Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

“ Rujukan Ginekologi ”

Disusun Oleh :

Nama : Ristika Wildianti . N

NIM : PO.62.24.2.19.189

Kelas : Reguler XXI A

Matkul : Ginekologi

Dosen Pengampu : Titik Istiningsih

D-III KEBIDANAN
POLTEKKES KEMENKES PALANGKA RAYA
Kata Pengantar

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat-Nya
sehingga makalah yang berjudul “ Rujukan Ginekologi ’’ ini dapat terselesaikan tepat pada
waktunya.
Dalam menyusun makalah ini, penyusun banyak mengalami hambatan dan kesulitan.
Namun berkat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak akhirnya makalah ini dapat
terselesaikan. Pada kesempatan ini penyusun mengucapkan banyak terima kasih kepada
semua pihak yang terlibat di dalam penyusunan makalah ini, terutama kepada dosen mata
kuliah Ginekologi
Kami menyadari bahwa makalah ini sangat sederhana dan jauh dari sempurna, oleh
karena itu penyusun mengharapkan kritik dan sarannya untuk lebih baiknya makalah ini.
Semoga makalah ini memberikan manfaat kepada pembaca sekalian

Palangka Raya, 3 Desember 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar........................................................................................................... i

Daftar Isi..................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang................................................................................................ 1


1.2. Rumusan Masalah.......................................................................................... 1
1.3. Tujuan Penulisan............................................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN

2.1. Apa yang dimaksud dengan sistem rujukan kasus ginekologi....................... 2


2.2. Apa Prinsip Penanganan Penyakit Menular .................................................. 5
2.3. Apa asuhan bidan dalam rujukan kasus ginekologi....................................... 7
2.4. Apa acara merujuk kasus-kasus ginekologi .................................................. 8
BAB III PENUTUP
3.1. Kesimpulan................................................................................................... 11
3.2. Saran.............................................................................................................. 11
Daftar Pustaka........................................................................................................... 12

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Sistem rujukan upaya keselamatan adalah suatu sistem jaringan fasilitas pelayanan
kesehatan yang memungkinkan terjadinya penyerahan tanggung jawab secara timbal
balik atas masalah yang timbul baik secara vertikal (komunikasi antara unit yang
sederajat) maupun horizontal (komunikasi inti yang lebih tinggi ke unit yang lebih
rendah) ke fasilitas pelayanan yang lebih kompeten, terjangkau, rasional dan tidak
dibatasi oleh wilayah administrasi.
Tujuan umum sistem rujukan adalah untuk meningkatkan mutu, cakupan dan
efisiensi pelayanan kesehatan secara terpadu. Tujuan khusus sistem rujukan adalah :

 Setiap penderita mendapat perawatan dan pertolongan yang sebaik-baiknya.


 Menjalin kerjasama dengan cara pengiriman penderita atau bahan laboratorium dari
unit yang kurang lengkap ke unit yang lebih lengkap fasilitasnya.
 Menjalin pelimpahan pengetahuan dan keterampilan (transfer of knowledge and
skill) melalui pendidikan dan pelatihan antara pusat dan daerah.

1.2. Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan sistem rujukan kasus ginekologi?
2. Apa Prinsip Penanganan Penyakit Menular ?
3. Apa asuhan bidan dalam rujukan kasus ginekologi ?
4. Apa acara merujuk kasus-kasus ginekologi ?

1.3. Tujuan
1. Mengetahui apa itu sistem rujukan kasus ginekologi
2. Mengetahui prinsip penanganan penyakit menular
3. Mengetahui asuhan bidan dalam rujukan kasus ginekologi
4. Mengetahui cara merujuk kasus-kasus ginekologi

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Apa Itu Sistem Rujukan Kasus Ginekologi


A. Pengertian dan Jenis Sistem Rujukan
Rujukan adalah suatu pelimpahan tanggung jawab timbal balik atas kasus
atau masalah kebidanan yang timbul baik secara vertikal (dari satu unit ke unit yang
lebih lengkap/rumah sakit) untuk horisontal (dari satu bagian lain dalam satu unit).
(Muchtar, 1997).
Sistem rujukan upaya keselamatan adalah suatu sistem jaringan fasilitas
pelayanan kesehatan yang memungkinkan terjadinya penyerahan tanggung jawab
secara timbal balik atas masalah yang timbul baik secara vertikal (komunikasi antara
unit yang sederajat) maupun horizontal (komunikasi inti yang lebih tinggi ke unit
yang lebih rendah) ke fasilitas pelayanan yang lebih kompeten, terjangkau, rasional
dan tidak dibatasi oleh wilayah administrasi. (Kebidanan Komunitas : hal 207)
Rujukan Pelayanan Kebidanan adalah pelayanan yang dilakukan oleh bidan
dalam rangka rujukan ke sistem pelayanan yang lebih tinggi atau sebaliknya yaitu
pelayanan yang dilakukan oleh bidan sewaktu menerima rujukan dari dukun yang
menolong persalinan, juga layanan yang dilakukan oleh bidan ke tempat atau
fasilitas pelayanan kesehatan atau fasilitas kesehatan lain secara horizontal maupun
vertikal.
Terdapat dua jenis istilah rujukan, yaitu rujukan medik dan rujukan kesehatan.
1. Rujukan medic, yaitu pelimpahan tanggung jawab secara timbal balik atas satu
kasus yang timbul secara vertikal maupun horizontal kepada yang lebih
berwenang dan mampu menanganinya secara rasional. Jenis rujukan medic :
a) Transfer of Patient. Konsultasi penderita untuk keperluan diagnostik,
pengobatan, tindakan operatif dll.
b) Transfer of Specimen. Pengiriman bahan (specimen) untuk pemeriksaan
laboratorium yang lebih lengkap.
c) Transfer of Knowledge / Personal. Pengiriman tenaga yang lebih kompeten
atau ahli untuk meningkatkan mutu layanan pengobatan setempat
2. Rujukan kesehatan, yaitu hubungan dalam pengiriman, pemeriksaan bahan atau
specimen ke fasilitas yang lebih mampu dan lengkap. Ini adalah rujukan yang
menyangkut masalah kesehatan yang sifatnya preventif dan promotif.
Kegiatan :
 Rujukan dan pelayanan kebidanan
 Pengiriman orang sakit dari unit kesehatan kurang lengkap ke unit yang lebih
lengkap
 Rujukan khusus patologis pada kehamilan, persalinan, dan nifas.
 Pengiriman kasus masalah reproduksi manusia lainnya, seperti kasus
ginekologi atau kontrasepsi, yang memerlukan penanganan spesialis.
 Pengiriman bahan laboratorium.

2
 Jika penderita telah sembuh dan hasil laboratorium telah selesai, kembalikan
dan kirimkan ke unit semula, jika perlu disertai dengan keterangan yang
lengkap (surat balasan).
Tata laksana rujukan :
1. Internal antar - petugas di satu rumah
2. Antara puskesmas pembantu dan puskesmas
3. Antara masyarakat dan puskesmas
4. Antara satu puskesmas dan puskesmas lainnya
5. Antara puskesmas dan rumah sakit, laboratorium atau fasilitas pelayanan
kesehatan lainnya
6. Internal antar – bagian/unit pelayanan di dalam satu rumah sakit
7. Antar rumah sakit, laboratorium atau fasilitas pelayanan lain dari rumah sakit
B. Indikasi, Tujuan, dan Keuntungan Sistem Rujukan
 Indikasi perujukan ibu :
a. Riwayat seksio sesaria
b. Perdarahan pervaginam
c. Persalinan kurang bulan (usia kehamilan kurang dari 37 minggu)
d. Ketuban pecah dengan mekonium yang kental
e. Ketuban pecah lama (kurang lebih 24jam)
f. Ketuban pecah pada persalinan kurang bulan
g. Ikterus
h. Anemia berat
i. Tanda/gejala infeksi
j. Preeklamsia/hipertensi dalam kehamilan
k. Tinggi fundus 40cm atau lebih
l. Gawat janin
m. Primipara dalam fase aktif persalinan dengan palpasi kepala janin masih 5/5
n. Presentasi bukan belakang kepala
o. Kehamilan gemeli
p. Presentasi majemuk
q. Tali pusat menumbung
r. Syok

 Tujuan Sistem Rujukan


Tujuan umum sistem rujukan adalah untuk meningkatkan mutu, cakupan
dan efisiensi pelayanan kesehatan secara terpadu. Tujuan khusus sistem rujukan
adalah:
a. Setiap penderita mendapat perawatan dan pertolongan yang sebaik-baiknya.
b. Menjalin kerjasama dengan cara pengiriman penderita atau bahan
laboratorium dari unit yang kurang lengkap ke unit yang lebih lengkap
fasilitasnya.
c. Menjalin pelimpahan pengetahuan dan keterampilan (transfer of knowledge
and skill) melalui pendidikan dan pelatihan antara pusat dan daerah.

3
 Keuntungan sistem rujukan, antara lain :
a. Pelayanan yang diberikan sedekat mungkin ke tempat pasien, berarti bahwa
pertolongan dapat diberikan lebih cepat, murah, dan secara psikologis
memberi rasa aman pada pasien dan keluarganya.
b. Dengan adanya penataran yang teratur diharapkan pengetahuan dan
keterampilan petugas daerah makin meningkat sehingga semakin banyak
kasus yang dapat dikelola di daerah masing-masing.
c. Masyarakat desa dapat menikmati tenaga ahli.

C. Sistem Rujukan Kasus Ginekologi


Sistem rujukan kasus ginekologi meliputi :
1. Stabilisasi Klien
Merupakan hal yang harus diperhatikan dalam memberikan pelayanan kasus
ginekologi yang akan dirujuk, misalnya : pemberian oksigen, pemberian cairan
infus atau transfusi darah, dan pemberian obat-obatan (antibiotik, analgetik, dll).
2. Persiapan Administrasi
Memberikan surat ke tempat rujukan. Surat ini harus berisi identifikasi
mengenai klien. Cantumkan alasan rujukan dan uraikan hasil pemeriksaan,
asuhan atau obat-obatan yang diterima klien tersebut. Sertakan juga kartu klien
atau status yang dipakai untuk membuat keputusan klinik.
3. Melibatkan Keluarga
Beritahukan keluarga kondisi terakhir klien dan jelaskan pada mereka alasan
atau tujuan merujuk klien dirujuk ke fasilitas rujukan tersebut. Anggota keluarga
harus menemani klien ke tempat rujukan.
4. Persiapan Keuangan
Ingatkan pada keluarga agar membawa uang dalam jumlah yang cukup untuk
membeli obat-obatan yang diperlukan dan bahan-bahan kesehatan lain yang
diperlukan selama klien tersebut tinggal di fasilitas rujukan.
5. Organisasi antara pengirim dan penerima rujukan
Hubungan kerjasama antara petugas yang merujuk dan petugas di tempat
rujukan. Petugas yang merujuk perlu menghubungi petugas di tempat rujukan
untuk menyampaikan informasi mengenai kondisi klien. Dengan adanya
informasi tersebut, petugas di tempat rujukan mempunyai cukup waktu untuk
menyiapkan segala kebutuhan, sehingga kasus rujukan langsung dapat ditangani.
Setiap tempat rujukan harus selalu siaga 24 jam untuk menerima kasus rujukan.
Umpan balik rujukan dan tindak lanjut kasus pasca rujukan. Tempat rujukan
mengirim umpan balik mengenai keadaan klien beserta anjuran tindak lanjut
pasca rujukan terhadap klien ke petugas yang merujuk (puskesmas/polindes).

4
2.2. Prinsip Penanganan Penyakit Menular
Penyakit menular seksual merupakan penyakit yang ditakuti oleh setiap orang.
Angka kejadian penyakit ini termasuk tinggi di Indonesia. Kelompok resiko yang rentan
terinfeksi tentunya adalah seseorang yang sering “jajan” alias punya kebiasaan perilaku
yang tidak sehat. Prinsip penanganan penyakit menular meliputi 2 hal, yaitu penanganan
awal dan penanganan khusus.
A. Penanganan Awal
 Memutuskan rantai penularan infeksi PMS
 Mencegah berkembangnya PMS serta komplikasi-komplikasinya
Usaha-usaha pencegahan dan tindakan efektif terhadap penyebaran penyakit
menular dapat dilakukan antara lain:

 Kontrol terhadap sumber atau reservoir infeksi


Kasus atau karier penyakit yang merupakan sumber utama infeksi dapat di
kontrol dengan cara:
1. Diagnosis dini
Mendeteksi secara dini penyakit yang terjadi di masyarakat agar cepat
diobatin dan tidak menjadi kronis dan menular.
2. Notifikasi
Setiap kasus penyakit menular yang telah di deteksi perlu segera di laporkan
pada dinas kesehatan setempat agar dapat ditanggulangi dan melakukan
persiapan lain yang di perlukan untuk penanganan medis lebih lanjut.
3. Isolasi
Isolasi penderita bertujuan membatasi penyebaran penyakit ke masyarakat
seperti avian influenza dan lainnya.
4. Terapi
Merupakan bagian dari tindakan preventif yang bertujuan mengurangi
periode masa penularan dan hari kesakitan.
5. Karantina
Berupa isolasi orang sehat atau binatang yang berasal dari yang diduga
menderita penyakit infeksi, lama waktu isolasi biasanya dengan masa inkubasi
penyakit ada.
6. Surveilans epidemologi
Berupa penelitian atau survei di lapangan terhadap segala sesuatu diduga
penyebab terjadinya penyakit.

5
7. Desinfeksi
Melakukan suci hama pada tinja,urin,muntahan pasien serta peralatan yang
telah di pakai oleh penderita

 Memutuskan rantai penularan


Penularan penyakit dari orang sakit kepada orang lain dapat melalui beberapa
jalan. Untuk mencegah terjadinya penularan dapat dengan cara melakukan
blokade atau memutus rantai penularan.
a. Vehicle transmission
Penularan terjadi melalui media seperti air, makanan, sayuran, susu dan
lainnya.Usaha pencegahan yang dapat di lakukan berupa barier sanitasi yaitu
mencegah sumber air, makanan, susu dan lainnya terkontaminasi dengan
tinja penderita.
b. Vector transmission
Penularan terjadi melalui vektor penyakit atau arthropoda. Usaha yang
dapat dilakukan berupa kontrol vektor dan manipulasi lingkungan.
c. Airborne transmission
Penularan terjadi melalui udara pernafasan. Usaha yang dapat dilakukan
adalah dengan memakai masker, menjauhi atau isolasi penderita.
d. Contact transmission
Penularan terjadi melalui kontak intim. Usaha yang dapat dilakukan
adalah dengan tidak berganti-ganti pasangan dan menggunakan kondom.

 Proteksi pada kelompok penduduk yang rentan


a. Imunisasi aktif
Pemberian imunisasi aktif pada bayi yang sensitif terhadap penyakit
menular seperti TBC, campak, difteri, pertusis dan tetanus.
b. Imunisasi pasif
Pemberian gamma globulin dan antisera yang bertujuan untuk
merangsang pembentukan antibodi.
c. Kemoprofilaksis
Pemberian obat-obat untuk pencegahan agar orang tidak menjadi sakit,
seperti obat anti malaria, TBC dan lainnya.
d. Pendidikan Kesehatan
Higiene pribadi, sadar lingkungan dan lainnya.

6
B. Penanganan Khusus
a. Tidak melakukan hubungan seksual, tidak berganti-ganti pasangan, menggunakan
kondom setiap hubungan.
b. Menghindari transfusi darah dengan donor yang tidak jelas asal-usulnya.
c. Kebiasaan menggunakan alat kedokteran maupun non medis yang tidak steril.
Yang lebih penting dari semua itu adalah menjaga nilai-nilai moral, agama, nilai
etika dan norma kehidupan bermasyarakat karena dengan moral dan etika yang baik
kita akan terhindar dari gangguan atau penyakit yang akan membawa kita dalam
masalah serius.
2.3. Rujukan Ginekologi
Dalam rujukan terhadap kelainan ginekologi, asuhan yang diberikan oleh Bidan,
antara lain :

 Anamnesa
Pada anamnesa hal-hal yang perlu ditanyakan :
a. Riwayat Kesehatan
Ini berhubungan dengan kebudayaan, ras, dan umur, ini berguna untuk
membantu bidan mengkaji kelompok resiko terjadinya penyakit-penyakit gangguan
system reproduksi.Kebudayaan kepercayaan/agama sangat mempengaruhi perilaku
seseorang dalam hal seksualitas, jumlah pasangan. Penggunaan kontrasepsi dan
prosedur spesifik terhadap mengakhiri kehamilan. Kebiasaan sehat pasien seperti :
diet, tidur dan latihan penting untuk dikaji. Pentingnya juga ditentukan apakah
pasien peminum alcohol, perokok dan menggunakan obat-obatan.
b. Status Sosial Ekonomi
Yang perlu dikaji : tempat lahir, lingkungan, posisi dalam keluarga,
pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, situasi financial, sumber stress, agama,
aktivitas-aktivitas yang menyenangkan akan mempengaruhi kesehatan reproduksi.
c. Riwayat Kesehatan Sekarang
Meliputi keluhan utama, misalnya : nyeri, perdarahan, pengeluaran
cairan/secret melalui vagina, ada masa keluhan.
d. Fungsi Reproduksi
Nyeri yang berhubungan dengan gangguan sistem reproduksi hampir sama
dengan nyeri pada gangguan pada system gastrointestinal dan perkemihan pasien
harus menguraikan tentang : nyeri, intensitas kapan dan dimana kesediaannya,
durasi dan menyebabkan nyeri bertambah dan berkurang, hubungan nyeri dan
menstruasi, seksual fungsi urinaris dan gastrointestinal.
Perdarahan perlu dikaji ke dalam perdarahan abnormal seperti : perdarahan
pada saat kehamilan dan setelah menopause, karakteristik perdarahan abnormal
harus dikaji mencakup : terjadinya durasi, interval, dan faktor-faktor pencetus
perdarahan. Kapan kejadiannya : pada siklus menstruasi atau menopause, setelah

7
berhubungan seksual, trauma atau setelah aktivitas juga dikaji jumlah darah, warna
konsistensi dan perubahan-perubahan yang terjadi.
Pengeluaran cairan melalui vagina dapat menyebabkan infeksi berair di
sekitarnya jaringan, gatal, nyeri, selanjutnya timbul rasa malu dan cemas. Perawat
harus menanyakan tentang jumlah, warna, konsistensi, bau dan pengeluaran terus
menerus. Gejalanya seperti luka, perdarahan, gatal, dan nyeri pada genital.

 Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan ini mencakup :
a. Pemeriksaan fisik umum yaitu : tinggi badan, berat badan, bentuk/postur tubuh,
system pernafasan, kardiovaskuler, tingkat kesadaran.
b. Pemeriksaan spesifik yaitu :
o Pemeriksaan Payudara
Pemeriksaan inspeksi payudara dilakukan pada pasien dengan posisi
duduk. Hal yang diperiksa : ukuran, simetris, apakah ada pembengkakan, masa
retraksi, jaringan parut/bekas luka,kondisi putting susu.
o Pemeriksaan Abdomen
Pemeriksaan abdomen untuk mengetahui adanya masa
abdominopelvic. Massa yang dapat ditemukan pada organ reproduksi,
sehingga perlu dikombinasikan riwayat kesehatan.
o Pemeriksaan Genetalia Eksternal
Bertujuan mengkaji kesesuaian umur dengan perkembangan system
reproduksi. Posisi pasien saat pemeriksaan genetalia eksternal adalah litotomi.
Kaji kondisi rambut pada simpisis pubis dan vulva, kulit dan mukosa vulva
dari anterior ke posterior hal yang dikaji mencakup adanya tanda-tanda
peradangan, bengkak, lesi dan pengeluarn cairan dari vagina.
o Pemeriksaan Pelvic
Pemeriksaan dalam pada vagina dan serviks, pertama kali dilakukan
secara manual dengan jari telunjuk, untuk menentukan lokasi serviks.
Lakukan inspeksi serviks, erosi, nodul, massa, cairan pervaginam dan
perdarahan, juga lesi atau luka.
2.4. Cara Merujuk Kasus-Kasus Ginekologi
Dalam merujuk kasus-kasus ginekologi, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu
Bidan, Alat, Keluarga, Surat, Obat, Kendaraaan, dan Uang (BAKSOKU).
Yang dimaksud dengan BAKSOKU yaitu :

 B (Bidan)
Pastikan ibu/klien/bayi didampingi oleh tenaga kesehatan yang kompeten dan
memiliki kemampuan untuk melaksanakan kegawatdaruratan.

 A ( Alat)
Bawa perlengkapan dan bahan-bahan yang diperlukan, seperti spuit, infuse set,
tensimeter, dan stetoskop.

8
 K (Keluarga)
Beritahu keluarga tentang kondisi terakhir ibu (klien) dan alasan mengapa ia dirujuk.
Suami dan anggota keluarga lain harus menemani ibu (klien) ketempat rujukan.

 S (Surat)
Beri surat ketempat rujukan yang berisi identifikasi ibu (klien), alasan rujukan, uraian
hasil rujukan, asuhan atau obat-obatan yang telah diterima oleh ibu (klien).

 O (Obat)
Bawa obat-obat esensial diperlukan selama perjalan merujuk.

 K (Kendaraan)
Siapkan kendaraan yang cukup baik untuk memungkinkan ibu dalam kondisi yang
nyaman dan dapat mencapai tempat rujukan dalam waktu yang cepat.

 U (Uang)
Ingatkan keluarga untuk membawa uang dalam jumlah yang cukup untuk membeli
obat dan bahan kesehatan yang di perlukan di tempat rujukan.
Langkah Langkah Rujukan Dalam Pelayanan Kebidanan
1. Menentukan kegawatdaruratan penderita
a. Pada tingkat kader atau dukun bayi terlatih ditemukan penderita yang tidak dapat
ditangani sendiri oleh keluarga atau kader/dukun bayi, maka segera dirujuk ke
fasilitas pelayanan kesehatan yang terdekat, oleh karena itu mereka belum tentu
dapat menerapkan ke tingkat kegawatdaruratan.
b. Pada tingkat bidan desa, puskesmas pembantu dan puskesmas. Tenaga kesehatan
yang ada pada fasilitas pelayanan kesehatan tersebut harus dapat menentukan
tingkat kegawatdaruratan kasus yang ditemui, sesuai dengan wewenang dan
tanggungjawabnya, mereka harus menentukan kasus mana yang boleh ditangani
sendiri dan kasus mana yang harus dirujuk.
2. Menentukan Tempat Rujukan
Prinsip dalam menentukan tempat rujukan adalah fasilitas pelayanan yang
mempunyai kewenangan dan terdekat termasuk fasilitas pelayanan swasta dengan
tidak mengabaikan kesediaan dan kemampuan penderita.
3. Memberikan Informasi Kepada Penderita dan Keluarga
Kaji ulang rencana rujukan bersama ibu dan keluarga. Jika perlu dirujuk, siapkan
dan sertakan dokumentasi tertulis semua asuhan, perawatan dan hasil penilaian
(termasuk partograf) yang telah dilakukan untuk dibawa ke fasilitas rujukan. Jika ibu
tidak siap dengan rujukan, lakukan konseling terhadap ibu dan keluarga tentang
rencana tersebut. Bantu mereka membuat rencana rujukan pada saat awal persalinan.
4. Mengirimkan Informasi pada Tempat Rujukan yang Dituju
a. Memberitahukan bahwa akan ada tempat rujukan yang dituju
b. Meminta petunjuk apa yang perlu dilakukan dalam rangka persiapan dan selama
dalam perjalanan ke tempat tujuan.

9
c. Menerima petunjuk dan cara penanganan untuk menolong penderita bila penderita
tidak mungkin dikirim.

5. Persiapan Penderita
6. Pengiriman Penderita
7. Tindakan Lanjut Penderita
Jika upaya penanggulangan di berikan di tempat rujukan dan kondisi ibu telah
memungkinkan, segera kembalikan klien ke tempat fasilitas pelayanan asalnya dengan
terlebih dahulu memberi hal-hal berikut :
1. Konseling tentang kondisi klien sebelum dan sesudah diberi upaya
penanggulangannya.
2. Nasihat yang di perlukan.
3. Pengantar tertulis ke fasilitas pelayanan kesehatan mengenai kondisi pasien, upaya
penanggulangan yang telah di berikan dan saran-saran.
Untuk penderita yang telah dikembalikan (rawat jalan pasca penanganan). Penderita
yang memerlukan tindakan lanjut tapi tidak melapor harus ada tenaga kesehatan yang
melakukan kunjungan rumah.

10
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
    Rujukan adalah suatu pelimpahan tanggung jawab timbal balik atas kasus atau
masalah kebidanan yang timbul baik secara vertikal (dan satu unit ke unit yang lebih
lengkap/rumah sakit) untuk horisontal (dari satu bagian lain dalam satu unit).(Muchtar,
1997)
Tujuan umum sistem rujukan adalah untuk meningkatkan mutu, cakupan dan
efisiensi pelayanan kesehatan secara terpadu. Tujuan khusus sistem rujukan adalah :
setiap penderita mendapat perawatan dan pertolongan yang sebaik-baiknya, menjalin
kerjasama dengan cara pengiriman penderita atau bahan laboratorium dari unit yang
kurang lengkap ke unit yang lebih lengkap fasilitasnya, menjalin pelimpahan
pengetahuan dan keterampilan (transfer of knowledge and skill) melalui pendidikan dan
pelatihan antara pusat dan daerah.
Keuntungan sistem rujukan, antara lain : pelayanan yang diberikan sedekat mungkin
ke tempat pasien, berarti bahwa pertolongan dapat diberikan lebih cepat, murah, dan
secara psikologis memberi rasa aman pada pasien dan keluarganya, dengan adanya
penataran yang teratur diharapkan pengetahuan dan keterampilan  petugas daerah makin
meningkat sehingga semakin banyak kasus yang dapat dikelola di daerah masing-
masing, masyarakat desa dapat menikmati tenaga ahli. Dalam merujuk kasus-kasus
ginekologi, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu Bidan, Alat, Keluarga, Surat,
Obat, Kendaraaan, dan Uang(BAKSOKU).

3.2. Saran
Bagi mahasiswa diharapkan agar lebih giat membaca atau mencari wawasan yang luas
tentang ilmu kebidanan terutama tentang sistem rujukan dalam kasus ginekologi,
sehingga mahasiswa dapat lebih baik dalam menolong persalinan dan sesuai dengan
prosedur yang telah ditetapkan.

11
DAFTAR PUSTAKA

Prawirohardjo, 2009. Ilmu Kandungan. Jakarta. Yayasan Bina Pustaka


http://ayumarthasari.blogspot.com/2010/05/sistem-rujukan.html
Safrudin, SKM, M.Kes & Hamidah, S.Pd, M.Kes. __. Kebidanan Komunitas. Jakarta: EGC
http://chvalsakura.wordpress.com/2011/02/02/rujukan/
http://lydia-ginekologi.blogspot.com/

12

Anda mungkin juga menyukai