Anda di halaman 1dari 24

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Konsep Gangguan Psikososial


2.1.1 Definisi Gangguan Psikososial
Gangguan psikososial adalah setiap perubahan dalam kehidupan individu
baik yang bersifat psikologis ataupun sosial yang mempunyai pengaruh timbal balik
dan dianggap berpotensi cukup besar sebagai faktor penyebab terjadinya gangguan
jiwa atau gangguan kesehatan secara nyata, atau sebaliknya masalah kesehatan jiwa
yang berdampak pada lingkungan sosial (Keliat, et all., 2011).

2.1.2 Ciri-ciri Gangguan Psikososial


Menurut Keliat, et all., (2011), ciri-ciri gangguan psikososial secara umum
adalah sebagai berikut :
1) Cemas, khawatir berlebihan, takut
2) Mudah tersinggung
3) Sulit konsentrasi
4) Bersifat ragu-ragu
5) Merasa kecewa
6) Pemarah dan agresif
7) Reaksi fisik seperti jantung berdebar, otot tegang, sakit kepala

2.2 Asuhan Keperawatan dengan Gangguan Psikososial : Kecemasan


2.2.1 Definisi Ansietas
Ansietas adalah respon emosional terhadap penilaian individu yang subjektif,
yang dipengaruhi alam bawah sadar dan tidak diketahui secara khusus
penyebabnya. Ansietas merupakan istilah yang sangat akrab dengan kehidupan
sehari-hari yang menggambarkan keadaan khawatir, gelisah, takut, tidak tentram
disertai berbagai keluhan fisik keadaan tersebut dapat terjadi atau menyertai kondisi
situasi kehidupan dan berbagai gangguan kesehatan.
Ansietas adalah tentang pemeliharaan diri. Hal ini terjadi sebagai akibat
ancaman terhadap kepribadian seseorang, harga diri, atau identitas. Ansietas adalah
hasil dari ancaman terhadap sesuatu yang merupakan pusat kepribadian seseorang.
Ansietas dapat dihubungkan dengan rasa takut akan hukuman, ketidaksetujuan,

Askep Gangguan Psikososial : Kecemasan 3


penarikan cinta, ganguan hubungan, isolasi, atau kehilangan fungsi tubuh. Budaya
terkait dengan ansietas, karena budaya dapat mempengaruhi nilai-nilai yang
dianggap paling penting (Gywnn et al 2008; Westermeyer et al 2010).
Ansietas berbeda dengan takut. Takut merupakan penilaian intelektual
terhadap stimulus yang mengancam dan objeknya jelas.

2.2.2 Rentang Respon Ansietas

Adaptif Mal-adaptif

Antisipasi Ringan Sedang Berat Panik

2.2.3 Tingkat Ansietas


1) Ansietas Ringan
Ansietas ringan berhubungan dengan ketegangan akan peristiwa
kehidupan sehari-hari. Pada tingkat ini lapangan persepsi melebar dan
individu akan berhati-hati dan waspada. Individu terdorong untuk belajar
yang akan menghasilkan pertumbuhan dan kreativitas.
 Respon fisiologi
- Sesekali nafas pendek
- Nadi dan tekanan darah naik
- Gejala ringan pada lambung
- Muka berkerut dan bibir bergetar
 Respon kognitif
- Lapang persepsi melebar
- Mampu menerima rangsangan yang kompleks
- Konsentrasi pada masalah
- Menjelaskan masalah secara efektif
 Respon perilaku dan emosi
- Tidak dapat duduk tenang
- Tromor halus pada tangan
- Suara kadang-kadang meninggi

Askep Gangguan Psikososial : Kecemasan 4


2) Ansietas Sedang
Pada tingkat ini lapangan persepsi terhadap lingkungan menurun.
Individu lebih memfokuskan hal-hal penting saat itu dan
mengenyampingkan hal lain.
 Respon fisiologi.
- Sering nafas pendek
- Nadi (ekstrasistole) dan tekanan darah naik
- Mulut kering
- Anoreksia
- Diare atau konstipasi
- Gelisah
 Respon kognitif
- Lapang persepsi menyempit
- Rangsang luar tidak mampu diterima
- Berfokus pada apa yang menjadi perhatian
 Respon perilaku dan emosi
- Gerakan tersentak sentak (meremas tangan)
- Bicara banyak dan lebih cepat
- Susah tidur
- Perasaan tidak aman
3) Ansietas berat
Pada ansietas berat lapangan persepsi menjadi sangat sempit, individu
cenderung memikirkan hal yang kecil saja dan mengabaikan hal lain.
Individu tidak mampu lagi berfikir realistis dan membekukan banyak
pengarahan untuk memusatkan perhatian pada area lain.
 Respon fisiologi
- Nafas pendek
- Nadi dan tekanan darah naik
- Berkeringan dan sakit kepala
- Penglihatan kabur
- Ketegangan
 Respon kognitif

Askep Gangguan Psikososial : Kecemasan 5


- Lapang perepsi sangat penting
- Tidak mampu menyelasaikan masalah
 Respon prilaku dan emosi
- Perasaan ancaman meningkat
- Perbalisasi cepat
- Blocking
4) Panik
Pada tingkat ini lapangan persepsi individu sudah sangat menyempit dan
sudah terganggu sehingga tidak dapat mengendalikan diri lagi dan tidak
dapat melakukan apa-apa walaupun telah diberikan pengarahan.
 Respon fisiologi
- Nafas pendek
- Rasa tercekik dan parpitasi
- Sakit dada
- Pucat
- Hipotensi
- Koordinasi motorik rendah
 Respon kognitif
- Lapang persepsi sangat sempit
- Tidak dapat berfikir logis
 Respon prilaku dan emosi
- Agitasi, mengamuk dan marah
- Ketakutan, berteriak-teriak,docking
- Kehilangan kendali atau kontrol diri
- Persepsi kacau

2.2.4 Fisiologi Kecemasan


Greenberg (2002), Guyton (2006), Molina (2010) & Videbeck (2008),
menjelaskan neurofisiologi kecemasan adalah sebagai berikut:
Respon sistem saraf otonom terhadap rasa takut dan ansietas menimbulkan aktivitas
involunter pada tubuh yang termasuk dalam mekanisme pertahanan diri. Secara
fisiologi situasi stress akan mengaktifkan hipotalamus, yang selanjutnya akan

Askep Gangguan Psikososial : Kecemasan 6


mengaktifkan dua jalur utama stress, yaitu sistem endokrin (korteks adrenal) dan
sistem saraf otonom (simpatis dan parasimpatis).
Untuk mengaktifkan sistem endokrin, setelah hipotalamus menerima
stimulus stres atau kecemasan, bagian anterior hipotalamus akan melepaskan
Corticotrophin Releasing Hormone (CRH), yang akan menginstruksikan kelenjar
hipofisis bagian anterior untuk mensekresikan Adrenocorticotropin Hormone
(ACTH). Dengan disekresikannya hormon ACTH ke dalam darah maka hormon ini
akan mengaktifkan zona fasikulata korteks adrenal untuk mensekresikan hormon
glukortikoid yaitu kortisol. Hormon kortisol ini juga berperanan dalam proses
umpan balik negatif yang dihantarkan ke hipotalamus dan kemudian sinyal
diteruskan ke amigdala untuk memperkuat pengaruh stress terhadap emosi
seseorang.
Selain itu, umpan balik negatif ini akan merangsang hipotalamus bagian
anterior untuk melepaskan hormon Thirotropic Releasing Hormone (TRH) dan
akan menginstruksikan kelenjar hipofisis anterior untuk melepaskan Thirotropic
Hormone (TTH). TTH ini akan menstimulasi kelenjar tiroid untuk mensekresikan
hormon tiroksin yang mengakibatkan perubahan tekanan darah, frekuensi nadi,
peningkatan Basal Metabolic Rate (BMR), peningkatan asam lemak bebas, dan
juga peningkatan ansietas. Mekanisme kedua dari stres yaitu melalui jalur sistem
saraf otonom. Setelah stimulus diterima oleh hipotalamus, maka hipotalamus
langsung mengaktifkan sistem saraf simpatis dan parasimpatis. Aktivasi sistem
saraf simpatis akan mengakibatkan terjadinya peningkatan frekuensi jantung,
dilatasi ateri koronaria, dilatasi pupil, dilatasi bronkus, meningkatkan kekuatan otot
rangka, melepaskan glukosa melalui hati dan meningkatkan aktivasi mental.
Perangsangan saraf simpatis juga mengakibatkan aktivasi dari medula adrenalis
sehingga menyebabkan pelepasan sejumlah besar epineprin dan norepinefrin ke
dalam darah, untuk kemudian kedua hormon ini dibawa oleh darah ke semua
jaringan tubuh.
Epinefrin dan norepinefrin akan berikatan dengan reseptor β1 dan α1
adrenergik dan memperkuat respon simpatis untuk meningkatkan tekanan darah
dan frekuensi nadi. Aktivasi saraf parasimpatis akan mengakibatkan terlepasnya
asetilkolin dari postganglion. Vagus, untuk selanjutnya asetilkolin ini akan

Askep Gangguan Psikososial : Kecemasan 7


berikatan dengan reseptor muskarinik (M3) pada otot polos bronkus dan
mengakibatkan peningkatan frekuensi nafas. Ketika bahaya telah berakhir, serabut
saraf parasimpatis membalik proses ini dan mengembalikan tubuh pada kondisi
normal sampai tanda ancaman berikutnya dan mengaktifkan kembali respons
simpatis.

2.2.5 Respon fisiologi yang mempengaruhi sistem yang ada dalam tubuh manusia
adalah :
a. Sistem kardiovaskuler b. Sistem respirasi
 Palpitasi  Nafas cepat
 Jantung berdebar debar  Sesak nafas
 Peningkatan tekanan darah  Tekanan pada dada
 Pingsan  Pernafasan dangkal
 Aktual pingsan  Tergorokan tersumbat
 Penurunan tekanan darah  Sensasi tersedak
 Penurunan denyut nadi  Terengah-engah

c. Sistem integumen d. Sistem gastrointestinal


 Wajah memerah  Nafsu makan
 Berkeringat lokal (misalnya  Jijik terhadap makanan
telapak tangan)  Perut tidak nyaman
 Gatal  Nyeri perut
 Panas dan dingin  Mual
 Wajah pucat  Rasa panas seperti terbakar
Berkeringan seluruh tubuh Diare

e. Sistem neuromuskular f. Sistem saluran kemih


 Peningkatan refleks  Keinginan untuk buang air
 Reaksi kejut kecil
 Klopak mata berkedut  Sering buang air kecil
 Insomnia
 Tremor
 Kekakuan

Askep Gangguan Psikososial : Kecemasan 8


 Gelisah
 Mondar-mandir
 Wajah tegang
 Kelemahan umum
 Kaki goyah
Gerakan kaku

2.2.6 Respon Perilaku Kognitif


a. Perilaku b. Kognitif
 Gelisah  Gangguan perhatian
 Konsentrasi hilang
 Ketegangan Fisik
 Pelupa
 Tremor
 Salah tafsir
 Gugup bicara cepat  Adanya bloking pada

 Tidak ada koordinasi pikiran


 Menurunnya lapangan
 Kecenderungan untuk
persepsi
celaka
 Kreatifitas dan produktifitas
 Menarik diri menurun
 Menghindar  Bingung
 Rasa khawatir yang
 Terhambat melakukan
berlebihan
aktifitas
 Kehilangan penilaian
objektifitas
 Takut yang berlebihan dan
akan kehilangan kembali

2.2.7 Mekanisme Koping


Ketika klien mengalami ansietas, individu menggunakan bermacam-macam
mekanisme koping untuk mencoba mengatasinya. Dalam bentuk ringan
ansietas dapat diatasi dengan menangis, tertawa, tidur, olahraga, atau

Askep Gangguan Psikososial : Kecemasan 9


merokok. Bila terjadi ansietas berat sampai panik akan terjadi
ketidakmampuan mengatasi ansietas secara konstruktif merupakan penyebab
utama perilaku yang patologis, individu akan menggunakan energy yang
lebih besar untuk mengatasi ancaman tersebut.
Mekanisme koping untuk mengatasi ansietas:
1. Reaksi yang Berorientasi Pada Tugas (Task Oriented Reaction)
Merupakan pemecahan masalah secara sadar yang digunakan untuk
menanggulangi ancaman stressor yang ada secara realistis;
a. Perilaku menyerang (Agresif)
Biasanya digunakan individu untuk mengatasi rintangan agar
memenuhi kebutuhan.
b. Perilaku menarik diri
Digunakan untuk menghilangkan sumber ancaman baik secara fisik
maupun psikologis.
c. Perilaku kompromi
Digunakan untuk merubah tujuan-tujuan yang akan dilakukan atau
mengorbankan kebutuhan personal untuk mencapai tujuan.
2. Mekanisme Pertahanan Ego (Ego Oriented Reaction)
Meknaisme ini mebantu mengatasi ansietas ringan dan sedang yang
digunakan untuk melindungi diri dan dilakukan secara sadar untuk
mempertahankan keseimbangan.
Mekanisme pertahanan ego;
a. Disosiasi adalah pemisahan dari proses mental atau perilaku dari
kesadaran atau identitasnya, contohnya: seorang laki-laki yang
dibawa ke ruang emergensi karena mengamuk ternyata tidak mampu
menjelaskan kembali kejadian tersebut (lupa sama sekali).
b. Identifikasi adalah proses dimana seseorang untuk menjadi yang ia
kagumi berupaya dengan mengambil/meniru pikiran-pikiran,
perilaku dan selera orang tersebut. Contoh: seorang mahasiswa
mengubah model rambutnya menirukan dosennya yang ia kagumi.
c. Intelektualisasi adalah penggunaan logika dan alasan yang
berlebihan untuk menghindari pengalaman yang menggangu

Askep Gangguan Psikososial : Kecemasan 10


perasaaannya. Contoh: seorang wanita menghindari kecemasan
terhadap pusat perbelanjaan dengan mengemukakan alasan bahwa
tanpa pergi ketempat tersebut dianggap menghemat waktu dan uang.
d. Introjeksin adalah suatu jenis identifikasi yang dimana seseorang
mengambil dan melebur nilai-nilai dan kualitas seseorang atau suatu
kelompok kedalam struktur egonya sendiri, berupa hati nurani.
Contoh: rasa benci atau kecewa terhadap kematian orang yang
dicintai, dialihkan dengan cara menyalahkan diri sendiri.
e. Kompensasi adalah proses dimana seseorang memperbaiki
penurunan citra diri dengan secara tegas menonjolkan
keistimewaan/kelebihan yang dimilikinya. Contoh: Tn. A berusia 41
tahun seorang pengusaha. Merasa fisiknya pendek.
f. Penyangkalan (Denial) adalah menyatakan ketidaksetujuan terhadap
realitas dengan mengingakri realitas tersebut. Mekanisme
pertahanan ini adalah penting sederhana dan primitif.
g. Pemindahan (Displacement) adalah pengalihan emosi yang semula
ditujukan pada seseorang/benda kepada orang lain/benda lain yang
biasanya netral atau kurang mengancam dirinya.
h. Isolasi adalah pemisahan unsur emosional dari suatu pikiran yang
mengganggu dapat bersifat sementara atau jangka panjang.
i. Proyeksi adalah pengalihan buah pikiran atau impuls pada diri
sendiri kepada orang lain terutama kenginan, perasaan emosional
dan motivasi yang tidak dapat ditoleransi.
j. Rasionalisasi adalah mengemukakan penjelasan yang tampak logis
dan dapat diterima masyarakat untuk membenarkan perasaan
perilaku dan motif yang tidak dapat diterima.
k. Reaksi formasi adalah pengembnaan sikap dan pola perilaku yang ia
sadari yang bertentangan dengan apa yang sebernanya ia rasakan
atau ingin dilakukan.
l. Regresi adalah kemunduran akibat stress terhadap perilaku dan
merupakan ciri khas dari suatu taraf perkembangan yang lebih dini.

Askep Gangguan Psikososial : Kecemasan 11


m. Represi adalah mengenyampingkan secara tidak sadar tentang
pikiran, ingatan yang menyakitkan atau bertentangan, dari kesadaran
seseorang, merupakan pertahanan ego yang primer yang cenderung
diperkuat oleh mekanisme lain.
n. Pemisahan (Splitting) adalah sikap mengelompokkan orang
dianggap semuanya baik atau semuanya buruk, kegagalan untuk
memajukan nilai-nilai positif dan negative didalam diri seseorang.
o. Sublimasi penerimaan suatu sasaran pengganti yang mulia, artinya
dimata masyarakat untuk suatu dorongan yang mengalami halangan
normal.
p. Supresi suatu proses yang digolongkan sebagai mekanisme
pertahanan tetapi sebenarnya merupakananalog represi yang
disadari; pengesampingan yang disengaja tentang suatu bahan dari
kesadaran seseorang; kadang-kadang dapat mengarah pada represi
yang berikutnya.
q. Undoing tindakan/ perilaku atau komunikasi yang menghapuskan
sebagian dari tindakan/perilaku atau komunikasi sebelumnya;
merupakan mekanisme pertahanan primitif.
2.2.8 Asuhan Keperawatan
1) Pengkajian
a. Perilaku
Ansietas dapat dinyatakan secara lansung memalui perubahan
fisiologis dan prika atau tidak langsung melalui respon kognitif dan
efektif,termasuk terjadinya gejala atau mekanisme toping yang
dikembangkan sebagai pertahanan terhadap ansietas. Sipat dari respon
yng ditampilkan tergantung pada tingkat ansietasnya. Intensitas respon
meningkat dengan meningkatnya ansietas.
Dalam menggambarkan efek dari ansietas pada respon fisiologis,
tingkat ansietas ringan dan sedang meningkatkan kapasitas orang
sebaliknya, ansietas berat dan panik melumpuhkan kapasitas. Respon
fisiologin yang berhubungan dengan ansietas diatur terutama oleh otak

Askep Gangguan Psikososial : Kecemasan 12


melalui sitem saraf otonom. Tubuh menyesuaikan secara internal tanpa
usaha sadar atu sukarela.
Ada 2 jenis respon otonom
 Parasimpatik-melindungi respon tubuh
 Simpatik – menaktifkan respon tubuh.
Reaksi simpatik paling sering terjadi pada respon ansietas reaksi ini
mempersiapkan tubuh untuk menghadapi situasi darurat dengan reaksi
fight-or-flight. Hal ini juga dapat memicu sindrom adaptasi umum.
Untuk beberapa orang reaksi parasipatis dapat hidup berdampingan
atau berdominasi serta menghasilkan efek yang berlawanan. Reaksi
fisologis lainnya juga mungkan jelas.
Respons prilaku klien ansietas memiliki 2 aspek yaitu kepribadian dan
interpersonal. Tingginya tingkat ansietas memengaruhi kordinasi
gerakan involunter, dan respons serta dapat mengganggu hubungan
manusia. Klien ansietas biasnya menarik diri dan mengurangi
keterlibatan interpersonal.
Fungsi kognitif juga diperngaruhi oleh ansietas, mengahsilkan
masalah konsentrasi, kebingungan, dan pemecahan masalah yang buruk.
Akhirnya perawat dapat mengkaji ansietas dari reaksi emosional klien,
atau respon efektif, melalui gambaran subjektif dari pengalaman pribadi
klien. Seringkali, klien menggambarkan diri dengan kekakuan otot
tubuh, gugup, gelisah, cemas, khawatir, atau resah.
Klien mungkin menggambarkan perasaan marah, bosan, terhina,
depresi, jengkel, tidak berharga, cemburu, depresiasi diri, curiga, sedih,
atau tidak berdanya. Kombinasi emosi membuat perawat sulit
membedakan antara ansietas dan depresi, karena gambaran klien
mungkin serupa.

Pemeriksaan Penunjang :
HRS-A (Hamilton Rating Scale for Anxiety)
Tingkat kecemasan dapat diukur dengan menggunakan Hamilton Rating
Scale for Anxiety (HRS-A) yang sudah dikembangkan oleh kelompok Psikiatri
Biologi Jakarta (KPBJ) dalam bentuk Anxiety Analog Scale (AAS). Validitas AAS

Askep Gangguan Psikososial : Kecemasan 13


sudah diukur oleh Yul Iskandar pada tahun 1984 dalam penelitiannya yang
mendapat korelasi yang cukup dengan HRS A (r = 0,57 – 0,84).
Kecemasan dapat diukur dengan pengukuran tingkat kecemasan menurut
alat ukur kecemasan yang disebut HARS (Hamilton Anxiety Rating Scale). Skala
HARS merupakan pengukuran kecemasan yang didasarkan pada munculnya
symptom pada individu yang mengalami kecemasan. Menurut skala HARS terdapat
14 syptoms yang nampak pada individu yang mengalami kecemasan. Setiap item
yang diobservasi diberi 5 tingkatan skor
antara 0 (Nol Present) sampai dengan 4 (severe).
Skala HARS pertama kali digunakan pada tahun 1959, yang diperkenalkan
oleh Max Hamilton dan sekarang telah menjadi standar dalam pengukuran
kecemasan terutama pada penelitian trial clinic. Skala HARS telah dibuktikan
memiliki validitas dan reliabilitas cukup tinggi untuk melakukan pengukuran
kecemasan pada penelitian trial clinic yaitu 0,93 dan 0,97. Kondisi ini
menunjukkan bahwa pengukuran kecemasan dengan menggunakan skala HARS
akan diperoleh hasil yang valid dan reliable.
Skala HARS (Hamilton Anxiety Rating Scale) yang dikutip Nursalam (2003)
penilaian kecemasan terdiri dan 14 item, meliputi:
a) Perasaan Cemas firasat buruk, takut akan pikiran sendiri, mudah
tersinggung.
b) Ketegangan merasa tegang, gelisah, gemetar, mudah terganggu dan lesu.
c) Ketakutan: takut terhadap gelap, terhadap orang asing, bila tinggal sendiri
dan takut pada binatang besar.
d) Gangguan tidur: sukar memulai tidur, terbangun pada malam hari, tidur
tidak pulas dan mimpi buruk.
e) Gangguan kecerdasan: penurunan daya ingat, mudah lupa dan sulit
konsentrasi.
f) Perasaan depresi: hilangnya minat, berkurangnya kesenangan pada hobi,
sedih, perasaan tidak menyenangkan sepanjang hari.
g) Gejala somatik: nyeri pada otot-otot dan kaku, gertakan gigi, suara tidak
stabil dan kedutan otot.

Askep Gangguan Psikososial : Kecemasan 14


h) Gejala sensorik: perasaan ditusuk-tusuk, penglihatan kabur, muka merah
dan pucat serta merasa lemah.
i) Gejala kardiovaskuler: takikardi, nyeri di dada, denyut nadi mengeras dan
detak jantung hilang sekejap.
j) Gejala pernapasan: rasa tertekan di dada, perasaan tercekik, sering menarik
napas panjang dan merasa napas pendek.
k) Gejala gastrointestinal: sulit menelan, obstipasi, berat badan menurun, mual
dan muntah, nyeri lambung sebelum dan sesudah makan, perasaan panas di
perut.
l) Gejala urogenital: sering kencing, tidak dapat menahan kencing, aminorea,
ereksi lemah atau impotensi.
m) Gejala vegetatif: mulut kering, mudah berkeringat, muka merah, bulu roma
berdiri, pusing atau sakit kepala.
n) Perilaku sewaktu wawancara: gelisah, jari-jari gemetar, mengkerutkan dahi
atau kening, muka tegang, tonus otot meningkat dan napas pendek dan
cepat.
Cara penilaian kecemasan adalah dengan memberikan nilai dengan kategori:
0 = tidak ada gejala sama sekali
1 = Satu dari gejala yang ada
2 = Sedang/ separuh dari gejala yang ada
3 = berat/lebih dari ½ gejala yang ada
4 = sangat berat semua gejala ada
Penentuan derajat kecemasan dengan cara menjumlah nilai skor dan item 1- 14
dengan hasil:
1. Skor kurang dari 6 = tidak ada kecemasan.

2. Skor 7 – 14 = kecemasan ringan.

3. Skur 15 – 27 = kecemasan sedang.

4. Skor lebih dari 27 = kecemasan berat.

No Pertanyaan 0 1 2 3 4

Askep Gangguan Psikososial : Kecemasan 15


1 Perasaan Ansietas

 Cemas
 Firasat Buruk
 Takut Akan Pikiran Sendiri
 Mudah Tersinggung
2 Ketegangan

 Merasa Tegang
 Lesu
 Tak Bisa Istirahat Tenang
 Mudah Terkejut
 Mudah Menangis
 Gemetar
 Gelisah
3 Ketakutan

 Pada Gelap
 Pada Orang Asing
 Ditinggal Sendiri
 Pada Binatang Besar
 Pada Keramaian Lalu Lintas
 Pada Kerumunan Orang Banyak
4 Gangguan Tidur

 Sukar Masuk Tidur


 Terbangun Malam Hari
 Tidak Nyenyak
 Bangun dengan Lesu
 Banyak Mimpi
 Mimpi - Mimpi Buruk
 Mimpi Menakutkan

Askep Gangguan Psikososial : Kecemasan 16


5 Gangguan Kecerdasan

 Sukar Konsentrasi
 Daya Ingat Buruk
6 Perasaan Depresi

 Hilangnya Minat
 Berkurangnya Kesenangan Pada
Hobi
 Sedih
 Bangun Dini Hari
 Perasaan Berubah-Ubah
Sepanjang Hari
7 Gejala Somatik (Otot)

 Sakit dan Nyeri di Otot-Otot


 Kaku
 Kedutan Otot
 Gigi Gemerutuk
 Suara Tidak Stabil
8 Gejala Somatik (Sensorik)

 Tinitus
 Penglihatan Kabur
 Muka Merah atau Pucat
 Merasa Lemah
 Perasaan ditusuk-Tusuk
9 Gejala Kardiovaskuler

 Takhikardia
 Berdebar
 Nyeri di Dada
 Denyut Nadi Mengeras

Askep Gangguan Psikososial : Kecemasan 17


 Perasaan Lesu/Lemas Seperti
Mau Pingsan
 Detak Jantung Menghilang
(Berhenti Sekejap)
10 Gejala Respiratori

 Rasa Tertekan atau Sempit Di


Dada
 Perasaan Tercekik
 Sering Menarik Napas
 Napas Pendek/Sesak
11 Gejala Gastrointestinal

 Sulit Menelan
 Perut Melilit
 Gangguan Pencernaan
 Nyeri Sebelum dan Sesudah
Makan
 Perasaan Terbakar di Perut
 Rasa Penuh atau Kembung
 Mual
 Muntah
 Buang Air Besar Lembek
 Kehilangan Berat Badan
 Sukar Buang Air Besar
(Konstipasi)
12 Gejala Urogenital

 Sering Buang Air Kecil


 Tidak Dapat Menahan Air Seni
 Amenorrhoe
 Menorrhagia

Askep Gangguan Psikososial : Kecemasan 18


 Menjadi Dingin (Frigid)
 Ejakulasi Praecocks - Ereksi
Hilang
 Impotensi
13 Gejala Otonom

 Mulut Kering
 Muka Merah
 Mudah Berkeringat
 Pusing, Sakit Kepala
 Bulu-Bulu Berdiri
14 Tingkah Laku Pada Wawancara

 Gelisah
 Tidak Tenang
 Jari Gemetar
 Kerut Kening
 Muka Tegang
 Tonus Otot Meningkat
 Napas Pendek dan Cepat
 Muka Merah
Tingkat Kecemasan
Stuart dan Sundeen (1995) membagi kecemasan menjadi 4 tingkatan yaitu :

1. Kecemasan Ringan
Kecemasan ringan berhubungan dengan ketegangan akan peristiwa kehidupan
sehari-hari. Pada tingkat ini lahan persepsi melebar dab individu akan berhati-hati
dan waspada. Individu terdorong untuk belajar yang akan menghasilkan
pertumbuhan dan kreativitas.

2. Kecemasan sedang
Pada tingkat ini lahan persepsi terhadap lingkungan menurun/individu lebih
memfokuskan pada hal penting saat itu dan mengesampingkan hal lain.

3. Kecemasan Berat

Askep Gangguan Psikososial : Kecemasan 19


Pada kecemasan berat lahan persepsi menjadi sempit. Individu cenderung
memikirkan hal yang kecil saja dan mengabaikan hal-hal yang lain. Individu tidak
mampu berfikir berat lagi dan membutuhkan banyak pengarahan/tuntutan.

4. Panik
Pada tingkat ini persepsi sudah terganggu sehingga individu sudah tidak dapat
mengendalikan diri lagi dan tidak dapat melakukan apa-apa walaupun sudah diberi
pengarahan/tuntunan.

2) Diagnosa Keperawatan
a. Ansietas :
 Tingkat ansietas panik berhubungan dengan penolakan keluarga,
yang dibuktikan oleh kebingungan dan gangguan pengambilan
keputusan
 Ansietas berat terkait dengan konflik seksual yang dibuktikan
dengan mencuci tangan berulang-ulang dan pikiran berulang
tentang pikiran dan kuman.
 Ansietas berat terkait dengan konflik rumah tangga yang
dibuktikan oleh ketidak mampuan untuk meninggalkan rumah.
 Ansietas sedang terkait dengan tekanna keungan,yang dibuktikan
oleh episode berulang dari nyeri perut dan mules.
 Ansietas sedang terkait dengan asumsi peran keibuan, yang
dibuktikan oleh penghambatan dan penghindaran.
 Ansietas sedang terkait dengan kinerja sekolah yang buruk, yang
dibuktikan oleh penggunaan penyangkalan berlebihan dan
rasionalisasi
b. Ketidakefektipan koping :
 Ketidakefektipan koping berhubungan dengan kematian putrinya,
yang dibuktikan oleh ketidak mampuan untuk mengingat
peristiwa-peristiwa yang berkaitan dengan kecelakaan mobil.

Askep Gangguan Psikososial : Kecemasan 20


 Ketidakefektipan koping berhubungan dengan penyakit anak,yang
dibuktikan oleh kemampuan untuk berkonsentrasi yang terbatas
dan agitasi psikomotor.
c. Kesiapan meningkatkan koping
 Kesiapan untuk meningkatkan pola koping berhubungan dengan
adopsi cucu setelah kematian orang tua anak, yang dibuktikan oleh
keterkibatan dalam trapi keluarga dan modifikasi lingkungan hidup
untuk mempromosikan inklusi anak di rumah.
d. Ketakutan
 Ketakutan yang berhubungan dengan oprasi yang akan datang,
yang dibuktikan oleh permusuhan terhadap stap dan gelisah.

3) Perencanaan dan Implementasi


Rencana tindakan keperawatan pada ansietas berat dan panik.
Tujuan utama : Klien dapat mengurangi ansietasnya sampai tingkat
sedang atu tingkat ringan.
Tujuan khusus :
Klien mampu :
a. Membina hubungan saling percaya
b. Menyadari dan mengontrol
c. Perasaan sendiri menyadari dan mengontrol perasaan sendiri
d. Menyakinkan klien tentang manfaat mekanisme koping yang
bersifat melindunginya
e. Mengidentifikasi situasi yang dapat menyebabkan ansietas
f. Menganjurkan klien meningkatkan aktifitas sehari-hari
g. Meningkatkan keseahtan fisik dan kesejahtraan klien.

4) Intervensi
Tujuan khusus 1 :
 Dengarkan keluhan klien
 Dukung klien untuk mendiskusikan perasaanya
 Jawab pertanyaan klien secara langsung
 Tanyakan sikap menerima klin tanpa pamrih

Askep Gangguan Psikososial : Kecemasan 21


 Hargai pribadi klien.
Tujuan khusus 2 :
 Bersikap terbuka
 Terimaan perasaan positif maupun negatif termasuk perkembangan
ansietasnya
 Pahami perasaan anda dengan cara yang terapeutik

Tujuan khusus 3:
 Menerima dan memberikan dukungan pada klien tanpak mnenetang
kenyakinannya
 Sadari kenyakinan tentang rasa sakit yang dikaitkan dengan
mekanisme koping
 Beriumpam balik pada klien mengenai prilaku stressor,penilaian dan
sumber koping
 Dukung ide-ide tentang kesehatan fisik yang berkaitan dengan
kesehatan emosionalnya
 Beri batasan prilaku yang maladaptif dengan cara yang mendukung

Tujuan khusus 4:
 Tunjukan sifat yang tenang
 Menciptakan situasi dan lingkungan yang tenang
 Batasi interaksi klien lain untuk mengurangi rangsangan yang dapat
menimbulkan ansietas
 Indentifikasi dan modifikasi situasi yang dapat menyebabkan
ansietas
 Beri bantuan trapi fisik seperti massage

Tujuan khusus 5:
 Beriaktifitas yang bersifat mendukung atau menguatkan prilaku
sosial yang produktif
 Beri klien latihan fisik sesuai bakat dan kemampuan
 Rencanakan jadwal aktifitas yang dapat dilakukan sehari-hari
 Libatkan keluarga dan sistem pendukung lainnya

Askep Gangguan Psikososial : Kecemasan 22


Tujuan khusus 6:
 Beri obat untuk membantu menurunkan ketidak nyamanan klien
 Amati efek samping obat
 Berikan pendidikan kesehatan pada klien

5) Rencana tindakan pada ansietas sedang


Tujuan umum : klien dapat menyelesaikan masalahnya dan mengatasi
stres
Tujuan khusus :
Klien mampu:
 Menjalin dan mempertahankan hubungan saling percaya
 Membantu dirinya untuk menyadari dan mengenal stres
 Membantu dirinya untuk menegenal ansietasnya
 Memperluas kesadarannya terhadap perkembangan ansietas
 Membantu dirinya mempelajari respons koping baru yang efektif
 Meningkatkan respons relaksasi.

6) Implementasi
Tujuan khusus 1:
 Jadi pendengar yang baik, hangat dan responsif
 Beri waktu yang cukup pada klien untuk bersespon
 Beri dukungan pada klien untuk mengekspresikan dirinya.
Tujuan khusus 2:
 Kenali perasaan perawat sendiri
 Identifikasi pila prilaku klien yang dapat menimbulkan perasaan
negatif akibat pendekatan perawat
 Bersama klien gali prilaku mal adaktif sehingga klien dapat belajar
dan berkembang.
Tujuan khusus 3:
 Bantu klien untuk mengidentifikasikan daan mengungkapkan
perasaanya.
 Kaitkan prilaku klien dengan persaannya.
 Palidati kesimpulan dan asumsi klien

Askep Gangguan Psikososial : Kecemasan 23


 Gunakan teknik komprontasi yang positif
Tujuan khusus 4 :
 Bantu klien menjelaskan situasi dan interaksi yang mendahului
ansietas
 Bersama klien tinjau kembali penilaian klien terhadap setresor yang
dapat mengancam dan menimbulkan konflik
 Kaitkan pengalaman sekarang dengan pengalaman masalalu klien
yang relevan

7) Teknik relaksasi
Tujuannya :
Untuk meningkatkan respon kegiatannya:
 Jalin dan pertahankan hubungan saling percanya.
 Diskusikan perubahan fisiologis yang berhubungan relaksasi
 Ajarkan relaksasi otot yang mendalam melalui latihan relaksasi yang
beruntun.
 Sertakan klien dalam prosedur progresif sehingga ketegangan
seluruh tubuhnya menjadi rileks
 Jelaskan prosedur relaksasi dan komponennya. Uraikan elemen-
elemen meditasi dan bnatu klien untuk menggunakan teknik
relaksasi.
 Bantu mengatasi situasi yang dapat menimbulkan ansietas.
 Bersama klien menyususn jenjang dari situasi yang dapat
menimbullkan ansietas
 Lakukan relaksasi yang sistematis
 Lakukan imajinasi atau frealitas dengan menggunakan teknik
relaksasi
 Berikan fasilitas pengguanaan teknik relaksasi secara praktis dalam
lingkungan yang aman.
 Fasilitasi klien untuk bermain peran dengan perawat tentang situasi
yang dapat menimbulakan stres.

Askep Gangguan Psikososial : Kecemasan 24


8) Evaluasi
 Ancaman terhadap integritas fisik dan harga diri klien menurun
 Tingkah laku klien merepleksikan tingkat ansietas ringan atau
sedang
 Sumber koping di kaji dan digunakan
 Klien mengenal ansietasnya dan menyadari perasaan tersebut
 Klien mempelajari strategi adaptif yang baru untuk menurunkan
ansietasnya
 Klien menggunakan ansietas untuk meningkatkan perkembangan
dan pertumbuhannya.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Gangguan psikososial adalah setiap perubahan dalam kehidupan individu
baik yang bersifat psikologis ataupun sosial yang mempunyai pengaruh timbal balik

Askep Gangguan Psikososial : Kecemasan 25


dan dianggap berpotensi cukup besar. Adapun ciri-cirinya seperti cemas, mudah
tersinguung, sulit berkonsentrasi, bersifat ragu-ragu, merasa kecewa, pemarah, serta
adanya reaksi fisik seperti jantung berdebar maupun sakit kepala.
Ansietas adalah respon emosional terhadap penilaian indivudu yang subjektif,
yang dipengaruhi alam bawah sadar dan tidak diketahui secara khusus
penyebabnya. Ansietas juga hal yang sangat akrab dengan kehidupan sehari-hari
yang menggambarkan keadaan khawatir, gelisah, takut, tidak tentram disertai
berbagai keluhan fisik keadaan tersebut dapat terjadi atau menyertai kondisi situasi
kehidupan dan berbagai gangguan kesehatan. Ansietas juga terdapat beberapa
tingkatan yaitu ansietas ringan, sedang, berat, dan panik.

3.2 Saran
3.2.1 Bagi Mahasiswa
Diharapkan dapat dijadikan sebagai tambahan ilmu dan referensi ketika
akan membuat sebuah makalah yang berkualitas dengan gangguan kecemasan.
3.2.2 Bagi Institusi Pendidikan
Dirahapkan dapat menambah daftar kepustakaan terkhusus pada
keperawatan jiwa.

Askep Gangguan Psikososial : Kecemasan 26

Anda mungkin juga menyukai