Anda di halaman 1dari 23

Visi

Pada Tahun 2028 Menghasilkan Perawat yang Unggul dalam Penerapan Keterampilan
Keperawatan Lansia Berbasis IPTEK Keperawatan

LAPORAN PENDAHULUAN DAN STRATEGI PELAKSANAAN


HARGA DIRI RENDAH KRONIK
TUGAS MATA KULIAH KEPERAWATAN JIWA

Disusun oleh :
Alya Putri Jannati
P3.73.20.1.19.083
2 Reguler C

Dosen Pembimbing :
Endang Banon, S.Pd. MKep, NsSp.Kep.J.

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


JURUSAN KEPERAWATAN
POLTEKKES KEMENKES JAKARTA III
2020
LAPORAN PENDAHULUAN (LP)

HARGA DIRI RENDAH

A. Kasus (masalah utama)


Gangguan konsep diri : Harga Diri Rendah Kronik

B. Proses Terjadinya Masalah

1. Pengertian

Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti, dan rendah
diri yang berkepanjangan akibat evaluasi negatif terhadap diri sendiri dan
kemampuan diri. (Keliat, 2011).

Harga diri rendah kronik adalah evaluasi diri atau perasaan tentang diri atau
kemampuan diri yang negatif dan dipertahankan dalam waktu lama (Nanda, 2005)

https://nurildotorg.wordpress.com/2013/01/04/keperawatan-jiwa-harga-diri-
rendah/

Harga diri rendah kronik adalah evaluasi atau perasaan negatif terhadap diri
sendiri atau kemampuan klien seperti tidak berarti, tidak berharga, tidak berdaya yang
berlangsung dalam waktu lama dan terus menerus. (SDKI , D.0086)

2. Etiologi

Menurut Stuart GW, Sundeen S.J (2005) melalui beberapa faktor, yaitu :

a. Faktor Predisposisi
1) Yang mempengaruhi harga diri : penolakan orang tua, harapan orang tuayang
tidak realistis, kegagalan berulang
2) Yang mempengaruhi performa peran : sterotip peran gender, tuntutan peran
kerja dan harapan peran budaya.

b. Faktor Presipitasi
1) Trauma : misal penganiayaan seksual dan psikologis atau menyaksikanyang
mengancam kehidupan.
2) Ketegangan peran : hubungan dengan peran atau posisi yang diharapkandan
individu mengalaminya sebagai frustasi : Ada 3 transisi peran yaitu transisi
perkembangan seperti perubahan normatif yang berkaitan dengan
pertumbuhan. Transisi peran situasi, terjadi dengan bertambahnya atau
berkurangnya anggota keluarga melalui kelahiran dan kematian. Transisi
peran sehat sakit, terjadi akibat pergeseran dari keadaan sehat ke keadaan
sakit.

3. Macam-macam Harga Diri Rendah


Menurut Makhripah D & Iskandar (2012) harga diri rendah ada 2 macam, yaitu :
1) Situasional, yaitu terjadi trauma yang tiba-tiba, misalnya harus dioperasi,
kecelakaan, dicerai suami, putus sekolah, putus hubungan kerja. Pada pasien yang
dirawat dapat terjadi harga diri rendah karena privasi yang kurang diperhatikan.
Pemeriksaan fisik yang sembarangan, pemasangan alat yang tidak sopan, harapan
akan struktur, bentuk dan fungsi tubuh yang tidak tercapai karena
dirawat/penyakit, perlakuan petugas yangtidak menghargai.
2) Kronik, yaitu perasaan negatif terhadap diri telah berlangsung lama,yaitu sebelum
sakit/dirawat. Pasien mempunyai cara berfikir yang negatif .Kejadian sakit dan
dirawat akan menambah persepsi negatif terhadap dirinya. Kondisi ini
mengakibatkan respons yang maladaptive, kondisi ini dapat ditemukan pada
pasien gangguan fisik yang kronis atau padapasien gangguan jiwa.

4. Tanda dan Gejala


Tanda dan gejala menurut (Carpenito 2003) , yaitu :
1) Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan akibat tindakan terhadap
penyakit
2) Rasa bersalah terhadap diri sendiri
3) Merendahkan martabat
4) Gangguan hubungan sosial seperti menarik diri dan tidak ingin bertemu dengan
orang lain
5) Percaya diri kurang
6) Menciderai diri
5. Rentang Respon

Keterangan:

1) Aktualisasi diri adalah pernyataan diri positif tentang latar belakang pengalaman
nyata yang sukses diterima.
2) Konsep diri positif adalah individu mempunyai pengalaman yang positif dalam
beraktualisasi.
3) Harga diri rendah adalah transisi antara respon diri adaptif dengankonsep diri
maladaptif.
4) Kerancuan identitas adalah kegagalan individu dalam kemalanganaspek
psikososial dan kepribadian dewasa yang harmonis.
5) Depersonalisasi adalah perasaan yang tidak realistis terhadap dirisendiri yang
berhubungan dengan kecemasan, kepanikan serta tidakdapat membedakan dirinya
dengan orang lain.

6. Sumber Koping
Mekanisme koping termasuk pertahanan jangka pendek atau jangka panjang serta
penggunaan mekanisme pertahanan ego untuk melindungi diri sendiri dalam
menghadapi persepsi diri yang menyakitkan.
a) Pertahanan jangka pendek mencakup sebagai berikut :
1) Aktivitas yang memberikan pelarian sementara dan krisis identitas diri
(misalnya konser musik, bekerja keras, menonton televisi secara obsesif).
2) Aktivitas yang memberikan identitas penggantian sementara (misalnya ikut
serta dalam klub sosial, agama, politik, kelompok, gerakan).
3) Aktivitas sementara menguatkan atau meningkatkan perasaan diri yang tidak
menentu (misalnya olahraga yang kompetitif, prestasi akademik, konteks
untuk mendapatkan polaritas).
4) Aktivitas yang merupakan upaya jangka pendek untuk membuat identitas
diluar dari hidup yang tidak bermakna saat ini (misalnya penyalahgunaan
obat).

b) Pertahanan jangka panjang mencakup sebagai berikut :


1) Penutupan identitas : adopsi identitas premature yang diinginkan oleh orang
yang terdekat tanpa memperhatikan keinginan, aspirasi atau potensi diri
individu.
2) Identitas negatif : asumsi identitas yang tidak sesuai dengan nilai dan harapan
yang diterima masyarakat.

7. Penatalaksanaan
Berbagai jenis terapi spesialis yang diberikan untuk pasien dengan harga diri rendah
kronik meliputi tiga kategori yaitu untuk individu, kelompok, dan keluarga.
1) Terapi spesialis individu yang dapat diberikan pada pasien dengan harga diri
rendah kronilk yaitu Cognitive Behaviour Therapy (CBT) atau Terapi Kognitif
Perilaku dan Logotherapy. Menurut Sasmita (2007) dengan menggunakan
modifikasi antara terapi kognitif dan terapi perilaku atau yang dikenal
dengan Cognitive Behavior Therapy (CBT) yang diberikan pada pasien Harga
Diri Rendah di RSU Marzuki Mahdi, didapatkan bahwa terapi ini
memberikan peningkatan kemampuan kognitif dan psikomotor secara
bermakna. Hasil penelitian ini mendukung teori yang dikemukakan oleh Beck,
A. T., & Dozois, D. J, (2011) yaitu bahwa terapi kognitif merupakan salah satu
jenis psikoterapi yang menekankan dan meningkatkan kemampuan berfikir
yang diinginkan (positif) dan merubah pikiran-pikiran yang negatif.

2) Terapi kelompok yang dapat diimplementasikan pada pasien dengan harga diri
rendah kronik adalah Supportive Therapy atau Terapi Supportif dan Self Help
Group (SHG) atau Kelompok Swabantu. Kemampuan-kemampuan yang dimiliki
pasien harga diri rendah kronik setelah mendapatkan logoterapi ini sesuai
dengan teori yang disampaikan oleh Videbeck (2008) yang menjelaskan bahwa
logoterapi membantu individu untuk menemukan makna hidup meskipun
dalam kondisi terburuk. Senada dengan penjelasan Videbeck (2008), Bastaman
(2007) menyebutkan ketika seorang individu menemukan makna terhadap
setiap kejadian yang di alaminya maka akan memunculkan harapan. Harapan
yang muncul akan menimbulkan semangat baru pada seorang individu untuk
bisa mempertahankan kemampuan positif yang telah dilatih dan
mengembangkan perasaan sebagai seorang pribadi yang berharga.

3) Untuk keluarga pasien, perawat spesialis jiwa dapat memberikan terapi spesialis
Psikoedukasi keluarga dan Triangle Therapy.
Terapi yang diberikan pada keluarga yang salah satu anggotanya mengalami
gangguan jiwa bertujuan untuk memahami bagaimana dinamika keluarga
memengaruhi psikopatologi pasien, memobilisasi keluatan dan sumber
fungsional keluarga, merestrukturisasi gaya perilaku keluarga yang
maladaptif dan menguatkan perilaku penyelesaian masalah keluarga
(Steinglass, 1995 dalam Videbeck, 2008). Salah satu bentuk terapi keluarga
yang tepat diberikan pada keluarga dengan gangguan jiwa adalah
psikoedukasi keluarga (Stuart & Laraia, 2005). Lucksted, A., et al (2012)
menjelaskan bahwa psikoedukasi keluarga ini merupakan suatu strategi yang
dapat menurunkan faktor faktor risiko yang berhubungan dengan
perkembangan gejala gejala perilaku.

C. Pohon Masalah

Isolasi Sosial : Menarik Diri

Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah Masalah Utama


Konflik Individu Tidak Efektif

D. Masalah Keperawatan dan Data yang Perlu Dikaji


Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah Kronik
Data subyektif :
1) Mengeluh hidup tidak bermakna
2) Tidak memiliki kelebihan apapun
3) Mengatakan malas
4) Putus asa

Data Objektf :
1) Tampak malas-malasan
2) Produktivitas menurun
3) Kontak mata kurang
4) Tidak berinisiatif berinteraksi dengan orang lain

E. Diagnosis Keperawatan
Harga diri rendah kronik

F. Rencana Tindakan Keperawatan


Tujuan tindakan keperawatan untuk pasien gangguan konsep diri : harga diri rendah
kronik yaitu :
a. Pasien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat
b. Pasien dapat mengidentifikasi aspek positif dan kemampuan yang dimiliki
c. Pasien dapat menilai kemampuan yang dimiliki untuk dilaksanakan
d. Pasien dapat merencanakan kegiatan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki
e. Pasien dapat melakukan kegiatan sesuai rencana yang dibuat
f. Pasien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada

Tindakan :

a) Membina hubungan saling percaya


1. Mengucapkan salam setiap kali berinteraksi dengan pasien.
2. Berkenalan dengan pasien: perkenalkan nama dan nama panggilan yang
perawat sukai, serta tanyakan nama dan nama panggilan yang disukai pasien.
3. Menanyakan perasaan dan keluhan pasien saat ini.
4. Buat kontrak asuhan apa yang perawat akan lakukan bersama pasien, berapa
lama akan dikerjakan, dan tempat pelaksanaan asuhan keperawatan.
5. Jelaskan bahwa perawat akan merahasiakan informasi yang diperoleh untuk
kepentingan terapi.
6. Setiap saat tunjukkan sikap empati terhadap pasien.
7. Penuhi kebutuhan dasar pasien bila memungkinkan

b) Mampu memilih kegiatan yang akan dilatih sesuai dengan kemampuan pasien
1. Identifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki pasien
2. Membantu pasien menilai kemampuan pasien yang masih dapat digunakan
3. Membantu pasien memilih kegiatan yang akan dilatih sesuai dengan
kemampuan pasien
4. Melatih pasien sesuai kemampuan yang dipilih
5. Memberi pujian yang wajar terhadap keberhasilan pasien
6. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian

c) Melatih kegiatan yang sesuai dengan kemampuan pasien


1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
2. Melatih kemampuan kedua
3. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian
STRATEGI PELAKSANAAN (SP)

TINDAKAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN HARGA DIRI RENDAH

KRONIK

Seorang perempuan bernama Ny.A berusia 24 tahun dibawa orang tuanya ke rumah sakit
jiwa karena di rumah ia sering mengurung diri di kamar. Ibunya juga mengatakan bahwa
anaknya sering melamun dan tidak ingin berinteraksi dengan orang lain. Ny.A mengatakan
dirinya tidak pantas dan merasa putus asa karena di keluarganya hanya dia yang belum
mendapatkan pekerjaan setelah lulus dari kuliah, dia juga sering ditolak saat melamar
pekerjaan. Sebenernya wanita tersebut orang yang pintar dan rajin di kuliahnya. Saat di kaji,
pasien tampak malas-malasan dan produktivitas sehari-harinya menurun. Tanda-tanda vital di
dapatkan TD : 120/80 mmHg , N : 78 x/menit, S : 36,5°C dan RR: 20x/menit

SP 1 : Bina hubungan saling percaya dan identifikasi masalah

Pertemuan ke-1 Hari, tanggal : Senin, 9 November 2020

A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
Data Subjektif :
a) Pasien mengatakan dirinya tidak pantas
b) Pasien merasa putus asa
c) Ibunya mengatakan bahwa anaknya sering melamun dan tidak ingin berinteraksi
dengan orang lain

Data Objektif :
a) Pasien tampak malas-malasan
b) Produktivitas sehari-hari pasien menurun
2. Diagnosis Keperawatan
Harga diri rendah kronik

3. Tujuan Tindakan Keperawatan


a) Tujuan Umum :
Klien memiliki konsep diri yang positif.

b) Tujuan Khusus :
1) Pasien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat
2) Pasien dapat mengidentifikasi aspek positif dan kemampuan yang dimiliki
3) Pasien dapat menilai kemampuan yang dimiliki untuk dilaksanakan
4) Pasien dapat merencanakan kegiatan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki
5) Pasien dapat melakukan kegiatan sesuai rencana yang dibuat
6) Pasien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada

4. Tindakan Keperawatan
a. Membina hubungan saling percaya dengan prinsip komunikasi terapeutik
b. Membantu pasien mengenal Harga Diri Rendah :
1) Identifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki pasien
2) Membantu pasien menilai kemampuan pasien yang masih dapat digunakan
3) Membantu pasien memilih kegiatan yang akan dilatih sesuai dengan
kemampuan pasien
4) Melatih pasien sesuai kemampuan yang dipilih
5) Memberi pujian yang wajar terhadap keberhasilan pasien
6) Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian

B. Strategi Komunikasi
1. Fase Orientasi
a) Salam Terapeutik
“Assalamualaikum, selamat pagi mba, perkenalkan nama saya Alya Putri Jannati,
biasa di panggil suster Alya , saya mahasiswi keperawatan dari Poltekkes Jakarta
III. Hari ini saya dinas pagi dari pukul 07.00 pagi – 14.00 siang. Saya yang akan
merawat mba selama dirumah sakit ini. Nama mba siapa?”
“Mba senang dipanggil apa?”

b) Evaluasi/validasi
“Bagaimana perasaan mba hari ini? Apakah tidurnya nyenyak tadi malam?”

c) Kontrak :
 Topik
“Bagaimana kalau kita ngobrol santai mengenai kegiatan yang mba sukai?
 Waktu
“Berapa lama mba punya waktu untuk ngobrol dengan saya?”

 Tempat
“Baiklah kalau begitu , dimana mba mau ngobrol dengan saya?”
“Baik, kita akan ngobrol di ruangan ini aja ya”
 Tujuan
“Mba, tujuan pertemuan kita kali ini adalah untuk menggali lebih dalam hal-
hal positif apa saja yang mba miliki”

2. Fase Kerja
“Sekarang coba ceritakan apa yang mba rasakan saat ini”
“Baik mba, kemudian apa yang mba lakukan dengan keadaan seperti itu?”
“Apakah dengan cara mba seperti itu akan ada perubahan?”
“Baik mba tidak apa-apa, sekarang saya akan bantu mba supaya tidak sedih lagi
ya. Kalau boleh tau kegiatan apa yang mba sukai?”
“Bagus, apalagi mba? Saya buat daftarnya ya mba!”
“ Wah, bagus sekali. Ada 4 kegiatan yang mba sukai”
“Nah, sekarang mba sudah tau kan kelebihan yang mba miliki. Sekarang tinggal
gimana kita mengasah kemampuan dan bakat yang mba sukai, agar dapat
meningkatkan percaya diri dan tidak mudah putus asa”.”

3. Fase Terminasi
a) Evaluasi
 Subjektif
“Bagaimana perasaan mba setelah kita mengobrol bareng mengenai hal-hal
yang mba sukai?”
 Objektif
“Iyaa mbaa, nah tadi kan kita sudah membahas tentang kegiatan positif yang
mba sukai, coba sebutkan kembali apa saja kegiatan-kegiatan yang sudah kita
bahas tadi.”
“ Bagus sekali, mba dapat menjawab dengan benar.”

b) Rencana Tindak Lanjut (RTL)


“Nah jadi gimana, besok mba mau melakukan kegiatan apa dulu?”
“Bagaiman kalau selang-seling? Jadi sehari menggambar , hari setelahnya
bercocok tanam, lalu bernyanyi, dan yang terakhir menjahit, setuju?”

c) Kontrak yang akan datang


 Topik
“Baik kalau begitu, tadi kan kita sudah mengobrol mengenai kegiatan yang
mba sukai. Saya kira sekian dulu perbincangan kita hari ini, karena sudah tepat
10 menit sesuai kontrak. Untuk pertemuan selanjutnya bagaimana kalau kita
melakukan kegiatan menggambar?.”
 Waktu
“Untuk pertemuan selanjutnya, mba ingin menggambar jam berapa?”
 Tempat
“Baik, mba ingin menggambar dimana?”
“ Baik mba kalau begitu, saya pamit dulu ya. Sampai jumpa esok hari.”
SP2 : Melatih pasien melakukan kegiatan pertama yang sesuai dengan kemampuan pasien.

Pertemuan ke-2 Hari, tanggal : Selasa, 10 Oktober 2020

A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
Data Subjektif dan perasaan :

a) Klien mengatakan suka menggambar


b) Klien merasa masih kurang percaya diri terhadap kemampuan yang dimiliki

Data Objektif :

a) Klien tampak sedikit bersemangat mendengar kemampuan yang ia miliki

2. Diagnosis Keperawatan
Harga Diri Rendah Kronik

3. Tujuan Tindakan Keperawatan


a) Tujuan Umum :
Klien mampu melakukan kegiatan yang sesuai dengan rencana yang telah dibuat
(kegiatan yang belum dilakukan)
b) Tujuan Khusus :
1) Pasien dapat menilai kemampuan yang dimiliki untuk dilaksanakan
2) Pasien dapat merencanakan kegiatan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki
3) Pasien dapat melakukan kegiatan sesuai dengan rencana yang telah dibuat

4. Tindakan Keperawatan
1) Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien.
2) Melatih kemampuan pertama klien.
3) Menganjurkan pasien memasukan dalam jadwal kegiatan harian.

B. Strategi Komunikasi
1. Fase Orientasi
a) Salam terapeutik
“Assalamu’alaikum, selamat pagi mba, masih ingat dengan saya?
“Iyaa, benar mba.”

b) Evaluasi/validasi
“Bagaimana perasaan mba hari ini?”
“Harus semangat ya mbaa”

c) Kontrak
 Topik
“Baiklah mba, sesuai janji kita kemarin, hari ini kita akan menggambar.
Apakah mba bersedia?”
 Waktu
“Baik, mba ingin menggambar berapa lama?”
“Baik kita akan menggambar selama 15 menit ya.”
 Tempat
“Sesuai janji kita kemarin kita akan menggambar di ruangan ini ya mba?”
 Tujuan
“Mba, tujuan kita pada pertemuan kali ini agar mba lebih percaya diri dan
yakin terhadap kemampuan atau bakat yang mba miliki.”

2. Fase Kerja
“Nah kalau begitu sekarang kita menggambar ya mba. Mba hari ini mau menggambar
apa?”
“Wahh saya engga sabar ingin melihat gambaran mba. Biasanya mba menggambar
menggunakan alat apa saja?”
“Baiklah kalau begitu, coba sekarang mba mulai menggambar rumah ya.”
“Bagus sekali mba gambarnya, rumah untuk masa depan yaaa.”
“Sama-sama mba, sekarang mba tidak perlu meyalahkan diri dan merasa putus asa
terhadap apa yang mba alami ya, karena mba memiliki bakat yang hebat”

3. Fase Terminasi
a) Evaluasi
 Subjektif
“Baiklah kalau begitu, bagaimana perasaan mba setelah kita melakukan kegiatan
menggambar?”
 Objektif
“Iyaa mbaa, nah tadi kan kita sudah melakukan kegiatan menggambar. Sekarang
coba sebutkan kembali alat-alat apa saja yang digunakan saat menggambar?.”
“Bagus sekali, mba dapat menjawabnya dengan benar.”

b) Rencana Tindak Lanjut (RTL)


“Dalam satu hari berapa kali mba mau melakukan kegiatan menggambar?”
“Baiklah, jam berapa mba akan melakukan kegiatan tersebut?”
“Baik, 2 kali dalam sehari, di jam 10 pagi dan 4 sore ya mba (sambil mencatat).”
“Nah di buku ini ada kolom kegiatan, tanggal, waktu dan keterangan. Mba bisa
mengisi kegiatan menggambar pada kolom kegiatan, sesuai dengan kolom yang
tersedia. Cara mengisi buku kegiatan ini : jika mba melakukannya tanpa dibantu
mba tulis “M” disini, jika mba di bantu atau diingatkan mba tulis “B” dan jika
mba tidak melakukannya mba tulis “T”. Apakah mba sudah mengerti cara mengisi
buku ini?”
“Baiklah kalau mba mengerti, jangan lupa lakukan kegiatannya sesuai jadwal ya
mba.”

c) Kontrak yang akan datang


 Topik
“Mba, tadi kan kita sudah mengobrol mengenai kegiatan pertama yang mba sukai,
yaitu menggambar. Saya kira sekian dulu perbincangan kita hari ini, karena sudah
tepat 15 menit sesuai kontrak. Untuk pertemuan selanjutnya bagaimana kalau kita
melakukan kegiatan bercocok tanam, apakah mba setuju?.”
 Waktu
“Baik, untuk pertemuan selanjutnya mba ingin melakukan kegiatan bercocok
tanam jam berapa?”
 Tempat
“Baiklah, mba ingin melakukan kegiatan bercocok tanam dimana?”
“Baik mba kalau begitu, saya pamit dulu ya. Sampai jumpa esok hari jam 8 pagi.”

SP2 : Melatih pasien melakukan kegiatan kedua yang sesuai dengan kemampuan
pasien.

Pertemuan ke-3 Hari, tanggal : Rabu, 11 Oktober 2020

A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
Data Subjektif dan perasaan :

a) Klien mengatakan suka bercocok tanam


b) Klien menjadi percaya diri terhadap kemampuan yang dimiliki

Data Objektif :

a) Klien tampak lebih bersemangat dari hari sebelumnya setelah melakukan kegiatan
yang ia sukai

2. Diagnosis Keperawatan
Harga Diri Rendah Kronik

3. Tujuan Tindakan Keperawatan


a) Tujuan Umum :
Klien mampu melakukan kegiatan yang sesuai dengan rencana yang telah dibuat
(kegiatan yang belum dilakukan)
b) Tujuan Khusus :
4) Pasien dapat menilai kemampuan yang dimiliki untuk dilaksanakan
5) Pasien dapat merencanakan kegiatan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki
6) Pasien dapat melakukan kegiatan sesuai dengan rencana yang telah dibuat

4. Tindakan Keperawatan
1) Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien.
2) Melatih kemampuan kedua klien.
3) Menganjurkan pasien memasukan dalam jadwal kegiatan harian.

B. Strategi Komunikasi
1. Fase Orientasi
a) Salam terapeutik
“Assalamu’alaikum, selamat pagi mba, masih ingat dengan saya?
“Iyaa, benar mba.”

b) Evaluasi/validasi
“Bagaimana perasaan mba hari ini?”
“Alhamdulillah, apakah mba sudah melakukan kegiatan yang dijadwalkan secara
teratur?”

c) Kontrak
 Topik
“Bagus mba. Kalau begitu sesuai janji kita kemarin hari ini kita akan
melakukan kegiatan bercocok tanam ya agar perasaan mba lebih membaik.
Apakah mba bersedia?”
 Waktu
“Mba ingin bercocok tanam berapa lama?
“Baik kita akan bercocok tanam selama 20 menit ya.”
 Tempat
“Mba, sesuai janji kita kemarin, kita akan lakukan di halaman depan ya mba?”
 Tujuan
“Baik kalau begitu, mba tujuan pada pertemuan kali ini agar mba lebih
percaya diri dan lebih yakin lagi dari hari sebelumnya terhadap kemampuan
atau bakat yang mba miliki.”

2. Fase Kerja
“Baik mba, kita mulai bercocok tanam ya. Mba mau bercocok tanam apa hari ini?”
“Kalau begitu mari kita mulai menanam kaktus ya. Mba biasanya menggunakan media
tanam apa untuk menanam kaktus?”

“Baiklah kalau begitu mba, kita gunakan pupuk saja ya hari ini.”

“Wah mba benar-benar hebat, tanaman kaktusnya terlihat indah! Mba bisa mengisi
rutinitas mba seperti bercocok tanam ini , kan kalau tanamannya bagus dan dijual,
mba bisa menghasilkan banyak uang dari tanaman yang mba tanam. Banyak loh mba
orang-orang yang bakatnya bercocok tanam akhirnya bisa menjadi orang sukses.”

“Bagus mba, sepertinya mba semangat sekali dipertemuan ketiga kita kali ini.
Semangat terus ya mbaa dan jangan mudah putus asa dalam mengembangkan bakat
mba”

3. Fase Terminasi
a) Evaluasi
 Subjektif
“Sama-sama mba, nah bagaimana perasaan mba sekarang setelah kita melakukan
kegiatan bercocok tanam ini?”
 Objektif
“Sama-sama mba, alhamdulillah kalau sekarang mba menjadi lebih yakin dan
percaya diri, sekarang coba mba sebutkan media tanam apa saja yang biasanya
digunakan saat menanam kaktus?”
“Bagus sekali, mba dapat menjawabnya dengan benar.”

b) Rencana Tindak Lanjut (RTL)


“Kalau begitu, dalam satu hari berapa kali mba mau melakukan kegiatan bercocok
tanam?” “Baik , jam berapa mba mau melakukan kegiatan tersebut?”
“Baik kalau begitu, saya catat dulu ke dalam buku harian ya mba, untuk bercocok
tanam dilakukan 1x sehari pada jam 8 pagi ya. (sambil mencatat).
“Nah untuk mengisi buku kegiatan ini sama seperti yang sudah saya jelaskan
kemarin ya.”
“Baiklah kalau begitu, jangan lupa tetap berlatih ya mba, semangat terus dan
jangan mudah putus asa.”
c) Kontrak yang akan datang
 Topik
“Nah tadi kan kita sudah melakukan kegiatan kedua yang mba sukai, yaitu
bercocok tanam. Saya kira sekian dulu kegiatan kita hari ini, karena sudah tepat 20
menit sesuai kontrak. Untuk pertemuan selanjutnya bagaimana kalau kita
melakukan kegiatan ketiga yaitu bernyanyi, apakah mba setuju?.”

 Waktu
“Baik, untuk pertemuan selanjutnya mba ingin melakukan kegiatan tersebut pada
jam berapa?”
 Tempat
“Baiklah, mba ingin bernyanyi dimana?”
“Baik mba kalau begitu, saya pamit dulu ya. Sampai jumpa esok hari.”

SP2 : Melatih pasien melakukan kegiatan ketiga yang sesuai dengan kemampuan
pasien.

Pertemuan ke-4 Hari, tanggal : Kamis, 12 Oktober 2020

A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
Data Subjektif dan perasaan :

a) Klien mengatakan suka bernyanyi


b) Klien menjadi lebih percaya diri terhadap kemampuan yang dimiliki

Data Objektif :

a) Klien tampak lebih bersemangat dari hari sebelumnya setelah melakukan kegiatan
yang ia sukai

2. Diagnosis Keperawatan
Harga Diri Rendah Kronik
3. Tujuan Tindakan Keperawatan
a) Tujuan Umum :
Klien mampu melakukan kegiatan yang sesuai dengan rencana yang telah dibuat
(kegiatan yang belum dilakukan)
b) Tujuan Khusus :
1) Pasien dapat menilai kemampuan yang dimiliki untuk dilaksanakan
2) Pasien dapat merencanakan kegiatan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki
3) Pasien dapat melakukan kegiatan sesuai dengan rencana yang telah dibuat

4. Tindakan Keperawatan
1) Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien.
2) Melatih kemampuan ketiga klien.
3) Menganjurkan pasien memasukan dalam jadwal kegiatan harian.

B. Strategi Komunikasi
1. Fase Orientasi
a) Salam terapeutik
“Assalamu’alaikum, selamat pagi mba, masih ingat dengan saya?
“Iyaa, benar mba.”

b) Evaluasi/validasi
“Bagaimana perasaan mba hari ini?”
“Alhamdulillah, apakah mba sudah melakukan kegiatan yang dijadwalkan secara
teratur?”

c) Kontrak
 Topik
“Bagus mba. Kalau begitu sesuai janji kita kemarin hari ini kita akan
bernyanyi. Apakah mba bersedia?”
 Waktu
“Baik, mba ingin bernyanyi berapa lama?
“Baik kita akan bernyanyi selama 15 menit ya.”
 Tempat
“Mba, sesuai janji kita kemarin, kita akan lakukan di ruangan ini ya mba?”
 Tujuan
“Baik kalau begitu, mba tujuan pada pertemuan kali ini agar mba lebih
percaya diri dan lebih yakin lagi dari hari-hari sebelumnya terhadap
kemampuan atau bakat yang mba miliki.”

2. Fase Kerja
“Baik mba, kita mulai ya bernyanyinya. Mba mau nyanyi lagu apa hari ini?”

“Iyaa saya tau lagunya, saya juga sering mendengarkan lagu itu, coba mba nyanyi
lagu yang mba sukai tadi.”

“Tidak usah malu mba, yaudah kita nyanyi bareng-bareng ya.”

“Wahhh kerenn, suara mba bagus banget, saya sampai terkesima mendengarnya. Mba
dulu pernah les vokal ya?”

“Hebat sekali tanpa les vokal suara mba bagus banget.”

3. Fase Terminasi
a) Evaluasi
 Subjektif
“Sama-sama mbaaa, bagaimana perasaan mba setelah kita bernyanyi?”
 Objektif
“Baik, kira-kira mba masih ingat tidak kegiatan apa saja yang sudah kita di
lakukan selama di rumah sakit ?”
“Bagus sekali, mba dapat menjawabnya dengan benar.”

b) Rencana Tindak Lanjut (RTL)


“Kalau begitu, dalam satu hari berapa kali mba mau bernyanyi?”
“Baik , jam berapa mba mau melakukan kegiatan tersebut?”
“Baik kalau begitu, saya catat dulu ke dalam buku harian ya mba, untuk bernyanyi
di lakukan 3x dalam sehari, pada jam 9 pagi, 1 siang, dan 4 sore (sambil
mencatat)”
“Nah ibu bisa mengisi buku kegiatan ini seperti yang sudah saya jelaskan
kemarin.”
“Baiklah kalau begitu, jangan lupa tetap berlatih ya mba kegiatan-kegiatan yang
sudah di jadwalkan di dalam buku harian.”

c) Kontrak yang akan datang


 Topik
“Nah tadi kan kita sudah melakukan kegiatan ketiga yang mba sukai, yaitu
menyanyi. Saya kira sekian dulu kegiatan kita hari ini, karena sudah tepat 15 menit
sesuai kontrak. Untuk pertemuan selanjutnya bagaimana kalau kita melakukan
kegiatan keempat yaitu menjahit, apakah mba setuju?.”
 Waktu
“Baik, untuk pertemuan selanjutnya mba ingin menjahit pada jam berapa?”
 Tempat
“Baiklah, mba ingin menjahit dimana?”
“Baik kalau begitu, mba bisa beristirahat kembali, saya akan melanjutkan
pekerjaan saya. Sampai jumpa esok hari.”
DAFTAR PUSTAKA

[[

Dhewi, I. P. (2014, Mei 19). LP HDR. Retrieved from academia.edu:


https://www.academia.edu/7117564/LP_HDR
Efri Widianti, Budi Anna Keliat, dan Ice Yulia Wardhani. (2017, Desember). Jurnal
Pendidikan Keperawatan Indonesia. Retrieved from researchgate.net:
https://www.researchgate.net/publication/322760219_APLIKASI_TERAPI_SPESIA
LIS_KEPERAWATAN_JIWA_PADA_PASIEN_SKIZOFRENIA_DENGAN_HAR
GA_DIRI_RENDAH_KRONIS_DI_RSMM_JAWA_BARAT
khadijah, s. (n.d.). LAPORAN PENDAHULUAN KLIEN DENGAN HARGA DIRI RENDAH.
Retrieved from academia.edu:
https://www.academia.edu/33297662/LAPORAN_PENDAHULUAN_KLIEN_DEN
GAN_HARGA_DIRI_RENDAH
Marmono, L. D. (2018). Jurnal Konsep Dasar Harga Diri Rendah. Retrieved from
repository.ump.ac.id: http://repository.ump.ac.id/8276/3/Lisva%20Dewi
%20Marmono%20BAB%20II.pdf
Marpung, S. (2018, Juni 12). LAPORAN PENDAHULUAN HARGA DIRI RENDAH.
Retrieved from academia.edu:
https://www.academia.edu/37004552/LAPORAN_PENDAHULUAN_HARGA_DIRI
_RENDAH
Mawon, M. (2014, Maret 27). laporan pendahuluan harga diri rendah. Retrieved from
slideshare.net: https://www.slideshare.net/setiwanlilikbudi/laporan-pendahuluan-
harga-diri-rendah
PPNI, T. P. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan Pengurus
PPNI.

Anda mungkin juga menyukai