Anda di halaman 1dari 39

LUTFI WAHYUNI

Pengertian Syndrom Steven


Johnson
 1. Syndrom yang mengenai kulit, selaput lendir
orifisium dan mata
 dengan keadaan umum bervariasi dari ringan sampai
berat.
 Kelainan pada kulit berupa eritema, vesikel / bula
dapat disertai purpura.
2. Syndrom Steven Johnson adalah
 penyakit kulit akut dan berat yang terdiri dari eropsi
kulit, kelainan mukosa dan konjungtivitis

 Jadi syndrom steven johnson adalah suatu syndrom


berupa kelainan kulit pada selaput lendir oritisium
mata genital.


Etiologi
 Penyebab belum diketahui dengan pasti,
 beberapa faktor yang dapat dianggap sebagai penyebab,
adalah :
a.Alergi obat secara sistemik ( misalnya penisilin,
analgetik, anti- peuritik ).
 Penisilline dan semisintetiknya, Sterptomecine,
sulfonamida, Tetrasiklin
 Anti piretik / analgetik ( dentat, salisil / perazolon,
metamizol, metampiron, dan paracetamol ).
Kloepromazin, Karbamazepin, Kirin antipirin, Tegretol
 B. insfeksi mikroorganisme ( bakteri, virus, jamur, dan
parasit ).
c.Neoplasma dan faktor endoktrin.
d.Faktor fisik ( sinar matahari, radiasi, sinar x ).
e.Makanan.
 Gejala/Tanda:
1. Dapat diawali demam,
2. Tak enak badan (malaise),
3. Nyeri sendi (arthralgia),
4. Nyeri otot (myalgia/myodynia),
5. Sakit kepala,
6. Batuk berdahak.
 7. Kadang disertai muntah, diare.
8. Proses ditandai oleh infeksi saluran nafas atas yang
nonspesifik (nonspecific upper respiratory tract
infection).
9. Keterlibatan membran mukus dan/atau mulut
menunjukkan bahwa penderita tidak dapat makan
dan minum.
10. Seringkali telapak tangan atau kaki melepuh.
 Trias:
Dijumpai kelainan di
(1)kulit,
(2)selaput lendir orifisium (misalnya di mukosa mulut,
hidung, lubang genitalia, anus), dan
(3)mata.
INSIDEN
 Syndrom ini jarang dijumpai pada usia 8 tahun
kebawah.
 Keadaan umumnya bervariasi dari ringan sampai
berat.
Pada syndrom ini terlihat adanya
trias kelainan, berupa :
 1. Kelainan kulit.
 2. Kelainan selaput lendir
 3. Kelainan mata.
1. Kelainan kulit.

Kelainan kulit terdiri dari eritema, vesikeldan bula.
Vesikel dan bulakemudian memecah sehingga terjadi
erosi yang luas. Disamping itu juga dapat terjadi
purpura, pada bentuk yang berat kelainannya
generalisata.
2. Kelainan selaput lendir

Kelaianan selaput lendir yang tersering ialah pada
mukosa mulut ( 100 % ) kemudian disusul oleh
kelainan alat dilubang genetol ( 50 % ), sedangkan
dilubang hidung dan anus jarang ( masing-masing 8 %
dan 4 % ).
3. Kelainan mata.

Kelainan mata merupakan 80 % diantara semua kasus
yang tersering telah konjungtivitis kataralis. Selain itu
juga dapat berupa konjungtivitis parulen,
peradarahan, alkus korena, iritis dan iridosiklitis.
Disamping trias kelainan tersebut dapat pula dapat
pula terdapat kelainan lain, misalnya : notritis, dan
onikolisis
Patofisiologi
 Patogenesisnya belum jelas, disangka disebabkan oleh
reaksi hipersensitif tipe III dan IV.
 Reaksi tipe III dan IV. Reaksi tipe III terjadi akibat
terbentuknya komplek antigen antibody yang mikro
presitipasi sehingga terjadi aktifitas sistem komlemen.
 Akibatnya terjadi akumulasi neutrofil yang kemudian
melepaskan leozim dan menyebab kerusakan jaringan
pada organ sasaran ( target- organ ).

 Reaksi hipersensitifitas tipe IV terjadi akibat limfosit T
yang tersintesisasi berkontak kembali dengan antigen
yang sama kemudian limtokin dilepaskan sebagai
reaksi radang.
Reaksi hipersensitif tipe III
 Hal ini terjadi sewaktu komplek antigen antibody yang
bersikulasi dalam darah mengendap didalam
pembuluh darah atau jaringan sebelah bitir.
 Antibiotik tidak ditujukan kepada jaringan tersebut,
tetapi terperangkap dalam jaringan kapilernya.
 Pada beberapa kasus antigen asing dapat melekat ke
jaringan menyebabkan terbentuknya komplek antigen
antibodi ditempat tersebut.
 Reaksi tipe ini mengaktifkan komplemen dan
degranulasi sel mast sehingga terjadi kerusakan
jaringan atau kapiler ditempat terjadinya reaksi
tersebut.
 Neutrofil tertarik ke daerah tersebut dan mulai
memfagositosis sel-sel yang rusak sehingga terjadi
pelepasan enzim-enzim sel, serta penimbunan sisa sel.
Hal ini menyebabkan siklus peradangan berlanjut.
Reaksi hipersensitif tipe IV
 Pada reaksi ini diperantarai oleh sel T, terjadi
pengaktifan sel T.
 Penghasil limfokin atau sitotoksik atau suatu antigen
sehingga terjadi penghancuran sel-sel yang
bersangkutan.
 Reaksi yang diperantarai oleh sel ini bersifat lambat (
delayed ) memerlukan waktu 14 jam sampai 27 jam
untuk terbentuknya
Komplikasi
 Komplikasi yang tersering ialah bronkopneumia yang
didapati sejumlah 80 % diantara seluruh kasus yang
ada.
 Komplikasi yang lain ialah kehilangan cairan atau
darah, gangguan keseimbangan cairan elektrolit
 Syoek pada mata dapat terjadi kebutaan karena
gangguan laksimasi.
Pemeriksaan Penunjang
 Kultur darah, urin dan luka merupakan indikasi bila
dicurigai, penyebab infeksi.

 Biopsi kulit memperlihatkan luka superiderma


Adanya mikrosis sel epidermis
Infiltrasi limposit pada daerah ferifaskulator
Penatalaksanaan
 Kortikosteroid
Bila keadaan umum baik dan lesi tidak menyeluruh
sukup diobati dengan preanisone 30 – 40 mg sehari.
Namun bila keadaan umumnya burukdan lesi
menyeluruh harus diobati secara tepat dan cepat.
Kartikosteroid merupakan tindakan file-saving dan
digunakan deksamate dan intravena dengan dosis
permulaan 4 – 6 x 5 mg sehari.
Masa kritis
 diatasi dalam beberapa hari.
 Pasien stevenjohnson berat harus segera dirawat
 berikan deksametason 6x5 mg intravena setelah masa
kritisteratasi, kedaan umum membaik, tidak timbul
lesi baru, lesi lama mengalami involusi, dosis
diturunkan secara cepat, tiap hari diturunkan 5 mg.
 Setelah dosis mencapai 5 mg sehari, deksametason
intravena diganti dengan table kortikosteroid,
misalnya prendnisone yang diberikan keesokan
harinya dengan dosis 20 mg sehari,
 sehari kemudian diturunkan lagi menjadi 10 mg
kemudian obat tersebut dihentikan.
 Lama pengobatan kira-kira 10 hari.
 Seminggu setelah pemberian kortikosteroid dilakuakn
pemeriksaan elektrolit ( K, Na dan CI ) bila ada
gangguan harus diatasi, misalnya bila terjadi
hipokalemia diberikan KCL 3 x 500 mg / hari dan diet
rendah garam bila terjadi hipermatremia.
 Untuk mengatasi efek katabolik dari kortikosteroid
diberikan diet tinggi protein / anabolik seperti
nandroklok dekanoat dan nanadrolon fenilpropionat
dosis 25-50 mg untuk devasa ( dosis untuk anak
tergantung berat badan ).
Antibiotik.
 Untuk mencegah terjadinya infeksi misalnya
bronkopneumia yang dapat menyebabkan kematian,
dapat di beri antibiotik yang jarang menyebabkan
alergi, berspektrom luas dan bersifat sakteriosidal
misalnya gentamisin dengan dosis 2 x 80 mg.
Infus dan Transfusi darah
 Diberikan infus misalnya glukosa 5 % dan larutan
darrow. Bila terapi tidak memberi perbaikan dalam 2 –
3 hari, maka dapat diberikan transfusi darah banyak
300 cc selama 2 hari berturut-turut,
 terutama pada kasus yang disertai purpura yang luas
 Pada kasus dengan purpura yang luas dapat pula
ditambahkan vitamin C 500 mg atau 1000 mg
intravena sehari dan hemostatik.
Tropikal

Terapi tropikal untuk lesi dimulut
 dapat berupa kanalog in orabase.
 Untuk lesi di kulit yang erosif dapat diberikan
sutratulle atau krim sulfa diarine perak.
ASUHAN KEPERAWATAN
 1.Fokus Pengkajian
a.Anamnesa riwayat pengobatan pasien
b.Gambaran klinik
c.Histopatologi
d.Riwayat kesehatan : riwayat laregi, reaksi alergi
terhadap makanan, obat serta zat kimia, masalah kulit
sebelumnya dan riwayat kanker kulit.
e.Pemeriksaan kulit infeksi
 I : Warna, suhu, kelembapan, kekeringan, faktor
P : Turgor kulit, adema
 Data Fokus
DS : Gatal-gatal pada kulit, sulit menelan,
pandanganya kabur, aktivitas menurun.
DO : Kemerah-merahan, memegangi tenggorokan,
gelisah untuk melihat, tampak lemas dalam aktivita
Prioritas Diagnosa
 Gangguan integritas kulit berdasarkan dengan
inflamasi pada dermal dan epidermal.
 Gangguan nutrisi < kebutuhan tubuh berdasarkan
dengan kesulitan menelan.
 Gangguan persepsi sensori, kurang penglihatan
berdasarkan dengan konjungtivitis.
 Gangguan intoleransi aktivitas berdasarkan dengan
kelemahan fisik
Perencanaan Keperawatan
.
DX 1 : Gangguan integritas kulit berdasakan dengan
inflamasi dermal dan epidermal
a.Tujuan : Diharapkan inflamasi dermal dan epidermal
berkurang
Kriteria hasil :Menunjukkan kulit dan jaringan kulit yang
utuh
b.Intervensi
Observasi kulit setiap hari catat turgor sirkulasi dan
sensori serta perubahan lainnya yang terjadi.
Kolaborasi dengan tim medis
c.Rasional
Menentukan garis dasar dimana perubahan pada status
dapat dibandingkan dan melakukan intervensi yang tepat
Untuk mencegah infeksi lebih lanjut
SARAN
 Bagi Rusah Sakit
a.Rumah sakit mampu memberikan pelajaran yang
baik pada klien
b.Rumah sakit membantu klien dan keluarga dalam
membuat keputusan
 Bagi sesama profesi / perawat
a.Perawat selalu melakukan pengawasan 1 x 24 jam
pada klien
b.Perawat harus mengetahui sejauh mana
perkembangan kesehatan klien
 Bagi keluarga / klien
a.Keluarga harus mengawasi dan membatasi aktivitas
klien
b.Keluarga hasur memberikan nutrisi yang adekuat
kepada klien agar kesehatan klien cepat membaik
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai