Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Pendidikan kesehatan yang dikenal dengan promosi kesehatan adalah suatu
pendekatan untuk meningkatkan kemauan (willingness) dan kemampuan (ability)
masyarakat untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan. Tujuan promosi kesehatan
bukan sekedar menyampaikan pesan-pesan atau informasi-informasi kesehatan agar
masyarakat mengetahui dan berperilaku hidup sehat, tetapi juga bagaimana mampu
memelihara dan meningakatkan kesehatannya. Upaya memecahkan masalah kesehatan
ditujukan atau diarahkan kepada faktor perilaku dan faktor non perilaku (lingkungan dan
pelayanan). Pendekatan terhadap faktor perilaku adalah promosi atau pendidikan
kesehatan. Sedangkan, pendekatan terhadap faktor non perilaku adalah dengan perbaikan
lingkungan fisik dan peningkatan lingkungan SosBud, serta peningkatan pelayanan
kesehatan. Makalah ini dapat membantu pembaca untuk dapat mengetahui konsep-konsep
promosi kesehatan baik ditingakat penentu kebijakan maupun pelaksana lapangan. Selain
itu, makalah ini dapat menembah kepustakaan kesehatan masyarakat dan promosi atau
pendidikan kesehatan yang masih kurang. Kami telah berusaha mempelajari konsep
promosi kesehatan dari sumber-sumber seperti, dari buku maupun internet. Namun, tidak
menutup kemungkinan masih adanya kekurangan maupun kesalahan, maka kami sangat
memerlukan saran dan kritik pembaca ataupun dosen pengampu.
Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang
memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Pemeliharaan
kesehatan adalah upaya penaggulangan dan pencegahan gangguan kesehatan yang
memerlukan pemeriksaan, pengobatan dan/atau perawatan termasuk kehamilan dan
persalinan. Salah satu tujuan nasional adalah memajukan kesejahteraan bangsa, yang
berarti memenuhi kebutuhan dasar manusia, yaitu pangan, sandang, pangan, pendidikan,
kesehatan, lapangan kerja dan ketenteraman hidup. Tujuan pembangunan kesehatan
adalah tercapainya kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap penduduk, jadi tanggung
jawab untuk terwujudnya derajat kesehatan yang optimal berada di tangan seluruh
masyarakat Indonesia, pemerintah dan swasta bersama-sama. Salah satu usaha pemerintah
dalam menyadarkan masyarakat tentang hidup sehat dan pelaksanaanya bagaimana cara

1
hidup sehat adalah dengan cara melakukan pendidikan kesehatan yang tidak hanya
didapat dibangku sekolah tapi juga bisa dilakukan dengan cara penyuluhan oleh tim
medis. Yang biasa disebut dengan promosi kesehatan ataupun penyuluhan kesehatan.

B. Rumusan masalah
1. Bagaimana Sejarah promosi kesehatan?
2. Apa Definisi promosi kesehatan?
3. Bagaimana Tujuan promosi kesehatan?
4. Apa Sasaran promosi kesehatan?
5. Bagaimana Strategi promosi kesehatan?
6. Bagaimana Metode promosi kesehatan?
7. Bagaimana Konsep Perubahan dalam Promosi Kesehatan?
8. Apa saja Hambatan Proses Perubahan Perilaku dan Jenis Perubahan Perilaku?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui Sejarah promosi kesehatan
2. Untuk mengetahui Definisi promosi kesehatan
3. Untuk mengetahui Tujuan promosi kesehatan
4. Untuk mengetahui Sasaran promosi kesehatan
5. Untuk mengetahui Strategi promosi kesehatan
6. Untuk mengetahui Metode promosi kesehatan
7. Untuk mengetahui Konsep Perubahan dalam Promosi Kesehatan
8. Untuk mengetahui Hambatan Proses Perubahan Perilaku dan Jenis Perubahan
Perilaku
D. Manfaat

Manfaat disusun makalah ini adalah sebagai berikut :


1. Untuk Mahasiswa
a. Menambah pengetahuan tentang promosi kesehatan
b. Mengembangkan kreatifitas dan bakat penulis
c. Sebagai persyaratan dalam menyelesaikan tugas mata kuliah Keperawatan
komunitas

2
2. Untuk Institusi Stikes Zainul Hasan Genggong

a. Makalah ini dapat menjadi audit internal kualitas pengajar


b. Sebagai tambahan informasi dan bahan kepustakaan dalam pemberian materi
tentang promosi kesehatan

3. Untuk Pembaca
Pembaca dapat mengetahui, memahami dan menguasai tentang promosi kesehatan

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Sejarah promosi kesehatan


Konferensi Promosi Kesehatan WHO secara global telah membentuk konsep, prinsip, dan
area aksi yang meletakkan promosi kesehatan dalam konteks globalisasi yang lebih
luas.(Ottawa 1986 dan Bangkok 2005).Konsep promosi kesehatan merupakan
pengembangan dari konsep pendidikan kesehatan, berlangsung sejalan dengan perubahan
parSadigma kesehatan masyarakat. Konferensi tersebut telah meneliti pembuatan kebijakan
publik (Adelaide 1988) dan penciptaan lingkungan yang mendukung (Sundsvall 1991).
Mereka telah dianggap berperan penting dalam pembangunan kapasitas untuk promosi
kesehatan serta dalam mengatasi faktor-faktor penentu kesehatan (Jakarta 1997 dan Meksiko
2000).Mereka telah menyerukan tindakan untuk menutup kesenjangan implementasi antara
bukti dan aplikasi konkret dalam pembangunan kesehatan (Nairobi 2009). Konferensi Global
8 dari Promosi Kesehatan (Helsinki 2013) meninjau pengalaman dalam terlibat dalam
Kesehatan di Semua Kebijakan pendekatan dan mendirikan bimbingan untuk tindakan nyata
di negara-negara di semua tingkat pembangunan (WHO, 2016).
Pada tahun 1986 di Ottawa, Kanada, berlangsung konfrensi internasional promosi
kesehatan yangmenghasilkan piagam Ottawa (Ottawa Charter). Konferensi Internasional
pertama pada Promosi Kesehatan, pertemuan di Ottawa hari ke-21 ini November 1986,
dengan ini menyajikan CHARTER ini untuk tindakan untuk mencapai Kesehatan untuk
Semua pada tahun 2000 dan seterusnya (WHO, 2016).
Upaya promosi kesehatan awal difokuskan pada tanggung jawab individu untuk
kesehatan dan menekankan penentu perilaku dan pendekatan pendidikan.Namun, bukti
menunjukkan kesehatan yang program promosi juga harus mengatasi lingkungan sosial dan
fisik, karena ini juga berkontribusi kesehatan yang buruk. Fokus pada promosi kesehatan
sebagai suatu proses untuk memungkinkan orang untuk mengatasi tantangan dan
meningkatkan kontrol atas lingkungan mereka untuk meningkatkan kesehatan mereka
(WHO, 1986). Dokumen ini meletakkan dasar untuk teori dan praktek promosi kesehatan
dan menekankan peran sumber daya sosial dan pribadi serta kemampuan fisik, dan
kebutuhanuntuk mencapai kesetaraan dalam kesehatan. Ottawa Charter juga
4
mendokumentasikan tanggung jawab nonpemerintahdan instansi pemerintah dalam
menciptakan lingkungan yang mendukung dan kebijakan publik kesehatan
(Pender;Murdaligh;Parson, 2015).
Konferensi ini terutama tanggapan terhadap harapan yang berkembang untuk gerakan
kesehatan masyarakat baru di seluruh dunia. Diskusi difokuskan pada kebutuhan di negara-
negara industri, tetapi memperhitungkan kepedulian yang sama di semua wilayah lainnya. Ini
dibangun di atas kemajuan yang dibuat melalui Deklarasi Kesehatan Primer di Alma-Ata,
Target Organisasi Kesehatan Dunia untuk Kesehatan untuk semua dokumen, dan perdebatan
baru-baru ini di Majelis Kesehatan Dunia pada tindakan lintas sektoral untuk kesehatan.
Menurut Otawa Charter, kondisi fundamental dan sumber daya untuk kesehatan adalah:
perdamaian, berlindung, pendidikan, makanan, pendapatan, eko-sistem yang stabil, sumber
daya yang berkelanjutan, keadilan sosial, dan keadilan. Peningkatan kesehatan memerlukan
landasan prasyarat dasar, yaitu Advocate, Enable, dan Mediate. Ottawa Charter adalah katalis
yang bergerakpromosi kesehatan di luar didefinisikan sebagai suatu kegiatan pendidikan
untuk konsep yang lebih luas yang jugaberfokus pada lingkungan sosial dan politik
(McQueen & De Salazar, 2011).Bangkok Charter mengidentifikasi tindakan, komitmen dan
janji yang diperlukan untuk mengatasi faktor-faktor penentu kesehatan di dunia global
melalui promosi kesehatan.Bangkok Charter bertujuan membuat kebijakan dan kemitraan
untuk memberdayakan masyarakat, dan untuk meningkatkan kesehatan dan kesetaraan
kesehatan, harus menjadi pusat pembangunan global dan nasional(WHO, 2005).
Bangkok Charter ini mencakup penonton yang menjangkau orang, kelompok dan
organisasi yang sangat penting untuk pencapaian kesehatan, termasuk: pemerintah dan
politisi di semua tingkatan, masyarakat sipil, sektor swasta, organisasi internasional, dan
komunitas kesehatan masyarakat. Promosi kesehatan PBB mengakui bahwa penikmatan
standar kesehatan tertinggi adalah salah satu hak dasar setiap manusia tanpa
diskriminasi.promosi kesehatan berdasarkan hak asasi manusia kritis dan menawarkan
konsep positif dan inklusif kesehatan sebagai penentu kualitas hidup dan meliputi mental dan
spiritual kesejahteraan. promosi kesehatan adalah proses yang memungkinkan orang untuk
meningkatkan kontrol atas kesehatan mereka dan penentunya, dan dengan demikian
meningkatkan kesehatan mereka. Ini adalah fungsi inti dari kesehatan masyarakat dan
berkontribusi terhadap pekerjaan menanggulangi penyakit menular dan tidak menular dan
ancaman lain terhadap kesehatan (WHO, 2005).

5
B. Definisi promosi kesehatan
Promosi kesehatan adalah upaya meningkatkan kemampuan masyarakat melalui
pembelajaran dari, oleh, untuk, dan bersama masyarakat, agar mereka dapat mandiri
menolong diri sendiri, serta mengembangkan kegiatan yang bersumber daya masyarakat
sesuai dengan kondisi sosial budaya setempat dan didukung oleh kebijakan publik yang
berwawasan kesehatan. (Depkes RI, 2007).
Promosi kesehatan adalah segala bentuk kombinasi pendidikan kesehatan dan
intervensi yang terkait dengan ekonomi, politik, dan organisasi, yang direncanakan untuk
memudahkan perilaku dan lingkungan yang kondusif bagi kesehatan. (Notoatmodjo,
2007).

C. Tujuan promosi kesehatan


Tujuan promosi kesehatan dibagi menjadi tiga tingkatan menurut Green dalam Ahmad,
2014, yaitu berdasarkan program, pendidikan dan perilakunya:
1. Tujuan program (jangka panjang) meliputi refleksi dari fase sosial dan
epidemiologi berupa pernyataan mengenai hal-hal yang akan dicapai dalam
periode tertentu yang berhubungan dengan status kesehatan.
2. Tujuan pendidikan (jangka menengah) merupakan pembelajaran yang harus
dicapai agar perilaku yang diinginkan dalam mengatasi masalah kesehatan dapat
tercapai(Green dalam Ahmad, 2014).
3. Tujuan perilaku (jangka pendek) merupakan gambaran perilaku yang akan dicapai
dalam mengatasi masalah kesehatan yang berhubungan dengan pengetahuan, sikap
dan tindakan.
Tujuan promosi kesehatan agar individu atau masyarakata dapat:
1. Memelihara dan meningkatkan kesehatannya.
2. Menggali dan mengembangkan potensi perilaku sehat yang ada dalam sosial
budaya masyarakat setempat.
3. Mendorong penggunaan dan pengembangan sarana-prasarana pelayanan
kesehatan secara tepat.
4. Mewujudkan masyarakat berperilaku hidup bersih dan sehat.

6
D. Sasaran promosi kesehatan

Dalam pelaksanaan promosi kesehatan terdapat 3 (tiga) jenis sasaran, yaitu:

1. Sasaran primer
Sasaran primer (utama) upaya promosi kesehatan sesungguhnya adalah
pasien, individu sehat dan keluarga (rumah tangga) sebagai komponen dari
masyarakat. Mereka ini diharapkan mengubah perilaku hidup mereka yang tidak
bersih dan tidak sehat menjadi perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS). Akan
tetapi disadari bahwa mengubah perilaku bukanlah sesuatu yang mudah.
Perubahan perilaku pasien, individu sehat dan keluarga (rumah tangga) akan
sulit dicapai jika tidak didukung oleh: Sistem nilai dan norma-norma sosial serta
norma-norma hukum yang dapat diciptakan/dikembangkan oleh para pemuka
masyarakat, baik pemuka informal maupun pemuka formal.
Keteladanan dari para pemuka masyarakat, baik pemuka informal maupun
pemuka formal, dalam mempraktikkan PHBS. Suasana lingkungan sosial yang
kondusif (social pressure) dari kelompok-kelompok masyarakat dan pendapat
umum (public opinion).
Sumber daya dan atau sarana yang diperlukan bagi terciptanya PHBS,
yang dapat diupayakan atau dibantu penyediaannya oleh mereka yang
bertanggung jawab dan berkepentingan (stakeholders), khususnya perangkat
pemerintahan dan dunia usaha.
2. Sasaran sekunder
Sasaran sekunder adalah para pemuka masyarakat, baik pemuka informal
(misalnya pemuka adat, pemuka agama dan lain-lain) maupun pemuka formal
(misalnya petugas kesehatan, pejabat pemerintahan dan lain-lain), organisasi
kemasyarakatan dan media massa. Mereka diharapkan dapat turut serta dalam
upaya meningkatkan PHBS pasien, individu sehat dan keluarga (rumah tangga)
dengan cara: Berperan sebagai panutan dalam mempraktikkan PHBS. Turut
menyebarluaskan informasi tentang PHBS dan menciptakan suasana yang
kondusif bagi PHBS. Berperan sebagai kelompok penekan (pressure group)
guna mempercepat terbentuknya PHBS.
3. Sasaran tersier

7
Sasaran tersier adalah para pembuat kebijakan publik yang berupa
peraturan perundang-undangan di bidang kesehatan dan bidang-bidang lain yang
berkaitan serta mereka yang dapat memfasilitasi atau menyediakan sumber
daya. Mereka diharapkan turut serta dalam upaya meningkatkan PHBS pasien,
individu sehat dan keluarga (rumah tangga) dengan cara memberlakukan
kebijakan/peraturan perundangundangan yang tidak merugikan kesehatan
masyarakat dan bahkan mendukung terciptanya PHBS dan kesehatan
masyarakat, membantu menyediakan sumber daya (dana, sarana dan lain-lain)
yang dapat mempercepat terciptanya PHBS di kalangan pasien, individu sehat
dan keluarga (rumah tangga) pada khususnya serta masyarakat luas pada
umumnya.

E. Strategi promosi kesehatan


Strategi dasar promosi kesehatan adalah gerakan pemberdayaan masyarakat
sebagai ujung tombak yang didukung oleh advokasi dan bina suasana yang harus
diintegrasikan semangat dan dukungan kemitraan yang dilandasi oleh kesamaan
(equality), keterbukaan (transparency) dan saling memberi manfaat (mutual benefit)
dengan berbagai stakeholders agar masyarakat mampu dan mempraktikkan perilaku
untuk mencegah dan mengatasi masalah kesehatannya.
Menyadari rumitnya hakikat dari perilaku, maka perlu dilaksanakan strategi promosi
kesehatan paripurna yang terdiri dari (1) pemberdayaan, yang didukung oleh (2) bina
suasana dan (3) advokasi, serta dilandasi oleh semangat (4) kemitraan.

Advokasi Masyarakat

Prilaku mencegah
Kemitraan dan mengatasi
Pemberdayaan
masalah kesehatan

Bina Suasana

a. Pemberdayaan

8
Pemberdayaan adalah pemberian informasi dan pendampingan dalam mencegah
dan menanggulangi masalah kesehatan, guna membantu individu, keluarga atau
kelompok-kelompok masyarakat menjalani tahap-tahap tahu, mau dan mampu
mempraktikkan PHBS.
Dalam upaya promosi kesehatan, pemberdayaan masyarakat merupakan bagian
yang sangat penting dan bahkan dapat dikatakan sebagai ujung tombak.
Pemberdayaan adalah proses pemberian informasi kepada individu, keluarga atau
kelompok (klien) secara terus-menerus dan berkesinambungan mengikuti
perkembangan klien, serta proses membantu klien, agar klien tersebut berubah dari
tidak tahu menjadi tahu atau sadar (aspek knowledge), dari tahu menjadi mau (aspek
attitude) dan dari mau menjadi mampu melaksanakan perilaku yang diperkenalkan
(aspek practice). Oleh sebab itu, sesuai dengan sasaran (klien)nya dapat dibedakan
adanya (a) pemberdayaan individu, (b) pemberdayaan keluarga dan (c) pemberdayaan
kelompok/masyarakat.
Dalam mengupayakan agar klien tahu dan sadar, kuncinya terletak pada
keberhasilan membuat klien tersebut memahami bahwa sesuatu (misalnya Diare)
adalah masalah baginya dan bagi masyarakatnya. Sepanjang klien yang bersangkutan
belum mengetahui dan menyadari bahwa sesuatu itu merupakan masalah, maka klien
tersebut tidak akan bersedia menerima informasi apa pun lebih lanjut. Saat klien telah
menyadari masalah yang dihadapinya, maka kepadanya harus diberikan informasi
umum lebih lanjut tentang masalah yang bersangkutan.
Perubahan dari tahu ke mau pada umumnya dicapai dengan menyajikan fakta-
fakta dan mendramatisasi masalah. Tetapi selain itu juga dengan mengajukan harapan
bahwa masalah tersebut bisa dicegah dan atau diatasi.
b. Bina suasana
Bina Suasana adalah upaya menciptakan lingkungan sosial yang mendorong
individu anggota masyarakat untuk mau melakukan perilaku yang diperkenalkan.
Seseorang akan terdorong untuk mau melakukan sesuatu apabila lingkungan sosial di
mana pun ia berada (keluarga di rumah, organisasi siswa/mahasiswa, serikat pekerja/
karyawan, orang-orang yang menjadi panutan/idola, kelompok arisan, majelis agama
dan lain-lain, dan bahkan masyarakat umum) menyetujui atau mendukung perilaku
tersebut. Oleh karena itu, untuk memperkuat proses pemberdayaan, khususnya dalam

9
upaya meningkatkan para individu dari fase tahu ke fase mau, perlu dilakukan bina
suasana.
Terdapat tiga kategori proses bina suasana, yaitu bina suasana individu, bina
suasana kelompok dan bina suasana publik:
a. Bina suasana individu
Bina suasana individu dilakukan oleh individu-individu tokoh masyarakat.
Dalam kategori ini tokoh-tokoh masyarakat menjadi individu-individu panutan
dalam hal perilaku yang sedang diperkenalkan. Yaitu dengan mempraktikkan
perilaku yang sedang diperkenalkan tersebut (misalnya seorang kepala sekolah
atau pemuka agama yang tidak merokok). Lebih lanjut bahkan mereka juga
bersedia menjadi kader dan turut menyebarluaskan informasi guna menciptakan
suasana yang kondusif bagi perubahan perilaku individu.
b. Bina suasana kelompok
Bina suasana kelompok dilakukan oleh kelompok-kelompok dalam
masyarakat, seperti pengurus Rukun Tetangga (RT), pengurus Rukun Warga
(RW), majelis pengajian, perkumpulan seni, organisasi Profesi, organisasi Wanita,
organisasi Siswa/mahasiswa, organisasi pemuda, serikat pekerja dan lain-lain.
Bina suasana ini dapat dilakukan bersama pemuka/tokoh masyarakat yang telah
peduli. Dalam kategori ini kelompok-kelompok tersebut menjadi kelompok yang
peduli terhadap perilaku yang sedang diperkenalkan dan menyetujui atau
mendukungnya. Bentuk dukungan ini dapat berupa kelompok tersebut lalu
bersedia juga mempraktikkan perilaku yang sedang diperkenalkan, mengadvokasi
pihak-pihak yang terkait dan atau melakukan kontrol sosial terhadap individu-
individu anggotanya.
c. Bina suasana public
Bina suasana publik dilakukan oleh masyarakat umum melalui
pengembangan kemitraan dan pemanfaatan media-media komunikasi, seperti
radio, televisi, koran, majalah, situs internet dan lain-lain, sehingga dapat tercipta
pendapat umum. Dalam kategori ini media-media massa tersebut peduli dan
mendukung perilaku yang sedang diperkenalkan. Dengan demikian, maka media-
media massa tersebut lalu menjadi mitra dalam rangka menyebarluaskan informasi
tentang perilaku yang sedang diperkenalkan dan menciptakan pendapat umum

10
atau opini publik yang positif tentang perilaku tersebut. Suasana atau pendapat
umum yang positif ini akan dirasakan pula sebagai pendukung atau “penekan”
(social pressure) oleh individu-individu anggota masyarakat, sehingga akhirnya
mereka mau melaksanakan perilaku yang sedang diperkenalkan.
c. Advokasi
Advokasi adalah pendekatan dan motivasi terhadap pihak-pihak tertentu yang
diperhitungkan dapat mendukung keberhasilan pembinaan PHBS baik dari segi materi
maupun non materi.
Advokasi juga diartikan upaya atau proses yang strategis dan terencana untuk
mendapatkan komitmen dan dukungan dari pihak-pihak yang terkait (stakeholders).
Pihak-pihak yang terkait ini berupa tokohtokoh masyarakat (formal dan informal) yang
umumnya berperan sebagai narasumber (opinion leader), atau penentu kebijakan
(norma) atau penyandang dana. Juga berupa kelompok-kelompok dalam masyarakat
dan media massa yang dapat berperan dalam menciptakan suasana kondusif, opini
publik dan dorongan (pressure) bagi terciptanya PHBS masyarakat. Advokasi
merupakan upaya untuk menyukseskan bina suasana dan pemberdayaan atau proses
pembinaan PHBS secara umum.
Perlu disadari bahwa komitmen dan dukungan yang diupayakan melalui advokasi
jarang diperoleh dalam waktu singkat. Pada diri sasaran advokasi umumnya
berlangsung tahapan-tahapan, yaitu mengetahui atau menyadari adanya masalah,
tertarik untuk ikut mengatasi masalah, peduli terhadap pemecahan masalah dengan
mempertimbangkan berbagai alternatif pemecahan masalah, sepakat untuk
memecahkan masalah dengan memilih salah satu alternatif pemecahan masalah dan
memutuskan tindak lanjut kesepakatan. Dengan demikian, maka advokasi harus
dilakukan secara terencana, cermat dan tepat. Bahan-bahan advokasi harus disiapkan
dengan matang, yaitu: Sesuai minat dan perhatian sasaran advokasi Memuat rumusan
masalah dan alternatif pemecahan masalah
d. Kemitraan
Kemitraan, adalah kerjasama yang formal antara individu individu, kelompok-
kelompok atau organisasi-organisasi untuk mencapai suatu tugas atau tujuan
tertentu. Dalam kerjasama ada kesepakatan tentang komitmen dan harapan
masing-masing, tentang peninjauan kembali terhadap kesepakatan –kesepakatan

11
yang telah dibuat, dan berbagi baik dalam risiko maupun keuntungan. Kemitraan
inilah yang mendukung dan menyemangati penerapan 3 (tiga) strategi dasar. Prinsip
kemitraaan, antara lain:
a. Kesetaraan (equity) Semua harus diawali dengan kesediaan menerima bahwa
masing-masing berada dalam kedudukan yang sama (berdiri sama tinggi, duduk
sama rendah). Keadaan ini dapat dilihat dari pihak bersedia mengembangkan
hubungan kekeluargaan. Yaitu hubungan yang dilandasi kebersamaan atau
kepentingan bersama.
b. Keterbukaan (Transparancy) Dalam setiap langkah diperlukan adanya kejujuran
dari masing-masing pihak. Setiap usul/saran/komentar harus disertai dengan
alasan yang jujur, sesuai fakta, tidak menutupi sesuatu. Pada awalnya hal ini
mungkin akan menimbulkan diskusi yang seru layaknya “pertengkaran”. Akan
tetapi kesadaran akan kekeluargaan dan kebersamaan, akan mendorong timbulnya
solusi yang adil dari “pertengkaran” tersebut.
c. Saling menguntungkan (mutual benefit) Solusi yang adil ini terutama dikaitkan
dengan adanya keuntungan yang didapat oleh semua pihak yang terlibat.
F. Metode promosi kesehatan

Metode Promosi Kesehatan Secara garis besar, metode promosi kesehatan dibagi
menjadi dua, yaitu sebagai berikut:

1. Metode Didaktif
Metode didaktif ini didasarkan atau dilakukan dengan cara satu arah.
Tingkat keberhasilan dari metode didaktif ini sulit untuk dievaluasi karena peserta
didik bersifat pasif dan hanya pendidik yang aktif. Misalnya: ceramah, film,
leaflet, booklet, poster, dan siaran radio.
2. Metode Sokratif
Metode sokratif ini dilakukan dengan cara dua arah. Dengan menggunakan
metode ini, kemungkinan antara pendidik dan peserta didik bersikap aktif dan
kreatif. Misalnya: diskusi kelompok, debat, panel, forum, seminar, bermain peran,
curah pendapat, demonstrasi, studi kasus, lokakarya, dan penugasan perorangan.
Media Promosi Kesehatan Media promosi kesehatan merupakam sarana
atau upaya dalam menampilkan pesan atau informasi yang ingin disampaikan oleh

12
komunikator kepada komunikan, baik itu melalui media cetak, elektronik (TV,
radio, komputer dan lainlain) dan media luar ruang sehingga target sasaran yang
dituju dapat meningkatkan pengetahuannya dan diharapkan dapat berubah
perilaku kesehatannya ke arah yang positif (Depkes RI, 2006).
Selain media yang disebutkan sebelumnya, seiring dengan perkembangan
zaman dan teknologi, munculah media sosial. Media sosial merupakan salah satu
media yang dapat mempermudah masyarakat dalam mendapatkan informasi
mengenai berbagai hal. Ini media sosial merupakan media yang sangat mudah
untuk diakses. Beberapa media sosial yang telah dikenal adalah twitter, facebook,
website, e-mail, instagram, dan masih banyak yang lainnya.
Salah satu upaya untuk meningkatkan kemampuan pasien, klien, dan
kelompok masyarakat dalam rangka mempercepat proses penyembuhan,
meningkatkan kesehatan, mencegah masalah kesehatan, dan mengembangkan
upaya kesehatan adalah promosi kesehatan di rumah sakit. Johnson dan Baum
menyebutkan bahwa jaringan dalam promosi kesehatan di rumah sakit terdiri dari
empat komponen, yaitu pasien, staf, keluarga dan organisasi. (Alhamda, Jurnal)
Selain itu, metode promosi kesehatan berdasarkan teknik komunikasi,
yaitu dibagi sebagai berikut:
3. Metode Penyuluhan Langsung
Dalam metode penyuluhan langsung para penyuluh langsung berhadapan
atau bertatap muka dengan sasaran. Termasuk disini antara lain adalah kunjungan
rumah.
4. Metode Penyuluhan Tidak Langsung
Dalam metode penyuluhan tidak langsung, para penyuluh atau
komunikator kesehatan tidak berhadapan atau bertatap muka secara langsung
dengan komunikan. Tetapi komunikator menggunakan media sebagai perantara
dalam penyampaian pesan. Misalnya: publikasi dalam bentuk media cetak
(Wardani, Muyassaroh dan Ani, 2016).
G. Konsep Perubahan dalam Promosi Kesehatan
Menurut Potter & Perry, 2013 Perubahan perilaku sehat merupakan suatu usaha
untuk berubah yang dapat ditunjukkan dengan penghentian tingkah laku yang
memperburuk kesehatannya atau meningkatkan tingkah laku sehat. Sedangkan yang

13
dimaksud perilaku hidup sehat adalah tindakan yang bertujuan untuk mempertahankan
dan meningkatkan kesehatannya (Maulana, 2007).
Perubahan perilaku sehat menurut Prochaska, Redding, dan Evers (2009, dalam Kozier e
al, 2015) perubahan perilaku sehat antara lain:
1. Tahap Prakontemplasi
Tahap prakontemplasi ialah tahap dimana klien membantah bahwa ia memiliki
masalah, klien tidak tertarik dengan informasi kesehatan atau klien pernah mengalami
kegagalan dalam proses perubahan sehingga masalah yang dihadapi klien dianggap
sebagai takdir dan membiarkannya saja.
2. Tahap Kontemplasi
Pada tahap ini klien menyadari masalah yang dihadapinya itu serius dan perlu
perubahan perilaku maka dari itu klien mulai mencari-cari informasi dan
mengungkapkan rencana untuk mengubah perilakunya.
3. Tahap Persiapan
Klien pada tahap ini sudah mulai membuat rencana khusus yang akan dilakukan
hingga akhir perubahan. Klien menganggap keuntungan perubahan perilaku lebih
banyak daripada kerugiannya.
4. Tahap Tindakan
Pada tahap ini klien sudah melakukan rencana yang telah dibuat sebelumnya maka
dari itu klien membutuhkan motivasi agar semangat dalam menjalani rencana ini
berjalan dengan baik.
5. Tahap Pemeliharaan
Tahap ini menekankan pada perubahan perilaku yang terjadi diintegrasikan ke
dalam gaya hidup klien. Klien yang gagal dalam tahap ini akan mengalami relaps dan
kembali ke tahap awal. Relaps merupakan suatu kesempatan untuk belajar dari
pengalaman dan memperbarui usaha untuk berubah (Kozier et al, 2015).
6. Tahap Terminasi
Klien pada tahap ini sudah yakin bahwa masalah bukan lagi godaan atau ancaman
bagi kehidupan. Sebagai contoh, klien tadi sudah tidak takut beresiko diabetes
melitus lagi karena ia sudah yakin bahwa dengan menjaga pola makan sehat dan
bergizi akan menurunkan berat badannya.

14
H. Hambatan Proses Perubahan Perilaku dan Jenis Perubahan Perilaku
Perubahan tersebut dapat dilihat ketika seseorang tidak melakukan tingkah laku
yang dapat menurunkan status kesehatannya (Nursalam & Efendi, 2008).
Hambatan Proses Perubahan Perilaku, (Alhamda, 2015) yaitu:
1. Ancaman kepentingan pribadi
2. Persepsi yang kurang tepat
3. Reaksi psikologis
4. Toleransi terhadap perubahan rendah
5. Kebiasaan. Ketergantungan
6. Perasaan tidak aman
7. Norma
Perubahan perilaku manusia diklasifikasikan menjadi 5 (lima) jenis, yaitu:
1. Perubahan alamiah merupakan suatu sikap atau perilaku yang terjadi karena adanya
perubahan alam atau lingkungan secara alamiah (Alhamda, 2015).
2. Perubahan terencana atau planned change adalah perubahan perilaku yang terjadi
karena memang direncanakan oleh orang yang bersangkutan.
3. Kesiapan berubah atau readiness to change adalah perubahan perilaku yang terjadi
karena terjadinya proses internal (readiness) pada diri yang bersangkutan, dimana
proses internal ini berbeda pada setiap individu (Alhamda, 2015).
4. Perubahan evolusioner adalah perubahan yang bertingkat, merupakan hasil
modifikasi perilaku sebelumnya, dan membutuhkan waktu yang tidak singkat.
5. Perubahan revolusioner adalah perubahan yang cepat, drastis, dan merupakan tipe
perubahan yang mengancam yang mungkin secara komplit keluar dari keseimbangan
sistem. Perubahan revolusioner biasanya terjadi pada situasi yang tidak aman, tidak
dapat ditoleransi atau mengancam nyawa seperti perubahan perilaku yang terjadi
pada masyarakat dimana terjadi wabah influenza serius, atau pada situasi banjir

15
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dalam upaya promosi kesehatan, masyarakat merupakan bagian yang sangat penting dan
bahkan dapat dikatakan sebagai ujung tombak. Promosi kesehatan adalah pemberian
informasi kepada individu, keluarga atau kelompok (klien) secara terus-menerus dan
berkesinambungan mengikuti perkembangan klien, serta proses membantu klien, agar klien
tersebut berubah dari tidak tahu menjadi tahu atau sadar (aspek knowledge), dari tahu
menjadi mau (aspek attitude) dan dari mau menjadi mampu melaksanakan perilaku yang
diperkenalkan (aspek practice).
Dalam melakukan promosi kesehatan terdapat dua metode yang dapat digunakan antara
lain adalah metode Didaktif dan metode Sokratif. Tujuan terbesar dari hasil promosi
kesehatan ialah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

B. Saran
Makalah ini hanya mencangkup materi-materi program promosi kesehatan masyarakat
dan masih membutuhkan referensi-referensi lain dalam menyusun makalah maupun tugas.

16
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, Kholid. (2014). Promosi kesehatan. Jakarta: Raja Grafindo.


Alhamda, S. (2015).Buku Ajar Sosiologi Kesehatan. Yogyakarta: Deepublish.

ANA. (2010). Nursing’s social policy statement: the essence of the profession.
Washington: Nursesbooks.org.

Black, J., M., & Hawks, J., K. (2009) .Keperawatan medical bedah.(Terj. Rizal Ashari). Jakarta:
Salemba Medika.

17

Anda mungkin juga menyukai