Anda di halaman 1dari 29

PROPOSAL PENELITIAN

HUBUNGAN STATUS GIZI TERHADAP RESPON PEMBERIAN OBAT

ANTI TUBERKULOSIS PADA PASIEN TUBERKULOSIS

OLEH :

NABILA

11020210139

PEMBIMBING :

1. dr. Zulfitriani Murfat, M.Kes

2. dr. Dwi Anggita, Sp.P

KARYA TULIS ILMIAH

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

MAKASSAR

2024
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Penyakit tuberkulosi merupakan penyakit infeksi yang disebabkan

oleh bakteri Myobacterium Tuberculosis. Indonesia memiliki permasalahan

besar dalam menghadapi Tuberkulosis. Bakteri myobacterium tuberculosis

di temukan sering menyerang organ paru-paru menjadikan penyakit paru

sebagai gejala yang paling umum. Sumber penularan penyakit tuberkulosis

ialah melewati udara seperti batuk, dan bersin dari pasien Tuberkulosis

yang tidak sengaja dikeluarkan mengenai orang lain di sekitarnya.1

WHO melaporkan pada tahun 2020 indonesia adalah urutan ketiga

terbanyak penyakit tuberkulosis setalah india dan cina dimana jumlah kasus

sebanyak 824.000. Pada tahun 2021 penyakit tuberkulosis menjadi urutan

kedua setelah india yang dimana penyakit tuberkulosis meningkat 17%,

jumlah kasus tuberkulosis pada tahun 2021 sejumlah 969.000. Insidensi

penyakit tuberkulosis di indonesia adalah 354 per 100.000 penduduk.

Sulawesi selatan jumlah tuberkulosis pada tahun 2019 sebanyak 19.071.

Kota makassar adalah peringkat pertama penyakit tuberkulosis di sulawesi

selatan sejumlah 5.418 kasus. Pada tahun 2021 mengalami penurunan

yaitu 2.614 kasus terdaftar dari dari fasilitas pelayanan kesehatan dan

mendapatkan obat Anti Tuberkulosis. Tuberkulosis penyakit yang paling

sering menyebabkan kematian di negara berkembang.2

2
Infeksi myobacterium tuberkulosis di pengaruhi faktor eksogen dan

endogen. Faktor eksogen adalah pengaruh dari luar individu yang

menyebabkan penyakit tuberkulosis dan faktor endogen pembawaan dari

lahir yang tidak dapat di ubah yang menyebabkan penyakit tuberkulosis.

Faktor endogen menyebabkan orang rentan terhadap timbulnya penyakit

tuberkulosis adalah status gizi.3

Status gizi adalah salah satu faktor terpenting dalam pertahanan

tubuh terhadap infeksi. Pada keadaan gizi yang buruk, maka reaksi

kekebalan tubuh akan melemah sehingga kemampuan dalam

mempertahankan diri terhadap infeksi menjadi menurun atau membuat

penyakit menjadi tambah parah. Status gizi yang baik bisa di imbangi

dengan pemberian pengobatan anti tuberkulosis agar mempercepat

2penyembuhan pasien tuberkulosis. Pengobatan obat anti tuberkulosis lini

pertama antara lain Isoniazid (H), Rifampisin (R), Pirazinamid (Z),

Etambutol (E), dan Streptomisin (S).4

Menurut WHO minum obat secara teratur dan status gizi yang baik

dapat mempercepat penyembuhan pada penderita penyakit tuberkulosis

karna status gizi dan pengobatan saling berhubungan dalam dua arah yang

kompleks yang membuat penyembuhan pada penyakit tuberkulosis

semakin cepat.5

3
1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka rumusan masalah

nya yaitu pengaruh status gizi terhadap respon pemberian obat anti

tuberkulosis.

1.3 Tujuan Peneliti

Berdasarkan uraian rumusan masalah di atas maka tujuan penelitian

yang ingin dicapai adalah :

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui Analisis pengaruh gizi terhadap respon

pemberian obat Antituberkulosis pada pasien Tuberkulosis

1.3.2 2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui indeks massa tubuh pada pasien yang baru di

diagnosis tuberkulosis.

2. Mengetahui perubahan indeks massa tubuh pada pasien yang

menjalani pengobatan.

3. Mengetahui hubungan status gizi dan respon pemberian obat anti

tuberkulosis

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Bagi Penelitian

Manfaat bagi peniliti yaitu untuk meningkatkan pengetahuan dan

pengalaman serta mengembangkan penelitian selanjutnya tentang

4
”Hubungan Pengaruh status Gizi Terhadap Respon Pemberian 0bat

Anti Tuberkulosis Pada Pasien Tuberkulosis”

1.4.2 Manfaat Bagi Masyarakat

Sebagai informasi untuk masyarakat awam paham bagaimana

pengaruh status gizi terhadap respon pemberian obat anti tuberkulosis

pada pasien tuberkulosis.

1.5 Hasil Yang Di Harapkan

Hasil yang di harapkan adalah untuk menambah wawasan dan

pengetahuan lebih terhadap penyakit tuberkulosis dan di harapkan para

pembaca mudah memahami mengenai pengaruh status gizi terhadap

respon pemberian obat anti tuberkulosis pada pasien tuberkulosis.

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tuberkulosis

Tuberkulosis adalah penyakit menular yang di sebabkan oleh

bakteri Myobacterium Tuberkulosis yang dimana penularannya melalui

kontak langsung debfan cara droplet yang keluar melalui batuk atau bersih.

Sebagian besar penderita Tuberkulosis menyerang paru-paru akan tetapi

dapat menyerang organ tubuh lainnya seperti saluran pencernaan, tulang,

otot, ginjal dan kelenjar getah bening.6

Penyakit tuberkulosis di sebabkan oleh Mycobacterium tuberkulosis

bakteri ini berbentuk batang dan tahan asam, sehingga disebut juga Tahan

Asam Bacillus (BTA).7

Menurut kemenkes 2023, yang dimana penyakit tuberkulosis akan

masuk melalu pernapasan dan memalui oral yang dimana masuk mencapai

alveolar yang berada di paru-paru terjangkit penyakit tuberkulosis

tergantung imunitas tubuh manusia. Terdapat tiga kemungkinan yang

terjadi:

1. Pada kondisi pertama, bakteri TBC dapat dihilangkan oleh system

kekebalan tubuh yang baik sehingga orang terssebut tidak sakit

TBC

6
2. Pada kondisi kedua, bankteri TBC dipagari oleh system kekebalan

tubuh sehingga bakteri TBC tetap hidup namun dalam kondisi

dormant dan tidak menimbulkan penyakuit. Kondisi ini disebut

sebagai infeksi Laten TBC.

3. Pada kondisi ketiga, system kekebalan tubuh tidak mampu

melawan bakteri TBC bisa berkembang biak di dalam tubuh dan

menimbulkan gejala TBC.8

2.1.1 Mycobacterium Tuberculosis

Mycobacterium tuberkulosis adalah patogen yang sangat suskes

beradaptasi untuk bertahan hidup pada inang. Selama fase laten infeksi, M.

tuberkulosis menggunakan serangkaian protein efektor buat menutupi

sistem kekebalan tubuh inang dan membentuk gaya hidupnya untuk berada

pada granuloma, struktur sel imun yg canggih dan terorganisir yg dibentuk

sang inang menjadi respons terhadap infeksi yg persisten. infeksi.

Meskipun umumnya tertahan di inang yang imunokompeten, M.

4tuberkulosis pada granuloma bisa mengakibatkan kekambuhan TB waktu

imunitas inang terganggu. Selain menyebabkan TBC, bukti yg terkumpul

memberikan bahwa M. tuberkulosis juga dikaitkan menggunakan beberapa

penyakit lainnya, seperti komplikasi paru, penyakit autoimun, dan sindrom

metabolik. Selain itu, diketahui bahwa infeksi M. tuberkulosis juga dapat

berinteraksi secara timbal balik menggunakan mikrobioma insan, yang

memiliki hubungan bertenaga dengan keseimbangan kekebalan dan

kesehatan.

7
Gambar 2.1 Mycobacterium Tuberculosis

2.1.2 Epidemilogi

Berdasarkan World Health Organization (WHO) melaporkan pada

tahun 2020 Indonesia adalah urutan ketiga terbanyak penyakit Tuberkulosis

setelah india dan cina dimana jumlah kasus sebanyak 824.000 pada tahun

2021 penyakit Tuberkulosis menjadi urutan kedua setelah india yang

dimana penyakit Tuberkulosis meningkat 17%, Jumlah kasus pada

tahun 2021 sejumlah 969.000 insidensi penyakit Tuberkulosis di Indonesia

adalah 354 per 100 penduduk, Sulawesi selatan jumlah Tuberkulosis

pada tahun 2019 sebanyak 19.071.

Kota makassar adalah peringkat pertama penyakit Tuberkulosis di

Sulawesi selatan sejumlah 5.418 kasus. Pada tahun 2021 mengalami

penurunan yaitu 2.614 kasus terdaftar dari fasilitas pelayanan kesehatan

dan mendapatkan obat anti tuberkulosis. Tuberkulosis penyakit yang paling

sering menyebabkan kematian di negara berkembang.10

8
2.1.3 Manifestasi Klinik

Gejala umum :

1. Batuk kronik
2. Penurunan berat badan
3. keringat malam
4. Sejarah kontak
5. Darah dalam dahak
6. Nyeri dada
7. Sesak napas
8. Demam.11

2.1.4 Patofisiologi

Gambar 2.1 patomekanisme

Patofisilogi Trombosit :

1. Seseorang penderita tuberkulosis menularkan bakteri myobacterium

tuberkulosis dengan cara berbicara, bersin, dan batuk.

9
2. Seseorang di sampingnya yang tidak menderita tuberkulosis

menghirup udara yang sudah terjangkit bakteri myobacterium

tuberkulosis yang bersifat aerosol dan tetesan yang cukup kecil

untuk mencapai kantung alveolar akan bertemu dengan makrofak,

sel denrit, dan monosit.

3. Myobcterium tuberkulosis mencegah fusi fagolisosom menghindari

kehancuran, mulai bereplikasi, dan melepaskan DNA, RNA

protease, dan lipid.

4. Respon sel T helper akan melibatkan migrasi sel T dan B yang

berada di pusat germinal. Sel-sel ini akan membentuk granuloma.

5. Granuloma adalah penjara yang menghalangi bakteri menyebar

secara sistemik.

6. Kemudian hari atau saat ini imunokompromais mencegah granuloma

mengandung bakteri. Bakteri akan menyebar dan berkembang biak

dalam berbagai manifestasi klinis.

7. Menderita penyakit tuberkulosis.12

2.1.5 Faktor Resiko

Infeksi Myobacterium Tuberkulosis di pengaruhi faktor eksogen dan

edogen. Faktor eksogen pengaruh dari luar individu yang memnyebabkan

penyakit tuberkulosis dan faktor endogen pembawaan dari lahir yang tidak

dapat diubah yang menyebabkan penyakit tuberkulosis.

Faktor Risiko :

10
1. Usia

Usia merupakan faktor utama resiko terkena penyakit Tuberkulosis

karna kasus ini paling tinggi usia dewasa, pra lansia, dan lansia.

Namun pada usia dewasa adalah kelompok produktif yang lebih

banyak berinteraksi secara social yang beresiko terpapar penyakit

tuberkulosis dari orang yang positif tuberkulosis. Pada usia dewasa

memiliki kegiatan yang lebih padat karna kegiatan pekerjaan,

pendidikan, keagamaan, hobi, seni, organisasi, dan kerumunan

lainnya, saat berinteraksi sosial sangat memungkinkan penularan

tuberkulosis.

2. Jenis Kelamin

Sebagian besar penelitian yang di lakukan menunjukan bahwa laki-

laki beresiko terinfeksi daripada perempuan. Kenapa laki-laki lebih

beresiko karena laki-laki gaya hidupnya yang kurang sehat seperti

suka merokok dan minum alkohol, pekerjaan lebih berat, dan kurang

istirahat.

3. Pendidikan

Pendidkan adalah salah satu faktor resiko terjadinya Tuberkulosis

yang dimana berkaitan dengan kemampuan dalam menerima

informasi dan pengetahun yang dimiliki serta kemampuan dalam

mengambil keputusan untuk melakukan tindakan pencegahan dan

pengobatan. Beberapa penelitian menunjukan bahwa penderita

Tuberkulosis lebih diderita oleh pendidikan yang lebih rendah.

11
4. Pekerjaan

Pekerjaan yang tidak menetap yang memeliki resiko besar

berdampak pada proses penularan penyakit tuberkulosis, faktor

lingkungan pekerjaan, situasi pekerjaan yang penuh dengan stres.

5. Gaya Hidup

Fakto resiko gaya hidup yang dapat diubah yaitu merokok, minum

alkohol. Hal ini sering di lakukan oleh laki-laki dan perempuan

dewasa bahkan para remaja dengan berbagai alasan karena agar

terlihat gaul di depan teman-temannya.13

2.1.6 Pemeriksaan Penunjang

Tabel 2.1 Pemeriksaan penunjang


Metode Keuntungan Kerugian
X-ray Mudah dilakukan Tidak spesifik

Mikroskopik Murah dan cepat Spesifik rendah

Kultur Spesifik Waktu lama

Pcr Cepat dan sngat spesifik Reagen mahal

BACTEC Spesifik Lama dan mahal

Rapid test Sangat cepat Sensitive lebih


rendah14

2.1.7 Komplikasi

Komplikasi dari penyakit tuberkulosis yaitu:

1. Plauritis tuberkulosis

2. Efusi plaura

3. Tuberkulosis milier

12
4. Meningitis tuberkulosis.15

2.1.8 Pengobatan

Obat Anti Tuberkulosis untuk mengobati infeksi bakteri

Myobacterium tuberculosis obat anti tuberkulosis: rifamisin, isoniazid,

pirazinamid, etambutol,dan FDA obat ini yang digunakan untuk mengobati

penyakit Tuberkulosis ,bakteri aerob tahan asam yang dapat tumbuh pada

pewarnaan gram sebagai gram sebagai gram positif atau gram negative.

Pengobatan obat anti tuberkulosis lini pertama antara lain :

1. Isoniazid (H).

2. Rifampisin (R).

3. Pirazinamid (Z).

4. Etambutol (E).

5. Streptomisin (S).16

Gambar 2.7 obat tuberkulosis lini 1

13
2.1.9 Edukasi

1. Gunakan masker

2. Tutup hidung dan mulut menggunakan lengan

3. Tutup mulut anda dengan tisu atau saputangan

4. Segera buang tisu sesudah di gunakan

5. Cuci tangan dengan menggunakan air mengalir dan sabun.17

2.1.10 Pencegahan

1. Makan makanan tang bergizi

2. Olahraga

3. tidak merokok

4. tidak membuang droplet sembarangan atau meludah di sembarang

tempat

5. Menjaga sirkulasi udara

2.2 Status Gizi

Status gizi adalah suatu keadaan akibat komsumsi makanan dan

menggunakan zat-zat gizi yang dibedakan menjadi beberapa kategori

seperti gizi lebih,gizi baik, dan gizi. Status gizi juga di bagi atas tiga ialah

gizi lebih, gizi baik, dan gizi kurang. Baik buruknya gizi pada manusia

tergantung pada kesehatan dan kebutuhan gizi pada tubuh.

2.2.1 Penelitian Status Gizi

Penilaian status gizi merupakan penjelasan yang berasal dari data-

data yang di dapat dengan menggunakan beberapa teknik untuk

menentukan apakah pasien mempunyai gizi yang kurang, gizi yang baik

14
dan gizi yang lebih. Penilaian status gizi terbagi menjadi dua secara

langsung dan tidak langsung

2.2.1.1 Penilaian status gizi secara langsung

Yang dimana penilaian gizi secara langsung menggunakan alat ukur

seperti ukuran tinggi badan menggunakan sadiometer dan berat badan

menggunkan timbangan badan yang dimana untuk mengetahui indeks

masa tubuh untuk mengetahui status gizi pasien.

1. Indeks Masa Tubuh

Rumus IMT :

Gambar 2.10 rumus IMT

Tabel 2.2 Indeks masa tubuh


Indeks Massa Tubuh

Underweight = (<18,5)

Normal = (18,5-24,9)

Overweight = (25-29,9)

Obesitas I = (30-34,9)

Obesitas II = (>35)

15
2.2.1.2 Penilaian status gizi secara tidak langsung

Penilaian status gizi secara tidak langsung seperti menanyakan apa

saja yang dikonsumsi pasien melihat jumlah dan jenis zat gizi pada pasien

apakah status gizi kurang , normal dan bahkan lebih.18

Grafik 2.1 Penilaian status gizi secara tidak langsung

Chart Title

Gizi Lebih

Gizi Baik

Gizi kurang

0:00 0:00 0:00 0:00 0:00 0:00 0:00 0:00 0:00

Zat gizi yang masuk Zat gizi yang di perlukan

2.3 Status Gizi Pada Tuberkulosis

Tuberkulosis adalah penyakit yang di sebabkan oleh bakteri

myobacterium tuberkulosis yang dimana sangat mudah menular melalu

batuk, bersin bahkan berbicara dan memperburuk status gizi penderita.

Status gizi pada penderita tuberkulosis mengalami status gizi yang kurang.

Status gizi yang kurang dapat mempermuda seseorang rentan terinfeksi

16
penyakit karna proses perjalanan penyakit yang mempengaruhi daya tahan

tubuh.19

Status gizi sangat berperan penting dalam penyembuhan penyakit

tuberkulosis. Jika penderita tuberkulosis mempunyai status gizi yang

semakin membaik mempercepat penyembuhan penyakit tuberkulosis dan

sebaliknya jika status gizi semakin memburuk penderita akan akan

mengalami komplikasi lain membuah penyembuhan semakin lama. Untuk

mengukur status gizi menggunakan rumus Indeks Massa Tubuh (IMT)

yang dimana menghitung berat badan (kg) per tinggi badan (m2) dan

mengukur lingkar perut. Penurunan berat badan secara drastis pada pasien

tuberkulosis saat awal diagnosis dan mendapatkan gejala hal ini di

sebabkan oleh infeksi pada tubuh hal ini yang harus diberikan penanganan

secara cepat dengan menjalani pengobatan, pengobatan untuk membunuh

bakteri dan mempercepat penyembuhan tetapi pemberian obat anti

tuberkulosis ini ada efek samping mual, muntah, bahkan nafsu makan

berkurang mempengaruhi status gizi pasien. Tuberkulosis dapat

dipengaruhi oleh beberapa faktor diantarannya karateristik, kondisi fisiologi,

lingkungan, sosial, ekonomi dan fisik pasien.20

Dalam penelitia disampaikan bahwa laki-laki lebih rentan terkena

penyakit tuberkulosis dari pada perempuan, hal ini disebabkan karna laki-

laki mempunyai gaya hidup yang kurang bagus seperti merokok, pekerjaan

yang lebih berat dan dominan.21

17
2.4 Kerangka Teori

Tuberkulosis

Respon
Pengobatan pengobatan anti
Status gizi
tuberkulosis

1. Gizi Kurang
Lini 1 2. Gizi Baik
3. Gizi Lebih

18
2.5 Kerangka Konsep

Berdasarkan tujuan penelitian, latar belakang dan tinjauan maka

kerangka konsep penelitian ini adalah sebagai berikut :

Variabel Independen Variabel Dependen

Obat anti
Status gizi
tuberkulosis

Keterangan :

Variabel Independen

Variabel Dependen

19
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode dan Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode observasional analitik dengan

pendekatan cross sectional, data yang digunakan untuk mengukur IMT

diambil dari rekam medik pasien tuberkulosis aktif dengan terapi lini

pertama yaitu untuk mengetahui hubungan pengaruh status gizi terhadap

respon pemberian obat anti tuberkulosis pada pasien tuberkulosis di

puskesmas sudiang raya. Analitik data menggunakan analisa bivariat.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

3.2.1 Tempat Penilitian

Tempat dilakukan penelitian di Puskesmas Sudiang Raya jl.

Makassar Raya, Biring Kanaya.

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2024 sampai bulan

Mei 2024

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian

3.3.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah pasien tuberkulosis lini satu di

Puskes Sudiang Raya jl. Makassar Raya, Biring Kanaya

20
3.3.2 Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah pasien di Puskesmas Sudiang

Raya jalan Makassar Raya, Biring kanaya yang mengkomsumsi obat anti

tuberkulosis lini pertama yang telah ditentukan dengan kriteria inklusi dan

ekslusi. Penentuan menentukan sampel dengan teknik komparatif yaitu

teknik menentukan sampel.

3.3.2.1 Besaran sampel penelitian

Besaran sampel pada penelitian ini akan di tentukan dengan

menggunakan rumus slovin sebagai berikut :

Keterangan :

n = Jumlah sampel

N = Jumlah populasi

e = Presentase kelonggaran ketelitian kesalahan pengambilan sampel yang

bias di tolerir e = 0,1 untuk populasi dalam jumlah besar dan 0,2 untuk

populasi dalam jumlah kecil.

Rumus n = N/1+N(e)2

n = N/1+N(e)2

n = 80/1+80(0,1)2

n = 80/1+80.0,01

n = 80/1,8 = 44,444

n = 44 sampel

Dari hasil penjumlahan diatas, maka telah ditentukan bahwa sampel

diambil oleh penelitian adalah 44 orang

21
3.4 Alat Penelitian

Alat dan bahan yang digunakan untuk penelitian ini yaitu :

1. Timbangan badan (Kg)

2. Microtoise (cm)

3.5 Kriteria Sampel

3.5.1 Kriteria Inklusi

1. Pasien baru yang di diaknosis dengan pemeriksaan BTA atau TCM

Positif (+)

2. Penderita tuberkulosisi yang berikan obat anti tuberkulosis lini 1

3.5.2 Kriteria Eklusi

1. Penderita Tuberkulosis yang relaps

2. Pasien Tuberkulosis lini 2 & 3

3. Pasien Tuberkulosis dengan komplikasi

3.6 Definisi Oprasional

Tabel 3.2 Independen

Dependen Definisi Alat Ukur Hasil Ukur

Nilai Skor

Status gizi merupakan Rekam medik dan


1. Gizi kurang (<18,5)
suatu tindakan yang di timbangan berat 2. Gizi normal (18,5-
24,9)
Status gizi lakukan untuk dengan tingkat
3. Gizi lebih (25-29,9)
mengukur status gizi ketelitian 0,1 kg

pada tubuh seseorang dan micritoice


dengan tingkat
ketelitian 0,1 cm

22
Tabel 3.2. Dependen

Independen Definisi Alat Ukur Hasil Ukur

Nilai Skor
Obat anti tuberkulosis 1. Sembuh
Rekam medik
Obat anti adalah antibiotik yang 2. Putus pengobatan
khusus digunakan untuk
tuberkulosis
mematikan infeksi
tuberkulosisis.
.

3.7 Teknik Pengambilan Data

Pengumpulan data dalam penelitian menggunakan catatan atau

rekam medik yang menjadi sampel dari penelitian. Data yang digunakan

adalah yang sesuai dengan kebutuhan dan sesuai dengan kriteria

penelitian yang diteliti. Data dalam penelitian ini menggunakan data

sekunder yaitu data yang di peroleh dari hasil rekam medik pasien

tuberkulosis di puskesmas. Data primer di peroleh dari hasil pengambilan

data secara langsung oleh peneliti dengan responden pasien tuberkulosis

mengunakan rekam medik, timbangan berat dan microtoice.

3.8 Instrumen Penelitian

Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder

berupa rekam medik yang telah memenuhi kriteria inklusi. Selanjutnya, data

akan diolah dengan menggunakan instrumen aplikasi pengolahan data

yaitu Microsoft Excel Office dan Statistical Program for Social Science

(SPSS).

23
3.9 Pengolahan dan Analisis Data

3.9.1 Pengolahan Data

Data yang dikumpulkan diolah dengan menggunakan program SPSS

for windows dengan laptop

3.9.2 Penyajian Data

Data yang telah di olah dan dianalisis akan disajikan dalam bentuk

tabel dan disertai keterangan

3.9.3 Analisis Data

Metode analisa data ini menggunakan analisa bivariat. Analisa

bivarial adalah analisa yang di gunakan untuk mengindetifikasi adanya

hubungan atau korelasi terhadap dua varibel

3.10 Hipotesis Penelitian

Penelitian ini berjudul hubungan status gizi terhadap respon

pemberian obat anti tuberkulosis maka hipotesis penelitian yang peneliti

ajukan yaitu semakin baik status gizi dapat mempercepat respon

pengobatan antituberkulosis pada pasien tuberkulosis dan status gizi yang

kurang baik dapat melambatkan respon pengobatan antituberkulosis pada

pasien tuberkulosis.

3.11 Etika Penelitian

Sehubungan dengan dilakukan penelitian terhadap subjek yaitu

catatan medik pasien diperlukan Ethical Clearance yang di peroleh dari

24
komisi etika penelitian kesehatan (KEPK) Universitas Muslim Indonesia

Makassar dan meminta izin kepada instansi terkait dalam hal ini adalah

coordinator KTI dan Direktur Rumah Sakit Ibnu Sina Makassar

3.12 Alur Penelitian

Surat izin penelitian dari coordinator KTI fakultas

Persiapan Penelitian

Mencatat data yang dikumpulkan dari rekam medik


pasien

Mengolah data yang sudah di kumpulkan


menggunkan Microsoft excel

Menganalisis data dan menyajikan


dalam bentuk tabel

Pembahasan

Kesimpulan

25
Daftar Pustaka

1.Oktaviani,S.,D. Sumarni, T., and Supriyanto, T. (2023). Studi Kasus

Implementasi Batuk Efektif pada Pasien dengan Tuberkulosis Paru.

Jurnal Penelitian Perawat Profesional, 5(2), 875-880.

https://doi.org/10.37287/jppp.v5i2.1633;

2.WHO.2022.Laporan kasus Tuberkulosis Global dan indonesia edisi ke-68

ISBN:978-92-4-006172-9.

3.Rizkya,R. Ruhdiana,T. Satrio, and Arfania,M. 2022.Faktor Hubungan

Status Gizi Pada Penderita Tuberkulosis.Universitas pahlawan

Fakultas Farmasi.

4.Editia,V,.Y. Nugroho,G,.N. and Yunritati,E. 2023.hubungan status gizi

dengan tuberkulosis.universitas pahlawan

Https://doi.org/10.31004/prepotif.v7i1.12002

5.Fraga,D.,A.,S.,S.Oktavia,n.andariarce,r.Mulia.2021.Evaluasi

penggunaan obat anti tuberkulosis pasien baru tuberkulosis paru di

puskesmas oebobo KUPANG.Universitas Citra Bangsa Kupang

http://dx.doi.org/10.47653/farm.v8i1.530

6.Dwi Siska Oktaviani, Sumarni, T., & Supriyanto, T. (2023). Studi Kasus

Implementasi Batuk Efektif pada Pasien dengan Tuberkulosis Paru.

26
Jurnal Penelitian Perawat Profesional, 5(2), 875-880.

https://doi.org/10.37287/jppp.v5i2.1633;

7.How to cite (IEEE): E. Utami, A. Udijono, MA Wuryanto, and N. Kusariana,

"FAKTOR RISIKO KEJADIAN TUBERKULOSIS PARU BTA

POSITIF DI WILAYAH PUSKESMAS SUNGAI DURIAN

KABUPATEN KUBU RAYA TAHUN 2021," Jurnal Kesehatan

Masyarakat , vol. 10, tidak. 3, hal. 330-334, Mei. 2022.

https://doi.org/10.14710/jkm.v10i3.32770

8.Kementrian kesehatan republik indonesia .2023. waspada dengan bakteri

penyebab tuberkulosis.

9.Chai Q, Zhang Y, Liu CH. Mycobacterium tuberculosis: An Adaptable

Pathogen Associated With Multiple Human Diseases. Front Cell

Infect Microbiol. 2018 May 15;8:158. doi:

10.3389/fcimb.2018.00158. PMID: 29868514;

PMCID: PMC5962710

10.Andigun R,Singh R.2023.TBC. universitas ilmu kesehatan,Antigua

Rumah sakit Memorial Arlington kesehatan texas.ncbi.nlm.nih.gov.

11.Maison DP. 2022.Journal of Clinical Tuberculosis and Other

Mycobacterial Diseases.

12.Septo Joko Promono.2019. TINJAUAN LITERATUR FAKTOR RESIKO

PENINGKATAN ANGKA INSIDENSI TUBERKULOSIS. Jurusan

keperawatan poliklinik kesehatan kemenkes Kalimantan timur

27
13.Buchari.2019. Uji serologi pada penderita Tuberkulosis Aktif. Jurnal

kedokteran Nanggroe Medika.

14.Zainita,Alda Pratami and Rosa Delima Ekwantini and Mar-

yana.2019.PENERAPAN BATUK EFEKTIF DALAM MENGELUAR-

KAN SEKRET PADA PASIEN TUBERKULOSIS DALAM PEMU-

HAN KEBUTUHAN OKSIGENASI DI KELUARGA. Poltekes ke-

menkes Yogyakarta.

15.Inderbir S. padda, Kona Mulidhara Reddy. 2022 Obat Antituberkulosis.

Ncbi.nlm.nih.gov.

16.Kementrian kesehatan republik indonesia .2023. waspada dengan

bakteri penyebab tuberkulosis.

17.Inderbir S. padda, Kona Mulidhara Reddy. 2022 Obat Antituberkulosis.

Ncbi.nlm.nih.gov.

18.Alifia Futri Rezkiyanti. 2021. SUMBER ZAT GIZI PENILAIAN STATUS

GIZI. Universitas Islam Negri Alauddin Makassar.30

19.Laneke Luies, Ilse DU Preez.2020.Gema Tuberkulosis Paru:

Mekanisme Gejala Klinis dan Komplikasi Sistemik Akibat Penyakit

Lainnya. Ncbi.nlm.nih.gov.

20.Yulia Vanda Editia, Ginanjar Setyo Nugroho, Emilia Yunritati.2023.

HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN TUBERKULOSIS:

SYSTEMATIC REVIEW & META-ANALISIS. JURNAL

KESEHATAN MASYARAKAT 7 (1), 149-157

28
21. Rizkya Roswati, Tita Ruhdiana, Satrio Satrio, Maya Arfania.2022.

Literature Review Article: Faktor Hubungan Status Gizi Pada

Penderita Tuberkulosis. Jurnal Pendidikan dan Konseling (JPDK)

4 (6), 11050- 11056.

29

Anda mungkin juga menyukai