“ Rujukan Ginekologi ”
Disusun Oleh :
NIM : PO.62.24.2.19.189
Matkul : Ginekologi
D-III KEBIDANAN
POLTEKKES KEMENKES PALANGKA RAYA
Kata Pengantar
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat-Nya
sehingga makalah yang berjudul “ Rujukan Ginekologi ’’ ini dapat terselesaikan tepat pada
waktunya.
Dalam menyusun makalah ini, penyusun banyak mengalami hambatan dan kesulitan.
Namun berkat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak akhirnya makalah ini dapat
terselesaikan. Pada kesempatan ini penyusun mengucapkan banyak terima kasih kepada
semua pihak yang terlibat di dalam penyusunan makalah ini, terutama kepada dosen mata
kuliah Ginekologi
Kami menyadari bahwa makalah ini sangat sederhana dan jauh dari sempurna, oleh
karena itu penyusun mengharapkan kritik dan sarannya untuk lebih baiknya makalah ini.
Semoga makalah ini memberikan manfaat kepada pembaca sekalian
Penyusun
i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar........................................................................................................... i
Daftar Isi..................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Sistem rujukan upaya keselamatan adalah suatu sistem jaringan fasilitas pelayanan
kesehatan yang memungkinkan terjadinya penyerahan tanggung jawab secara timbal
balik atas masalah yang timbul baik secara vertikal (komunikasi antara unit yang
sederajat) maupun horizontal (komunikasi inti yang lebih tinggi ke unit yang lebih
rendah) ke fasilitas pelayanan yang lebih kompeten, terjangkau, rasional dan tidak
dibatasi oleh wilayah administrasi.
Tujuan umum sistem rujukan adalah untuk meningkatkan mutu, cakupan dan
efisiensi pelayanan kesehatan secara terpadu. Tujuan khusus sistem rujukan adalah :
1.3. Tujuan
1. Mengetahui apa itu sistem rujukan kasus ginekologi
2. Mengetahui prinsip penanganan penyakit menular
3. Mengetahui asuhan bidan dalam rujukan kasus ginekologi
4. Mengetahui cara merujuk kasus-kasus ginekologi
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
Jika penderita telah sembuh dan hasil laboratorium telah selesai, kembalikan
dan kirimkan ke unit semula, jika perlu disertai dengan keterangan yang
lengkap (surat balasan).
Tata laksana rujukan :
1. Internal antar - petugas di satu rumah
2. Antara puskesmas pembantu dan puskesmas
3. Antara masyarakat dan puskesmas
4. Antara satu puskesmas dan puskesmas lainnya
5. Antara puskesmas dan rumah sakit, laboratorium atau fasilitas pelayanan
kesehatan lainnya
6. Internal antar – bagian/unit pelayanan di dalam satu rumah sakit
7. Antar rumah sakit, laboratorium atau fasilitas pelayanan lain dari rumah sakit
B. Indikasi, Tujuan, dan Keuntungan Sistem Rujukan
Indikasi perujukan ibu :
a. Riwayat seksio sesaria
b. Perdarahan pervaginam
c. Persalinan kurang bulan (usia kehamilan kurang dari 37 minggu)
d. Ketuban pecah dengan mekonium yang kental
e. Ketuban pecah lama (kurang lebih 24jam)
f. Ketuban pecah pada persalinan kurang bulan
g. Ikterus
h. Anemia berat
i. Tanda/gejala infeksi
j. Preeklamsia/hipertensi dalam kehamilan
k. Tinggi fundus 40cm atau lebih
l. Gawat janin
m. Primipara dalam fase aktif persalinan dengan palpasi kepala janin masih 5/5
n. Presentasi bukan belakang kepala
o. Kehamilan gemeli
p. Presentasi majemuk
q. Tali pusat menumbung
r. Syok
3
Keuntungan sistem rujukan, antara lain :
a. Pelayanan yang diberikan sedekat mungkin ke tempat pasien, berarti bahwa
pertolongan dapat diberikan lebih cepat, murah, dan secara psikologis
memberi rasa aman pada pasien dan keluarganya.
b. Dengan adanya penataran yang teratur diharapkan pengetahuan dan
keterampilan petugas daerah makin meningkat sehingga semakin banyak
kasus yang dapat dikelola di daerah masing-masing.
c. Masyarakat desa dapat menikmati tenaga ahli.
4
2.2. Prinsip Penanganan Penyakit Menular
Penyakit menular seksual merupakan penyakit yang ditakuti oleh setiap orang.
Angka kejadian penyakit ini termasuk tinggi di Indonesia. Kelompok resiko yang rentan
terinfeksi tentunya adalah seseorang yang sering “jajan” alias punya kebiasaan perilaku
yang tidak sehat. Prinsip penanganan penyakit menular meliputi 2 hal, yaitu penanganan
awal dan penanganan khusus.
A. Penanganan Awal
Memutuskan rantai penularan infeksi PMS
Mencegah berkembangnya PMS serta komplikasi-komplikasinya
Usaha-usaha pencegahan dan tindakan efektif terhadap penyebaran penyakit
menular dapat dilakukan antara lain:
5
7. Desinfeksi
Melakukan suci hama pada tinja,urin,muntahan pasien serta peralatan yang
telah di pakai oleh penderita
6
B. Penanganan Khusus
a. Tidak melakukan hubungan seksual, tidak berganti-ganti pasangan, menggunakan
kondom setiap hubungan.
b. Menghindari transfusi darah dengan donor yang tidak jelas asal-usulnya.
c. Kebiasaan menggunakan alat kedokteran maupun non medis yang tidak steril.
Yang lebih penting dari semua itu adalah menjaga nilai-nilai moral, agama, nilai
etika dan norma kehidupan bermasyarakat karena dengan moral dan etika yang baik
kita akan terhindar dari gangguan atau penyakit yang akan membawa kita dalam
masalah serius.
2.3. Rujukan Ginekologi
Dalam rujukan terhadap kelainan ginekologi, asuhan yang diberikan oleh Bidan,
antara lain :
Anamnesa
Pada anamnesa hal-hal yang perlu ditanyakan :
a. Riwayat Kesehatan
Ini berhubungan dengan kebudayaan, ras, dan umur, ini berguna untuk
membantu bidan mengkaji kelompok resiko terjadinya penyakit-penyakit gangguan
system reproduksi.Kebudayaan kepercayaan/agama sangat mempengaruhi perilaku
seseorang dalam hal seksualitas, jumlah pasangan. Penggunaan kontrasepsi dan
prosedur spesifik terhadap mengakhiri kehamilan. Kebiasaan sehat pasien seperti :
diet, tidur dan latihan penting untuk dikaji. Pentingnya juga ditentukan apakah
pasien peminum alcohol, perokok dan menggunakan obat-obatan.
b. Status Sosial Ekonomi
Yang perlu dikaji : tempat lahir, lingkungan, posisi dalam keluarga,
pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, situasi financial, sumber stress, agama,
aktivitas-aktivitas yang menyenangkan akan mempengaruhi kesehatan reproduksi.
c. Riwayat Kesehatan Sekarang
Meliputi keluhan utama, misalnya : nyeri, perdarahan, pengeluaran
cairan/secret melalui vagina, ada masa keluhan.
d. Fungsi Reproduksi
Nyeri yang berhubungan dengan gangguan sistem reproduksi hampir sama
dengan nyeri pada gangguan pada system gastrointestinal dan perkemihan pasien
harus menguraikan tentang : nyeri, intensitas kapan dan dimana kesediaannya,
durasi dan menyebabkan nyeri bertambah dan berkurang, hubungan nyeri dan
menstruasi, seksual fungsi urinaris dan gastrointestinal.
Perdarahan perlu dikaji ke dalam perdarahan abnormal seperti : perdarahan
pada saat kehamilan dan setelah menopause, karakteristik perdarahan abnormal
harus dikaji mencakup : terjadinya durasi, interval, dan faktor-faktor pencetus
perdarahan. Kapan kejadiannya : pada siklus menstruasi atau menopause, setelah
7
berhubungan seksual, trauma atau setelah aktivitas juga dikaji jumlah darah, warna
konsistensi dan perubahan-perubahan yang terjadi.
Pengeluaran cairan melalui vagina dapat menyebabkan infeksi berair di
sekitarnya jaringan, gatal, nyeri, selanjutnya timbul rasa malu dan cemas. Perawat
harus menanyakan tentang jumlah, warna, konsistensi, bau dan pengeluaran terus
menerus. Gejalanya seperti luka, perdarahan, gatal, dan nyeri pada genital.
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan ini mencakup :
a. Pemeriksaan fisik umum yaitu : tinggi badan, berat badan, bentuk/postur tubuh,
system pernafasan, kardiovaskuler, tingkat kesadaran.
b. Pemeriksaan spesifik yaitu :
o Pemeriksaan Payudara
Pemeriksaan inspeksi payudara dilakukan pada pasien dengan posisi
duduk. Hal yang diperiksa : ukuran, simetris, apakah ada pembengkakan, masa
retraksi, jaringan parut/bekas luka,kondisi putting susu.
o Pemeriksaan Abdomen
Pemeriksaan abdomen untuk mengetahui adanya masa
abdominopelvic. Massa yang dapat ditemukan pada organ reproduksi,
sehingga perlu dikombinasikan riwayat kesehatan.
o Pemeriksaan Genetalia Eksternal
Bertujuan mengkaji kesesuaian umur dengan perkembangan system
reproduksi. Posisi pasien saat pemeriksaan genetalia eksternal adalah litotomi.
Kaji kondisi rambut pada simpisis pubis dan vulva, kulit dan mukosa vulva
dari anterior ke posterior hal yang dikaji mencakup adanya tanda-tanda
peradangan, bengkak, lesi dan pengeluarn cairan dari vagina.
o Pemeriksaan Pelvic
Pemeriksaan dalam pada vagina dan serviks, pertama kali dilakukan
secara manual dengan jari telunjuk, untuk menentukan lokasi serviks.
Lakukan inspeksi serviks, erosi, nodul, massa, cairan pervaginam dan
perdarahan, juga lesi atau luka.
2.4. Cara Merujuk Kasus-Kasus Ginekologi
Dalam merujuk kasus-kasus ginekologi, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu
Bidan, Alat, Keluarga, Surat, Obat, Kendaraaan, dan Uang (BAKSOKU).
Yang dimaksud dengan BAKSOKU yaitu :
B (Bidan)
Pastikan ibu/klien/bayi didampingi oleh tenaga kesehatan yang kompeten dan
memiliki kemampuan untuk melaksanakan kegawatdaruratan.
A ( Alat)
Bawa perlengkapan dan bahan-bahan yang diperlukan, seperti spuit, infuse set,
tensimeter, dan stetoskop.
8
K (Keluarga)
Beritahu keluarga tentang kondisi terakhir ibu (klien) dan alasan mengapa ia dirujuk.
Suami dan anggota keluarga lain harus menemani ibu (klien) ketempat rujukan.
S (Surat)
Beri surat ketempat rujukan yang berisi identifikasi ibu (klien), alasan rujukan, uraian
hasil rujukan, asuhan atau obat-obatan yang telah diterima oleh ibu (klien).
O (Obat)
Bawa obat-obat esensial diperlukan selama perjalan merujuk.
K (Kendaraan)
Siapkan kendaraan yang cukup baik untuk memungkinkan ibu dalam kondisi yang
nyaman dan dapat mencapai tempat rujukan dalam waktu yang cepat.
U (Uang)
Ingatkan keluarga untuk membawa uang dalam jumlah yang cukup untuk membeli
obat dan bahan kesehatan yang di perlukan di tempat rujukan.
Langkah Langkah Rujukan Dalam Pelayanan Kebidanan
1. Menentukan kegawatdaruratan penderita
a. Pada tingkat kader atau dukun bayi terlatih ditemukan penderita yang tidak dapat
ditangani sendiri oleh keluarga atau kader/dukun bayi, maka segera dirujuk ke
fasilitas pelayanan kesehatan yang terdekat, oleh karena itu mereka belum tentu
dapat menerapkan ke tingkat kegawatdaruratan.
b. Pada tingkat bidan desa, puskesmas pembantu dan puskesmas. Tenaga kesehatan
yang ada pada fasilitas pelayanan kesehatan tersebut harus dapat menentukan
tingkat kegawatdaruratan kasus yang ditemui, sesuai dengan wewenang dan
tanggungjawabnya, mereka harus menentukan kasus mana yang boleh ditangani
sendiri dan kasus mana yang harus dirujuk.
2. Menentukan Tempat Rujukan
Prinsip dalam menentukan tempat rujukan adalah fasilitas pelayanan yang
mempunyai kewenangan dan terdekat termasuk fasilitas pelayanan swasta dengan
tidak mengabaikan kesediaan dan kemampuan penderita.
3. Memberikan Informasi Kepada Penderita dan Keluarga
Kaji ulang rencana rujukan bersama ibu dan keluarga. Jika perlu dirujuk, siapkan
dan sertakan dokumentasi tertulis semua asuhan, perawatan dan hasil penilaian
(termasuk partograf) yang telah dilakukan untuk dibawa ke fasilitas rujukan. Jika ibu
tidak siap dengan rujukan, lakukan konseling terhadap ibu dan keluarga tentang
rencana tersebut. Bantu mereka membuat rencana rujukan pada saat awal persalinan.
4. Mengirimkan Informasi pada Tempat Rujukan yang Dituju
a. Memberitahukan bahwa akan ada tempat rujukan yang dituju
b. Meminta petunjuk apa yang perlu dilakukan dalam rangka persiapan dan selama
dalam perjalanan ke tempat tujuan.
9
c. Menerima petunjuk dan cara penanganan untuk menolong penderita bila penderita
tidak mungkin dikirim.
5. Persiapan Penderita
6. Pengiriman Penderita
7. Tindakan Lanjut Penderita
Jika upaya penanggulangan di berikan di tempat rujukan dan kondisi ibu telah
memungkinkan, segera kembalikan klien ke tempat fasilitas pelayanan asalnya dengan
terlebih dahulu memberi hal-hal berikut :
1. Konseling tentang kondisi klien sebelum dan sesudah diberi upaya
penanggulangannya.
2. Nasihat yang di perlukan.
3. Pengantar tertulis ke fasilitas pelayanan kesehatan mengenai kondisi pasien, upaya
penanggulangan yang telah di berikan dan saran-saran.
Untuk penderita yang telah dikembalikan (rawat jalan pasca penanganan). Penderita
yang memerlukan tindakan lanjut tapi tidak melapor harus ada tenaga kesehatan yang
melakukan kunjungan rumah.
10
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Rujukan adalah suatu pelimpahan tanggung jawab timbal balik atas kasus atau
masalah kebidanan yang timbul baik secara vertikal (dan satu unit ke unit yang lebih
lengkap/rumah sakit) untuk horisontal (dari satu bagian lain dalam satu unit).(Muchtar,
1997)
Tujuan umum sistem rujukan adalah untuk meningkatkan mutu, cakupan dan
efisiensi pelayanan kesehatan secara terpadu. Tujuan khusus sistem rujukan adalah :
setiap penderita mendapat perawatan dan pertolongan yang sebaik-baiknya, menjalin
kerjasama dengan cara pengiriman penderita atau bahan laboratorium dari unit yang
kurang lengkap ke unit yang lebih lengkap fasilitasnya, menjalin pelimpahan
pengetahuan dan keterampilan (transfer of knowledge and skill) melalui pendidikan dan
pelatihan antara pusat dan daerah.
Keuntungan sistem rujukan, antara lain : pelayanan yang diberikan sedekat mungkin
ke tempat pasien, berarti bahwa pertolongan dapat diberikan lebih cepat, murah, dan
secara psikologis memberi rasa aman pada pasien dan keluarganya, dengan adanya
penataran yang teratur diharapkan pengetahuan dan keterampilan petugas daerah makin
meningkat sehingga semakin banyak kasus yang dapat dikelola di daerah masing-
masing, masyarakat desa dapat menikmati tenaga ahli. Dalam merujuk kasus-kasus
ginekologi, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu Bidan, Alat, Keluarga, Surat,
Obat, Kendaraaan, dan Uang(BAKSOKU).
3.2. Saran
Bagi mahasiswa diharapkan agar lebih giat membaca atau mencari wawasan yang luas
tentang ilmu kebidanan terutama tentang sistem rujukan dalam kasus ginekologi,
sehingga mahasiswa dapat lebih baik dalam menolong persalinan dan sesuai dengan
prosedur yang telah ditetapkan.
11
DAFTAR PUSTAKA
12