Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA KASUS HIPERTENSI DI PUSKESMAS


JABUNG SISIR KAB. PROBOLINGGO

Disusun Untuk Memenuhi Tugas


Keperawatan Medikal Bedah

Oleh:
Sulaiman Baihaqi, S. Kep
14901.07.20050

PROGRAM PROFESI KEPERAWATAN


STIKES HAFSHAWATY PESANTREN ZAINUL HASAN
PROBOLINGGO
2020
LEMBAR KONSUL

No Hari/ Evaluasi paraf


tanggal

LAPORAN PENDAHULUAN
A. Anatomi Fisiologi

Jantung adalah organ otot yang berongga dan berukuran sebesar kepalan
tangan. Fungsi utama jantung adalah memompa darah ke pembuluh darah dengan
kontraksi ritmik dan berulang. Jantung normal terdiri dari empat ruang, 2 ruang jantung
atas dinamakan atrium dan 2 ruang jantung di bawahnya dinamakan ventrikel, yang
berfungsi sebagai pompa. Dinding yang memisahkan kedua atrium dan ventrikel
menjadi bagian kanan dan kiri dinamakan septum.
Jantung dapat dianggap sebagai 2 bagian pompa yang terpisah terkait fungsinya
sebagai pompa darah. Masing-masing terdiri dari satu atrium-ventrikel kiri dan kanan.
Berdasarkan sirkulasi dari kedua bagian pompa jantung tersebut, pompa kanan
berfungsi untuk sirkulasi paru sedangkan bagian pompa jantung yang kiri berperan
dalam sirkulasi sistemik untuk seluruh tubuh. Kedua jenis sirkulasi yang dilakukan oleh
jantung ini adalah suatu proses yang berkesinambungan dan berkaitan sangat erat
untuk asupan oksigen manusia demi kelangsungan hidupnya.
Ada 5 pembuluh darah mayor yang mengalirkan darah dari dan ke jantung. Vena
cava inferior dan vena cava superior mengumpulkan darah dari sirkulasi vena (disebut
darah biru) dan mengalirkan darah biru tersebut ke jantung sebelah kanan. Darah
masuk ke atrium kanan, dan melalui katup trikuspid menuju ventrikel kanan, kemudian
ke paru-paru melalui katup pulmonal. Darah yang biru tersebut melepaskan
karbondioksida, mengalami oksigenasi di paru-paru, selanjutnya darah ini menjadi
berwarna merah. Darah merah ini kemudian menuju atrium kiri melalui keempat vena
pulmonalis. Dari atrium kiri, darah mengalir ke ventrikel kiri melalui katup mitral dan
selanjutnya dipompakan ke aorta.
Tekanan arteri yang dihasilkan dari kontraksi ventrikel kiri, dinamakan tekanan
darah sistolik. Setelah ventrikel kiri berkontraksi maksimal, ventrikel ini mulai mengalami
relaksasi dan darah dari atrium kiri akan mengalir ke ventrikel ini. Tekanan dalam arteri
akan segera turun saat ventrikel terisi darah. Tekanan ini selanjutnya dinamakan
tekanan darah diastolik. Kedua atrium berkontraksi secara bersamaan, begitu pula
dengan kedua ventrikel.
B. Definisi Hipertensi
Istilah hipertensi diambil dari bahasa Inggris hypertension yang berasal dari
bahasa Latin hyper dan tension. Hyper berarti super atau luar biasa dan “tension” berarti
tekanan atau tegangan. Hypertension akhirnya menjadi istilah kedokteran yang populer
untuk menyebut penyakit tekanan darah tinggi. Tekanan darah adalah tenaga yang
dipakai oleh darah yang dipompakan dari jantung untuk melawan tahanan pembuluh
darah, jika tekanan darah seseorang meningkat dengan tajam dan kemudian menetap
tinggi, orang tersebut dapat dikatakan mempunyai tekanan darah tinggi atau hipertensi
(Gunawan, 2017).
Hipertensi merupakan suatu keadaan yang menyebabkan tekanan darah tinggi
secara terus-menerus dimana tekanan sistolik lebih dari 140 mmHg, tekanan diastolik
90 mmHg atau lebih. Hipertensi atau penyakit darah tinggi merupakan suatu keadaan
peredaran darah meningkat secara kronis. Hal ini terjadi karena jantung bekerja lebih
cepat memompa darah untuk memenuhi kebutuhan oksigen dan nutrisi di dalam tubuh
(Koes Irianto, 2018).
Hipertensi juga merupakan faktor utama terjadinya gangguan kardiovaskular.
Apabila tidak ditangani dengan baik dapat mengakibatkan gagal ginjal, stroke, dimensia,
gagal jantung, infark miokard, gangguan penglihatan dan hipertensi (Andrian Patica N
2016)

C. Etiologi Hipertensi
Berdasarkan penyebabnya hipertensi terbagi menjadi dua golongan menurut
(Aspiani, 2017) :
1. Hipertensi primer atau hipertensi esensial
Hipertensi primer atau hipertensi esensial disebut juga hipertensi idiopatik
karena tidak diketahui penyebabnya. Faktor yang memengaruhi yaitu
a. Genetik
Individu yang mempunyai riwayat keluarga dengan hipertensi, beresiko
tinggi untuk mendapatkan penyakit ini. Faktor genetik ini tidak dapat
dikendalikan, jika memiliki riwayat keluarga yang memliki tekanan darah tinggi
b. Jenis kelamin dan usia
Laki - laki berusia 35- 50 tahun dan wanita menopause beresiko tinggi
untuk mengalami hipertensi. Jika usia bertambah maka tekanan darah
meningkat faktor ini tidak dapat dikendalikan serta jenis kelamin laki–laki lebih
tinggi dari pada perempuan.
c. Diet
Konsumsi diet tinggi garam secara langsung berhubungan dengan
berkembangnya hipertensi. Faktor ini bisa dikendalikan oleh penderita dengan
mengurangi konsumsinya, jika garam yang dikonsumsi berlebihan, ginjal yang
bertugas untuk mengolah garam akan menahan cairan lebih banyak dari pada
yang seharusnya didalam tubuh. Banyaknya cairan yang tertahan menyebabkan
peningkatan pada volume darah. Beban ekstra yang dibawa oleh pembuluh
darah inilah yang menyebabkan pembuluh darah bekerja ekstra yakni adanya
peningkatan tekanan darah didalam dinding pembuluh darah dan menyebabkan
tekanan darah meningkat.
d. Berat badan
Faktor ini dapat dikendalikan dimana bisa menjaga berat badan dalam
keadaan normal atau ideal. Obesitas (>25% diatas BB ideal) dikaitkan dengan
berkembangnya peningkatan tekanan darah atau hipertensi.
e. Gaya hidup
Faktor ini dapat dikendalikan dengan pasien hidup dengan pola hidup
sehat dengan menghindari faktor pemicu hipertensi yaitu merokok, dengan
merokok berkaitan dengan jumlah rokok yang dihisap dalam waktu sehari dan
dapat menghabiskan berapa putung rokok dan lama merokok berpengaruh
dengan tekanan darah pasien. Konsumsi alkohol yang sering, atau berlebihan
dan terus menerus dapat meningkatkan tekanan darah pasien sebaiknya jika
memiliki tekanan darah tinggi pasien diminta untuk menghindari alkohol agar
tekanan darah pasien dalam batas stabil dan pelihara gaya hidup sehat penting
agar terhindar dari komplikasi yang bisa terjadi.
2. Hipertensi sekunder
Hipertensi sekunder terjadiakibat penyebab yang jelas.salah satu contoh
hipertensi sekunder adalah hipertensi vaskular rena, yang terjadiakibat stenosi arteri
renalis. Kelainan ini dapat bersifat kongenital atau akibat aterosklerosis.stenosis
arteri renalis menurunkan aliran darah ke ginjalsehingga terjadi pengaktifan
baroreseptor ginjal, perangsangan pelepasn renin, dan pembentukan angiostenin II.
Angiostenin II secara langsung meningkatkan tekanan darahdan secara tidak
langsung meningkatkan sintesis andosteron danreabsorbsi natrium. Apabiladapat
dilakukan perbaikan pada stenosis,atau apabila ginjal yang terkena
diangkat,tekanan darah akan kembalike normal (Aspiani, 2017).

D. Klasifikasi Hipertensi
Menurut (WHO, 2018) batas normal tekanan darah adalah tekanan darah sistolik
kurang dari 120 mmHg dan tekanan darah diastolik kurang dari 80 mmHg. Seseorang
yang dikatakan hipertensi bila tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan
diastolik lebih dari 90 mmHg.
Kategori Sistolik Diastolik
mmHg mmHg
Normal < 130 < 85
mmHg mmHg
Normal Tinggi 130-139 85-89
mmHg mmHg
Stadium 1 140-159 90-99
(Hipertensi Ringan) mmHg mmHg
Stadium 2 160-179 100-109
(Hipertensi Sedang) mmHg mmHg
Stadium 3 180-209 110-119
(Hipertensi Berat) mmHg mmHg
Stadium 4 (Hipertensi Sangat Berat 201 mmHg atau 120 mmHg atau lebih
atau Maligna) lebih

Klasifikasi hipertensi berdasarkan penyebabnya yaitu hipertensi primer dan


hipertensi sekunder (Aspiani, 2017). Hipertensi primer adalah peningkatan tekanan
darah yang tidak diketahui penyebabnya. Dari 90% kasus hipertensi merupakan
hipertensi primer. Beberapa faktor yang diduga berkaitan dengan berkembangnya
hipertensi primer adalah genetik, jenis kelamin, usia, diet, berat badan, gaya hidup.
Hipertensi sekunder adalah peningkatan tekanan darah karena suatu kondisi fisik yang
ada sebelumnya seperti penyakit ginjal atau gangguan tiroid. Dari 10% kasus hipertensi
merupakan hipertensi sekunder. Faktor pencetus munculnya hipertensi sekunder antara
lain: penggunaan kontrasepsi oral, kehamilan, peningkatan volume intravaskular, luka
bakar dan stres (Aspiani, 2017).

E. Patofisiologi
Tekanan arteri sistemik adalah hasil dari perkalian cardiac output (curah jantung)
dengan total tahanan prifer. Cardiac output (curah jantung) diperoleh dari perkalian
antara stroke volume dengan heart rate (denyut jantug). Pengaturan tahanan perifer
dipertahankan oleh sistem saraf otonom dan sirkulasi hormon. Empat sistem kontrol
yang berperan dalam mempertahankan tekanan darah antara lain sistem baroreseptor
arteri, pengaturan volume cairan tubuh, sistem renin angiotensin dan autoregulasi
vaskular (Udjianti, 2010). Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi
pembuluh darah terletak di vasomotor, pada medula diotak. Pusat vasomotor ini
bermula pada saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah korda spinalis dan keluar dari
kolumna medulla spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat
vasomotor dihantarkan dalam bentuk implus yang bergerak kebawah melalui sistem
saraf simpatis ke ganglia simpatis. Titik neuron preganglion melepaskan asetilkolin,
yang akan merangsang serabut saraf paska ganglion ke pembuluh darah, dimana
dengan dilepaskannya noreepineprin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah (Padila,
2018).
Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon
pembuluh darah terhadap rangsangan vasokontriksi. Individu dengan hipertensi sangat
sensitif terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal
tersebut bisa terjadi (Padila, 2018). Meski etiologi hipertensi masih belum jelas, banyak
faktor diduga memegang peranan dalam genesis hiepertensi seperti yang sudah
dijelaskan dan faktor psikis, sistem saraf, ginjal, jantung pembuluh darah, kortikosteroid,
katekolamin, angiotensin, sodium, dan air (Syamsudin, 2016).
Sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai respon rangsang
emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas
vasokontriksi. Medulla adrenal mensekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokontriksi.
Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respon
vasokonstriktor pembuluh darah (Padila, 2018).
Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran keginjal, menyebabkan
pelepasan rennin. Rennin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian
diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya
merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi
natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intra vaskuler.
Semua faktor ini cendrung mencetuskan keadaan hipertensi (Padila, 2013).

Pathway
Umur Jenis Kelamin Gaya Hidup Obesitas

Elastisitas menurun
Aterosklerosis

Ansietas Perubahan status Hipertensi Perubahan status


kesehatan kesehatan
Kerusakan vaskuler pembuluh darah Krisis situsional
Kurangnya paparan
informasi
Perubahan struktur
Koping
Kurang Penyumbatan pembuluh darah individu tidak
pengetahuan efektif
Vasokonstriksi

Otak ginjal
Pembuluh Retina
Vasokonstriksi darah
Resistensi pembuluh suplai O2
pembuluh darah
Darah otak meningkat ke otak menurun Sistemik
Sistemik koroner
ke ginjal
Sakit kepala sinkop
Blood flower vasokonstriksi Iskemia
menurun miokard
Nyeri Gangguan perfusi Afterload
jaringan Respon RAA meningkat Nyeri di
akut
Rangsangan dada
Gangguan pola aldosteron fatigue
Penurunan
tidur
curah Nyeri
Retensi Na
jantung akut
Kelebihan volume
Edema
cairan Intoleransi
aktivitas

Gangguan rasa
nyaman Resiko Diplogia Spasme
injuri asteriole

F.
G. Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala utama hipertensi adalah (Aspiani, 20167 menyebutkan gejala
umum yang ditimbulkan akibat hipertensi atau tekanan darah tinggi tidak sama pada
setiap orang, bahkan terkadang timbul tanpa tanda gejala. Secara umum gejala yang
dikeluhkan oleh penderita hipertensi sebagai berikut:
1. Sakit kepala
2. Rasa pegal dan tidak nyaman pada tengkuk
3. Perasaan berputar seperti tujuh keliling serasa ingin jatuh
4. Berdebar atau detak jantung terasa cepat
5. Telinga berdenging yang memerlukan penanganan segera
Menurut teori (Brunner dan Suddarth, 2017) klien hipertensi mengalami nyeri
kepala sampai tengkuk karena terjadi penyempitan pembuluh darah akibat dari
vasokonstriksi pembuluh darah akan menyebabkan peningkatan tekanan vasculer
cerebral, keadaan tersebut akan menyebabkan nyeri kepala sampe tengkuk pada
klien hipertensi.

H. Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan segera
Pemeriksaan ini mencakup Darah rutin (hematokrik/hemoglobin), Blood Unit
Nitrogen/kreatinin, Glukosa, Kalium serum, Kolesterol dan trigliserid serum,
Pemeriksaan tiroid, Kadar aldosteron urin/serum, Urinalisa, Steroid urin, EKG
2. Pemeriksaan lanjutan
a. IVP : dapat mengidentifikasi penyebab hipertensi seperti penyakit parenkim
ginjal, batu ginjal/ureter
b. CT Scan : mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati
c. IUP : mengidentifikasi penyebab hipertensi seperti : batu ginjal, perbaikan
d. USG : untuk melihat struktur ginjal dilaksanakan sesuai kondisi klinis pasien

I. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Medis
a. Terapi oksigen
b. Pemantauan hemodinamik
c. Pemantauan jantung
d. Obat-obatan
Diuretik : Chlorthalidon, Hydromax, Lasix, Aldactone, Dyrenium Diuretic
bekerja melalui berbagai mekanisme untuk mengurangi curah jantung dengan
mendorong ginjal meningkatkan ekskresi garam dan airnya. Sebagai diuretik
(tiazid) juga dapat menurunkan TPR. Penghambat enzim mengubah angiostensin
II atau inhibitor ACE berfungsi untuk menurunkan angiostenin II dengan
menghambat enzim yang diperlukan untuk mengubah angiostenin I menjadi
angiostenin II. Kondisi ini menurunkan darah secara langsung dengan
menurunkan TPR, dan secara tidak langsung dengan menurunakan sekresi
aldosterne, yang akhirnya meningkatkan pengeluaran natrium
2. Penatalaksanaan Non Medis
a. Observasi tanda-tanda vital
b. Pengaturan Diet
1) Diet garam/yodium
Rendah garam dapat menurunkan tekanan darah pada klien hipertensi.
Dengan pengurangan konsumsi garam dapat mengurangi stimulasi sistem
renin- angiostensin sehingga sangata berpotensi sebagai anti hipertensi.
Jumlah asupan natrium yang dianjurkan 50-100 mmol atau setara dengan 3-6
gram garam per hari.
2) Diet tinggi kalium
Diet tinggi kalium, dapat menurunkan tekanan darah tetapi
mekanismenya belum jelas. Pemberian kalium secara intravena dapat
menyebabkan vasodilatasi, yang dipercaya dimediasi oleh oksidanitat pada
dinding vaskular.
3) Diet kaya buah sayur
Diet rendah kolesterol sebagai pencegah terjadinya jantung koroner.
c. Penurunan Berat Badan
Mengatasi obesitas, pada sebagian orang dengan cara menurunkan berat
badan mengurangi tekanan darah, kemungkinan dengan mengurangi beban kerja
jantung dan voume sekuncup. Pada beberapa studi menunjukan bahwa obesitas
berhubungan dengan kejadian hipertensi dan hipertrofi ventrikel kiri. Jadi,
penurunan berat badan adalah hal yangs angat efektif untuk menurunkan tekanan
darah. Penurunan berat badan (1 kg/minggu) sangat dianjurkan. Penurunan berat
badan dengan menggunakan obat-obatan perlu menjadi perhatian khusus karenan
umumnya obat penurunan penurunan berat badan yang terjual bebas
mengandung simpasimpatomimetik, sehingga dapat meningkatkan tekanan darah,
memperburuk angina atau gejala gagal jantung dan terjadinya eksaserbasi aritmia
d. Olahraga
Olahraga teratur seperti berjalan, lari, berenang, bersepeda bermanfaat
untuk menurunkan tekanan darah dan memperbaiki kedaan jantung. Olahraga
isotonik dapat juga meningkatkan fungsi endotel, vasoldilatasin perifer, dan
mengurangi katekolamin plasma. Olahraga teratur selama 30 menit sebanyak 3-4
kali dalam satu minggu sangat dianjurkan untuk menurunkan tekanan darah.
Olahraga meningkatkan kadar HDL, yang dapat mengurangi terbentuknya
arterosklerosis akibat hipertensi.

J. Komplikasi
Tekanan darah tinggi bila tidak segera diobati atau ditanggulangi, dalam jangka
panjang akan menyebabkan kerusakan ateri didalam tubuh sampai organ yang
mendapat suplai darah dari arteri tersebut. Komplikasi yang dapat terjadi pada penderita
hipertensi yaitu : (Aspiani, 2017)
1. Stroke
Stroke terjadi akibat hemoragi disebabkan oleh tekanan darah tinggi di otak
dan akibat embolus yang terlepas dari pembuluh selain otak yang terpajan tekanan
darah tinggi.
2. Infark Miokard Akut
Infark miokard akut dapat terjadi bila arteri koroner yang arterosklerotik tidak
dapat menyuplai cukup oksigen ke miokardium dan apabila membentuk 12 trombus
yang bisa memperlambat aliran darah melewati pembuluh darah. Hipertensi kronis
dan hipertrofi ventrikel, kebutuhan oksigen miokardium tidak dapat dipenuhi dan
dapat terjadi iskemia jantung yang menyebabkan infark. Sedangkan hipertrofi
ventrikel dapat menyebabkan perubahan waktu hantaran listrik melintasi ventrikel
terjadilah disritmia, hipoksia jantung, dan peningkatan resiko pembentukan bekuan.
3. Gagal jantung
Gagal jantung dapat disebabkan oleh peningkatan darah tinggi. Penderita
hipertensi, beban kerja jantung akan meningkat, otot jantung akan mengendor dan
berkurang elastisitasnya, disebut dekompensasi. Akibatnya jantung tidak mampu lagi
memompa, banyak cairan tertahan diparu yang dapat menyebabkan sesak nafas
(eudema) kondisi ini disebut gagal jantung.
4. Ginjal tekanan darah tinggi
Ginjal tekanan darah tinggi bisa menyebabkan kerusakan ginjal. Merusak
sistem penyaringan dalam ginjal akibat ginjal tidak dapat membuat zat-zat yang tidak
dibutuhkan tubuh yang masuk melalui aliran darah dan terjadi penumpukan dalam
tubuh.
ASUHAN KEPERAWATAN TEORI

A. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan upaya
untuk pengumpulan data secara lengkap dan sistematis mulai dari pengumpulan data,
identitas dan evaluasi status kesehatan klien.
1. Biodata klien yang penting meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, suku dan
gaya hidup.
2. Riwayat kesehatan
 Keluhan utama: keluhan utama pasien saat MRS dan saat dikaji. Pasien mengeluh
nyeri dilanjutkan dengan riwayat kesehatan sekarang dan kesehatan sebelumnya
(Mubarak., et al, 2017). klien akan mendapatkan nyeri di beberapa tempat. Seperti
pada kepala, bahu dan bagian tubuh lainnya. Sifat keluhan nyeri dirasakan terus-
menerus, dapat hilang atau timbul nyeri dalam waktu yang lama.
 Riwayat Kesehatan Sekarang menurut Mubarak (2017) adalah keluhan atau
pernyataan pasien mulai masalah yang timbul dari rumah sampai di rumah sakit.
pada pengkajian ini mencakup pendekatan PQRST.
P (Problem) :faktor yang mempengaruhi gawat atau ringannya nyeri
Q (Quality) :kualitas nyeri yang timbulkan. Apakah tajam, tumpul, atau
tersayat
R (Regio) :daerah perjalanan nyeri
S (Severtiy) :keparahan atau intensitas nyeri
T (Time) :lama faktu serangan atau frekuensi nyeri
Menurut Soenarto., dkk (2018) untuk menentukan skala nyeri terdapat
beberapa cara, yaitu dengan skala nyeri numerik (Numerical Rating Scale) dan
facing rating scale.
1) Skala nyeri numerik (Numerical Rating Scale)

2) Facing rating scale


Penilaian nyeri menggunakan Facing rating scale sering digunakan pada
anak yang berusia 4-12 tahun atau yang lebih tua.
 Riwayat Kesehatan Masa Lalu adalah riwayat atau penyakit yang pernah
dialami pada masalalu
B. Pemeriksaan Fisik
1. TTV
Tekanan darah meningkat, nadi meningkat, RR meningkat
 Tekanan Darah : > dari normal (110/70 mmHg)
 Suhu : > dari normal (36,5-37,5 C)
 Nadi : > dari normal (60- 100 x/menit )
 Respirasi Rate : > dari normal (16-20 x/menit)
2. Pemeriksaan wajah
Tampak meringis, konjungtiva tidak anemis, sklrea tidak ikterik, tidak ada
sianosis, simestris, kotor, berbau, menutup mata rapat-rapat atau membuka mata
lebar-lebar, menggigit bibir bawah, menangis ataupun berteriak
3. Pemeriksaan Telinga
Bersih dan simestris, tidak ada nyeri
4. Kepala
Mengamati bentuk kepala simetris, tidak ada lesi, tidak ada nyeri tekan
5. Rambut
Warna, kebersihan, tekstur rambut, kekuatan, konsistensi
6. Hidung
Kesimestrisan, tidak ada lesi, nyeri tekan
7. Leher
Ada tidaknya pembesaran kelenjar tiroid, kesimetrisan, tidak adanya nyeri tekan
8. Dada atau Thorak
Kesimetrisan dada, kedalaman retraksi dada, frekuensi pernafasan, bentuk dada ,
fremitus kiri dan kanan sama dan terdapat nyeri dada pada klien, merasakan batasan
– batasan , suara paru normal dan suara tambahan paru
9. Jantung
Amati dan catat bentuk precordial jantung normalnya datar dan simetris pada kedua
sisi, rasakan irama dan frekuensi jantung , normalnya terdengar bunyi pekak saat
diperkusi, normalnya s1 dan s2 tunggal
10. Perut atau Abdomen
Perut tampak tegang, bising usus, nyeri tekan, distensi, abdomen dan kaku.,
terdengar suara Tympani
11. Genetalia
Kebersihan, penyebaran mons pubis, lesi atau perlukaan, nyeri tekan, tanda
radang, perlukaan
12. Kulit dan kuku
Kebersihan kulit dan kuku, kelengkapan kuku, warna kulit dan kuku, pada kuku
amati CRT dan pada kulit lihat turgor kulit
13. Ekstremitas
Amati gerak tubuh untuk melokalisir tempat atau rasa yang tidak nyam
(Muttaqin, 2017)
C. Diagnosa keperawatan
No Diagnosa Standart Diagnosa Standart Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) Standart Intervensi Keperawatan
Keperawatan Keperawatan Indonesia (SIKI)
Indonesia (SDKI)
1 Penurunan  Lelah 1. Curah jantung 1) Manajemen nyeri
curah jantung  Tekanan darah KRITERIA HASIL a) Indentifikasi lokasi,
INDIKATOR
berhubungan meningkat atau 1 2 3 4 5 karakteristik, durasi, frekuensi,
Berat Badan          
dengan menurun kualitas, intensitas nyeri
Lelah          
perubahan  Brakikardi atau b) Kontrol lingkungan yang
Tekanan Darah          
afterload takikardi Crt           memperberat rasa nyeri
Batuk           c) Indentifikasi faktor yang
memperberat dan
2. Tingkat keletihan
memperingan nyeri
KRITERIA HASIL
INDIKATOR 2) Pemantauan tanda –tanda vital
1 2 3 4 5
Selera Makan           a) Monitor tekanan darah
Pola Nafas           b) Monitor nadi
Pola Istirahat           c) Monitor pernafasan
Tenaga          
d) Monitor suhu tubuh
Kemampuan Melakukan Aktivitas
3) Perawatan jantung
Rutin          
a) Posisikan pasien semi fowler
b) Berikan diet jantung yang
sesuai (batasin asupan kafein,
natrium, kolestrol, makan
tinggi lemak)
c) Berikan terapi relaksasi untuk
mengurangi stres
d) Anjurkan berhenti merokok
e) Anjurkan beraktivitas fisik
sesuai toleransi.
2 Resiko - 1. Status sirkulasi 1) Edukasi diet
ketidakefektifan KRITERIA HASIL a) Identifikasi kemampuan pasien
INDIKATOR
perfusi jaringan 1 2 3 4 5 dan keluarga menerima
berhubungan tekanan nadi           informasi
dengan Tekanan darah sistolik           b) Identifikasi tingkat
Tekanan darah diastolic          
hipertensi penegtahuan saat ini
Berat badan          
c) Identifikasi kebiasaan makan
2. Mobilitas fisik saat ini dan masa lalu
KRITERIA HASIL d) Informasikan makanan yang
INDIKATOR
1 2 3 4 5 diperbolehkan dan di larang
Nyeri           2) Edukasi latihan fisik
Kelemahan fisik          
a) Jelaskan manfaat kesehatan
Kecemasan          
Gerakan terbatas           dan efek fisiologis olahraga
Kekekuatan otot           b) Jelaskan jenis latihan yang
sesuai dengan kondisi
keluarga
c) Jelaskan frekuensi, durasi,dan
intensitas program latihan yang
diinginkan
3) Pemantauan tanda tanda vital
a) Monitor tekanan darah
b) Monitor nadi (frekuensi,
kekuatan, irama)
c) Identifikasi penyebab
perubahan tanda tanda vital
3 Nyeri akut  Mengeluh nyeri 1. Tingkat nyeri 1) Manajemen nyeri
berhubungan  Tampak meringis KRITERIA HASIL a) Indentifikasi lokasi,
INDIKATOR
dengan agen  Bersifat protektif 1 2 3 4 5 karakteristik, durasi, frekuensi,
Tekanan darah          
cidera fisiologis  Tekanan darah kualitas, intensitas nyeri
keluhan nyeri          
meningkat b) Kontrol lingkungan yang
Meringis          
kesulitan tidur           memperberat rasa nyeri
 Berfokus pada diri
2. Kontrol nyeri c) Indentifikasi faktor yang
sendiri
KRITERIA HASIL memperberat dan
INDIKATOR
1 2 3 4 5
memperingan nyeri
melaporkan nyeri terkontrol          
kemampuan mengenali onset 2) Edukasi teknik nafas

nyeri           a) Jelaskan tujuan dan manfaat


kemampuan mengenali teknik nafas
pnyebab nyeri           b) Jelaskan prosedur teknik nafas
dukungan orang terdekat          
c) Anjurkan posisi tubuh
keluhan nyeri          
3. Status kenyamanan senyaman mungkin

KRITERIA HASIL d) Demontrasikan menarik nafas


INDIKATOR
1 2 3 4 5 selama 4 detik, menahan nafas
keluhan tidak nyaman           selama 2 detik dan
Gelisah           menghembuskan nafas selama
keluhan sulit tidur           8 detik
Merintih           3) Menajemen kenyaman lingkungan
Konfusi          
a) Jelaskan tujuan managemen
lingkungan
b) Atur posisi yang nyaman
c) Sediakan ruangan yang
tenang dan mendukung

4 Intoleransi  Mengeluh lelah 1. Tingkat keletihan 1. Manajemen energi


aktifitas  Merasa lemah Kriteria hasil 1 2 3 4 5 a) Monitor pola jam tidur
berhubungan Tenaga b) Sediakan lingkungan yang
 Tekanan darah Kemampuan
dengan berubah dari nyaman dan rendah stimulus
melakukan
kelemahan kondisi istirahat c) Berikan aktifitas distraksi yang
aktivitas rutin
Sakit kepala menyenangkan
Pola istirahat 2. Pemantauan tanda vital
2. Konservasi energi
a) Monitor tekanan darah
Kriteria hasil 1 2 3 4 5
Aktifitas yang b) Monitir tekanan nadi

tepat ( frekuensi, kekuatan,irama)


Aktifitas fisik yang c) Identifikasi penyebab
direkomendasikan perubahan tanda vital
Stategi untuk
3. Manajemen nyeri
menyeimbangkan
a. Berikan tekhnik non
aktivitas dan
farmakologis untuk
istirahat mengurangi rasa nyeri (mis,
hipnosis, akupresur, terapi
musik, terapi pijat,
aromaterapi, tekhnik imajinasi,
kompres hangat/dingin, terapi
bermain)
b. Fasilitasi istirahat tidur
c. Kontrrol lingkungan yang
memperberat nyeri (mis, suhu
ruangan, pencahayaan,
kebisingan).
5 Defisiensi  Menanyakan 1. Tingkat pengetahuan 1) Edukasi aktivitas/ istirahat
pengetahuan masalah yang Kriteria hasil 1 2 3 4 5 a) Identifikasi kesiapan
berhubungan Kemampuan pengaturan aktifitas dan
dihadapi
dengan kurang  menjelaskan istirahat
Menunjukkan
terpapar pengetahuan tentang b) Berikan kesempatkan pada
perilaku
informasi suatu topik pasien dan keluarga untuk
berlebihan
Prilaku sesuai dengan
(apatis, bertanya
pengetahuan
bermusuhan, Pertanyan tentang c) Jelaskan pentingnya aktifitas
agitasi, histeria) masalah yang dihadapi fisik dan olahraga secra rutin
Persepsi yang keliru
 Penyakit akut
terhadap masalah 2) Edukasi program pengobatan
2. Memori
a) Identifikasi pengetahuan
Kriteria hasil 1 2 3 4 5
Verbalisasi kemampuan tentang pengobatan yang
mengingat informasi akan direkomendasikan
faktual b) Berikan dukungan untuk
Verbalisasi kemampuan menjalani program
mengingat prilaku pengobatan dengan baik dan
tertentu yang pernah benar
dilakukan c) Jelaskan manfaat dan efek
Verbalisasi kemampuan
samping pengobaatan
mengingat peristiwa
Verbalisasi pengalaman 3) Edukasi manajem stres
lupa a) Identifikasi kesiapan dan
3. Tingkat kepatuhan kemampuan menerima
Kriteria hasil 1 2 3 4 5 informasi
Verbalisasi kemampuan
b) Jadwalkan pendidikan
mematuhi program
kesehatan sesuai
perawatan atau
kesepakatan
pengobatan
Verbalisasi mengikuti c) Anjurkan olah raga teratur

anjuran d) Anjurkan bersosialisasi


Perilaku mengikuti e) Anjurkan tidur dengan baik
progam pengobatan setiap malam (7-9 jam)
Tanda dan gejala
penyakit
6 Koping individu  Mengungkapkan 1. Dukungan sosial 1) Dukungan pengambilan
tidak efektif tidak mampu Kriteria hasil 1 2 3 4 5 keputusan
berhubungan Kemampuan a) Identifikasi persepsi dan
mengatasi
dengan meminta dukungan saat pembuatan
masalah
bantuan pada
ketidakmampua  Partisipasi sosial orang lain keputusan kesehatan
n diri mengatasi Bantuan yang b) Fasilitasi mengklarifikasi nilai
kurang
masalah ditawarkan oleh dan harapan yang membantu
 Tidak mampu
orang lain membuat pilihan
memenuhi peran
Dukungan emosi
yang diharapkan c) Hormati hak pasien untuk
yang disediakan
 Perilaku tidak menerima ataupun menolak
oleh orang lain
asertif 2. Kesadaran diri informasi

 Tidak mampu Kriteria hasil 1 2 3 4 5 2) Dukungan emosional


Mengakui a) Identifikasi hal yang memicu
memenuhi
kemampuan fisik emosi
kebutuhan dasar
Mengenal
b) Fasilitasi mengungkapkan
keterbatasan
perasaan cemas, marah, dan
fisik
Mengenal pola amuk bagi pasien

kebiasaan c) Lakukan sentuhan untuk


Mempertahanka memberikan dukungan
n kesadaran (missal merangkul, menepu-
terhadap nepuk)
perasaan 3) Manajemen lingkungan
Mempertahanka
a) Identifikasi keamanan dan
n kesadaran
kenyamanan lingkungan
berpikir
b) Sediakan tempat tidur dan
3. Penerimaan
lingkungan yang bersih dan
Kriteria hasil 1 2 3 4 5
Verbalisasi nyaman
penerimaan c) Jelaskan cara membuat
Perilaku lingkungan rumah yang aman
mencari
pengobatan
Menyususn
perencanaan
masa depan
Perilaku sesuai
perasaan yang
dialami
Ketergantunga
n pada orang
lain

7 Ansietas  Merasa binggung 1. Proses informasi 1) Dukungan emosional


berhubungan  Tampak gelisah Kriteria hasil 1 2 3 4 5 a) Fasilitasi mengungkapkan
dengan Memahami kalimat perasaan cemas, marah, atau
 Sulit tidur Memahami cerita
kekhawatiran  Mengeluh Proses pikiran teratur sedih
mengalami Proses pikiran logis b) Lakukan sentuhan untuk
pusing Menjelaskan antara 2
kegagalan memberikan dukungan
 Tekanan darah item
2. Tingkat pengatahuan c) Anjurkan mengungkapkan
meningkat
Kriteria hasil 1 2 3 4 5 perasaan yang dialami
Kemampuan (ansietas,marah, sedih )
menjelaskan 2) Dukungan keyakinan (1.09259)
pengetahuan tentang a) Identifikasi keyakinan, masalah,
suatu topik dan tujuan keperawatan
Prilaku sesuai dengan
pengetahuan b) Monitor kesehatan fisik dan
Pertanyan tentang mental pasien
masalah yang dihadapi c) Berikan harapan yang realitis
Persepsi yang keliru
sesuai dengan prognosis
terhadap masalah
Perilaku 3) Dukungan pengungkapan
3. Dukungan sosial kebutuhan (1.09265)
Kriteria hasil 1 2 3 4 5 a) Periksa gangguan komonikasi
Kemampuan meminta
verbal (kesulitan
bantuan pada orang
mengekspresikan pikiran secara
lain
Bantuan yang verbal)

ditawarkan dari orang b) Jadwalkan waktu istirahat

lain sebelum waktu kunjungan dan


Dukungan emosi yang sesi terapi berbicara
disediakan oleh orang c) Anjurkan keluarga mengajak
lain berbicara
Jaringan sosial yang
membantu

8 Gangguan pola a. Mengeluh sulit 1. Status Kenyamanan 1) Dukungan tidur


tidur kurangnya tidur Kriteria hasil 1 2 3 4 5 a) Identifikasi faktor pengganggu
control tidur b. Mengeluh sering Keluhan sulit tidur (fisik dan psikologis)
terjaga tidur b) Modifikasi lingkungan (missal
Lelah
c. Mengeluh tidak Kebisingan pencahayaan, kebisingan,
puas tidur Menyalahkan diri suhu, matras, dan tempat
d. Mengeluh pola sendiri tidur
tidur berubah Pola tidur c) Fasilitasi menghilangkan
e. Mengeluh stress sebelum tidur
kemampuas 2. Tingkat keletihan 2) Pengaturan posisi
beraktifitas Kriteria 1 2 3 4 5 a) Tempatkan objek yang sering
menurun hasil digunakan dalam jangkauan
Lesu
Gangguan b) Atur posisi sesuai yang
konsentras diingingkan jika tidak
i kontraindikasi
Sakit c) Posisikan pada kesejajaran
kepala tubuh yang tepat
Gelisah
Pola 3) Tekhnik menenangkan

istirahat a) Ciptakan ruangan yang


tenang dan nyaman
b) Anjurkan berdoa, berdzikir,
membaca kitab suci, ibadah
sesuai agama yang dianut
DAFTAR PUSTAKA

Andrian Patica N. (E-journal keperawatan volume 4 nomor 1 Mei 2016). Hubungan


Konsumsi Makanan dan Kejadian Hipertensi pada Lansia di Puskesmas Ranomut Kota
Manado.
Anggara, F.H.D., & Prayitno, N. (2017). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Tekanan
Darah di Puskesmas Telaga Murni, Cikarang Barat Tahun 2012. Program Studi S1
Kesehatan Masyarakat STIKES MH. Thamrin. Jakarta. Jurnal Ilmiah Kesehatan. 5 (1) :
20-25.
Armilawaty, Amalia H, Amirudin R. (2017). Hipertensi dan Faktor Resikonya Dalam Kajian
Epidemiologi. Bagian Epidemiologi Fakultas Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas
Hasanudin Makasar.
Buckman. (2017). Apa yang Anda Ketahui Tentang Tekanan Darah Tinggi. Yogyakarta: Citra
Aji Parama.
Friedman, M.M et al. (2019). Buku Ajar Keperawatan Keluarga Riset, Teori, dan Praktik. Ed
5. Jakarta: EGC
Heniwati. (2018). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pemanfaatan Pelayanan Posyandu
Lansia Usia Di Wilayah Kerja Puskesmas Kabupaten Aceh Timur. Tesis. Medan:
Universitas Sumatera Utara.
Irianto, Koes. (2018). Epidemiologi Penyakit Menular dan Tidak Menular, Panduan Klinis.
Bandung: Alfa Beta.
Mansjoer, Arief. (2018). Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Auskulapius.
Mubarak, Wahid Iqbal. (2018). Ilmu Pengantar Komunitas. Jakarta: Salemba Medika. ITB,
(2018). Pengendalian Hipertensi, Bandung: ITB.
Muttaqin, A. Editor Nurachmach, E. (2017). Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem
Kardiovaskuler. Jakarta: Salemba Medika.
Nanda, (2014). Diagnosis Keperawatan Definis idan Klasifikasi 2012-2014. Jakarta: EGC.
PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI): Definisi dan Indikator
Diagnostik, Edisi 1. Jakarta. DPP PPNI
PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI): Definisi dan Tindakan
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta. DPP PPNI
PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI): Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta. DPP PPNI
Triyanto, Endang. (2018). Pelayanan Keperawatan Bagi Penderita Hipertensi
SecaraTerpadu. Yogyakarta: Graha Ilmu. WHO. (2014). Global Target 6:A 25% relative
reduction in the prevalence of reise blood pressure or contain the according to national
circums

Anda mungkin juga menyukai