Oleh:
A. PENDAHULAN
Littlejohn dan Foss (2008) menyatakan bahwa teori pada dasarnya memliki 4 (empat)
pengertian. Keempat pengertian tersebut adalah: (1) teori adalah abstraksi, (2) teori
merupakan susunan atau himpunan, (3) teori adalah interpretasi tentang sesuatu hal, dan (4)
teori juga berisikan rekomendasi tentang suatu tindakan. Dari pengertian-pengertian tersebut
di atas, dapat disimpulkan bahwa teori pada dasarnya merupakan “konseptualisasi atau
penjelasan logis dan faktual tentang suatu fenomena”. Teori memiliki 3 (tiga) ciri umum.
Pertama, semua teori adalah “abstraksi” mengenai suatu hal. Dengan demikian, teori sifatnya
terbatas. Teori tentang radio kemungkinan besar tidak dapat dipergunakan untuk menjelaskan
hal-hal yang menyangkut televisi. Kedua, semua teori adalah konstruksi pemikiran yang
berisikan interpretasi mengenai suatu fenomena ciptaan individual manusia. Oleh sebab itu,
sifatnya relatif tergantung pada cara pandang si pencipta teori, sifat dan aspek hal yang
diamati, serta kondisi-kondisi lain yang mengikat seperti waktu, tempat, dan lingkungan di
sekitarnya. Ketiga, teori juga berisikan rekomendasi mengenai suatu tindakan yang dapat
dilakukan.
Berdasarkan uraian di atas, secara sederhana dapat dikatakan bahwa teori komunikasi
pada dasarnya merupakan “konseptualisasi atau penjelasan logis tentang fenomena peristiwa
komunikasi dalam kehidupan manusia”. Studi komunikasi dewasa ini telah banyak
melahirkan berbaai macam teori yang masing-masing memiliki kelebihan dan kelemahan
tersendiri. Berdasarkan kurun waktu dan pemahaman atas makna komunikasi, teori
komunikasi semakin hari berkembang seiring berkembangnya teknologi informasi yang
memakai komunikasi sebagai fokus kajiannya. Sebagai praktisi Ilmu Komunikasi penting
bagi kita untuk mengetahui teori-teori komunikasi, diantaranya theory of massage processing,
theory of reasoned action, social judgment theory, dan congnitive dissonate theory.
B. PEMBAHASAN
THEORY OF MESSAGE PROCESSING
Menurut Robert Mills Gagne, teori pembelajaran pemrosesan informasi merupakan
bagian dari teori pembelajaran cybernetic. Sederhananya, menurut teori pembelajaran
cybernetic, pembelajaran adalah pemrosesan informasi. Sebagai contoh, dalam teori ini
psikologi kognitif mempelajari proses belajar yang penting melalui hasil belajar, tetapi yang
lebih penting dari mempelajari proses belajar itu sendiri adalah sistem informasi yang pada
akhirnya menentukan peningkatan proses belajar. Model pembelajaran yang dikembangkan
oleh Gagne didasarkan pada teori pemrosesan informasi berikut.
• Rangsangan yang diterima dari panca indera dikirim ke pusat saraf dan diproses sebagai
informasi.
• Informasi dipilih secara selektif, sebagian dibuang, sebagian disimpan dalam memori
jangka pendek, sebagian disimpan dalam memori jangka panjang.
• Memori tersebut bercampur dengan memori yang ada dan dapat diperoleh setelah
diproses.
Menurut Atkinson, orang mengambil informasi melalui indera mereka. Menerima
informasi pertama melalui indera disebut memori sensorik (sensory memory). Informasi dari
indera visual berlangsung kurang dari 1 detik dalam memori sensorik, sedangkan informasi
dari indera pendengaran berlangsung selama 3-4 detik. Jika Anda mengabaikan informasi, itu
akan hilang. Namun, dengan hati-hati, informasi tersebut diteruskan ke memori jangka
pendek dan dapat disimpan hingga 15 detik. Apa yang terjadi dengan informasi dalam
memori jangka pendek? Jika Anda tidak mengulanginya, Anda akan kehilangan ingatan
Anda. Namun, ketika pengulangan terjadi, informasi dapat diteruskan ke memori jangka
panjang (long-term memory). Akinson juga berpendapat bahwa memori jangka panjang dapat
menyimpan informasi untuk waktu yang sangat lama, tergantung bagaimana ia digunakan.
Ketika teknik menyampaikan informasi ke memori jangka panjang berulang atau melalui
proses memori dan memori. Cara kedua untuk menyampaikan informasi ke memori jangka
panjang adalah dengan menggunakan pengkodean. Yang penting adalah menghubungkan
informasi baru dengan berbagai informasi lama yang sebelumnya tersimpan dalam memori
jangka panjang. Cara kedua adalah menyimpan informasi dalam memori lebih lama. Juga,
memahami semua informasi lebih berguna dalam aplikasi kehidupan sehari-hari. Berbagai
informasi yang disimpan dalam memori jangka panjang dapat diambil dari memori jangka
pendek kapan pun diperlukan (seperti masalah tertentu).
Tahap-tahap Pemrosesan Inforamsi
1. Identifikasi stimulus sebagai persepsi
Fase identifikasi stimulus adalah fase persepsi yang menganalisis informasi dari sumber
seperti penglihatan, pendengaran, sentuhan, dan penciuman. Identifikasi rangsangan
merupakan awal dari rangkaian persepsi rangsangan yang diperoleh seseorang dengan
memberikan analisis lingkungan dari suatu sumber. Stimulus ini adalah bentuk khas untuk
memilih spons yang memberikan bentuk stimulus (Riyadi, 2011).
2. Seleksi respon sebagai keputusan
Pada fase seleksi terdapat berbagai kemungkinan pilihan respon yang perlu diberikan
terhadap stimulus, dan pilihan respon tersebut disesuaikan dengan kondisi lingkungan.
Berbagai kemungkinan bentuk gerakan diprogram untuk merespon rangsangan yang
terjadi. Fase pemilihan respon dimulai ketika fase pertama memberikan informasi tentang
jenis stimulus yang masuk. Selain itu, tugas memilih respons ini adalah menentukan
gerakan yang akan dilakukan sesuai dengan stimulus.
3. Pemrograman respon sebagai aksi
Dalam pemrograman reaksi, organisasi tugas sistem motorik adalah dasar dari reaksi
dinamis. Sebelum memicu respons dinamis dalam respons, program respons
memperhitungkan bentuk stimulus yang diidentifikasi pada langkah sebelumnya. Saat
tahapan proses pemrosesan informasi berlangsung, pola rencana perjalanan terbentuk
dalam ingatan. Pola perencanaan yang berinteraksi dengan lingkungan yang merangsang
pada akhirnya menjadi respon motorik, seperti yang ditunjukkan individu.
Karakteristik Teori Pemrosesan informasi
Proses ini berarti bagaimana seseorang menerima banyak informasi dan
mengingatnya dalam waktu yang lama. Pendekatan pemrosesan informasi memiliki tiga
fungsi utama, yaitu proses pembelajar/ proses berfikir, mekanisme perubahan, dan perubahan
diri (Arif Mustofa, 2012).
1. Proses berfikir
Robert Siegler berpendapat bahwa berpikir adalah pemrosesan informasi, memberikan
penjelasan ketika kita merasakan informasi, mengkodekannya, menyajikannya, dan
menyimpannya. Proses berpikir adalah suatu pendekatan pembelajaran yang
menggunakan konsep-konsep pembelajaran berupa kategori-kategori yang
mengelompokkan objek, peristiwa, dan ciri-ciri berdasarkan sifat-sifat umum.
2. Mekanisme pengubah
Robert Sieger berpendapat dalam pemrosesan informasi fokus utamanya adalah Tentang
peran mekanisme pengubah dalam pembangunan. Ada empat mekanisme yang bekerja
untuk mengubah kemampuan kognitif:
a. Pengkodean (encoding)
Encoding adalah proses memasukkan informasi ke dalam memori. Mirip dengan teori
Gagne, yang dia nyatakan dipilih secara selektif, pengkodean adalah aspek utama dari
pemecahan masalah, mengabaikan informasi yang tidak relevan dan pengkodean
informasi yang relevan.
b. Konstruksi strategi
Pembangunan strategi adalah penemuan cara baru untuk memproses informasi. Dalam
hal ini, Sieger mencatat bahwa kita perlu menyajikan informasi penting untuk
masalah, menyesuaikan informasi penting dengan masalah, dan menyesuaikan
pengetahuan dan informasi sebelumnya yang relevan untuk memecahkan masalah.
c. Generalisasi
Generalisasi diperlukan untuk mendapatkan hasil maksimal dari strategi baru. Kita
perlu menggeneralisasi strategi atau menerapkannya pada masalah lain. Transfer
terjadi ketika kita menggunakan pengalaman dan pengetahuan sebelumnya untuk
belajar dalam situasi baru dan memecahkan masalah.
d. Modifikasikan diri
Koreksi diri dalam pengolahan informasi termasuk dalam metakognisi. Metakognisi
berarti pengetahuan tentang kognisi atau pengetahuan. Ini termasuk pengetahuan
kognitif dan aktivitas kognitif. Pengetahuan kognitif melibatkan mengamati dan
merenungkan pikiran seseorang saat ini. Aktivitas kognitif terjadi ketika secara sadar
menyesuaikan dan mengontrol strategi berpikir saat memecahkan masalah dan
merenungkan tujuan.
Contoh Kasus:
Pendekatan teori pemrosesan informasi banyak digunakan sebagai strategi
pembelajaran di kelas. Sebagai orang tua, menjadi akrab dengan teori pemrosesan informasi
memberi Anda pemahaman yang lebih baik tentang bagaimana anak Anda dapat mempelajari
berbagai hal di sekolah. Tapi itu juga bisa memberikan kerangka belajar yang bisa Anda
gunakan di rumah. Berikut adalah beberapa contoh pendekatan teori pemrosesan informasi
dalam konteks kelas:
• Prinsip : Menarik perhatian siswa.
Contoh : Gunakan petunjuk untuk memberi sinyal saat Anda siap untuk memulai hari
atau pelajaran.
• Prinsip : Mengangkat topik relevan yang telah dipelajari sebelumnya.
Contoh : Meninjau dan/atau mendiskusikan pelajaran hari sebelumnya.
• Prinsip : Tunjukkan kepada siswa bagaimana mengkategorikan informasi serupa.
Contoh : Menyajikan informasi baru yang dikelompokkan ke dalam kategori dan
mengajarkan penalaran induktif.
• Prinsip : Memfasilitasi pengulangan sebagai cara untuk belajar.
Contoh : Memasukkan bagian dari pelajaran hari sebelumnya saat menyajikan
informasi baru.
C. KESIMPULAN
Teori pemrosesan informasi merupakan bagian dari pembelajaran sibernetik yang
berfokus pada pemrosesan informasi. Menurut teori ini, informasi dikategorikan menjadi tiga
jenis: sensorik, jangka panjang, dan jangka pendek. Memori sensorik menyimpan informasi
dari mata, sedangkan memori jangka panjang menyimpan informasi dari otak. Informasi
disimpan dalam memori jangka pendek, yang dapat digunakan untuk tugas jangka pendek
atau informasi jangka panjang. Theory of Reasoned Action (TRA) menjelaskan tindakan
berdasarkan hasil suatu tindakan dan pengaruhnya terhadap norma sosial dan tindakan
individu. Norma subjektif menggambarkan kemampuan individu dalam melakukan tindakan
normal dan memberikan kontribusi terhadap tindakan individunya. Teori akal tindakan yang
dikembangkan oleh Ajzen dan Fishbein mengemukakan bahwa keputusan yang baik tentang
suatu tindakan didasarkan pada niat individu. Tiga komponen teori tersebut adalah niat
(keyakinan perilaku), konsekuensi (penilaian terhadap akibat), sikap (attitude), dan keyakinan
normatif (motivasi untuk patuh). Social Judgement Theory menyatakan bahwa pesan
disampaikan kepada seseorang berdasarkan ego involvement yang membantu menentukan
perilaku selanjutnya (attitude) sebagai respons dari pesan yang diterima. Teori menyatakan
bahwa lingkungan sosial dalam interaksi dengan orang lain menciptakan penilaian manusia,
yang sekaligus menjadi upaya dalam memahami proses penilaian harus dihadapi oleh
masing-masing orang. Teori disonansi kognitif Leon Festinger adalah teori penting dalam
psikologi sosial dan bagian dari teori kognitif, dengan fokus pada inkonsistensi antara kognisi
dan kognisi, dan telah menjadi subjek penelitian ekstensif.
Referensi
Boer, rino F, Dionisius Lesmana. 2018. EksplorasiFaktor Beliefs dan Attitudes: Kajian
TerhadapSocial Judgement Theory di Era Media Digital. Bricolage Vol.4 (No.
1)
Griffin, E. 2006. A First Look at Communication Theory. New York: McGraw-Hill
Hogg, Michael A. 1995. Social Psychology: An Introduction. Prentice Hall
Karen G, Barbara K, and Visnawath. 2008. Health Behavior and Health Education (Theory,
Risearch, and Practice). San Fransisce: Jossey Bass.
Krisyantono, Rachmad. 2024. Teori-teori Public Relations Perspektif Barat & Lokal:
Aplikasi Penelitian dan Praktik. Jakarta: PT Fajar Interpratama Mandiri
Lezin Nicole, Theories & Approaches - Theory of Reasoned Action (TRA). 2007
Morissan. 2021. Teori Komunikasi Individu Hingga Massa. Jakarta: Prenada Media
Muzni, Nurlianti, Dwi Aji Budiman. (2021). Studi Social Judgment Perilaku Gen-Z di
Bengkulu Selama Masa Pandemi Study of Sosial Judgment of Gen-Z Behavior
in Bengkulu During Pandemic. Jurnal Komunikasi dan Budaya Vo.2 (No.2)
Ningsih, Sri Wahyu. 2012. Teori Disonansi Kognitif. Jurnal Komunikasi. Vol 6 (No. 2)
Rehalat, Aminah. 2014. Model Pembelajaran Pemrosesan Informasi. Jurnal Pendidikan Ilmu
Sosial. Vol. 23 (No.2)
Riyadi, Slamet. 2011. Pemrosesan Informasi dalam Belajar Gerak. Jurnal Ilmiah SPIRIT.
ISSN:1411-83191 (No. 2)
Suprapto, Anas. 2015. Pengembangan Metodologi Pembelajaran PAI melalui Teori
Pemrosesan Informasi dan Teori Neuroscience. J-PAI: Jurnal Pendidikan
Agama Islam. Vol.2 (No.1)
Suryana, Ermis. 2022. Teori Pemrosesan Informasi Dan Implikasi Dalam Pembelajaran.
Jurnal Ilmiah Mandala Education (JIME). Vol 8
Smert, Bart. 1995. Psikologi Kesehatan. Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia.
West, Richard. 2007. Teori Komunikasi Analisis dan Aplikasi. Jakarta: Salemba Humanika