Etiologi
Penyebab belum diketahui dengan pasti,
beberapa faktor yang dapat dianggap sebagai penyebab,
adalah :
a.Alergi obat secara sistemik ( misalnya penisilin,
analgetik, anti- peuritik ).
Penisilline dan semisintetiknya, Sterptomecine,
sulfonamida, Tetrasiklin
Anti piretik / analgetik ( dentat, salisil / perazolon,
metamizol, metampiron, dan paracetamol ).
Kloepromazin, Karbamazepin, Kirin antipirin, Tegretol
B. insfeksi mikroorganisme ( bakteri, virus, jamur, dan
parasit ).
c.Neoplasma dan faktor endoktrin.
d.Faktor fisik ( sinar matahari, radiasi, sinar x ).
e.Makanan.
Gejala/Tanda:
1. Dapat diawali demam,
2. Tak enak badan (malaise),
3. Nyeri sendi (arthralgia),
4. Nyeri otot (myalgia/myodynia),
5. Sakit kepala,
6. Batuk berdahak.
7. Kadang disertai muntah, diare.
8. Proses ditandai oleh infeksi saluran nafas atas yang
nonspesifik (nonspecific upper respiratory tract
infection).
9. Keterlibatan membran mukus dan/atau mulut
menunjukkan bahwa penderita tidak dapat makan
dan minum.
10. Seringkali telapak tangan atau kaki melepuh.
Trias:
Dijumpai kelainan di
(1)kulit,
(2)selaput lendir orifisium (misalnya di mukosa mulut,
hidung, lubang genitalia, anus), dan
(3)mata.
INSIDEN
Syndrom ini jarang dijumpai pada usia 8 tahun
kebawah.
Keadaan umumnya bervariasi dari ringan sampai
berat.
Pada syndrom ini terlihat adanya
trias kelainan, berupa :
1. Kelainan kulit.
2. Kelainan selaput lendir
3. Kelainan mata.
1. Kelainan kulit.
Kelainan kulit terdiri dari eritema, vesikeldan bula.
Vesikel dan bulakemudian memecah sehingga terjadi
erosi yang luas. Disamping itu juga dapat terjadi
purpura, pada bentuk yang berat kelainannya
generalisata.
2. Kelainan selaput lendir
Kelaianan selaput lendir yang tersering ialah pada
mukosa mulut ( 100 % ) kemudian disusul oleh
kelainan alat dilubang genetol ( 50 % ), sedangkan
dilubang hidung dan anus jarang ( masing-masing 8 %
dan 4 % ).
3. Kelainan mata.
Kelainan mata merupakan 80 % diantara semua kasus
yang tersering telah konjungtivitis kataralis. Selain itu
juga dapat berupa konjungtivitis parulen,
peradarahan, alkus korena, iritis dan iridosiklitis.
Disamping trias kelainan tersebut dapat pula dapat
pula terdapat kelainan lain, misalnya : notritis, dan
onikolisis
Patofisiologi
Patogenesisnya belum jelas, disangka disebabkan oleh
reaksi hipersensitif tipe III dan IV.
Reaksi tipe III dan IV. Reaksi tipe III terjadi akibat
terbentuknya komplek antigen antibody yang mikro
presitipasi sehingga terjadi aktifitas sistem komlemen.
Akibatnya terjadi akumulasi neutrofil yang kemudian
melepaskan leozim dan menyebab kerusakan jaringan
pada organ sasaran ( target- organ ).
Reaksi hipersensitifitas tipe IV terjadi akibat limfosit T
yang tersintesisasi berkontak kembali dengan antigen
yang sama kemudian limtokin dilepaskan sebagai
reaksi radang.
Reaksi hipersensitif tipe III
Hal ini terjadi sewaktu komplek antigen antibody yang
bersikulasi dalam darah mengendap didalam
pembuluh darah atau jaringan sebelah bitir.
Antibiotik tidak ditujukan kepada jaringan tersebut,
tetapi terperangkap dalam jaringan kapilernya.
Pada beberapa kasus antigen asing dapat melekat ke
jaringan menyebabkan terbentuknya komplek antigen
antibodi ditempat tersebut.
Reaksi tipe ini mengaktifkan komplemen dan
degranulasi sel mast sehingga terjadi kerusakan
jaringan atau kapiler ditempat terjadinya reaksi
tersebut.
Neutrofil tertarik ke daerah tersebut dan mulai
memfagositosis sel-sel yang rusak sehingga terjadi
pelepasan enzim-enzim sel, serta penimbunan sisa sel.
Hal ini menyebabkan siklus peradangan berlanjut.
Reaksi hipersensitif tipe IV
Pada reaksi ini diperantarai oleh sel T, terjadi
pengaktifan sel T.
Penghasil limfokin atau sitotoksik atau suatu antigen
sehingga terjadi penghancuran sel-sel yang
bersangkutan.
Reaksi yang diperantarai oleh sel ini bersifat lambat (
delayed ) memerlukan waktu 14 jam sampai 27 jam
untuk terbentuknya
Komplikasi
Komplikasi yang tersering ialah bronkopneumia yang
didapati sejumlah 80 % diantara seluruh kasus yang
ada.
Komplikasi yang lain ialah kehilangan cairan atau
darah, gangguan keseimbangan cairan elektrolit
Syoek pada mata dapat terjadi kebutaan karena
gangguan laksimasi.
Pemeriksaan Penunjang
Kultur darah, urin dan luka merupakan indikasi bila
dicurigai, penyebab infeksi.