Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN

DEFISIT PERAWATAN DIRI (DPD)

AGNES EPIPHANIA DUA BURA


R014172048

PRESEPTOR INSTITUSI PRESEPTOR LAHAN

[ ] [ ]

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2018

LAPORAN PENDAHULUAN
DEFISIT PERAWATAN DIRI (DPD)

A. Kasus (Masalah Utama)


Defisit Perawatan Diri
B. Proses Terjadinya Masalah
1. Definisi
Defisit perawatan diri adalah suatu keadaan seseorang mengalami
kelainan dalam kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas
kehidupan sehari-hari secara mandiri. Tidak ada keinginan untuk mandi secara
teratur, tidak menyisir rambut, pakaian kotor, bau badan, bau napas, dan
penampilan tidak rapi. Defisit perawatan diri merupakan salah satu masalah
yang timbul pada pasien gangguan jiwa. Pasien gangguan jiwa kronis sering
mengalami ketidakpedulian merawat diri. Keadaan ini merupakan gejala
perilaku negatif dan menyebabkan pasien dikucilkan baik dalam keluarga
maupun masyarakat [ CITATION Yus15 \l 1033 ].
Defisit perawatan diri adalah suatu kondisi pada seseorang yang
mengalami kelemahan kemampuan dalam melakukan atau melengkapi aktifitas
perawatan diri secara mandiri seperti mandi, (hygiene), berpakaian/berhias,
makan, dan BAK/BAB.
Defisit perawatan diri pada pasien gangguan jiwa terjadi
akibat adanya perubahan proses piker sehingga kemampuan
untuk melakukan aktivitas perawatan diri menurun. Defisit
perawatan diri tampak dari ketidakmampuan merawat
kebersihan diri, makan, berhias diri, dan eliminasi (buang air
besar dan buang air kecil) secara mandiri (Keliat dan Akemat,
2012).
Perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar
manusia dalam memenuhi kebutuhannya guna
mempertahankan hidupnya, kesehatannya, dan
kesejahteraannya sesuai dengan kondisi kesehatannya.
Kemampuan untuk melakukan perawatan diri: Perawat
mengkaji kemampuan fungsional klien di lingkungan rumah
mereka maupun dalam pelayanan kesehatan, meliputi
aktivitas makan, berpakaian, perawatan diri dan berdandan
(Potter & Perry, 2005)
2. Jenis-jenis DPD
a. Kurang perawatan diri : Mandi / kebersihan
Kurang perawatan diri (mandi) adalah gangguan kemampuan untuk
melakukan aktivitas mandi/kebersihan diri.
b. Kurang perawatan diri : Mengenakan pakaian / berhias.
Kurang perawatan diri (mengenakan pakaian) adalah gangguan
kemampuan memakai pakaian dan aktivitas berdandan sendiri.
c. Kurang perawatan diri : Makan
Kurang perawatan diri (makan) adalah gangguan kemampuan untuk
menunjukkan aktivitas makan.
d. Kurang perawatan diri : Toileting
Kurang perawatan diri (toileting) adalah gangguan kemampuan untuk
melakukan atau menyelesaikan aktivitas toileting sendiri
3. Etiologi
Penyebab kurang perawatan diri pada pasien dengan
gangguan jiwa adalah penurunan proses pikir (Keliat dan
akemat, 2012).Penyebab kurang perawatan diri (Depkes,
2000), adalah sebagai berikut :
a. Faktor prediposisi :
1) Perkembangan : Keluarga terlalu melindungi dan
memanjakan klien sehingga perkembangan inisiatif
terganggu.
2) Biologis : Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak
mampu melakukan perawatan diri.
3) Kemampuan realitas turun : Klien dengan gangguan
jiwa dengan kemampuan realitas yang kurang
menyebabkan ketidakpedulian dirinya dan lingkungan
termasuk perawatan diri.
4) Sosial : Kurang dukungan dan latihan kemampuan
perawatan diri lingkungannya. Situasi lingkungan
mempengaruhi latihan kemampuan dalam perawatan
diri.
b. Faktorpresipitasi
Yang merupakan faktor presipitasi defisit perawatan
diri adalah kurang penurunan motivasi, kerusakan
kognisi atau perceptual, cemas, lelah/lemah yang dialami
individu sehingga menyebabkan individu kurang mampu
melakukan perawatan diri. Yang merupakan faktor presiptasi deficit
perawatan diri adalah kurang penurunan motivasi, kerusakan kognisi
atau perceptual, cemas, lelah/lemah yang dialami individu sehingga
menyebabkan individu kurang mampu melakukan perawatan diri.
Menurut Depkes (2000: 59) Faktor – faktor yang mempengaruhi
personal hygiene adalah:
1) Body Image
Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi
kebersihan diri misalnya dengan adanya perubahan fisik sehingga
individu tidak peduli dengan kebersihan dirinya.
2) Praktik Sosial
Pada anak–anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka
kemungkinan akan terjadi perubahan pola personal hygiene.
3) Status Sosial Ekonomi
Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta
gigi, sikat gigi, shampo, alat mandi yang semuanya memerlukan
uang untuk menyediakannya.
4) Pengetahuan
Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena pengetahuan
yang baik dapat meningkatkan kesehatan. Misalnya pada pasien
penderita diabetes mellitus ia harus menjaga kebersihan kakinya.
5) Budaya
Di sebagian masyarakat jika individu sakit tertentu tidak boleh
dimandikan.
6) Kebiasaan seseorang
Ada kebiasaan orang yang menggunakan produk tertentu dalam
perawatan diri seperti penggunaan sabun, sampo dan lain – lain.
7) Kondisi fisik atau psikis
Pada keadaan tertentu / sakit kemampuan untuk merawat diri
berkurang dan perlu bantuan untuk melakukannya.

4. Manifestasi Klinis
a. Mandi/hygiene
Klien mengalami ketidakmampuan dalam membersihkan badan,
memperoleh atau mendapatkan sumber air, mengatur suhu atau aliran air
mandi, mendapatkan perlengkapan mandi, mengeringkan tubuh, serta
masuk dan keluar kamar mandi.
b. Berpakaian atau berhias
Klien mempunyai kelemahan dalam meletakan atau mengambil potongan
pakaian, menanggalkan pakaian, serta memperoleh menukar pakaian.
Klien juga memiliki ketidakmampuan mengenakan pakaian dalam,
memilih pakaian, menggunakan alat tambahan, menggunakan kancing
tarik, melepaskan pakaian, menggunakan kaos kaki, mempertahankan
penampilan pada tingkat yang memuaskan, mengambil pakaian dann
menganakan sepatu.
c. Makan
Klien mempunyai ketidakmampuan dalam menelan makanan,
mempersiapkan makanan, menangani perkakas, mengunyah makanan,
menggunakan alat tambahan, mendapatkan makanan, membuka
kontainaer, memanipulasi makanan dalam mulut, mengambil makanan
dari wadah lalu memasukannya ke mulut, melngkapi makanan, mencerna
makanan menurut cara yang diterima di masyarakat, mengambil cangkit
atau gelas, serta mencerna cukup makanan dengan aman.
d. BAB/BAK (toilet)
Klien memiliki keterbatasan atau ketidakmampuan dalam mendapatkan
jamban atau kamar kecil, duduk atau bangkit dari jamban, memanipulasi
pakaian untuk toileting, membersihkan diri setelah BAB/BAK dengan
tepat dan menyiram toilet atau kamar kecil.
Keterbatasan perawatan diri diatas biasanya diakibatkan karena stressor
yang cukup berat dan sulit ditangani oleh klien (klien bias mengalami
harga diri rendah) sehingga dirinya tidak mau mengurus atau merawat
dirinya sendiri baik dalam hal mandi, berpakaian, berhias, makan, maupun
BAB dan BAK. Bila tidak dilakukan intervensi oleh perawat, maka
kemungkinan klien bias mengalami masalah resiko tinggi isolasi social.
Menurut Depkes (2000: 20) Tanda dan gejala klien dengan defisit
perawatan diri adalah:
1) Fisik
a) Badan bau, pakaiankotor
b) Rambut dan kulit kotor
c) Kuku panjang dan kotor
d) Gigi kotor disertai mulut bau
e) Penampilan tidak rapi.
2) Psikologis
a) Malas, tidak ada inisiatif
b) Menarik diri, isolasi diri
c) Merasa tak berdaya, rendah diri dan merasa hina.
3) Sosial
a) Interaksi kurang
b) Kegiatan kurang
c) Tidak mampu berperilaku sesuai norma
d) Cara makan tidakteratur
e) BAK dan BAB di sembarang tempat, gosok gigi dan mandi tidak
mampu mandiri.
5. Dampak yang sering timbul pada masalah Personal Hygiene
Dampak pada masalah personal hygiene, adalah :
a. Dampak fisik
Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang
karena tidak terpeliharanya kebersihan perorangan dengan
baik, gangguan fisik yang sering terjadi adalah : gangguan
integritas kulit, gangguan membran mukosa mulut, infeksi
pada mata dan telinga dan gangguan fisik pada kuku.
b. Dampak psikososial
Masalah sosial yang berhubungan dengan personal hygiene
adalah gangguan kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan
dicintai dan mencintai, kebutuhan harga diri, aktualisasi diri
dangan gangguan interaksi sosial
6. Rentang Respon
Adaptif                                                                                  Maladaptif

          Pola perawatan diri                  kadang perawatan diri                  Tidak melakukan


                 Seimbang                                kadang tidak                                 perawatan diri
a. Pola perawatan diri seimbang, saat klien mendapatkan stressor dan
mampu untuk berperilaku adaptif, maka pola perawatan yang dilakukan
klien seimbang, klien masih melakukan perawatan diri.
b. Kadang perawatan diri kadang tidak. Saat klien mendapatkan stressor
kadang-kadang klien tidak memperhatikan perawatan dirinya.
c. Tidak melakukan perawatan diri. Klien mengatakan tidak peduli dan
tidak bisa melakukan perawatan saat menghadapi stressor.
C. Pohon Masalah
Efek Gangguan Pemeliharaan
Kesehatan

Core Problem Defisit Perawatan Diri

Etiologi Gangguan Konsep Diri : Harga
Diri Rendah Kronis

Masalah Keperawatan dan data yang perlu dikaji


1. Masalah Keperawatan
a. Defisit perawatan diri
b. Harga diri rendah kronis
c. Resiko tinggi isolasi social
2. Data yang perlu dikaji
Masalah Data yang perlu dikaji
keperawatan
Defisit perawatan diri Subjektif
 Klien mengatakan dirinya malas mandi karena airnyadingin atau di
RS tidak tersedia alat mandi
 Klien mengatakan dirinya malas berdandan
 Klien mengatakan ingin disuapi makan
 Klien mengatakan jarang membersihkan alat kelaminnya etelah BAK
maupun BAB
Obektif
 Ketidakmampuan mandi/membersihkan diri ditandai dengan rambut
kotor, gigi kotor, kulitberdaki, dan berbau, serta kuku panjang dan
kotor
 Ketidakmampuan berpakaian/berhias ditandai dengan rambuta cak –
acakan, pakaian kotor dan tidak rapi, pakaian tidak sesuai, tidak
bercukur, (laki-laki) atau tidak berdandan (wanita)
 Ketidakmampuan makan secara mandiri ditandai dengan
ketidakmampuan mengambil makan sendiri, makan berceceran dan
makan tidak pada tempatnya
 Ketidakmampuan BAB/BAK secara mandiri ditandai dengan
BAB/BAK tidak pada tempatnya, tidak membersihkan diri dengan
baik setelah BAB/BAK
D. Diagnosis Keperawatan
Defisit perawatan diri : hygiene diri, berhias, makan, dan eliminasi
E. Rencana Tindakan Keperawatan
1. Tindakan keperawatan pada pasien
a. Tujuan keperawatan
1) Pasien mampu melakukan kebersihan diri secara mandiri
2) Pasien mampu melakukan berhias secara baik
3) Pasien mampu melakukan makan dengan baik
4) Pasien mampu melakukan eliminasi secara mandiri
b. Tindakan keperawatan
1) Melatih pasien cara perawatan kebersihan diri dengan cara:
a) Menjelaskan pentingnya menjaga kebersihan diri
b) Menjelaskan alat-alat untuk menjaga kebersihan diri
c) Menjelaskan cara-cara melakukan kebersihan diri
d) Melatih pasien mempraktikkan cara menjaga kebersihan diri
2) Membantu pasien latihan berhias
Latihan berhias pada pria harus dibedakan dengan wanita. Pada pasien laki-
laki, latihan meliputi latihan berpakaian, menyisir rambut dan bercukur
sedangkan pada pasien perempuan, latihan meliputi latihan berpakaian,
menyisir rambut, dan berhias/berdandan.
3) Melatih pasien makan secara mandiri dengan cara:
a) Menjelaskan cara mempersiapkan makan
b) Menjelaskan cara makan yang tertib
c) Menjelaskan cara merapikan peralatan makan setelah makan
d) Mempraktikkan cara makan yang baik
4) Mengajarkan pasien melakukan BAB/BAK secara mandiri dengan cara :
a) Menjelaskan tempat BAB/BAK yang sesuai
b) Menjelaskan cara membersihkan diri setelah BAB dan BAK
c) Menjelaskan cara membersihkan tempat BAB dan BAK.
DAFTAR PUSTAKA

DepKes, 2000. Standar Pedoman Perawatan Jiwa. Jakarta.

Fitria N, 2009. Prinsip Dasar dan Aplikasi penuliasn laporan pendahuluan dan
strategi pelaksanaan tindakan keperawatan (LP dan SP) untuk 7 diagnosa
keperawatan jiwa berat bagi program S1-Keperawatan. Salemba Medika,
Jakarta.

Keliat BA, Panjaitan RU, Helena N, 2006. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa.
Edisi 3, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

Kusumawati Farida dan Hartono Yudi, 2012. Buku Ajar Keperawatan Jiwa.,
Jakarta, Salemba Medika.
Perry, Potter. 2005 . Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta : EGC

Yusuf, A., Fitryasari, R., & Nihayati, H. E. (2015). Buku Ajar Keperawatan
Kesehatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai