Ruang : Hemodialisa
Oleh :
TIYEM
NIM P07220419126
TELAAH JURNAL I
Berdasarkan data dari WHO pada tahun 2014 secara global mengemukakan lebih
dari 500 juta orang mengalami Gagal Ginjal Kronik (GGK). Di Indonesia pada
tahun 2013 sebanyak 499.800 penduduk Indonesia menderita penyakit gagal
ginjal (Riskesdas, 2013). Menurut data dari Pusat Data & Informasi
Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PDPERSI, 2013) jumlah pasien
GGK sekitar 50 orang per satu juta penduduk.
Gagal ginjal kronik itu dapat mengakibatkan berbagai macam resiko, salah
satunya yaitu hipertensi. Hipertensi merupakan masalah terbanyak pada pasien
gagal ginjal kronik. Seorang dikatakan hipertensi jika tekanan tekanan darah
sistolik diatas 140 mmHg dan tekanan diastolik di atas 90 mmHg (Brunner &
Suddarth, 2013). Peningkatan tekanan darah pada pasien gagal ginjal itu
disebabkan oleh penurunan fungsi ginjal itu sendiri (McPhee & William, 2008).
Dampak yang terjadi pada pasien hipertensi biasanya sakit kepala, susah
tidur, retensi cairan dan natrium, jantung berdebar kencang, takikardi, selain itu
juga dapat menimbulkan masalah psikologis yaitu meningkatkan depresi,
menimbulkan koping tidak efektif dan tidak kooperatif. Hipertensi harus
ditangani dengan baik, sebab semakin lama tekanan yang berlebihan pada
dinding arteri dapat merusak banyak organ vital dalam tubuh.
Sementara, insidensi hipertensi pada pasien gagal ginjal kronik mencapai
8,46 % berdasarkan data hemodialisis di Indonesia (Alam, 2008). Pasien gagal
ginjal yang mengalami hipertensi jika dibiarkan akan berdampak pada progresi
gagal ginjal karena kerusakan dan penebalan pembuluh darah akibat hipertensi
akan mengarah ke komplikasi penyakit organ lain seperti penyakit jantung
koroner, gagal jantung, stroke dan angka kematian yang tinggi (Smeltzer & Bare,
2010)
Kerusakan fungsi ginjal yang tidak tertangani dengan baik dapat menurunkan
kualitas hidup pasien, bahkan dapat meningkatkan angka kematian. Hal ini dapat
terjadi karena fungsi organ ginjal mengalami penurunan hingga akhirnya tidak
mampu melakukan fungsinya dengan baik (Cahyaningsih, 2011). Teknik
pengobatan yang dapat meningkatkan fungsi ginjal adalah transplantasi atau
cangkok ginjal, peritoneal dialisis (PD), dan hemodialisis (HD). Hemodialisis
merupakan terapi yang paling sering digunakan pada penderita gagal ginjal
kronis. Terapi hemodialisis merupakan terapi pengganti ginjal karena berfungsi
untuk mengeluarkan sisa-sisa metabolisme atau racun tertentu dari peredaran
darah manusia (Muttaqin & Kumala , 2011
Berdasarkan masalah penelitian, apa tujuan dan hipotesis yang ditetapkan oleh
peneliti ?
Desain penelitian ini menggunakan quasy experiment dengan rancangan pre test-
post test with control grup
Sampel dalam penelitian ini adalah pasien gagal ginjal yang mengalami
hipertensi.
Berapa jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian? Metode atau rumus apa
yang digunakan untuk menentukan jumlah sampel?
Variabel dependen :
Penurunan tekanan darah pada pasien gagal ginjal kronis yang menjalani
hemodialisa.
Variabel independen :
Pengaruh aroma terapi lemon.
Peneliti.
ANALISIS DATA
Statistik apa yang digunakan untuk menguji hipotesis atau menganalisis data?
Uji T-Test
Intention to treat adalah menganalisis semua sampel yang megikuti penelitian, baik
yang drop out, loss follow up atau berhenti sebelum penelitian selesai. Sampel yang
drop out dianggap hasil intervensi yang gagal.
On treatment analysis hanya menganalisis sampel yang mengikuti penelitian sampai
selesai saja, sedangkan sampel drop out dianggap tidak mengikuti penelitian dan
tidak diikutkan dalam analisis.
Program atau software statistic apa yang digunakan peneliti untuk menganalisis
data?
Uji statistik menggunakan uji paired t-test dan diperoleh hasil nilai sistolik p=0,03
(P <0,05)
HASIL PENELITIAN
Bagaimana alur (flow) penelitian yang menggambarkan responden yang mengikuti
penelitian sampai selesai, drop out dan loss follow up?
Tidak dijelaskan.
Responden dengan tekanan darah 140 – 159 mmhg sebanyak 53,3 % dan lebih dari
160 sebanyak 40.7%.
Tidak dijelaskan
Apa hasil utama dari penelitian? Jika peneliti melakukan uji hipotesis, apakah
hipotesis penelitian terbukti atau tidak terbukti (bermakna atau tidak secara statistic
)? Apakah hasil penelitian juga bermakna secara klinis?
Ada pengaruh pemberian aroma terapi lemon terhadap tekanan darah pada pasien
hemodialisa. Hasil uji analisis menggunakan independent t test menunjukan nilai
sistol sebesar 0,025 berarti ada perbedaan yang signifikan pada tekanan darah sistol
kelompok eksperimen dan kontrol. Sedangkan, tekanan darah diastolik 0,200 yang
berarti tidak ada perbedaan yang signifikan pada tekanan darah diastol kelompok
eksperimen dan kontrol.
Tidak dijelaskan.
DISKUSI
Bagaimana interpretasi peneliti terhadap hasil penelitian? Apakah peneliti
membuat interpretasi yang rasional dan ilmiah tentang hal-hal yang ditemukan
dalam penelitian berdasarkan teori terkini? Catatan: meskipun hasil penelitian
tidak sesuai dengan hipotesis, namun suatu penelitian tetap berkualitas jika
peneliti mampu menjelaskan rasional secara ilmiah mengapa hipotesisnya tidak
terbukti.
Hasil uji analisis menggunakan independent t test menunjukan nilai sistol sebesar
0,025 berarti ada perbedaan yang signifikan pada tekanan darah sistol kelompok
eksperimen dan kontrol. Sedangkan tekanan darah diastolik 0,200 yang berarti
tidak ada perbedaan yang signifikan pada tekanan darah diastol kelompok
eksperimen dan control
Penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Kurniawati (2016)
yang menyatakan bahwa hasil persentase kejadian hipertensi pada pasien
hemodialisa terbanyak adalah hipertensi stage I, yaitu sebanyak 52 responden
(40.63%), selanjutnya kejadian hipertensi stage II dan pre-hipertensi, masing-
masing sebanyak 31 kejadian (24.22%). Hasil penelitian ini sejalan dengan
penelitian sebelumnya oleh Guyton (2012) mengenai prevalensi hipertensi pada
pasien gagal ginjal kronik di Turki, yang mengemukakan bahwa pasien hipertensi
stage I menempati urutan terbanyak (25.30%) diantara pasien gagal ginjal kronik,
kemudian disusul oleh hipertensi stage II (20.8%), dan prehipertensi (17.90%).
Berdasarkan penelitian sebelumnya yang di lakukan oleh Werdiyastri (2014)
yang berjudul “Perbedaan Efektifitas Aromaterapi Lemon Dan Relaksasi Nafas
Dalam Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Pasien Hipertensi di RSUD
Tugurejo Semarang”. Dengan hasil penelitian tekanan darah sistolik sebelum
diberikan aromaterapi lemon terbanyak pada rentang >159 mmHg oleh 17
responden (94,4%), dan setelah diberikan aromaterapi lemon frekuensi tekanan
darah sistolik pada rentang >159 mmHg menjadi 12 responden (66,7%), sehingga
dapat disimpulkan bahwa tekanan sistolik mengalami penurunan setelah
diberikan aromaterapi lemon. Berdasarkan dari hasil perbandingan pada tabel 4
dan 4 dapat diketahui bahwa sesudah di beri intervensi aromaterapi lemon ada
penurunan tekanan darah.
Aromaterapi lemon ini menjadi salah satu alternatif pengobatan hipertensi yang
murah dan praktis sehingga dapat diterapkan secara rutin baik di rumah maupun
di Rumah Sakit. Instansi Rumah sakit diharapkan dapat memfasilitasi pengharum
ruangan berupa aromaterapi lemon sehingga bermanfaat terutama bagi pasien
yang mengalami tekanan darah tinggi.
Apakah mungkin penelitian ini direplikasi pada setting pratik klinik lainnya?
Ya.
Tidak dijelaskan
B. Ekstraksi Data Jurnal (Critical Appraisal)
NO Penelitian Sampel (karakteristik, Desain/Seleksi Intervensi Hasil temuan/Kesimpulan Level Penelitian Komentar reviewer
(Peneliti & ukuran, setting) responden peneliti (kekuatan dan keterbatas
Waktu) penelitian)
1 1)Putra Agina Pengambilan sampel Desain Pemberian Ada pengaruh pemberian Level bagi peneliti
Widyaswara dengan cara purposive penelitian ini aromaterapi aromaterapi lemon selanjutnya, diharapka
Suwaryo*, sampling berjumlah 60 menggunakan lemon terhadap terhadap tekanan darah quasy experiment dapat mengembangka
2)Usriyatun responden yang terdiriquasy tekanan darah pada pasien hemodialisa. dengan rancangan penelitian ini supaya
Khasanah, dari 30 responden experiment pada pasien Hasil uji analisis pretest-posttest with lebih baik dengan
3)Bambang kelompok intervensi dengan hemodialisa. menggunakan control grup mengontrol variabel-
Utoyo(2018) dan 30 responden rancangan independent t test variabel pengganggu
kontrol. pretest- menunjukan nilai sistol yang lain serta
PENGARUH posttest with sebesar 0,025 berarti ada menambah hari
AROMA Pasien gagal ginjal control grup. perbedaan yang signifikan penelitian untuk
TERAPI yang menjalani pada tekanan darah sistol mengetahui efektifitas
LEMON hemodialisa dan kelompok eksperimen dari aromaterapi lemo
TERHADAP mengalami dan kontrol. Sedangkan terhadap penurunan
PENURUNAN peningkatan tekanan tekanan darah diastolik tekanan darah.
TEKANAN darah 0,200 yang berarti tidak
DARAH PADA ada perbedaan yang Sebaiknya aromaterap
PASIEN GAGAL signifikan pada tekanan lemon ini diberikan di
GINJAL darah diastol kelompok bangsal rawat inap
KRONIS YANG eksperimen dan kontrol. supaya bisa diawasi ol
MENJALANI peneliti.
HEMODIALISA
2 TAKAHIRO 14 female patients shows the shows the study The changes in the mean level In summary, this stud
ITAI, md, 1 who were being study design. design. The HAMD score (mean ± SE) indicates that hiba o
HIDEAKI treated with chronic The smells in smells in the are shown in Fig. 1. The has both antidepressa
AMAYASU, hemodialysis the patients’ patients’ rooms mean score of HAMD (± and anti-anxiety effec
md,(2014) rooms were were changed at SE) during the 1st week of in chronic hemodialys
changed at 1 1 week intervals control conditions was patients while lavend
Psychological week from control 20.57 (± 1.98) (n = 14). T has anxiolytic effects
effects of intervals from conditions such patients regardle
aromatherapy control (natural smell) The mean scores of of the presence of
on chronic conditions to odorlessHAMD in the odorless physical complication
hemodialysis (natural conditions using and in both aromatic
patients smell) to Epolion N-200 conditions were slightly
odorless (Epolion Co. Ltd,smaller than those in the
conditions Tokyo, Japan), control conditions, but a
using Epolion from controlsignificant difference was
N-200 conditions toobtained only in the hiba
(Epolion Co. aromatic oil arommatic condition
Ltd, Tokyo, (F value = 4.41; P =
Japan), from conditions using 0.008).
control lavender
conditions to (Kobayashi
aromati Pharm. Co. Ltd,
Tokyo, Japan),
and from control
conditions to
aromatic
condition using
hiba oil (Aomori
Forest
Association,
Aomori).