Anda di halaman 1dari 13

TEORI PENGOLAHAN INFORMASI

MAKALAH
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH
Landasan Pendidikan dan Pembelajaran
yang dibina oleh Bapak Dr. Supriyono Koeshandayanto

Disusun Oleh:
Kelompok IV
Elok Faiqatul Himmah (180321864520)
Ika Khoirun Nisa (180321864540)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


PASCASARJANA
PENDIDIKAN FISIKA
OKTOBER 2018
1.SISTEM PENGOLAHAN INFORMASI

Teori-teori pengolahan informasi memfokuskan perhatian tentang


bagaimana orang memperhatikanperistiwa-peristiwa lingkungan,
mengkodekan informasi-informasi untuk dipelajari, dan menghubungkannya
dengan pengetahuan yang ada dalam memori, dan menariknya kembali ketika
dibutuhkan (Shuell,1986).

1.1 Asumsi – Asumsi


Teori- teori pengolahan informasi memiliki pandangan yang berbeda-
beda dalam hal proses-proses kognitif yang mana yang tergolong penting dan
bagaimana cara kerjanya, tetapi teori- teori tersebut memiliki asumsi-asumsi
yang sama. Salah satunya adalah pengolahan informasi terjadi pada tahapan-
tahapan yang memisahkan antara penerimaan sebuah stimulus dan pemberian
sebuah respon. Didapatkan logika bahwa bentuk informasi, atau bagaimana
informasi tersebut dipresentasikan secara mental berbeda- beda tergantung
pada tahapannya. Tahapan –tahapan yang dimaksud berbeda antara satu sama
lain secara kualitatif.
Asumsi lain mengatakan bahwa pengolahan informasi dapat
dianalogikan dengan pengolahan komputer, setidaknya diibaratkan seperti
demikian. Fungsi – fungsi dari sistem manusia sama dengan sebuah komputer.
Sistem manusia menerima informasi, menerimanya dalam memori, dan
mengambilnya lagi disaat diperlukan. Pengolahan kognitif luar biasa efisien,
tidak banyak terjadi pembuangan atau persinggungan. Para peneliti juga
berasumsi bahwa pengolahan informasi terlibat dalam semua aktivitas kognitif.
Pengolahan informasi menjangkau lebih dari konsep tradisional tentang
pembelajaran manusia.
1.2. Memori Dua Penyimpanan
a. Memori (Kerja) Jangka Pendek
Dalam model dua penyimpanan, begitu sebuah stimulus diperhatikan
dan dirasakan , stimulus tersebut akan ditransfer ke memori(kerja) jangka
pendek (short term memory) yang disebut juga dengan Working Memory
(WM). WM adalah memori dari pikiran sadar kita yang dapat segera
diakses. WM memiliki dua fungsi penting : pemertahanan dan penarikan
(Unsworth dan Engle,2007). Informasi yang datang dipertahankan dalam
kondisi aktif dalam jangka waktu yang pendek dan diproses dengan cara
diulang atau dihubungkan dengan informasi yang ditarik melalui Long Term
Memory (Memori Jangka Panjang).
WM itu terbatas durasinya , jika tidak segera diproses maka informasi
dalam WM akan menghilang. WM juga terbatas kapasitasnya, WM hanya
dapat menyimpan sedikit informasi. Kita dapat meningkatkan jumlah
informasinya dengan cara memotong-motong atau mengkombinasikan
informasi-informasi dengan cara yang dapat dipahami.
Tanda – tanda lingkungan (enviromental cues) atau tanda-tanda yang
dimunculkan sendiri (self generated cues) mengaktifkan sebagian dari LTM
sehingga lebih dapat diakses oleh WM. Memori yang diaktifkan ini
menyimpan sebuah representasi dari peristiwa-peristiwa yang sedang
berlangsung atau belum lama berlangsung.
WM memainkan peran penting dalam pembelajaran. Dibandingkan
dengan para siswa dengan prestasi belajar yang normal, para siswa yang
memiliki kelemahan dalam ketrampilan membaca dan matematika
menunjukkan kerja WM yang lebih buruk(Anderson dan Lyxell, 2007).
Implikasi pembelajaran yang sangat penting dari penelitian ini adalah
jangan terlalu banyak membebeni WM siswa dengan menyajikan terlalu
banyak materi sekaligus atau terlalu cepat menjelaskan materinya. Jika
memungkinkan, guru dapat memberikan informasi secara visual dan verbal
untuk meamastikan bahwa siswa dapat mempertahankannya dalam WM
mereka cukup lama sehingga informasi tersebut dapat diproses lebih lanjut
secara kognitif (misal : menghubungkannya dengan informasi dalm LTM).
b. Memori Jangka Panjang
Pengetahuan yang disimpan dalam LTM beragam kekayaanya.
Masing- masing orang memiliki memori-memori yang jelas tentang
pengalaman-pengalaman yang menyenangkan maupun tidak menyenangkan.
Memori – memori ini bisa tepat desainnya. Tipe – tipe pengetahuan lain yang
tersimpan dalam memori sifatnya sehari-hari tidak pribadi : makna-makna
kata , operasi-operasi aritmatika, dan kutipan- kutipan dari dokumen terkenal.
Para peneliti mempelajari perbedan – perbedaan antara memori
deklaratif dan memori memori prosedural (Gupta dan Cohen, 2002). Dalam
memori deklaratif orang mengingat peristiwa-peristiwa dan pengalaman baru.
Biasanya informasi disimpan dalam memori deklaratif dengan cepat, dan
pada pasien penderita amnesi bagian inilah yang mengalami kerusakan paling
parah. Memori prosedural adalah memori untuk ketrampilan-ketrampilan,
prosedur-prosedur , dan bahasa. Informasi dalam memori prosedural
disimpan secara bertahap dan sulit untuk dideskripsikan.
Paivio (1971) mengemukakan bahwa pengetahuan disimpan dalam
bentuk verbal dan visual yang masing-masing terpisah berdasarkan fungsinya
tetapi saling berhubungan. Pengetahuan dapat disimpan secara visual maupun
secara verbal. Paivio menyatakan bahwa untuk potongan pengetahuan apapun
seseorang memiliki bentuk penyimpanan atas pilihannya sendiri yang dapat
diaktifkan dengan lebih mudah daripada lainnya. Teori – teori pengolahan
informasi meyakini bahwa pembelajaran dapat terjadi tanpa adanya perilaku
terbuka (open behavior) karena pembelajaran merupakan pembentukan atau
modifikasi dari jaringan – jaringan modifikasi. Akan tetapi, tindakan terbuka
biasanya diperlukan untuk memastikan bahwa siswa telah memperoleh
ketrampilan – ketrampilan yang mereka pelajari.
Pengolahan informasi dimulai ketika sebuah input stimulus (misalnya:
visual, auditori) mengenai satu atau lebih bagian panca indra
(misalnya:pendengaran, penglihatan,peraba). Register Sensorik yang sesuai
menerima input dan menyimpannya sebentar dalam bentuk rekaman indrawi.
Disinilah persepsi (pengenalan pola) terjadi, yaitu proses pemberian makna
terhadap sebuah input stimulus. Register sensorik mentransfer informasi ke
memori jangka pendek (STM/Short Term Memory). STM adalah sebuah
memori kerja (WM/Working Memory) dan kira-kira berhubungan dengan
kesadaran, atau hal yang tertangkap oleh pikiran sadar pada saat tertentu.
Kapasitas WM terbatas. Ketika informasi berada di WM , pengetahuan yang
terkait dengannya dalam memori jangka panjang (LTM/Long Term Memory)
atau memori permanen akan diaktifkan dan ditempatkan dalam WM untuk
digabungkan dengan informasi yang baru.

c. Pengkodean
Pengkodean (encoding) adalah proses menempatkan informasi yang
baru (yang masuk) ke dalam sistem pengolahan informasi dan
mempersiapkannya untuk disimpan dalam LTM. Pengkodean biasanya
dilaksanakan dengan membuat informasi yang baru memiliki makna dan
menggabungkannya dengan informasi-informasi yang telah diketahui dalam
LTM. Berikut adalah faktor yang mempengaruhi pengkodean
 Organisasi
Teori dan penelitian Gestalt menunjukkan bahwa materi-materi yang
diorganisasikan dengan baik akan lebih mudah dipelajari dan diingat (Katona,
1940). Miller (1956) berpendapat bahwa pembelajaran dapat diperlancar
dengan mengklasifikasikan dan mengelompokkan potongan – potongan kecil
informasi menjadi potongan –potongan besar yang terorganisir. Materi –
materi yang terorganisir akan meningkatkan memori karena item – itemnya
dihubungkan antara satu sama lain secara sistematis. Ingatan terhadap satu
item akan memicu ingatan terhadap item – item yang berkaitan dengan item
tersebut. Penelitian telah membuktikan efektivitas organisasi dalam
pengkodean pada anak – anak dan pada orang dewasa.
 Penjelasan
Penjelasan adalah proses mengembangkan informasi yang baru bagi
seseorang dengan menambahkan atau menghubungkannya dengan hal – hal
yang telah diketahuinya. Penjelasan mengandung pengkodean dan penarikan
dari memori karena cara ini dapat menghubungkan informasi yang harus
diingat dengan pengetahuan – pengetahuan lain. Informasi yang baru saja
dipelajari akan lebih mudah diakses dalam jaringan memori yang telah
dikembangkan . Bahkan, ketika informasi tersebut dilupakan orang sering
mengingat penjelasannya (Anderson, 1990). Pengulangan informasi akan
mempertahankannya dalam WM, tetapi tidak selalu dapat
mengembangkannya. Proses pengulangan dapat dibedakan menjadi dua jenis,
yaitu pengulangan pemertahanan (mengulangi informasi berkali – kali) dan
pengulangan elaboratif (menghubungkan informasi dengan sesuatu yang
telah diketahui).
 Skema
Skema bentuk jamaknya : skema – skema atau skemata adalah
struktur yang mengorganisasikan sejumlah besar informasi menjadi sebuah
sistem yang bermakna. Unit – unit yang lebih besar diperlukan untuk
mengorganisasikan proposisi –proposisi yang mempresentasikan potongan –
potongan kecil informasi menjadi suatu keseluruhan yang koheren
(Anderson, 1990). Semua rangkaian yang diatur dengan baik dapat
direpresentasikan sebagai sebuah skema.
Skemata membantu pengkodean karena skemata menjelaskan atau
mengembangkan materi –materi baru menjadi sebuah struktur yang
bermakna. Ketika mempelajari materi – materi , siswa berusaha untuk
menyesuaikan informasi – informasi ke dalam ruang – ruang skema. Elemen
– elemen skema yang kurang penting atau sifatnya pilihan dapat dipelajari
atau tidak dipelajari. Skema – skema dapat memfasilitasi ingatan secara
terpisah dari manfaat – manfaatnya untuk pengkodean.
1.3. Alternatif-Alternatif Model Dua Penyimpanan
a. Level-level (kedalaman) pengolahan
Kedua model memiliki pandangan yang berbeda tentang bagaimana
tipe pengolahan mempengaruhi memori. Dalam level pengolahan, semakin
dalam level sebuah item diproses maka semakin bagus memorinya karena
jejak memorinya lebih tertanam. Kejadian lupa cenderung berada pada level
pengolahan dangkal dan bukan karena hilangnya informasi dari WM atau
LTM. Level – level pengolahan menyiratkan bahwa pemahaman siswa akan
lebih baik ketika materi pelajaran yang diberikan pada mereka diproses pada
level yang lebih dalam.
b. Level Aktivasi
Suatu konsep alternatif dari memori, yang serupa dengan model dua
penyimpanan dan model level-level pengolahan, menyatakan bahwa struktur
memori berbeda-beda berdasarkan level aktivasinya (Anderson, 1990).
Informasi dapat berada pada kondisi aktif atau tidak aktif. Ketika aktif,
informasi dapat diakses dengan cepat. Kondisi aktif dipertahankan selama
informasi diperhatikan. Tanpa perhatian, level aktivasinya akan menurun, dan
dalam hal ini informasi tersebut dapat diaktifkan ketika struktur memorinya
diaktifkan kembali (Collins dan Loftus, 1975). Pengulangan membuat
informasi dapat dipertahankan dalam kondisi aktif (Anderson, 1990).

2. PERHATIAN
2.1 Perhatian dan Pembelajaran
Siswa mengalokasikan perhatian pada aktivitas-aktivitas sebagai
fungsi motivasi dan pengaturan diri (Kanfer dan Ackerman,1989; Kanfer dan
Kanfer, 1991). Ketika ketrampilan-ketrampilan menjadi rutinitas, pengolahan
informasi membutuhkan lebih sedikit perhatian dan pikiran sadar. Penelitian
menunjukkan bahwa pengolahan ketrampilan kognitif menjadi otomatis
(Phye,1989). Perbedaan dan kemampuan dalam mengontrol perhatian
berkaitan dengan usia, hiperaktivitas, kecerdasan, dan kelemahan-kelemahan
belajar dari siswa (Grabe,1986). Kekurangan-kekurangan dalam perhatian
dikaitkan dengan masalah-masalah belajar. Para siswa yang hiperaktif
menunjukkan aktivitas motorik yang berlebihan, perhatian yang mudah
teralihkan , dan prestasi akademik yang rendah.
Guru dapat meningkatkan perhatian siswa terhadap materi-materi
yang relevan melalui kegiatan-kegiatan yang menarik di awal pelajaran. Guru
berkeliling kelas ketika siswa mengerjakan tugas di kelas dapat membantu
menjaga perhatian mereka terhadap tugas yang sedang dikerjakan. Berikut
adalah tabel saran – saran untuk memfokuskan dan mempertahankan
perhatian siswa.
Tabel 1. saran – saran untuk memfokuskan dan mempertahankan perhatian
siswa.
Sarana Pelaksanaan
Memberikan isyarat pada siswa pada awal pemberian pelajaran atau ketika akan
Isyarat
berganti aktivitas
Bergerak ketika menjelaskan materi dalam kelas. Berkeliling ruang kelas ketika
Gerakan
siswa sedang mengerjakan tugas kelas mereka
Menggunakan materi dan alat bantu mengajar yang berbeda-beda. Menggunakan
Variasi
gerak-gerak isyarat. Tidak berbicara dengan nada yang menonton
Memberikan pelajaran dengan materi – materi yang menarik. Memerhatikan hal –
Daya tarik
hal yang menarik bagi siswa saat pelajaran
Meminta siswa menjelaskan suatu topik dengan kata- kata mereka sendiri.
Pertanyaan Menekankan pada mereka bahwa mereka bertanggung jawab terhadap
pembelajaran mereka sendiri.
3. PERSEPSI
3.1 Teori Gestalt
a. Kebermaknaan Persepsi
Esensi dari teori Gestalt adalah bahwa objek atau peristiwa dilihat
sebagai sebuah keseluruhan yang terorganisir (Kohler,1947). Otak manusia
mentransformasi realitas objektif menjadi peristiwa mental yang terorganisasi
menjadi keseluruhan yang mempunyai makna. Menurut pandangan Gestalt ,
pembelajaran merupakan fenomena kognitif yang melibatkan
pengorganisasian ulang pengalaman-pengalaman menjadi persepsi-persepsi
yang berbeda dari benda-benda, orang-orang atau peristiwa (Koffka, 1992).
Sebagian besar proses belajar yang dilakukan manusia melibatkan banyak
pemahaman baru, merupakan transformasi dari tidak tahu menjadi tahu yang
terjadi dengan cepat.
b. Prinsip-prinsip Pengorganisasian
Teori Gestalt menyatakan bahwa seseorang menggunakan prinsip-
prinsip untuk mengorganisasikan persepsi mereka. Beberapa diantara prinsip-
prinsip yang penting adalah hubungan antara bentuk dan latar belakang,
proksimitas (kedekatan jarak), kemiripan, kesamaan arah, kesederhanaan, dan
penutupan (Koffka, 1992).
3.2 Register – Register Sensorik
Input – input lingkungan diperhatikan dan diterima melalui pancaindra :
penglihatan, pendengar, peraba, pembau , dan perasa. Teori pengolahan
informasi menyatakan bahwa tiap indra memiliki registernya sendiri yang
menyimpan informasi sebentar dalam bentuk yang sama dengan saat
diterima. Informasi berdiam dalam register sensorik hanya dalam waktu
sepersekian detik. Register sensorik bekerja secara paralel karena beberapa
panca indra dapat bekerja secara bersamaan dan terpisah antara satu sama
lain.
4. LONG TERM MEMORY (LTM): STORAGE
4.1 Proporsitions
a. Hakekat (Sifat-sifat) Propositions. Proposition adalah unit terkecil
informasi yang dapat dinilai benar atau salah. Propositions merupakan
unit dasar pengetahuan dan makna dalam LTM (Anderson, 1990; Kosslyn,
1984; Norman & Rumelhart, 1975). Hakekat sebenarnya propositions
masih tidak dipahami dengan baik. Walaupun propositions dapat dianggap
sebagai kalimat, sepertinya propositions lebih merupakan makna-makna
kalimat (Anderson, 1990). Penelitian menunjukkan bahwa kita
menyimpan informasi dalam memori sebagai propositions dari pada
kalimat utuh.
b. Jaringan Propositions. Proposition dibentuk berdasarkan serangkaian
aturan. Propositions membentuk jaringan yang terdiri dari nodes tunggal
atau lokasi-lokasi. Nodes bisa dianggap sebagai kata-kata tunggal.
Walaupun hakekat sebenarnya belum diketahui tetapi kemungkinan
abstrak. Bukti menunjukkan bahwa Propositions disusun berdasarkan
struktur-struktur hirarki.
4.2 Penyimpanan Pengetahuan
a. Pengetahuan Deklaratif. Pengetahuan deklaratif terdiri atas fakta-fakta,
keyakinan-keyakinan, opini-opini, generalisasi-generalisasi, teori-teori,
hipotesis-hipotesis, dan sikap-sikap-sikap mengenaidiri sendiri, orang lain,
dan kejadian-kejadian di dunia (Gupta & Cohen, 2002; Paris et al., 1983).
b. Penyebaran Aktivasi. Penyebaran aktivasi membantu menjelaskan
bagaimana informasi baru dihubungkan dengan pengetahuan pada LTM
(Anderson, 1983,1984, 1990, 2000; Collins & Loftus, 1975). Prinsip-
prinsip umum yang melandasinya adalah sebagai berikut (Anderson,
1984):
 Pengetahuan manusia bisa direpresentasikan sebagai jaringan nodes,
dimana nodes berkorespondensi dengan konsep-konsep dan terhubung
dengan asosiasi-asosiasi atar konsep-konsep dan terhubung dengan
assosiasi-asosiasi antara konsep-konsep itu.
 Nodes pada jaringan ini bisa dalam berbagai keadaan-keadaan yang
berhubungan dengan level aktivasinya. Nodes yang aktif diproses lebih
baik.
 Aktivasi dapat menyebar sepanjang jalur-jalur jaringan ini dengan sebuah
mekanisme dimana nodes bisa menyebabkan nodes tetangganya ikut
aktif.
c. Schema. Schema atau Schemata merupakan jaringan besar yang
merepresentasikan struktur-struktur benda, orang, dan kejadian (Anderson,
1990). Struktur digambarkan dengan serangkaian “slot”, yang masing-
masing berkaitan dengan sebuah karakteristik. Skema penting selama
pengajaran dan pada pentransferan (Matlin, 2009). Begitu siswa
mempelajari sebuah skema, guru bisa mengaktifkan pengetahuan ini
ketika mereka mengajar setiap konten dimana skema dapat diaplikasikan.
d. Pengetahuan Prosedur. Pengetahuan prosedur, atau pengetahuan
bagaimana melaksanakan aktivitas kognitif (Anderson, 1990; Gupta &
Cohen, 2002; Hunt, 1989; Paris et al., 1983), sangat penting dalam
kebanyakan pembelajaran di sekolah. Kita menggunakan pengetahuan
produral untuk menyelesaikan permasalahan matematika, merangkum
information, membaca sekilas kutipan pendek, dan melaksaan teknik-
teknik labor.
4.3 Sistem Produksi dan Model Connectionist
1. Sistem Produksi dan model Connectionist
a. Sistem produksi. ACT (An Activation Theory) - sebuah teori aktivasi -
menentukan bahwa sistem produksi adalah sebuah jaringan kondisi-
rangkaian tindakan (aturan-aturan), dimana kondisi merupakan
seperangkat keadaan yang mengaktifkan sistem dan aksi merupakan
seperangkat aktivitas yang terjadi (Andrson, 1990, 1996, 2000; Anderson,
Reder, & Lebiere, 1996; Andre; 1986). Sebuah produksi terdiri atas
pernyataan jika-maka. Pernyataan jika (kondisi) melingkupi tujuan dan
pengujian, sementara pernyataan maka merupakan tindakan-tndakannya.
b. Model Connectionist. Seperti produksi, model connectionist
menggambarkan simulasi-simulasi komputer mengenai proses-proses
pembelajaran. Asumsinya adalah proses-proses kognitif yang lebih tinggi
dibentuk oleh koneksi sejumlah besar elemen-elemen dasar seperti neuron-
neuron (Anderson, 1990, 2000; Andrson, Reder, & Lebiere, 1996; Bourne,
1992). Model connectionist mencakup distribusi penggambaran
pengetahuan (yaitu, terseber dalam jaringan yang luas), pemprosesan
paralel (banyak operasi-operasi yang terjadi bersamaan), dan interaksi
antar sejumlah besar unit-unit pemprosesan yang sederhana (Siegler,
1989)
5. LONG TERM MEMORY: RETRIEVEL AND FORGETTING
5.1 Penarikan Informasi
a. Strategi-strategi Penarikan. Pertanyaan yang diajukan kepada siswa
masuk ke dalam WM siswa tersebut dan terpecah menjadi sejumlah
proposisi. Proses yang terjadi di dalam WM itu memiliki landasan
neurologis dan tidak dapat dipahami sepenuhnya, informasi dari
pertanyaan mengaktifkan informasi-informasi terkait dalam jaringan-
jaringan memori melalui aktivasi yang menyebar untuk mengetahui
apakah informasi-informasi tersebut dapat menjawab pertanyaan tadi. Jika
ya, informasi tersebut diterjemahkan menjadi sebuah kalimat dan
diverbalkan atau diterjemahkan menjadi pola-pola motoric untuk
dituliskan.
b. Spesifisitas Pengkodean. Menurut hipotesis kespesifikasi, cara
pengetahuan dikodekan menentukan tanda-tanda penarikan yang mana
yang akan dapat mengaktifkan pengetahuan tersebut secara efektif.
Penarikan terbaik terjadi ketika tanda-tanda penarikan cocok dengan
tanda-tanda yang hadir saat pembelajaran. Tanda-tanda yang berkaitan
dengan materi-materi yang harus dipelajari dihubungkan dalam LTM
dengan materi-materi tersebut pada saat pengkodean. Saat mengingat,
penyajian tanda-tanda ini mengaktifkan bagian-bagian yang relevan dalam
LTM. Karena tanda-tanda mengarah pada aktivasi yang menyebar (bukan
masing-masing proposisi atau konsep secara terpisah), ingatan ditunjang
melalui penyajian tanda-tanda yang sama pada saat pengkodean dan
mengingat.
c. Penarikan Pengetahuan Deklaratif. Meskipun pengetahuan deklaratif
sering diporses secara otomatis, tidak ada jaminan bahwa pengetahuan ini
akan dipadukan dalam informasi-informasi yang relevan dalam LTM.
Kebermaknaa, penjelasan, dan organisasi meningkatkan potensi
diprosesnya dan ditariknya informasi deklaratif dari memori secara efektif.
Kebermakaan dapat meningkatkan penarikan informasi. Informasi yang
bermakna lebih besar kemungkinannya dipertahankan dalam memori.
Karena informasi tersebut dapat dengan mudah dihubungkan dengna
jaringan-jaringan proposisi.
d. Penarikan Pengetahuan Prosedural. Penarikan pengetahuan prosedural
serupa dengan penarikan pengetahuan deklaratif. Tanda-tanda penarikan
memicu asosiasi-asosiasi dalam memori, dan proses aktivasi yang
menyebar mengaktifkan dan menarik ingatan terhadap pengetahuan yang
relevan.
5.2 Lupa
Lupa merupakan hilangnya informasi dari memori atau ketidakmampuan
mengakses informasi.
a. Teori Hambatan (Interferences Theory). Menurut teori ini, asosiasi-
asosiasi yang dipelajari tidak pernah benar-benar dilupakan. Lupa
diakibatkan oleh asosiasi-asosiasi yang saling berebut atau bersaing yang
menurunkan probabilitas diingatnya asosiasi yang benar. Ada dua tipe
hambatan yang terindentifikasi dalam eksperimen, yaitu 1) hambatan
retroaktif, yaitu hambatan yang terjadi ketika asosiasi-asosiasi verbal yang
baru membuat usaha, 2) hambatan proaktif, yaitu asosiasi-asosiasi yang
lama yang membuat pembelajaran baru menjadi lebih sulit.
b. Pengolahan Informasi. Menurut perspektif pengolahan informasi,
hambatan mengacu pada terblokirnya penyebaran aktivasi ke jaringan
memori yang berbeda-beda. Faktor yang dapat mempengaruhi apakah
struktur-struktur teraktifkan adalah, 1) kekuatan dari pengkodean awal.
Infromasi yang pada awalnya dikodekan dengan kuat melalui pengulangan
yang berkali-kali atau penjelasan yang ekstensif, 2) jumlah jalur jaringan
alternative, informasi yang dapat diakses melalui banyak rute akan lebh
mungkin diingat, 3) jumlah perubahan atau penggabungan informasi,
memori melakukan pengorganisasian, penjelasan, dan pemberian makna
terhadap informasi dengan cara menghubungkannya dengan hal yang kita
ketahui.
6. MENTAL IMAGERY (PENCINTRAAN MENTAL)
6.1 Representasi Informasi Parsial
a. Pencitraan dalam Memori Jangka Panjang.
Banyak peneliti sepakat bahwa gambar-gambar digunakan dalam WM,
tetapi mereka berbeda pendapat tentang apakah gambar-gambar tersebut
dipertahankan dalam LTM. Dual-code Theory menyatakan LTM memiliki
dua sarana untuk merepresentasikan pengetahuan: sistem verbal dan sistem
imaginal. Sistem verbal memasukkan pengetahuan yang diekseprisakn
dengan bahasa. Sistem imaginal menyimpan informasi visual dan spasial.
Kedua sistem ini saling berkaitan-sebuah kode verbal dapat dikonversi
menjadi kode imaginal atau kode gambar, dan demikian pula sebaliknya.
Unitary theory menyatakan bahwa semua informasi direpresentasikan
dalam LTM dalam bentuk kode-kode verbal (proporsi-proporsi). Gambar
dalam WM direkonstruksi dari kode-kode LTM verbal.
b. Perbedaan-perbedaan Individual
Individu menggunakan pencitraan untuk mengingat infromasi beragam
seperti sebuah fungsi perkembangan kognitif. Anak cenderung
menggunakan pencitraan untuk menyimpan dan mengingat informasi dari
pada orang dewasa dengan lebih mengandalkan representasi proposisi.
Perbedaan-perbedaan antara individu dalam pencitraan dapat terjadi
karena orang yang berbeda-beda dalam hal seberapa efektif kedua proses
tersebut berjalan dalam diri mereka. Penggunaan pencitraan oleh orang-
orang dari berbagai usia tergantung pada apa yang dibayangkan.
Pencitraan identik lebih sering ditemukan pada anak-anak daripada orang
dewasa., yang mungkin hilang seiring dengan pertumbuhan, hal ini
disebabkan karena representasi proposisi menggantikan cara berpikir
imaginal.

Anda mungkin juga menyukai