PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Belajar adalah proses yang terdapat perubahan akibat interaksi individu dengan
lingkungan. Banyak para ahli mendefinisikan pengertian belajar, salah satunya adalah menurut
Ahmadi dan Widodo (2006:128) yang menyatakan bahwa belajar merupakan suatu proses
perubahan yaitu perubahan didalam tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya
dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.
Dalam pemrosesan informasi perlu adanya proses sensasi, atensi, persepsi, dan memori.
Tiap proses-proses tersebut ada karakteristik tersendiri. Misalnya pada proses sensasi yaitu
proses menangkap informasi. Proses atensi yaitu pemusatan pikiran, persepsi yaitu anggapan
seseorang terhadap sesuatu dan memori adalah ingatan seseorang.
Model pemrosesan informasi beranggapan bahwa anak-anak mempunyai kemampuan yang lebih
terbatas dan berbeda dengan orang dewasa. Anak-anak tidak dapat menyerap banyak informasi,
kurang sistematis dalam hal informasi apa yang diserap, tidak banyak mempunyai strategi untuk
mengatasi masalah, tidak mempunyai banyak pengetahuan mengenai dunia yang diperlukan
untuk memahami masalah, dan kurang mampu memonitor kerja proses kognitifnya.
Perkembangan anak yang optimal merupakan tujuan para psikolog perkembangan, maka sangat
relevan jika individu-individu yang berkecimpung dibidang ini melakukan penelitian yang
tujuanya bermuara pada meningkatkan kemampuan pemrosesan informasi.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
.
BAB II
PEMBAHASAN
4. Konsep Memori
Memori adalah system yang sangat berstruktur yang menyebabkan organisme
sanggup merekam fakta tentang dunia dan menggunakan pengetahuannya untuk
membimbing perilakunya. Setiap stimuli menenai indera kita, setiap saat pula stimuli itu
direkamsecarasadaratautidak sadar.
Memori melewati tiga proses :
a. Perekaman (encoding) adalah pencatatan informasi melalui reseptor indera dan sirkit
syaraf internal.
b. Penyimpanan (strorage) adalah menentukan berapa lama informasi itu berada beserta
kita, dalam bentuk apa dan dimana, penyimpanan bisa aktif atau pasif. Secara aktif
bila kita menambahkan informasi tambahan, kita mengisi informasi yang tidak
lengkap dengan kesimpulan kita sendiri (inilah desas-desus menyebar lebih banyak
dari volume asal). Secara pasif terjadi tanpa penambahan.
c. Pemanggilan (retrieval), dalam bahasa sehari-hari, mengingat lagi adalah
menggunakan informasi yang disimpan.
Adapun faktor yang mempengaruhi pemprosesan informasi dalam belajar yaitu:
1. Faktor internal (psikologis dan fisiologis) dan eksternal
2. Tidak semua individu mampu melatih memori secara maksimal
3. Proses internal yang tidak dapat diamati secara langsung
4. Tingkat kesulitan mengungkap kembali informasi-informsi yang telah disimpan
dalam ingatan
5. Kemampuan otak tiap individu tidak sama.
Pemanfaatan pemprosesan informasi dalam belajar yaitu :
Membantu terjadinya proses pembelajaran sehungga individu mampu
beradaptasi pada lingkungan yang selalu berubah.
Menjadikan strategi pembelajaran dengan menggunakan cara berpikir yang
berorientasi pada proses lebih menonjol.
Kapasilitas belajar dapat disajikan secara lengkap.
Prinsip perbedaan individual terlayani.
Factor internal adalah factor-faktor yang berasal dari dalam diri individu dan
dapat memengaruhi hasil belajar individu. Factor-faktor internal ini meliputi factor
fisiologis dan factor psikologis.
a. Factor fisiologis
2. Factor-faktor eksternal
Faktor-faktor eksternal yang memengaruhi balajar dapat digolongkan menjadi dua
golongan, yaitu factor lingkungan social dan factor lingkungan nonsosial.
1) Lingkungan social
Dewasa ini ada empat cara untuk menerangkan proses lupa, yaitu ;
- Apa yang telah kita ingat, disimpan dalam bagian tertentu diotak kalau materi yang
harus diingat itu tidak pernah digunakan, maka karena proses metabolisme otak, lambat
laun jejak materi itu terhapus dari otak sehingga kita tidak dapat mengingatnya kembali.
Jadi, karena tidak digunakan, materi itu lenyap sendiri.
- Mungkin pula materi itu tidak lenyap begitu saja, melainkan mengalami perubahan-
perubahan secara sistematis, mengikuti prinsip-prinsip sebagai berikut:
1) Penghalusan: materi berubah bentuk ke arah bentuk yang lebih simatris, lebih halus
dan kurang tajam, sehingga bentuk yang asli tidak diingat lagi.
2) Penegasan: bagian-bagian yang paling mencolok dari suatu hal adalah yang paling
mengesankan. Karena itu, dalam ingatan bagian-bagian ini dipertegas, sehingga yang
diingat hanyalah bagian-bagian yang mencolok, sedangkan bentuk keseluruhan tidak
begitu diingat.
3) Asimilasi: bentuk yang mirip botol misalnya, akan kita ingat sebagai botol,
sekalipun bentuk itu bukan botol. Dengan demikian, kita hanya ingat sebuah botol, tetapi
tidak ingat bentuk yang asli. Perubahan materi di sini disebabkan bagaimana wajah orang
itu tidak kita ingat lagi.
- Kalau mempelajari hal yang baru, kemungkinan hal-hal yang sudah kita ingat, tidak
dapat kita ingat lagi. Dengan kata lain, materi kedua menghambat diingatnya kembali
materi pertama. Hambatan seperti ini disebut hambatan retroaktif. Sebaliknya, mungkin
pula materi yang baru kita pelajari tidak dapat masuk dalam ingatan, karena terhambat
oleh adanya materi lain yang terlebih dahulu dipelajari, hambatan seperti ini disebut
hambatan proaktif.
- Ada kalanya kita melakukan sesuatu. Hal ini disebut represi. Peristiwa-peristiwa
mengerikan, menakutkan, penuh dosa, menjijikan dan sebagainya, atau semua hal yang
tidak dapat diterima oleh hati nurani akan kita lupakan dengan sengaja (sekalipun proses
lupa yang sengaja ini terkadang tidak kita sadari, terjadi diluar alam kesadaran kita). Pada
bentuknya yang ekstrim, represi dapat menyebabkan amnesia, yaitu lupa nama sendiri,
orang tua, anak dan istri dan semua hal yang bersangkut paut dirinya sendiri. Amnesia ini
dapat itolong atau disembuhkan melalui psikoterapi atau melalui suatu peristiwa yang
sangat dramatis sehingga menimbulkan kejutan kejiwaan pada penderita.
1. Lupa dapat terjadi pada siswa karena perubahan situasi lingkungan antara waktu
belajar dengan waktu mengingat kembali. Jika seorang siswa hanya mengenal atau
mempelajari hewan jerapah atau kudanil lewat gambar-gambar yang ada di sekolah
misalnya, maka kemungkinan ia akan lupa menybut nama hewan-hewan tadi ketika
melihatnya di kebun binatang.
2. Lupa dapat terjadi karena perubahan sikap dan minat siswa terhadap proses belajar
mengajar dengan tekun dan serius, tetapi karna sesuatu hal sikap dan minat siswa tersebut
menjadi sebaliknya (seperti karena ketidaksenangan kepada guru) maka materi pelajaran
itu akan mudah terlupakan.
3. Lupa dapat terjadi karena materi pelajaran yang telah dikuasai tidak pernah
digunakan atau dihafalkan siswa. Menurut asumsi sebagian ahli, materi yang
diperlakukan demikian denga sendirinya akan masuk ke alam bawah sadar atau mungkin
juga bercampur aduk dengan materi pelajaran baru.
4. Lupa tentu saja dapat terjadi karena perubahan urat syaraf otak. Seorang siswa yang
terserang penyakit tertentu seperti keracunan, kecanduan alkohol, dan geger otak akan
kehilangan ingatan item-item informasi yang ada dalam memori permanennya.
Kiat terbaik untuk mengurangi lupa adalah dengan cara meningkatkan daya ingat akal
siswa. Banyak ragam kiat yang dapat dicoba siswa dalam meningkatkan daya ingatannya
adalah sebagai berikut:
a. Over learning
Over learning (belajar lebih) artinya upaya belajar yang melebihi batas penguasaan
dasar atas materi pelajaran tertentu. Overlearning terjadi apabila respons atau reaksi
tertentu muncul setelah siswa melakukan pembelajaran atau respons tersebut dengan cara
di luar kebiasaan. Banyak contoh yang dapat dipakai untuk overlearning, antara lain
pembacaan teks pancasila pada setiap hari senin dan sabtu memungkinkan ingatan siswa
terhadap P4 lebih kuat.
Extra Study Time (tambahan waktu belajar) ialah upaya penambahan alokasi
waktu belajar materi tertentu berarti siswa menambah jam belajar. Penambahan frekuensi
belajar berarti siswa meningkatkan kekerapan belajar materi tertentu. Kiat ini dipandang
cukup strategis karena dapat melindungi memori dari kelupaan.
c. Mnemonic Device
Mnemonic device (muslihat memori) yang sering juga disebut mnemonic itu berarti
kiat khusus yang dijadikan “alat pengait” mental untuk memasukkan item-item informasi
ke dalam sistem akal siswa.
d. Pengelompokkan
e. Latihan Terbagi
Untuk memperoleh efek positif dari pengaruh letak bersambung (the serial position
effect), siswa dianjurkan menyusun daftar kata-kata (nama, istilah dan sebagainya) yang
diawali dan diakhiri dengan kata-kata yang harus diingat. Kata-kata yang harus diingat
siswa tersebut sebaiknya ditulis dengan menggunakan huruf dan warna yang mencolok
agar tampak sangat berbeda dari kata-kata yang lainnya yang tidak perlu diingat. Dengan
demikian, kata yang ditulis pada awal yang akhir daftar tersebut memberi kesan tersendiri
dan diharapkan melekat erat dalam subsistem akal permanen siswa
BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan
http://vhasande.blogspot.com/2014/04/pemprosesan-informasi-dalam-belajar.html?m=1
Sudjana, Nana. 1989. Dasar-dasar Proses Belajar. Bandung : Sinar Baru Algesindo.
Syah, Muhibbin. 2003. Psikologi Belajar. Jakarta: Raja Grapindo Persada.