Anda di halaman 1dari 98

LAPORAN HASIL MEMBACA DAN DISKUSI

CHAPTER 6 Memory Strategies and Metacognition


Laporan ini dibuat untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Psikologi Kognitif

Oleh:
Arlina Oktaviani 190110090009
(Ketua Kelompok Diskusi Kelas A)

Rini Dwi Wulansari 190110090003


Anggi Septia Nizarwan 190110090014
Aktaria Linanda 190110090026
Nur Fitri Anggraini S. 190110090028
Khrisnavidya 190110090029
R. Gerhana R. 190110090034
Nuri Handayani 190110090040
Nerissa Arviana 190110090049
Mochammad Ridwan 190110090054
Yushifani Belladina 190110090055

Universitas Padjadjaran

Fakultas Psikologi

Jatinangor

2010

1
Introduction

Laporan ini dibuat berdasarkan pemahaman saya dan hasil diskusi kelompok terhadap buku Cognition,
6th Edition” karangan Margaret W. Matlin. Kita akan mulai chapter Memory Strategies and
Metacognition dengan mereview beberapa strategi dalam meningkatkan memori berdasarkan chapter
yang sudah dibahas sebelumnya. Pada chapter ini kita akan melihat beberapa strategi yang akan
dikendalikan oleh metakognisi. Metakognisi adalah pengetahuan yang mengontrol proses kognitif.
Penelitian mengenai metakognisi akan memberikan saran dalam membantu kita untuk memonitori dan
meregulasi strategi belajar, memahami fenomene tip of the tongue, dan cara efektif membaca textbook.

Laporan ini akan memberikan gambaran mengenai Memory Strategies and Metacognition (berdasarkan
hasil pemahaman saya dari beberapa sumber dan hasil diskusi pada hari Kamis dan Jumat, 7-8 Oktober
2010) yang dapat membantu kita dalam menemukan atau mengembangkan strategi memori yang
efektif serta membantu kita dalam belajar.

1. Memory Strategies

Memory Strategies adalah aktivitas mental yang dirancang untuk meningkatkan kemampuan
encoding dan retrieval. (Bransford et al., 2000; Hermann et al., 2002). Strategi memori tidak hanya
digunakan untuk mengingat hal-hal pada masa lalu, tetapi juga untuk mengingat hal-hal yang akan
dilakukan di masa yang akan datang.

1.1.Suggestions from Previous Chapters: A review


1.1.1. Levels of Processing
Level of Processing menunjukkan bagaimana kita meng-recall informasi lebih akurat jika
proses mengcoding dilakukan secara mendalam dibandingkan melakukan encoding dengan
level dangkal (deep level). Ketika mempelajari informasi diharuskan konsentrasi pada
maknanya dan dikembangkan dengan cara elaborate encodings (menghubungkan satu
konsep dengan konsep yang lain). Sebaliknya, rehearsal atau pengulangan adalah strategi
teburuk ketika belajar (Payne et al., 1999, p.91). Deep processing membantu siswa dalam
mempelajari ilmu psikologi. Sebagai contoh, dalam mempelajari teori psikologi kepribadian
akan lebih baik jika kita langsung mengaplikasikan teori tersebut dengan menganalisis
kepribadian politikus, teman dekat, artis, dan public figure lainnya. Contoh tersebut

2
menunjukkan bahwa mahasiswa telah mengembangkan dan menganalisis teori lebih
kompleks dan bermakna dibandingkan hanya sekedar melakukan pengulangan materi. Cara
di atas dinamakan elabotare encodings merupakan salah satu dari prinsip level of
processing. Salah satu keuntungan dari dari level of processing adalah self reference effect,
meningkatkan kemampuan memori dengan mengaitkan informasi sesuai dengan
pengalaman kita sendiri. Sebagai contoh, Matlin banyak memberikan demonstrasi pada
buku ini dengan tujuan agar kita mendapatkan pengalaman sendiri berdasarkan prinsip dari
psikologi kognitif.
1.1.2. Encoding Specifity
Encoding specifity menyatakan recall lebih baik jika konteks pada saat pengkodean sesuai
dengan konteks ketika kemampuan retrieval diuji. Contoh, bentuk soal pada UTS Mata
Kuliah Perkembangan adalah essai, retrieval yang akan kita lakukan adalah recall tidak
semudah recognition (soal pilihan ganda). Maka konteks ketika melakukan encoding dan
retrieval dalam konteks yang sama, yaitu membuat kuis sendiri dengan menutup textbook
dan mencoba mengingat materi yang sudah dibaca. Selama belajar juga kita dapat membuat
pertanyaan essay dan menjawabnya sendiri.
1.1.3. Overconfidence
Overconfidence adalah percaya diri yang berlebihan. Kita sering percaya bahwa ingatan
tentang informasi pada pengalaman kita memiliki tingkat keakuratan yang tinggi. Seperti
yang seringkali terjadi yang disebut dengan flashbulb memories dimana memori kita
sebenarnya mengalami kesalahan karena terpengaruh oleh informasi lain yang ada. Ketika
kita melakukan kesalahan dalam mengingat kejadian, kita pun pasti akan melakukan
kesalahan dalam mengingat apa saja yang terjadi pada kejadian tersebut
1.1.4. Divided Attention
Divided attention adalah membagi atensi kepada dua situmulus atau lebih dalam waktu
yang bersamaan. Hal ini menyebabkan tugas-tugas yang dilakukan menggunakan divided
attention biasanya tidak dapat dilakukan secara efektif. Sehingga memory performance
menurun dan tidak akurat dalam mengingat.
Terdapat suatu penelitian yang berhubungan dengan divided attention mengenai tipe
belajar. Banyak siswa yang lebih mudah belajar dengan mendengarkan musik. Penelitian
menyebutkan bahwa ketika mengcoding suatu informasi, orang yang ekstrovert tidak akan
terganggu ketika musik melatarbelakangi mereka ketika belajar. Sebaliknya orang introvert

3
akan mengalihkan diri pada musik ketika belajar, mereka tidak dapat memfokuskan atensi
pada tugas memori (Furnham dan Bradley, 1997).
1.2.Practice

Dalam bahasan sebelumnya, kita telah mengetahui beberapa cara mengembangkan memori.
Strategi memori selanjutnya adalah practice atau latihan. Seringkali kita mendengar pernyataan
“Semakin sering kamu latihan, semakin mudah kamu mengingatnya.” Kita akan menguasai
materi jika membaca materi dua sampai tiga kali dan berlatih me-retrieve materi yang sudah
dibaca. Latihan me-retrieve ini juga menggunakan encoding specificity principle, dan penelitian
memperlihatkan bahwa latihan me-retrieve akan meningkatkan performa kita saat ujian.

Ada tiga cara atau strategi dalam mengingat dan mengembangkan memori kita, yaitu :

1. The Total Time Hypothesis


2. The Distributed Practice Effect
3. The Testing Effect

1.2.1. The Total Time Hypothesis

Seperti judulnya, total time hypothesis adalah hipotesis yang menjelaskan bahwa jika kita
belajar dengan waktu yang lebih banyak, maka kita akan memahami lebih banyak dan
mendapat grade yang bagus di kelas. Total materi yang dipelajari tergantung pada waktu
yang digunakan untuk belajar (Baddeley, 1997). Namun, ternyata satu jam yang digunakan
secara aktif untuk belajar dengan deep level processing lebih efektif dibandingkan kita
menggunakan waktu 2 jam hanya dengan melihat - lihat halaman saja tanpa
mempelajarinya secara mendalam. Hal ini tidak akan membantu walaupun kita membaca
materi berulang kali. Faktanya, peneliti telah mengemukakan bahwa variabel jumlah waktu
yang diluangkan untuk belajar bukan jalan yang baik dalam memprediksi nilai siswa di
sekolah. Waktu belajar akan memprediksikan nilai siswa ketika peneliti meninjau pula
kualitas dari cara belajarnya. Intinya, yang menentukan bukanlah kuantitas, melainkan
kualitas.

Poin penting mengenai practice adalah practice dapat meningkatkan kemampuan


mengingat pada materi yang baru saja dipelajari. Practice tidak dapat memperkuat
kemampuan meningat secara umum. Banyak para pendidik yang salah manafsirkan bahwa

4
latihan mengingat dapat meningkatkan kemampuan otak, seperti angkat besi dapat
menguatkan otot. Namun, ternyata kita tidak dapat meningkatkan kemampuan secara
umum dalam mengingat materi secara efektif (Glisky, 1995).

1.2.2. The Distributed Practice Effect

Distributed Practice effect biasa disebut spacing effect. Maksud dari latihan ini adalah
menyicil bahan materi yang diberikan. Jadi kita tidak menghapal secara keseluruhan dalam
satu kali atau yang disebut massed learning, hal ini dapat mengurangi daya ingat kita
terhadap materi tersebut.

Menurut Robert Bjork (1999) ada alasan lain mengapa distributed practice effect ini sangat
membantu dalam long-term recall kita karena istilah desirable difficulties, yaitu situasi
belajar yang terkadang menantang tetapi hal ini tidak terlalu sulit. Dalam hal ini, kita
memerlukan key concept, atau konsep kunci yang dapat membantu kita dalam mengingat.
Jika kita mengetes diri tentang satu konsep berulangkali, konsep ini akan lebih mudah kita
ingat kembali.

Tips dari distributed practice effect ini, yaitu sebaiknya kita mengulang materi yang kita
dapat. Misalnya pelajaran tentang long term memori di kelas psikologi kognitif, minimal satu
kali, karena jika kita membiarkan waktu bergulir dan kita tidak mengulang materinya. Maka
hal ini akan menjadi lebih sulit bagi kita untuk menghafal materinya karena kita sudah mulai
lupa, dan ketika kita belajar lagi tentang materi yang sama, kita harus memberikan atensi
lebih.

1.2.3. The Testing Effect

Strategi lain untuk meningkatkan memori kita adalah dengan cara mengetes. Jadi, dengan
mengetes diri kita, kita akan menjadi lebih tertantang, dan dapat merecall memori kita lebih
baik. Seperti dijelaskan dalam Figure 6.1. Peneliti ingin mengetahui keefektifitasan testing
effect ini. Responden diberikan short essay. Setengah responden diberikan essay tersebut
dengan cara biasa, membaca dan memahami semua essay tersebut. Setengah responden
lainnya diberikan dengan cara pertanyaan dan jawaban yang mengetes kita. Kemudian
setelah 5 menit, 2 hari dan 1 minggu, responden diberikan tes mengenai essay tersebut.
Responden yang belajar dengan cara pemahaman utuh, lebih cepat merecall materi nya

5
pada 5 menit pertama. Namun, pada 2 hari bahkan 1 minggu setelahnya, responden yang
diberikan pertanyaan dan dites memberikan peningkatan signifikan. Hal ini menjelaskan
bahwa testing effect merupakan cara yang baik untuk mengingat kembali materi yang telah
kita pelajari.

1.3.Mnemonics Using Imagery

Mnemonic adalah mental strategi yang dirancang untuk meningkatkan memori. Ketika kita
menggunakan mnemonic yang menekankan pada imagey, mental kita mewakili obyek atau tindakan
yang tidak ditampilkan secara fisik. Bower dan Winzenz melakukan eksperimen di mana partisipan
diminta untuk menghapalkan pasangan kata berikut hanya dengan menghapal katanya, tidak
menggunakan cara lain:

CUSTARD – LUMBER IVY – MOTHER

JAIL – CLOWN LIZARD – PAPER

ENVELOPE – SLIPPER SCISSORS – BEAR

SHEEPSKIN – CANDLE CANDY – MOUNTAIN

FRECKLES – APPLE BOOK – PAINT

HAMMER – STAR TREE – OCEAN

Lalu partisipan diminta untuk me-recall kata tersebut :

ENVELOPE ____________ JAIL ____________

FRECKLESS ____________ IVY ____________

TREE ____________ SHEEPSKIN ____________

CANDY ____________ BOOK ____________

SCISSORS ____________ LIZARD ____________

CUSTARD ____________ HAMMER ____________

6
Setelah itu, partisipan melakukan eksperimen kedua pada subyek yang sama. Subyek diminta
untuk membayangkan dan membuat imagery dari rangkaian kata berikut:

SOAP - MERMAID MIRROR - RABBIT

FOOTBALL - LAKE HOUSE - DIAMOND

PENCIL - LETTUCE LAMB - MOON

CAR - HONEY BREAD - GLASS

CANDLE - DANCER LIPS - MONKEY

DANDELION - FLEA DOLLAR - ELEPHANT

Lalu partisipan diminta untuk me-recall kata tersebut :

CANDLE ____________ DOLLAR ____________

DANDELION ____________ CAR ____________

BREAD ____________ LIPS ____________

MIRROR ____________ PENCIL ____________

LAMB ____________ SOAP ____________

FOOTBALL ____________ HOUSE ____________

Kesimpulan dari penelitian di atas menunjukkan bahwa imagery lebih baik untuk partisipan
ketika menghapalkan rangkaian kata. Dengan menggunakan cara tersebut, maka jumlah
rangkaian kata yang bisa diingat lebih banyak daripada dengan menggunakan metoda
menghapal.

Berikut adalah 2 jenis alat yang menggunakan mental imagery :

1.3.1. The Keyword Method


Jika kita ingin mengingat kata yang tidak familiar, the keyword method adalah bantuan yang
istimewa. Di dalam keyword method, kita bisa mengidentifikasi kata berbahasa Inggris yang
memiliki suara yang sama dengan kata baru yang akan kita pelajari. Lalu kita bisa membuat

7
gambaran yang menghubungkan dengan makna pada kata baru tersebut. Penelitian pada
keyword method memperlihatkan bahwa metode ini dapat membantu siswa yang sedang
belajar vocabuary bahasa Inggris, vocabuary dalam bahasa lain, atau nama orang.

Metode kata kunci digunakan untuk mempelajari perbendaharaan kata asing. Misalnya kita
ingin mempelajari kata Spanyol caballo berarti ”kuda”. Metode kata kunci memiliki dua
tahap. Pertama adalah menemukan bagian dari kata dalam bahasa asing yang bunyinya
mirip dengan kata bahasa Inggris. Caballo diucapkan ”cob-eye-yo”, ”eye” berfungsi sebagai
kata kunci. Langkah kedua, membuat bayangan yang menghubungkan dengan kata kunci.
Misalnya, kita membayangkan kuda menendang mata besar. Hal ini akan menciptakan
hubungan antara kata dalam bahasa Spanyol dan Inggris. Jadi, untuk mengingat arti kata
caballo, kita akan lebih dulu mengambil kata kunci eye dan kemudian membuat bayangan
yang menghubungkan dengan kata kuda (Smith, et al., 2003 hal 303).

Carney dan Levin melakukan penelitian yang memperlihatkan binatang tidak familiar,
beberapa bagian dengan nama binatang. Siswa kelompok eksperimental diinstruksikan
untuk membayangkan binatang yang disebut dengan capybara dengan topi yang ditarik
menutupi matanya. Kelompok siswa kontrol diperintahkan untuk menggunakan metode
menghapal seperti yang mereka lakukan. Hasil menunjukkan bahwa pelajar imagery-group
secara signifikan lebih akurat dibandingkan kelompok kontrol dalam mengidentifikasi nama
dari binatang dalam video klip, serta sketsanya.

1.3.2. The Method of Loci


Jika kita akan menggunakan metoda ini, maka kita harus mengasosiasikan sesuatu yang
ingin kita pelajari dengan rangkaian gambaran visual pada lokasi secara fisik. Contohnya
adalah ketika kita harus menghapal daftar belanjaan yaitu daging, telur, susu kotak, dan roti.
Kita gunakan method of loci dengan cara membayangkan barang tersebut terpampang pada
bagian rumah kita. Misalnya kita mulai membayangkan seiris daging yang tergantung depan
pintu, gantungan lampu yang membentuk telur, susu kotak terletak pada masing-masing
meja makan, roti yang bentuknya seperti sofa. Dengan begitu kita akan lebih mudah
menghapalkan barang-barang tersebut.

8
1.4.Mnemonics Using Organization
Organization adalah usaha untuk membuat sistematika dari materi yang kita pelajari. Proses
retreival akan lebih mudah dilakukan ketika kita telah mengkonstruksikan sebuah kerangka kerja
dengan organisasi yang baik (Bellezza, 1996; Wolfe, 2005). Ada empat jenis mnemonics yang
menekankan sebuah organisasi.
1.4.1. Chunking
Sebuah proses di mana kita mengombinasikan beberapa angka atau huruf menjadi sebuah
kelompok-kelompok yang memiliki kesamaan. Chunking merupakan salah satu cara yang
efektif dalam melakukan organisasi ketika mengingat. Sebuah studi oleh Bower dan
Springston (1970) menyatakan bahwa kita akan lebih mudah mengingat informasi jika
deretan huruf-huruf berada dalam kelompok yang memiliki makna dan familiar
dibandingkan deretan huruf yang tidak dikelompokkan.
1.4.2. Hierarchy Techniques

Sistem organisasi yang dilakukan dengan cara menyusun item yang ingin diingat ke dalam
kelas-kelas yang berbeda mulai dari kelas yang paling umum ke kelas yang lebih khusus.
Pengorganisasian dengan cara ini ternyata memang benar-benar efektif dalam
meningkatkan kemampuan kita dalam proses recall. Hal ini dibuktikan dalam penelitian yang
dilakukan oleh Gordon Bower dan koleganya (1969) di mana mereka membagi dua
kelompok untuk mengingat beberapa kata dengan cara yang berbeda. Kelompok pertama
diperlihatkan kata yang sudah menggunakan urutan kelas sedangkan kelompok yang
satunya lagi diberikan kata secara acak. Ternyata terbukti bahwa kelompok yang diberi
urutan kelas dapat mengingat jumlah kata yang lebih baik.

Salah satu bentuk hierarchy adalah mengorganisasikan material yang ingin kita ingat ke
dalam garis besarnya terlebih dahulu. Cara ini akan sangat efektif dilakukan ketika kita ingin
mengingat apa saja isi materi dalam sebuah buku. Misalnya saja pada buku cognitive, di
setiap awal chapter telah diberikan garis besar dari apa saja yang akan dibahas di dalamnya.
Tentu saja penyajian garis besar ini ditujukan untuk memudahkan kita dalam mengingat
materi apa saja yang ada dalam buku ini. Namun sayangnya, mahasiswa yang belajar
psikologi sendiri jarang menggunakan garis besar atau outline yang ada pada awal chapter
untuk mengingat materi sebelum ujian (Gurung, 2003)

9
1.4.3. First-Letter Technique
Teknik pengorganisasian materi dengan cara mengingat huruf atau kata pertama dari setiap
item yang ingin kita ingat. Cara seperti ini sudah banyak dilakukan oleh para pengajar untuk
memudahkan siswa mengingat suatu pelajaran. Misalnya ketika kita ingin mengingat apa
saja warna dari pelangi biasanya kita mengingat ejaan me-ji-ku-hi-bi-ni-u yang berarti
merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila, dan ungu. Pengorganisasian dengan cara seperti itu
terbukti lebih efektif dibandingkan jika kita harus mengingat semua kata secara menyeluruh.
Walaupun tingkat keefektifan teknik ini belum secara konsisten didemonstrasikan dalam
penelitian psikologi, akan tetapi banyak sekali para pelajar terutama mahasiswa yang
menggunakan teknik ini ketika mengingat suatu materi.
1.4.4. Narrative Technique
Cara organisasi materi yang ingin kita ingat dengan membuat cerita yang terkait dengan
kata atau angka dari materi yang sedang dipelajari. Dalam sebuah studi klasik, Bower dan
Clark (1969) membuat sebuah penelitian ke dalam dua kelompok. Kelompok pertama diberi
sebuah cerita atau narasi yang berhubungan dengan beberapa kata dalam Bahasa Inggris.
Kelompok lainnya diberikan beberapa kata dalam Bahasa Inggris begitu saja. Hasilnya
menunjukan bahwa kelompok subjek yang mengingat dengan cara narrative-technique
dapat melakukan recall enam kali lebih banyak dibandingkan dengan kelompok subjek
yang diberikan kata begitu saja. Bagaimana pun cara seperti ini akan lebih efektif jika kita
memiliki kemampuan untuk menghasilkan sebuah narasi dengan mudah, baik pada saat
pembelajaran maupun pada saat recall.

1.5. Comprehensive Approach to Memory Improvement

Beberapa tahun terakhir, para ahli berusaha untuk mengritik pendekatan mnemonics untuk
meningkatkan memori. Mereka berkesimpulan bahwa menggunakan pendekatan tradisional
untuk meningkatkan memori terlalu sederhana. Para ahli menekankan pada dua pendekatan
yang lebih komprehensif untuk memecahkan masalah ini. Douglas Herrmann’s multimodal
approach menekankan bahwa orang serius untuk memperkuat memorinya harus mengadopsi
sebuah pendekatan yang komprehensif untuk meningkatkan memori. Secara spesifik,
pendekatan ini memerlukan perhatian dari kondisi fisik, seperti istirahat yang cukup,
memelihara kegiatan sehari-hari secara optimal, konsultasi kesehatan. Oleh karena itu,

10
kesehatan fisik sangat penting. Misalnya, orang yang depresi lebih besar kemungkinan untuk
mengalami masalah dalam test, baik itu dalam hal memori implisit atau memori eksplisit.

Ellen Langer (2000) telah mengembangkan sebuah perspektif yang disebut dengan mindfulness
yang menawarkan dimensi lain dari comprehensive improving memory. Mindfulness
memerlukan pendekatan yang fleksibel pada dunia, dengan bagian yang sensitif pada sesuatu
yang baru dan sebuah apresiasi pada sebuah pendekatan dengan jalan yang baru pada sebuah
masalah.

1.6.Improving Prospective Memory

Prospective memory adalah mengingat bahwa kita perlu melakukan sesuatu di masa yang akan
datang. Sebuah tugas memori prospektif memerlukan dua komponen, pertama kita harus
membuat niat untuk mengerjakan sesuatu di masa depan, kedua kita harus mengerjakan niat itu
ketika saatnya tiba.

Yang paling sulit dalam memori prospektif ini adalah mengingat isi dari aksinya. Mungkin kita
pernah mengalami kejadian di mana kita merasa harus melakukan sesuatu, tapi kita tidak bisa
mengingat apa yang harus kita lakukan itu.

1.6.1. Comparing Prospective Memory and Retrospective Memory

Memori retrospektif adalah memanggil kembali informasi yang sudah kita pelajari sebelumnya.
Peneliti lebih banyak mempelajari memori retrospektif daripada memori prospektif. Namun
kenyataannya kebanyakan orang mengeluhkan kegagalan dalam memori prospektif ini.

Memori prospektif memerlukan kita untuk merencanakan sesuatu yang akan dilakukan di masa
yang akan datang. Pada hal ini, memori prospektif membangun problem solving yang terfokus
pada aksi sedangkan memori retrospektif terfokus pada mengingat informasi dan ide.

1.6.2. Naturalistic Research on Prospective Memory

Berikut beberapa contoh penelitian tentang memori prospektif:

1. Anggaplah kita sedang mengerjakan tugas yang memerlukan divided attention. Kita akan
cenderung melupakan tugas memori prospektif yang tidak berhubungan dengan apa yang
kita kerjakan sekarang.

11
2. Ketika kita sedang mengerjakan tugas 1, dan kita harus menyelesaikan tugas memori
prospektif nantinya. Jika kita tiba-tiba berganti mengerjakan tugas 2, kita biasanya tidak
akan mengerjakan tugas memori prospektif tadi.
3. Kita tahu bahwa spesifikasi encoding terkadang meningkatkan memori. Jika kita ingin
mengerjakan tugas memori prospektif nanti malam, apakah mengasosiasikan tugas itu
dengan gambaran tentang tempat dimana kita akan berada nanti malam akan membantu?
Jawabannya iya, jika kita benar-benar berada di tempat itu nantinya, dan jawabannya tidak
apabila kita tidak berada disana.
1.6.3. Absentmindedness

Tugas memori prospektif memerlukan atensi yang terbagi. Kita harus fokus dengan apa yang
sedang kita kerjakan, juga tugas yang akan kita kerjakan nantinya. Perilaku absentminded
cenderung terjadi ketika tugas yang diniatkan mengganggu kebiasaan yang kita lakukan.

Sebagai contoh, ketika kita sedang menyetir dan memiliki sebuah tugas memori prospektif
(misalnya berbelanja di toserba). Pada kasus ini, kebiasaan kita menyetir akan mendominasi
memori prospektif kita yang rapuh, sehingga terjadilah perilaku absentminded.

1.6.4. Suggestions for Improving Prospective Memory

Salah satu cara untuk meningkatkan kemampuan memori prospektif kita adalah dengan
menggunakan pengingat. Namun pengingat yang kita pilih harus bersifat berbeda. Sebagai
contoh, jika kita ingin mengirimkan pesan kepada Tonya, tidak cukup dengan hanya
mengulang-ulang nama Tonya. Kita harus membuat koneksi kuat antara nama Tonya
dengan fakta kita harus mengirimkan ia pesan.

External Memory Aid merupakan alat di luar tubuh kita yang memfasilitasi memori kita
dengan berbagai cara. Beberapa contohnya ialah daftar belanja, gelang karet di tangan kita,
meminta orang lain mengingatkan kita dan alarm dari jam kita.

Penempatan external memory aid sangatlah penting. Contohnya, Andy terkadang menyetir
ke rumah ibunya untuk makan malam, dan ibunya biasanya memberitahu tentang benda-
benda di kulkas untuk dibawanya pulang. Setelah beberapa kali melupakan benda-benda
itu, Andy berpikir tentang external memory aid: ketika sampai di rumah ibunya, dia

12
meletakkan kunci mobil di samping kulkas. Dengan cara ini, kecil kemungkinan dia akan
melupakan benda di kulkas yang harus dibawanya pulang.

Dewasa ini, banyak memory aid komersil tersedia untuk membantu memori prospektif kita.
Sebagai contoh, banyak orang yang menggunakan PDA, yang bisa diprogram untuk
menyediakan pengingat tentang tugas-tugas memori prospektif kita. Bagaimana pun, alat ini
hanya akan membantu jika kita bisa menggunakannya dengan baik dan mereka bisa
mengingatkan kita dengan baik tentang apa yang harus kita kerjakan.

Memory-Improvement Strategies

a. Jangan membagi atensi antara beberapa tugas secara bersamaan


b. Proses informasi dengan memaknakan, encoding elaboratif, distinctive, dan self-reference
c. Pelajari materi dengan konteks yang sama dengan apa yang akan diujikan
d. Jangan terlalu yakin dengan akurasi memori tentang kejadian dalam hidup
e. Jumlah yang dipelajari bergantung dengan waktu yang dihabiskan
f. Dengan belajar menggunakan jangka waktu, kita akan mempelajari lebih banyak
g. Memori akan bertambah dengan mengikuti tes tentang materi tersebut
h. Gunakan visualisasi yang menunjukkan hubungan benda – benda yang akan di-recall
i. Gunakan metode keyword
j. Gunakan metoede loci ketika mempelajari benda dengan mengasosiasikannya pada lokasi
fisik
k. Gunakan chunking dengan mengombinasikan benda menjadi unit yang bermakna
l. Bangun hierarki dengan menyusun benda sesuai kelas
m. Akronimkan benda – benda yang ingin kita pelajari (contoh:mejikuhibiniu)
n. Buat narasi atau cerita yang menghubungkan kata – kata yang ingin dipelajari
o. Peningkatan memori harus komprehensif, dengan atensi pada kesehatan fisik dan mental,
faktor sosial dan penggunaan strategi memori yang fleksibel; harus penuh makna
p. Buat gambaran mental yang hidup dan interaktif untuk membantu recall
q. Buat pengingat yang spesifik atau sebuah external memory aid

13
2. Metacogniton

Metakognisi berhubungan dengan pengetahuan dan mengontrol proses kognitif. Satu fungsi
penting dari metakognisi adalah untuk mengawasi cara anda dalam memilih dan menggunakan
memori strategi anda. Metakognisi adalah proses yang luar biasa aktif.

Pikirlah tentang macam-macam dari pengetahuan metakognitif yang anda miliki. Sebagai
contoh, anda tahu faktor-faktor yang mempengaruhi memori kita. Faktornya seperti waktu di
hari itu, motivasimu, tipe material, dan keadaan sosial.

Sebagai tambahan, Anda tahu cara mengontrol dan mengatur strategi belajar anda. Jika ada
sesuatu yang sulit anda ingat, anda akan menghabiskan waktu lebih lama untuk menghapalnya.

Contoh pengetahuan metakognitif yaitu apakah informasi sudah seperti “tip of your tongue”.
Pengetahuan metakognitif berfokus pada pemahaman bahan yang anda baca.

Metakognisi adalah topik yang sangat menggugah rasa ingin tahu karena kita menggunakan
proses kognitif untuk memikirkan tentang proses kognitif. Hal ini sangat penting karena
pengetahuan tentang proses kognitif bisa memandu kita dalam pemilihan strategi untuk
meningkatkan pelaksanaan kognitif masa depan kita. Metakognisi juga penting karena tujuan
umum di universitas harus belajar tentang bagaimana kita berfikir dan bagaimana menjadi
orang yang reflective. Sebagai manusia reflective, anda bisa mempertimbangkan apa yang akan
kamu kerjakan dan apa yang akan kamu rencanakan.

Topik yang berhubungan dengan metakognisi salah satunya terdapat di chapter 3, kami melihat
bahwa orang mempunyai kesadaran yang terbatas tentang proses mental. Hasilnya, mereka
tidak mampu untuk mengidentifikasi faktor apa yang bisa membantunya untuk memecahkan
masalah. Begitu juga di chapter 5 yang mendiskusikan tentang orang yang mempunyai kesulitan
dalam tugas source-monitoring. Contohnya, anda tidak mengingat apakah sebenarnya anda
sudah mengembalikan buku yang anda pinjam dari teman atau anda hanya
mengimajinasikannya bahwa anda sudah mengembalikan buku tersebut.

Topik pertama yang akan kita bahas adalah metamemori, topik yang berhubungan dengan
pengetahuan yang dimiliki seseorang dan mengontrol memori mereka. Metamemori
memainkan peran besar di kemajuan memori. Dua kajian yang berhubungan dengan
metakognisi adalah meta comprehension dan fenomena tip-of-the-tongue.

14
Kita juga akan membahas tiga aspek metamemori, yaitu (1) keakuratan manusia dalam memprediksi
memory performance, (2) pengetahuan manusia tentang strategi memori, dan (3) pengetahuan
manusia bagaimana cara mengatur strategi belajar.

2.1.Metamemory and the Prediction of Memory Performance

Apakah anda pernah mengalami situasi berikut? Anda berpikir bahwa anda mengetahui bahan
untuk ujian tengah semester, dan anda mengira anda menerima nilai yang bagus. Namun,
kenyataannya Anda mendapat nilai C. Jika situasi ini familiar, Anda menyadari bahwa
metamemori Anda tidak selalu akurat dalam memprediksi memory performance.

Dalam keadaan apakah metamemori memprediksi memory performance secara akurat? Jawaban
dari pertanyaan ini tergantung dari aspek mana metamemori diuji:

1. Ketika orang memperkirakan skor total nya dalam tes memori, pada umumnya mereka
terlalu percaya pada nilai yang bagus, dibandingkan ketelitian
2. Ketika orang harus mengingat beberapa item dengan akurat, mereka dapat memperkirakan
items yang akan diingat dan yang dilupakan.

2.1.1. Metamemory on a Total-Score Basis.

Dalam pembelajaran metamemori, siswa memulai dengan mempelajari daftar kata yang
berhubungan, seperti coat-sandwich. Dengan kata lain, ketika mereka melihat kata coat,
mereka tahu bahwa mereka harus merespon sandwich. Kemudian mereka diminta untuk
memperkirakan total jumlah jawaban benar yang akan mereka sampaikan pada tes
selanjutnya. Pada situasi ini, kemungkinan besar mereka melakukan foresight bias; yang
artinya mereka menaksir terlalu tinggi jumlah jawaban benar pada suatu tes.

Masalah disini adalah mereka mereka mempelajari kata berpasangan tersebut ketika
jawaban benarnya tampak, sehingga prediksi mereka kemungkinan tidak realistis.

Pada pembelajaran lain, para pelajar memperkirakan skor total mereka setelah
menyelesaikan ujiannya. Contonya, Dunning dan koleganya (2003) meminta siswa
memperkirakan skor total yang mereka pikir mereka bisa mencapainya. Kemudian
penelitian memeriksa hasil ujian dan membagi para siswa menjadi empat grup, menurut
nilai mereka yang sebenarnya.

15
Figur 6.4 memperlihatkan hasil dari empat grup, kuartil bawah, kuartil kedua, kuartil ketiga, dan
kuartil teratas. Perhatikan pada kuartil teratas memperkirakan skor total sangat akurat dan pada
kuartil ketiga hampir akurat. Namun, siswa pada kuartil terbawah menaksir terlalu tinggi sampai
30%. Ironisnya, grup inbitidak sadar dengan keterbatasan mereka. Mereka tidak tahu bahwa
mereka tidak tahun bahannya.

Dunning pun melakukan tes serupa tentang keahlian kognitif, lagi-lagi hasilnya pun sama, siswa
dengan keahlian kognitif yang lemah kemungkinan besar menaksir terlalu tinggi total skor
mereka dalam tes.

2.1.2. Metamemory on an Item-by-Item Basis.

Tegasnya, metamemori seseorang bisa menjadi akurat ketika kita memikirkan prediksi kita
tentang item individual yang mereka ingat dan yang mereka lupa.

Dalam studi klasik, Eugene Lovelace (1984) menunjukkkan pasangan kata yang tidak
berhubungan, seperti disease-railroad. Partisipan diberitahu bahwa mereka akan dites
untuk pembelajaran asosiasi-berpasangan. Mereka akan melihat kata pertama, dan mereka
diminta untuk mengisi kata kedua. Mari kita pertimbangkan prediksi siswa yang melihat
setiap pasang kata untuk 8 detik. Setelah pasangan kata terakhir sudah dimunculkan,
partisipan menaksir kemungkinan jawaban benar pada tes. Setelah penilaian, partisipan
melihat kata pertama dalam setiap pasang, dan mereka diberitahukan untuk mengisi kata
kedua yang tepat.

Seperti yang anda lihat pada figur 6.5, orang bisa memprediksi secara akuratkemungkinan
mereka untuk merecall item. Ketika mereka memberikan rating 1 dalam sebuah benda,
mereka bisa mengingat kembali hanya 45%, sedangkan ketika mereka memberikan rating 5
pada benda tersebut, mereka bisa mengingatnya sampai 80%. Satu faktor yang membuat
siswa membuat prediksi seperti ini adalah apakah mereka mudah untuk mengeneralisasi
image linking dalam dua kata secara bersama-sama. Namu, metamemori lebih diingat ketika
tugasnya mmerupakan pembelajaran asosiasi berpasangan.

Suatu penelitian menemukan bahwa orang akan lebih akurat dalam memperkirakan mana
benda yang akan mereka recall jika mereka menunda keputusannya, dibandingkan jika
membuatnya segera setelah belajar. Keputusan yang tertunda itu menyediakan penaksiran

16
yang akurat dari performa memori kita karena mereka menaksir memori jangka panjang.
Dan tugas memori yang sebenarnya memerlukan memory jangka panjang. Namun,
keputusan yang diambil segera menaksir memori bekerja, dimana itu kurang relevan dalam
tugas memori.

2.2.Individual Differences: Metamemory and Adults with Attention-Deficit/Hyperactive Disorder.

Karakteristik utama dari seseorang yang mengidap Attention-Deficit/Hyperactive Disorder (ADHD)


adalah sulitnya sang penderita dalam memberikan atensi dalam menjalankan aktivitasnya
(American Psychiatric Assosiation, 2000). Secara umum, pengidap ADHD lebih sering menaksir
terlalu tinggi mengenai kemampuannya dalam menjalankan tugas-tugas yang melibatkan
memory dibandingkan orang yang tidak mengidap ADHD. Contohnya, mahasiswa yang mengidap
ADHD mungkin menaksir skor kemampuan tugas-tugas memori dengan angka 30%, sedangkan
mahasiswa yang tidak mengidap ADHD menaksir skor kemampuannya memorinya sebesar 20%.

Laura Knouse dan koleganya (2006) ingin mengetahui bagaimana penderita ADHD mengerjakan
tugas memori di mana metamemory diukur satu persatu. Sampel dalam penelitian ini
menggunakan 28 orang yang diambil dari universitas dan komunitas sekitar yang memenuhi
kriteria sebagai pengidap ADHD. Semua partisipan berusia 18-60 tahun. Para peneliti juga
menggunakan 28 orang yang tidak mengidap ADHD, yang cocok dengan kelompok pertama
dalam aspek umur, jenis kelamin, dan universitas versus status komunitas. Dalam hari
penelitiannya, pengidap ADHD tidak menerima pengobatan.

Dalam penelitiannya, Knouse dan dan koleganya menunjukkan sepasang kata seperti DISEASE-
RAILROAD di layar computer selama 8 detik. Kemudian partisipan diminta untuk mengestimasi
dari skala 0 sampai 100% kemungkinan mereka dalam mengulang huruf kedua, saat diberikan
kata pertama. Untuk 30 pasang pertama, setiap orang memberikan estimasi dengan cepat
setelah kata pertama ditampilkan. Untuk 30 pasang kata tambahan, setiap orang mengalami
pelambatan dalam estimasi metamemory, setelah nomor acak ditampilkan untuk menganggu kita
manghafal kata.

Hasilnya menunjukkan tidak ada perbedaan kecermatan dalam keputusan yang cepat antara
pengidap ADHD dengan orang yang tidak mengidap ADHD. Kedua kelompok sedikit akurat dalam
memprediksi kata yang dapat mereka ingat dan kata yang akan sepertinya mereka lupa.

17
Knouse dan koleganya menjelaskan bahwa sampel mereka untuk pengidap ADHD ini luar biasa.
Orang yang mengidap ADHD yang juga sekaligus seorang mahasiswa biasanya mempunyai fungsi
yang lebih baik dibandingkan dengan orang yang mengidap ADHD dalam lingkungan umumnya.

2.3.Metamemory about Factors Affecting Memory

Berdasarkan penelitian, banyak mahasiswa yang yang tidak sadar betapa pentingnya pengaruh
strategi terhadap tugas-tugas mengingat kita. Faktanya membuktikan bahwa siswa yang
mendapat skor rendah dalam tesnya biasanya tidak menggunakan strategi tertentu dalam
menghapal materi untuk ujian nanti (McDouggal & Gruneberg, 2002)

Metamemory juga membantu siswa untuk mengidentifikasi strategi seperti apa yang bekerja
dengan baik untuk mereka dan yang mana yang tidak berfungsi untuk kita. Karena Suzuki-Slakter
(1988) mengungkapkan bahwa semua strategi memori tidaklah sama. Contohnya, dia
menginstruksikan satu kelompok untuk menghapal materi dengan cara mengulang-ulang materi
tersebut (strategi ini diketahui tidak efektif). Siswa ini cenderung memberikan estimasi tinggi
untuk hasil hafalan materinya sedangkan kelompok yang lain diminta untuk menyusun cerita dan
gambar mengenai materi yang akan dihafal (strategi ini diketahui efektif). Siswa ini cenderung
memberikan estimasi rendah terhadap hasil hapalan materinya.

Studi yang lainnya menunjukkan bahwa orang-orang tidak menyadari bahwa metode keyword
lebih efektif dibandingkan mengulang-ulang (Pressley et al., 1984, 1988). Namun, saat orang
berlatih denga kedua metode tersebut dan melihat hasil mereka yang sangat bagus dengan
metode keyword, mereka akan lebih suka menggunakan metode tersebut untuk saat yang akan
datang. Ada poin penting yang terdapat dalam penelitian ini, yaitu coba untuk mempelajari
berbagai macam strategi. Identifikasi metode mana yang sangat efektif untuk kamu. Kamu akan
meninjau kembali jika strategi pilhanmu itu tidak berpengaruh terhadap hasil tugas-tugas
memorimu.

2.4.IN DEPTH: Metamemory and The Regulation of Study Strategies


Kadang, kita sering mengembangkan metamemory kita dengan cara atau strategi belajar yang
terbaik yang bisa kita lakukan. Namun, pada saat ujian, dalam proses mengerjakannya itu tetap
tidak begitu baik, kecuali apabila cara belajar kita itu dengan lebih banyak memepelajari topik-
topik yang sulit. Penelitian mengenai aturan dalam strategi belajar ini menekankan bahwa tugas
memori membutuhkan jumlah yang substansial dalam membuat keputusan seperti yang kamu

18
rencanakan bagaimana menguasai meteri (Koriat & Helstrup, 2007; Metcalfe, 2000). Kita itu
harus mengkoordinasikan antara dua proses kognitif, dalam kasus ini memori dan decision
making.
Ketika materi-materi yang akan kita pelajari itu lebih menantang atau lebih sulit dan dalam waktu
yang terbatas, maka kita akan menghabiskan banyak waktu dalam belajar, dan materipun ada
dalam genggaman kita (Kornell & Metcalfe, 2006)

2.4.1. Mengalokasi Waktu ketika Tugasnya Mudah


Ditemukan bahwa pelajar mengalokasikan waktu belajar yang lebih untuk materi materi
yang mereka yakini akan sulit untuk dikuasai. Pelajar kurang ideal dalam mengatur cara
belajatnya. Mereka menghabiskan waktu yang lebih lama dibandingkan mempelajari hal-hal
yang seperlunya dan tidak memiliki cukup waktu untuk mempelajari materi-materi yang
belum dikuasainya.
Lisa Son dan Janet Metcalfe menemukan bahwa 35 dari 46 siswa mendemonstrasikan
bahwa mereka menghabiskan lebih banyak waktu dalam materi yang sulit. Namun, mereka
menemukan bahwa semua pelajar menguji secara relative materi-materi yang mudah,
seperti mempalajari sepasang kata (Matlin, 2009: 189). Disamping itu mereka memiliki
cukup waktu untuk mempelajari semua materi. Son dan Metcalfe pun berspekulasi bahwa
kemungkinan pelajar-pelajar tersebut menggunakan strategi dalam keadaan lain.

2.4.2. Mengalokasi Waktu ketika Tugasnya Sulit


Dilakukan percobaan oleh Son dan Metcalfe. Mereka meminta siswa untuk membaca buku
biografi. Normalnya, waktu membaca buku tersebut adalah 60 menit secara lengkap.
Namun mereka memberikan sedikit tekanan denga meminta siswa untuk membaca dalam
watu 30 menit. Hasilnya, siswa menghabiskan banyak waktu mereka pada biografi yang
mereka anggap mudah sehingga mereka bisa menguasai materi lebih banyak dalam waktu
yang terbatas.
2.4.3. Kesimpulan dari Pengaturan Strategi Belajar
Siswa dapat mengatur cara belajar mereka dalam model yang mutakhir. Ketika mereka
memiliki waktu untuk menguasai tugas yang relative mudah, mereka akan mengalokasikan
banyak waktunya untuk materi-materi yang sulit. Jadi, dalam tugas yang lebih menantang
dan waktu yang terbatas, mereka akan secara realistis mengubah strategi belajar mereka

19
sehingga mereka fokus pada materi yang sekiranya dapat dikuasai dalam waktu yang telah
ditentukan (Kornell & Metcalfe, 2006).

2.5.The Tip-of-the-Tongue Phenomenon


Tip-of-the-Tongue phenomenon adalah perasaan subjektif yang dialami ketika kita merasa
keyakinan bahwa kita mengetahui suatu kata yang sedang dicari, tetapi kita tidak mampu untuk
merecallnya (Schwartz, 1999, 2002)

2.5.1. Brown and McNeill’s Classic Research


Roger Brown dan David Mcneill (1966) merupakan tokoh pertama yang melakukan
penelitian dalam bidang ini secara formal. Dalam penelitiannya, mereka menciptakan
keadaan tip-of-the-tongue dengan memberikan partisipan beberapa definisi dari sebuah
kata yang tidak biasa dalam bahasa Inggris, misalnya sampan, ambergris, dan nepotism.
Terkadang, partisipan mempu menyebutkan kata yang tidak biasa tersebut dengan segera
dan pada waktu yang lain partisipan menyatakan dengan yakin tidak mengetahui kata
tersebut. Pada kasus lain, definisi-definisi dari kata tersebut menghasilkan keadaan tip-of-
the tongue. Pada kasus ini, peneliti meminta partisipan untuk menyebutkan kata yang
memiliki bunyi serupa dengan kata-kata yang sedang dicari tersebut, meskipun tidak
memiliki makna. Misalnya, jika kata yang sedang dicari adalah sampan, maka partisipan
dapat menyebutkan kata-kata yang memiliki kesamaan bunyi, seperti saipan, siam, dan
sarong.
Hasilnya, kata-kata dengan bunyi serupa yang disebutkan oleh partisipan memiliki kesamaan
dengan kata yang sedang dicari. Kata-kata dengan kesamaan bunyi memiliki kesesuaian
dengan huruf pertama sebanyak 49 % dan kesesuaian suku kata sebanyak 48 %.
Fenomena tip-of-the-tongue merupakan salah satu jenis metakognisi. Kita cukup
mengetahui mengenai kata-kata target pada memori kita untuk dapat diucapkan “Kata-kata
ini sudah ada di ujung lidah saya”. Pengetahuan tersebut cukup akurat karena kita mampu
mengidentifikasi huruf pertama dan hal-hal tambahan lain dari kata-kata target.
Fenomena ini berhubungan dengan topik psikologi kognitif lain, seperti kesadaran, memori
semantik, dan dalam menghasillkan bahasa. Hal ini menunjukkan bahwa proses-proses
kognitif saling berhubungan.

20
2.5.2. Later Researcher on the-tip-of-Tongue Phenomenon
Para peneliti menyimpulkan bahwa kita mengalami fenomena ini kira-kira satu kali dalam
sepekan pada aktivitas keseharian (James & Burke, 2000; Schwartz, 2002). Orang-orang
bilingual mengalami fenomena ini lebih sering dibandingkan orang-orang monolingual. Hal
ini disebabkan oleh orang-orang bilingual memiliki jumlah kata-kata terpisah dalam memori
semantik dibandingkan orang-orang monolingual.
Ketika kita berhasil meretrieve sebuah kata selama setengah jam, seringkali kita mengalami
fenomena the-tip-of-tongue pada dua menit pertama. Kata-kata yang menghasilkan sensasi
the-tip-of-tongue kuat akan menghasilkan ketepatan dalam pengenalan kata-kata tersebut
pula (Schwartz, 2002; Schwartz et al., 2000).
Ketika kita mengalami keadaan the-tip-of-tongue, kita dapat menebak dengan tepat huruf
pertama pada kata target sebanyak 50 hingga 70 % kali, mengidentifikasi suku kata dari
kata-kata target dengan tingkat keakuratan 45 hingga 85 % (Brown, 1991; Schwartz, 2002).
Lebih jauh lagi, kata dapat mengidentifikasi karakteristik dari kata-kata target, misalnya
apakah kata-kata tersebut menyenangkan, netral atau tidak menyenangkan (Koriat et al.,
2003). Penelitian menganai bidang ini pun dilakukan pada partisipan yang menggunakan
bahasa non-inggris, seperti Jepang dan Itali (Schwartz, 1999, 2002).

2.5.3. Feeling of Knowing


Feeling of knowing merupakan prediksi mengenai apakah kita dapat mengenali jawaban dari
sebuah pertanyaan dengan tepat atau tidak (Schwartz & Perfect, 2002). Secara umum,
fenomena the-tip-of-tongue merupakan efek yang tidak disadari. Sebaliknya, perasaan
mengetahui merupakan pengalaman yang disadari, kita dapat menilai apakah kita dapat
mengenali suatu jawaban atau tidak ketika kita diberikan sejumlah pilihan (Koriat &
Helstrup, 2007)
Kita pun akan mengalami perasaan mengetahui ketika seseorang meminta kita untuk
menuliskan sebanyak mungkin anggota dari sebuah kategori yang spesifik, misalnya
menuliskan jenis buah dan nama pelajar pada sekolah kita.
Kita akan memiliki perasaan mengetahui yang kuat jika kita mampu meretrieve bagian
informasi dalam jumlah yang besar (Koriat & Helstrup, 2007; Schwartz et al., 1997; Schwartz
& Smith, 1997). Misalnya, ketika kita berusaha mengingat nama depan guru Mata Pelajaran
Bahasa Inggris SD, perasaan mengetahui akan semakin kuat saat kita mendapatkan

21
informasi-informasi petunjuk mengenai nama tersebut, seperti terdiri dari dua suku kata
dan huruf terakhir pada nama tersebut merupakan kombinasi konsonan yang tidak terdapat
dalam alfabet bahasa Indonesia. Nama depan tersebut benar-benar terdapat pada ujung
lidah kita, tetapi kita tidak mampu untuk merecallnya. Bagaimana pun, kita tahu bahwa kita
mampu memilih kata yang tepat dari sekumpulan pilihan nama. Kemudian, dengan cepat
kita dapat menemukan nama tersebut sebagai “Hadist”. Perasaan mengetahui ini akan
semakin melemah ketika petunjuk mental tersedia dalam jumlah terbatas.

2.6.Metacomprehension

Yaitu mengacu pada pikiran kita mengenai pemahaman. Banyak penelitian mengenai
metacomprehension yang memfokuskan pada membaca pemahaman dari pada memahami
kemampuan berbicara (Maki & McGuire, 2002).

2.6.1. Metacomprehension Accuracy


Umumnya para mahasiswa tidak terlalu akurat dengan kemampuan metacomprehension-
nya, contohnya adalah mereka tidak mungkin melihat inkonsistensi atau informasi yang
hilang dalam sebuah bagian tertulis. Sebaliknya mereka berpikir bahwa mereka telah
memahaminya (Maki, 1998; Mayer 2004; McNamara & Shapiro, 2005).

Seperti dalam percobaan Pressley dan Ghatala ( 1988 ). Mereka menguji kemampuan
membaca sejumlah mahasiswa. Mereka menguji mahasiswa tersebut dengan SAT.
Mahasiswa tersebut menjawab pertanyaan multiple-choice, kemudian mereka
menyebutkan tingkat keyakian mereka terhadap jawaban benar atas pertanyaan tersebut.
Tingkat keyakinan mereka merupakan ukuran metacomprehension. Hasilnya, ketika
mahasiswa tersebut menjawab pertanyaan reading comprehension dengan benar, mereka
memberikan rata-rata kepastian sebanyak 73 %. Dengan kata lain, para mahasiswa tersebut
cukup yakin tentang item ini, yang sesuai. Bagaimana pun, ketika mereka menjawab
pertanyaan dengan tidak benar, mereka telah memberikan rata-rata keyakinan sebesar 64
%. Sayangnya, ini adalah tingkat yang sama mengenai kepercayaan mereka yang
menunjukkan item yang mereka jawab dengan benar. Data tersebut mengindikasikan
bahwa para mahasiswa terlalu percaya diri dalam berbagai kasus. Sekitar dua-pertiga
mahasiswa percaya bahwa mereka mengerti bahan yang telah mereka baca, ketika mereka
menjawab pertanyaan dengan kurang tepat.

22
2.6.2. Improving Metacomprehension
Idealnya mahasiswa seharusnya dapat lebih akurat dalam menilai apa yang mereka
mengerti terhadap apa yang mereka baca. Dengan kata lain penilaian subjektif mereka
seharusnya lebih cocok dengan kemampuan dalam objective test. Suatu cara untuk
meningkatkan metacomprehension mereka adalah dengan cara mengambil pretest, yang
dapat memfeedback pemahaman kita, sebelum mengambil tes yang sesungguhnya
(Glenberg et al, 1987 ; Maki, 1998).

Metode efektif lainnya untuk meningkatkan metacomprehension adalah dengan cara


membaca sebuah kutipan pendek, menunggu beberapa menit, dan kemudian mencoba
mengambil kesimpulan dari sebuah kutipan pendek tersebut. Prosedur ini tidak hanya
meningkatkan keputusan Anda tentang bagaimana anda mengetahui suatu pesan pendek,
tapi juga meningkatkan nilai anda pada sebuah tes tentang materi ini ( Baker & Dunlosky,
2006 ; Dunlosky et al., 2005 ; Thiede et al., 2005 ). Selanjutnya, ketika anda menggunakan
jenis aktif membaca ini, Anda cenderung untuk "keluar zona" dan gagal untuk menyadari
bahwa anda tidak lagi memperhatikan bacaan (Schooler et al., 2004).

Salah satu komponen metacomprehension, mengharuskan Anda untuk memahami bagian


secara akurat. Metacomprehension juga mengharuskan Anda untuk mengatur membaca
Anda, sehingga Anda tahu cara membaca yang lebih efektif.

23
Daftar Pustaka :

Matlin, Margaret W. 2005. Cognition sixth edition. United States of America: John Wiley & Sons, Inc.

Matlin, Margaret W. 2009. Cognition seventh edition. United States of America: John Wiley & Sons, Inc.

Smith, Edward E. et al. 2003. Atkinson and Hilgard’s Introduction to Psychology. USA:
Wadsworth/Thomson Learning

24
LEMBAR PENILAIAN KONTRIBUSI ANGGOTA KELOMPOK

Kelompok
Kelas Chapter Tanggal Nama/NPM Ketua Kelompok
Diskusi

A Memory 6 7 & 8 Oktober 2010 Arlina Oktaviani/ 190110090009


Strategies and
Metacognition

Nilai gagasan Nilai Proses Nilai Nilai


Nama anggota kelompok & Rank
Awal Akhir
No NPM
- + Tot - + Tot

Rini Dwi Wulansari


1 0 4,65 4,65 0,1 5 4,9 9,55 5 10,5
NPM: 190110090003

Anggi Septia Nizarwan


2
NPM: 190110090014 0 4,5 4,5 0,3 5 4,7 9,2 9 8

Aktaria Linanda

3 NPM: 190110090026 0 4,5 4,5 0 5 5 9,5 6 9,5

Nur Fitri Anggraini S.

4 Npm: 190110090028 0 5 5 0 5 5 10 1 12,5

Khrisnavidya

5 NPM: 190110090029 0 4 4 0 5 5 9 10 7.5

R. Gerhana R.

25
7
6 NPM: 190110090034 0 5 5 0,5 5 4,5 9,5 9

7 Nuri Handayani

NPM: 190110090040 0 5 5 0 5 5 10 2 12

Nerissa Arviana

8 NPM : 190110090049 0 5 5 0 5 5 10 3 11,5

Mochammad Ridwan

9 NPM: 190110090054 0 4,8 4,8 0 5 5 9,8 4 11

Yushifani Belladina
10 0 4,5 4,5 0 5 5 9,5 8 8,5
NPM: 190110090055

100

Ketua Kelompok

( Arlina Oktaviani )

190110090009

26
LAMPIRAN

27
Rini Dwi Wulansari

190110090003

MEMORY STRATEGIES

Memory strategies adalah suatu cara yang digunakan untuk meningkatkan memori kita. Ada
beberapa cara untuk meningkatkan memori kita :

1. Level of processing.
2. Proses retrieval akan lebih baik jika encoding sama dengan retrievalnya (menggunakan proses
recall). Contohnya jika kita mendengarkan kalimat yang menggunakan bahasa Inggris, maka kita
akan lebih mudah me-retrieval-nya dengan menggunakan bahasa Inggris juga dibandingkan
dengan menggunakan bahasa Spanyol.
3. Overconfident (tidak akurat karena ditambahkan dengan informasi yang lain).
4. Divided attention (atensi terbagi memjadi beberapa bagian). Contohnya adalah kita menyetir
sambil mendengarkan musik dan menelpon.

PRACTICE

Dalam subbab ini dijelaskan bagaimana kita menambahkan memori. Ada 3 bagian :

1. The total-time hypothesis. Banyak yang mengatakan bahwa jika kita belajar terlalu lama, maka
kita akan sangat memahami materi yang kita pelajari. Namun sebenarnya bukan lama belajar
yang akan membuat kita memahami materi, namun seberapa efektif kita belajarnya. Contohnya
adalah waktu belajar 1 jam yang efektif lebih baik daripada kita belajar beberapa jam namun
tidak efektif. Lalu ada juga tips untuk mempersiapkan ujian : kita harus membaca bahan
ujiannya minimal 2 kali. Lalu setelah membaca materinya, usahakan untuk meretrievalnya.
2. The distributed-practice effect. Cara belajar ini adalah dengan cara dicicil. Contohnya jika kita
akan ujian psikologi kognitif. Setiap kita mendapatkan materi, maka kita harus mengulangnya.
Jika kita langsung berusaha mengingat secara keseluruhan, maka kita akan merasa bingung dan
kesulitan untuk me-retrieval-nya.

28
3. Desirable difficultie. Yaitu cara belajar dengan memahami konsepnya, lalu kita coba untuk
mengetes diri kita sendiri sampai kita paham selama 2 sampai 3 kali. Contohnya adalah cara
belajar dimana jika kita sudah lama tidak me-retrieval-nya, maka kita akan lupa saat kita
mencoba untuk mengingatnya kembali.
4. The testing effect. Cara ini dilakukan dalam situasi akademik. Cara terbaik untuk meningkatkan
long-term adalah dengan me-recall memori kita. Contohnya adalah dengan menggunakan study
question, maka otak akan lebih tertantang untuk mengetahui materi tersebut.

MNEMONICS USING IMAGERY

Mnemonic adalah mental strategi yang dirancang untuk meningkatkan memori. Ketika kita
menggunakan mnemonic yang menekankan pada imagey, mental kita mewakili obyek atau tindakan
yang tidak ditampilkan secara fisik. Bower dan Winzenz melakukan eksperimen dimana partisipan
diminta untuk menghapalkan pasangan kata berikut hanya dengan menghapal katanya, tidak
menggunakan cara lain:

CUSTARD – LUMBER IVY – MOTHER

JAIL – CLOWN LIZARD – PAPER

ENVELOPE – SLIPPER SCISSORS – BEAR

SHEEPSKIN – CANDLE CANDY – MOUNTAIN

FRECKLES – APPLE BOOK – PAINT

HAMMER – STAR TREE – OCEAN

Lalu partisipan diminta untuk me-recall kata tersebut :

ENVELOPE ____________ JAIL ____________

FRECKLESS ____________ IVY ____________

TREE ____________ SHEEPSKIN ____________

CANDY ____________ BOOK ____________

SCISSORS ____________ LIZARD ____________

29
CUSTARD ____________ HAMMER ____________

Setelah itu, partisipan melakukan eksperimen kedua pada subyek yang sama. Subyek diminta
untuk membayangkan dan membuat imagery dari rangkaian kata berikut:

SOAP - MERMAID MIRROR - RABBIT

FOOTBALL - LAKE HOUSE - DIAMOND

PENCIL - LETTUCE LAMB - MOON

CAR - HONEY BREAD - GLASS

CANDLE - DANCER LIPS - MONKEY

DANDELION - FLEA DOLLAR- ELEPHANT

Lalu partisipan diminta untuk me-recall kata tersebut :

CANDLE ____________ DOLLAR ____________

DANDELION ____________ CAR ____________

BREAD ____________ LIPS ____________

MIRROR ____________ PENCIL ____________

LAMB ____________ SOAP ____________

FOOTBALL ____________ HOUSE ____________

Lalu setelah disimpulkan, ternyata cara meng-imagery lebih baik untuk partisipan dalam
menghapalkan rangkaian kata tersebut. Dan dengan menggunakan cara tersebut, maka jumlah
rangkaian kata yang bisa diingat lebih banyak daripada dengan menggunakan metoda menghapal.

Berikut adalah 2 jenis alat yang menggunakan mental imagery :

 The Keyword Method


Jika kita ingin mengingat kata yang tidak familiar, the keyword method adalah bantuan yang
istimewa. Di dalam keyword method, kita bisa mengidentifikasi kata berbahasa Inggris yang

30
memiliki suara yang sama dengan kata baru yang ingin kita pelajari. Lalu kita bisa membuat
gambaran yang menghubungkan dengan makna pada kata baru tersebut. Penelitian pada
keyword method memperlihatkan bahwa itu kelihatannya untuk membantu siswa yang sedang
belajar vocabuary bahasa Inggris, vocabuary dalam bahasa lain, atau nama orang.

Carney dan Levin melakukan penelitian yang mmemperlihatkan binatang yang tidak familiar,
beberapa bagian dengan nama binatang. Untuk siswa dalam grup eksperimental, mereka
diinstruksikan bahwa mereka harus membayangkan binatang yang disebut dengan capybara
dengan topi yang ditarik menutupi matanya. Kelompok siswa kontrol diperintahkan untuk
menggunakan metode menghapal seperti yang mereka lakukan. Sesuai dengan hasilnya, pelajar
imagery-group secara signifikan lebih akurat daripada kelompok siswa kontrol dalam
mengidentifikasi nama dari binatang dalam video klip, serta sketsanya.

 The Method of Loci


Jika kita akan menggunakan metoda ini, maka kita harus mengasosiasikan sesuatu yang ingin
kita pelajari dengan rangkaian gambaran visual pada lokasi secara fisik. Contohnya adalah ketika
kita ingin menggunakan method of loci dengan cara membayangkan barang tersebut
terpampang pada bagian rumah kita. Misalnya kita membayangkan di pintu ada daging, lalu di
gantungan lampu ada telur, lalu televisi seperti susu kotak, lalu sofa seperti roti, dst. Maka kita
akan lebih mudah menghapalkan barang-barang tersebut.

MNEMONICS USING ORGANIZATION

Kita akan lebih mudah mengingat sesuatu jika kita mengorganisasikan hal yang ingin kita ingat
tersebut dengan cara :

1. Chunking
2. Hierarchy technique. Yaitu dengan cara membagi menjadi beberapa kelas. Misalnya kelas
binatang buas adalah harimau, singa, dll. Kelas hewan ternak adalah ayam, sapi, domba, dll.
Menggunakan struktur dan organisasi bisa meningkatkan memori kita, cara menghapal dan
menggunakan garis besar akan memudahkan kita untuk mengorganisasikannya dalam otak kita.
3. Teknik menghapal dengan mengingat huruf pertama yang kita hapal. Contohnya : Mejikuhibiniu
4. Membuat narasi (cerita) dari kata-kata yang akan kita hapal.

31
A COMPREHENSIVE APPROACH TO MEMORY IMPROVEMENT

Penelitian ini tidak setuju dengan pendekatan tradisional (mnemonic using imagery dan
mnemonic using organization). Penelitian ini mengemukakan pendapat tentang :

- Orang yang ingin meningkatkan memorinya harus melakukan pendekatan kompherensif untuk
memory improvement.
- Memfokuskan pada physical condition (bagaimana kondisi fisik kita ketika kita menghapalkan
sesuatu), ingatan fisik dan psikologis mempengaruhi cara kita menghapal.
- Orang yang ingin meningkatkan memori harus sering menggunakan informasi yang kita dapat
tersebut. Contoh : ketika kita ingin menghapalkan nama seseorang, maka kita harus sering
menyebut namanya saat kita berbincang.

IMPROVING PROSPECTIVE MEMORY

Prospective memory adalah proses mengingat yang kita butuhkan untuk melakukan sesuatu di
masa depan (nanti).

 Comparing prospective and retrospective memory. Retrospective memory digunakan untuk


mempelajari sesuatu yang telah kita ingat (pelajari) sebelumnya. Sedangkan prospective
memory digunakan untuk mengingat di masa depan.
 Research on prospective memory. Berikut adalah beberapa contoh tentang penelitian ini :
1. Jika kita bekerja dengan tugas yang sangat berat, seperti sebuah pekerjaan yang
membutuhkan divided attention. Mungkin kita akan lupa menyelesaikan tugas prospective
memory yang tidak berhubungan.
2. Jika kita sedang berfokus pada tugas 1, saat kita akan berpindah ke tugas 2, maka kita akan
kurang bisa menyelesaikan tugas prospective memory.
3. Kita bisa mengingat suatu hal jika kita berada dalam konteks yang sama.
 Absentmindness. Contohnya adalah jika kita dalam perjalanan pulang, tiba-tiba kita ditelpon
oleh kakak kita untuk membelikan obat di apotek. Namun biasanya kita akan lupa pergi ke
apotek karena kita sudah terbiasa langsung pulang, tanpa pergi ke apotek ataupun tempat
lainnya.

32
 Suggestion for improving prospective memory. Jika kita ingin mengingat sesuatu yang akan kita
kerjakan, maka sebaiknya kita menggunakan alarm agar kita dapat memperoleh pengingatan
dari alarm tersebut. Misalnya kita ingin berbelanja jam 1, maka kita harus menyetel alarm jam 1.

METACOGNITION

Metacognition adalah pengetahuan dan kontrol dari proses kognitif kita. Topik pertama kita
adalah metamemory yaitu pengetahuan dan kontrol seseorang terhadap memorinya. Metamemory
adalah bagian yang penting untuk meningkatkan memori kita. Terdapat beberapa aspek berbeda pada
metamemory, yaitu :

1. Keakuratan seseorang dlaam memprediksi penampilan memori kita.


2. Pengetahuan seseorang tentang strategi memori.
3. Pengetahuan seseorang tentang bagaimana meregulasi strategi belajarnya.

METAMEMORY AND THE PREDICTION OF MEMORY PERFORMANCE

 Metememory on a total score basis.


Dilakukan sebuah eksperimen dimana partisipan diminta untuk menghapalkan sebuah
rangkaian kata yang tidak berhubungan, misalnya coat-sandwich. Lalu ia diperintahkan
untuk merecallnya. Setelah itu, ia diminta untuk memprediksikan berapa banyak ia
dapat merecall. Dan hasil penelitian menyatakan bahwa nilai yang mereka prediksi
berbeda dengan nilai tes yang sebenarnya.

 Metamemory on an item-by-item basis.


Dilakukan percobaan sama dengan percobaan pertama. Namun pada percobaan ini,
kata yang diberikan adalah kata yang berkaitan sehingga mereka bisa membuat cerita
dari kata-kata tersebut. Dan ternyata hasilnya adalah nilai yang mereka prediksi hampir
sama dengan nilai hasil tes mereka.

METAMEMORY ABOUT FACTORS AFFECTING MEMORY

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, kita mengetahui bahwa cara menghapal dengan
membuat cerita dari daftar kata yang harus kita hapalkan atau membuat imagery digunakan agar proses

33
menghapal bisa menjadi lebih cepat dan lebih efektif. Selain itu, terdapat juga cara menghapal yangbaik,
yaitu dengan keyword method, dan cara ini lebih baik daripada mengulang.

IN DEPTH : METAMEMORY AND THE REGULATION OF STUDY STRATEGIES

Penelitian membuktikan bahwa kita lebih baik menghapal kata-kata yang sulit daripada kata
yang mudah diingat karena otak kita biasanya lebih mudah mengingat sesuatu yang bersifat menantang.

 Allocating time when the task is easy : Kita akan lebih mudah menghapal bagian-bagian
yang relatif mudah untuk diingat, misalnya kita membagi materi yang akan kita hapal
menjadi beberapa bagian. Dan siswa biasanya memilih strategi yang berbeda pada
keadaan yang lain.

 Allocating time when the task is difficult : Dilakukan sebuah percobaan dimana
partisipan diminta untuk membaca sebuah biografi dalam waktu 30 menit. Namun
sebenarnya biografi ini memerlukan waktu 60 menit untuk membacanya. Dengan wktu
yang sangat singkat, maka partisipan akan memilih kata mana yang mereka anggap
penting untuk dihapal, dan kata mana yang mereka tidak anggap penting.

 Conclusions about the regulation of study strategies

THE TIP-OF-THE-TONGUE PHENOMENON

Adalah perasaan subyektif ketika kita ingin mengatakan suatu kata yang sudah kita tahu, bahkan
sudah terpikirkan namun kita sulit untuk mengatakannya.

 Brown and McNeill’s classic research. Kita biasanya merasa bingung saat akan mengucapkan
sebuah kata yang sulit untuk diucapkan. Selain itu, kata yang kita ucapkan juga tertukar.
Contohnya kita ingin mengucapkan Manila, namun karena kita merasa kesulitan
mengucapkannya, maka kita menjadi mengucapkan malina. Padahal kata Manila di otak kita
sudah benar namun terdapat kesalahan ketika kita mengucapkan (me-retrieval-nya).

 Later research on the tip-of-the-tongue phenomenon.

 Feeling of knowing.

34
METACOMPREHENSION

Adalah pikiran tentang pemahaman. Kebanyakan penelitian ini berfokus pada reading
comprehension daripada comprehension of spoken speech. Metacomprehension terdiri dari :

 Metacomprehension accuracy.

 Improving metacomprehension.

35
Anggi Septia Nizarwan

190110090014

Memory Strategies

Chapter sebelumnya menghadirkan beberapa strategi untuk peningkatan memori, terkhusus,


menghindari divided attention, menggunakan pemrosesan yang mendalam (elaborate encoding,
perbedaan, dan metode self-reference), menggunakan encoding specificity dan menghindari bahay dari
percaya diri berlebih.

Tiga strategi peningkatan memori general memfokuskan pada aspek pelatihan: total-time hypothesis,
efek pelatihan terdistribusi dan efek pengujian.

Beberapa mnemonic berfokus pada imagery; meliputi memvisualisasikan benda dalam interaksi yang
hidup, metode keyword dan metode loci.

Mnemonic yang lain berfokus pada pengorganisasian; ini meliputi chunking, teknik hierarki, teknik huruf
pertama dan teknik narasi.

Pendekatan komprehensif untuk peningkatan memori mengajukan bahwa masalah memori


memerlukan solusi multi-faktor yang berfokus pada faktor fisik, mental dan sosial, juga latihan dalam
penggunaan variasi strategi memori yang fleksibel. Pendekatan komprehensif juga menekankan
pendekatan yang sepenuhnya sadar kepada memori.

Kebanyakan penelitian berfokus kepada memori retrospektif, area memori prospektif memeriksa
bagaimana mengingat untuk melakukan sesuatu di masa depan. Walaupun dua jenis memori ini
berbeda fokusnya, mereka berbagi kesamaan yang penting.

Orang melakukan kesalahan dalam tugas memori prospektif jika aktifitas yang sedang berlangsung itu
dominan, jika berganti pekerjaan, dan jika lokasi memori prospektif diubah.

Memori prospektif bisa membuat situasi divided-attention, yang bisa mengakibatkan absentmindedness

36
Secara umum, memori prospektif lebih akurat jika orang menggunakan strategi memori yang sama
dengan yang mereka digunakan dengan memori retrospektif dan jika mereka menggunakan external
memory aids.

METACOGNITION

Metakognisi adalah pengetahuan dan control kita terhadap proses kognitif kita; tiga komponen penting
metakognisi adalah: metamemori, fenomena tip-of-the-tounge dan metakomprehensi.

Orang sering percaya diri berlebih ketika mereka menilai performa mereka dalam tugas memori.
Namun, kemampuan metamemori cukup akurat ketika orang menilai benda benda tertentu yang akan
mereka ingat.

Orang dewasa dengan ADHD similar dengan orang dewasa normal tanpa ADHD dalam menilai benda
spesifik yang akan mereka ingat.

Secara umum, pelajar tidak cukup sadar bahwa beberapa strategi memori lebih baik daripada yang lain.

Ketika tugasnya mudah, pelajar menghabiskan lebih banyak waktu mempelajari materi yang sulit
daripada yang mudah. Ketika tugasnya sulit, dan waktunya terbatas, mereka mempelajari materi yang
lebih mudah mereka pahami.

Penelitian tentang fenomena tip-of-the-tounge menunjukkan bahwa walaupun orang tidak bisa
mengingat kata yang mereka cari, mereka sering dapat mengidentifikasi atribut penting seperti huruf
pertama, jumlah suku kata , kata yang terdengar mirip, dan karakteristik semantik dari target.

Kalimat “merasa tahu” menunjukkan situasi dimana kita berpikir bahwa kita tidak bisa mengidentifikasi
jawaban yang benear dari beberapa pilihan, walaupun target tidak sebenearnya di ujung lidah kita.

Pembelajaran tentang metakomprehensi menyatakan bahwa pelajar sering percaya diri berlebih dalam
menilai apakah mereka mengerti materi yang mereka baca, terutama jika kemampuan mereka rendah.

Metakomprehensi pelajar dapat ditingkatkan jika mereka menjalani tes, dan jika mereka menunggu
beberapa menit dan kemudian merangkum materinya.

37
Aktaria Linanda

190110090026

MEMORI STRATEGI DAN METAKONISI

Memori strategi adalah perilaku dan proses-proses berfikir yang digunakan oleh siswa yang
mempengaruhi apa yang dipelajari, termasuk memori dan metakognitif

Practice

The total-time hypothesis. Sesungguhnya bukan semakin lama kita belajar, lalu semakin mengerti,
melainkan kualitas cara belajar kita yang buat kita lebih mengerti.

The distributed-practice effect. Cara belajarnya dicicil. Satu alasan bahwa latihan dapat melatih long-
term memory kita adalah desirable difficulties. Yang artinya kita harus memahami konsep, lalu kita bisa
mengetes diri kita sendiri.

The Testing Effect. Melakukan tes sebenarnya adalah cara yang sempurna untuk menaikkan long term
memory anda untuk kepentingan akademik.

Mnemonics Using Imagery

Mnemonic adalah mental strategi yang didesain untuk mengembangkan memori anda.

The Keyword Method. Metode kata kunci ini sangat fleksibel dan memiliki berbagai aplikasi yang
bermanfaat. Salah satu kemungkinan adalah dalam pengajaran kosakata baru.

Teknik kata kunci membantu untuk mengingat pengacara yang adalah kata lain untuk pengacara,
terlebih dahulu membuat kata kunci untuk kata asing, pengacaraIngat, kata kunci adalah kata yang
terdengar seperti kata baru dan mudah digambarkanSebuah kata kunci yang baik untuk pengacara
kemudian, adalah beruang. Kemudian, Anda menciptakan gambaran kata kunci dan definisi melakukan
sesuatu bersama-sama Adalah penting bahwa kedua hal benar-benar berinteraksi dan tidak hanya
disajikan dalam gambar yang sama. Oleh karena itu, gambar beruang dan seorang pengacara di satu
gambar bukan merupakan mnemonik yang baik, karena unsur-unsur yang tidak berinteraksi. Sebuah
gambar yang lebih baik akan menjadi beruang yang bertindak sebagai pengacara di ruang sidang,

38
misalnya, memohon's kliennya tidak bersalah. Kami telah menciptakan gambar dan ditampilkan mereka
di proyektor overhead, tapi Anda bisa menunjukkan kepada mereka dengan cara lain juga. Ketika Anda
berlatih strategi ini, pasti mengerti semua bagian itu.

Mnemonik juga dapat digunakan dalam rangka memperoleh kosakata bahasa asing.. Sebuah daftar dari
beberapa kosakata Italia (dari Mastropieri & Scruggs, 1991, hal 24) dan strategi mnemonic yang sesuai
diberikan pada Tabel 1. Sebelum Anda membaca, menutupi kata kunci dan strategi dan lihat apakah
Anda dapat datang dengan sendiri. Kata kunci juga telah digunakan untuk meningkatkan mengingat
lokasi Ini adalah proses belajar lebih banyak cacat jauh lebih berhasil dalam mencari lokasi pertempuran
Perang Revolusi pada peta ketika mereka mnemonically dikodekan (misalnya, gambar harimau, kata
kunci untuk Fort Ticonderoga) daripada saat gambar representasional digunakan. Ketika ditanya untuk
lokasi Fort Ticonderoga, siswa terbukti jauh lebih mampu mengidentifikasi di mana pada peta harimau
itu telah daripada mereka untuk mengidentifikasi lokasi dari sebuah gambaran yang lebih
tradisionalSelanjutnya, jika harimau ditunjukkan merawat meriam, siswa lebih mungkin untuk diingat
bahwa di Fort Ticonderoga, meriam ditangkap yang membantu dalam upaya perang Amerika (Brigham,
Scruggs, & Mastropieri, 1995).

Yang penting langkah yang paling menuju memori yang lebih baik adalah memutuskan bahwa Anda
ingin meningkatkan keterampilan Anda. Anda dapat meningkatkan memori Anda jika Anda mengikuti
aturan evereday sederhana dan kemudian latihan, latihan, latihan.

Metode lokus. (jamak dari lokus Latin untuk tempat atau lokasi), juga disebut istana memori, merupakan
sebutan umum untuk mnemonic teknik yang bergantung pada hubungan spasial hafal untuk mendirikan,
ketertiban dan peringatan konten mengingat kembali. The term is most often found in specialised works
on psychology , neurobiology and memory , though it was used in the same general way at least as early
[ 1 ]
as the first half of the nineteenth century in works on Rhetoric , Logic and Philosophy . Istilah ini
paling sering ditemukan dalam karya-karya khusus pada psikologi , neurobiologi dan memori , meskipun
digunakan dengan cara yang umum yang sama setidaknya sejak paruh pertama abad ke sembilan belas
dalam bekerja pada Retorika , Logika dan Filsafat.

Mnemonic Using Organization

Organisasi adalah usaha untuk mensistemasikan materi yang sudah kita ingat.

39
Chunking. Chunking adalah teknik yang digunakan ketika mengingat angka, meskipun ide dapat
digunakan untuk mengingat hal-hal lain jugaHal ini didasarkan pada gagasan bahwa memori jangka
panjang terbatas dalam sejumlah hal yang dapat ditampung. Aturan umum adalah bahwa seseorang
dapat mengingat 7 (plus atau minus 2) "item" dalam memori jangka panjang.Dengan kata lain, orang
dapat mengingat antara 5 dan 9 hal pada satu waktu. Anda mungkin memperhatikan bahwa nomor
telepon lokal memiliki 7 digit. Hal ini nyaman karena itu adalah jumlah rata-rata angka bahwa seseorang
dapat tetap atau pikirannya pada satu waktu.

Bila Anda menggunakan "chunking" untuk mengingat, Anda mengurangi jumlah item yang Anda pegang
dalam memori dengan meningkatkan ukuran setiap item Dalam mengingat string nomor 64831996,
Anda bisa mencoba untuk mengingat nomor setiap individu, atau Anda dapat mencoba memikirkan
string 64 83 19 96 (menciptakan "potongan" angka). Ini istirahat kelompok ke dalam sejumlah kecil dari
"potongan." Alih-alih mengingat 8 nomor individu, Anda mengingat empat angka yang lebih besar. Hal
ini sangat berguna ketika Anda membentuk "potongan" yang bermakna atau akrab bagi Anda (dalam
kasus ini, empat nomor terakhir dalam seri ini adalah "1996," yang dapat dengan mudah diingat sebagai
salah satu potongan informasi).

Mempraktekkan ketrampilan Anda dengan contoh-contoh dalam kenyamanan dan privasi rumah Anda
sendiri dan dengan kecepatan Anda sendiri. Memori Permainan mengacu pada keluarga yang berbasis
ilmu pengetahuan memori pelatihan interaktif ini memori program pelatihan yang unik dan sangat
membantu pengguna meningkatkan kemampuan memori mereka dengan menghilangkan tiga alasan
yang paling umum untuk pelatihan memori. Banyak orang yang ingin meningkatkan memori mereka
gagal untuk mengambil tindakan karena memori program pelatihan tradisional kebanyakan kelas atau
seminar-based dan biasanya melibatkan banyak orang.

Hierarchy Technique. Sistem yang disusun dengan cara mengklasifikasikan dari kelas yang paling general
ke kelas yang spesifik.

Selain itu, terdapat pula First-letter technique dan Narrative Technique.

Improving Prospective Memory

Comparing Prospective and Retrospective Memory. Awal penelitian tentang ingatan prospektif dan
memori retrospektif telah menunjukkan bahwa memori retrospektif memiliki peran dalam ingatan

40
prospektifHal ini diperlukan untuk menciptakan istilah yang lebih akurat untuk menjelaskan hubungan
sepenuhnya. Calon memori lebih akurat menggambarkan sebuah paradigma eksperimental, oleh karena
itu, istilah prospektif mengingat kemudian digunakan. Sebuah review oleh Burgess dan Shallice
dijelaskan studi di mana pasien memiliki gangguan ingatan prospektif, tapi memori retrospektif utuh,
dan juga studi di mana memori retrospektif terganggu menyebabkan dampak pada memori prospektif.
Sebuah disosiasi ganda untuk dua belum ditemukan, sehingga menyimpulkan mereka tidak entitas
independen. Peran memori retrospektif dalam memori calon disarankan untuk menjadi minimal, dan
mengambil bentuk informasi yang diperlukan untuk membuat rencana. Menurut Einstein & McDaniel
(1990) komponen memori retrospektif dari tugas mengingat calon mengacu pada kemampuan untuk
menyimpan informasi dasar tentang aksi dan konteks Sebuah contoh yang digunakan dalam kajian
menjelaskan ini dalam skenario berikut:

You are intending to mail a letter on your way home tomorrow evening, at the mailbox that you
have used before" Anda berniat untuk surat surat perjalanan pulang besok malam Anda, di
kotak surat yang telah Anda gunakan sebelumnya "

Informasi dasar dari konteks pengambilan termasuk waktu, lokasi dan obyek, yang dalam kombinasi
bentuk konteks pengambilan yang dibutuhkanSetiap representasi individu yang dibutuhkan adalah
suatu bentuk memori retrospektif. Meskipun semua penelitian masalah ini masih diperdebatkan dalam
komunitas ilmiah.

Absentmindedness. Tidak ada pikiran yang dapat merujuk pada tiga hal yang sangat berbeda:

1. rendahnya tingkat perhatian ("pengosongan" atau "zoning out");


2. memperhatikan satu objek fokus ( hyperfocus ) yang membuat seseorang lupa akan kejadian di
sekelilingnya, atau
3. tidak beralasan gangguan perhatian dari objek fokus dengan pikiran yang tidak relevan atau
peristiwa lingkungan.

Suggestions for improving Prospective Memory. Dengan alat bantu misalnya menggunakan alarm pada
ponsel, atau dengan meletakkan barang yang dekat dengan apa yang akan kita beli.

41
METACOGNITION

Metakognisi berhubungan dengan pengetahuan dan mengontrol proses kognitif. Satu fungsi penting dar
metakognisi adalah untuk mengawasi cara anda dalam memilih dan menggunakan memori strategi
anda. Metakognisi adalah proses yang luar biasa aktif.

Pikirlah tentang macam-macam dari pengetahuan metakognitif yang anda miliki. Sebagai contoh, anda
tahu faktor-faktor yang mempengaruhi memori kita. Faktornya seperti waktu di hari itu, motivasi mu,
tipe material, dan keadaan sosial.

Sebagai tambahan, anda tahu cara mengontrol dan mengatur strategi belajar anda. Jika ada sesuatu
yang sulit anda ingat, anda akan menghabiskan waktu lebih lama untuk menghapalnya.

Contoh pengetahuan metakognitif yaitu apakah informasi sudah seperti “tip of your tongue”.
Pengetahuan metakognitif berfokus pada pemahaman bahan yang anda baca.

Metakognisi adalah topik yang sangat menggugah rasa ingin tahu karena kita menggunakan proses
kognitif untuk memikirkan tentang proses kognitif. Hal ini sangat penting karena pengetahuan tentang
proses kognitif bisa memandu kita dalam pemilihan strategi untuk meningkatkan pelaksanaan kognitif
masa depan kita. Metakognisi juga penting karena tujuan umum di universitas harus belajar tentang
bagaimana kita berfikir dan bagaimana menjadi orang yang reflective. Sebagai manusia reflective, anda
bisa mempertimbangkan apa yang akan kamu kerjakan dan apa yang akan kamu rencanakan.

Topik yang berhubungan dengan metakognisi salah satunya terdapat di chapter 3, kami melihat bahwa
orang mempunyai kesadaran yang terbatas tentang proses mental. Hasilnya, mereka tidak mampu
untuk mengidentifikasi faktor apa yang bisa membantunya untuk memecahkan masalah. Begitu juga di
chapter 5 yang mendiskusikan tentang orang yang mempunyai kesulitan dalam tugas source-monitoring.
Contohnya, anda tidak mengingat apakah sebenarnya anda sudah mengembalikan buku yang anda
pinjam dari teman atau anda hanya mengimajinasikannya bahwa anda sudah mengembalikan buku
tersebut.

Topik pertama yang akan kita bahas adalah metamemori, topik yang berhubungan dengan pengetahuan
yang dimiliki seseorang dan mengontrol memori mereka. Metamemori memainkan peran besar di
kemajuan memori. Dua kajian yang berhubungan dengan metakognisi adalah meta comprehension dan
fenomena tip-of-the-tongue.

42
Kita juga akan membahas tiga aspek metamemori, yaitu keakuratan manusia dalam memprediksi
memory performance, pengetahuan manusia tentang strategi memori, dan pengetahuan manusia
bagaimana cara mengatur strategi belajar.

Metamemory and the Prediction of Memory Performance

Apakah anda pernah mengalami situasi berikut? Anda berfikir bahwa anda mengetahui bahan untuk
ujian tengah semester, dan anda mengira anda menerima nilai yang bagus. Namun, kenyataannya anda
mendapat nilai C. Jika situasi ini familiar, anda menyadari bahwa metamemori anda tidak selalu akurat
dalam memprediksi memory performance.

Dalam keadaan apakah metamemori meprediksi memory performance secara akurat? Jawaban dari
pertanyaan ini tergantung dari aspek mana metamemori diuji:

3. Ketika orang memperkirakan skor total nya dalam tes memori, pada umumnya mereka terlalu
percaya pada nilai yang bagus, dibandingkan ketelitian
4. Ketika orang harus mengingat beberapa benda, dengan akurat mereka dapat memperkirakan
dimana individual items yang akan mereka ingat dan yang mereka lupa.

Metamemory on a Total-Score Basis. Dalam pembelajaran metamemori, siswa memulai dengan


mempelajari daftar kata yang berhubungan, seperti coat-sandwich. Dengan kata lain, ketika mereka
melihat kata coat, mereka tahu bahwa mereka harus merespon sandwich. Kemudian mereka diminta
untuk memperkirakan total jumlah jawaban benar yang akan mereka sampaikan pada tes selanjutnya.
Pada situasi ini, kemungkinan besar mereka melakukan foresight bias; yang artinya mereka menaksir
terlalu tinggi jumlah jawaban benar pada suatu tes.

Masalah disini adalah mereka mereka mempelajari kata berpasangan tersebut ketika jawaban benarnya
tampak, sehingga prediksi mereka kemungkinan tidak realistis.

Pada pembelajaran lain, para pelajar memperkirakan skor total mereka setelah menyelesaikan ujiannya.
Contonya, Dunning dan koleganya (2003) meminta siswa memperkirakan skor total yang mereka pikir
mereka bisa mencapainya. Kemudian penelitian memeriksa hasil ujian dan membagi para siswa menjadi
empat grup, menurut nilai mereka yang sebenarnya.

43
Figur 6.4 memperlihatkan hasil dari empat grup, kuartil bawah, kuartil kedua, kuartil ketiga, dan kuartil
teratas. Perhatikan pada kuartil teratas memperkirakan skor total sangat akurat dan pada kuartil ketiga
hampir akurat. Namun, siswa pada kuartil terbawah menaksir terlalu tinggi sampai 30%. Ironisnya, grup
inbitidak sadar dengan keterbatasan mereka. Mereka tidak tahu bahwa mereka tidak tahun bahannya.

Dunning pun melakukan tes serupa tentang keahlian kognitif, lagi-lagi hasilnya pun sama, siswa dengan
keahlian kognitif yang lemah kemungkinan besar menaksir terlalu tinggi total skor mereka dalam tes.

Metamemory on an Item-by-Item Basis. Tegasnya, metamemori seseorang bisa menjadi akurat ketika
kita memikirkan prediksi kita tentang item individual yang mereka ingat dan yang mereka lupa.

Dalam studi klasik, Eugene Lovelace (1984) menunjukkkan pasangan kata yang tidak berhubungan,
seperti disease-railroad. Partisipan diberitahu bahwa mereka akan dites untuk pembelajaran asosiasi-
berpasangan. Mereka akan melihat kata pertama, dan mereka diminta untuk mengisi kata kedua. Mari
kita pertimbangkan prediksi siswa yang melihat setiap pasang kata untuk 8 detik. Setelah pasangan kata
terakhir sudah dimunculkan, partisipan menaksir kemungkinan jawaban benar pada tes. Setelah
penilaian, partisipan melihat kata pertama dalam setiap pasang, dan mereka diberitahukan untuk
mengisi kata kedua yang tepat.

Seperti yang anda lihat pada figur 6.5, orang bisa memprediksi secara akuratkemungkinan mereka untuk
merecall item. Ketika mereka memberikan rating 1 dalam sebuah benda, mereka bisa mengingat
kembali hanya 45%, sedangkan ketika mereka memberikan rating 5 pada benda tersebut, mereka bisa
mengingatnya sampai 80%. Satu faktor yang membuat siswa membuat prediksi seperti ini adalah
apakah mereka mudah untuk mengeneralisasi image linking dalam dua kata secara bersama-sama.
Namu, metamemori lebih diingat ketika tugasnya mmerupakan pembelajaran asosiasi berpasangan.

Suatu penelitian menemukan bahwa orang akan lebih akurat dalam memperkirakan mana benda yang
akan mereka recall jika mereka menunda keputusannya, dibandingkan jika membuatnya segera setelah
belajar. Keputusan yang tertunda itu menyediakan penaksiran yang akurat dari performa memori kita
karena mereka menaksir memori jangka panjang. Dan tugas memori yang sebenarnya memerlukan
memory jangka panjang. Namun, keputusan yang diambil segera menaksir memori bekerja, dimana itu
kurang relevan dalam tugas memori.

44
Individual Differences: Metamemory and Adults with Attention-Deficit/Hyperactivity Disorder

Knouse dan koleganya (2006) mengemukakan bahwa orang dewasa dengan ADHD mirip dengan orang
dewasa tanpa ADHD dalam memutuskan item spesifik yang akan mereka ingat.

Tip-Of-The-Tongue Phenomenon. Penelitian fenomena tip-of-the-tongue menunjukkan bahwa walaupun


ketika orang tidak dapat mengingat kata yang akan mereka cari, mereka bisa mengidentifikasikan atribut
pentinbg seperti huruf awal, nomor acak, karakteristik semantik dari target.

Frase “feeling of Knowing” menunjukkan situasi ketika anda berfikir anda bisa mengidentifikasi jawaban
benar dari beberapa pilihan, meskipun targetnya tidak selalu tip of tongue

Metakomprehensi bisa diperbaiki jika orang melakukan tes, dan jika mereka menunggu beberapa menit
kemudian ringkas materialnya.

45
NUR FITRI ANGGRAINI SUJANA

190110090028

Dalam chapter ini akan dibahas tentang berbagai cara atau strategi dalam meningkatkan kemampuan
mengingat. Semua yang dibahas disini akan sangat berguna jika kita mampu menerapkannya dalam
proses belajar kita setiap mendapatkan sebuah materi baru. Terutama untuk mahasiswa Psikologi
sendiri. Dari sekian banyak strategi, pilihan kita untuk menggunakan strategi yang paling efektif
ditentukan oleh metacognition kita yang merupakan pengetahuan kita tentang proses kognitif dan
kontrol kita terhadap proses kognitif ini. Di chapter ini juga kita akan melihat bahwa peningkatan
memori yang sebenarnya membutuhkan pendekatan yang komprehensif, yang meliputi faktor-faktor
seperti kesehatan mental dan fisik.

Memory Strategies

Ketika kita menggunakan strategi mengingat kita melakukan sebuah aktifitas mental yang
membantu kita dalam meningkatkan kemampuan encoding dan retrieval (Bransford et al., 2000,
Herrmann et al., 2002). Chapter ini akan mengeksplorasi strategi kita dalam mengingat materi yang
sudah dipelajari di masa lampau. Akan tetapi pada topik terakhir kita akan lebih berfokus pada
peningkatan memori kita untuk tugas yang harus kita ingat untuk dikerjakan di masa depan.

Suggestions from Previous Chapters: A Review

Divided Attention. Seperti yang sudah dibahas sebelumnya pada chapter 3, divided attention
adalah suatu keadaan dimana seseorang tidak akan mampu memberi atensi sepenuhnya kepada dua hal
yang berbeda atau lebih secara bersamaan. Penelitian telah menunjukan bahwa kinerja memori akan
berkurang jika seseorang melakukan divided attention pada saat tahap encoding.

Pertanyaan yang sering muncul yang bekaitan dengan hal ini adalah tentang apakah belajar
sambil mendengarkan musik akan membantu kita untuk mengingat lebih baik atau justru menghambat
proses mengingat kita. Sebenarnya tidak ada jawaban pasti, semuanya bergantung pada tiap-tiap

46
individu. Akan tetapi biasanya orang-orang yang memiliki kepribadian terbuka akan lebih terbantu untuk
mengingat pada saat mendengarkan musik, sedangkan untuk orang-orang yang lebih tertutup justru
cenderung akan terganggu dan sulit untuk fokus jika belajar sambil mendengarkan musik (Furnham &
Bradley, 1997)

Levels of Processing. Penelitian telah menunjukan bahwa level of processing pada deep level
akan membantu kita untuk lebih akurat dalam mengingat informasi (Esgate & Groome, 2005). Deep
level of processing memfasilitasi proses pembelajaran karena 2 faktor yaitu elaboration dan
distinctiveness. Kedua cara tersebut jauh lebih efektif dibandingkan dengan hanya mengulang atau
menyebutkan kembali informasi yang sedang kita pelajari. Misalnya, mahasiswa akan memperoleh nilai
tinggi dalam mata kuliah psikologi perkembangan jika mereka mencoba untuk menganalisis berita yang
ada di koran melalui perspektif perkembangan (Cabe et al., 1999).

Selain kedua faktor yang telah disebutkan, ada juga sebuah konsep deep level of processing yang
disebut dengan self-reference effect, dimana kita mengingat materi atau informasi yang sedang kita
pelajari dengan mengkaitkannya pada pengalaman atau keadaan kita sendiri. Cara ini terbukti membuat
kita akan lebih mudah mengingat informasi tersebut.

Encoding Specificity. Seperti yang telah dibahas pada chapter sebelumnya, encoding-specificity
principle adalah kemampuan mengingat informasi yang akan lebih baik jika tempat atau konteks ketika
kita melakukan encoding sama dengan saat kita melakukan recall atau retrieval.

Overconfidence. Seseorang kadang-kadang overconfidence terhadap ingatan yang mereka miliki


terhadap suatu kejadian atau informasi. Seperti yang seringkali terjadi yang disebut dengan flashbulb
memories dimana memori kita sebenarnya mengalami error karena terpengaruh oleh memori-memori
lain yang ada.

47
Practice

The Total-Time Hypothesis. Salah satu latihan dalam memori ini merujuk pada berapa banyak
materi yang mampu kita pelajari bergantung pada jumlah waktu yang kita curahkan untuk belajar
(Baddeley, 1997). Akan tetapi hal ini dirasa kurang efektif dan tidak bisa dijadikan tolak ukur dalam
menentukan nilai rata-rata seseorang. Mempelajari suatu materi baru menggunakan strategi deep levels
of processing selama satu jam akan lebih efektif dibandingkan dengan dua jam hanya membaca.

The Distributed-Practice Effect. Latihan dengan cara mendistribusikan materi secara menyebar
(spaced learning) akan lebih efektif dibandingkan dengan mempelejari semua materi dalam satu waktu
(massed learning). Satu alasan mengapa distributed practice sangat membantu dalam proses recall dari
long-term memory adalah karena latihan tersebut memperkenalkan dessirable difficulties, atau situasi
belajar yang agak menantang tapi tidak terlalu sulit.

The Testing Effect. Membuat sebuah tes sebenarnya merupakan salah satu cara yang paling
efektif dalam meningkatkan long-term memory terutama dalam materi-materi akademis. Ketika kita
mengikuti sebuah tes, tes inilah yang menyediakan sebuah praktek untuk melakukan retrieval terkait
materi yang relevan yang sedang kita pelajari.

Mnemonics Using Imagery

Mnemonics adalah mental strategi yang dirancang untuk meningkatkan memori kita (Hunter,
2004b). Mnemonics using imagery ialah merepresentasikan objek atau kejadian yang tidak hadir secara
fisik. Penelitian menunjukan bahwa imagery atau pembayangan terutama akan sangate efektif apabila
objek yang kita recall ditampilkan secara berinteraksi satu sama lain. Mnemonics sangat efektif dalam
mengingat dikarenakan hal ini sangat memotivasi dan menyenangkan (Herman et al., 2002; Higbee,
1999).

48
The Keyword Method. Metode ini dilakukan dengan cara mengidentifikasi sebuah kata dalam
bahasa Inggris yang terdengar mirip dengan kata yang ingin kita pelajari, kemudian kita membuat
sebuah gambaran yang menghubungkan kata dalam bahasa inggris tersebut dengan arti kata dari kata
baru yang ingin dipelajari.

The Method of Loci. Metode ini adalah sebuah metode yang dilakukan dengan cara
menghubungkan sebuah item yang akan dipelajari dengan serangkaian gambar visual yang ada secara
fisik. Metode iniakan sangat berguna jika kita ingin mempelajari sebuah daftar item dalam urutan
tertentu.

Mnemonics Using Organization

Organization adalah usaha untuk membuat sistematika dari materi yang kita pelajari. Proses
terieval akan lebih mudah dilakukan ketika kita telah mengkonstruksikan sebuah kerangka kerja dengan
organisasi yang baik (Bellezza, 1996; Wolfe, 2005). Ada empat jenis mnemonics yang menekankan
sebuah organisasi.

Chunking. Adalah sebuah proses dimana kita mengkombinasikan beberapa angka atau huruf menjadi
sebuah kelompok-kelompok yang memiliki kesamaan. Strategi ini sudah pernah dibicarakan dalam
chapter sebelumnya dan dalam bahasan ini chunking merupakasn salah satu cara yang efektif dalam
melakukan organisasi ketika mengingat.

Hierarchy Techniques. Sistem organisasi yang dilakukan dengan cara menyusun item yang ingin
diingat ke dalam kelas-kelas yang berbeda mulai dari kelas yang paling umum ke kelas yang lebih khusus.
Pengorganisasian dengan cara ini ternyata memang benar-benar efektif dalam meningkatkan
kemampuan kita dalam proses recall. Hal ini dibuktikan dengan penelitian yang dilakukan oleh Gordon
Bower dan koleganya (1969) dimana mereka membagi dua kelompok untuk mengingat beberapa kata
dengan cara yang berbeda. Kelompok pertama diperlihatkan kata yang sudah menggunakan urutan
kelas sedangkan kelompok yang satunya lagi diberikan kata secara acak. Ternyata terbukti bahwa
kelompok yang diberi urutan kelas dapat mengingat jumlah kata yang lebih baik.

49
Salah satu bentuk hierarchy adalah mengorganisasikan material yang ingin kita ingat ke dalam garis
besarnya terlebih dahulu. Cara ini akan sangat efektif dilakukan ketika kita ingin mengingat apa saja isi
materi dalam sebuah buku. Misalnya saja pada buku cognitive, di setiap awal chapter telah diberikan
garis besar dari apa saja yang akan dibahas di dalamnya. Tentu saja penyajian garis besar ini ditujukan
untuk memudahkan kita dalam mengingat materi apa saja yang ada dalam buku ini. Tapi sayangnya,
mahasiswa yang belajar psikologi sendiri jarang menggunakan garis besar atau outline yang ada pada
awal chapter untuk mengingat materi sebelum ujian (Gurung, 2003)

First-Letter Technique. Adalah teknik pengorganisasian materi dengan cara mengingat huruf atau
kata pertama dari setiap item yang ingin kita ingat. Cara seperti ini sudah banyak dilakukan oleh para
pengajar untuk memudahkan siswa atau siswinya mengingat suatu pelajaran. Misalnya ketika kita ingin
mengingat apa saja warna dari pelangi biasanya kita mengingat ejaan me-ji-ku-hi-bi-ni-u yang berarti
merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila, dan ungu. Pengorganisasian dengan cara seperti itu terbukti lebih
efektif dibandingkan jika kita harus mengingat semua kata secara menyeluruh. Walaupun tingkat
keefektifan teknik ini belum secara konsisten didemonstrasikan dalam penelitian psikologi, akan tetapi
banyak sekali para pelajar terutama mahasiswa yang menggunakan teknik ini ketika mengingat suatu
materi.
Narrative Technique. Adalah sebuah cara organisasi materi yang ingin kita ingat dengan membuat
cerita yang terkait dengan kata atau angka dari materi yang sedang dipelajari. Dalam sebuah studi
klasisk, Bower dan Clark (1969) membuat sebuah penelitian ke dalam dua kelompok. Kelompok pertama
diberi sebuah cerita atau narasi yang berhubungan dengan beberapa kata dalam bahasa inggris.
Sedangkan kelompok lainnya diberikan beberapa kata dalam bahasa inggris begitu saja. Hasilnya
menunjukan bahwa kelompok subjek yang mengingat dengan cara narrative-technique dapat melakukan
recall enam kali lebih banyak dibandingkan dengan kelompok subjek yang diberikan kata begitu saja.
Bagaimanapun cara seperti ini akan lebih efektif jika kita memiliki kemampuan untuk menghasilkan
sebuah narasi dengan mudah baik pada saat pembelajaran maupun pada saat recall.

A Comprehensive Approach to Memory Improvement


Banyak psikolog mengajukan bahwa kita membutuhkan pendekatan yang lebih komprehensif
untuk menyelesaikan masalah memori. Multimodal approach dari Douglas Herrmann menekankan
bahwa jika seseorang benar-benar ingin meningkatkan memorinya harus mengadopsi sebuab

50
pendekatan komprehensif untuk peningkatan memori; pendekatan ini berfokus pada banyak model
atau faktor berbeda (Herrmann, 1991; Herrmann et al., 2002).
Ellen Langer telah mengembangkan sebuah perspektif yang disebut mindfulness yang
memberikan dimensi lain untuk peningkatan memori yang komprehensif. Menurut Langer, mindfulness
membutuhkan pendekatan yang fleksibel, dengan kepekaan tertentu untuk hal-hal baru dan apresiasi
cara baru untuk mendekati masalah.

Improving Prospective Memory


Prospective memory adalah ingatan kita tentang sesuatu yang harus kita lakuakan di masa yang
akan datang. Pada ingatan seperti ini, terkadang hal yang paling sulit ialah mengingat konten apa yang
harus kita lakukan. Ada beberapa saran spesifik mengenai peningkatan prospective memory.

Comparing Prospective and Retrospective Memory. Retrospective memory ialah mengingat atau
melakukan recall terhadap informasi yang telah kita pelajari sebelumnya. Perbedaannya dengan
prospective memory ialah jenis memori ini hanya digunakan untuk mengingat sedangkan prospective
memory mengharuskan kita untuk merencanakan sesuatu yang harus kita lakukan di masa yang akan
datang.
Research on Prospective Memory. Ini adalah beberapa contoh hasil dari penelitian mengenai
prospective memory.
1. Bayangkan ketika kita bekerja dalam sebuah tugas yang sangat menuntut, seperti sebuah proyek
yang membutuhkan divided attention. Dalam situasi seperti ini, kita akan lebih mudah lupa untuk
menyelesaikan tugas prospective-memory yang tidak berhubungan. (Einstein et al., 2003; McDaniel
et al., 2004)
2. Bayangkan kita sedang bekerja pada tugas 1, dan kita diharapkan untuk menyelesaikan tugas
prospective-memory di kemudian hari. Jika kita secara tiba-tiba perlu beralih untuk bekerja pada
tugas 2, kita akan menjadi kurang tertarik untuk menyelesaikan tugas prospective-memory (Finstad et
al., 2006)
3. Kita tahu bahwa encoding-specify principle terkadang meningkatkan ingatan. Jika kita perlu untuk
melakukan sebuah tugas prospective-memory malam ini, akankah itu membantu untuk mengaitkan
tugas dengan citra mental dari tempat dimana kita akan berada malam ini ? jwabannya ‘ya’ jika kita
benar-benar berada di tempat tersebut, tetapi ‘tidak’ jika kita berada pada tempat yang berbeda
(Cook et al., 2005)

51
Absentmindedness. Setiap orang dapat mengalami kelalaian ini. Dimana kita melupakan sesuatu
yang sudah kita rencanakan untuk seharusnya dilakukan. Kesalahan akan lebih mudah terjadi jika kita
sedang dalam keadaan atau terganggu, atau ketika kita berada dalam tekanan waktu.

Suggestions for Improving Prospective Memory. Kadangkala untuk mengingat sesuatu kita
membutuhkan sebuah reminder baik itu berupa alarm maupun agenda harian. Hal itu disebut juga
dengan external memory aid yang artinya adalah apapun diluar diri kita yang dapat memfailitasi memori
kita dengan cara tertentu.

Metacognition
Metacognition adalah pengetahuan dan kontrol kita terhadap proses kognitif. Fungsi penting
dari metacognition ini ialah untuk memilih dan mengawasi strategi memori kita. Terdapat 3 jenis dari
metacognition yaitu metamemory, the tip-of-the-tongue phenomenon, dan metacomprehension.
Metamemory ialah sebuah topik yang mengacu pada pengetahuan seseorang dan kontrol memorinya.
Terdapat 3 aspek yang berbeda dari metamemory: (1) keakuratan seseorang dalam memprediksi
kemampuan memori mereka; (2) pengetahuan seseorang tentang strategi memori; dan (3) pengetahuan
seseorang tentang bagaimana mereka mengolah strategi belajarnya.

Metamemory and the Prediction of Memory Performance


Ketika seseorang memperkirakan skor total mereka pada sebuah tugas memori, biasanya
mereka mengalami overconfident, daripada keakuratannya. Ketika seseorang memiliki beberapa item
untuk diingat, mereka akan mampu secara akurat memprediksi individual items yang akan mereka ingat
dan yang mana yang akan mereka lupakan.

Individual Differences: Metamemory and Adults with Attention-Deficit/Hyperactivity Disorder


Dalam sebuah penelitian yang dilakukan oleh Knouse dan asistennya (2006), orang dewasa
dengan gangguan ADHD memiliki kesamaan dengan orang dewasa normal dalam menilai item spesifik
mana yang akan mereka ingat dengan baik

52
Metamemory About Factors Affecting Memory
Menurut sebuah penelitian, banyak para pelajar yang masih belum bisa memahami sebenarnya
strategi seperti apa yang dapat sangat membantu mereka dalam mengingat pelajaran. Dalam
pembahasan ini ada hal penting yang harus ditekankan oleh kita jika ingin meningkatkan memori
dengan baik. Coba untuk menggunakan berbagai strategi belajar. Kemudian dalam tes-tes selanjutnya,
lihat bagaimana kita melakukan strategi tersebut. Identifikasi strategi mana yang paling efektif. Kita akan
lebih sering merevisi strategi kita jika kita dapat mendemonstrasikan bahwa strategi tersebut
meningkatkan kinerja memori kita.

Metamemory and the Regulation of Study Strategies


Ketika sebuah tugas itu mudah, kita cenderung menyediakan banyak waktu untuk mempelajari
material yang sulit, daripada material yang mudah. Ketika sebuah tugas tersebut sulit, dan waktu yang
ada terbatas, kita cenderung mempelajari material yang lebih kita kuasai.

The Tip-of-the-Tongue Phenomenon


Fenomena ini mengacu pada perasaan subjektif yang kita miliki ketika kita yakin bahwa kita
mengetahui kata target yang dicari, namun kita tidak mampu mengingatnya. Penelitian dalam fenomena
ini menunjukkan bahwa meskipun seseorang tidak mengingat kata yang mereka cari, mereka terkadang
akan mampu mengidentifikasiatribut yang penting seperti huruf pertama, banyaknya suku kata, suara
kata yang sama, dan karakteristik semantik dari target.

Metacomprehension
Metacomprehension mengacu pada pemikiran kita tentang pemahaman atau komprehensif.
Penelitian dalam metacomprehensiom menunjukkan bahwa seorang pelajar terkadang terlalu percaya
diri dalam menilai pemahaman dari material yang telah mereka pelajari, terutama jika mereka memiliki
kemampuan membaca yang rendah. Para pelajar metacomrehension mampu meningkatkan
kemampuannya jika mereka mengikuti sebuah pretest, dan jika mereka menunggu selama beberapa
menit kemudian membuat ringkasan dari materi tersebut. Pembaca yang baik akan selalu menggunakan
berbagai strategi untuk mengatur proses membacanya.

53
Khrisnavidya

190110090029

A Comprehensive Approach to Memory Improvement

Beberapa tahun terakhir, para ahli berusaha untuk mengkritik pendekatan mnemonics untuk
meningkatkan memory. Mereka berkesimpulan bahwa menggunakan pendekatan tradisional untuk
meningkatkan memory terlalu sederhana. Para ahli menekankan pada dua pendekatan yang lebih
komprehensif untuk memecahkan masalah ini. Douglas Herrmann’s multimodal approach menekankan
bahwa orang yang sangat serius untuk memperkuat memorynya harus mengadopsi sebuah pendekatan
yang komprehensif untuk meningkatkan memory. Secara spesifik, pendekatan ini memerlukan perhatian
dari kondisi fisik, seperti istirahat yang cukup, memelihara kegiatan sehari-hari secara optimal,
konsultasi kesehatan. Oleh karena itu, kesehatan fisik sangat penting. Misalnya, orang yang depresi lebih
besar kemungkinan untuk mengalami masalah dalam test, baik itu dalam hal memory implicit atau
memory eksplisit.

Ellen Langer (2000) telah mengembangkan sebuah perspektif yang disebut dengan mindfulness yang
menawarkan dimensi lain dari comprehensive improving memory. Mindfulness memerlukan
pendekatan yang fleksibel pada dunia, dengan bagian yang sensitive pada sesuatu yang baru dan sebuah
apresiasi pada ssebuah pendekatan dengan jalan yang baru pada sebuah masalah

54
R. Gerhana R.

190110090034

MEMORY STRATEGIES AND METACOGNITION

Memory Strategies

Seperti yang pernah dibahas dalam chapter sebelumnya, ada beberapa strategi yang bisa kita
lakukan dalam meng-improve atau memperbaiki memori kita, yaitu diantaranya dengan cara hindari
aktivitas membagi atensi, gunakan metode deep levels of processing (termasuk elaborate encoding,
distinctiveness, dan metode self-reference), gunakan cara encoding specificity, dan hindari bahaya dari
overconfidence.

Divided attention yaitu membagi atensi kita kepada dua situmulus atau lebih dalam waktu yang
bersamaan. Hal ini dianjurkan untuk tidak terlalu sering dilakukan terutama untuk orang yang tidak biasa
dalam membagi atensi karena konsekuensinya akan cukup berbahaya. Misalnya, saat kita mengendari
sepeda motor kita melakukan aktivitas lain di waktu yang bersamaan seperti menelpon seseorang. Jika
kita tidak terbiasa melakukannya, maka akan berakibat cukup berbahaya seperti terjadinya kecelakaan
terjatuh dari motor atau menabrak sesuatu.

Deep level of processing merupakan metode yang sangat berguna. Kita akan lebih mudah me-recall
ingatan kita karena kita melakukan metode yang berbeda saat kita melakukan encoding. Misalnya,
dengan mengaitkan informasi/ stimulus yang akan kita masukkan dengan informasi yang lain yang
nantinya akan lebih mudah kita ingat. Lalu membedakan informasi yang akan kita encode dengan
informasi yang lain dan self-reference, yaitu mengaitkan informasi yang akan kita encode dengan diri
kita sehingga informasi itu akan lebih mudah untuk diingat.

Encoding Specificity me-recall akan lebih mudah dan lebih baik jika konteks pada saat kita melakukan
proses encoding cocok konteks ketika kamu akan me-recall atau melakukan proses retrieval nantinya.

Overconfidence jadi kita sering sekali merasa terlalu yakin dengan kemampuan memori kita padahal
flashbulb memori kita sering kali eror. Jika kita bisa membuat kesalahan dalam mengingat pristiwa hidup

55
yang penting, maka kita jga bisa membuat kesalahan dalam mengingat materi dari pelajaran. Itu sangat
berbahaya sekali.

Practice
Terdapat tiga strategi umum dalam melakukan perbaikan pada memori kita. Yaitu total time
hypothesis, the distributed-practice, dan the testing effect.

Total time hypothesis banyaknya jumlah/ kuantitas yang kamu dapatkan dari belajar, tergantung dari
total waktu yang kamu sediakan untuk belajar (Baddeley, 1997). Jadi, hipotesis ini menganut lamanya
kamu belajar mengindikasikan seberapa banyak yang kamu dapatkan dari belajar ini. Tapi, dengan
menggunakan metode yang sebelumnya, misalnya waktu 1 jam yang telah kamu habiskan untuk secara
aktif mempelajari materi (dengan metode deep levels of processing) akan lebih berguna dibandingkan
kamu menghabiskan waktu 2 jam membaca banyak hal namun hanya sekilas saja.

The distributed hypothesis kamu akan lebih mengingat materi jika kamu melakukan percobaan dari apa
yang kamu pelajari itu setiap waktu. Dan kamu akan sedikit mengingat jika kamu mempalajari materi itu
semuanya hanya dalam waktu sekali.

The testing effect yaitu dengan cara melakukan tes yang merupakan cara yang sangat bagus untuk
mendorong long-term memory dalam me-recall materi-materi akademik.

Mnemonics Using Imagery


Mnemonics merupakan rancangan strategi mental dalam memperbaik memori. Hal ini akan
menekankan yang namanya imagery, kita secara mental menghadirkan/ membayangkan objek atau
suatu aksi yang secara fisik tidak ada sebenarnya. Visual imagery merupakan strategi yang kuat dalam
mempertinggi memori. Imagery efektif ketika item yang harus direcall memperlihatkan interaksinya
dengan yang lain.
The keyword method jika kamu butuh mengingat kata yang tidak familiar, meode ini sakan
sangat membantu. Kamu mengidentifikasi suatu kata (keyword) yang suaranya terdengar sama dengan
kata baru yang ingin kamu pelajari. Lalu kamu akan membuat sebuah gambaran yang menghubungkan
keyword tersebut dengan arti dari kata baru tersebut.
The method of loci akan berguna ketika kamu ingin mempelajari item-item dalam golongan yang
spseifik. Kamu harus mengasosiasikan item tersebut dengan image visual dari lokasi fisiknya itu.

56
Mnemonics Using Organization
Di dalamnya terdapat chunking, hierarchy technique, the first letter technique, dan the narrative
technique.
Chunking kita menggabungkan beberapa unit kecil menjadi unit yang lebih besar. Misalanya kita
mengelompokkan daftar angka 327369826624, akan lebih mudah jika angka-angka tersebut
dikelompokkan berdasarkan artinya atau unit yang familiar.
Hierarchy technique yaitu mengkonstruksi hierarki. Hierarki adalah sebuah system dimana item
tersebut di susun dari yang umum sampai yang paling simple. . First letter kamu mengambil huruf
pertama dari tiap kata yang ingin kamu ingatdan mengkompose sebuah kata atau sebuah kalimat dari
huruf-hurufnya. Narrative technique metode yang digunakan dengan cara menginstruksi orang untuk
membuat kisah yang berhubungan dengan satu seri kata. Hasilnya, orang dengan narrative technique
dapat me-recall kirakira sebanyak enam kali.

Pendekatan komphrensi untuk Perbaikin memory


Pendekatan multi modal menekankan bahwa orang secara serius ingin meningkatkan memori
mereka harus mengadopsi pendekatan komprensif untuk perbaikan memori. Pendekatan ini focus pada
banyak mode/ factor berbeda. Dalam pendekatan ini bayangkan bahwa masalah memori kita
membutuhkan solusi multifactor yang focus dalam fisik, mental dan social factor. Pendekatan ini juga
menekankan pada sebuah pendektan yang mindful untuk memori. Mindfulness membutuhkan
pendekatan yang fleksibel pada dunia, dengan rasa sensitive terhadap hal baru.

Improving Prospective memory


Porspective memory, proses mengingat yang kamu butuh untuk melakukan sesuatu di masa
depan. Terdapat dua komponen, pertama kamu harus membentuk yang kamu maksud itu untuk
menyelesaikan beberapa tugas di masa depan. Kedua, di masa depan kamu harus memenuhi maksud
dan tujuanmu. Retrospective memory adalah me-recall informasi yang sebelumnya kamu pelajari.
Banyak penelitian yang focus kepada retrospective memori. Keduanya saling men-share
beberapa kesamaan yang penting. Orang membuat lebih eror dalam tugas porspektif memory jika
aktivitas di luar menuntut, jika proyek nya ditukar, jika lokasi untuk tugas memori prospektif di tukar.
Prospective memory mungkin membuat situasi divided-attention. Secara umum prospective memory itu
lebih akurat jika orang menggunakan strategi, mereka menggunakan startegi memori retrospective
memory .

57
Metacognition
Merupakan pengetauanmu dan control dari proses kognitif. Tiga komponen penting dari
metakocnition atau metamemory, fenomena the tip-tongue dan metecomprehension. Dalam
metacognition ini, kita menggunakan proses kognitif kita berpikir tentang proses paling berebu let. Ada
juga yang disebut dengan metamemory, yaitu kemampuan untuk mengontrol makan di bandung.
Pada anak yang kena ADHD yaitu anak yang sulit dalam mengatensi kegiatan. Dewasa dengan
ADHD dengan dewasa dengan tidak ADHD memiliki kesamaan ketika menilai spesifik iten yang mereka
ingat.

IN DEPTH: Metamemory and The Regulation of Study Strategies


Kadang, kita sering mengembangkan metamemory kita dengan cara/ strategi belajar yang
terbaik yang bisa kita lakukan. Namun, pada saat ujian, dalam proses mengerjakannya itu tetap tidak
begitu baik, kecuali kalau cara belajar kita itu dengan lebih banyak memepelajari topic-topik yang sulit.
Penelitian mengenai aturan dalam strategi belajar ini menekankan bahwa tugas memori membutuhkan
jumlah yang substansial dalam membuat keputusan seperti yang kamu rencanakan bagaimana
menguasai meteri (Koriat & Helstrup, 2007; Metcalfe, 2000). Kita itu harus mengkoordinasikan antara
dua proses kognitif, dalam kasus ini memori dan decision making.
Ketika materi-materi yang akan kita pelajari itu lebih menantang/ lebih sulit dan dalam waktu
yang terbatas, maka kita akan menghabiskan banyak waktu dalam belajar, dan materipun ada dalam
genggaman kita (Kornell & Metcalfe, 2006)

Mengalokasi Waktu ketika Tugasnya Mudah


Ditemukan bahwa pelajar mengalokasikan waktu belajar yang lebih untuk materi materi yang
mereka yakini akan sulit untuk dikuasai. Pelajar kurang ideal dalam mengatur cara belajatnya. Mereka
menghabiskan waktu yang lebih lama dibandingkan mempelajari hal-hal yang seperlunya dan tidak
memiliki cukup waktu untuk mempelajari materi-materi yang belum dikuasainya.
Lisa Son dan Janet Metcalfe menemukan bahwa 35 dari 46 siswa mendemonstrasikan bahwa
mereka menghabiskan lebih banyak waktu dalam materi yang sulit. Namun, mereka menemukan bahwa
semua pelajar menguji secara relative materi-materi yang mudah, seperti mempalajari sepasang kata
(Matlin, 2009: 189). Disamping itu mereka memiliki cukup waktu untuk mempelajari semua materi. Son

58
dan Metcalfe pun berspekulasi bahwa kemungkinan pelajar-pelajar tersebut menggunakan strategi
dalam keadaan lain.

Mengalokasi Waktu ketika Tugasnya Sulit


Dilakukan percobaan oleh Son dan Metcalfe. Mereka meminta siswa untuk membaca buku
biografi. Normalnya, waktu membaca buku tersebut adalah 60 menit secara lengkap. Namun mereka
memberikan sedikit tekanan denga meminta siswa untuk membaca dalam watu 30 menit. Hasilnya,
siswa menghabiskan banyak waktu mereka pada biografi yang mereka anggap mudah sehingga mereka
bisa menguasai materi lebih banyak dalam waktu yang terbatas.

Kesimpulan dari Pengaturan Strategi Belajar


Siswa dapat mengatur cara belajar mereka dalam model yang mutakhir. Ketika mereka memiliki
waktu untuk menguasai tugas yang relative mudah, mereka akan mengalokasikan banyak waktunya
untuk materi-materi yang sulit. Jadi, dalam tugas yang lebih menantang dan waktu yang terbatas,
mereka akan secara realistis mengubah strategi belajar mereka sehingga mereka focus pada materi yang
sekiranya dapat dikuasai dalam waktu yang telah ditentukan (Kornell & Metcalfe, 2006)

The tip-tongue phenomenon


Perasaan subjektif yang kamu punya ketika kamu confident yang kamu tahu target kata yang
kamu cari, belum bisa kamu recall. Frase “feeling knowing” bermaksud pada situasi yang kamu pkir
kamu bisa mendaftarkan jwaaban yang benar dari beberapa pilihan.

Metacomprehension
Pelajar seringkali overconfident dalam menilai apakah mereka mengerti dengan materi yang
telah mereka baca, khususnya jika mereka memiliki kemampuan baca yang rendah.
Metacomprehension pelajar bisa diperbaiki jiaka mereka mengambil pretest, dan jika mereka menunggu
beberapa menit dan kemudian meringkas materi. Pembaca yang bagus juga menggunakan strategi yang
bermacam-macam untuk mengatur cara baca mereka.

59
Nuri Handayani

190110090040

Memory Strategies

Ketika kita menggunakan memory strategies, kita menampilkan aktivitas mental yang didesain
untuk meningkatkan encoding dan retrieval kita.

Suggestion from Previous Chapters : A Review

Divided Attention. Ketika kita akan me-recall, seseorang tidak dapat menaruh perhatian
sepenuhnya kepada dua tugas pada situasi divided attention. Peneliti mengungkapkan bahwa performa
memori akan berkurang bila atensi kita terbagi selama fase encoding.

Levels of Processing. Penelitian tentang level of processing menunjukkan bahwa kita akan me-
recall informasi lebih akurat bila kita memprosesnya pada deep level, dibandingkan memprosesnya pada
shallow level. Salah satu keuntungan dalam deep level of processing adalah self-reference effect dimana
kita dapat mengaitkan informasi sesuai dengan pengalaman kita

Encoding Specificity. Encoding Specificity Principle menyatakan bahwa recall terkadang lebih baik
jika konteks pada saat kita meng-encoding sama dengan konteks pada saat retrieval kita diuji.

Overconfidence. Kita terkadang melihat bahwa terkadang seseorang mempercayai bahwa


memori tentang pengalaman hidup mereka itu sangat akurat. Walaupun, terkadang memori itu salah.
Penelitian tersebut menunjukkan bahwa terkadang kita telampau percaya diri akan memori kita.

Practice

Didalam stretegi peningkatan memori ada ungkapan bahwa semakin banyak kita berlatih,
semakin banyak yang diingat.

Total Time Hypothesis. Berdasarkan total time hypothesis, total materi yang dipelajari
tergantung pada waktu yang digunakan untuk belajar (Baddeley, 1997). Satu jam yang digunakan secara
aktif untuk belajar dengan deep level processing lebih efektif dibandingkan kita menggunakan waktu 2

60
jam hanya dengan melihat - lihat halaman saja tanpa mempelajarinya secara mendalam. Intinya, yang
menentukan bukanlah kuantitas, melainkan kualitas.

Distribution of Practice Effect. Distribution of Practice Effect menjabarkan bahwa kita akan lebih
mengerti suatu material jika kita belajar berulang – ulang kali dibandingkan hanya mempelajarinya satu
kali.

The Testing Effect melakukan sebuah tes merupakan salah satu cara yang baik sekali dalam
meningkatkan kemampuan me-recall long-term memory.

Mnemonics Using Imagery

Mnemonic adalah penggunaan strategi untuk membantu memori. Ketika kita menggunakan
mnemonic yang mengandung imagery, secara mental kita merepresentasikan objek atau tindakan yang
tidak ditampilkan secara nyata. Imagery lebih efektif bila kita benda – benda yang ingin di-recall
ditampilkan secara berhubungan antara yang satu dengan yang lainnya. Contohnya bila kita ingin
mengingat gajah dan apel, lebih baik kita membayangkan gajah memegang apel dibandingkan
membayangkan gajah dan apel secara terpisah.

The Keyword Method. Ketika kita harus mengingat kata – kata yang tidak familiar, metode ini
sangat membantu kita untuk mengingatnya. Pada metode ini, kita menggunakan bahasa yang familiar
bagi kita (bahasa Inggris menurut buku) yang suaranya mirip dengan kata yang ingin kita pelajari dan
kemudian kita menciptakan sebuah image yang menghubungkan keyword yang kita gunakan dengan arti
dari kata baru tersebut. Sebagai contoh, kita ingin belajar bahasa Spanyol, dan kita ingin mengingat kata
yang tidak familiar dalam bahasa Spanyol yaitu rodilla yang berarti lutut. Dari kata rodilla (diucapkan
“roo-dee-ya”) kita bisa menghubungkannya dengan kata rodeo yang lebih familiar dengan kita. Lalu
bayangkan koboi pada rodeo sedang mengangkat lututnya. Dengan cara itu, kita akan lebih mudah
mengingatnya.

The Method of Loci. Jika kita ingin menggunakan metode ini, kita harus mengasosiasikan benda
– benda yang ingin dipelajari dengan serangkaian lokasi – lokasi fisik. Metode ini efektif bila kita ingin
mempelajari sebuah daftar benda – benda secara spesifik.

Aturan untuk menggunakan method of loci ialah membutuhkan (1) memvisualisasikan


serangkaian tempat – tempat yang kita kenal, dirangkai didalam sebuah sekuen (2) memvisualisasikan

61
representasi benda yang ingin diingat didalam pikiran kita, dan (3) mengasosiasikan benda – benda satu
demi satu, dengan lokasi yang ada didalam memori kita.

Mnemonics Using Organization

Organization adalah usaha untuk membuat materi – materi yang kita pelajari tersistemasi. Bila
informasi – informasi yang kita peroleh terorganisasi dengan baik, maka informasi- informasi tersebut
akan mudah untuk di-retrieval (Bellezza, 1996; Wolfe, 2005). Jenis – jenis pengorganisasian adalah :

 Chunking
Chunking adalah proses dimana kita mengkombinasikan beberapa unit – unit kecil
menjadi unit yang lebih besar. Bower dan Springston (1970) menemukan bahwa orang me-
recall lebih banyak informasi ketika serangkaian huruf digrupkan berdasarkan arti, unit – unit
yang familiar, dibandingkan serangkaian huruf tanpa arti.
 Hierarchy Technique
Cara kedua untuk mengorganisasikan informasi adalah dengan membangun sebuah
hierarchy. Hierarchy adalah sebuah sistem dimana informasi – informasi yang diterima disusun
kedalam serangkaian kelas, dari kelas yang paling umum hingga yang paling spesifik.
 First-Letter Technique
Cara yang lainnya adalah dengan mengambil huruf pertama dari serangkaian kata yang
ingin dihafal, lalu membentuknya menjadi sebuah atau serangkaian kata baru sehingga lebih
mudah untuk dihafal. Contohnya ialah bila ingin mengingat warna – warna pelangi dalam
bahasa inggris, kita menyingkat serangkaian kata tersebut menjadi ROY G. BIV. Lalu kata – kata
tersebut kita gunakan untuk me-recall kata – kata Red, Orange, Yellow, Green, Blue, Indigo, dan
Violet.

 Narrative Technique
Teknik yang satu ini digunakan dengan cara membuat sebuah cerita menggunakan kata
– kata yang ingin dihafal. Teknik ini digunakan untuk menghafalkan serangkaian kata yang tidak
memiliki hubungan keterkaitan antar katanya sehingga sulit untuk dihafal dengan teknik –
teknik pengorganisasian lainnya. Karena didalam cerita naratif, berbagai kata dapat digunakan
dan dapat dihubungkan melalui alur dan jalan ceritanya. Sehingga walaupun berbagai kata
tidak saling berhubungan, kita dapat menyisipkannya di dalam cerita sehingga lebih mudah
untuk dihafal.

62
A Comprehensive Approach to Memory Improvement

Para psikolog mengungkapkan bahwa kita membutuhkan pendekatan yang sangat luas dalam
memecahkan masalah memori. Douglas Herrmann mengungkapkan multimodal approach yang
menekankan bahwa individu yang secara serius ingin mempertinggi kemampuan memori mereka, harus
memakai banyak cara atau metode untuk meningkatkan kemampuan memori mereka.

Improving Prospective Memory

Prospective memory adalah memori yang digunakan untuk mengingat hal yang ingin dilakukan
nanti. Ada dua komponen di dalam prospective memory task, yang pertama adalah kita harus membuat
pemikiran bahwa kita harus menyelesaikan pekerjaan tersebut di masa mendatang dan yang kedua,
pada masa mendatang kita harus memenuhi tujuan kita tersebut (Marsh et al., 1998; McDaniel &
Einstein, 2000).

Ini adalah perbandingan prospective memory dengan jenis memori lainnya. Prospective dan
Retrospective Memory. Retrospective memory digunakan untuk me-recall informasi – informasi yang
telah dipelajari sebelumnya. Persamaanya adalah kedua memori ini difasilitasi oleh distinctive encoding
dan retrieval cues yang efektif. Kedua jenis memori ini juga akan menjadi kurang akurat bila memiliki
waktu delay yang lama dan diisi dengan aktivitas – aktivitas yang irrelevant. Yang terakhir adalah bahwa
prospective memory terletak pada area dari frontal lobe yang juga berperan pada retrospective memory.

Research on Prospective Memory. Kebanyakan penelitian tentang prospective memory itu


naturalistik. Contohnya percobaan Marsh dan kolega – koleganya (1998) yang menyuruh murid –
muridnya untuk menyelesaikan daftar kegiatan selama seminggu ke depan yang dibuat oleh mereka.
Satu minggu kemudian, saat ditanyakan seberapa banyak kegiatan yang dipenuhi, hanya 13% kegiatan
yang mereka lupakan untuk dilakukan. Secara mengejutkan, murid – murid yang terbiasa membuat
perencanaan kegiatan malah kurang akurat dibandingkan dengan murid yang tidak pernah
membuatnya. Hal itu disebabkan karena murid yang terbiasa membuat rencana kegiatan terbagi
perhatiannya untuk menyelesaikan tugas – tugas yang telah di buat sebelumnya, sebelum ia
menyelesaikan tugas prospective memory yang diberikan.

Absentmindedness. Salah satu masalah di dalam prospective memory adalah ketika kita berada
pada keadaan divided attention; kita harus fokus pada kegiatan yang sedang kita lakukan dan mengingat
kegiatan yang harus kita lakukan nanti. Absentminded terjadi ketika kita telah mempunyai skema yang

63
justru akan mengganggu kegiatan yang akan kita lakukan nantinya. Contohnya, kita telah memiliki
kebiasaan ataupun skema tentang kegiatan A, kita menyetir setiap hari langsung menuju sekolah, tetapi
kita juga punya rencana tentang kegiatan B, saya harus mampir dulu ke toko kelontong. Pada kejadian
ini, kebiasaan kita akan mendominasi prospective memory kita, dan kita akan melupakan kegiatan yang
lainnya.

Suggestion for Improving Prospective Memory. External memory aid adalah salah satu cara
untuk meningkatkan prospective memory dengan menggunakan alat – alat bantuan diluar diri kita untuk
memfasilitasi diri kita dengan berbagai cara. Contohnya adalah daftar belanja, gelang karet pada lengan
kita, menyuruh seseorang untuk mengingatkan kita melakukan sesuatu, dan bunyi alarm, untuk
mengingatkan kita menelfon seseorang. Selain jenisnya, external memory juga akan lebih efektif bila kita
menempatkannya di tempat yang sesuai dan berkorelasi dengan kegiatan yang ingin kita lakukan.

Metacognition

Metacognition merupakan pengetahuan dan pengaturan kita terhadap proses kognitif kita.
Salah satu fungsi yang sangat penting dari metakognisi adalah untuk mengawasi cara kita memilik dan
menggunakan strategi memori kita. Metakognisi ini merupakan suatu proses aktif dan tidak pasif.
Betapa bervariasinya pengetahuan metakognitif yang kita miliki, diantaranya adalah kita dapat
mengetahui faktor apa yang mempengaruhi memori kita, selain itu juga kita dapat mengetahui
bagaimana kita mengontrol atau mengatur strategi belajar kita. Jika materi yang akan kita pelajari
terlihat sulit untuk diingat, maka kita akan menghabiskan waktu yang lebih banyak untuk
memasukkannya kedalam memori kita. Kita juga mempunyai pengetahuan mengenai informasi yang
terbaru pada “tip of your tounge”

Dalam metacognition, kita menggunakan proses kognitif kita untuk memikirkan mengenai
proses kognitif kita. Hal ini sangat penting karena pengetahuan kita mengenai proses kognitif dapat
membantuk kita dalam emmilih strategi untuk meningkatkan tugas-tugas kognitif kita selanjutnya.
Metakognisi juga sangat penting karena sesuai dengan tujuan seorang mahasiswa di perguruan tinggi,
yaitu belajar bagaimana kita berpikir dan bagaimana menjadi “reflective person”. Sebagai “reflective
person”, kita dapat mempertimbangkan apa yang telah kita lakukan dan apa yang akan dilakukan
selanjutnya.

Terdapat 3 topik utama dalam metakognisi, yaitu metamemory, metacomprehension, dan fenomena
tip-of-the-tounge. Metamemory merupakan pengetahuan dan pengendalian seseorang terhadap

64
memori mereka. Metamemory memegang peran utama dalam meningkatkan memori. 3 aspek yang
akan berbeda setiap individu dalam metamemory:

1. Keakuratan seseorang dalam memprediksi hasil-hasil tugas memori;


2. Pengetahuan seseorang tentang strategi memori;
3. Pengetahuan seseorang mengenai bagaimana mengatur strategi belajar mereka.

Metamemory and the Prediction of Memory Performance

Metamemory kita tidak selalu tepat dalam memprediksi hasil tugas-tugas memori kita. Terkadang
kita terlampau tinggi dalam memprediksinya, sehingga hasilnya jauh dari yang diperkirakan. Aspek-
aspek dalam metamemory yang berkaitan dengan keakuratan dalam memprediksi:

1. Saat seseorang memperkirakan total score mereka dalam tugas-tugas memori, mereka secara
umum terlalu percaya diri.
2. Saat seseorang mempunyai beberapa hal yang harus dia ingat, maka ia akan secara akurat
memprediksi mana hal yang akan ia ingat dan mana hal yang tidak akan ia ingat.

Metamemory on a Total-Score Basis Dalam percobaannya, pasrtisipan diminta untuk menghafal


pasangan kata yang berhubungan, seperti coat-sandwich. Dalam keadaan seperti ini, biasanya terjadi
foresight bias, dimana partisipan biasanya terlalu tinggi dalam menaksir jumlah jawaban yang akan
mereka sampaikan dengan benar dalam tes.

Metamemory on an Item-by-Item Basis Dalam percobaannya, partsipan diberikan pasangan kata


yang tidak berhubungan sama sekali, seperti disease-railroad. Lalu partisipan diminta untuk
menghafalnya, dan mereka diminta untuk menyebutkan kata pasangannya ketika satu kata ditampilkan.
Hasilnya menunjukkan bahwa individu dapat memprediksi secara akurat dalam me-recall.

Individual Differences: Metamemory and Adults with Attention-Deficit/Hyperactive Disorder.

Karakteristik utama dari seseorang yang mengidap Attention-Deficit/Hyperactive Disorder


(ADHD) adalah sulitnya sang penderita dalam memberika atensi dalam menjalankan aktivitasnya
(American Psychiatric Assosiation, 2000). Secara umum, pengidap ADHD lebih sering menaksir terlalu
tinggi mengenai kemampuannya dalam menjalankan tugas-tugas yang melibatkan memory
dibandingkan orang yang tidak mengidap ADHD. Contohnya, mahasiswa yang mengidap ADHD mungkin

65
menaksir skor kemampuan tugas-tugas memori dengan angka 30%, sedangkan mahasiswa yang tidak
mengidap ADHD menaksir skor kemampuannya memorinya sebesar 20%.

Laura Knouse dan kloeganya (2006) ingin mengetahui bagaimana penderita ADHD mengerjakan
tugas memori dimana metamemory diukur satu-persatu. Sampel dalam penelitian ini menggunakan 28
orang yang diambil dari universitas dan komunitas sekitar yang memnuhi criteria sebagai pengidap
ADHD. Semua partisipan berusia 18-60 tahun. Para peneliti juga menggunakan 28 orang yang tidak
mengidap ADHD, yang cocok dengan kelompok pertama dalam aspek umur, jenis kelamin, dan
universitas versus status komunitas. Dalam hari penelitiannya, pengidap ADHD tidak menerima
pengobatan.

Dalam penelitiannya, Knouse dan dan koleganya menunjukkan sepasang kata seperti DISEASE-
RAILROAD di layar computer selama 8 detik. Kemudian partisipan diminta untuk mengestimasi dari skala
0 sampai 100% kemungkinan mereka dalam mengulang huruf kedua, saat diberikan kata pertama.
Untuk 30 pasang pertama, setiap orang memberikan estimasi dengan cepat setelah kata pertama
ditampilkan. Untuk 30 pasang kata tambahan, setiap orang mengalami pelambatan dalam estimasi
metamemory, setelah nomor acak ditampilkan untuk menganggu kita manghafal kata.

Hasilnya menunjukkan tidak ada perbedaan kecermatan dalam keputusan yang cepat antara
pengidap ADHD dengan orang yang tidak mengidap ADHD. Kedua kelompok sedikit akurat dalam
memprediksi kata yang dapat mereka ingat dan kata yang akan sepertinya mereka lupa.

Knouse dan koleganya menjelaskan bahwa sampel mereka untuk pengidap ADHD ini luar biasa.
Orang yang mengidap ADHD yang juga sekaligus seorang mahasiswa biasanya mempunyai fungsi yang
lebih baik dibandingkan dengan orang yang mengidap ADHD dalam lingkungan umumnya.

Metamemory about Factors Affecting Memory

Berdasarkan penelitian, banyak mahasiswa yang yang tidak sadar betapa pentingnya pengaruh
strategi terhadap tugas-tugas mengingat kita. Faktanya membuktikan bahwa siswa yang mendapat skor
rendah dalam tesnya biasanya tidak menggunaka strategi tertentu dalam menghafal materi untuk ujian
nanti (McDouggal & Gruneberg, 2002)

Metamemory juga membantu siswa untuk mengidentifikasi strategi seperti apa yang bekerja
dengan baik untuk mereka dan yang mana yang tidak berfungsi untuk kita. Karena Suzuki-Slakter (1988)
mengungkapkan bahwa semua strategi memori tidakla sama. Contohnya, dia menginstruksikan satu

66
kelompok untuk menghafal materi dengan cara mengulang-ulang materi tersebut (strategi ini diketahui
tidak efektif). Siswa ini cenderung memberika estimasi tinggi untuk hasil hafalan materinya. Sedangkan
kelompok yang lain diminta untuk menyusun cerita dan gambar mengenai materi yang akan dihafal
(strategi ini diketahui efektif). Siswa ini cenderung memberikan estimasi rendah terhadap hasil hafalan
materinya.

Studi yang lainnya menunjukkan bahwa orang-orang tidak menyadari bahwa metode keyword
lebih efektif dibandingkan mengulang-ulang (Pressley et al., 1984, 1988). Namun, saat orang berlatih
denga kedua metode tersebut dan melihat hasil mereka yang sangat bagus dengan metode keyword,
mereka akan lebih suka menggunakan metode tersebut untuk saat yang akan datang. Ada poin penting
yang terdapat dalam penelitian ini, yaitu coba untuk mempelajari berbagai macam strategi. Identifikasi
metode mana yang sangat efektif untuk kamu. Kamu akan meninjau kembali jika strategi pilhanmu itu
tidak berpengaruh terhadap hasil tugas-tugas memorimu.

Metamemory and the Regulation of Study Strategies

Penelitian dalam regulation of study strategies menekankan bahwa tugas memori


membutuhkan jumlah yang banyak dalam hal decision making sebagaimana kita merencanakan
bagaimana caranya menguasai suatu materi. Saat suatu tugas tampak mudah, siswa menghabiskan
waktu lebih banyak untuk mempelajari materi yang sulit dibandingkan mempelajari materi yang lebih
mudah. Saat suatu tugas tampak sulit, dan waktu yang kita punya sangat terbatas, siswa cenderung
mempelajari materi yang lebih mudah untuk dikuasai

The Tip-of-the-Tounge Phenomenon

The Tip-of-the-Tounge Phenomenon ini merupakan perasaan subjektif yang dimiliki individu saat
kita terlalu percaya diriQ bahwa kita mengetahui kata apa yang akan kita ucapkan, namun kita tidak
dapat me-recall-nya. Mereka yang mengalami ini juga biasanya ingat poin-poin penting seperti huruf
awal dari kata tersebut, jumlah suku katanya, atau kata yang hampir mirip. Hal yang juga berkaitan
dengan fenomena ini adalah feeling of knowing yang merupakan situasi dimana kita berpikir bahwa kita
dapat mengidentifikasi jawaban yang benar dari beberapa pilihan, sekalipun jawaban tersebut tidak
terdapat di dalam the tip of your tounge.

Metacomprehension

67
Metacomprehension merupakan pemikiran kita mengenai comprehension. Kebanyakan
penelitian menyebutkan bahwa metacomprehension berfokus pada pemahaman membaca
dibandingkan pemahaman mengenai pembicaraan. Beberapa studi mengenai metacomprehension
menyebutkan bahwa biasanya siswa terlalu percaya diri dalam menilai bahwa mereka mengerti tentang
materi yang dibacanya, khususnya bagi mereka yang mempunyai kemampuan membaca yang rendah.
Metacomprehension seseorang dapat ditingkatkan jika ia melakukan pretest dan mereka meringkas
materi yang telah dipelajarinya. Pembaca yang bagus juga menggunakan strategi yang bervariasi untuk
membaca materi yanga akan dipelajarinya.

68
Nerissa Arviana
190110090049

CHAPTER 6 MEMORY STRATEGIES AND METACOGNITION

MEMORY STRATEGIES
Ketika kita menggunakan Memory Strategy, kita melakukan aktivitas mental yang dirancang untuk
meningkatkan encoding dan retrieval (Bransford et al., 2000). Inti dari Memory Strategy yaitu Memory
Strategy merupakan stategi kita unuk mengingat informasi yang disimpan kedalam memori sehingga
membantu memudahkan kita dalam mengingat sesuatu dimasa lalu.
Suggestions from previous chapters : a review
Bagian ini sebenarnya sudah pernah dipelajari dalam bab yang lalu. Berikut adalah penjelasan
ulang secara singkat.
Levels of processing menunjukkan bahwa kita akan mengingat kembali sebuah informasi secara
lebih akurat apabila kita memprosesnya pada tingkat yang dalam, daripada tingkat yang dangkal. Ada
dua faktor pada Levels of processing: (1) Distinctiveness, contohnya ketika kita berkenalan dengan Dian,
Seorang Mahasiswa Psikologi Unpad 2009. Ternyata di angkatan 2009, yang namanya Dian ada 3 orang.
Kemudian kita akan memberi ciri khusus yang membedakan ketiga nama Dian tersebut: Dice, Dian, Pak
lur. (2) Elaboration, yakni dengan cara menggabungkan. Kalimat elaborasi menghasilkan recall yang jauh
lebih baik.
Rehearsal, atau pengulangan informasi yang kita inginkan untuk dipelajari, adalah "an
extraordinarily poor technique for memorization” (Payne et al., 1999, p.91). Jadi, kita akan lebih mudah
mengingat jika informasi kita simpan kedalam memori secara diulang-ulang.
Self reference effect, dalam sebuah efek di mana kita meningkatkan memori jangka panjang
dengan materi-materi yang terkait dengan pengalaman kita sendiri. Jadi, kita lebih mudah mengingat
informasi jika informasi tersebut kita kaitkan dengan apa yang ada pada diri kita.
Encoding specificity principle, menyatakan recall utamanya sering lebih baik jika konteks pada saat
pengkodean sesuai dengan konteks pada saat kita mengingat. Jadi, kita akan lebih mudah mengingat
apabila kita mengingatnya dengan cara membuat pengkodean atau sandi-sandi yang menjadikan kita
mudah dalam mengingat suatu informasi.

69
Overconfidence merupakan percaya diri yang berlebihan. Kita sering percaya bahwa ingatan kita
tentang suatu informasi pada pengalaman kita memiliki tingkat keakuratan yang tinggi. Padahal kita
tahu, kalau flashbulb memories dapat mengakibatkan ingatan kita eror. Jika kita melakukan kesalahan
ketika kita mengingat suatu kejadian, kita pun pasti akan melakukan kesalahan dalam mengingat materi
apa saja yang ada pada kejadian tersebut.
Divided attention. Seperti yang kita ketahui, pada divided attention, ada dua atau lebih stimulus
yang diberi atensi dalam waktu yang bersamaan. Hal ini menyebabkan tugas-tugas yang dilakukan
menggunakan divided attention biasanya tidak dapat dilakukan secara efektif. Sehingga dapat
menyebabkan kita kurang akurat dalam mengingat.

Demonstrasi 6.1
Pada percobaan ini partisipan dipresentasikan beberapa pasang kata untuk dihafalkan. Kemudian
partisipan diminta untuk mengulang kembali beberapa rangkaian kata seperti CAT-WINDOW, partisipan
hanya diminta untuk mengulang kata-kata tersebut tanpa menggunakan metode lain selama satu menit.
Lalu partisipan diberikan kata pertama dari masing-masing pasangan kata dan diharuskan untuk
melanjutkan pasangan kata tersebut seperti CAT___________ sebanyak yang ia ingat.
Lalu, pada sesi kedua, partisipan diminta untuk kembali mengingat rangkaian kata tersebut
dengan membayangkan hubungan antara pasangan kata tersebut selama satu menit. Misal, CAT-
WINDOW kita mengingat rangkaian kata tersebut dengan membayangkan ada seekor kucing yang
melompat lewat jendela yang tertutup dan serpihan kaca berserakan di dekat jendela. Lalu partisipan
diberikan kata pertama dari masing-masing pasangan kata dan diharuskan untuk melanjutkan pasangan
kata tersebut seperti CAT___________ sebanyak yang ia ingat.
Hasil dari demonstrasi tersebut adalah partisipan cenderung lebih dapat me-recall pasangan kata
apabila dilakukan dengan metode yang kedua, yaitu membayangkan hubungan antara pasangan kata
tersebut dibandingkan dengan hanya menghafal pasangan kata tersebut.

Practice
Dalam bahasan sebelumnya, kita telah mengetahui beberapa cara mengembangkan memori,
sekarang dengn practice ini, kita akan mendapat pengetahuan baru tentang strategi memori. Ada tiga
cara atau strategi dalam mengingat dan mengembangkan memori kita,
yaitu :

70
1. The Total Time Hypothesis
2. The Distributed Practice Effect
3. The Testing Effect
TheTotal Time Hypothesis
Seperti judulnya, total time ini adalah sebuah hipotesis yang menjelaskan bahwa jika kita belajar
dengan waktu yang lebih banyak, maka kita akan mengerti lebih banyak dan mendapat grade yang
bagus di kelas. Hal ini tidak akan membantu walaupun kita membaca materi berulang kali. Faktanya,
peneliti telah mengemukakan bahwa variabel jumlah waktu yang diluangkan untuk belajar bukan jalan
yang baik dalam memprediksi nilai siswa di sekolah. Waktu belajar akan memprediksikan nilai siswa
ketika peneliti meninjau pula kualitas dari cara belajarnya.
Jadi, cara mengembangkan memori kita dalam kaitannya dengan total time hypothesis adalah
bahwa, kualitas belajar kita lah yang menentukan memori kita pada saat meretrieval. Contohnya, jika
kita akan menyiapkan ujian, belajar selama 1 jam akan lebih efektif dalam mempelajari materi dengan
pemahaman yang dalam dibandingkan belajar selama 2 jam dengan konsentrasi yang kurang.

The Distributed Practice Effect


Distributed Practice effect biasa disebut spacing effect. Maksud dari cara latihan ini adalah, ketika
misalnya kita akan menghadapi ujian, dan kita harus menghafal materi, dengan cara distributed practice
effect ini, kita menggunakan cara menyicil bahan materi yang diberikan. Jadi kita tidak menghafal secara
keseluruhan dalam satu kali atau yang disebut massed learning, hal ini dapat mengurangi daya ingat kita
terhadap materi tersebut.
Alasan lain mengapa distributed practice effect ini sangat membantu dalam long-term recall kita,
ada istilah desirable difficulties, yaitu situasi belajar yang terkadang menantang tetapi hal ini tidak
terlalu sulit. Dalam hal ini, kita memerlukan ket concept, atau konsep konsep kunci yang dapat
membantu kita dalam mengingat. Jika kita mengetes diri kita tentang satu konsep berulangkali, konsep
ini akan lebih mudah kita ingat kembali.
Tips dari distributed practice effect ini, yaitu sebaiknya kita mengulang materi yang kita dapat,
misalnya pelajaran tentang long term memori di kelas psikologi kognitif, minimal satu kali, karena jika
kita membiarkan waktu bergulir namun kita tidak mengulang materinya, maka ini menjadi hal yang lebih
sulit bagi kita untuk menghafal materinya karena kita sudah mulai lupa, dan ketika kita belajar lagi
tentang materi yang sama, kita harus memberikan atensi lebih.
The Testing Effect

71
Strategi lain untuk meningkatkan memori kita adalah dengan cara mengetes. Jadi, dengan
mengetes diri kita, kita akan menjadi lebih tertantang, dan dapat merecall memori kita lebih baik.
Seperti dijelaskan dalam Figure 6.1. Peneliti ingin mengetahui keefektifitasan testing effect ini.
Responden diberikan short essat. Setengah responden diberikan essay tersebut dengan cara biasa,
membaca dan memahami semua essay tersebut. Setengah responden lainnya diberikan dengan cara
pertanyaan dan jawaban yang mengetes kita. Kemudian setelah 5 menit, 2 hari dan 1 minggu,
responden diberikan tes mengenai essay tersebut. Responden yang belajar dengan cara pemahaman
utuh, lebih cepat merecall materi nya pada 5 menit pertama, namun pada 2 hari bahkan 1 minggu
setelahnya, res[onden yang diberikan pertanyaan dan dites lah yang memberikan peningkatan
signifikan, ini menjelaskan bahwa testing effect merupakan car ayang baik untuk mengingat kembali
materi yang telah kita pelajari.

Mnemonic Using Imagery


Mnemonics adalah strategi mental yang dibentuk untuk meningkatkan memori (Hunter,
2004b). Mnemonics ini dapat dilakukan dengan menggunakan 2 hal, yaitu mnemonics dengan imagery
(perumpamaan) dan mnemonics dengan pengorganisasian.
Mnemonics yang menekankan pada imagery adalah representasi mental suatu objek atau
tindakan yang tidak ditampilakan secara fisik. Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Bower dan Winzenz
menguji keakuratan mnemonics tersebut. Dalam penelitian ini melibatkan dua kelompok partisipan,
kelompok pertama diminta melakukan pengulangan sekelompok kata di dalam hatinya, sedangkan
kelompok kedua diminta untuk membangun sebuah mental image (gambar mental) tentang interaksi
yang berarti antara kelompok kata yang sama dengan partisipan pertama. Dalam pengujian recall-nya
partisipan diperlihatkan kata pertama dari kelompok kata, dan diminta menjawab kata kedua. Ketika
pengujian recall dilakukan 5 menit setelah pemberian kata-kata, >80% partisipan kelompok pertama
dapat menjawabnya sedangkan partisipan kelompok kedua hanya ±75% , namun ketika pengujian
dilakukan 2 hari kemudian, ternyata hanya >50% partisipan kelompok pertama dapat menjawab dan
hampir 70% partisipan kelompok kedua dapat menjawabnya, dan jika pengujian recall dilakukan 1
minggu hanya ±40% partisipan kelompok pertama yang dapat menjawab sedangkan partisipan
kelompok kedua yang bisa menjawab berumlah >55%. Jadi hasilnya menunjukkan bahwa seseorang
yang mengingat kata dengan menggunakan imagery ternyata mampu melakukan recall 2 kali lebih
banyak daripada yang melakukan pengulangan.

72
Perumpamaan visual adalah strategi yang sangat kuat dalam peningkatan memori (De Beni &
Moe, 2003; deWinstanley & Bjork, 2002; Einstein & McDaniel, 2004). Penelitian ini menunjukkan bahwa
perumpamaan khususnya efektif ketika item yang harus diingat kembali (recall) ditampilkan dengan
interaksi satu sama lain (Esgate &Groome, 2005; McKelvie et al., 1994; West, 1995).
Alasan mengapa mnemonics viasual efektif yaitu karena hal tersebut memotivasi dan menarik
(Hermann et al., 2002; Higbee,1999). Mnemonics yang dilakukan dengan perumpamaan ini
spesifikasinya ada dua, yaitu :

The Keyword Method


Metoda kata kunci ini khususnya membantu dalam pengingatan kata asing. Dalam metoda
ini, kita mencari kata yang tidak asing lagi dan mirip dengan kata baru yang ingin diingat, lalu kita
membayangkan sesuatu yang menghubungkan katakunci tersebut dengan arti dari kata baru
(Bellezza, 1996; Ianuzzi et al.,1998). Contohnya, kata Turki yang dalam bahasa Nicaragua adalah
chompipe (baca : chom-pea-pay), untuk mengingatnya dapat membayangkan “orang Turki chomping
down di pipa yang besar” (Cognition 7th edition oleh Matlin). Contoh lainnya adalah kata anorexia
yang diingat dengan kalimat “Ana mengorek berita tentang Sia yang diet berlebihan”.

The Method of Loci


Untuk menggunakan metoda ini kita harus mengasosiasikan item-item untuk dipelajari
rangkaian gambar visual pada lokasi fisik. Metode loci (baca : low-sigh) ini sangat bermanfaat untuk
menghafal daftar item-item dalam urutan khusus (Einstein & McDaniel, 2004; Hermann et al., 2002;
Hunter, 2004b).
Misalnya kita ingin menghafal urutan membeli di beberapa toko, toko yang pertama harus
didatangi adalah toko yang menjual hotdog, kemudian yang menjual makanan kucing dan terakhir
yang menjual tomat.Kita menghafalkannya dengan membayangkan urutan yang sangat kita hafal,
yaitu urutan yang akan kita temui ketika perjalanan menuju rumah, yaitu jalanan, garasi, dan pintu
depan. Maka untuk menghafalkan daftar belanjaan tadi, kita membayangkan ada hotdog raksasan
yang menggelinding di jalan menuju rumah, kemudian ketika kita sampai di garasi ada makanan
kucing raksasa disana, lalu ketika sudah berjalan sampai pintu depan, ternyata disana ada hujan
tomat.

73
Dalam penelitian klasik, partisipan yang menghafal metoda loci dapat mengingat kembali
(recall) kata dua kali lebih banyak daripada partisipan yang menghafal dengan pengulangan, ketika
recall diukur pada minggu ke-lima setelah penghafalan.
Mnemonics Using Organization
Organisasi adalah upaya membawa keteraturan untuk materi yang kita pelajari. Kategori ini
dalam mnemonik dikatakan masuk akal karena kita perlu menggunakan pengolahan mendalam untuk
mengurutkan item ke kategori (Esgate & Groome, 2005).
Empat mnemonic yang menekankan organisasi :

Chunking
Chungking adalah dimana kita menggabungkan beberapa unit kecil menjadi unit yang lebih
besar. Studi oleh Bower dan Springston, menemukan bahwa seseorang mengingat materi akan jauh
lebih kuat ketika sebuah huruf dikelompokkan menurut makna kata, unit sesamanya, daripada tidak
beraturan dan tak berhubungan.

Hierarchy Technique
Hirarki adalah suatu sistem dimana item diatur dalam serangkaian kelas, dari kelas paling umum
ke yang paling spesifik. Misalnya menyajikan bagian dari hirarki untuk hewan.
Gordon Bower dan rekan-rekannya (1969) meminta orang-orang untuk mempelajari kata-kata.
Beberapa orang belajar kata-kata dalam cara yang terorganisir, dalam format pohon hirarki. Sebagian
orang melihat kata yang sama, tapi kata-kata tersebut secara acak tersebar melalui posisi yang berbeda
di setiap kelompok (dalam pohon hierarki).
Kelompok yang telah belajar struktur terorganisir mengingat tiga kali lebih banyak kata dari
sebagai kelompok yang belajar struktur acak. Struktur dan organisasi jelas meningkatkan ingatan
(Baddeley, 1999; Herrmann et al, 2002).
Bagan adalah suatu bentuk hirarki, karena bagan dibagi ke dalam kategori umum, dan masing-
masing kategori umum dibagi lagi. Bagan dianggap penting karena menyediakan organisasi dan struktur
untuk konsep yang kita pelajari dalam disiplin.

First-Letter Technique
Kita mengambil huruf pertama dari setiap kata yang ingin kita ingat dan menyusun kata atau
kalimat dari kata-kata tersebut. Mungkin kita mempelajari urutan warna pelangi dengan menggunakan

74
huruf MOK H. BIU untuk mengingat Merah, Orange, Kuning, Hijau, Biru, Indigo, dan Ungu. Namun,
efektivitas teknik ini belum secara konsisten mendemostrasikan dalam penelitian laboratorium
(Herrmann et al, 2002.).

Narrative Technique
Teknik narasi menginstruksikan orang untuk membuat cerita yang memiliki hubungan pada setiap
rangkainnya. Dalam studi klasik, Bower dan Clark (1969) mengatakan kepada sekelompok orang untuk
membuat cerita naratif yang menggabungkan satu set kata-kata bahasa Inggris. Orang-orang di
kelompok kontrol tidak menerima instruksi khusus. Secara keseluruhan, setiap kelompok belajar dua
belas daftar kata-kata. Hasil penelitian menunjukkan bahwa orang-orang dalam kelompok teknik narasi
mengingat sekitar enam kali lebih banyak kata dibandingkan dengan yang terdapat dalam kelompok
kontrol.
Teknik naratif jelas merupakan strategi yang efektif untuk meningkatkan memori, dan juga
berhasil digunakan dengan individu yang mengalami gangguan memori (Wilson, 1995). Namun, teknik
seperti ini efektif hanya jika kita dapat mengeneralkan narasi dengan mudah dan sesuai dengan fakta
selama saat belajar dan mengingat.

A Comprehensive Approach to Memory Improvement


Psikolog menyatakan bahwa kita membutuhkan pendekatan yang lebih komprehensif untuk
memecahkan masalah memori. Sebagai contoh, pendekatan multimodal Douglas Herrmann's
menekankan bahwa orang yang serius ingin meningkatkan ingatan, mereka harus mengadopsi
pendekatan yang komprehensif untuk peningkatan memori; Pendekatan ini berfokus pada berbagai
mode atau faktor-faktor (Herrmann, 1991; Herrmann et al, 2002). Secara khusus, pendekatan
komperhensif mengharuskan kita untuk memperhatikan kondisi fisik, misalnya, dengan mendapatkan
tidur cukup akan menyelesaikan masalah kesehatan (Winerman, 2006).
Seperti yang mungkin kita harapkan, siswa yang memiliki motivasi kuat untuk mencapai
keberhasilan juga cenderung memiliki nilai rata-rata yang tinggi (Robbins et al, 2004.). Individu depresi
juga mungkin akan mengalami masalah memori pada tugas memori eksplisit dan implisit (Gillbert, 2002;
Jenkins & Mc Dowall, 2001; Kizilbash et al, 2002.).
Orang yang ingin meningkatkan kenangan mereka harus mengembangkan sebuah perbaikan
pada beberapa tehnik memori. Ellen Langer telah mengembangkan mindfulness (kesadaran) disebut

75
perspektif membutuhkan pendekatan yang fleksibel untuk dunia, dengan sensitifitas tertentu untuk hal-
hal baru dan apresiasi cara baru untuk mendekati masalah. Peneliti mendemostrasikan kesadaran
ketika kita mendekati segala sesuatu pada kebiasaan yang telah digunakan di masa lalu.
Penelitian saat ini menunjukkan bahwa perspektif kesadaran seseorang memang cukup umum.
Siswa sering menolak menggunakan sumber daya yang dapat membantu mereka. Mahasiswa terkadang
membuat penggunaan istilah tebal dalam buku mereka. Namun, mereka jarang menggunakan fitur
bermanfaat lain seperti garis besar (intinya), ringkasan bab, atau pertanyaan latihan ujian.

Improving Prospective Memory


Prospective memory adalah mengingat bahwa kita perlu melakukan sesuatu di masa depan. Tugas
prospective memory mempunyai dua komponen, yaitu pertama, kita harus menetapkan bahwa kita
bermaksud untuk menyelesaikan suatu tugas di masa yang akan datang. Kedua, di masa tersebut, kita
harus memenuhi tujuan yang ingin kita capai (Einstein & McDaniel, 2004; Marsh et al.,1998; McDaniel &
Einstein, 2000, 2007).
Beberapa jenis tugas prospective memory biasanya mencakup proses mengingat untuk
menjemput teman kita sepulang kerja atau untuk menemui dosen kita sesuai dengan janji yang telah
kita buat. Berdasarkan hasil survey, orang-orang biasanya lebih mungkin melupakan tugas prospective
memory dibanding tugas-tugas memori lainnya (Einstein & McDaniel, 2004).

Comparing Prospective and Retrospetive Memory


Berbeda dengan prospective memory, retrospective memory adalah mengingat sesuatu yang
pernah kita pelajari sebelumnya seperti gagasan atau materi kuliah. Penelitian mengenai retrospective
memory sering sekali dilakukan dibandingkan penelitian dibandingkan prospective memory. Hal ini
disebabkan prospective jauh lebih rumit, karena membutuhkan proses kognitif dimana kita harus
merencanakan sesuatu yang akan kita lakukan di masa depan. Akan tetapi, ternyata prospective dan
retrospective memory sama-sama diatur oleh bagian otak yang sama yaitu bagian lobus frontal (Einstein
& McDaniel, 2004; West et al., 2000).

Research on Prospective Memory


Sebagian besar penelitian mengenai prospective memory adalah mengenai kesahihan ekologis
(ecological validity). Peneliti mencoba mendesain tugas yang menggambarkan tugas prospective

76
memory yang kita alami di kehidupan sehari-hari. Beberapa hasil penelitiannya adalah seperti di bawah
ini :
1. Bayangkan kita sedang mengerjakan suatu tugas yang sangat menuntut, misalnya proyek yang
membutuhkan divided attention (banyak yang harus dikerjakan jadi kita harus melakukan
divided attention). Pada situasi ini, kita akan lupa untuk menyelesaikan tugas prospective
memory lainnya (Einstein et al., 2003; McDaniel et al., 2004).
2. Bayangkan kita sedang mengerjakan tugas yang disebut di poin awal, dan kita harus
menyelesaikan tugas prospective memory lainnya. Jika tiba-tiba kita harus switch (atau bertukar
tugas) ke tugas di poin ini, kita pasti semakin lupa untuk menyelesaikan tugas prospective
memory kita (Finstad et al., 2006).
3. Encoding specificity principle juga mempengaruhi memori kita (ini yang bagian long term
memory, yang ada effect of context segala macem). Jadi ketika kita mengerjakan dua tugas di
atas kita akan lebih mengingat tugas prospective memory jika setting pengerjaan tugas kita
sama.
Contoh Nyatanya :
Misalnya A sedang membuat LPJ suatu acara, di mana ketika membuat LPJ A harus membagi atensinya
terhadap banyak hal. Ternyata keseriusannya dalam mengerjakan LPJ membuatnya lupa bahwa ia ada
janji dengan temannya di suatu restoran. Kemudian, ia diminta untuk mengerjakan tugas lain, misalnya
membuat surat. Otomatis ia akan langsung mengerjakan tugas membuat surat dan mengabaikan LPJnya
sehingga ia akan semakin lupa bahwa ia memiliki janji dengan temannya. Seandainya A membuat LPJ
dan surat di restoran tempat ia janji bertemu dengan temannya, pasti ia akan lebih ingat akan janjinya
tersebut.
Begitu contoh gampangnya

Absentmindedness
Komponen yang paling menarik dari prospective memory adalah absentmindedness. Hal ini bisa
terjadi ketika tindakan yang kita niatkan itu terganggu oleh customary schema (skema biasa) atau
kebiasaan yang sering kita lakukan. Misalnya kita sudah berniat untuk membeli beras sepulang kuliah di
warung dekat kost-an kita. Hal ini merupakan tindakan yang kita niatkan. Akan tetapi, karena ada
gangguan dari customary schema (biasanya kita langsung pulang ke kost-an, tidak mampir ke warung),
biasanya kita akan lupa bahwa kita mempunyai suatu hal yang harus dilakukan (atau kita lupa bahwa

77
kita punya tugas prospective memory). Pada kasus seperti ini, kebiasaan kita mendominasi prospective
memory yang cenderung rapuh sehingga menciptakan perilaku absentmindedness.
Perilaku ini biasanya terjadi pada situasi yang sudah familiar. Meski terlihat sederhana,
absentmindedness dapat menyebabkan hal yang sangat fatal, contohnya tragedi kecelakaan pesawat,
kecelakaan pada industri, dan bencana lain yang menimpa hidup banyak orang (Finstad et al., 2006)

Suggestion for Improving Prospective Memory


Adanya reminder sangat diperlukan untuk mengantisipasi adanya perilaku absentmindedness
seperti di atas. Misalnya ketika kita sudah berniat untuk membeli sesuatu sepulang kuliah, kita dapat
membayangkan sesuatu yang ingin kita beli tersebut di sepanjang jalan pulang sehingga kita lebih ingat
bahwa ada sesuatu yang harus kita lakukan.
Selain itu reminder yang harus kita pilih haruslah jelas. Misalnya jika kita berniat untuk mengirim
e-mail kepada B nanti malam, untuk mengingat hal tersebut kita harus menghubungkan antara wajah B
dengan isi email yang ingin kita sampaikan.
Selain itu ada juga yang disebut dengan external memory aid, yaitu segala macam alat yang
membantu kita untuk memfasilitasi memori kita (Hermann et al, 2002). Misalnya shopping list, post it
notes, alarm clock, atau reminder via hp.Ada contoh unik dari penggunaan external memory aid yaitu
ada seorang lelaki yang biasanya makan malam di rumah ibunya. Pada suatu waktu sang ibu
menyuruhnya untuk membawa pulang beberapa makanan yang ada di kulkas ibunya. Setelah berpikir, ia
mempunyai ide untuk menaruh kunci mobilnya di kulkas ibunya. Hal itu menjadi external memory aid
yang sangat efektif karena ia tidak mungkin pulang ke rumah tanpa membawa mobil. Hasilnya sebelum
pulang ia mengambil kunci mobil dari dalam kulkas dan mengambil barang-barang yang ibunya
perintahkan.

METAKOGNISI
Metakognisi (metacognition) merupakan suatu istilah yang diperkenalkan oleh Flavell pada
tahun 1976. Menurut Flavell, metakognisi terdiri dari pengetahuan metakognitif (metacognitive
knowledge) dan regulasi metakognitif (metacognitive experiences or regulation). Pengetahuan
metakognitif menunjuk pada diperolehnya pengetahuan tentang proses-proses kognitif, pengetahuan
yang dapat dipakai untuk mengontrol proses kognitif. Sedangkan pengalaman metakognitif adalah
proses-proses yang dapat diterapkan untuk mengontrol aktivitas-aktivitas kognitif dan mencapai tujuan-
tujuan kognitif.

78
Metakognisi berhubungan dengan pengetahuan dan pengontrolan kita tentang proses-proses
kognitif. Misalnya pengetahuan tentang faktor-faktor apa yang memengaruhi ingatan kita, misalnya
waktu, motivasi, dan sebagainya. Kita juga dapat mengontrol strategi belajar kita. Misalnya, saat
menemukan sesuatu yang lebih sulit untuk dihapal, kita akan menghabiskan waktu yang lebih banyak
untuk mempelajarinya.
Ada tiga jenis utama metakognisi. Salah satunya adalah metamemori. Metamemori
berhubungan dengan pengetahuan dan pengontrolan manusia akan ingatannya. Metamemori berperan
penting dalam pembaharuan ingatan. Ada tiga aspek dalam metamemori:
1. Ketepatan manusia dalam memprediksi performa ingatan.
2. Pengetahuan manusia tentang strategi ingatan.
3. Pengetahuan manusia untuk meregulasi strategi belajar mereka.

79
Metamemory and the Prediction of Memory Performance
Terkadang, saat kita mengerjakan soal-soal ujian, kita merasa mampu menjawabnya, namun
ketika hasil ujian itu keluar, kenyataannya kita mendapat nilai C. hal ini menunjukkan bahwa prediksi
metamemori kita tidaklah selalu benar. Lalu, saat situasi apakah metamemori dapat memprediksi
performa memori secara akurat? Saat kita yakin akan suatu tugas yang membutuhkan daya ingat,
apakah ingatan kita juga sesungguhnya akurat? Jawaban dari pertanyaan itu adalah:
1. Ketika seseorang memperkirakan total nilai dalam pengujian ingatan, orang itu
sesungguhnya sering terlalu percaya diri, belum tentu akurat.
2. Ketika seseorang harus mengingat beberapa hal, orang itu dapat memprediksi secara akurat
apa yang bisa mereka ingat, dan apa yang tidak bisa mereka ingat.

Metamemory on a Total-Score Basis


Foresight bias adalah kesalahan dalam memprediksi sesuatu di masa yang akan datang.
Misalnya, saat seseorang diminta untuk mengingat dan memasangkan dua kata yang tidak
berhubungan, orang akan memprediksikan jumlah pasangan yang akan diingat dengan benar secara
berlebihan. Yang terjadi adalah bahwa mereka mempelajari pasangan kata itu dengan disertai
kemungkinan benar yang lainnya, sehingga prediksi mereka bisa saja menjadi tidak realistis. Dunning
(2003) melakukan penelitian dengan meminta murid-muridnya menebak nilai hasil ujian mereka setelah
ujian itu dilaksanakan. Didapatkan 4 kelompok, ada kelompok yang dapat menebak dengan akurat, ada
pula yang mendapatkan hasil yang jauh dari tebakan.

Metamemori on an item-by-item basis


Metamemori seseorang dapat secara lebih akurat memprediksikan hal mana yang bisa
diingatnya, dan hal mana yang tidak bisa diingatnya. Misalnya, saat kita diminta untuk menghapal
beberapa kata latin, kita akan bisa menebak dengan baik kata mana yang bisa kita ingat, dan kata mana
yang tidak bisa kita ingat.
Para peneliti menyatakan bahwa seseorang akan dapat memprediksikan hal yang dapat mereka
ingat kembali secara lebih akurat dengan menunda penilaian mereka daripada jika mereka langsung
memberikan penilaian itu tepat setelah belajar. Hal ini karena penundaan penilaian memberikan
penyesuaian kita dalam ingatan jangka panjang. Artinya, jika kita ingin menentukan topik mana yang
membutuhkan ingatan yang lebih banyak, jangan langsung mengambil keputusan, biarlah otak kita
menyesuaikan dirinya terlebih dahulu, agar nantinya kita mendapatkan keakuratan yang lebih.

80
Individual Differences : Metamemory and Adults with Attention-Deficit/Hyperactivity Disorder
Ciri utama dari orang dengan Attention-Deficit/Hyperactivity Disorder (ADHD) adalah mereka
memiliki kesulitan dalam memenugi atensi terdekat di sekolah, pada pekerjaan, dan dalam aktifitas
lainnya. Berdasarkan perkiraan, sekitar 4-5 % populasi orangg dewasa memiliki ADHD. Secara umum,
orang dengan ADHD bahkan melebihi orang-orang lainnya untuk secara berebihan menilai skor total
pada kerja memori mereka. Contohnya, mahasiswa dengan ADHD akan menilai skor mereka sekitar 30%
di mana mahasiswa tanpa ADHD akan menialinya sekitar 20%.
Laura Knouse dan asisten (2006) ingin menemukan bagaimana orang dengan ADHD tampil pada
tugas di mana meamemory diukur pada basis item per item. Mereka menempatkan @8 orang sampel
dari universitas dan komunitas sekitar yang cocok dengan criteria ADHD. Semua partisipan berumur
antara 18-60 tahun. Kemudian 28 orang sampel tanpa ADHD ditempatkan , dengan umur, gender
disesuaikan dengan kelompok satu dan berbeda dalam status komunitas. Pada hari studi metamemory,
individual dengan ADHD tidak menerima pengobatan.
Menggunakan metode yang sama untuk setingan Lovelace (1984), Knouse dan asistennya
menampilkan masing-masing bagian item pada layar computer selama 8detik. Kemudian partisipan
diminta untuk memperkirakan pada skala 1-100% bagaimana mereka bisa me – recall kata kedua setelah
diberikan kata pertama. Untuk 30 bagian, setiap orang menyuguhkan metamemory estimate
immediately secara cepat setelah inisial diberikan. Untuk tambahan30 bagian, semua orang
menyediakan provided delayed memtamemory estimates, setelah acak angka yang itemnya saling
berhubungan.
Grafik hasil penelitian menunjukkan orang dengan atau tanpa ADHD tidak berbeda dalam
keakuratan immediate judgement mereka. Lebih jauh lagi, kedua kelompok secara beralasan akurat
dalam memprediksi items yang akan bisa di-recall dan yang akan hilang. Hal lainnya juga menunjukkan
kedua kelompok tidak berbeda dalam keakuratan delayed judgements mereka.

Metamemory About Factors Affecting Memory


Berdasarkan penelitian, banyak mahasiswa tidak menyadari pentingnya factor strategi yang
mempengaruhi performance memori mereka (Cornoldi, 1998;Gurung,2003,2004). Factanya murid yang
dapat nilai rendah saat ujiab adalah mereka yang tidak menggunakan strategi memori yang spesifik
dalam materi belajar untuk ujian.

81
Lebih jauh dikatakn metamemory seharusnya juga bisa membantu ddalam mengidentifikasi
strategi memori man yang bekerja paling baik untuk kita dan mana yang tidak. Walaupun begitu<justru
murid tidak member perhatian bahwa semua strategi tersebut tidak sama. Mungkin ada yang dengan
cara membaca berulang, membuat cerita atau gambaran, mungkin dengan menggunakan metode kata
kunci atau dengan repetition. Namun, ketika seorang berlatih kedoa metode dan melihat penampilan
supernya dengan salah satu di antaranya maka dia akan menyukai untuk menggunakan strategi metode
tersebut. Maka poin pentingnya adalah untuk mencoba metode secara bervariasi dan saat tes
identifikasi mana yang lebih efektif dan meningkatkan performa.

IN DEPTH : Metamemory and the Regulation of Study Strategies


Meskipun kita sudah tau strategi apa yang terbaik untuk kita, nilai ujian kita masih bisa rendah
kecuali kita secara efektif meregulasi strategi belajar kita dengan menambah waktu untuk mempelajari
topik yang sulit. Penelitian pada strategi belajar menekankan bahwa tugas memori membutuhkan
jumlah decision making yang besar ketika kita merencanakan cara menguasai suatu materi.
Dalam beberapa keadaan, pelajar akan menghabiskan lebih banyak waktu pada hal – hal yang
sulit daripada yang mudah. Namun, ketika materinya lebih menantang dan waktunya terbatas, pelajar
akan menghabiskan banyak waktu untuk mempelajari hal yang menurut mereka mudah.

Allocating Time When the Task is Easy


Nelson dan Leonesio menemukan bahwa pelajar mengalokasikan waktu belajar lebih banyak
untuk hal yang mereka yakini sulit untuk dimengerti. Dengan kata lain, pelajar tidak secara pasif me-
review semua materi dalam porsi yang sama. Penelitian dalam metamemory mengungkapkan bahwa
orang melakukan pendekatan strategis secara aktif dalam tugas kognitif ini.
Lisa Son dan Janet Metcalfe (2000) meninjau penelitian tentang pengalokasian waktu belajar oleh
pelajar. Mereka menemukan bahwa 35 dari 46 penelitian menunjukkan bahwa pelajar pelajar ini
menghabiskan waktu lebih banyak pada materi yang sulit. Namun mereka menemukan bahwa semua
penelitian ini hanya melihat materi – materi yang relative mudah, seperti mempelajari pasangan kata.
Sebagai tambahan, pelajar – pelajar ini secara tipikal memiliki waktu yang cukup untuk mempelajari
semua materi. Son dan Metcalfe berspekulasi bahwa pelajar akan memilih strategi berbeda untuk
keadaan yang berbeda.

82
Allocating Time When the Task is Difficult
Ketika kita dihadapkan pada tugas yang sulit, seperti di buku dicontohkan untuk membaca
delapan ensiklopedi selama 60 menit, dan kemudian ditantang untuk mengerjakannya selama 30 menit
dengan ensiklopedi yang sama, peneliti memberikan hasil bahwa partisipan lebih mengerjakan tugas
yang lebih mudah untuk ia selesaikan. Ketika tugas berbenturan dengan batas waktu atau deadline,
maka tugas yang lebih dahulu dapat kita kuasai atau yang lebih mudah lah yang kita kerjakan terlebih
dahulu.
Conclusions About the Regulation of study Strategies
Setelah kita mengetahui penelitian yang terjadi pada pendalaman strategi belajar ini, maka dapat
disimpulkan bahwa siswa dapat meregulasi strategi belajarnya pada cara menarik yang ia gunakan.
Ketika memiliki waktu lebih lama untuk menyelesaikan tugas yang relatif mudah, mereka lebih memilih
menyelesaikan tugas yang lebih sulitnya terlebih dahulu. Namun ketika mereka terbatas pada waktu,
maka mereka akan segera mengerjakan tugas yang mudah terlebih dahulu.

The Tip of the Tongue Phenomenon

The Tip of the Tongue Phenomenon adalah mengenai perasaan subjektif saat kita yakin target kata
yang kita cari, tetapi tidak bisa mengingatnya.
Brown and McNeill’s Classic Research
Dalam penelitian, Brown dan McNeill membuat keadaan the tip of the tongue phenomenon
dengan memeberi orang-orang definisi dari kata bahasa Inggris, seperti sampan, ambergris atau
nepotism, dan meminta mereka untuk mengenal kata itu. Kadang-kadang orang memberi kata yang
tepat dengan segera, di waktu lain mereka yakin tidak mengetahui kata itu. Dalam kasus ini, definisi
menghasilkan keadaan the tip of the tongue. Peneliti meminta orang-orang untuk memberikan kata
yang mirip dengan target dari suaranya, tapi tidak berarti. Contohnya, saat target kata adalah sampan,
orang memberikan kata yang suaranya sama : saipan, siam, Cheyenne, sarong, sanching dan symphoon.
Saat Brown dan McNeill menganalisis hasilnya, mereka menemukan bahwa suara yang sama pada kata
memang mirip dengan target kata. Khususnya, suara yang sama pada kata yang sesuai dengan huruf
pertama target adalah 49% setiap waktu, dan kesesuaian mereka dalam suku kata yang sama dengan
target adalah 48%.
Mengapa the tip of the tongue termasuk dalam metakognisi? Orang mengetahui tentang memori
mereka untuk target kata yang ingin mereka katakana “Kata ini ada di ujung lidah saya”. Pengetahuan

83
mereka memang cukup akurat, karena mereka dapat mengenali huruf pertama target dan atribut lain
seperti suku kata dalam target. Mereka juga menyebutkan suara yang sama yang memang mirip dengan
target kata. The tip of the tongue juga berhubingan dengan proses kognitif lainnya.
Later Research on the Tip of the Tongue Phenomenon
Peneliti menyimpulkan bahwa orang-orang memiliki kira-kira satu pengalaman tip of the tongue
setiap minggu dalam hidup mereka (James&Burke,2000;Schwartz,2002). Individu dengan dua bahasa
lebih sering memiliki pengalaman the tip of the tongue daripada individu dengan satu bahasa. Orang
berhasil mengingat kata yang mereka cari sekitar separuh waktu, sering kali dalam 2 menit dari perasaan
the tip of te tongue. Saat orang mengalami keadaan the tip of the tongue, mereka menebak dengan
benar huruf pertama dari target kata antara 50-70% setiap waktu. Mereka juga mengenali dengan
akurat jumlah suku kata dengan tepat antara 45 dan 85%.
Feeling Knowing
Feeling Knowing adalah prediksi mengenai pengenalan jawaban yang benar pada suatu
pertanyaan. Fenomena the tip of the tongue biasanya adalah efek ketidaksengajaan. Bedanya, perasaan
feeling knowing lebih disengaja, kita berfikir dan menaksir apakah kita bisa mengenali jawaban jika kita
diberi beberapa pilihan (Koriat&Helstrup,2007). Orang mungkin mempunyai feeling knowing yang kuat
jika mereka dapat memanggil kembali jumlah besar dari sebagian informasi
(Koriat&Helstrup,2007;Schwartz et al.,1997;Schwartz&Smith,1997).

Metacomprehension
Merupakan pikiran kita dalam memahami suatu hal. Banyak penelitian dalam
metacomprehension yang mengatakan bahwa dalam memahami suatu hal akan lebih besar pada tugas
membaca daripada pemahaman berbicara.

Metacomprehension Accuracy
Kemampuan sesorang dalam memahami sesuatu bisanya kurang akurat, karena pada saat
memahami sesuatu mungkin saja karena mereka tidak dapat mendeteksi bahwa mereka sebenarnya
tidak paham. atau kehilangan suatu informai dalam memahami bacaan tersebut, meskipun mereka
berfikir bahwa mereka sudah memahami hal tersebut. Mahasiswa pun terkadang tidak akurat di
kemampuan memahami sesuatu. Mengapa ? Karena terkadang mereka merasa bahwa mereka sudah
memahami hal yang mereka baca karena apa yang mereka baca sudah familiar. Sehingga mereka
terkadang mengalami kegagalan dalam menguasai informasi spesifik.

84
Pressley dan Ghatala menguji mahasiwa psikologi untuk menilai pemahaman mereka dalam
membaca. Mereka diminta untuk membaca sebuah essay yan terdiri dari 1 sampai 3 paragraf dan
kemudian mereka diminta untuk menjawab soal pilihan ganda yang mempunyai 5 pilihan jawaban.
Peneliti memperkiraan bahwa jika mereka membaca teks dengan benar , maka mereka akan menjawab
tepat 100%, tetapi jika mereka hanya asal dalam membaca, mereka hanya akan menjawab tepat sebesar
20%. Setelah diuji, hasil menunjukan bahwa ketika mereka membaca teks dengan serius, rata – rata nilai
mereka adalah 73% dengan sedangkan ketika mereka menjawab soal secara asal hanya memperoleh
rata – rata nilai 64%.. Mengapa bisa hampir seimbang? ternyata mereka memiliki kepercayaan diri yang
hampir sama. Orang dengan kemampuan memahami yang tinggi akan mendapat nilai yang baik di dalam
tes membaca.
Secara umum, mahasiswa yang memiliki kemampuan membaca yang rendah terkadang memiliki
kepercayaan diri yang tinggi akan nilai mereka, sedangkan pada orang yang memiliki kemampuan
membaca tinggi, akan cenderung tidak percaya diri akan nilai mereka.

Improving Metacomprehension
Seseorang akan akurat dalam memahami jika mereka benar – benar mengerti apa yang mereka
baca. Dengan kata lain, penilaian subjektif mereka akan sesuai dengan hasil yang mereka tampilkan
pada tes objektif. Salah satu cara efektif adalah dengan melakukan pretest, yang akan memberi
feedback tentang pemahaman kita.
Metode yang lainnya adalah dengan membaca suatu wacana selama bberapa menit dan kemudian
dibuat suatu ringkasan. Langkah meringkas ini bukan hanya sekedar meningkatkan pemahaman kita,
melainkan juga dapat meningkatkan nilai kita saat test tentang wacana tersebut.
Beberapa penelitian menunjukan bahwa siswa akan lebih akurat dalam memahami sesuatu ketika
mereka menggunakan deep processing, yaitu proses elaborasi dalam membaca sebuah teks.
Keuntungan deep processing adalah untuk mendorong kita untuk memutuskan apakah kita benar –
benar memahami bacaan yang kita baca dengan serius.
Kita juga dianjurkan untuk memiliki strategi dalam memahami bacaan. Seperti membayangkan apa yang
kita baca.

85
Mochammad Ridwan
190110090054

Memory Strategies
Memory Strategies merupakan aktivitas mental yang dapat membantu kita dalam meningkatkan
kemampuan dalam mengencoding dan retrieval (Bransford et al., 2000; Herrmann et al., 2002). Stertegi
memori tidak hanya digunakan untuk mengingat hal-hal pada masa lalu, tetapi juga untuk mengingat
hal-hal yang akan dilakukan di masa yang akan datang.
Suggestion from Previous Chapter : A Review
1. Divided Attention
Fenomena divided attention mengakibatkan kita tidak dapat memberikan perhatian secara
penuh terhadap dua stimulus yang hadir bersamaan. Performa memori kita akan berkurang
ketika kita menggunakan divided attention saat fase encoding (de Winstanleyn& Bjork, 2002).
Topik lain yang berhubungan dengan divided attention ialah kebiasaan mendengarkan musik
ketika belajar untuk meningkatkan memori. Aktivitas ini memberi efek yang berbeda kepada
tipe orang yang berbeda. Orang-orang yang extravert menunjukkan kualitas memori yang sama
ketika ia mendengarkan maupun tidak mendengarkan musik ketika belajar (Furnham & Bradley,
1997). Sebaliknya, orang-orang introvert-orang yang pemalu dan menarik diri dari lingkungan-
akan mengingat sedikit ketika mengerjakan tugas-tugas memori jika mereka mendengarkan
musik pada saat yang bersamaan. Orang-orang introvert terlihat lebih terganggu karena
kehadiran musik dan tidak dapat fokus pada tugas-tugas memori tersebut (Furnham & Bradley,
1997).
2. Level of Processing
Peningkatan daya ingat dapat dilakukan melalui manipulasi level pemrosesan informasi.
Informasi akan lebih mudah diingat ketika kita melakukan encoding secara dalam dibandingkan
melakukan encoding dengan level dangkal. Level pemrosesan yang dalam dapat dilakukan
melalui :
1. Elaborasi . Elaborasi dapat dilakukan melalui konsentrasi pada makna dari informasi,
mengaitkan informasi tersebut dengan pengetahuan kita sebelumnya, menciptakan dan
menjawab “pertanyaan mengapa”.
2. Distinctive

86
Melalui pembedaan kita akan lebih mudah melakukan pelacakan terhadap memori yang
tersimpan pada long term memory.
3. Self-reference effect
Metode ini dapat meningkatkan kemampuan long term memory melalui pengaitan materi
dengan pengalaman kita sendiri.

Encoding Specificity
Berdasarkan prinsip ini, kita akan mengingat lebih baik jika konteks pada saat encoding sama dengan
konteks pada saat retrieval. Akan tetapi, prinsip ini tidak selalu konsisten. Karena, kita tidak mungkin
belajar di ruangan yang akan menjadi tempat ujian untuk mempermudah melakukan retrieval nantinya.
Maka strategi lainnya yang dapat kita lakukan adalah dengan menguji diri kita sebelum ujian dimulai.
Kita dapat menguji diri kita dengan menutup buku bacaan untuk merecall materi yang telah kita baca.

Overconfidence

Pada pembahasan mengenai autobiographical memory, orang-orang meyakini bahwa memori mereka
mengenai pengalaman hidupnya sangat akurat. Padahal, kesalahan seringkali terjadi dalam mengingat
peristiwa-peristiwa tersebut.

Practice
The Total-Time Hypothesis

Berdasarkan pandangan ini, jumlah materi yang dipelajari bergentung kepada jumlah waktu yang kita
habiskan untuk belajar (Baddeley, 1997). Kebiasaan membaca berulang-ulang materi pelajaran sama
sekali tidak membantu. Untuk itu, number of hours spent studying tidak dapat digunakan untuk
menduga rata-rata nilai yang akan diperoleh oleh pelajar. Faktor yang lebih berpengaruh terhadap nilai
pelajar adalah kualitas dari strategi belajar (Plant et al.,). Untuk persiapan ujian, setidaknya kita perlu
mengulang membaca catatan dan textbook sebanyak dua kali. Penelitian menunjukkan bahwa latihan
retrieval dapat meningkatkan performa tes memori (Bjork, 1999).

87
The Tip-of-the-Tongue Phenomenon
Tip-of-the-Tongue phenomenon adalah perasaan subjektif yang dialami ketika kita merasa keyakinan
bahwa kita mengetahui suatu kata yang sedang dicari, tetapi kita tidak mampu untuk me recallnya
(Schwartz, 1999, 2002)
Brown and McNeill’s Classic Research
Roger Brown dan David Mcneill (1966) merupakan tokoh pertama yang melakukan penelitian dalam
bidang ini secara formal. Dalam penelitiannya, mereka menciptakan keadaan tip-of-the-tongue dengan
memberikan partisipan beberapa definisi dari sebuah kata yang tidak biasa dalam bahasa Inggris,
misalnya sampan, ambergris, dan nepotism. Terkadang, partisipan mempu menyebutkan kata yang tidak
biasa tersebut dengan segera dan pada waktu yang lain partisipan menyatakan dengan yakin tidak
mengetahui kata tersebut. Pada kasus lain, definisi-definisi dari kata tersebut menghasilkan keadaan tip-
of-the tongue. Pada kasus ini, peneliti meminta partisipan untuk menyebutkan kata yang memiliki bunyi
serupa dengan kata-kata yang sedang dicari tersebut, meskipun tidak memiliki makna. Misalnya, jika
kata yang sedang dicari adalah sampan, maka partisipan dapat menyebutkan kata-kata yang memiliki
kesamaan bunyi, seperti saipan, siam, dan sarong.
Hasilnya, kata-kata dengan bunyi serupa yang disebutkan oleh partisipan memiliki kesamaan dengan
kata yang sedang dicari. Kata-kata dengan kesamaan bunyi memiliki kesesuaian dengan huruf pertama
sebanyak 49 % dan kesesuaian suku kata sebanyak 48 %.
Fenomena tip-of-the-tongue merupakan salah satu jenis metakognisi. Kita cukup mengetahui mengenai
kata-kata target pada memori kita untuk dapat diucapkan “Kata-kata ini sudah ada di ujung lidah saya”.
Pengetahuan tersebut cukup akurat karena kita mampu mengidentifikasi huruf pertama dan hal-hal
tambahan lain dari kata-kata target.
Fenomena ini berhubungan dengan topic psikologi kognitif lain, seperti kesadaran, memori semantik,
dan dalam menghasillkan bahasa. Hal ini menunjukkan bahwa proses-proses kognitif saling
berhubungan.
Later Researcher on the-tip-of-Tongue Phenomenon
Para peneliti menyimpulkan bahwa kita mengalami fenomena ini kira-kira satu kali dalam sepekan pada
aktivitas keseharian (James & Burke, 2000; Schwartz, 2002). Orang-orang bilingual mengalami fenomena
ini lebih sering dibandingkan orang-orang monolingual. Hal ini disebabkan oleh orang-orang bilingual
memiliki jumlah kata-kata terpisah dalam memori semantic dibandingkan orang-orang monolingual.

88
Ketika kita berhasil meretrieve sebuah kata selama setengah jam, seringkali kita mengalami fenomena
the-tip-of-tongue pada dua menit pertama. Kata-kata yang menghasilkan sensasi the-tip-of-tongue kuat
akan menghasilkan ketepatan dalam pengenalan kata-kata tersebut pula (Schwartz, 2002; Schwartz et
al., 2000).
Ketika kita mengalami keadaan the-tip-of-tongue, kita dapat menebak dengan tepat huruf pertama pada
kata target sebanyak 50 hingga 70 % kali, mengidentifikasi suku kata dari kata-kata target dengan tingkat
keakuratan 45 hingga 85 % (Brown, 1991; Schwartz, 2002). Lebih jauh lagi, kata dapat mengidentifikasi
karakteristik dari kata-kata target, misalnya apakah kata-kata tersebut menyenangkan, netral atau tidak
menyenangkan (Koriat et al., 2003). Penelitian menganai bidang ini pun dilakukan pada partisipan yang
menggunakan bahasa non-inggris, seperti Jepang dan Itali (Schwartz, 1999, 2002).
Feeling of Knowing
Feeling of knowing merupakan prediksi mengenai apakah kita dapat mengenali jawaban dari sebuah
pertanyaan dengan tepat atau tidak (Schwartz & Perfect, 2002). Secara umum, fenomena the-tip-of-
tongue merupakan efek yang tidak disadari. Sebaliknya, perasaan mengetahui merupakan pengalaman
yang disadari, kita dapat menilai apakah kita dapat mengenali suatu jawaban atau tidak ketika kita
diberikan sejumlah pilihan (Koriat & Helstrup, 2007)
Kita pun akan mengalami perasaan mengetahui ketika seseorang meminta kita untuk menuliskan
sebanyak mungkin anggota dari sebuah kategori yang spesifik, misalnya menuliskan jenis buah dan
nama pelajar pada sekolah kita.
Kita akan memiliki perasaan mengetahui yang kuat jika kita mampu meretrieve bagian informasi dalam
jumlah yang besar (Koriat & Helstrup, 2007; Schwartz et al., 1997; Schwartz & Smith, 1997). Misalnya,
ketika kita berusaha mengingat nama depan guru Mata Pelajaran Bahasa Inggris SD, perasaan
mengetahui akan semakin kuat saat kita mendapatkan informasi-informasi petunjuk mengenai nama
tersebut, seperti terdiri dari dua suku kata dan huruf terakhir pada nama tersebut merupakan kombinasi
konsonan yang tidak terdapat dalam alfabet bahasa Indonesia. Nama depan tersebut benar-benar
terdapat pada ujung lidah kita, tetapi kita tidak mampu untuk merecallnya. Bagaimana pun, kita tahu
bahwa kita mampu memilih kata yang tepat dari sekumpulan pilihan nama. Kemudian, dengan cepat
kita dapat menemukan nama tersebut sebagai “Hadist”. Perasaan mengetahui ini akan semakin
melemah ketika petunjuk mental tersedia dalam jumlah terbatas.

89
Yushifani Belladina

190110090055

Memory Strategies dan Metacognition

Memory Strategies

A Review

( chapter 3 ) Divided Attention

Divided Attention atau atensi yang terbagi. Artinya adalah kita dapat memfokuskan atensi kita
lebih dari satu atensi. Contohnya adalah ketika kita menyetir mobil sambil mendengarkan radio.

( Chapter 5 ) Levels of Processing

Levels of Processing menunjukkan bahwa kamu akan mengingat kembali informasi yang lebih
akurat jika kamu memproses informasi tersebut dalam level terdalam, daripada level terdangkal ( Esgate
& Groome, 2005 ). Kita dapat mencatat bahwa proses level terdalam memfasilitasi pembelajaran
dikarenakan oleh dua factor, yaitu elaboration dan distinctiveness. Penelitian juga menunjukkan bahwa
proses terdalam membantu para siswa mengingat lebih banyak informasi pada program psikologi
mereka. Satu terutama dari proses level terdalam mengambil keuntungan dari self-reference effect. Self-
reference effect berfungsi untuk mengaplikasikan konsep pada kehidupan sehari-hari.

( Chapter 5 ) Encoding Specifity

Encoding-Specifity principle menyatakan bahwa mengingat kembali lebih baik konteks dan
pengambilan sama.

( Chapter 5 ) Overconfidence

Overconfidence menyatakan bahwa kita terlalu percaya diri dengan ingatan kita padahal ingatan
kita tersebut belum tentu akurat.

Practice atau latihan : bagaimana mengimprove pemahaman kita

90
The Total-Time Hypotesis

The Total-Time Hypotesis menyatakan bahwa jumlah yang kita pelajari tergantung pada total
waktu yang kita curahkan untuk belajar. Jika kita belajar lebih lama, maka kita akan semakin mengerti.
Lamanya belajar ternyata tidak mempengaruhi pemahaman kita, tetapi kualitas dari cara belajar lah
yang akan mempengaruhi pemahaman kita. Tips sebelum ujian : kita harus membaca bahan minimal
dua kali. Setiap membaca materi, kita harus me-retrieve materi yang didapat.

The Distributed-Practice Effect

The Distributed-Practice Effect atau spacing effect atau spaced effect atau massed learning,
menyatakan bahwa kita dapat mengingat lebih banyak materi jika kita menyebarkan pembelajaran kita
belajar dari waktu ke waktu. Maksudnya adalah, kita belajar dengan cara dicicil agar dapat
meningkatkan daya ingat. Jika kita memakai metode system kebut semalam ( SKS ) ketika ujian, maka
daya ingat mengenai pemahaman materi yang kita hapalkan akan kurang.

Satu alasan bahwa praktek dibagikan sangat membantu untuk mengingat jangka panjang adalah
bahwa hal itu memperkenalkan desirable difficulties, dengan kata lain, kita harus memahami key
concept dan pahami berulang-ulang sekitar dua hingga tiga kali agar lebih paham.

The Testing Effect

The Testing Effect dilakukan dalam situasi akademik dan merupakan cara terbaik untuk me-
recall long term memori kita dengan cara study question.

Mnemonics Using Imagery

91
Mnemonics adalah strategi mental yang didesain untuk meningkatkan memori kita ( Hunter,
2004b ). Ketika kita menggunakan Mnemonics yang menekankan pada imagery, kita secara mental
mewakili benda atau tindakan yang tidak hadir.

The Keyword Method

Yaitu suatu metode dengan cara menyambung-nyambungkan kata.

The Method of Loci

Yaitu suatu metode dengan cara membayangkan suatu urutan.

Mnemonics Using Organization

1. Organization
Yaitu suatu usaha untuk mensistematisasi materi yang ingin kita ingat.

2. Chunking
Yaitu suatu usaha untuk mengorganisasikan materi yang kita ingat.

3. Hierarchy Technique
Yaitu suatu usaha untuk mengapal dengan menggunakan kelas-kelas.

4. First-Letter Technique
Yaitu suatu usaha dengan memanfaatkan organisasi.

5. Narrative Technique
Yaitu suatu usaha dengan membuat narasi atau cerita yang ingin kita hapalkan.

A Comprehensive Approach to Memory Improvement

Di dalam A Comprehensive Approach to Memory Improvement, peneliti tidak terlalu setuju


dengan penelitian tradisional yang terdahulu, karena penelitian yang terdahulu terlalu simple.

92
Multimodal approach Douglas Herrmann menyatakan bahwa orang-orang yang dengan serius
menginginkan untuk meningkatkan ingatan mereka harus mengadopsi pendekatan yang komprehensif
untuk peningkatan memori; pendekatan ini berfokus pada berbagai mode atau faktor, yang artinya
berfokus pada banyak cara atau banyak factor. Lebih khususnya, pendekatan komprehensif
mengharuskan untuk memperhatikan kondisi fisik Anda.

Menurut penelitian, orang yang stress akan lebih sulit dalam menerima teori. Cara agar kita
dapat mengingat nama orang yaitu dengan cara :

1. Ucapkan nama orang tersebut dengan keras.


2. Bertanyalah dengan menyebutkan nama orang tersebut.
3. Minimal sebutkan nama dia sekali dalam pembicaraan.
4. Dll.
Ellen Langer menemukan sebuah perspektif yang dinamakan mindfullness yang menyatakan dimensi
lain untuk Sebuah perbaikan memori komprehensif ( Carson & langer, 2006 ; langer 2000 ). Mindfullness
adalah suatu pendekatan yang fleksibel terjadap dunia, dengan kepekaan tertentu untuk hal-hal baru
dan apresiasi cara baru untuk mendekati masalah.

Improving Prospective Memory

Yaitu mengingat suatu hal yang harus dikerjakan di masa mendatang dengan cara
mmerencanakan baru melakukan. Tantangan utama adalah untuk mengingat isi tindakan dan hal
tersebut sangat sulit dilakukan.

Comparing Prospective and Retrospective Memory

Berfungsi untuk me-recall informasi yang telah dipelajari sebelumnya dengan cara mengingat.

Research on Prospective Memory

Berikut merupakan sampel kecil dari hasil beberapa penelitian tersebut :

93
1. Bayangkan kamu mengerjakan tugas yang sangat berat seperti project yang menggunakan
divided attention. Pada situasi ini, kamu akan lupa untuk melengkapi prospective-memory task
yang tidak berhubungan. Hal ini merupakan rencana sebelumnya, karena atensinya telah
terbagi.
2. Bayangkan kamu mengerjakan tugas pertama, dan kamu seharusnya melengkapi prospective-
memory task setelahnya. Jika kamu tiba-tiba membutuhkan untuk memindahkan mengerjakan
tugas kedua, kamu akan kurang untuk menyelesaikan prospective-memory task.
3. Kamu tahu bahwa encoding-specificity principle terkadang dapat meningkatkan memori. Hal
tersebut berhubungan dengan konteks, jika benda di dalam konteks maka akan lebih mudah
untuk mengingat.

Absentmindedness

Biasanya rutinitas lebih mendominasi daripada prospective memory. Contohnya adalah ketika
kita mau berangkat ke kampus, kemudian ibu kita menyuruh pulang dari kampus untuk mampir ke
apotek. Karena kebiasaan kita setelah selesai kuliah langsung pulang, maka kita akan melupakan
rencana sebelumnya untuk mampir dulu ke apotek.

Suggestion for Improving Prospective Memory

External memory aid adalah apapun diluar diri kita yang dapat memfasilitasi diri kita. Contohnya
adalah daftar belanja, reminder di hp, alarm jam, dan minta diingatkan teman. Hal di atas hanya dapat
membantu jika digunakan dengan baik.

Metacognition

Adalah pengetahuanmu dan control terhadap proses kognitifmu. Hierarki adalah suatu contoh
proses kognitif. Metacognition menggunakan proses kognitif untuk memikirkan proses kognitif seperti
contoh yang terdapat pada chapter tiga. Metacognition membantu kita untuk memecahkan masalah
seperti source monitoring yang juga merupakan suatu kesalahan metacognition.

94
Metamemory adalah pengetahuan orang-orang dan control terhadap memori mereka.

Metamomory and the Prediction of Memory Performance

Metamemory tidak selalu akurat dengan prediksi memory performance.

Metamemory on a Total-Score Basis

Jawabannya adalah ketika orang memperkirakan sikap total dan terlalu percaya bahwa skor
totalnya terlampau tinggi. Terdapat foresight, yaitu penaksiran yang terlalu tinggi terhadap jawaban
yang benar padahal kenyataannya tidak seperti itu.

Metamemory on an Item-by-Item Basis

Jawabannya adalah ketika orang memiliki nomor dari item-item untuk diingat, mereka dapat
memprediksi secara akurat dimana individual items yang dapat mereka ingat dan dimana individual
items yang dapat mereka lupakan. Lebih akurat karena partisipan disuruh memilih kata yang mudah
diingat dan kata yang tidak mudah diingat.

Individual Differences : Metamemory and Adults with Attention-Deficit / Hyperactivity Disorder

Mereka memiliki kesulitan untuk memfokuskan perhatian mereka di sekolah, di tempat kerja,
dan pada aktivitas lainnya ( American Psychiatric Association 2000 ).

Metamemory About Factors Affecting Memory

Menyatakan bahwa kita tidak sadar terhadap strategi menghapal kita seperti apa. Mahasiswa
yang memiliki skor rendah biasanya tidak tahu strategi belajar yang baik. Selain itu, Metamemory juga

95
berfungsi untuk mengindikasikan strategi belajar yang baik untuk kita. Strategi mengulang itu tidak baik,
yang baik adalah menggambarkan dalam mental image atau keywoard-nya saja.

In Depth : Metamemory and The Regulation of Study Strategies

Ketika ujian, lebih tepat untuk membahas materi-materi yang sulit.

1. Allocating Time When The Task is Easy


2. Allocating Time When The Task is Difficult
3. Conclusions About the Study Strategies

The Tip-of-the Tongue Phenomenon

Adalah suatu perasaan subjektif yang kita ketahui tetapi kita tidak dapat menyebutkannya.
Fenomena ini sering dilakukan, terutama pada orang-orang bilingual. Karena, pada semantic memori
orang-orang tersebut terdapat banyak kosakata. Contohnya adalah kata tembolok menjadi kata tembilik
( kata yang mirip-mirip ).\

Later Research on theTip-of-the Tongue Phenomena

Semakin banyak petunjuk yang kita dapatkan, maka akan semakin mudah kita untuk
mengingatnya.

Feeling of Knowing

Metacomprehension

Yaitu mengacu pada pikiran kita mengenai pemahaman. Banyak penelitian mengenai
metacomprehension yang memfokuskan pada membaca pemahaman dari pada memahami kemampuan
berbicara (Maki & McGuire, 2002).

1. Metacomprehension Accuracy

96
Umumnya para mahasiswa tidak terlalu akurat dengan kemampuan
metacomprehension-nya, contohnya adalah mereka tidak mungkin melihat inkonsistensi atau
informasi yang hilang dalam sebuah bagian tertulis. Sebaliknya mereka berpikir bahwa mereka
telah memahaminya (Maki, 1998; Mayer 2004; McNamara & Shapiro, 2005).

Seperti dalam percobaan Pressley dan Ghatala ( 1988 ). Mereka menguji kemampuan
membaca sejumla mahasiswa. Mereka menguji mahasiswa tersebut dengan SAT. Mahasiswa
tersebut menjawab pertanyaan multiple-choice, kemudian mereka menyebutkan tingkat
keyakian mereka terhadap jawaban benar atas pertanyaan tersebut. Tingkat keyakinan mereka
merupakan ukuran metacomprehension. Hasilnya, ketika mahasiswa tersebut menjawab
pertanyaan reading comprehension dengan benar, mereka memberikan rata-rata kepastian
sebanyak 73 %. Dengan kata lain, para mahasiswa tersebut cukup yakin tentang item ini, yang
sesuai. Bagaimanapun, ketika mereka menjawab pertanyaan dengan tidak benar, mereka telah
memberikan rata-rata keyakinan sebesar 64 %. Sayangnya, ini adalah tingkat yang sama
mengenai kepercayaan mereka yang menunjukkan item yang mereka jawab dengan benar. Data
tersebut mengindikasikan bahwa para mahasiswa terlalu percaya diri dalam berbagai kasus.
Sekitar dua-pertiga mahasiswa percaya bahwa mereka mengerti bahan yang telah mereka baca,
ketika mereka menjawab pertanyaan dengan kurang tepat.

2. Improving Metacomprehension
Idealnya mahasiswa seharusnya dapat lebih akurat dalam menilai apa yang mereka
mengerti terhadap apa yang mereka baca. Dengan kata lain penilaian subjektif mereka
seharusnya lebih cocok dengan kemampuan dalam objective test. Suatu cara untuk
meningkatkan metacomprehension mereka adalah dengan cara mengambil pretest, yang dapat
memberikan hasil mengenai pemahaman sebelum mengambil tes yang sesungguhnya
( Glenberg et al, 1987 ; Maki, 1998 ).

Metode efektif lainnya untuk meningkatkan metacomprehension adalah dengan cara


membaca sebuah kutipan pendek, menunggu beberapa menit, dan kemudian mencoba
mengambil kesimpulan dari sebuah kutipan pendek tersebut. Prosedur ini tidak hanya
meningkatkan keputusan anda tentang bagaimana anda mengetahui suatu pesan pendek, tapi
juga meningkatkan nilai anda pada sebuah tes tentang materi ini ( Baker & Dunlosky, 2006 ;

97
Dunlosky et al., 2005 ; Thiede et al., 2005 ). Selanjutnya, ketika anda menggunakan jenis aktif
membaca ini, anda cenderung untuk "keluar zona" dan gagal untuk menyadari bahwa anda tidak
lagi memperhatikan bacaan (Schooler et al., 2004).

Salah satu komponen metacomprehension, mengharuskan anda untuk memahami


bagian secara akurat. Metacomrpehension juga mengharuskan anda untuk mengatur membaca
anda, sehingga anda tahu cara membaca yang lebih efektif.

98

Anda mungkin juga menyukai