Anda di halaman 1dari 14

RESUME

TUBERCULOSIS (TB)

Disusun Oleh :

1. Finna Sela Oktavia (19.0603.0016)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAGELANG
2019/2020
PEMBAHASAN

1. Definisi Tuberculosis

Tuberculosis Paru (TB Paru) adalah penyakit akibat bakteri mycobakterium


tuberkulosis sistemis sehingga dapat mengenai semua organ tubuh dengan lokasi
terbanyak di paru-paru yang biasanya merupakan lokasi infeksi primer.
Tuberculosis paru merupakan penyakit infeksi saluran napas bagian bawah yang
menyerang jaringan paru atau atau parenkim paru oleh basil mycobakterium
tuberculosis.

Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit infeksi yang menyerang parenkim paru-


paru yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Penyakit TB biasanya
menular melalui udara yang tercemar dengan bakteri Mycobacterium tuberculosis
yang dilepaskan pada saat penderita TB batuk. Sedangkan pada anak-anak sumber
infeksi umumnya berasal dari penderita TB dewasa. Bakteri ini sering masuk dan
berkumpul di dalam paru-paru dan berkembang biak menjadi banyak (terutama
pada orang yang dengan daya tahan tubuh rendah), dan dapat menyebar melalui
pembuluh darah atau kelenjar getah bening

Tuberkulosis (TB) milier adalah jenis dari tuberkulosis (TBC) yang terjadi akibat
penyebaran bakteri Mycobacterium tuberculosis dalam jumlah besar ke setiap
organ tubuh. Kondisi TB milier ditandai dengan keberadaan nodul atau bercak kecil
sebesar 1-5 mm pada organ-organ yang terinfeksi. Nama TB milier berasal dari pola
yang terlihat pada hasil rontgen dada dengan banyaknya bercak kecil yang
menyebar di seluruh paru-paru. Bercak-bercak tersebut terlihat seperti biji millet
yang kemudian memunculkan istilah “milier”. TB jenis ini bisa memengaruhi organ
apa pun, termasuk paru-paru, hati, dan kelenjar getah bening.
 Terdapat 2 jenis infeksi TBC, yaitu Tuberkulosis aktif dan Tuberkulosis
laten :

 Tuberkulosis aktif

Pada penderita Tuberkulosis aktif, beberapa gejala umumnya meliputi batuk


berkepanjangan lebih dari 3 minggu, nyeri dada, dan penurunan berat
badan. Orang dengan Tuberkulosis aktif dapat menularkan bakteri pada
orang lain melalui percikan ludah ketika batuk, bersin, atau berbicara.

 Tuberkulosis laten

Pada Tuberkulosis laten, penderita tidak menunjukkan gejala, tidak merasa


sakit, dan bakteri Tuberkulosis bersifat dorman di dalam tubuhnya. Ini
berarti, penderita tidak bisa menularkannya pada orang lain. Namun
Tuberkulosis laten bisa saja berubah menjadi Tuberkulosis aktif di
kemudian hari, sehingga dapat menular ke orang lain. Pengobatan TBC
adalah dengan obat anti tuberculosis (OAT), namun diperlukan waktu yang
cukup lama. Penderita mesti menjalani pengobatan secara rutin setidaknya
selama enam hingga sembilan bulan.
2. Patofisiologi Tuberculosis

 Infeksi diawali karena seseorang menghirup basil M. Tuberculosis


melalui udara ke paru-paru. Bakteri menyebar melalui jalan napas,
menempel pada bronkus atau alveolus untuk memperbanyak diri.
Perkembangan M. Tuberculosis juga dapat menjangkau sampai ke area
lain dari paru-paru (lobus atas). Basil juga menyebar melalui sistem
limfe dan aliran darah kebagian tubuh lain (ginjal, tulang, dan korteks
serebri) dan area lain dari paru-paru (lobus atas). Selanjutnya, sistem
kekebalan tubuh memberikan respon dengan melakukan rekasi
inflamasi. Neutrofil dan makrofag melakukan aksi fagositosis (menelan
bakteri). Sementara limfosit spesifik-tuberkulosis menghancurkan
(melisiskan) basil dan jaringan normal. Reaksi ini mengakibatkan
peningkatan metabolisme tubuh yang menyebabkan suhu tubuh
meningkat (demam), terakumulasinya eksudat dalam alveoli yang
menyebabkan bronkopneumonia, dan produksi sputum yang
menyebabkan akumulasi jalan napas terganggu. Infeksi awal biasanya
timbul dalam waktu 2-10 minggu setelah terpapar bakteri.
 Interaksi antara M. Tuberculosis dan sistem kekebalan tubuh pada masa
awal infeksi membentuk sebuah massa jaringan baru yang disebut
granuloma. Granuloma terdiri atas gumpalan basil hidup dan mati yang
dikekelingi oleh makrofag seperti dinding. Granuloma selanjutnya
berubah bentuk menjadi massa jaringan fibrosa. Bagian tengah dari
massa tersebut disebut ghon tubercle. Materi yang terdiri atas magrofag
dan bakteri menjadi nekrotik yang selanjutnya membentuk materi yang
penampakannya seperti keju (necrotizing caseosa). Hal ini akan menjadi
klasifikasi dan akhirnya membentuk jaringan kolagen, kemudian bakteri
menjadi non-aktif.
 Setelah infeksi awal, jika respon system imun tidak adekuat maka
penyakit akan menjadi lebih parah. Penyakit yang kian parah dapat
timbul akibat infeksi ulang atau bakteri yang sebelumnya tidak aktif
menjadi aktif. Pada kasus ini, ghon tubercle mengalami ulserasi
sehingga menghasilkan necrotizing caseosa di dalam bronkus. Tuberkel
yang ulserasi selanjutnya menjadi sembuh dan membentuk jaringan
parut. Paru-paru yang terinfeksi kemudian meradang, mengakibatkan
timbulnya bronkopneumonia, membentuk tuberkel, dan seterusnya.
Pneumonia seluler ini dapat sembuh dengan sendirinya. Proses ini
berjalan terus dan basil terus di fagosit atau berkembang biak di dalam
sel. Magrofag yang mengadakan infiltrasi menjadi lebih panjang dan
sebagian bersatu membentuk sel tuberkel epiteloid yang dikelilingi oleh
limfosit (membutuhkan 10-20 hari). Daerah yang mengalami nekrosis
dan jaringan granulasi yang dikelilingi sel epiteloid dan fibroblast akan
menimbulkan respon berbeda, kemudian pada akhirnya akan
membentuk suatu kapsul yang dikelilingi oleh tuberkel.
3. Patofisiologi Penyakit Tuberkulosis Paru
4. Gejala Tuberculosis

⸙ Gejala Tuberkulosis aktif

Penderita TB aktif biasanya akan memiliki gejala gangguan pernapasan. Ini


karena bakteri penyebab tuberkulosis lebih umum menyerang paru-paru.
Penderita TB aktif bisa menularkan penyakit ini ke orang lain.

Secara umum, gejala TBC atau tuberkulosis aktif meliputi :

 Batuk berkepanjangan, baik berdahak maupun tidak berdahak, yang


berlangsung selama tiga minggu atau lebih
 Batuk darah
 Nyeri dada atau nyeri saat bernapas
 Batuk-batuk
 Penurunan berat badan yang tidak disengaja
 Kelelahan
 Demam
 Berkeringat di malam hari meskipun tidak melakukan kegiatan
 Badan panas dingin
 Kehilangan nafsu makan

Tuberkulosis juga dapat memengaruhi bagian lain dari tubuh, termasuk tulang,
usus, ginjal, kelenjar getah bening, dan otak. Gejala TBC akan bervariasi sesuai
dengan organ yang terinfeksi.

Sebagai contoh, gejala TBC tulang dapat mencakup nyeri punggung, adanya
pembengkakan di sekitar tulang belakang, dan rasa kaku. Sementara gejala TBC
usus meliputi sering mual dan kembung, serta penurunan nafsu makan secara
drastis.
⸙ Gejala Tuberkulosis laten

Pada sebagian orang yang terinfeksi, bakteri TB bisa tetap tidak aktif dan tidak
menimbulkan gejala. Kondisi ini disebut TB laten, TB tidak aktif, atau infeksi
TB tidak menular. Karena tidak ada gejala pada TB laten, infeksi hanya akan
diketahui melalui tes darah atau tes kulit TB. Pengobatan tetap penting untuk
penderita karena bakteri bisa menjadi aktif suatu saat ketika kekebalan tubuh
menurun.

 Hal-hal yang perlu diperhatikan

 Bila ada batuk ≥ 2 minggu

 Nyeri dada

 Sesak Nafas

 Demam

 Berat badan menurun drastis

 Berkeringat berlebihan di malam hari

Note :

Tidak semua orang yang terinfeksi bakteri TB pasti akan sakit dan menunjukan gejala.
Sistem kekebalan tubuh biasanya dapat mencegah kita jatuh sakit.
5. Cara Penularan Tuberculosis

Penularan tuberkulosis terjadi ketika seseorang menghirup udara yang


terkontaminasi bakteri tuberkulosis. Bakteri dikeluarkan oleh penderita TBC
saat batuk dan bersin dalam bentuk droplet alias percikan lendir. Penting untuk
diketahui bahwa orang yang terinfeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis bisa
saja tidak langsung menularkan bakteri pada orang lain. Hanya orang dengan
penyakit TB paru aktif saja yang dapat menyebarkan bakteri tersebut kepada
orang lain. Saat masuk ke dalam tubuh, bakteri Mycobacterium
tuberculosis akan melalui tiga tahapan infeksi TBC, yaitu :

a) Infeksi primer

Infeksi primer terjadi saat menghirup udara yang mengandung bakteri


penyebab tuberkulosis. Bakteri masuk melalui mulut dan hidung hingga
mencapai paru-paru, lalu mulai memperbanyak diri.

b) Infeksi laten

Sistem imun akan melakukan perlawanan ketika bakteri mulai


berkembang biak. Respons sistem imun yang kuat dapat
menghancurkan bakteri atau menahan perkembangan infeksinya. Saat
imun tubuh mampu menahan perkembangbiakan bakteri, M.
tuberculosis akan masuk ke dalam status dorman, yaitu kondisi di mana
bakteri tidur atau tidak aktif menginfeksi.

Pada tahap ini, orang yang terinfeksi tidak akan merasa sakit atau tidak
menunjukkan gejala. Kondisi ini dikenal juga dengan TB laten.
Penderita TB laten tidak bisa menularkan penyakit TBC.
c) Infeksi aktif

Sebaliknya, jika respons sistem imun lemah terhadap infeksi bakteri


tuberkulosis, bakteri akan lebih bebas memperbanyak diri dan menyerang
sel-sel sehat di paru-paru. Apabila bakteri sebelumnya dalam status dorman,
respons sistem imun yang lemah menyebabkan bakteri bangun dari tidurnya
dan kembali aktif menginfeksi.

Kondisi aktifnya infeksi bakteri TBC ini adalah onset dari penyakit TB paru
aktif, yaitu ketika infeksi TBC menunjukan kemunculan gejala awal.

6. Faktor-faktor risiko

TBC merupakan penyakit yang dapat terjadi pada setiap orang, terlepas dari
berapa usia dan apa kelompok ras penderitanya. Namun, terdapat beberapa
faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang untuk menderita penyakit
TBC. Faktor risiko hanyalah kondisi-kondisi yang dapat memperbesar peluang
untuk terkena penyakit atau kondisi kesehatan tertentu. Berikut adalah faktor-
faktor risiko penyebab munculnya penyakit tuberculosis :
 Pengidap HIV, diabetes melitus (kencing manis), malnutrisi, atau penyakit
lain yang membuat sistem imun lemah.

 Orang yang melakukan kontak dengan pasien penderita penyakit TBC.

 Orang yang merawat pasien dengan penyakit tuberkulosis, misalnya dokter


atau perawat.

 Orang yang tinggal atau bekerja satu tempat dengan pasien TBC, misalnya
di tempat pengungsian atau klinik.

 Orang yang tinggal di lingkungan yang kondisi kebersihan dan sistem


ventilasi yang buruk.

 Orang yang mengonsumsi alkohol berlebihan.

 Orang yang menggunakan obat terlarang.

 Orang yang merokok secara aktif.

 Orang yang bepergian ke tempat di mana tuberkulosis merupakan penyakit


yang umum atau menjadi penyakit wabah.

 Orang yang menjalani pengobatan kanker, seperti kemoterapi.

 Orang yang mengonsumsi obat-obatan yang digunakan untuk mengobati


penyakit autoimun, seperti rheumatoid arthritis, penyakit Crohn, dan
psoriasis.
7. Pengobatan Tuberculosis

Penyakit TBC dapat disembuhkan dengan menjalani pengobatan yang tepat dan
sesuai aturan. Biasanya, penderita antituberkulosis yaitu obat antibiotik yang
khusus digunakan untuk menghentikan infeksi bakteri TBC. Pengobatan terdiri atas
dua tahap, yaitu tahap intensif dan lanjutan.diharuskan mengonsumsi obat TBC
selama 6-12 bulan. Pengobatan TBC yang tepat dilakukan melalui kombinasi
beberapa jenis Berikut adalah obat-obatan yang umumnya digunakan untuk
mengatasi TBC disebut juga dengan obat tuberkulosis lini pertama :

 Pengobatan lini pertama

 Isoniazid

 Rifampin (Rifadin, Rimactane)

 Ethambutol (Myambutol)

 Pyrazinamide

 Streptomisin

 Risiko resistan antituberkulosis

Biasanya pasien akan merasa lebih baik setelah beberapa minggu menjalani
pengobatan tahap intensif. Namun, kondisi ini bukan berarti menandakan bakteri
penyebab TBC sudah hilang sepenuhnya dari tubuh. Penderita tetap perlu
menyelesaikan tahap pengobatan lanjutan sekalipun gejala-gejala TBC sudah
hilang. Apabila pengobatan tidak diselesaikan dengan tuntas atau berhenti di
tengah-tengah, bakteri tuberkulosis dapat kembali aktif menginfeksi bahkan bisa
menyebar ke bagian tubuh lain. Pemakaian antituberkulosis yang tidak tuntas juga
dapat membuat bakteri kebal terhadap antibiotik atau mengalami efek resistansi
antibiotik TBC. Kondisi yang disebut juga dengan TB MDR ini akan mempersulit
pengobatan tuberkulosis karena semakin sedikit antituberkulosis yang bisa
memusnahkan bakteri TBC.
 Obat lini kedua untuk TBC resistan obat

Orang yang resistan terhadap obat antituberkulosis lini kedua akan menjalani
pengobatan TBC lini kedua, dengan jenis obat antibiotik yang digunakan adalah :

 Pyrazinamide
 Amikacin bisa diganti dengan kanamycin
 Ethionamide atau prothionamide
 Cycloserine atau PAS
 Capreomycin
 Para-aminosalicylic acid (PAS)
 Ciprofloxacin
 Ofloxacin
 Levofloxacin

8. Pencegahan Tuberkulosis

Salah satu perlindungan dari penyakit TBC adalah vaksinasi BCG (Bacillus
Calmette-Guerin). Vaksin ini termasuk salah satu vaksin rekomendasi imunisasi
dasar anak, dan biasanya diberikan ketika bayi berumur 1 bulan. Selain vaksin
BCG, pencegahan penularan TBC juga dapat dilakukan dengan cara :

 Menerapkan etika batuk atau bersin, seperti menutup hidung dan mulut,
menggunakan masker atau tisu, dan tidak membuang dahak sembarangan
 Menjaga kebersihan, misalnya selalu membuang masker dan tisu di tempat
sampah setelah digunakan
 Menerapkan gaya hidup sehat, contohnya tidak merokok, rutin berolahraga,
serta membuka jendela untuk sirkulasi udara bersih di rumah
 Minum obat secara teratur sesuai anjuran dokter
DAFTAR PUSTAKA

1. https://www.alodokter.com/tuberkulosis
2. https://hellosehat.com/pernapasan/tbc/tb-milier/
3. https://hellosehat.com/pernapasan/tbc/pengertian-tbc/
4. https://www.sehatq.com/penyakit/tuberkulosis
5. Tuberculosis (TB): Progression of the Disease, Latent and Active
Infections, https://www.youtube.com/watch?v=202hkf43HXQ

Anda mungkin juga menyukai