian bagi orang Tionghoa
Sampai saat ini orang Tionghoa masih menganggap kematian ini merupakan
suatu hal yang tabu untuk dibicarakan, apalagi pada saat seseorang yang lagi
merencanakan menikah atau melahirkan anak. Bagi orang Tionghoa,
seseorang yang sudah meninggal secara otomatis statusnya berubah menjadi
dewa, bahkan umurnya boleh ditambah tiga tahun (satu tahun untuk Bumi,
satu tahun untuk udara dan satu tahun untuk laut), oleh sebab itu orang
tersebut harus disembah terutama oleh mereka yang lebih muda, termasuk
anak cucu.
Penyembahan dilakukan di kubur, selain itu dapat juga dilakukan di rumah
dengan cara memanggil roh arwah tersebut di depan altar ( Hio Lo)-nya.
Biasanya Hio Lo ini dipasang di rumah putra sulung, kecuali atas
persetujuan keluarga maka boleh ditempatkan di rumah anak yang lain.
Jaman ini tersedia fasilitas khusus untuk meletakkan abu leluhur, dan ada
orang-orang volunteer yang bersedia mengurusnya. Untuk mengetahui
apakah roh yang dipanggil itu sudah hadir atau belum maka diadakan Puak
Poi yakni dengan melemparkan dua keping uang logam. Apabila jatuhnya
berlainan sisi sebanyak tiga kali berturut-turut, itu berarti roh arwah yang
dipanggil sudah hadir.
Menurut kepercayaan mereka, orang yang mati secara tragis misalnya,
tabrakan,bunuh diri, dan dibunuh, rohnya akan gentayangan; karena belum
tiba saatnya dipanggil masuk dunia orang mati. Nama mereka belum
tercantum di dalam kerajaan maut (Im Kan) yang dikuasai raja Giam Lo
(Ong = raja). Roh gentayangan inilah yang biasanya disembah mereka pada
hai Cui Ko, yakni bulan ke tujuh tanggal lima belas.
b.Tempat Persemayaman
Pada jaman dulu, mengurus jenazah orang mati selalu menjadi tugas
keluarga. Saat itu banyak orang yang matinya di rumah bukan di rumah
sakit. Anggota keluarga memandikan dan menyiapkan tubuh itu sebelum
dimakamkan, tukang kayu setempat membuat peti mati, pesuruh gereja
menggali lubang; sedangkan upacara diadakan di gereja atau di rumah.
Dengan dihadiri sanak famili dan kerabat-kerabat, tubuh (Jenazah)
dibaringkan dipekuburan milik gereja atau halaman rumah.
Menurut tradisi Tionghoa, jikalau seseorang meninggal, maka mayatnya
harus disemayamkan bebrapa hari sambil mengadakan upacara-upacara
sembahyang dan pada malam hari mayatnya harus tetap dijaga, sebab
menurut kepercayaan mereka apabila mayat tersebut dilangkahi kucing
maka mayat itu bisa bangkit berdiri. Pada saat inilah sanak keluarga
mengadakan penyembahan kepada roh orang yang meninggal sebagai suatu
penghormatan (Hao).
Tempat persemayaman jenazah biasanya dilakukan di rumah, namaun
sekarang orang lebih senang memakai rumah sosial, di Surabaya misalnya
Yayasan Sosial Adi Jasa dan sebagainya. Sebenarnya bagi orang Tionghoa
tradisi, menyemayamkan orang mati di rumah sendiri itu lebih baik, hal ini
jugga untuk menunjukkan Hao mereka, namun karena pada masa sekarang
karena masalah keamanan, rumah yang tidak memadai, parkir, membuat
orang-orang memakai rumah sosial.
2.4.Perawatan Jenazah Menurut Beberapa Agama
A. Perawatan Jenazah menurut Agama Islam
Perawatan jenazah menurut Islam meliputi memandikan jenazah,
mengkafani, menyolatkan dan menguburkan.
1.Memandikan jenazah
Syarat-syarat jenazah wajib dimandikan adalah:
a.Jenazah itu harus orang Islam
b.Didapati tubuhnya walaupun sakit
c.Bukan mati syahid
d.Bayi lahir sebelum waktunya dan belum ada tanda-tanda hidup, misalnya
belum menangis, belum bernafas dan denyut nadi belum bergerak.
e.Orang yang meninggal karena kecelakaan yang fatal sehingga tubuhnya
nyaris rusak/hancur.
Bila jenazah disemayamkan lebih dari 24 jam sebaiknya tidak dimandikan
tetapi cukup dilap dengan kain yang agak basah sampai kering, kemudian
diberi borehan dengan alkohol atau spiritus. Sesudah itu diberi bedak dengan
maksud agar mayat tetap kering an tidak mendatangkan bau yang kurang
sedap.
Orang-orang yang berhak memandikan jenazah:
a.Jika mayat telah mewasiatkan kepada seseorang untuk memandikannya
maka orang itulah yang berhak.
b.Jika mayat tidak mewasiatkan maka yang berhak adalah ayahnya atau
kakeknya atau anaknya laki-laki atau cucunya laki-laki.
c.Jika tidak ada yang mampu keluarga mayat boleh menunjuk orang yang
amanah yang terpercaya buat mengurusnya.
Persiapan sebelum memandikan jenazah:
a.Menutup aurat si mayat dengan kain basahan atau handuk besar.
b.Melepas pakaian yang masih melekat di tubuhnya.
c.Menggunting kuku tangan dan kaki kalau panjang.
d.Mencukur bulu ketiak dan merapikan kumis.
e.Membersihkan hidung dan mulut serta menutupnya dengan kapas ketika
dimandikan lalu dibuang setelah selesai.
Tata cara memandikan jenazah:
a.Jenazah dibaringkan di tempat yang tinggi.
b.Jenazah dimandikan di tempat tertutup.
c.Ketika dimandikan dipakaikan kain basah.
d.Bersihkan isi perut dengan tangan kiri yang telah terbalut.
e.Jenazah dibersihkan dari nazis yang melekat di tubuhnya atau yang keluar
dari duburnya.
f.Setelah dibersihkan lalu dengan menggunakan air, sabun mandi, seluruh
tubuh dari rambut sampai telapak kaki dimandikan sampai bersih.
Disunnahkan jenazah tersebut dimandikan tiga kali atau lima kali.
g.Setelah jenazah selesai dimandikan, kemudian badannya dikeringkan
dengan memakai handuk.
2.Mengkafani jenazah
Tata cara mengkafani jenazah adalah:
Jenazah laki-laki atau wanita minimal dibungkus dengan selapis kain kafan
yang menutupi seluruh tubuhnya. Namun untuk jenazah laki-laki sebaiknya
dibungkus tiga lapis dan untuk wanita lima lapis yaitu kain basahan, baju,
tutup kepala, kerudung dan kain kafan yang menutupi seluruh tubuhnya.
3.Menyolatkan jenazah
Syarat-syarat sah sholat jenazah adalah:
a.Menutup aurat, suci dari hadas besar dan kecil, suci badan, pakaian dan
tempatnya serta menghadap kiblat.
b.Mayat sudah dimandikan dan dikafani.
c.Letak mayat sebelah kiblat orang yang menyolatinya, kecuali kalau sholat
dilakukan di atas kubur atau sholat gaib
B.Perawatan Jenazah menurut Agama Kristen
a.Cara merawat jenazah
Tindakan ini dilakukan untuk menjaga privasi keluarga sekaligus merawat
jenazah supaya tahan lama dan kelihatan bersih dan menghargai jenazah.
1.Perlengkapan memandikan jenazah
Adapun perlengkapan yang diperlukan dalam memandikan jenazah:
a.Air bersih secukupnya
b.Sabun mandi untuk membersihkan
c.Sarung tangan atau handuk untuk membersihkan kotoran-kotoran
d.Lidi atau sebagainya untuk membersihkan kuku
e.Handuk untuk mengeringkan badan atau tubuh jenazah setelah selesai
dimandikan
2.Cara-cara memandikan jenazah
a.Bujurkan jenazah di tempat yang tertutup, tetapi jika jenazah dapat
didudukkan di kursi bisa didudukan dikursi.
b.Seandainya jenazah perempuan maka yang memandikan perempuan
demikian juga sebaliknya.
c.Lepaskan seluruh pakaian yang melekat dan menutup
d.Tutup bagian auratnya
e.Lepaskan logam seperti cincin dan gigi palsu seandainya ada.
f.Bersihkan kotoran nazisnya dan meremas bagian perutnya hingga
kotorannya keluar, hal ini dialakukan dalam keadaan duduk.
g.Bersihkan rongga mulut
h.Bersihkan kuku, jari dan tangannya
i.Diusahakan menyiram air mulai dari anggota yang kanan, diawali dari
kepala bagian kanan terus ke bawah, kemudian bagian kiri terus kebawah
dan diulang sampai bersih
3.Cara pelaksanaan memandikan jenazah
a.Mulai menyiram anggota tubuh secara urut, tertib segera dan rata hingga
bersih minimal 3 kali serta dimulai anggota tubuh sebelah kanan.
b.Menggosok seluruh tubuh dengan air sabun.
c.Menyiram beberapa kali sampai bersih.
d.Setelah bersih seluruh tubuh dikeringkan dengan handuk kering hingga
kering.
e.Pakailah baju jenazah dengan warna gelap atau pakaian kesukaannya.
f.Diangkat ke rumah di ruang tengah dimana dialasi tikar pandan.
4.Hal-hal yang diperhatikan
a.Dilarang memotong rambut, hal ini dihindari karena dianggap menganiaya
jenazah dengan menimbulkan kerusakan atau cacat tubuh.
b.Saat menyiram air pada wajah dan muka tutuplah lubang mata, hidung,
mulut dan telinganya agar tidak kemasukan air.
c.Apabila anggota tubuh terluka dalam menggosok dan membersihkan
bagian terluka supaya hati-hati dilakukan dengan lembut seakan
memperlakukan pada waktu masih hidup.
b.Cara memformalin jenazah
Formalin yang digunakan 70% sebab dapat membunuh bakteri dengan
membuat jaringan dalam bakteri dehidrasi kekurangan air, sehingga sel
bakteri akan kering dan membentuk lapisan baru dipermukaan, hal ini
bertujuan untuk melindungi lapisan dibawah, supaya tahan terhadap
serangan bakteri lain.
Formalin digunakan kurang lebih 4 liter supaya tahan lama kurang lebih satu
minggu, untuk tiga hari jumlah 2 liter dimana konsentrasinya sama 70%,
untuk penyuntikan formalin dipercayakan kepada pihak RS atau bidan. Jika
di RS penyuntikan ini dipercayakan kepada perawat sedang di luar RS
dipercayakan kepada bidan. Ini disuntikan pada tubuh jenazah. Salah satu
tempatnya di bagian yang banyak mengandung air dan berongga contohnya
di bagian sela-sela iga. Formalin juga dapat dimasukkan ke pembuluh vena
saphena magna. Pembuluh ini letaknya di atas persendian kaki supaya tidak
merusak organ tubuh lainnya. Ada juga yang disuntikkan di pelipatan paha.
Namun, di dunia kedokteran sudah menggunakan standar di kaki karena
selain mencarinya mudah juga pembuluh sudah kelihatan.
C.Perawatan Jenazah menurut Agama Hindu
a.Terlebih dahulu jenazah harus dimandikan dengan air tawar yang bersih
dan sedapat mungkin dicampur dengan wangi- wangian.
b.Setelah itu diberi secarik kain putih untuk menutupi bagian muka wajah
dan bagian alat kelaminnya.
c.Kemudian barulah diberi pesalin dengan kain atau baju yang baru (bersih),
rambutnya dirapikan (perempuan : rambutnya digulung sesuai dengan arah
jarum jam), posisi tangan dengan sikap "menyembah" ke bawah. Setelah itu
dibungkus dengan kain putih.
d.Pada saat membungkus jenazah tersebut supaya diperhatikan hal-hal
sebagai berikut: Bila jenazah itu laki- laki maka lipatan kainnya: yang kanan
menutupi yang kiri, dan bila perempuan maka lipatan kainnya: yang kiri
menutupi yang kanan. Setelah terbungkus rapi ikatlah bagian ujung (kepala
dan kaki) serta bagian tengah jenazah yang bersangkutan dengan benang
atau sobekan kain pembungkus tadi. Setelah selesai perawatan di atas,
barulah jenazah tersebut disemayamkan di tempat yang telah ditetapkan.
D.Cara Perawatan Jenazah menurut Agama Budha
1.Mempersiapkan perlengkapan memandikan jenazah
a.Meja atau dipan untuk tempat memandikan jenazah
b.Air basah
c.Air kembang
d.Air yang dicampur dengan minyak wangi
e.Sabun mandi dan sampo
f.Sikat gigi
g.Handuk.
Mempersiapkan pakaian
a.Pakaian harus bersih dan rapi, dan yang paling penting adalah bahwa baju
yang dikenakan pada jenazah merupakan pakaian yang paling disenanginya
sewaktu masih hidup
Sarung tangan dan kaos kaki yang berwarna putih
b.Pakaian yangdisesuaikan dengan adat masing-masing, misalnya dengan
menggunakan kain putih
3. Tindakan Perawatan Jenazah
a.Sesaat setelah almarhumah/almarhum menghembuskan nafas yang
terakhir, badannya digosok dengan air kayu cendana, atau dengan menaruh
es balokan di bawahnya agar jenazah tidak kaku
b.Setelah itu jenazah diletakkan di atas meja dan ditutupi kain setelah itu
baru dibacakan paritta-paritta atau doa-doa
4.Pelaksanaan Pemandian
a.Jenazah setelah disembahyangkan kemudian diusung ke tempat pemandian
yang telah disiapkan
b.Jenazah dimandikan dengan air bersih terlebih dahulu, kemudian air
bunga, lalu dibilas dengan air yang sudah dicampur dengan minyak wangi.
c.Jenazah dikramasi rambutnya dengan sampo, kemudian disabun seluruh
badannya dan giginya disikat dan kukunya dibersihkan, setelah itu dibilas
lagi dengan air bersih
d.Sehabis itu jenazah dilap dengan handuk.
5.Pemakaian pakaian
a.Jenazah laki-laki
Pakaian jenazah laki-laki, baju lengan panjang, celana panjang, dan yang
paling disenangi oleh almarhum sewaktu masih hidup, rambut disisir rapi,
bila perlu diberi minyak rambut, lalu kedua tangannya dikenakan sarung
tangan, dan juga kedua kakinya diberi kaos kaki berwarna putih.
b.Jenazah Perempuan
Pakaian jenazah perempuan adalah pakaian nasional, misalnya kebaya dan
memakai kain (pakaian adat daerah) dan khuusnya pakaian yang disenangi
olehnya sewaktu dia hidup. Mukanya diberi bedak, rambutnya disisir rapi,
bila rambutnya panjang bisa disanggul. Lalu kedua tangannya diberi sarung
tangan, dan kedua kakinya diberi kaos kaki berwarna putih.
c.Jenazah Khusus Pandita
Pakaian khusus Pandita adalah memakai jubah berwarna kuning dan
tangannya diberi sarung tangan, dan kedua kakinya diberi kaos kaki
berwarna putih.
6.Sikap Tangan Jenazah
Sikap tangan diletakkan di depan dada, tangan kanan di atas tangan kiri, dan
sambil memegang tiga tangkai bunga, satu pasang lilin berwarna merah, tiga
batang dupa wangi, yang sudah diikat dengan benang merah. Sikap kedua
kakinya biasa, dengan telapak kaki tetap ke depan.
(Pemuda dan mahasiswa Buddhis.1999. Petunjuk Teknis Perawatan Jenazah
bagi Umat Beragama Buddha di Indonesia. Diakses dari :
http://groups.yahoo.com/group/pemuda_buddhis/message/126.
E.Perawatan jenazah menurut agama konghucu
Perlengkapan-perlengkapan dalam Perkabungan
1. Pakaian
- Pakaian orang mati
Pakaian ini mulai disediakan tatkala seseorang anggota keluarga itu lanjut
usia. Biasanya karena penyakit ketuaan yang diderita bertahun-tahun,
sehingga si sakit meminta anak cucunya untuk menyediakan pakaian itu
baginya. Untuk membeli pakaian ini, harus memeilih hari dan bulan baik
yang dibaca melalui buku Thong Su (semacam ensiklopedi Tioinghoa).
Nama pakaian itu Sui I (Baju panjang umur). Mernurut Martin C. Yang,
pakaian tersebut dapat segera dikenakan pada si sakit apabila diperkirakan
orang itu sudah hampir menghembuskan nafasnya yang terakhir.
- Pakaian Berkabung
Orang yang berkabung (istilahnya Hao Lam) mengenakan pakaian serba
putih, topi putih yang terbuat dari kain blacu. Mereka yang lebih kental
tradisinya lagi memakai pakaian serba hiam. Selain itu juga dipasang Ha di
lengan baju kiri tanda berkabung. Tujuan mereka memakai pakaian
berkabung adalah untuk meringankan penderitaan orang yanag meninggal,
semakin kental tradisi itu dijalankan maka semakin ringan penderitaannya.
Sedangkan dampaknya bagi yang berkabung, mereka akan mendapat
pengaruh baik atau Hokky , semakin lama masa berkabung, maka semakin
banyak pengaruh baiknya.
-Peti Mati
Peti mati yang dipakai orang Tionghoa tradisi kelihatannya menyeramkan,
sebab selain ukurannya besar, berat ditambah lagi banyak ukir-ukiran kuno.
Merupakan kebanggan tersendiri, apabila sanak keluarga mampu membeli
sendiri peti mati, sebab ada kepercayaan mereka siapa yang yang membeli,
dialah yang akan mendapat banyak rezeki. Bagi mereka peti mati merupakan
sarana untuk menghantar orang mati ke dalam kuburnya, oleh sebab itu
semua barang-barang kesayangan almarhum supaya dimasukkan juga ke
dalamnya. Pembelian peti mati yang mahal juga merupakan salah satu bukti
Hao nya anak-anak, dan ada kebiasaan peti tersebut tidak boleh ditawar
harganya.
- Tempat Dupa
Tempat dupa (Hio Lo), merupakan sebuah bokor kecil yang fungsinya
sebagai tancapan dupa. Benda ini mempunyai dua buah kuping, sedangakan
pada bagian depannya terukir sebuah kata Hi (bahagia). Lazimnya Hio Lo
itu terbuat dari timah, namun sekarang ini tidak jarang kita lihat Hio Lo yang
terbuat dari tanah liat. Hio Lo itu diisi abu dapur yang kemudian dipercayai
sebagai abu leluhur dan harus dipelihara sampai generasi turun-temurun.
Dupa (Hio) merupakan alat sembahyang yang dibakar dan mengeluarkan
bau-bau harum. Makna yang terkandung dalam pembakaran dupa ialah
menemukan jalan suci. Dalam konteks kematian seperti ini Hio menyatakan
bahwa yang bersangkutan hadir dalam acara perkabungan. Melalui Hio ini
akan terjalin komunikasi antara hidup dan yang mati.
- Lilin
Lilin merupakan tanda duka-cita, tetapi juga merupakan tanda bahwa para
pelayat tidak membawa sial. Menurut kepercayaan mereka tetesan air lilin
ini tidak boleh kena tubuh kita, karena akan membawa sial seumur hidup.
- Foto Almarhum
Foto Almarhum diletakkan di depan peti mati yang kemudian setelah
pemakaman dibawa pulang oleh putra sulung untuk di sembah. Foto juga
dipakai sebagai iklan di Surat Kabar, supaya sanak famili, handai-taulan
mengetahui beliau ini sudah meninggal. Sering terjadi percekcokkan hanya
karena nama seseorang famili lupa dicantumkan, oleh sebab itu memerlukan
ketelitian.
Tata Cara Pemakaman
Tata-cara Pemakaman orang Tionghoa sebenarnya dengan mengubur,
sedangkan kremasi dikenal oleh kalangan yang beragama Hindu. Namun
pada saat ini akibat memudarnya budaya (detradisionalisasi), kremasi
ternyata bukan cara yang asing lagi bagi orang Tionghoa.
Tata-caranya secara umum sebagai berikut :
- Sembahyang Tutup Peti
Selama persemayaman, jenazah tersebut sudah mulai disembah dengan
dipimpin oleh padri (Sai Kong) atau Bikhu/Bikhuni. Sanak keluarga
dikumpulkan dengan mengenakan pakaian berkabung, mereka diminta untuk
membakar dupa, berlutut dan mengelilingi peti mati berulang-ulang sebagai
tanda hormat. Anak sulung (laki-laki) memegang Tong Huan sebagai alat
sembahyang selama ritual itu.
Setelah ditetapkan hari dan jamnya, maka jenazah tersebut segera
dimasukkan ke dalam peti sambil diisi barang-barang kesukaan almarhum
dan kemudian dipenuhkan dengan uang kertas sembahyang. Sesudah
jenazah dimasukkkan ke dalam peti, maka diadakan sembahyang memaku
peti jenazah . Pada saat itu padri mengucapkan kalimat It thiam teng, po
pi kia sai artinya paku pertama diberkatilah anak menantu, dengan
demikian seterusnya sampai paku ke empat. Setelah itu diadakan doa dengan
harapan agar meringankan dosa yang diperbuat oleh orang yang meninggal
itu. Selain itu bagi mereka, cara menggeser peti mati itu juga ada syaratnya,
tidak boleh menyentuh kosen pintu rumah, sebab menurut kepercayaan
mereka roh almarhum itu akan tinggal di tempat yang tersenggol dan itu
akan mengganggu aktivitas hidup sehari-hari.
- Perjalanan ke tempat pemakaman
Pemberangkatan jenazah ke tempat pemakaman dimulai dengan
sembahyang. Kali ini semua sanak famili mempersembahkan korban berupa
daging, buah-buahan atau kue-kue, yang setelah selesai acaranya boleh
dibawa pulang untuk dimakan bersama, supaya mendapat berkat dan rezeki.
Pada saat yang sama menantu laki mengadakan ritualnya dengan
mempersembahakan Leng Ceng
Bagi mereka yang masih memegang ketat tradisi, untuk menunjukkan rasa
cinta anak pada orang tua, maka mereka diharuskan telanjang kaki berjalan
samapi persimpangan jalan barulah boleh masuk ke mobil jenazah yang
mengantar sampai ke kubur. Namun belakangan ini tradisi seperti ini jarang
dilakukan, sebab selain udara yang panas juga mengganggu lalu-lintas jalan.
Selain itu juga diadakan pemecahan guci, semangka dan sebagainya, semua
ini tujuannya supaya mendapatkan berkat.
- Sembahyang di kubur
Ritual penyembahan di kubur (kremasi) dilakukan dengan cara membakar
dupa, berlutut, mengelilingi peti jenazah yang dipimpin kembali oleh padri.
Setelah selesai sembahyang, maka dilakukan secara teratur tabur bunga yang
dimulai oleh sanak keluarga dan famili yang diikuti oleh pelayat. Pada saat
ini juga, famili, cucu luar mengambil kesempatan membuang (Ha), dengan
demikian mereka sudah boleh memakai pakaian bebas.
Di kubur juga ada ritual lain seperti pelepasan burung merpati, lalu ada yang
meguburkan boneka di samping kuburan tersebut, dengan tujuan supaya
adayang menemani arwah itu, dan tujuan lain supaya arwah tersebut tidak
mengajak pasangannya yang masih hidup.
- Perjalan pulang ke rumah
Perjalanan pulang dari tempat pemakaman (kremasi), dilakukan setelah
semua upacaranya selesai. Pihak berkabung membagi-bagikan Ang Pao
kepada para pelayat sebagai tanda ucapan terima klasih. Sementara itu anak
sulung membawa Hio Lo sambil dupanya tetap dinyalahkan dan anak yang
lain memegang foto almarhum.
Dalam sepanjang perjalanan itu, anak-anak almarhum harus memberi
komandao, misalnya tatkala meliwati jembatan. Komando ini diucapkanm
serentak kepada roh yang mereka bawa melalui Hio Lo, supaya roh tersebut
tidak tersesat pulang ke rumah. Hio Lo inilah yang kemudian diletakkan di
rumah anak sulung supaya disembah oleh semua sanak keluarga.
Para pelayat yang yang sudah tiba di rumah duka atau rumah almarhum,
biasanya disediakan air bunga untuk cuci wajah dan disediakan makanan ala
kadarnya.
Pada dasarnya melalui uraian ini dapatlah kita mengambil kesimpulan
bahwa kematian bagi orang Tionghoa tradisi merupakan sesuatu yang tabu,
mengerikan dan penuh misteri. Mereka percaya ada kehidupan setelah
kematian, namun sayang semuanya penuh ketidak-berdayaan dan
penderitaan, sehingga orang-orang yang meninggal justru memerlukan
pertolongan dari sanak keluarga, misalnya dalam memenuhi kebutuhan
makanan,pakaian, rumah serta uang. Herannya dalam ritual yang lain, sanak
keluarga menganggap bahwa orang yang mati itu sudah menjadi dewa,
sehingga mereka datang kepada arwah tersebut untuk mohon berkat (rejeki).
BAB III
PENUTUP
III.1. KESIMPULAN
Kehilangan adalah peristiwa dari pengalaman manusia yang bersifat unik
secara individual. Hidup adalah serangkaian kehilangan dan pencapaian.
Seorang anak yang mulai belajarKehilangan mencapai kemandiriannya
dengan mobilisasi. Seorang lansia dengan perubahan visual dan pendengaran
mungkin kehilangan keterandalan-dirinya. Penyakit dan perawatan di rumah
sakit sering melibatkan berbagai kehilangan. Kematian merupakan salah satu
contoh kehilangan yang nyata.
Kematian (death) merupakan kondisi terhentinya pernapasan, nadi, dan
tekanan darah, serta hilangnya respon terhadap stimulus eksternal, ditandai
dengan terhentinya aktivitas listrik otak, atau dapat juga dikatakan
terhentinya fungsi jantung dan paru secara menetap atau terhentinya kerja
otak secara menetap.
Dalam melaksanakan asuhan keperawatannya, perawat harus mengetahui
konsep kematian berdasarkan agama pasien. Perawat memiliki peranan
dalam perawatan jenazah. Perawatan yang dilakukan terhadap jenazah
berbeda sesuai dengan agama pasien. Perawatan jenazah pada pasien
beragama Kristen antara lain memandikan jenazah dan memformalin
jenazah. Perawatan jenazah pasien beragama Islam antara lain,
membujurkan jenazah, memandikan jenazah, mengkafani jenazah, dan
menyolatkan jenazah. Sedangkan perawatan jenazah pasien beragama Hindu
antara lain memandikan jenazah dan membungkus jenazah dengan kain
putih.
Dalam melakukan perawatan jenazah, perawat harus mengetahui penyebab
kematian pasien, apakah karena penyakit menular atau tidak. Jika, pasien
tersebut meninggal karena penyakit menular, maka perawat harus
menggunakan alat pelindung diri saat melakukan perawatan jenazah.

DAFTAR PUSTAKA
Potter & Perry. Buku Ajar Fundamental keperawatan volume 1. Edisi 4.
Jakarta: Penerbit buku kedokteran
Kozier dkk. Fundamental of nursing concepts, process and practice. Edisi 7.
Karim, H. A. Abdul. 2002. Petunjuk Merawat Jenazah dan Shalat Jenazah.
Jakarta : Amzah
Stephen. Kematian: Perspektif Dan Sikap Teologis.
http://www.sabdaspace.net/kematian.
http://buletin-narhasem.blogspot.com/2010/01/artikel-arti-dan-makna-
kematian.html
Pemuda dan mahasiswa Buddhis.1999. Petunjuk Teknis Perawatan Jenazah
bagi Umat Beragama Buddha di Indonesia. Diakses dari
http://groups.yahoo.com/group/pemuda_buddhis/message/126.
http://sites.google.com/a/saumimansaud.org/www/kematian
http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/message/11705
http://groups.yahoo.com/group/debat-alkitab/message/12003?var=1
belajar di 00.21

http://googleweblight.com/?lite_url=http://elmanbillonx.blogspot.com/2013/
04/perawatan-jenajah.html?m%3D1&ei=dGQk8x9T&lc=id-
ID&s=1&m=521&host=www.google.co.id&ts=1476341579&sig=AF9Ned
mt1refD-pH325_Vo19Fmsqn8Fbnw

Anda mungkin juga menyukai