Kecemasan
SITI UMAYYAH (1914301005)
VIONI HANERA SAVITRI (1914301006)
NICA MAHARANI LIDIA. P (1914301007)
EUNIKE OPRASETYA (1914301008)
DIAN AYU NINGSIH ISMI (1914301009)
Definisi Ansietas
Ansietas adalah perasaan tidak senang yang khas yang disebabkan
oleh dugaan akan bahaya atau frustasi yang mengancam yang akan
membahayakan rasa aman, keseimbangan, atau kehidupan
seseorang individu atau kelompok biososialnya (J.J GROEN).
2
Kecemasan adalah ketegangan, rasa tidak aman dan kekawatiran
yang timbul karena dirasakan terjadi sesuatu yang tidak
menyenangkan tetapi sumbernya sebagian besar tidak diketahui dan
berasal dari dalam (DepKes RI, 1990).
3
Karakteristik Ansietas
⊳ Merupakan emosi
⊳ Bisa ditularkan
⊳ Terjadi akibat adanya ancaman pada harga diri,
identitas diri
⊳ Perlu adanya keseimbangan antara keberanian dan
kecemasan
4
Tanda dan Gejala
Respons fisik :
⊳ Kardiovaskular = palpitasi, jantung bedebar, tekanan darah meninggi,
⊳ Pernafasan = Napas cepat, napas pendek, tekanan pada dada, napas dangkal,
⊳ Neuromuskular = Refleks meningkat, insomnia, tremor, gelisah, wajah tegang,
⊳ Gastrointestinal = diare/konstipasi, mual, rasa tidak nyaman pada abdomen
⊳ Traktur urinarius = Sering berkemih dan tidak dapat menahan kencing
⊳ Kulit = Wajah kemerahan, berkeringat, gatal, rasa panas pd kulit
5
⊳ Respons Kognitif = Lapang persepsi menyempit, tidak mampu menerima rangsang luar,
berfokus pada apa yang menjadi perhatiannya
⊳ Respons Perilaku = Gerakan tersentak-sentak, bicara berlebihan dan cepat, perasaan tidak
aman
⊳ Respons Emosi = Menyesal, iritabel, kesedihan mendalam, takut, gugup, sukacita berlebihan,
ketidakberdayaan meningkat secara menetap, ketidakpastian, kekhawatiran meningkat, fokus
pada diri sendiri, perasaan tidak adekuat, ketakutan, distressed, khawatir, prihatin.
⊳ Gejala fisik = Gemetar, berkeringat, jantung berdebar, kepala terasa ringan, pusing,
ketegangan otot, mual, sulit bernafas, baal, diare, gelisah, rasa gatal, gangguan di lambung
dan lain-lain
6
Penatalaksanaan Kecemasan
7
Upaya meningkatkan kekebalan terhadap stress, dengan cara :
a.\ Makan makanan yang berigizi dan seimbang
b. Tidur yang cukup
c. Olahraga yang teratur
d. Tidak merokok dan tidak minum minuman keras
Terapi psikofarmaka
Terapi psikofarmaka yang sering dipakai adalah obat anti cemas (anxiolytic), yaitu seperti
diazepam, clobazam, bromazepam, lorazepam, buspirone HCl, meprobamate dan alprazolam.
.
Psikoterapi
Psikoterapi diberikan tergantung dari kebutuhan individu, antara lain
a. Psikoterapi suportif
b. Psikoterapi re-edukatif
c. Psikoterapi re-konstruktif
d. Psikoterapi kognitif
e. Psikoterapi psikodinamik
f. Psikoterapi keluarga
Terapi somatic
Gejala atau keluhan fisik (somatik) sering dijumpai sebagai gejala
ikutan atau akibat dari kecemasan yang bekerpanjangan. Untuk
menghilangkan keluhan-keluhan somatik (fisik) itu dapat diberikan
obat-obatan yang ditujukan pada organ tubuh yang bersangkutan
Terapi psikoreligius
Untuk meningkatkan keimanan seseorang yang erat hubungannya
dengan kekebalan dan daya tahan dalam menghadapi berbagai
problem kehidupan yang merupakan stressor psikososial.
Asuhan Keperawatan
PENGKAJIAN.
Faktor Predisposisi.
Berbagai teori telah dikembangkan untuk menjelaskan asal ansietas :
1. Teori Psikoanalitik.
Ansietas adalah konflik emosional yang terjadi antara dua elemen kepribadian, ID
dan superego. ID mewakili dorongan insting dan impuls primitif seseorang,
sedangkan superego mencerminkan hati nurani seseorang dan dikendalikan oleh
norma- norma budaya seseorang. Ego atau Aku, berfungsi menengahi hambatan
dari dua elemen yang bertentangan dan fungsi ansietas adalah mengingatkan ego
bahwa ada bahaya.
2. Teori Interpersonal.
Ansietas timbul dari perasaan takut terhadap tidak adanya penerimaan dari hubungan interpersonal.
Ansietas juga berhubungan dengan perkembangan, trauma seperti perpisahan dan kehilangan
sehingga menimbulkan kelemahan spesifik. Orang dengan harga diri rendah mudah mengalami
perkembangan ansietas yang berat.
3. Teori Perilaku.
Ansietas merupakan produk frustasi yaitu segala sesuatu yang mengganggu kemampuan seseorang
untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Daftar tentang pembelajaran meyakini bahwa individu
yang terbiasa dalam kehidupan dininya dihadapkan pada ketakutan yang berlebihan lebih sering
menunjukkan ansietas pada kehidupan selanjutnya.
4. Kajian Keluarga.
Menunjukkan bahwa gangguan ansietas merupakan hal yang biasa ditemui
dalam suatu keluarga. Ada tumpang tindih dalam gangguan ansietas dan
antara gangguan ansietas dengan depresi.
5. Kajian Biologis.
Menunjukkan bahwa otak mengandung reseptor khusus benzodiazepine.
Reseptor ini mungkin membantu mengatur ansietas penghambat dalam
aminobutirik. Gamma neuroregulator (GABA) juga mungkin memainkan
peran utama dalam mekanisme biologis berhubungan dengan ansietas
sebagaimana halnya endorfin. Selain itu telah dibuktikan kesehatan umum
seseorang mempunyai akibat nyata sebagai predisposisi terhadap ansietas.
Ansietas mungkin disertai dengan gangguan fisik dan selanjutnya
menurunkan kapasitas seseorang untuk mengatasi stressor.
Faktor Presipitasi.
Stressor pencetus mungkin berasal dari sumber internal atau eksternal. Stressor
pencetus dapat dikelompokkan menjadi 2 kategori :
- Ancaman terhadap integritas seseorang meliputi ketidakmampuan
fisiologis yang akan datang atau menurunnya kapasitas untuk
melakukan aktifitas hidup sehari- hari.
- Ancaman terhadap sistem diri seseorang dapat membahayakan
identitas, harga diri dan fungsi sosial yang terintegrasi seseorang.
Perilaku.
Kecemasan dapat diekspresikan secara langsung melalui perubahan fisiologi
dan perilaku dan secara tidak langsung melalui timbulnya gejala atau
mekanisme koping dalam upaya melawan kecemasan. Intensietas perilaku akan
meningkat sejalan dengan peningkatan tingkat kecemasan
Respon Fisiologis Terhadap Ansietas.
Sistem Tubuh Respons
Kardiovaskuler • Palpitasi.
• Jantung berdebar.
• Tekanan darah meningkat dan denyut nadi menurun.
• Rasa mau pingsan dan pada akhirnya pingsan.
Pernafasan • Napas epat.
• Pernapasan dangkal.
• Rasa tertekan pada dada.
• Pembengkakan pada tenggorokan.
• Rasa tercekik.
• Terengah-engah.
Mekanisme Koping.
Ketika mengalami ansietas individu menggunakan berbagai mekanisme koping untuk mencoba
mengatasinya dan ketidakmampuan mengatasi ansietas secara konstruktif merupakan penyebab
utama terjadinya perilaku patologis. Ansietas tingkat ringan sering ditanggulangi tanpa yang
serius.
Tingkat ansietas sedang dan berat menimbulkan 2 jenis mekanisme koping:
a. Reaksi yang berorientasi pada tugas, yaitu upaya yang disadari dan
berorientasi pada tindakan untuk memenuhi secara realitis tuntutan situasi
stress.
b. Mekanisme pertahanan ego, membantu mengatasi ansietas ringan dan sedang,
tetapi jika berlangsung pada tingkat sadar dan melibatkan penipuan diri dan
distorsi realitas, maka mekanisme ini dapat merupakan respon maladaptif
terhadap stress.
Sebuah sumber menjelaskan bahwa Ada dua mekanisme koping yang dikategorikan untuk mengatasi
ansietas :
a. Reaksi yang berorientasi pada tugas (Task Oriented Reaction).
Merupakan pemecahan masalah secara sadar digunakan untuk menanggulangi ancaman stressor yang
ada secara realistis, yaitu :
1) Perilaku menyerang (agresif).
2) Biasanya digunakan individu untuk mengatasi rintangan agar memenuhi kebutuhan.
3) Perilaku menarik diri.
4) Digunakan untuk menghilangkan sumber ancaman baik secara fisik maupun secara psikologis.
5) Perilaku kompromi.
6) Digunakan untuk mengubah tujuan-tujuan yang akan dilakukan atau mmengorbankan kebutuhan personal
untuk mencapai tujuan.
b. Mekanisme pertahanan ego (Ego Oriented Reaction).
Mekanisme pertahanan Ego membantu mengatasi ansietas ringan maupun sedang yang digunakan
Adapun mekanisme pertahanan Ego adalah :
1. Kompensasi. : Adalah proses dimana seseorang memperbaiki penurunan citra diri dengan secara tegas menonjolkan
keistimewaan/kelebihan yang dimilikinya.
2. Penyangkalan (Denial). : Menyatakan ketidaksetujuan terhadap realitas dengan mengingkari realitas tersebut.
Mekanisme pertahanan ini paling sederhana dan primitif.
3. Pemindahan (Displacemen). : Pengalihan emosi yag semula ditujukan pada seseorang/benda tertentu yang biasanya
netral atau kurang mengancam terhadap dirinya.
4. Disosiasi : Pemisahan dari setiap proses mental atau prilaku dari kesadaran atau identitasnya.
5. Identifikasi (Identification). : Proses dimana seseorang mencoba menjadi orang yang ia kagumi dengan
mengambil/menirukan pikiran-pikiran,prilaku dan selera orang tersebut.
6. Intelektualisasi (Intelektualization). : Penggunaan logika dan alasan yang berlebihan untuk memghindari
pengalaman yang mengganggu perasaannya
.
7. Introjeksi (Intrijection). : Mengikuti norma-norma dari luar sehingga ego tidak lagi
terganggu oleh ancaman dari luar (pembentukan superego)
8. Fiksasi. : Berhenti pada tingkat perkembangan salah satu aspek tertentu (emosi atau tingkah
laku atau pikiran)s ehingga perkembangan selanjutnya terhalang.
9. Proyeksi. : Pengalihan buah pikiran atau impuls pada diri sendiri kepada orang lain terutama
keinginan. Perasaan emosional dan motivasi tidak dapat ditoleransi.
10. Rasionalisasi : memberi keterangan bahwa sikap/tingkah laku menurut alasan yang solah
olah rasional sehingga tidak menjatuhka harga diri
11. Reaksi formasi.: Bertingkah laku yang berlebihan yang langsung bertentangan dengan
keinginan-keinginan,perasaan yang sebenarnya.
12. Regressi : Kembali ketingkat perkembangan terdahulu (tingkah laku yang primitif), contoh;
bila keinginan terhambat menjadi marah, merusak, melempar barang, meraung, dsb.
13. Represi. : Secara tidak sadar mengesampingkan pikiran, impuls, atau ingatan yang
menyakitkan atau bertentangan, merupakan pertahanan ego yang primer yang cenderung
diperkuat oleh mekanisme ego yang lainnya.
14 Acting Out. : Langsung mencetuskan perasaan bila keinginannya terhalang.
15. Sublimasi : Penerimaan suatu sasaran pengganti yang mulia artinya dimata masyarakat
untuk suatu dorongan yang mengalami halangan dalam penyalurannya secara normal.
16. Supresi. : Suatu proses yang digolongkan sebagai mekanisme pertahanan tetapi sebetulnya
merupakan analog represi yang disadari;pengesampingan yang disengaja tentang suatu bahan
dari kesadaran seseorang;kadang-kadang dapat mengarah pada represif berikutnya.
.17. Undoing : Tindakan/perilaku atau komunikasi yang menghapuskan sebagian dari
tindakan/perilaku atau komunikasi sebelumnya merupakan mekanisme pertahanan primitif.
A. DIAGNOSA.
Adapun diagnosa yang biasanya muncul pada kecemasan adalah :
1. Kondisi Klie
Data Subjektif :
1) Klien mengatakan takut jika pasien berada dirumah.
2) Klien mengatakan dulu klien pernah dijahati oleh tetanganya.
3) Klien mengatakan sulit tidur
4) Klien mengatakan tidak nafsu makan.
Data Objektif : Klien terlihat seperti orang bingung
3. Mengajarkan pasien teknik relaksasi untuk meningkatkan kontrol dan rasa percaya diri : pengalihan situasi
5. Strategi Komunikasi
1) Fase Orientasi
A. Salam Terapeutik : “Assalamu’alaikum, Selamat pagi Bu! Saya perawat yang bertugas pada pagi
ini, nama saya nia. Saya adalah mahasiswa dari POLTEKKES TANJUNG KARANG.Nama Ibu
siapa?”
B. Evaluasi/validasi : “Bagaimana perasaan Ibu hari ini?semalam tidurnya nyenyak?”
C. Kontrak :
Topik : “Bagaimana jika sekarang kita berbincang-bincang tentang kecemasan dan latihan
cara mengontrol cemasdengan latihan relaksasi”
Waktu : “Berapa lama ibu punya waktu untuk berbincang-bincang dengan saya? Bagaimana
kalau 15 menit saja”
Tempat : “Dimana ibu mau berbincang-bincang dengan saya? Ya sudah, Bagaimana jika
diruangan ini saja kita berbincang-bincang”
Tujuan ; “Agar ibu dapat mengetahuikecemasan yang ibu rasakan serta cara mengatasinya”
1) Fase Kerja : “Sekarang coba ibu ceritakan apa yang ibu rasakan saat ini”
5. Fase Terminasi
Evaluasi
Subyektif : Bagaimana perasaan ibu setelah kita ngobrol tentang masalah yang ibu
rasakan dan latihan relaksasi?
Obyektif : Coba ibu ulangi lagi cara yang sudah kita pelajari.
Rencana Tindak Lanjut (RTL): “Jam berapa ibu akan berlatih lagi melakukan cara
ini?”
“Mari, kita masukkan dalam jadwal harian ibu. Jadi, setiap ibu
merasa cemas, ibu bisa langsung praktikkan cara ini”