Anda di halaman 1dari 106

GANGGUAN KECEMASAN

dr. Warih Andan Puspitosari, M.Sc, SpKJ


Cemas :
 sinyal yang menyadarkan/ memperingatkan
adanya bahaya yang mengancam

 dan memungkinkan seseorang untuk


mengambil tindakan

2
Cemas dan takut

 Cemas  Takut
 Respon terhadap suatu  Respon suatu ancaman
ancaman yang yang
 sumbernya tidak  asalnya diketahui
diketahui  Eksternal
 Internal  Jelas
 Samar-samar  Tidak berupa konflik
 Berupa konfliktual
Fungsi adaptif cemas
 Sinyal peringatan
 Mengarahkan seseorang untuk
mengambil tindakan yang
diperlukan
 Mencegah ancaman atau
meringankan akibatnya
 Contoh :
Ada anjing (stimulus)  hewan bahaya
(sesuai dengan persepsi kita)  sinyal
waspada akan adanya bahaya  bersiap
reaksi untuk menghindari bahaya  mau
melawan atau lari menjauh  perlu
mekanisme sbb :
Hipothalamus  hipofise (sistem hormon) 
jangka panjang
Hipotalamus  sistem otonom  jangka
pendek
Gangguan Cemas :
 Terjadi respon emosional tanpa ancaman
eksternal yang jelas

 Terjadi respon emosional yang berlebihan


terhadap ancaman yang kecil

 Terjadi suatu kekhawatiran ekstrim dan tidak


sesuai serta mengakibatkan penurunan
fungsi kehidupan
6
Teori Kecemasan
 Teori biologis
 Neurotransmiter
 GABA
 Norepinefrin
 serotonin

 Teori psikologis
 Teori psikoanalitik
 Teori perilaku
(behavioral)
 Teori eksistensial
Patofisiologi
 Tubuh dipersiapkan untuk melawan atau reaksi
menghindar melalui satu mekanisme rangkap: satu
respon saraf, jangka pendek, dan satu respon
hormonal yang bersifat lebih lama.
1. Stres fisik atau emosional mengaktivasi amygdala
(bagian sistem limbik) yang berhubungan dengan
komponen emosional dari otak.
 Respon emosional yang timbul ditahan oleh input
dari pusat yang lebih tinggi di forebrain.
 Respon neurologis dari amygdala ditransmisikan
dan menstimulasi respon hormonal dari hipotalamus
 Hipotalamus akan melepaskan hormon CRF
(corticotropin- releasing factor) yang menstimulasi
hipofisis untuk melepaskan hormon lain yaitu ACTH
(adrenocorticotropic hormone) ke dalam darah.
 ACTH sebagai gantinya menstimulasi kelenjar adrenal
untuk menghasilkan kortisol, suatu kelenjar kecil yang
berada di atas ginjal. Semakin berat stres, adrenal
menghasilkan kortisol semakin banyak dan menekan
sistem imun.
2. Secara simultan, hipotalamus bekerja secara langsung
pada sistem otonom untuk merangsang respon yang
segera terhadap stres.
 Sistem otonom diperlukan dalam menjaga
keseimbangan tubuh.
 Sistem otonom terbagi dua yaitu sistem simpatis dan
parasimpatis.
 Sistem simpatis bertanggung jawab terhadap
adanya stimulasi atau stres. Reaksi yang timbul
berupa peningkatan denyut jantung, napas
yang cepat, penurunan aktivitas
gastrointestinal.
 Sementara sistem parasimpatis membuat tubuh
kembali ke keadaan istirahat melalui penurunan
denyut jantung, perlambatan pernapasan,
meningkatkan aktivitas gastrointestinal.
 Perangsangan yang berkelanjutan terhadap
sistem simpatis menimbulkan respon stres yang
berulang-ulang dan menempatkan sistem
otonom pada ketidakseimbangan.
 Keseimbangan antara kedua sistem ini sangat
PATOFISIOLOGI SINDROM KECEMASAN

Peristiwa INDIVIDU Pola Hidup


Life Events Life Style

SUSUNAN SARAF PUSAT


(Cortex Cerebri – Hipotalamus – Limbic System - RAS)

HYPOPHYSE

ADRENAL

SUSUNAN SARAF OTONOM


• SYMPHATIS
• PARA SYMPHATIS

SINDROM CEMAS
Gejala sindrom anxietas
Ketegangan motorik Hiperaktivitas otonomik Kewaspadaan berlebihan
dan
daya tanggak berkurang

• Nafas pendek/berat
• Kedutan otot/gemetar • Jantung berdebar • Perasaan peka
• Otot tegang/kaku/pegel • Telapak tangan basah Mudah ngilu
• Tidak bisa diam • Mudah terkejut
/kering
• Mudah menjadi lelah • Mulut kering • Sulit konsentrasi
• Kepala pusing • Sukar tidur
/melayang • Mudah tersinggung
• Dispepsi
• Muka panas/menggigil
• BAK lebih sering
• Sukar menelan
/rasa tersumbat
MACAM-MACAM
GANGGUAN KECEMASAN
Gangguan kecemasan
 DSM IV
 Gg. panik dg atau tanpa agorafobia
 Agorafobia
 Agorafobia tanpa riwayat gangguan panik
 Fobia psesifik dan sosial
 Gg. obs. kompulsif
 Gg. stres pasca traumatik
 Gg. stres akut
 Gg. Kecemasan umum
Gangguan Anxietas Menyeluruh
 Penderita mungkin datang dengan keluhan
fisik yang berhubungan dengan ketegangan
atau dengan insomnia
 gangguan yang ditandai adanya kecemasan
dan kekhawatiran menetap dan
 sering terjadi yang melebihi batas normal
terhadap suatu kejadian ataupun keadaan
yang menimbulkan kecemasan.
 mungkin tidak menyadari
 merasa tersiksa dengan rasa khawatirnya
yang berlebih.
 harus berlangsung hampir setiap hari selama
6 bulan
 setidaknya tiga dari enam gejala somatik
ataupun kognitif termasuk diantaranya
kurang istirahat, lemah, ketegangan otot,
atau insomnia.
Gangguan Anxietas
Menyeluruh
 Gejala anxietas atau ketegangan yang multipel
 Ketegangan mental:
 Khawatir, merasa tegang atau was-was, konsentrasi
buruk
 Ketegangan fisik:
 Tidak tenang, nyeri kepala, tremor, tak bisa relaks
 Keterjagaan fisik (physical arousal):
 Pusing, berkeringat, jantung berdebar, mulut kering,
nyeri perut
Kriteria Diagnosis DSM-IV untuk GAD
A.Kecemasan dan kekhawatiran berlebih, berlangsung
hampir setiap hari paling tidak selama 6 bulan
mengenai satu atau beberapa kejadian atau aktivitas
(misalnya: performa kerja atau prestasi belajar)

B.Penderita mengalami kesulitan mengendalikan


perasaan khawatirnya

C.Kecemasan dan kekhawatirannya dikaitkan dengan


tiga atau lebih dari enam gejala berikut (dengan
setidaknya beberapa gejala yang berlangsung hampir
setiap hari selama 6 bulan).
1. Ketidakberdayaan atau perasaan terpasung atau berada di
ujung tanduk
2. Mudah lelah
3. Kesulitan konsentrasi dan pikiran cepat menjadi kosong
4. Iritabilitas
5. Ketegangan otot
6. Gangguan tidur (kesulitan memasuki dan
mempertahankan tidur, atau ketidakpuasan dalam tidur)

D. Fokus dari kecemasan dan kekhawatiran tidak berasal dari


gangguan pada aksis I,
Kriteria Diagnosis ICD-10 untuk GAD

 Berlangsung 6 bulan
 Paling tidak ada 4 gejala satu diantaranya
poin 1-4 yang meliputi:
 Gejala otonomik
 Gejala yang melibatkan dada dan perut
 Gejala umum
 Gejala ketegangan
 Gejala non spesifik lainnya
Gangguan Panik
 sebagai episode letupan ketakutan

 terjadi tiba-tiba

 sering datang ke UGD dengan keluhan


fisiknya

 Di antara periode serangan, biasanya


keluhan tidak ada
Terdapat 4 atau lebih gejala, mendadak, puncaknya
terjadi dalam 10 menit :

1.Palpitasi,denyut jantung bertambah keras/cepat


2.Berkeringat
3.Menggigil atau gemetar
4.Sensasi nafas yang pendek atau berat
5.Perasaan tercekik
6.Nyeri atau ketidaknyamanan pada dada
7.Nausea, atau tekanan abdominal
8.Merasa pusing, tidak stabil, kepala ringan (lightheaded)
9.Derealisasi (pikiran tak riil) atau
10. depersonalisasi (menjadi terpisah dari dirinya sendiri)
11.Ketakutan dari kehilangan kontrol atau menjadi gila
12.Takut mati
13.Parestesi (kebas / kesemutan)
14.Menggigil atau kepanasan (hot flushes)
 Kriteria Diagnostik Gangguan Panik:
A. Paling sedikit 3 serangan panik dalam 3
minggu
B. Manifestasi somatis:
- sesak napas
- berdebar-debar
- nyeri dada atau rasa tidak enak di
dada
- rasa seperti tercekik
- pusing, vertigo, atau perasaan goyah
- perasaan tidak nyata
Lanjutan…
- kesemutan/tingling sensation
- panas dan dingin
- berkeringat dingin
- pingsan
- menggigil
- takut mati, menjadi gila, atau melakukan
sesuatu diluar kendali ketika serangan
C. Tidak disebabkan gangguan fisik atau
gangguan mental yg lain, seperti depresi
mayor, gangguan somatisasi,atau skizofrenia
D. Gangguan tidak bersama dengan agorafobia
Edukasi
 Nasihatkan penderita untuk melakukan langkah
berikut jika terjadi serangan panik:

 Tetap tinggal di tempat sampai serangan berlalu.

 Pusatkan perhatian untuk mengendalikan anxietas,


bukan pada gejala fisik.

 Bernapas dengan lambat dan relaks. Napas yang


terlalu dalam dan cepat (hiperventilasi)  gejala fisik
panik.
 Medikasi:
 Jika serangan itu parah dan sering terjadi atau jika
penderita menunjukkan gejala depresi yang signifikan
 antidepresan dapat menolong.
 Amitriptilin 25 mg malam, dinaikkan sampai 100 – 200
mg waktu malam.
 Untuk serangan yang terbatas dan jarang terjadi 
antianxietas jangka pendek dapat membantu.
 Lorazepam 0,5 – 1 mg sampai 3 kali sehari.
Penggunaan yang rutin dapat menimbulkan
ketergantungan dan jika dihentikan kemungkinan
gejala akan kembali lagi.
Gangguan Panik: Perhatian
Khusus
 Pikirkan untuk merujuk: Jika serangan yang
parah tetap berlangsung meskipun telah
dilakukan cara-cara di atas
 Jika tersedia, rujukan untuk psikoterapi kognitif
dan perilaku
 Panik sering menimbulkan gejala fisik  hindari
konsultasi medis yang tidak perlu
Gangguan Fobik
Fobia
 Menunjuk kepada ketakutan berlebihan pada
objek spesifik, keadaan, dan situasi.
 Diklasifikasikan berdasar pada situasi dan
objek yang ditakuti dan
 DSM IV mengelompokkannya menjadi 3 kelas
yaitu
 agorafobia berkaitan erat dengan gangguan
panik),
 fobia spesifik
 fobia sosial.
Gangguan Fobik
 Penderita menghindari atau membatasi
aktivitas karena takut
 Mungkin: kesulitan untuk pergi ke dokter,
berbelanja atau berkunjung
 Penderita kadang-kadang datang dengan
keluhan gejala fisik:
 Palpitasi
 Napas pendek/sesak, “asma”
 Jika ditanyai lebih lanjut  ditemukan ketakutan
yang spesifik
1. Agorafobia

Terdapat tanda dan manifestasi ketakutan yang


konsisten, atau penghindaran, paling tidak 2
dari keadaan berikut
1.keramaian
2.tempat umum
3.bepergian sendirian
4.bepergian dari rumah
Kriteria Diagnosis ICD-10 untuk AGORAFOBIA

A.Terdapat tanda dan manifestasi ketakutan yang


konsisten, atau penghindaran, paling tidak 2 dari
keadaan berikut
1.keramaian
2.tempat umum
3.bepergian sendirian
4.bepergian dari rumah
B. Paling tidak 2 gejala cemas dalam situasi yang
menakutkan harus tampak secara bersama, paling
tidak satu kejadian sejak onset gangguan, dan satu
gejala harus ada dari poin 1 sampai 4 di bawah ini
 Gejala rangsang otonomik
 Gejala melibatkan dada dan perut
 Gejala yang melibatkan situasi mental
 Gejala umum
C.Distres emosi yang signifikan disebabkan karena
penghindaran, atau gejala cemas, dan individu
mengenali jika perasaan ini berlebihan atau tidak
rasional
D.Gejala terbatas pada, atau menonjol pada situasi
ketakutan, atau memikirkan situasi yang
menakutkan
E.Eksklusi;bukan dari waham,halusinasi,
GMO,skizofrenia dan ggn terkait dan bukan efek
sekunder dari kepercayaan.
Fobia spesifik
 Ketakutan dipengaruhi oleh objek spesifik,
yang besifat sementara dan ada respek pada
objek lain.
 Contoh: individu dengan fobia darah-luka
akan takut untuk dihadapkan pada darah.
Empat subtipe fobia spesifik
 tipe binatang,
 tipe lingkungan alamiah,
 tipe darah-injeksi-luka,
 tipe situasional, dan tipe lain
 kategori residual untuk fobia yang tidak jelas
masuk dalam 4 kategori ini.
3. Fobia Sosial

 Ketakutan pada situasi sosial,

 Termasuk situasi dimana ia diperhatikan


secara seksama atau berhubungan
dengan orang yang tak dikenal.
Edukasi
 Informasikan:
 Fobia dapat diobati
 Menghindari situasi yang ditakuti akan membuat
ketakutan bertambah kuat
 Menjalani langkah-langkah spesifik dapat
membantu untuk mengatasi ketakutan
Gangguan Fobik:
 Teknik pemaparan (exposure):
Tahap mudah Tahap sedang Tahap sulit
Berjalan sendiri Makan siang Berbelanja
bersama teman dengan teman

 Gunakan napas lambat untuk mengontrol


anxietas
 Jangan pindah ke tahap berikut sampai anxietas
berkurang ke tingkat yang dapat diterima
Gangguan Fobik:
 Medikasi:
 Dengan konseling, banyak penderita tidak
memerlukan obat
 Jika ada depresi, obat antidepresan dapat
menolong
 Jika gejala terbatas dan jarang  antianxietas
(misalnya benzodiazepin) sekali-sekali dapat
menolong. Penggunaan reguler 
ketergantungan
 Anxietas performans  pemblok beta
Gangguan Fobik:
 Pikirkan untuk merujuk:
 Jika ketakutan menetap dan menimbulkan
hendaya
 Jika tersedia, rujukan untuk terapi perilaku
Gangguan Obsesif Kompulsif
Definisi
 Obsesi :
merupakan suatu pikiran,perasaan, ide,
atau sensasi yang berulang-ulang dan
mengganggu.
 Kompulsi :
merupakan suatu perilaku yang dilakukan
secara sadar,terstandarisasi,berulang-ulang
(menghitung,mengecek,menghindari).
Obsesif
 Ide, pikiran, gerak hati, atau bayangan yang
berulang yang kacau dan tidak sesuai, dan
menyebabkan distres.
 Obsesif cemas (hal ini menyebabkan gangguan
obsesif kompulsif dimasukkan dalam gangguan
cemas)
 Bedakan dengan khawatir yang berlebihan tentang
masalah kehidupan yang nyata
 Berkaitan dengan usaha mengabaikan atau
menekan obsesinya.
 Obsesi dan kompulsi harus menyebabkan
distres yang jelas,
 memakan waktu sekitar 1 jam sehari, atau
 berpengaruh dalam fungsi untuk
dipertimbangkan arah diagnosis.
 Komorbid dengan gangguan yang lain
F.42 Gangguan obsesif kompulsif
 gx obsesif atau tindakan kompulsif atau kedua-
duanya harus ada setiap hari selama minimal 2
minggu
 Distres
 Mencakup
 Disadari sebagai impuls dari diri sendiri
 Tidak berhasil dilawan
 Bukan merupakan hal yang memberi kepuasan
 Merupakan pengulangan yang tidak menyenangkan
Gangguan obsesif-kompulsif
 umumnya terjadi pada masa dewasa lanjut.
 Kelainannya cenderung makin memburuk
seiring berjalannya waktu.
 Sedikit dari penderita yang mengalami remisi
komplit ataupun yang mengalami deteriorasi
progresif.
GEJALA UTAMA
1. Obsesi terhadap kontaminasi
Mis : mencuci tangan berulang.
2. Obsesi Keraguan Patologis
Keragu-raguan yg diikuti kompulsi untuk memeriksa,
misalnya lupa mematikan kompor atau tdk mengunci
pintu.
3. Pikiran mengganggu
Pikiran berulang ttg seksualitas atau tindakan agresif
yg tercela.
4. Simetrisitas
Berjam-jam makan atau mencukur wajah nya.
Gangguan Reaksi Terhadap
Stres Berat dan Gangguan
Penyesuaian
F.43 Reaksi Terhadap Stres Berat
dan Gangguan Penyesuaian
 Identifikasi tidak hanya berdasarkan
simtomatologi saja tetapi juga berdasarkan
salah satu dari dua faktor pencetus
 Stres kehidupan yang luar biasa
 Perubahan penting dalam kehidupan yang
menimbulkan ketidaknyamanan
 Menimbulkan konsekwensi langsung
 Respon maladaptif terhadap
stresmekanisme koping gagalmasalah
dalam fungsi sosialnya.
PPDGJ III,F43
 Reaksi stres akut
 Gangguan stres pasca trauma
 Gangguan penyesuaian.
Gangguan stres pasca trauma
 ditandai dengan timbulnya gejala psikiatri
segera sesudah terjadinya paparan kejadian
yang traumatik.
 DSM IV meliputi menyaksikan ataupun
mengalami sendiri kematian serta luka yang
mengenaskan.
Tiga gejala utama
 mengalami kembali perasaan saat terjadinya
trauma
 meghindari stimulus terkait dengan trauma
 mengalami gejala-gejala peningkatan
otonomisasi

• Paling tidak harus dialami selama 1 bulan


Kunci dalam mendiagnosa
gangguan stres pasca trauma
 keterangan mengenai waktu jeda antara
timbulnya gejala dengan saat terjadinya
trauma selain.
 terdapat reexperiencing dan perilaku
menghindar terhadap trauma
Spesifik jika :
 Akut, apabila gejala-gejala tersebut
berlangsung kurang dari 3 bulan
 Kronis, apabila gejala-gejala tersebut
berlangsung sama atau lebih dari 3 bulan
 Dengan onset terlambat apabila gejala-
gejalanya muncul paling tidak 6 bulan pasca
stressor
Kata kunci
 Peristiwa traumatik
 Ingatan menetap
 Prilaku menghindar secara sadar
 Harus ditemukan:
 Mengingat secara partial
 Meningkatnya sensitifitas psikologi
 Harus berlangsung sekurang-kurangnya 6
bulan
Kriteria Diagnostik PTSD
A. Terpapar dgn kjd traumatik
B. Kjd traumatik secara persisten dialami kembali
C. Upaya penghindaran yg persisten thd stimuli
terkait & penumpulan responsivitas umum
D. Peningkatan kesadaran yg persisten
E. Lama ggn > 1 bln
F. Penderitaan bermakna

Catt :
Akut : < 3 bln
Kronik :  3 bln
Onset lambat :  6 bln
Gangguan Stres Akut
DSM IV
 Melakukan
Pengalamantindakan
traumatik
menghindar
 Gejala
Meresponkecemasan
dengan rasa takut yang mendalam, perasaan tidak
 berdaya
Signifikandan kengerian
dengan ggn. Fungsi sosial
 Selama,sesudahnyamengalami

Minimal 2 hari-maksimal 4 minggu 3 gejala disosiatif
 Kembali
 dirasakan;
Tidak terkait efek zatbayangan, mimpi, ilusi dsb
Gangguan Stres Akut
ICD.10
 Stres mental serta fisik yang luar biasa
 Paparan selalu diikuti timbulnya gejala
dengan segera (dalam 1 jam)
 Gambaran gangguan cemas menyeluruh
 Dibagi menjadi; ringan, sedang dan berat
Gangguan Disosiasi
Adalah , kehilangan integrasi normal (sebagian atau
seluruh):
ingatan masa lalu, kesadaran akan
identitas,penghayatan, kendali
terhadap gerakan tubuh.
Kesadaran : Compos mentis
Jadi kemampuan mengendalikan secara
sadar dan selektif terganggu

Kemampuan pengendalian secara sadar sampai taraf


tertentu bervariasi ; dari hari ke hari, jam ke jam.
Sulit menilai kehilangan fungsi pengendalian ini
(disadari ? Tidak disadari ? )
Dahulu ‘conversi histeri’
Lanjutan gg disosiatif

 Gangguan disosiatif menurut Pedoman


Penggolongan dan Diagnosis Gangguan
Jiwa di Indonesia III adalah suatu
gangguan yang ditandai dengan hilangnya
sebagian atau seluruh integrasi normal
antara ingatan masa lalu, kesadaran akan
identitas dan penghayatan, dan kendali
terhadap gerakan tubuh.
Penyebab
 Diduga Psikogenik
 Berkaitan dengan ‘traumatik’
 Problem yang tak dapat diselesaikan dan
tidak dapat ditolerir
 Gangguan dalam pergaulan
 Dpt ditanya : bgmn mengatasi ‘stress’ ?
Lanjutan disosiatif

 ‘Konversi’ dlm Gg ini : afek yang tidak


menyenangkan krn problem / konflik yang tak
dpt diatasi diubah menjadi ‘gejala’
 Onset : sering mendadak
 Berakhir : bbrp minggu , bulan , khususnya yg
berhub dng trauma kehidupan
 Keadaan kronis : dpt terjadi keadaan paralisis,
anastesi. Bila > 2 th sebelum ke psikiater, dpt
resisten thd terapi.
Lanjutan disosiatif

 Individu dng Gg disosiatif : sering


menyangkal adanya problem psikologis yg
sebenarnya sdh jelas dinilai orang lain
 Atau setiap problem psikologis dihubung2kn
dng gejalanya.
 Bukti penyebab psikologis yg meyakinkan
mungkin sulit diperoleh.
 Pemeriksaan penunjang penting
Pedoman diagnostik :
 Ditemukan tanda klinis
 Tidak ada gangguan fisik yang dapat
menjelaskan Gg klinis tersebut
 Ada penyebab psikologis yang ‘stresfull’
(meskipun hal tersebut disangkal oleh pasien)

Diagnosis harus hati-hati. Upaya pemeriksaan fisik


dan psikologis tetap dilakukan.
Tidak termasuk: berpura-
pura(malingering)
 Termasuk :
histeri konversi
reaksi konversi
histeria
psikosis konversi
Istilah konversi : afek yang tidak menyenangkan
yang timbul karena problem psikologis yang tdk
dpt diatasi dan muncul dlm bentuk gejala klinis
Amnesia dissosiatif

Kehilangan daya ingat, kejadian.


Bukan karena GMO
Biasanya karena kejadian traumatik mis :
kecelakaan,kesedihan tak terduga.
Banyak terjadi pada dewasa muda ( pria ).
Pedoman diagnostik :
 Amnesia total/parsial, kejadian yang bersifat
stres/traumatik.
 Tidak ada GMO,intoksikasi,kelelahan.
Fugue disosiatif

Adalah amnesia disosiatif ditambah gejala


melakukan perjalanan meninggalkan rumah/
tempat kerja yang tampaknya disengaja
Masih dapat mengurus diri (ADL).
Tampak normal.
Pedoman diagnostik :
 Amnesia disosiatif

 Melakukan perjalanan melampaui jarak tertentu

 Masih mampu mengurus diri


Stupor Disosiatif
Hilangnya gerakan2 involunter dan respons
normal terhadap rangsang cahaya,
suara,rabaan.
Sikap tubuh : berdiri / duduk tanpa gerak dalam
jangka waktu lama (mematung).
Diagnostik :
- Sikap stupor
- Tidak ditemukan Gg fisik
- Ditemukan problem penuh stres
Gangguan Trans dan Kesurupan

Kehilangan semantara penghayatan identitas diri


dan kesadaran terhadap lingkungannya.
 Dalam kejadian, seolah2 individu berperilaku
dikuasai kepribadian lain atau kekuatan gaib.
 Contoh trans : permainan kuda lumping kumat,
permainan sintren (sunda).
Gangguan Trans dan Kesurupan
 Gangguan trans disosiatif (kesurupan) ditandai
dengan hilangnya penghayatan akan identitas
diri dan kesadaran terhadap lingkungannya.
Individu dapat berperilaku seakan-akan dikuasai
oleh kepribadian lain, kekuatan gaib, malaikat
atau kekuatan lain. Perhatian dan kewaspadaan
menjadi terbatas atau terpusat pada satu atau
dua aspek yang ada di lingkungannya dan
seringkali gerakan-gerakan, posisi tubuh dan
ungkapan kata-katanya juga terbatas dan
diulang-ulang.
 Secara medik psikiatrik, fenomena
‘kesurupan’ dilihat dari 2 aspek yaitu biologis
fungsional dan psikologis. Secara biologis,
‘kesurupan’ adalah perubahan
neurotransmiter yang terjadi dalam
proses/fungsional afeksi (di dalam sistem
limbik-thalamus) seseorang yang tidak dapat
dieja-wantahkan oleh kognitif (di area korteks
prefrontal dan hipokampus) sehingga muncul
sebagai perubahan perilaku/psikomotor
(midbrain-korteks-saraf perifer).
 Dalam sudut pandang psikologis maka
kesurupan terjadi akibat hilang/lepasnya
barier yang ada di preconsious/pra sadar
sehingga segala sesuatu yang ada dalam
bawah sadar seseorang akan muncul di alam
sadarnya. Keduanya, baik perubahan
neurotransmiter maupun hilangnya barier
preconcious dalam diri seseorang dapat
terjadi akibat adanya suatu stresor (internal
maupun eksternal).
I. Anti Anxietas

OBAT-OBAT YANG DIGUNAKAN UNTUK


MENGATASI GEJALA-GEJALA ANXIETAS.

SECARA GARIS BESAR  DIGOLONGKAN


MENJADI:
1. Anti anxietas  kompleks reseptor GABA.

2. Anti anxietas  sistem simpatis (adrenergik)

3. Anti anxietas  sistem serotonergik.


1. ANTI ANXIETAS YANG BEKERJA
PADA KOMPLEKS RESEPTOR
GABA.

Contoh :

Diazepam 5 mg, 2xsehari


Chlordiozepoxide 10-20 mg, 2-3xsehari
Lorazepam 1-2 mg, 1-2xsehari
Clobazam 20-30 mg, dosis terbagi
Alprazolam 0,25-0,5 mg, 2-3 xsehari
Estazolam 0,5-2 mg
Triazolam 0,125-0,5 mg
lanjutan

Cara kerja obat  teori bahwa aliran Cl-


yang masuk kedalam kanal Cl- kurang
cukup,
benzodiazepin  Cl- tersebut (yang
terletak) di kompleks reseptor menjadi
cukup.
Aliran Cl- yang meningkat (pada sistem
GABAergik)  menghambat tonus
simpatis  cemas dapat diatasi.
lanjutan

BENZODIAZEPIN DAPAT PULA MENGATASI :

SULIT TIDUR (INSOMNIA),


SEDASI SEBELUM PROSEDUR MEDIS DAN
PEMBEDAHAN,
EPILEPSI,
KEADAAN PUTUS ALKOHOL DAN SEDATIF HIPNOTIK
LAINNYA,
RELAKSAN OTOT
UNTUK PENGOBATAN PSIKIATRIK LAINNYA.
DOSE EQUIVALENTS
(KESETARAAN DOSIS)
MENGACU PADA DIAZEPAM :

Diazepam 5 mg
Alprazolam 0,25 mg
Lorazepam 1 mg
Chlordiazepoxide 10 mg
Triazolam 0,1-0,3 mg
Estazolam 0,33 mg
EFEK MERUGIKAN (ADVERSE
EFFECTS) BENZODIAZEPIN
Susunan saraf pusat : mengantuk, ataxia, slurred
speech, gangguan konsentrasi dan memori, depresi
pernafasan.
Penyalahgunaan obat benzodiazepin
Kehamilan : walaupun umumnya aman, tapi dapat
mengakibatkan kelainan palatum.
Penghentian obat : dapat terjadi sindrom putus obat,
dengan gejala-gejala cemas, mudah tersinggung,
insomnia, kelelahan, nyeri kepala, nyeri otot, tremor,
berkeringat, dizzines, gangguan konsentrasi, mual,
hilang nafsu makan, depresi, depersonalisasi, gangguan
persepsi.
2. ANTI ANXIETAS YANG BEKERJA
PADA SISTEM SIMPATIS
(ADRENERGIK)

OBAT-OBAT INI BEKERJA LANGSUNG PADA


NEURON ADRENERGIK TONUS NEURON
ADRENERGIK DAPAT DIHAMBAT.
Contoh :
Clonidine
Propranolol
lanjutan

Obat-obat ini digunakan jika


gangguan cemas disertai dengan
gejala-gejala otonom seperti :
tremor,

berkeringat,

takikardi,
dilatasi pupil,
 misalnya pada fobia sosial.
lanjutan
PROPRANOLOL
DOSIS 3X10 MG ATAU 2X20 MG PERORAL
BEKERJA SEBAGAI ANTAGONIS RESEPTOR
β ADRENERGIK.
EFEK MERUGIKAN YANG MUNGKIN TERJADI
HIPOTENSI,

BRADIKARDI,

ASHMA,
EKSASERBASI DIABETES MELITUS,
DISFUNGSI SEKSUAL,

KELELAHAN,

MUDAH TERSINGGUNG,

MUAL DAN DIARE.


lanjutan
CLONIDIN
 DOSIS 0,1 MG, 2XSEHARI
 AGONIS PADA RESEPTOR (PERSINAPS) α
2
ADRENERGIK .......... AGONIS  MENURUNKAN
TONUS SIMPATIS.
 EFEK MERUGIKAN YANG DAPAT TERJADI :
HIPOTENSI,
SEDASI,
MEMPERBURUK ARITHMIA,
DISFUNGSI SEKSUAL,
CEMAS,
INSOMNIA,
DEPRESI,
MIMPI BURUK,
HALUSINASI.
3. ANTI ANXIETAS YANG BEKERJA
PADA SISTEM SEROTONERGIK.
Gangguan cemas menyeluruh.
Parsial agonis  reseptor serotonergik tipe 1A (5
HT1A) , teori gangguan cemas menyeluruh 
hiperfungsi sistem serotonergik, dimana reseptor
5 HT1A bersifat menghambat  sinergistik
mengurangi tonus serotonergik.
Contoh :
 Buspiron dosis 10-15 mg dalam dosis terbagi). (hati-hati
kalau pada penderita gagal ginjal dan disfungsi hepar).
Intervensi Psikososial
Intervensi Untuk Pasien
Strategi pelaksanaan ke-1 (pasien):
1. Membina hubungan saling percaya
2. Mengenal anxietas dengan cara membantu pasien untuk :
a. Mengungkapkan perasaan
b. Menjelaskan situasi yang menimbulkan anxietas
c. Mengenal penyebab anxietas
d. Menyadari perilaku akibat cemas
3. Melakukan latihan napas dalam dengan langkah langkah sebagai
berikut :
a. Duduk santai di kursi/lantai
b. Mata tertutup/terbuka
c. Otot-otot rileks : leher, bahu, punggung, dada, perut, tangan, kaki
d. Tarik napas perlahan melalui hidung
e. Tiup napas perlahan melalui mulut dengan ujung lidah tempel keatas dan bibir
bentuk bulat kecil
f. Lakukan 5-10 kali
4. Membuat jadwal latihan nafas dalam
5. Memotivasi pasien melakukan ‘napas dalam’ saat sedang anxietas
Intervensi Untuk Pasien
Strategi pelaksanaan ke-2 (pasien):
1. Mengevaluasi anxietas pasien dan pelaksanaan latihan napas
dalam serta hasilnya
2. Menjelaskan cara mengatasi anxietas dengan teknik distraksi :
a. Visual : melihat pemandangan alam di daerah pantai,
pegunungan, hutan dan taman
b. Audio : mendengar suara alam seperti : air mengalir, kicauan
burung atau musik lembut
c. Kinetik : melakukan kegiatan hiburan seperti : menonton film
komedi/ kartun, membaca novel, membaca kata-kata dengan
huruf terbalik, mengunyah permen karet, melihat benda-benda
sekitar, mendekatkan dua jari sedekat mungkin berulang-
ulang
3. Membuat jadwal latihan teknik distraksi
4. Memotivasi pasien melakukan ‘napas dalam dan distraksi’ saat
sedang anxietas
Intervensi Untuk Pasien
Strategi pelaksanaan ke-3 (pasien) :
1. Mengevaluasi anxietas, pelaksanaan latihan napas dalam
dan distraksi serta hasilnya
2. Melakukan latihan hipnotis 5 jari dengan langkah langkah
sebagai berikut :
a. Duduk santai, mata tertutup, tubuh rileks
b. Sentuhkan ujung ujung jari dan bangun imajinasi
1) Ibu jari dengan telunjuk : bayangkan sedang melakukan aktivitas hobi
atau rekreasi
2) Ibu jari dengan jari tengah : bayangkan sedang berbicara akrab dengan
orang yang disayangi
3) Ibu jari dengan jari manis : bayangkan sedang bersyukur mendapat pujian
atas prestasi yang pernah ada
4) Ibu jari dengan kelingking : bayangkan berada di tempat yang damai
dengan pemandangan alam yang indah bersama orang yang disayangi
c. Buka mata perlahan-lahan
3. Membuat jadwal latihan hipnotis lima jari
4. Memotivasi pasien melakukan ‘hipnotis 5 jari’ saat sedang
anxietas
Intervensi Untuk Pasien
Strategi pelaksanaan ke-4 (pasien):
1. Mengevaluasi anxietas, pelaksanaan latihan
napas dalam, distraksi, hipnotis 5 jari
2. Melatih sampai membudaya
3. Menilai kemampuan pasien melaksanakan
cara-cara mengatasi anxietas
4. Menilai apakah anxietas berkurang
Intervensi Untuk Keluarga
Strategi pelaksanaan ke-1 (keluarga) :
1. Membina hubungan saling percaya
2. Mendiskusikan masalah yang dirasakan dalam
merawat pasien
3. Menjelaskan penyebab serta tanda dan gejala
anxietas
4. Melakukan latihan napas dalam
5. Agar keluarga mengingatkan pasien jadwal latihan
6. Agar keluarga memberikan pujian kepada pasien
setiap selesai latihan
Intervensi Untuk Keluarga
Strategi pelaksanaan ke-2 (keluarga) :
1. Mengevaluasi pelaksanaan latihan ‘napas
dalam’
2. Menjelaskan teknik distraksi
3. Agar keluarga mengingatkan pasien jadwal
latihan
4. Agar keluarga memberikan pujian kepada
pasien setiap selesai latihan
Intervensi Untuk Keluarga
Strategi pelaksanaan ke-3 (keluarga):
1. Mengevaluasi pelaksanaan latihan napas
dalam dan distraksi
2. Melakukan latihan hipnotis 5 jari
3. Agar keluarga mengingatkan pasien jadwal
latihan
4. Agar keluarga memberikan pujian kepada
pasien setiap selesai latihan
Intervensi Untuk Keluarga
Strategi pelaksanaan ke-4 :
 Mengevaluasi pelaksanaan latihan napas
dalam, distraksi dan hipnotis lima jari
 Menilai kemampuan keluarga dalam merawat
pasien
 Menilai kemampuan keluarga membawa
pasien untuk kontrol ke puskesmas
Latihan Pernafasan dan
Relaksasi
Anti-depresan
 Antidepresan memiliki efek sebagai anti
cemas
 Ada bukti yang baik (RCTs) bahwa
antidepresan, terutama trisiklik dosis rendah
(misalnya amitriptilin) cukup efektif.
 Dosis:
 Fluoksetin 10 – 20 mg/hari
 Amitriptilin 50 – 150 mg/hari

100
Anti Anxietas
 Golongan Benzodiazepine  mula kerjanya cepat
dan masa kerjanya singkat
 Alprazolam: dosis: 0,5 – 4 mg, frekuensi: 3 kali/hari
 Lorazepam: dosis: 1 – 10 mg, frekuensi: 3 kali/hari
 Lama pemberian: 2 -4 minggu, karena berpotensi
menimbulkan ketergantungan
 Golongan lain:
 Propanolol: dosis: 20 – 120 mg, frekuensi: 3 kali/hari
 Klonidin: dosis: 0,2 – 0,4 mg, frekuensi: 2 kali/hari

 Hydroxyzine: dosis: 10 – 25 mg, frekuensi: 1 - 4


kali/hari
Kasus Ny. DB
Ny. DB. 37 tahun dua minggu terakhir mengeluh
perasaan cemas yang berlebihan sepanjang hari
Kecemasan bisa dipicu oleh hal-hal kecil yang
sebenarnya tidak berbahaya atau tidak nyata. Misalnya
saat mendengar bunyi klakson, memikirkan anaknya
yang belum pulang sekolah, saat sendirian di rumah
membayangkan akan ada pencuri yang masuk ke
rumah, mendengar berita kematian dan lain
sebagainya.
Ia selalu khawatir hal yang buruk akan terjadi pada
dirinya dan keluarganya.
Kasus Ny. DB
Selain keluhan tersebut di atas, ia juga mengeluh dada
sering berdebar, pusing, mual, keringat dingin, gemetar
dan tidak bisa santai
Ketika hal itu dia sampaikan kepada suaminya, suaminya
malah marah-marah. Menganggap istrinya terlalu
berlebihan dan mengatakan bahwa dirinya sendiri yang
bisa menyembuhkan.
Ia merasa sedih dan mudah marah karena merasa tidak
dimengerti.
Bila sudah demikian, ia berteriak sekeras-kerasnya dan
membanting apa saja yang ada di dekatnya
Pertanyaan kasus Ny.DB
 Sebutkan nama gangguan jiwa yang dialami
Ny. DB?
 Gejala apa saja yang ada pada Ny.DB?
Pahami bahwa...

 Gangguan kecemasan bukan tanda kelemahan


seseorang
 Gangguan kecemasan bukan tanda kemalasan
seseorang
 Gangguan kecemasan bukan upaya seseorang untuk
mencari perhatian
 Gangguan kecemasan bukan berarti seseorang melebih-
lebihkan masalah
 Berarti bahwa seseorang memiliki gangguan kesehatan
yang memerlukan pengobatan
Terima kasih
Semoga bermanfaat

Anda mungkin juga menyukai