Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

PEMROSESAN INFORMASI DALAM BELAJAR


PSIKOLOGI PENDIDIKAN

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 6
1. FERNANDO RIZKI (16086342)
2. IRHAMIYAH KEMIL KAMELINA (17029096)
3. JIHAN HUMAIRA (17029100)
4. MEGGI ZHOLANDA (16086365)
5. MUSTAFA AJI (16086377)

DOSEN PEMBIMBING : Dra. KHAIRANI, M.Pd. kons.

Lembaga Pengembangan Pendidikan Dan Penjaminan Mutu (LP3M)


Pusat Pengembangan Pembelajaran
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2017
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Belajar adalah proses yang terdapat perubahan akibat interaksi individu dengan
lingkungan. Banyak para ahli mendefinisikan pengertian belajar, salah satunya adalah
menurut Ahmadi dan Widodo (2006:128) yang menyatakan bahwa belajar merupakan suatu
proses perubahan yaitu perubahan didalam tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan
lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.

Informasi adalah pengetahuan yang didapat dari pembelajaran, pengalaman atau


instruksi. Dalam beberapa hal pengetahuan tentang situasi yang telah dikumpulkan atau
diterima melalui proses komunikasi, pengumpulan intelejan dan didapatkan dari berita, juga
disebut informasi. Informasi yang berupa koleksi data dan fakta dinamakan informasi
statistik. Dalam bidang ilmu komputer, informasi adalah data yang disimpan, diproses atau
ditransmisikan. Penelitian ini memokuskan pada definisi informasi sebagai pengetahuan yang
didapatkan dari pembelejaran, pengalaman, dan instruksi.

Dalam pemrosesan informasi perlu adanya proses sensasi, atensi, persepsi, dan
memori. Tiap proses-proses tersebut ada karakteristik tersendiri. Misalnya pada proses sensasi
yaitu proses menangkap informasi. Proses atensi yaitu pemusatan pikiran, persepsi yaitu
anggapan seseorang terhadap sesuatu dan memori adalah ingatan seseorang.

Model pemrosesan informasi beranggapan bahwa anak-anak mempunyai kemampuan


yang lebih terbatas dan berbeda dengan orang dewasa. Anak-anak tidak dapat menyerap
banyak informasi, kurang sistematis dalam hal informasi apa yang diserap, tidak banyak
mempunyai strategi untuk mengatasi masalah, tidak mempunyai banyak pengetahuan
mengenai dunia yang diperlukan untuk memahami masalah, dan kurang mampu memonitor
kerja proses kognitifnya.

Perkembangan anak yang optimal merupakan tujuan para psikolog perkembangan,


maka sangat relevan jika individu-individu yang berkecimpung dibidang ini melakukan
penelitian yang tujuanya bermuara pada meningkatkan kemampuan pemrosesan informasi.

B. Rumusan Masalah
1. Apa konsep dari sensasi, atensi, persepsi dan memori?
2. Apa faktor-faktor yang mempengaruhi pemrosesan informasi?
3. Bagaimana pemanfaatan pemrosesan informasi dalam belajar?
4. Bagaimana proses terjadinya kelupaan dalam belajar?
5. Apa factor-faktor penyebab lupa?
6. Bagaimana kiat mengurangi lupa dalam belajar?

C. Tujuan
1. Memahami konsep dari sensasi, atensi, persepsi, dan memori.
2. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pemrosesan informasi.
3. Mengetahui pemanfaatan pemrosesan informasi dalam belajar.
4. Mengetahui proses terjadinya lupa dalam belajar.
5. Mengetahui faktor-faktor penyebab lupa.
6. Mengetahui kiat-kiat dalam mengurangi lupa dalam belajar.

D. Manfaat
1. Sebagai referensi untuk mempelajari materi pemrosesan informasi dalam belajar pada
matakuliah psikologi pendidikan.
2. Sebagai referensi dalam membuat tulisan-tulisan yang berkaitan dengan materi pemrosesan
informasi dalam belajar.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Sensasi, Atensi, Persepsi dan Memori
1. Sensasi
Sensasi berasal dari kata sense artinya alat penginderaan yang menghubungkan
organisme dengan lingkungannya. . Sedangkan menurut Ormrod (2009:272) Sensasi adalah
kemampuan orang untuk mendeteksi stimulti di lingkungan. Bila alat-alat indera mengubah
informasi menjadi impuls-impuls syaraf dengan bahasa yang dipahami oleh otak maka
terjadilah sensasi. Sensasi adalah pengalaman elementer yang segera, tidak memerlukan
penguraian verbal, simbolis atau konseptual dan terutama sekali berhubungan dengan
kegiatan alat indera. Fungsi alat indera dalam menerima informasi sangat penting, melalui alat
indera, manusia dapat memahami kualitas fisik lingkungannya, memperoleh pengetahuan dan
kemampuan untuk berinteraksi dengan dunianya

2. Atensi
Atensi berasal dari kata Attention yang artinya adalah perhatian. Atensi adalah
pemusatan pikiran, dalam bentuk yang jernih dan gamblang, terhadap sejumlah objek
stimulan atau sekelompok pikiran. Pemusatan (focalization) kesadaran adalah intisari atensi.
Atensi mengimplikasikan adanya pembagian objek-objek lain agar kita sanggup menangani
objek-objek secara selektif. Hal ini sejalan dengan pendapat Santrock (2010:313) atensi
adalah mengonsentrasikan dan memfokuskan (memusatkan) sumber daya mental.

3. Persepsi
Persepsi berasal dari kata perception yang artinya tanggapan daya memahami atau
memahami sesuatu. Slameto (2010:102) mengidentifikasi persepsi sebagai berikut:
“Persepsi adalah proses yang menyangkut masuknya pesan atau informasi kedalam otak
manusia. Melalui persepsi manusia terus menerus mengadakan hubungan dengan
lingkungannya. Hubungan ini dilakukan lewat indranya, yaitu indra penglihatan, pendengar,
peraba, perasa, dan pencium”.
Persepsi merupakan tanggapan yang dihasilkan dari pengamatan. Tanggapan adalah
gambaran atau berkas yang tinggal dalam ingatan setelah seseorang melakukan pengamatan.
Tanggapan ini akan memberikan pengaruh terhadap perilaku belajar siswa. Pendapat ini
mengandung makna bahwa dalam proses belajar mengajar akan timbul suatu tanggapan dari
siswa, tanggapan ini akan mempengaruhi perilaku siswa selanjutnya. Dengan kata lain
tingkah laku siswa dalam belajar ditentukan oleh bagaimana tanggapannya tentang objek atau
sesuai yang diamatinya.

4. Memori
Memori atau ingatan adalah retensi informasi. Para psikolog pendidikan mempelajari
bagimana informasi diletakan atau disimpan dalam memori, bagaimana ia dipertahankan atau
disimpan setelah disandikan (encoded), dan bagaimana ia ditemukan dan diungkapkan
kembaliuntuk tujuan tertentu dikemudian hari. Memori membuat diri kita merasa
berkesinambungan (Schacter, 2001 dalam Santrock, 2010:312).
Menurut Suyono (2012:77), ada tiga macam sistem penyimpanan ingatan, yaitu:
a. Memori sensori (sensory memory), suatu sistem mengingat stimulti secara cepat
sehingga dapat berlangsung analisis persepsi, di sini proses berlangsung selama 3-5 detik,
masukan utamanya dari penglihatan dan suara.
b. Memori kerja (working memory), merupakan memori jangka pendek, short-term
memory (STM), mampu menyimpan 5-9 informasi dalam waktu sekitar 15-20 detik, sehingga
cukup waktu bagi pengelolaan informasi. Dalam hal ini, informasi yang diberi kode (decode)
serta persepsi setiap individu akan menentukan apa yang disimpan dalam memori kerja.
c. Memori jangka panjang, longterm memory (LTM), berfungsi menyimpan informasi
yang sangat besar dalam waktu yang lama. Informasi yang tersimpan di dalamnya dapat
dalam bentuk verbal maupun visual.
Ada beberapa proses yang berkaitan dengan memori. Santrock membaginya atas tiga,
yaitu:
a. Encoding, adalah proses pemasukan informasi ke dalam memori. Encoding memiliki
banyak kemiripan dengan atensi dan pembelajaran. Untuk mengawali proses encoding,
anak harus memperhatikan informasi.
b. Penyimpanan (storage), adalah retensi informasi dari waktu ke waktu.
c. Pengambilan kembali (retrieval), adalah mengambil informasi dari simpanan memori
ketika dibutuhkan.

B. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemrosesan Informasi


Adapun faktor yang mempengaruhi pemrosesan informasi dalam belajar yaitu:
1. Faktor internal (psikologis dan fisiologis) dan eksternal
2. Tidak semua individu mampu melatih memori secara maksimal
3. Proses internal yang tidak dapat diamati secara langsung
4. Tingkat kesulitan mengungkap kembali informasi-informsi yang telah disimpan dalam
ingatan
5. Kemampuan otak tiap individu tidak sama.

C. Pemamfaatan Pemrosesan Informasi dalam Belajar


Pemanfaatan pemprosesan informasi dalam belajar yaitu :
1. Membantu terjadinya proses pembelajaran sehungga individu mampu beradaptasi pada
lingkungan yang selalu berubah.
2. Menjadikan strategi pembelajaran dengan menggunakan cara berpikir yang berorientasi
pada proses lebih menonjol.
3. Kapasilitas belajar dapat disajikan secara lengkap.
4. Prinsip perbedaan individual terlayani.

D. Lupa dalam Belajar


Lupa merupakan istilah yang sangat populer di masyarakat. Dari hari ke hari dan
bahkan setiap waktu pasti ada orang-orang tertentu yang lupa akan sesuatu, entah hal itu
tentang peristiwa atau kejadian di masa lampau atau sesuatu yang akan dilakukan, mungkin
juga sesuatu yang baru saja dilakukan. Fenomena dapat terjadi pada siapapun juga, tak peduli
apakah orang itu anak-anak, remaja, orang tua, guru, pejabat, profesor, petani dan sebaginya
(Djamarah,2008:206).
1. Proses Terjadinya Lupa dalam Belajar
Daya ingatan kita tidak sempurna. Banyak hal-hal yangpernah diketahui, tidak dapat diingat
kembali atau dilupakan.
Dewasa ini ada empat cara untuk menerangkan proses lupa keempatnya tidak saling
bertentangan, melainkan saling mengisi
a. Apa yang telah kita ingat, disimpan dalam bagian tertentu diotak kalau materi yang harus
diingat itu tidak pernah digunakan, maka karena proses metabolisme otak, lambat laun jejak
materi itu terhapus dari otak sehingga kita tidak dapat mengingatnya kembali. Jadi, karena
tidak digunakan, materi itu lenyap sendiri.
b. Mungkin pula materi itu tidak lenyap begitu saja, melainkan mengalami perubahan-
perubahan secara sistematis, mengikuti prinsip-prinsip sebagai berikut:
1) Penghalusan: materi berubah bentuk ke arah bentuk yang lebih simatris, lebih halus dan
kurang tajam, sehingga bentuk yang asli tidak diingat lagi.
2) Penegasan: bagian-bagian yang paling mencolok dari suatu hal adalah yang paling
mengesankan. Karena itu, dalam ingatan bagian-bagian ini dipertegas, sehingga yang
diingat hanyalah bagian-bagian yang mencolok, sedangkan bentuk keseluruhan tidak
begitu diingat.
3) Asimilasi: bentuk yang mirip botol misalnya, akan kita ingat sebagai botol, sekalipun
bentuk itu bukan botol. Dengan demikian, kita hanya ingat sebuah botol, tetapi tidak
ingat bentuk yang asli. Perubahan materi di sini disebabkan bagaimana wajah orang itu
tidak kita ingat lagi.
c. Kalau mempelajari hal yang baru, kemungkinan hal-hal yang sudah kita ingat, tidak dapat
kita ingat lagi. Dengan kata lain, materi kedua menghambat diingatnya kembali materi
pertama. Hambatan seperti ini disebut hambatan retroaktif. Sebaliknya, mungkin pula materi
yang baru kita pelajari tidak dapat masuk dalam ingatan, karena terhambat oleh adanya
materi lain yang terlebih dahulu dipelajari, hambatan seperti ini disebut hambatan proaktif.
d. Ada kalanya kita melakukan sesuatu. Hal ini disebut represi. Peristiwa-peristiwa
mengerikan, menakutkan, penuh dosa, menjijikan dan sebagainya, atau semua hal yang tidak
dapat diterima oleh hati nurani akan kita lupakan dengan sengaja (sekalipun proses lupa
yang sengaja ini terkadang tidak kita sadari, terjadi diluar alam kesadaran kita). Pada
bentuknya yang ekstrim, represi dapat menyebabkan amnesia, yaitu lupa nama sendiri,
orang tua, anak dan istri dan semua hal yang bersangkut paut dirinya sendiri. Amnesia ini
dapat itolong atau disembuhkan melalui psikoterapi atau melalui suatu peristiwa yang sangat
dramatis sehingga menimbulkan kejutan kejiwaan pada penderita(Fauzi dan Mutmainah,
2005: 52-54).
2. Faktor-Faktor Penyebab Lupa
Menurut Ormrod (2008:308-309), ada empat kemungkinan (faktor) penyebab lupa,
yaitu:
a. Kegagalan untuk memanggil kembali (inability to retrieve), adalah kegagalan untuk
menemukan informasi yang ada dalam memori jangka panjang.
b. Kesalahan Rekonstruksi (reconstruction error), konstruksi “memori” yang logis namu
salah dengan menggabungkan informasi yang dipanggil dari memori jangkan panjang
dengan pengetahuan dan keyakinan umum seseorang tentang dunia.
c. Interferensi, Fenomena dimana sesuatu yang disimpan dalam memori jangka panjang
menghambat kemampuan seseorang untuk mengingat sesuatu yang lain dengan benar.
Atau, kegagalan informasi karena terhalang dengan informasi lain.
d. Kerusakan informasi (decay), pelemahan bertahap informasi yang disimpan dalam
memori jangka panjang, terutama jika informasi tersebut jarang digunakan.
Selain itu, ada beberapa hal lain yang menyebabkan lupa
a. Lupa dapat terjadi pada siswa karena perubahan situasi lingkungan antara waktu belajar
dengan waktu mengingat kembali. Jika seorang siswa hanya mengenal atau mempelajari
hewan jerapah atau kudanil lewat gambar-gambar yang ada di sekolah misalnya, maka
kemungkinan ia akan lupa menybut nama hewan-hewan tadi ketika melihatnya di kebun
binatang.
b. Lupa dapat terjadi karena perubahan sikap dan minat siswa terhadap proses belajar
mengajar dengan tekun dan serius, tetapi karna sesuatu hal sikap dan minat siswa
tersebut menjadi sebaliknya (seperti karena ketidaksenangan kepada guru) maka materi
pelajaran itu akan mudah terlupakan.
c. Lupa dapat terjadi karena materi pelajaran yang telah dikuasai tidak pernah digunakan
atau dihafalkan siswa. Menurut asumsi sebagian ahli, materi yang diperlakukan
demikian denga sendirinya akan masuk ke alam bawah sadar atau mungkin juga
bercampur aduk dengan materi pelajaran baru.
d. Lupa tentu saja dapat terjadi karena perubahan urat syaraf otak. Seorang siswa yang
terserang penyakit tertentu seperti keracunan, kecanduan alkohol, dan geger otak akan
kehilangan ingatan item-item informasi yang ada dalam memori permanennya.
3. Kiat Mengurangi Lupa dalam Belajar
Kiat terbaik untuk mengurangi lupa adalah dengan cara meningkatkan daya ingat akal siswa.
Banyak ragam kiat yang dapat dicoba siswa dalam meningkatkan daya ingatannya adalah
sebagai berikut:
a. Over learning
Over learning (belajar lebih) artinya upaya belajar yang melebihi batas penguasaan dasar atas
materi pelajaran tertentu. Overlearning terjadi apabila respons atau reaksi tertentu muncul
setelah siswa melakukan pembelajaran atau respons tersebut dengan cara di luar kebiasaan.
Banyak contoh yang dapat dipakai untuk overlearning, antara lain pembacaan teks pancasila
pada setiap hari senin dan sabtu memungkinkan ingatan siswa terhadap P4 lebih kuat.
b. Extra Study Time
Extra Study Time (tambahan waktu belajar) ialah upaya penambahan alokasi waktu belajar
materi tertentu berarti siswa menambah jam belajar. Penambahan frekuensi belajar berarti
siswa meningkatkan kekerapan belajar materi tertentu. Kiat ini dipandang cukup strategis
karena dapat melindungi memori dari kelupaan.
c. Mnemonic Device
Mnemonic device (muslihat memori) yang sering juga disebut mnemonic itu berarti kiat
khusus yang dijadikan “alat pengait” mental untuk memasukkan item-item informasi ke
dalam sistem akal siswa.
d. Pengelompokkan
Maksud kiat pengelompokkan (clustering) ialah menata ulang item-item materi menjadi
kelompok-kelompok kecil yang dianggap lebih logis dalam arti bahwa item-item tersebut
memiliki signifikansi dan lafal yang sama atau sangat mirip.
e. Latihan Terbagi
Lawan latihan terbagi (distributed practice) adalah massed practice (latihan terkumpul) yang
sudah dianggap tidak efektif karena mendorong siswa melakukan cramming. Dalam latihan
terbagi siswa melakukan latihan-latihan waktu-waktu istirahat. Upaya demikian dilakukan
untuk menghindari camming, yakni belajar banyak materi secara tergesa-gesa dalam waktu
yang singkat. Dalam melaksanakan istributed practice, siswa dapat menggunakan berbagai
metode dan strategi belajar yang efisien.
f. Pengaruh Letak Bersambung
Untuk memperoleh efek positif dari pengaruh letak bersambung (the serial position effect),
siswa dianjurkan menyusun daftar kata-kata (nama, istilah dan sebagainya) yang diawali dan
diakhiri dengan kata-kata yang harus diingat. Kata-kata yang harus diingat siswa tersebut
sebaiknya ditulis dengan menggunakan huruf dan warna yang mencolok agar tampak sangat
berbeda dari kata-kata yang lainnya yang tidak perlu diingat. Dengan demikian, kata yang
ditulis pada awal yang akhir daftar tersebut memberi kesan tersendiri dan diharapkan melekat
erat dalam subsistem akal permanen siswa (Syah, 1996: 160-164).
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari penjabaran dari bab di atas maka dapat disimpulkan:
1. Sensasi adalah kemampuan orang untuk mendeteksi stimulti di lingkungan.
2. Atensi adalah pemusatan atau pemfokusan pikiran terhadap suatu hal.
3. Persepsi adalah tanggapan terhadap sesuatu
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi pemrosesan informasi: faktor internal (psikologis dan
fisiologis) dan eksternal, tidak semua individu mampu melatih memori secara maksimal,
proses internal yang tidak dapat diamati secara langsung, tingkat kesulitan mengungkap
kembali informasi-informsi yang telah disimpan dalam ingatan, dan kemampuan otak tiap
individu tidak sama.
5. Pemanfaatan pemprosesan informasi dalam belajar yaitu: membantu terjadinya proses
pembelajaran sehungga individu mampu beradaptasi pada lingkungan yang selalu berubah,
menjadikan strategi pembelajaran dengan menggunakan cara berpikir yang berorientasi pada
proses lebih menonjol, kapasilitas belajar dapat disajikan secara lengkap, dan prinsip
perbedaan individual terlayani.
6. Faktor-faktor penyebab lupa: ketidakmampuan untuk mengingat kembali, kesalahan
rekonstruksi, interferensi, dan kerusakan informasi.
7. Beberapa kiat dalam mengurangi lupa dalam belajar yaitu: Over learnig, sxtra study time,
mnemonic device, pengelomppokan, latihan tinggi dan pengaruh letak bersambung.

B. Saran
Untuk mendapatkan sumber yang lebih sebaiknya membaca literature-literatur yang
mendukung untuk materi ini.

Anda mungkin juga menyukai