Anda di halaman 1dari 25

Visi

Pada tahun 2028 menghasilkan perawat yang unggul dalam penerapan ketrampilan
keperawatan lansia berbasis IPTEK keperawatan

LAPORAN PENDAHULUAN DAN STRATEGI PELAKSANAAN


MASALAH PSIKOSOSIAL ANSIETAS

TUGAS MATA KULIAH PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN JIWA

Disusun oleh :
Alya Putri Jannati
P3.73.20.1.19.083
3 Reguler C

Dosen Pembimbing :
Endang Banon, S.Pd. MKep, NsSp.Kep.J.

PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN


JURUSAN KEPERAWATAN
POLTEKKES KEMENKES JAKARTA III
2021
LAPORAN PENDAHULUAN

ANSIETAS

A. Kasus (Masalah Utama) 


Ansietas 

B. Proses Terjadinya Masalah 


1. Pengertian
Stuart dan Laraia (2005) yang mengatakan bahwa ansietas memiliki nilai yang
positif. Karena dengan ansisetas maka aspek positif individu berkembang karena
adanya sikap konfrontasi (pertentangan), antisipasi yang tinggi, penggunaan
pengetahuan serta sikap terhadap pengalaman mengatasi kecemasan. Tetapi pada
keadaan lanjut perasaan cemas dapat mengganggu kehidupan seseorang.
Definisi lain tentang ansietas adalah suatu perasaan tidak santai yang samar-samar
karena ketidaknyamanan atau rasa takut yang disertai suatu respons. Seringkali
sumber perasaan tidak santai tersebut tidak spesifik atau tidak diketahui oleh
individu.Ansietas dapat pula diterjemahkan sebagai suatu perasaan takut akan terjadi
sesuatu yang disebabkan oleh antisipasi bahaya. Ansietas merupakan sinyal yang
menyadarkan/memperingatkan akan adanya bahaya yang akan datang dan membantu
individu untuk bersiap mengambil tindakan untuk menghadapi ancaman.
2. Penyebab
a. Faktor Predisposisi
Menurut Stuart dan Laraia (2005) terdapat beberapa teori yang dapat menjelaskan
terjadinya ansietas, diantaranya:
1) Faktor Biologis, Otak mengandung reseptor khusus untuk
benzodiazepine, yang membantu mengatur ansietas. Penghambat GABA
juga berperan utama dalam mekanisme biologis timbulnya ansietas
sebagaimana halnya dengan endorfin. Ansietas mungkin disertai dengan
gangguan fisik dan selanjutnya menurunkan kapasitas seseorang untuk
mengatasi stressor.
2) Faktor Psikologis
a) Pandangan Psikoanalitik. Ansietas adalah konflik emosional yang
terjadi antara antara 2 elemen kepribadian – id dan superego. Id
mewakili dorongan insting dan impuls primitif, sedangkan superego
mencerminkan hati nurani seseorang yang dikendalikan oleh norma-
norma budaya seseorang. Ego atau aku berfungsi menengahi tuntutan
dari dua elemen yang bertentangan dan fungsi ansietas adalah
mengingatkan ego bahwa akan bahaya.
b) Pandangan Interpersonal, Ansietas timbul dari perasaan takut terhadap
penerimaan dan penolakan interpersonal. Ansietas berhubungan
dengan kejadian trauma, seperti perpisahan dan kehilangan dari
lingkungan maupun orang yang berarti bagi pasien,. Individu dengan
harga diri rendah sangat mudah mengalami perkembangan ansietas
yang berat.
c) Pandangan Perilaku, Ansietas merupakan produk frustasi yaitu segala
sesuatu yang mengganggu kemampuan seseorang untuk mencapai
tujuan yang diinginkan. Pakar perilaku menganggap ansietas sebagai
dorongan belajar dari dalam diri unntuk menghindari kepedihan.
Individu yang sejak kecil terbiasa menghadapi ketakutan yang
berlebihan lebih sering menunjukkan ansietas dalam kehidupan
selanjutnya dibandingkan dengan individu yang jarang menghadapi
ketakutan dalam kehidupannya.
d) Sosial budaya. Ansietas merupakan hal yang biasa ditemui dalam
keluarga.. Faktor ekonomi, latar belakang pendidikan berpengaruh
terhadap terjadinya ansietas.
b. Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi ansietas dibedakan menjadi 2 yaitu:
a. Ancaman terhadap integritas seseorang seperti ketidakmampuan atau
penurunan fungsi fisiologis akibat sakit sehingga menganggu individu untuk
melakukan aktivitas hidup sehari-hari
1) Ancaman terhadap sistem diri seseorang. Ancaman ini akan
menimbulkan gangguan terhadap identitas diiri, harga diri, dan fungsi
sosial individu.
3. Perilaku
Kecemasan dapat diekspresikan secara langsung melalui perubahan fisiologi dan
perilaku dan secara tidak langsung melalui timbulnya gejala atau mekanisme koping
dalam upaya melawan kecemasan. Intensitas perilaku akan meningkat sejalan dengan
peningkatan tingkat kecemasan.
a. Respon fisiologis terhadap Ansietas

Sistem Tubuh Respons

Kardiovaskuler - Palpitasi.
- Jantung berdebar.
- Tekanan darah meningkat dan
denyut nadi menurun.
- Rasa mau pingsan dan pada
akhirnya pingsan.

Pernafasan - Napas cepat.


- Pernapasan dangkal.
- Rasa tertekan pada dada.
- Pembengkakan pada tenggorokan.
- Rasa tercekik.
- Terengah-engah.

Neuromuskular - Peningkatan reflek.


- Reaksi kejutan.
- Insomnia.
- Ketakutan.
- Gelisah.
- Wajah tegang.
- Kelemahan secara umum.
- Gerakan lambat.
- Gerakan yang janggal.

Gastrointestinal - Kehilangan nafsu makan.


- Menolak makan.
- Perasaan dangkal.
- Rasa tidak nyaman pada abdominal.
- Rasa terbakar pada jantung.
- Nausea.
- Diare.

Perkemihan - Tidak dapat menahan kencing.


- Sering kencing.

Kulit - Rasa terbakar pada mukosa.


- Berkeringat banyak pada telapak
tangan.
- Gatal-gatal.
- Perasaan panas atau dingin pada
kulit.
- Muka pucat dan bekeringat
diseluruh tubuh.

b. Respon Perilaku Kognitif.

Sistem Respons

Perilak - Gelisah.
- Ketegangan fisik.
- Tremor.
- Gugup.
- Bicara cepat.
- Tidak ada koordinasi.
- Kecenderungan untuk celaka.
- Menarik diri.
- Menghindar.
- Terhambat melakukan aktifitas.

Kognitif - Gangguan perhatian.


- Konsentrasi hilang.
- Pelupa.
- Salah tafsir.
- Adanya bloking pada pikiran.
- Menurunnya lahan persepsi.
- Kreatif dan produktif menurun.
- Bingung.
- Khawatir yang berlebihan.
- Hilang menilai objektifitas.
- Takut akan kehilangan kendali.
- Takut yang berlebihan.

Afektif - Mudah terganggu.


- Tidak sabar.
- Gelisah.
- Tegang.
- Nerveus.
- Ketakutan.
- Alarm.
- Tremor.
- Gugup.
- Gelisah.

c. Sumber Koping
Individu dapat mengalami stress dan ansietas dengan menggerakkan sumber
koping tersebut di lingkungan. Sumber koping tersebut sebagai modal ekonomok,
kemampuan penyelesaian masalah, dukungan sosial dan keyakinan budaya dapat
membantu seseorang mengintegrasikan pengalaman yang menimbulkan stress dan
mengadopsi strategi koping yang berhasil.
d. Mekanisme Koping
Ketika mengalami ansietas individu menggunakan berbagai mekanisme koping
untuk mencoba mengatasinya dan ketidakmampuan mengatasi ansietas secara
konstruktif merupakan penyebab utama terjadinya perilaku patologis. Ansietas
tingkat ringan sering ditanggulangi tanpa yang serius.
Tingkat ansietas sedang dan berat menimbulkan 2 jenis mekanisme koping :
1) Reaksi yang berorientasi pada tugas, yaitu upaya yang disadari dan
berorientasi pada tindakan untuk memenuhi secara realitis tuntutan situasi
stress.
2) Mekanisme pertahanan ego, membantu mengatasi ansietas ringan dan
sedang, tetapi jika berlangsung pada tingkat sadar dan melibatkan penipuan
diri dan distorsi realitas, maka mekanisme ini dapat merupakan respon
maladaptif terhadap stress
e. Tanda dan Gejala 
1) Cemas, khawatir, firasat buruk, takut akan pikirannya sendiri serta mudah
tersinggung
2) Pasien merasa tegang, tidak tenang, gelisah dan mudah terkejut
3) Pasien mengatakan takut bila sendiri, atau pada keramaian dan banyak
orang
4) Mengalami gangguan pola tidur dan disertai mimpi yang menegangkan
5) Gangguan konsensstrasi dan daya ingat
6) Adanya keluhan somatik, mis rasa sakit pada otot dan tulang belakang,
pendengaran yang berdenging atau berdebar-debar, sesak napas,
mengalami gangguan pencernaan berkemih atau sakit kepala.

C. Pohon Masalah

D. Klasifikasi
Stuart dan Laraia (2005), membagi ansietas terbagi dalam beberapa tingkatan. yaitu :
1. Ansietas ringan.
Ansietas ringan sering kali berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan
sehari-hari dan menyebabkan seseorang menjadi waspada dan memperluas
pandangan persepsi. Ansietas ringan memiliki aspek positif yaitu memotivasi
individu untuk belajar dan menghasilkan serta meningkatkan pertumbuhan dan
kreativitas. Respon dari ansietas ringan adalah
a) Respon fisiologis meliputi sesekali nafas pendek, mampu menerima rangsang
yang pendek, muka berkerut dan bibir bergetar. Pasien mengalami
ketegangan otot ringan
b) Respon kognitif meliputi koping persepsi luas, mampu menerima rangsang
yang kompleks, konsentrasi pada masalah, dan menyelesaikan masalah.
c) Respon perilaku dan emosi meliputi tidak dapat duduk tenang, tremor halus
pada lengan, dan suara kadang meninggi.
2. Ansietas sedang.
Pada ansietas tingkat ini, memungkinkan seseorang untuk memusatkan pada
hal yang penting dan mengesampingkan yang lain, sehingga seseorang mengalami
perhatian yang selektif namun dapat melakukan sesuatu yang lebih terarah.
Manifestasi yang muncul pada ansietas sedang antara lain:
a) Respon fisiologis
Sering napas pendek, nadi dan tekanan darah naik, mulut kering, diare atau
konstipasi, tidak nafsu makan, mual, dan berkeringat setempat.
b) Respon kognitif
Respon pandang menyempit, rangsangan luas mampu diterima, berfokus pada
apa yang menjadi perhatian dan bingung.
c) Respon perilaku dan emosi
Bicara banyak, lebih cepat, susah tidur dan tidak aman.
3. Ansietas Berat
Pada ansietas berat pasien lapangan persepsi pasien menyempit. Seseorang
cendrung untuk memusatkan pada sesuatu yang terinci, spesifik dan tidak dapat
berfikir tentang hal lain. Semua perilaku pasien hanya ditujukan untuk
mengurangi ketegangan. Pasien tersebut memerlukan banyak pengarahan untuk
dapat memusatkan pada suatu area lain. Manifestasi yang muncul pada ansietas
berat antara lain:
a) Respon fisiologis
Napas pendek, nadi dan tekanan darah naik, berkeringat dan sakit kepala,
penglihatan kabur, dan ketegangan.
b) Respon kognitif
Lapang persepsi sangat sempit, dan tidak mampu menyelesaikan masalah.
c) Respon perilaku dan emosi
Perasaan terancam meningkat, verbalisasi cepat, dan menarik diri dari
hubungan interpersonal.
4. Tingkat Panik.
Perilaku yang tampak pada pasien dengan ansietas tingkat panik adalah pasien
tampak ketakutan dan mengatakan mengalami teror, tidak mampu melakukan
sesuatu walaupun dengan pengarahan serta disorganisasi kepribadian. Terjadi
peningkatan aktivitas motorik, menurunnya kemampuan berhubungan dengan
orang lain, persepsi menyimpang, kehilangan pemikiran rasional. Manifestasi
yang muncul terdiri dari:
a) Respon fisiologis
Napas pendek, rasa tercekik dan palpitasi, sakit dada, pucat, hipotensi, dan
koordinasi motorik rendah.
b) Lapang kognitif
Lapang persepsi sangat sempit, dan tidak dapat berfikir logis.
c) Respon perilaku dan emosi
Mengamuk-amuk dan marah-marah, ketakutan, berteriak-teriak, menarik diri dari
hubungan interpersonal, kehilangan kendali atau kontrol diri dan persepsi kacau.

E. Rentang Respon

Ansietas ringan
berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari dan menyebabkan
seseorang menjadi waspada dan meningkatkan lahan persepsinya. Ansietas
Ansietas sedang memungkinkan seseorang untuk memusatkan perhatian pada hal
yang penting dan mengesampingkan yang lain, sehingga seseorang mengalami perhatian
yang selektif tetapi dapat melakukan sesuatu yang lebih terarah.

Ansietas berat sangat mengurangi lahan persepsi seseorang. Adanya


kecenderungan untuk memusatkan pada sesuatu yang terinci dan spesifik dan tidak dapat
berpikir tentang hal lain. Semua perilaku ditujukan untuk mengurangi ketegangan. Orang
tersebut memerlukan banyak pengarahan untuk dapat memusatkan pada suatu area lain.

Tingkat panik dari ansietas berhubungan dengan ketakutan dan merasa diteror, serta
tidak mampu melakukan apapun walaupun dengan pengarahan. Panik meningkatkan
aktivitas motorik, menurunkan kemampuan berhubungan dengan orang lain, persepsi
menyimpang, serta kehilangan pemikiran rasional.

F. Diagnosa
a. Diagnosa keperawatan : Ansietas
b. Faktor yang berhubungan :

- Perubahan dalam status - Penyalahgunaan zat


ekonomi, lingkungan, - Ancaman kematian
status kesehatan, pola - Ancaman pada: status
interaksi, fungsi peran, ekonomi, lingkungan, status
status peran. kesehatan, pola interaksi,
- Pemajanan toksin fungis peran, status peran.
- Terkait keluarga - Konfil yang tidak disadari
- Herediter mengenai tujuan penting hidup
- Infeksi atau kontaminan - Konfilk yang tidak disadari
interpersonal mengenai nilai yang esensial
- Penularan penyakit atau penting
interpersonal - Kebutuhan yang tidak
- Krisi maturase terpenuhi
- Krisis situasional
- Stres
G. Intervensi
1. Tujuan Umum :
Klien akan mengurangi ansietasnya dari tingkat ringan hingga panik.
2. Tujuan khusus :
Klien mampu untuk :
a. Membina hubungan saling percaya.
Dalam membina hubungan saling percaya perlu dipertimbangkan agar pasien
merasa aman dan nyaman saat berinteraksi. Tindakan yang harus dilakukan
dalam membina hubungan saling percaya adalah sebagai berikut:
1) Mengucapkan salam terapeutik.
2) Berjabat tangan.
3) Menjelaskan tujuan interaksi.
4) Membuat kontrak topik, waktu, dan tempat setiap kali bertemu pasien
b. Bantu pasien mengenali ansietasnya
1) Bantu pasien untuk mengidentifikasi dan menguraikan perasaannya.
2) Bantu pasien menjelaskan situasi yang menimbulkan ansietas.
3) Bantu pasien mengenal penyebab ansietas.
4) Bantu pasien menyadari perilaku akibat
c. Ajarkan pasien teknik relaksasi untuk meningkatkan kontrol dan rasa pecaya
diri.
1) Pengalihan situasi.
2) Latihan relaksasi dengan tarik napas dalam, mengerutkan, dan
mengendurkan otot-otot.
3) Hipnotis diri sendiri (latihan lima jari)
4) Motivasi pasien melakukan teknik relaksasi setiap kali ansietas
muncul.

H. Evaluasi
Evaluasi adalah proses yang berkelanjutan untuk menilai efek dari tindakan
keperawatan pada pasien. Evaluasi ini harus dilakukan terus menerus pada respon
ansietas pasien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilakukan.
Hal-hal yang perlu dievaluasi secara umum :
a. Pasien dapat mengenal ansietas. “apakah perilaku pasien mencerminkan ansietas
tingkat ringan atau tingkat yang lebih berat”, “apakah pasien mengenali
ansietasnya sendiri dan mempunyai pandangan terhadap perasaan tersebut “
b. Pasien dapat mengatasi ansietas melalui latihan relaksasi : tarik napas dalam dan
distraksi 5 jari
c. Pasien dapat memperagakan dan menggunakan latihan relaksasi untuk mengatasi
ansietas
d. Melibatkan keluarga dalam latihan yang telah disusun

I. Penatalaksanaan
Menurut Hawari (2008) penatalaksanaan ansietas pada tahap pencegahan dan
terapi memerlukan suatu metode pendekatan yang bersifat holistik, yaitu mencakup fisik
(somatik), psikologik atau psikiatrik, psikososial atau psikoreligius. Selengkapnya seperti
pada uraian berikut:
a. Upaya meningkatkan kekebalan terhadap stress, dengan cara makan makanan
yang bergizi dan seimbang, tidur yang cukup, cukup olahraga, tidak merokok,
tidak minum minuman keras.
b. Terapi psikofarmaka

Merupakan pengobatan untuk cemas dengan memakai obat-obatan yang


berkhasiat memulihkan fungsi gangguan neurotransmitter (sinyal penghantar
saraf) di susunan saraf pusat otak (limbic system). Terapi psikofarmaka yang
sering dipakai adalah obat anti cemas (anxiolytic), yaitu seperti diazepam,
clobazam, bromazepam, lorazepam, buspirone HCl, meprobamate, dan
alprazolam.
c. Terapi somatik

Gejala atau keluhan fisik (somatik) sering dijumpai sebagai gejala atau akibat
dari kecemasan yang berkepanjangan. Untuk menghilangkan keluhan-keluhan
somatik (fisik) itu dapat dibrikan obat-obatan yang ditujukan pada organ tubuh
yangbersangkutan.

d. Psikoterapi

Psikoterapi diberikan tergantung dari kebutuhan individu, antara lain:

1) Psikoterapi suportif, untuk memberikan motivasi, semangat dan dorongan


agar pasien yang bersangkutan tidak merasa putus asa dan diberi keyakinan
serta percaya diri.
2) Psikoterapi re-edukatif, memberikan pendidikan ulang dan koreksi bila
dinilai bahwa ketidakmampuan mengatasi kecemasan.
3) Psikoterapi re-konstruktif, untuk dimaksudan memperbaiki kembali (re-
konstruksi) kepribadian yang telah mengalami goncangan akibat stressor.
4) Psikoterapi kognitif, untuk memulihakn fungsu kognitif pasien, yaitu
kemampuan untuk berpikir secara rasional, konsentrasi dan daya ingat.
5) Psikoterapi psikodinamik, untuk menganalisa dan menguraikan proses
dinamika kejiwaan yang dapat menjelaskan mengapa seseorang tidak
mampu menghadapi stressor psikososial sehingga mengalami kecemasan.
6) Psikoterapi keluarga, untuk memperbaiki hubungan kekeluargaan, agar
faktor keluarga tidak lagi menjadi faktor penyebab dan faktor keluarga
dapat dijadikan sebagai faktor pendukung.
e. Terapi psikoreligius
Untuk meningkatkan keimanan seseorang yang erat hubungannya dengan kekebalan
dan daya tahan dalam menghadapi berbaga problem kehidupan yang merupakan
stressor psikososial.
STRATEGI PELAKSANAAN (SP)
TINDAKAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN ANSIETAS

SP 1 : Bina hubungan saling percaya, membantu pasien untuk mengidentifikasi dan menguraikan
perasaannya, menjelaskan situasi, penyebab ansietas, menyadari perilaku ansietas, dan
mengajarkan pasien teknik relaksasi nafas dalam untuk meningkatkan rasa percaya diri
Pertemuan Ke : 1

A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
a. Data Subjektif :
Klien mengatakan
- susah nyeri pada kepala bagian belakang,
- belakangan ini kurang istirahat dan
- banyak pikiran,
- terutama memikirkan anaknya yang mau kuliah di luar kota.
- Terkadang malam susah tidur dan lebih banyak melamun.

b. Data Objektif :
Klien tampak
- Gelisah
- Cemas
- Tampak sedikit cemas
- TD 150/100 mmHg

2. Diagnosa Keperawatan
Ansietas Ringan

3. Tujuan Khusus
• Pasien mampu membina hubungan saling percaya
• Pasien mampu mengenal ansietas
• Pasien mampu mengatasi ansietas melalui teknik pengalihan sosial
• Pasien mampu memperagakan dan menggunakan teknik napas dalam untuk
mengatasi ansietas

4. Tindakan Keperawatan
• Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat.
• Bantu pasien mengenal ansietas
• Ajarkan pasien teknik napas dalam untuk meningkatkan kontrol dan rasa percaya diri
• Motivasi pasien melakukan teknik napas dalam setiap kali ansietas muncul

B. Strategi Komunikasi
1) Fase Orientasi
a) Salam Terapeutik
“Selamat pagi Ibu/Bapak, masih ingat dengan saya bu ? Iya saya Alya Putri
mahasiswa Keperawatan Poltekkes Jakarta 3 yang kemarin datang kerumah
Ibu/Bapak.”

b) Evaluasi/validasi
“Bagaimana perasaan hari ini ? masih sakit kepalanya bu/pak ? apakah tidurnya
nyenyak semalam ?”

c) Kontrak
 Topik
“Jadi kedatangan saya kemari yaitu akan membantu Ibu/Bapak untuk
mengungkapkan perasaan Ibu/Bapak saat ini.”

 Waktu
“Bagaimana jika kita berbincang-bincang sekitar 30 menit. Ibu/Bapak
bersedia?

 Tempat
“Dimana kita akan berbincang bu/pak, disini atau dimana yang membuat
Ibu/Bapak nyaman?.”

 Tujuan
“Ibu/Bapak jadi tujuan kita hari ini yaitu untuk mengontrol sekaligus
menurunkan kecemasan yang di alami.”

2) Fase Kerja :
“Apa yang Ibu/Bapak rasakan saat ini bu/pak? Bagaimana jika Ibu/Bapak
mengungkapkan perasaan dan keluhan Ibu/Bapak saat ini, saya akan membantu
untuk mengurangi beban fikiran yang Ibu/Bapak hadapi. Oh, Ibu/Bapak sekarang
merasa sedikit cemas karena karena anak Ibu/Bapak si F akkan melangsungkan
pernikahan sedangka Ibu/Bapak tidak memiliki hubungan yang harmonis dengan
keluarga Ibu/Bapak yang lainnya dan Ibu/Bapak sangat khawatir akan
kelangsungan pernikahan tersebut. Ibu/Bapak bisa mengurangi kecemasan
Ibu/Bapak dengan relaksasi napas dalam, jadi kita dapat tarik nafas dalam terlebih
dahulu untuk menenangkan fikiran. Baik bu, kita coba ya bu. Nah, sekarang apa
yang Ibu/Bapak rasakan? Ibu/Bapak sudah sedikit tenang ya bu, nah saya akan
menjelaskan kepada Ibu/Bapak dan anak Ibu/Bapak F tentang bagaimana
masihkah Ibu/Bapak cemas dan bagaimana pandangan dan solusi yang telah
Ibu/Bapak sediakan unutuk selanjutnya.
3) Fase Terminasi :
a. Evaluasi
1) Subjektif
“Kita sudah berbicara sekitar 30 menit. Setelah saya menjelaskan tentang
penyakit Ibu/Bapak, bagaimana perasaan Ibu/Bapak sekarang?”

2) Objektif
“Coba Ibu/Bapak sebutkan cara untuk mengontrol dan menurunkan
kecemasan?”

b. Rencana Tindak Lanjut


“Dalam satu hari berapa kali Ibu akan melatih tarik nafas dalam? Jam berapa
Ibu akan melakukan latihan tersebut?”
“Mari, kita masukkan dalam jadwal harian Ibu. Jadi, lakukan latihan ini sesuai
jadwal ya bu.”

c. Kontrak yang akan datang


 Topik
“Saya rasa cukup ya ibu/bapak untuk hari ini, bagaimana kalau kita atur
jadwal untuk pertemuan berikutnya?” ”Kita akan berbincang mengenai
cara menurunkan kecemasan yaitu dengan melakukan Teknik distraksi,
apakah bapak bersedia?”

 Waktu
“Bagaimana kalau kita latihan cara yang kedua pada jam yang sama
seperti hari ini. Kita lakukan kira-kira 15 menit saja”

 Tempat
“Di mana Ibu akan latihan dengan saya besok? Ya sudah, bagaimana
kalau besok kita melakukannya disini saja”” Baiklah Ibu, saya akan
melanjutkan pekerjaan saya, Ibu dapat beristirahat kembali. Terima kasih
ibu”

STRATEGI PELAKSANAAN (SP)


TINDAKAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN ANSIETAS

SP 2 : Mengajarkan pasien teknik distraksi untuk meningkatkan kontrol diri dan mengurangi
ansietas
Pertemuan ke : 2

A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
a. Data Subjektif
Klien mengatakan :
- Nyeri sudah mulai menghilang,
- Tadi malam sudah mulai nyenyak tidur,
- Dan mulai bisa banyak istirahat karena sudah mulai bulan puasa

b. Data Objektif
Klien tampak :
- Gelisah berkurang
- Cemas berkurang
- Mulai nyaman
- TD 140/90 mmHg

2. Diagnosa Keperawatan
Ansietas Ringan

3. Tujuan Khusus
• Klien mampu membina hubungan saling percaya
• Pasien mampu mengatasi ansietas melalui teknik distraksi
• Pasien mampu memperagakan dan menggunakan teknik distraksi untuk mengatasi
ansietas

4. Tindakan Keperawatan
• Ajarkan pasien teknik distraksi untuk meningkatkan control diri dan mengurangi
ansietas :
(1) Melakukan hal yang disukai
(2) Menonton TV
(3) Menanam bunga
(4) Membaca koran, buku atau majalah
• Motivasi pasien untuk melakukan teknik distraksi setiap kali ansietas muncul

B. Strategi Komunikasi
1. Fase Orientasi
a. Salam Teraupetik
“Selamat pagi Bu!Ibu/Bapak masih ingat dengan saya?”
“Ya benar sekali bu/pak. Saya Alya.”

b. Evaluasi/validasi
“Bagaimana perasaan Ibu/Bapak hari ini?“
“Nyenyak tidurnya semalam?”

c. Kontrak
(1) Topik
“Baiklah Ibu/Bapak sesuai janji kita kemarin, hari ini saya datang kembali
untuk mendiskusikan tentang latihan distraksi dengan tehnik pengalihan.”
(2) Waktu
”Berapa lama kita akan berlatih Ibu/Bapak?
“Bagaimana jika 30 menit?”

(3) Tempat
“Kita bicaranya di mana? Bagaimana kalau di sini saja, Bu/pak?”

(4) Tujuan
“Tujuan dari latihan hari ini adalah agar Ibu/Bapak dapat meningkatkan
kontrol kecemasan pada diri Ibu/Bapak dan Ibu/Bapak dapat
mempraktekkannnya dalam kehidupan sehari-hari.”

2. Fase Kerja
“Sebelumnya kita sudah belajar tentang cara mengatasi cemas dengan teknik tarik
napas dalam. Ibu/Bapak masih ingat bagaimana caranya?” “Kalau Ibu/Bapak
masih ingat coba tunjukkan bagaimana caranya!”
“Iya bu. Benar sekali. Ibu/Bapak sudah dapat melakukan teknik tarik napas dalam
dengan benar.”
“Ibu/Bapak, kemarin waktu kita diskusi Ibu/Bapak mengatakan bahwa saat cemas
Ibu/Bapak merasa gelisah dan sulit tidur. Nah, latihan distraksi ini bermanfaat untuk
mengalihkan rasa cemas Ibu/Bapak sehingga membuat pikiran dan fisik Ibu/Bapak
relaks atau santai. Dalam teknik ini Ibu/Bapak harus melakukan hal-hal yang dapat
membuat Ibu/Bapak relaks misalnya dengan menonton acara televisi kesukaan
Ibu/Bapak, membaca buku atau majalah yang Ibu/Bapak suka, atau Ibu/Bapak bisa
mengajak P untuk menanam bunga dipekarangan rumah Ibu/Bapak. Nah, sekarang
Ibu/Bapaksudah tau kan hal-hal apa saja yang dapat Ibu/Bapak lakukan untuk
mengurangi rasa cemas Ibu/Bapak. Nanti apabila Ibu/Bapak merasa cemas lagi,
Ibu/Bapak bisa melakukan salah satu teknik distraksi atau pengalihan yang saya
beritahu tadi.”
3. Fase Terminasi
a. Evaluasi
(1) Subjektif
”Bagaimana perasaan Ibu/Bapak setelah kita ngobrol tentang cara
mengatasi cemas dengan teknik distraksi? Coba Ibu/Bapak ulangi lagi cara
yang sudah kita pelajari tadi”

(2) Objektif
“Iya benar, Ibu/Bapak sudah dapat melakukannya dengan baiknya bu. Bagus
sekali.”

b. Rencana tindak lanjut


“Kapan Ibu/Bapak akan mulai mencoba melakukan cara ini? Baiklah setiap
Ibu/Bapak merasa cemas, Ibu/Bapak bisa langsung mempraktikkan cara ini.”

c.Kontrak yang akan datang


(1) Topik
“Nah, bu, masih ada cara yang bisa digunakan untuk mengatasi
kecemasan Ibu/Bapak yaitu dengan teknik hipnotis diri sendiri atau
hipnotis dengan 5 jari.”

(2) Waktu
“Bagaimana kalau kita latihan cara hipnotis 5 jari pada hariSabtu?”
“Ibu/Bapak bisanya jam berapa?”

(3) Tempat
“Di mana kita akan berbicara? Di sini saja?Baiklah bu karena sudah 15
menit sesuai janji kita tadi, saya permisi dahulu. Selamat pagi bu/pak.”
STRATEGI PELAKSANAAN (SP)
TINDAKAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN ANSIETAS

SP 3 : Menjelaskan cara teknik relaksasi hipnotis 5 jari, membantu pasien mempraktikkan teknik
relaksasi hipnotis 5 jari
Pertemuan ke 3
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
Klien mengatakan tadi malam sudah mulai nyenyak tidur, nyeri kepala sudah tidak
dirasakan kembali dan mulai bisa banyak istirahat karena sudah mulai bulan puasa
2. Diagnosa Keperawatan Ansietas Ringan
3. Tujuan Khusus
• Klien mampu membina hubungan saling percaya
• Pasien mampu memperagakan dan menggunakan teknik hipnotis lima jari untuk
mengatasi ansietas
• Pasien mampu mengatasi ansietas melalui teknik hipnotis lima jari
4. TindakanKeperawatan:
• Ajarkan pasien teknik hipnotis lima jari untuk meningkatkan control diri dan
mengurangi ansietas
• Motivasi pasien untuk melakukan teknik hipnotis lima jari setiap kali ansietas
muncul

B. Strategi Komunikasi
1. Fase Orientasi
a. Salam Teraupetik
“Selamat pagi Bu/pak…, masih ingat dengan saya? Iya benar bu saya Alya”

b. Evaluasi/validasi
“Ibu/Bapak, bagaimana kabar Ibu/Bapak hari ini?“

c. Kontrak
1) Topik
“Nah, Ibu/Bapak sesuai janji kita 2 hari yang lalu, hari ini kita akan kembali
mendiskusikan tentang cara mengatasi ansietas dengan cara yang lain yaitu
dengan teknik hipnotis lima jari.”
2) Waktu
”Berapa lama kita akan berlatih, bu/pak?
“Bagaimana jika 30 menit?”
3) Tempat
“Kita bicaranya di mana, bu/pak?”
4) Tujuan
“Tujuan dari latihannya adalah agar Ibu/Bapak dapat mengurangi
kecemasan pada diri Ibu/Bapak dan Ibu/Bapak dapat mempraktekkannnya
dalam kehidupan seharihari.”

2. Fase Kerja
“Sebelumnya kita sudah belajar tentang cara mengatasi cemas dengan teknik
distraksi. Ibu/Bapak masih ingat bagaimana caranya?”
“Iya.Benar sekali, bu/pak. Apakah sudah Ibu/Bapak lakukan saat Ibu/Bapak merasa
cemas?”
“2 hari yang lalu Ibu/Bapak mengatakan kalau Ibu/Bapak masih khawatir dengan
penyakit Ibu/Bapak.
Apakah Ibu/Bapak masih mengalami gelisah, dan sulit tidur hari ini?”
“Oh, masih ya bu/pak. Baiklah kalau Ibu/Bapak masih merasa gelisah hari ini kita
akan mempelajari teknik hipnotis 5 jari. Saya akan memperagakannya dan
Ibu/Bapak dapat mengkuti saya ya bu. Caranya, Ibu/Bapak pejamkan mata
Ibu/Bapak, tarik nafas lalu buang perlahan. Lakukan selama 3 kali.Tautkan
Ibu/Bapak jari Ibu/Bapak kepada jari telunjuk, bayangkan ketika tubuh Ibu/Bapak
begitu sehat.Lalu, tautkan Ibu/Bapak jari Ibu/Bapak pada jari tengah, bayangkan
ketika Ibu/Bapak mendapatkan hadiah atau barang yang sangat Ibu/Bapak sukai.
Kemudian, Ibu/Bapak tautkan Ibu/Bapak jari kepada jari manis, bayangkan ketika
Ibu/Bapak berada di tempat yang paling nyaman, tempat yang membuat Ibu/Bapak
merasa sangat bahagia. Terakhir, tautkan Ibu/Bapak jari Ibu/Bapak kepada jari
kelingking, bayangkan ketika Ibu/Bapak mendapat suatu penghargaan atau
pujian.Tarik nafas, buang perlahan, lakukan selama 3 kali lalu buka mata kembali.”

3. Fase Terminasi
a. Evaluasi
1) Subjektif
”Bagaimana perasaan Ibu/Bapak setelah kita berlatih cara mengotrol cemas
dengan teknik hipnotis lima jari? Coba Ibu/Bapak ulangi lagi cara yang sudah kita
pelajari tadi”

2) Objektif
“Iya benar sekali, Ibu/Bapak sudah dapat melakukannya dengan baik ya bu/pak.
Bagus sekali.”

b. Rencana tindak lanjut


“Ibu/Bapak dapat mempraktekkan teknik hipnotis lima jari ini ketika Ibu/Bapak
merasa cemas.”

c. Kontrak yang akan datang


1) Topik
“Nah, bu, kita sudah mempelajari 3 cara mengatasi kecemasan. Bagaimana kalau
besok kita akan mengulangi semua cara tersebut?”
2) Waktu
“Ibu/Bapak bisanya jam berapa? Jam 10 saja bu/pak?”

3) Tempat
“Di mana kita akan berlatih, bu/pak?”
“Baiklah bu karena sudah 30 menit sesuai janji kita tadi, saya permisi dahulu.
Assalamu’alaikum.”

Anda mungkin juga menyukai