Anda di halaman 1dari 42

MAKALAH

ASKEB GADAR MATERNAL NEONATAL


“ TRAKTUS URINARIUS PADA IBU HAMIL ”
Dosen Pengampu : Aida Ratna Wijayanti, M.Keb

Nama Anggota Kelompok 8 :


1. Siti Rofina Hamzani (18621618)
2. Yeni Helfiza (18621636)

PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONOROGO
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadiran Tuhan Yang Maha Esa karena telah melimpahkan rahmat,

karunia, taufik dan hidayah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah tentang

“Traktus Urinarius Pada Ibu Hamil”. Dan penyusun juga berterimakasih kepada Ibu Aida

Ratna Wijayanti,M.Keb selaku dosen mata kuliah Asuhan Kegawatdaruratan Maternal

Neonatal di Universitas Muhammadiyah Ponorogo. Makalah ini telah disusun dengan

maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar

pembuatan makalah ini. Penyusun berharap makalah ini dapat berguna untuk menambah

wawasan serta pengetahuan mengenai Traktus Urinarius pada ibu hamil. Terlepas dari semua

itu, penyusun menyadari sepenuhnya bahwa didalam makalah ini banyak kekurangan bagi

dari segi penyusunan kalimat maupun tata bahasa dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab

itu, penyusun berharap adanya kritik dan saran demi makalah yang akan dibuat dimasa yang

akan datang. Penyusun berharap semoga makalah sederhana ini dapat dipahami dan berguna

bagi siapapun yang membacanya serta dapat menginspirasi pembacanya.

Ponorogo, 7 April 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI

Kata pengantar i
Daftar Isi ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 1
C. Tujuan 2

BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi Traktus Urinarius 3
B. Etiologi Traktus Urinarius 13
C. Patofisiologi Traktus Urinarius 14
D. Faktor Risiko Traktus Urinarius 19
E. Klasifikasi dan Tanda Gejala Traktus Urinarius 21
F. Komplikasi Traktus Urinarius 26
G. Pemeriksaan Diagnostik Traktus Urinarius 27
H. Penatalaksanaan Traktus Urinarius 28
BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan 30
B. Saran 30
DAFTAR PUSTAKA 31

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam kehamilan terdapat perubahan fungsional, anatomik ginjal dan saluran
kemih yang sering menimbulkan gejala-gejala dan kelainan fisik. Perubahan anatomik
terdapat peningkatan pembuluh darah, dan ruangan interstisiel pada ginjal kemudian
juga ginjal akan memanjang kira-kira 1 cm. Semua itu akan kembali normal setelah
melahirkan.
Ureter mengalami pelebaran dalam waktu yang pendek sesudah kehamilan 3
bulan terutama pada sisi sebelah kanan. Pelebaran yang tidak sama ini mungkin
karena perubahan uterus yang membesar dan mengalami dekstrorotasi atau terjadinya
penekanan pada vena ovarium kanan yang terletak diatas ureter, sedangkan yang
kanan tidak terdapat karena adanya sigmoid sebagai bantalan. Ureter juga mengalami
pemanjangan, melekuk, dan kadang berpindah letak ke lateral kemudian kembali
normal 8-12 minggu setelah melahirkan.
Sekitar 15% wanita, mengalami (paling sedikit) satu kali serangan akut infeksi
Traktus Urinarius selama hidupnya. Sebagian besar infeksi tersebut adalah
asimptomatik, angka kejadiannya pada ibu hamil adalah 5-6 persen dan meningkat
sampai 10 persen pada golongan risiko tinggi.

B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi Traktus Urinarius ?
2. Bagaimana etiologi Traktus Urinarius ?
3. Bagaimana patofisiologi Traktus Urinarius ?
4. Apa saja faktor risiko Traktus Urinarius ?
5. Apa saja klasifikasi dan tanda gejala Traktus Urinarius ?
6. Apa saja komplikasi Traktus Urinarius ?
7. Apa saja pemeriksaan diagnostik Traktus Urinarius ?
8. Bagaimana penatalaksanaan Traktus Urinarius ?

1
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi Traktus Urinarius
2. Untuk mengetahui etiologi Traktus Urinarius
3. Untuk mengetahui patofisiologi Traktus Urinarius
4. Untuk mengetahui faktor risiko Traktus Urinarius
5. Untuk mengetahui klasifikasi dan tanda gejala Traktus Urinarius
6. Untuk mengetahui komplikasi Traktus Urinarius
7. Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostik Traktus Urinarius
8. Untuk mengetahui penatalaksanaan Traktus Urinarius

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi
 Anatomi Traktus Urinarius

Ginjal merupakan organ yang berbentuk seperti kacang,


terdapat sepasang (masing-masing satu di sebelah kanan dan kiri
vertebra) dan posisinya retroperitoneal. Ginjal kanan terletak
sedikit lebih rendah (kurang lebih 1 cm) dibanding ginjal kiri, hal
ini disebabkan adanya hati yang mendesak ginjal sebelah kanan.
Kutub atas ginjal kiri adalah tepi atas iga 11 (vertebra T12),
sedangkan kutub atas ginjal kanan adalah tepi bawah iga 11 atau
iga 12. Adapun kutub bawah ginjal kiri adalah processus
transversus vertebra L2 (kira-kira 5 cm dari krista iliaka)
sedangkan kutub bawah ginjal kanan adalah pertengahan
vertebra L3.Dari batas-batas tersebut dapat terlihat bahwa ginjal
kanan posisinya lebih rendah dibandingkan ginjal kiri.Hal itu
dikarenakan adanya hepar.

Traktus urinarius merupakan saluran dan reservoir untuk urine yang


diekskresikan oleh ginjal. Setelah diproduksi di parenkim ginjal, urine dikumpulkan
di pelvis renalis dan melewati ureter menuju ke kandung kemih, dimana urine
disimpan pada tekanan rendah sampai proses berkemih terjadi. Selama proses
berkemih tekanan kandung kemih meningkat, aliran urine mengalir melalui uretra dan
keluar dari tubuh. Traktus urinaria atau yang biasa disebut saluran

3
perkemihan terdiri dari dua buah ginjal, dua buah ureter, satu buah
kandung kemih (vesika urinaria), dan satu buah urethra.

3
Gangguan atau infeksi traktus urinaria merupakan suatu
infeksi atau ganguan pada saluran kemih yang melibatkan ginjal,
ureter, buli-buli, ataupun uretra, Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah
istilah umum yang menunjukan keberadaan mikroorganisme (MO)
dalam urin (Sukandar, E : 2004). Gangguan traktus urinaria
merupakan penyebab morbiditas pasca operasi yang lebih umum.
Biasanya gangguan ini disebabkan oleh tindakan manipulasi
operasi, trauma persalinan, bakteri, pemeriksaan dalam terlalu
sering, dan kateterisasi.

 Anatomi Perkemihan pada Ibu Hamil


1. Trimester I
Pada bulan-bulan pertama kehamilan kandung kencing tertekan sehingga
sering timbul kencing.Dan keadaan ini hilang dengan tuanya kehamilan bila
uterus gravidus keluar dari rongga panggul. Pada kehamilan normal , fungsi
ginjal cukup banyak berubah, laju filtrasi glomelurus dan aliran plasma ginjal
meningkat pada kehamilan. Bila satu organ membesar, maka organ lain akan
mengalami tekanan, dan pada kehamilan tidak jarang terjadi gangguan berkemih
pada saat kehamilan. Ibu akan merasa lebih sering ingin buang air kecil. Pada
bulan pertama kehamilan kandung kemih tertekan oleh uterus yang mulai
membesar. Pada kehamilan normal fungsi ginjal cukup banyak berubah. Laju
filtrasi glomerulus dan aliran plasma ginjal meningkat pada awal kehamilan.
Ginjal wanita harus mengakomodasi tuntutan metabolisme dan sirkulasi ibu
yang meningkat dan juga mengekskresi produk sampah janin. Ginjal pada saat
kehamilan sedikit bertambah besar, panjangnya bertambah 1-1,5 cm. Ginjal
berfungsi paling efisien saat wanita berbaring pada posisi rekumbeng lateral dan
paling tidak efisien pada saat posisi telentang. Saat wanita hamil berbaring
telentang, berat uterus akan menekan vena kava dan aorta, sehingga curah
jantung menurun. Akibatnya tekanan darah ibu dan frekuensi jantung janin
menurun, begitu juga dengan volume darah ginjal.
2. Trimester II
Kandung kencing tertekan oleh uterus yang membesar mulai berkurang, karena
uterus sudahmulai keluar dari uterus. Pada trimester 2, kandung kemih tertarik
keatas dan keluar dari panggulsejati kea rah abdomen. Uretra memanjang

4
sampai 7,5 cm karena kandung kemih bergeser ke arah atas. Kongesti panggul
pada masa hamil ditunjukkan oleh hyperemia kandung kemih

4
danuretra. Peningkatan vaskularisasi ini membuat mukosa kandung kemih
menjadi mudah luka dan berdarah. Tonus kandung kemih dapat menurun. Hal
ini memungkinkan distensi kandung kemih sampai sekitar 1500 ml. Pada saaat
yang sama, pembesaran uterus mennekan kandung kemih, menimbulkan rasa
ingin berkemih walaupun kandung kemih hanya berisi sedikit urine.
3. Trimester III
Pada akhir kehamilan, bila kepala janin mulai turun kepintu atas panggul
keluhan sering kencingakan timbul lagi karena kandung kencing akan mulai
tertekan kmbali. Selain itu juga terjadi hemodilusi menyebabkan metabolisme
air menjadi lancar. Pada kehamilan tahap lanjut, pelvisginjal kanan dan ureter
lebih berdilatasi daripada pelvis kiri akibat pergeseran uterus yang beratke
kanan akibat terdapat kolon rektosigmoid di sebelah kiri. Perubahan-perubahan
ini membuat pelvis dan ureter mampu menampung urine dalam volume yang
lebih besar dan juga memperlambat laju aliran urine.

 Jenis – Jenis Traktus Urinarius

Menurut beberapa sumber, terdapat beberapa macam contoh


dari gangguan pada traktus urinaria baik yang disebabkan oleh
bakteri maupun trauma pasca operasi. Berikut beberapa contoh
gangguan pada traktus urinaria

A. Retensio urine
Retensio urin adalah ketidak-mampuan berkemih selama 24
jam yang membutuhkan pertolongan kateter, dimana keadaan
tidak dapat mengeluarkan urin ini lebih dari 25-50% kapasitas
kandung kemih (Stanton, 2000).
Retensi urin adalah ketidak mampuan seserorang untuk
mengeluarkan urin yang terkumpul di dalam buli-buli hingga
kapasitas maksimal buli-buli terlampaui (Dasar-dasar Urologi :
2011).
Retensio urine adalah tertahannya urine di dalam kandung
kemih, dapat terjadi secara akut maupun kronis (Depkes RI
Pusdiknakes 1995).

5
Retensio urine post-partum adalah ketidakmampuan berkemih
secara spontan setelah persalinan.

5
Penyebab dari retensi urin ini adalah akibat dari edema saluran
kemih karena tekanan atau infeksi. Penyebab lainnya, yaitu :
 Kerusakan saraf simpatis dan parasimpatis pada medulla
spinalis
 Kelemahan otot detrusor karena terlalu lama meregang
 Kelainan patologi uretra
 Kecemasan atau trauma post-operasi
Tanda dan gejala :
 Urin mengalir lambat
 Terjadi poliuria
 Timbul hasrat berkemih tapi urin tertahan
 Tampak benjolan kistus pada abdomen sebelah bawah
 Nyeri pada suprapubik

Diagnosis dan Penatalaksanaan Retensio Urine :

1) Diagnosis
 Ada massa sekitar daerah pelvik
 Volume residu urin >200 mL
 Pengeluaran urin tertahan
2) Penatalaksanaan
 Bladder trainning (melatif kandung kemih) dengan
menstimulasi pengeluaran urin.Ketika kandung kemih
menjadi sangat mengembang diperlukan kateterisasi, kateter
Foley ditinggal dalam kandung kemih selama 24-48 jam
untuk menjaga kandung kemih tetap kosong dan
memungkinkan kandung kemih menemukan kembali tonus
otot normal dan sensasi. Bila kateter dilepas, pasien harus
dapat berkemih secara spontan dalam waktu 2-6 jam.
Setelah berkemih secara spontan, kandung kemih harus
dikateter kembali untuk memastikan bahwa residu urin
normal (≤ 50 mL).
 Terapi dengan air hangat atau dingin (Hidrotherapy)
 Berikan antibiotik atau anti-inflamasi

6
 Upayakan berkemih spontan

6
B. Inkontinensia urine
Inkontinensia urin adalah ketidak mampuan seseorang untuk
menahan keluarnya urin (Dasar-dasar Urologi). Inkontinensia urine
merupakan salah satu keluhan utama pada penderita usia lanjut.
Seperti halnya dengan keluhan pada suatu penyakit bukan
merupakan suatu diagnosa sehingga perlu dicari penyebabanya.
Inkontenensia urine merupakan eliminasi urine dari kandung
kemih yang tidak terkendali atau terjadi diluar keinginan .
Gangguan ini sendiri diklasifikasikan ke dalam beberapa jenis,
diantaranya :
 Inkontinensia urine urge
Adalah inkontinensia yang ditandai dengan keluarnya urin
secara segera setelah adanya sensasi yang kuat yang sifatnya
urgensi untuk dihindari biasanya terjadi pada lansia, dan
berhubungan dengan kerusakan CNS (Central Nervous System)
(Smeltzer, Suzanne C : 2001)
 Inkontinensia urin stress
Merupakan inkontinensia urin dimana urin keluar melalui
uretra pada saat terjadi peningkatan tekanan intraabdominal.
Terjadinya inkontinensia ini karena sfingter tidak mampu
menahan tekanan intrauretra saat tekanan intravesika
meningkat atau bisa juga karena kelemahan otot dasar panggul
yang berfungsi menyangga uretra dan buli-buli akibat trauma
persalinan. Peningkatan tekanan intraabdominal ini dapat
dipacu oleh batuk, bersin, tertawa, berjalan, berdiri, atau
mengangkat beban.
 Inkontinensia paradoksa
Keadaan keluarnya urin tanpa dapat dikontrol pada keadaan
volume urin di buli-buli melebihi kapasitasnya. Penyebabnya
karena kelemahan otot detrusor akibat cedera spinal, efek
pemakaian obat, atau pasca persalinan.
 Inkontinensi kontinua

7
Keadaan urin yang keluar setiap saat, dalam posisi apapun.
Keadaan ini paling sering disebabkan oleh fistula sistem urinaria
yang menyebabkan urin tidak melewati sfingter uretra. Fistula
ini sendiri terjadi akibat dari operasi ginekologi, trauma obstetri,
atau pasca radiasi daerah pelvik.
 Inkontinensia urin fungsional
Keadaan keluarnya urin tanpa dapat ditahan dimana pasien
dalam kondisi tidak mampu untuk menjangkau toilet saat
muncul hasrat miksi.

7
Tanda dan gejala umum Inkontinesia urin :
 Urin keluar tanpa disadari

Diagnosis dan Penatalaksanaan Inkontinesia Urine :

1) Diagnosis
Anamnesis dan riwayat penyakit
 Seberapa banyak urin yang dikeluarkan
 Adanya faktor batuk, bersin, dan aktivitas lain (inkontinensia
uretra dan sfingter)
 Diare, konstipasi, dan inkontinensia alvi (kemungkinan
kelainan neurologis)
 Riwayat persalinan menyebabkan predisposisi sfingter dan
kelemahan otot panggul
Pemerikasaan fisik
 Abdomen, kemungkinan dijumpai distensi buli-buli
(inkontinensia paradoksa)
 Minta pasien melakukan manuver Valsava; jika terdapat urin
keluar kemungkinan menderita inkontinensia urin stress
2) Penatalaksanaan
 Anamnesis
Kaji penyebab terjadinya inkontinensia urin sehingga dapat
diketahui penanganan untuk membantu penyembuhannya.
Misalnya : berat ringannya, lamanya, tingkat ketergangguan,
penyekit lain, atau terapi sebelumnya.
 Pasang kateter sementara untuk mengetahui adanya
kemungkinan sembuh
 Jika disebabkan oleh fistula, terlebih dahulu fistula dilakukan
operasi rekonstruksi setelah tiga bulan
 Lakukan senam Kegel untuk meningkatkan resistensi uretra
dengan cara memperkuat otot panggul
 Pemberian obat
a. Antikolinergik (Oksibutinin, Propantheline bromide, dan
Tolterodine tartrate) untuk meningkatkan aktifitas buli-buli

8
b. Dyclomine dan Flavoxate untuk melemaskan otot polos
c. Antidepresan trisiklik (Imipramine) untuk meningkatkan
resistensi uretra

8
C. ISK (Infeksi Saluran Kemih)

Infeksi saluran kemih adalah ditemukannya bakteri pada urine di kandungan


kemih yang umumnya steril. Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah infeksi yang
terjadi sepanjang saluran kemih, terutama masuk ginjal itu sendiri akibat proliferasi
suatu organisme .
Infeksi Saluran Kemih (ISK) atau Urinarius Tractus Infection (UTI) adalah
suatu keadaan adanya invasi mikroorganisme pada saluran kemih. Infeksi Saluran
Kemih (ISK) adalah suatu tanda umum yang ditunjukkan pada manifestasi bakteri
pada saluran kemih.
Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah berkembangnya mikrorganisme di dalam
saluran kemih yang di dalam keadaan normal tidak mengandung bakteri, virus atau
mikroorganisme lain.
Infeksi Traktus Urinarius adalah bila ada pemeriksaan urin ditemukan bakteri
yang jumlahnya lebih dari 10.000 per ml. Urine yang diperiksa harus bersih, segar
dan diambil dari aliran tengah (midstream) atau diambil dengan pungsi
suprasimpisis. Ditemukan bakteri yang jumlahnya lebih dari 10.000 per ml ini
disebut dengan istilah bakteriuria. Bakteriuria ini mungkin tidak disertai gejala,
disebut bakteriuria asimptomatik dan mungkin disertai dengan gejala-gejala yang
disebut bakteriuria simptomatik.
Infeksi Saluran Kemih (ISK) merupakan infeksi bakteri yang paling sering
dijumpai oleh wanita selama kehamilan. Walaupun bakteriuria asimptomatik
merupakan hal biasa, infeksi simptomatik dapat mengenai saluran bawah yang
menyebabkan sistitis, atau menyerang kaliks ginjal, pelvis, dan parenkim sehingga
menimbulkan pielonefritis.
Infeksi Saluran Kemih merupakan komplikasi medik utama pada ibu hamil.
Sekitar 15% wanita, mengalami satu kali serangan akut infeksi saluran kemih
selama hidupnya. Infeksi saluran kemih dapat mempengaruhi keadaan ibu dan
janin, dampak yang ditimbulkan antara lain anemia, hipertensi, kelahiran prematur
dan bayi berat lahir rendah (BBLR). Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah infeksi
yang sering dijumpai pada perempuan setelah infeksi nafas. Dalam setiap tahun,
15% perempuan mengalami ISK. Kejadian ISK makin sering terjadi pada masa
kehamilan. Perubahan mekanis dan hormonal yang terjadi pada kehamilan
meningkatkan risiko keadaan yang

9
membuat urin tertahan di saluran kemih. Juga adanya peningkatan hormon
progesteron pada kehamilan akan menambah besar dan berat rahim serta
mengakibatkan pengenduran pada otot polos saluran kemih.
Organisme yang menyebabkan infeksi saluran kemih berasal dari flora normal
perinium. Terdapat bukti bahwa beberapa galur E.Coli memiliki vili yang
meningkatkan virulensinya. Walaupun kehamilan itu sendiri tampaknya tidak
meningkatkan faktor-faktor virulensi ini, statsis air kemih tampaknya
menyebabkan hal tersebut, dan bersama dengan refluks vesikoureter, statis
mempermudah timbulnya gejala infeksi saluran kemih bagian atas.

Diagnosa dan Penatalaksanaan ISK :

1) Diagnosis
 Uretritis, terutama disebabkan klamidia
 Vaginitis, vulvitis, atau trauma yang menyerupai disuria
 Sering berkemih yang mungkin dianggap normal
2) Penatalaksanaan
 Kunjungan awal, kaji riwayat ISK dan lakukan urinalisis serta
kultur untuk memeriksa ISK asimtomatik
Bila negatif lakukan langkah berikut :
a. Bila kultur awal negatif, tidak dibutuhkan penangan
lanjutan
b. Bila kultur positif, obati pasien dan ulang kultur urin. Minta
pasien memeriksakannya kembali
 Bila pasien menunjukan gejala sistitis, langkahnya adalah :
Lakukan urinalisis tangkap-bersih
Bila (-) meski ada gejala, pertimbangkan kultur gonokokus
dan klamidia
Bila (+) pertimbangkan terapi walaupun hasil kultur belum
selesai
 Periksa pasien untuk nyei tekan CVA
 Pertimbangkan untuk memberikan 200 mg Pyridium per oral,
3 kali/hari selama tiga hari untuk meredakan disuria.
 Terapi dengan pemberian obat antibiotik

10
a. Obat jenis sulfa
b. Amoxicilin 500 mg per oral, 3 kali/hari selama 7-10 hari
c. Nitrofurantoin 100 mg per oral, 2 kali/hari selama 3-10
hari

10
d. Norfloksasin 400 mg per oral, 2 kali/hari selama 3-10 hari
e. Fosfomisin tromentamin 3 gr per oral, campur dengan air
diberikan dalam dosis tunggal
 Anjurkan untuk menghabiskan antibiotik untuk mencegah
kekambuhan
 Beri pendidikan kesehatan untuk mencegah dan perawatan
mandiri.
 Bila pasien mengalami gejala pielonefritis, lakukan :
a. Urinalisis tangkap-bersih, kultur urin, dan hitung darah
lengkap
b. Pemeriksaan nyeri tekan CVA dan ketidaknyamanan
simfisis
 Sarankan tindakan perawatan mandiri, dengan cara :
a. Minum air minimal 6-8 gelas/hari
b. Hindari konsumsi kafein yang dapat mengiritasi sistem
perkemihan. Asupan vitamin C berlebih juga dapat
bersifat iritan.
c. Lakukan hygiene perineum dengan benar untuk
mencegah kontaminasi uretra dari bakteri rektum
d. Berkemih dengan teratur dan tidak ditahan untuk
mencegah stasis urin
e. Segera berkemih setelah melakukan hubungan seksual
guna mencegah bakteri yang mungkin bergerak ke uretra
f. Minum jus atau tablet cranberry saat indikasi pertama
infeksi

 Infeksi Saluran Kemih pada Ibu Hamil


Perubahan perubahan tersebut mencapai puncak pada akhir trimester
kedua dan awal trimester tiga yang merupakan faktor yang memudahkan
terjangkitnya ISK pada kehamilan. Saluran kemih yang pendek pada
perempuan dan kebersihan daerah sekitar kelamin luar yang menjadi bagian
yang sulit dipantau pada perempuan hamil akan mempermudah terjadinya
Infeksi Saluran Kemih (ISK).

11
Escheria coli merupakan bakteri penyebab ISK pada kehamilan yang
ditemukan pada 80-90% kasus. Bakteri ini dapat berasal dari flora usus yang
keluar sewaktu buang air besar, dan jika bakteri berkembang biak akan
menjalar ke saluran kencing dan naik ke kandung kemih dan ginjal, inilah
yang menyebabkan ISK.

11
Biasanya proses ISK tanpa gejala dan tanda yang spesifik namun apabila
kandung kemih telah terinfeksi maka mulai timbul gejala seperti nyeri di
bawah perut dan susah kencing atau keluar hanya sedikit. Keadaan yang
sangat serius apabila telah terjadi infeksi pada ginjal (pielonefritis), ini sering
dijumpai pada usia kehamilan 20-28 minggu, ditandai dengan gejala demam,
lemah, menggigil, nyeri pinggang, mual dan muntah.
Infeksi pada ginjal merupakan komplikasi ISK pada kehamilan dan
menyebabkan kelainan serius baik pada ibu maupun janin, seperti persalinan
prematur, anemia, hipertensi dan preeklampsia. Jika bayi lahir juga bisa
membuat berat badannya rendah. Untuk itu penting bagi ibu hamil untuk
berupaya menjaga kebersihan alat kelamin luarnya, selain itu perlu segera
konsultasi ke dokter untuk mendapatkan pemeriksaan segera apabila dirasa
sulit kencing atau nyeri di bawah perut. ISK pada perempuan umumnya
karena secara anatomis uretra (saluran yang membawa air seni dari kandung
kemih keluar) pada perempuan lebih pendek dibandingkan laki-laki.
Umumnya panjang uretra pada perempuan hanyalah sekitar 3 cm dengan
muara yang relatif terbuka serta sangat berdekatan dengan vagina dan anus
yang banyak mengandung kuman yang akan sangat berpotensi untuk kuman
masuk ke dalam saluran kemih.
Infeksi juga bisa terjadi pada trauma yang kasar misal pada senggama
yang kasar atau pada pemasangan kateter di mana kuman bisa terdorong
masuk ke dalam kandung kemih. Selain itu juga terjadi perubahan-perubahan
anatomis fisiologis pada sistem saluran kemih selama masa kehamilan. Tidak
semua ibu hamil pasti akan terkena ISK.
Perempuan hamil terutama yang sudah pernah hamil untuk kesekian kali,
lebih mudah terserang penyakit ISK karena terjadi perubahan alamiah
(fisiologis) yang dramatis selama kehamilan, antara lain terjadi penurunan
tonus (ketegangan) dan aktivitas otot-otot ureter (saluran dari ginjal ke
kandung kemih) yang mengakibatkan terjadinya penurunan kecepatan
pengeluaran air seni melalui sistem pengumpulan urine. Ureter bagian atas dan
piala ginjal (pelvis renalis) mengalami dilatasi (rongganya menjadi bertambah
besar) dan mengakibatkan hidronefrosis fisiologis (alamiah) pada kehamilan,
yaitu suatu keadaan dimana piala ginjal menggembung karena saluran ginjal

12
yang tersumbat atau tertutup sedangkan jaringan ginjal jadi mengisut
sehingga ginjal itu menjadi serupa kantong berisi air.
ISK dapat diklasifikasi infeksi saluran kemih sebagai berikut :
1. Kandung kemih (sistitis)
2. Uretra (uretritis)
3. Prostat (prostatitis)
4. Ginjal (pielonefritis)
B. Etiologi
Etiologi ISK sebagian besar didominasi bakteri gram negatif, seperti E.Coli (pada
hampir 80% kasus), sedangkan bakteri gram positif lebih jarang menyebabkan ISK.
Berdasarkan Toronto Notes 2008, kelompok bakteri yang menyebabkan ISK adalah
bakteri bakteri KEEPS, yaitu :
 K : Klebsiela
 E : E.Coli
 E : Enterobacteria
 P : Pseudomonas
 S : S.Aureus

Infeksi traktus urinarius merupakan jenis infeksi nosokomial yang paling sering
terjadi disekitar 40% dari seluruh infeksi pada Rumah Sakit setiap tahunnya. Organisme
yang menyerang bagian tertentu sistem urine menyebabkan infeksi saluran kencing yaitu
ginjal (Pielonefritis), kandung kemih (Sistitis), atau urine (Bakteriuria)
Salah satu penyebaranya organismenya dapat melalui :
1. Penggunaan kateter dalam jangka pendek
2. penggunaan kateter yang lebih lama
3. Terlalu lama menahan kencing
4. Kurang minum
5. Penggunaan toilet yang tidak bersih
6. Kebiasaan cebok yang salah
7. Dapat berasal dari organisme pada feses yang naik dari perinium uretra dan kandung
kemih, serta menempel pada permukaan mukosa
8. Pengosongan kandung kemih yang tidak lengkap
9. Gangguan status metabolis (diabetes

13
10. Refluks uretrovesikel (refluks aliran balik) urin dari uretra ke dalam kandung kemih
11. Refluks uretrovesikal dapat disebabkan oleh disfungsi leher kandung kemih uretra
12. Hubungan seksual yang memungkinkan masuknya organisme dari perinium ke
dalam kandung kemih.

C. Patofisiologi
Terdapat 2 hal utama yang dapat menyebabkan terjadinya ISK, antara lain :
1. Rute Infeksi
Terdapat 3 rute invasi bakteri ke dalam saluran kemih yaitu :
 Ascending Rute
Bakteri periurethal melalui uretra bermigrasi ke atas menuju vesika urinaria
yang jika terus berlanjut dapat mencapai ureter hingga ginjal. Dapat pula terjadi
akibat aktivitas seksual atau pada pemasangan kateter yang tidak higienis.
 Hematogenik
Sering kali disebabkan oleh Staphylococcus aureus, sering ditemukan pada
pasien immunocompromissed.
 Lympogenic
Rute infeksi ini masih memiliki bukti scientific yang minimal
2. Host – defence
Normalnya , ISK dapat dicegah dengan adanya proses wash-out oleh saluran
kemih sehingga bakteri-bakteri yang ada dapat dikeluarkan melalui urin. Di dalam
urin juga terdapat pH, osmolalitas, dan kadar urea yang dapat menghambat
perkembangan bakteri. Jika mekanisme pertahanan host tersebut terganggu,
misalkan akibat retensi urin, statis atau refluks urin, bakteri-bakteri tersebut dapat
berkembang biak dan berkolonisasi sehingga bisa menimbulkan infeksi.
Masuknya mikroorganisme ke dalam saluran kemih dapat pula melalui :
a. Penyebaran endogen yaitu kontak langsung dari tempat terdekat
b. Hematogen yaitu penyebaran mikroorganisme patogen yang masuk melalui
darah yang terdapat kuman penyebab infeksi saluran kemih yang masuk melalui
darah dan suplay jantung ke ginjal.
c. Limfogen yaitu kuman masuk melalui kelenjar getah bening yang disalurkan
melalui helium ginjal.
d. Eksogen sebagai akibat pemakaian alat berupa kateter.

14
 Cara terjadinya infeksi :
a. Tangan penderita atau penolong yang tertutup sarung tangan pada pemeriksaan
dalam atau operasi membawa bakteri ke traktus urinarius. Kemungkinan lain
adalah bahwa sarung tangan atau alat-alat yang dimasukkan ke dalam jalan lahir
tidak sepenuhnya bebas dari kuman.
b. Peralatan tidak steril, misal handscoon, gunting epis, hingga kateter sehingga
terkontaminasi bakteri dari invasi ke traktus urinarius.
c. Infeksi rumah sakit (hospital infection). Dalam rumah sakit banyak sekali
kuman-kuman patogen berasal dari penderita-penderita di seluruh rumah sakit.
Kuman-kuman ini terbawa oleh air, udara, alat-alat dan benda-benda rumah
sakit yang sering dipakai para penderita (handuk, kain-kain, dan lainnya).
Faktor-faktor yang mempermudah terjadinya infeksi saluran kemih antara lain :
1. Kandungan aliran urin
- Anomali kongenital
- Batu saluran kemih
- Oklusi ureter (sebagian atau total)
2. Refluks vesikoureter
yaitu aliran balik urin dari kandung kemih menuju ginjal. Normalnya, urin
mengalir dari ginjal lewat uretra menuju kandung kemih, untuk kemudian
dibuang. Otot-otot di uretra dan kandung kemih bekerja agar urin tidak
mengalir balik ke atas.
Refluks vesikoureter (VUR) dapat menyebabkan bakteri yang ada di dalam
urin masuk ke dalam ginjal. Ini dapat mengakibatkan infeksi, luka, dan
kerusakan ginjal.
3. Urine sisa dalam buli-buli karena :
- Neurogenic bladder
Yaitu kelainan fungsi kandung kemih akibat gangguan sistem saraf.
Istilah Neurogenic bladder tidak mengacu pada suatu diagnosis
spesifik ataupun menunjukkan etiologinya, melainkan lebih
menunjukkan suatu gangguan fungsi urologi akibat kelainan
neurologis.

15
- Striktur uretra
Yaitu kelainan yang terjadi ketika uretra atau saluran urine mengalami
penyempitan yang disebabkan oleh peradangan. Uretra yang mengalami
penyempitan membuat urine yang keluar dari tubuh melemah.
- Hipertrofi prostat (pada laki-laki)
4. Gangguan metabolik
- Diabetes
- Hiperkalsemia
Yaitu kondisi saat tubuh menyerap kalsium lebih banyak daripada
yang dibutuhkan. Pada dasarnya, kelebihan zat ini akan dikeluarkan dari
dalam tubuh melalui urine. Meski begitu, bukan tidak mungkin kelebihan
ini akan disimpan di dalam tulang. Pengendapan dalam tulang inilah yang
cenderung membahayakan, bahkan bisa menyebabkan kematian.
Hiperkalsemia inilah yang menjadi penyebab batu ginjal sekaligus
menghambat kinerja otak serta jantung. Penurunan fungsi ginjal ini akan
mengganggu penyerapan mineral lain dalam tubuh, seperti magnesium, zat
besi, dan yang lainnya.
- Hipokalsemia
Yaitu suatu keadaan saat konsentrasi kalsium di dalam serum darah kurang
dari 8,8 mgr/dL darah. Tak jarang, hipokalsemia juga disebut sebagai
penyakit kadar kalsium darah rendah.
- Agamaglobulinemia
Yaitu kelainan genetik yang mempengaruhi kemampuan tubuh untuk
melawan infeksi
5. Instrumentasi
- Kateter
- Dilatasi uretra
- Sistoskopi
6. Kehamilan
- Faktor statis dan bendungan
- PH urin yang tinggi sehingga mempermudah pertumbuhan kuman

16
Kandungan aliran urin :
a. Anomali kongenital
Anomali kongenital didefinisikan sebagai kelainan struktur atau
fungsi dan mencakup kelainan metabolik, yang terjadi sejak dalam
kandungan dan muncul saat lahir. Kelainan ini diakibatkan oleh defek
pada proses embriogenesis atau kelainan intrinsik pada proses
perkembangannya.
Kelainan pada ginjal dan saluran kemih dapat menyebabkan
Infeksi Saluran Kemih (ISK). Kelainan kongenital yang menyumbat
air kemih dapat menyebabkan air kemih tertahan dan hal ini dapat
menyebabkan infeksi dan bahkan batu ginjal.
b. Batu saluran kemih
Batu ginjal terbentuk pada tubuli ginjal kemudian berada di
kaliks, infundibulum, pelvis ginjal, dan bahkan bisa mengisi pelvis
serta seluruh kaliks ginjal. Batu yang mengisi pielum dan lebih dari
dua kaliks ginjal memberikan gambaran menyerupai tanduk rusa
sehingga disebut batu staghorn. Batu yang tidak terlalu besar didorong
oleh peristaltik otot-otot sistem pelvikalises dan turun ke ureter
menjadi batu ureter. Tenaga peristaltik ureter mencoba untuk
mengeluarkan batu hingga turun ke buli-buli.
Batu yang ukurannya kecil (<5mm) pada umumnya dapat
keluar spontan sedangkan yang lebih besar seringkali tetap berada di
ureter dan menyebabkan reaksi keradangan (periureteritis) serta
menimbulkan obstruksi kronis berupa hidroureter atau hidronefrosis.
Jika disertai dengan infeksi sekunder dapat menimbulkan pionefrosis,
urosepsis, abses ginjal, abses perinefrik, abses paranefrik, ataupun
pielonefritis. Pada keadaan yang lanjut dapat terjadi kerusakan ginjal,
dan jika mengenai kedua sisi mengakibatkan gagal ginjal permanen .
Secara epidemiologis terdapat beberapa faktor yang mempermudah
terjadinya batu saluran kemih pada seseorang. Faktor-faktor itu adalah
faktor intrinsik yaitu keadaan yang berasal dari tubuh seseorang dan
faktor ekstrinsik yaitu pengaruh yang berasal dari lingkungan di
sekitarnya.

17
Faktor intrinsik itu antara lain :
herediter (keturunan), usia, dan jenis kelamin. Beberapa faktor
ekstrinsik diantaranya geografi, iklim serta temperatur, asupan air, diet,
pekerjaan (Purnomo, 2003), dan penyakit lain, seperti penyakit gout,
obesitas, diabetes melitus (DM), dan hipertensi .
c. Oklusi ureter
Oklusi ureter adalah tersumbatnya saluran ureter. Sehingga,
urin tidak dapat mengalir keluar dari tubuh. Akibatnya, urin malah
menumpuk dan dapat menyebabkan ginjal membengkak. Jika
dibiarkan kondisi ini berbahaya, sebab meningkatkan risiko
kerusakan ginjal permanen.
Saluran ureter memiliki dinding tebal. Diameternya kurang
lebih sama dari atas ke bawah. Namun, beberapa bagian dari
saluran tersebut lebih rentan terhadap penyumbatan. Di antaranya,
bagian yang melintasi lubang masuk panggul dan bagian dekat
kandung kemih.
Oklusi ureter sering terjadi dan bisa diobati dengan
menghilangkan sumbatan ureter untuk mengembalikan aliran
normal urin. Karena kondisinya yang mudah diobati, komplikasi
parah sangat jarang terjadi pada penyakit ini.
Tanda pertama dari penyakit ini adalah rasa sakit dan
ketidakmampuan pasien untuk benar-benar mengosongkan kandung
kemihnya. Hal tersebut sering menyebabkan infeksi saluran kemih
kronis (ISK). Selain itu, penyakit ini mungkin membuat darah dalam
muncul dalam urin. Tingkat keparahan gejala penyakti ini
tergantung pada tingkat penyumbatan yang terjadi dan juga
tergantung pada apakah hanya satu atau kedua ureter yang
terpengaruh. Apabila pasien dengan penyakit ini tidak segera
mencari pengobatan, maka kondisinya bisa berlanjut dan
menyebabkan kerusakan pada ginjal.
Infeksi traktus urinarius terutama berasal dari mikroorganisme
pada feses yang naik dari perinium ke uretra dan kandung kemih serta
menempel pada permukaan mukosa. Infeksi dapat terjadi bila bakteri
mencapai kandung kemih, melekat pada saluran kemih,dan

18
mengkolonisasi epitelium traktus urinarius untuk menghindari
pembilasan melalui berkemih, mekanisme pertahan penjamu dan
cetusan inflamasi.
Inflamasi, abrasi mukosa uretral, pengosongan kandung kemih
yang tidak lengkap, gangguan status metabolisme (diabetes,
kehamilan, gout) dan imunosupresi meningkatkan risiko infeksi
saluran kemih dengan cara mengganggu mekanisme normal.
Jenis-jenis Mikroorganisme Penyebab ISK antara lain :
Mikroorganisme Presentase biakan
(dengan > 105 cfu/ml)
Escheria coli 50-90%
Klebsiella atau Enterobacter 10-40%
Proteus morganella atau providencia 5-10%
Pseudomonas aeruginosa 2-10%
Staphylococcus epidermidis 2-10%
Enterococci 2-10%
Candida albicans 1-2%
Staphylococcus aerus 1-2%

D. Faktor Risiko Meningkatnya Infeksi Saluran Kemih


1. Perubahan morfologi pada kehamilan
Karena asal dari traktus genital dan traktur urinarius adalah sama secara
embriologi ditambah lagi letaknya yang sangat berdekatan maka adanya perubahan
pada salah satu sistem akan mempengaruhi sistem lain.
Pada saat hamil terdapat perubahan pada traktus urinarius berupa :
a. Dilatasi pelvis renal dan ureter
Dilatasi ini terjadi pada usia kehamilan setelah 20 minggu , lebih sering terjadi
pada sebelah kanan 85,7% berbanding sebelah kiri 10%. Hal ini mungkin
disebabkan oleh adanya colon sigmoid di sebelah kiri dan adanya
kecenderungan uterus untuk mengadakan dekstrorotasi dan kecenderungan
secara anatomi bahwa ureter kanan rentan terhadap dilatasi. Adanya dilatasi

19
tersebut kemungkinan juga akibat adanya hormon progesteron yang meningkat
disamping efek penekanan dari uterus yang membesar karena hamil.
b. Vesika urinaria
Vesika urinaria terdesak ke aterior dan superior seiring dengan makin
bertambah besarnya uterus, dan cenderung lebih terletak pada rongga abdominal
dari pada rongga pelvis.
Terjadi juga pelebaran daerah basal. Kapasitas penampung urin akan
meningkat tetapi daya pengosongan akan menurun karena terjadi kelemahan
pada otot detrusor kandung kemih akibat pengaruh dari progesteron (terjadi
kelemahan otot-otot polos sehingga tonus otot akan berkurang, akibatnya nanti
akan terjadi pelebaran saluran kemih secara keseluruhan dan kontraksi akan
berkurang), mengakibatkan sisa urin sering terjadi, sehingga pertumbuhan
bakteri mudah terjadi.
2. Sistokel dan urethokel
Sistokel adalah turunnya kandung kemih mengarah ke vagina sehingga
menyebabkan lubang vagina tampak menonjol. Kondisi ini dapat membuat wanita
sulit menahan buang air kecil, sering buang air kecil ataupun tertahannya kencing
di kandung kemih. Atau suatu kondisi kesehatan serius yang terjadi ketika
jaringan pendukung dalam dinding vagina wanita melemah dan tidak dapat
menahan air seni di tempatnya, sehingga kandung kemih terlihat menyembul
keluar. kandung kemih kehilangan elastisitasnya, serta berakibat juga pada
kehilangan kemampuan untuk menopang kandung kemih. Hilangnya elastisitas
dapat disebabkan oleh beberapa faktor, atau kombinasi dari mereka. Faktor-
faktor tersebut ialah:
 Usia tua
 Obesitas
 Sembelit kronis dan tegang
 Kelahiran melalui vagina
 Ketidakseimbangan hormon
 Operasi ginekologi
 Histerektomi
 Sering melakukan kegiatan yang berdampak tinggi
 Sering mengangkat beban berat

20
Urekthokel adalah penonjolan ke dalam lubang vagina bagian belakang-bawah
oleh karena adanya herniasi rektum. Hal ini dapat menyebabkan kesulitan ketika
buang air besar.
3. Kebiasaan menahan kemih
Sering menahan buang air kecil dapat menyebabkan infeksi saluran kemih karena
bakteri dapat mulai berkembang biak.

E. Klasifikasi dan Tanda Gejala


Infeksi traktus urinarius dapat di klasifikasikan menjadi 2 bagian :
1. Bakteri tanpa gejala (Asimptomatik)
Ditemukan bakteri sebanyak >100.000 per ml air seni dari sediaan air seni
“mid stream”. Angka kejadian bakteriuria Asimptomatik dalam kehamilan sama
seperti wantita usia reproduksi yang seksual aktif dan non-pregnan sekitar 2-10%.
Beberapa peneliti mendapatkan adanya hubungan kejadian bakteriuria ini dengan
peningkatan kejadian anemia pada kehamilan, persalinan premature, gangguan
pertumbuhan janin, dan preeklampsia. Oleh karena itu pada wanita hamil dengan
bakteriuria harus diobati dengan seksama sampai air kemih bebas bakteri yang
dibuktikan dengan pemeriksaan beberapa kali. Pengobatan dapat dilakukan dengan
pemberian :
 Ampisilin 3 X 500 mg selama 7 – 10 hari
 Sulfonamid
 Cephalosporin
 Nitrofurantoin 4x50-100 mg/ hari

F. Bakteriuria dengan gejala (Simptomatik)


a. Sistitis
Adalah peradangan kandung kemih tanpa disertai radang pada bagian atas
saluran kemih. Sistitis ini cukup sering dijumpai dalam kehamilan dan masa
nifas. Kuman penyebabnya yaitu E. coli dan kuman-kuman yang lain. Faktor
predisposisi lain adalah uretra yang pendek, adanya sisa air kemih yang
tertinggal disamping penggunaan kateter yang sering dipakai untuk ginekologi
atau persalinan, sehingga kateter ini akan mendorong kuman-kuman yang ada di

21
uretra distal yang masuk dalam kandung kemih. Dianjurkan untuk tidak
menggunakan katetr bila tidak perlu.
 Gejala :
a. Disuria (kencing sakit) terutama pada akhir berkemih
b. Sering berkemih pada bagian atas simfisis
c. Sering tidak dapat menahan untuk berkemih
d. Air kemih kadang-kadang terasa panas
 Gejala Sistemik :
a. Suhu badan meningkat (Demam)
b. Nyeri pinggang
 Sisitis dapat diobati dengan :
a. Sulfonamid
b. Ampisilin
c. Eritromisin

Perlu diperhatikan obat-obat lain yang baik digunakan untuk


pengobatan infeksi saluran kemih, akan tetapi mempunyai pengaruh tidak
baik untuk janin ataupun bagi ibu.
 Penanganan :
Penanganan secara umum yakni dilakukan pengobatan rawat jalan
dan pasien dianjurkan untuk banyak minum. Atur frekuensi berkemih untuk
mengurangi rasa nyeri, spasme dan rangsangan untuk selalu berkemih
(dengan jumlah urine yang minimal). Makin sering berkemih, nyeri dan
spasme akan makin bertambah.
Apabila antibiotika tunggal kurang memberi manfaat, berikan
antibiotika kombinasi. Kombinasi tersebut berupa jenis ataupun cara
pemberiannya, seperti amoksilin 4x250 mg per oral digabung dengan
Gentamisin 2x80 mg secara IM selama 10-14 hari.
b. Pielonefritis Akuta
Merupakan salah satu komplikasi yang sering dijumpai terjadi pada 1%-2%
kehamilan terutama pada trimester III dan permulaan masa nifas. Penyakit ini
biasanya disebabkan oleh Escherichia coli, Stafilokokkus aureus.

22
Predisposisinya antara lain penggunaan kateter untuk mengeluarkan air kemih
waktu persalinan atau kehamilan, air kemih yang tertahan sebab perasaan sakit
waktu berkemih karena trauma persalinan, dan luka pada jalan lahir. Penderita
yang menderita pielonefritis kronik atau glomerulonefritis kronik yang sudah ada
sebelum kehamilan, sangat mendorong terjadinya pielonefritis akuta ini.
 Gejala penyakitnya :
a. Mual dan muntah
b. Nyeri pinggang
c. Demam tinggi dan menggigil sekitar 85% suhu tubuh melebihi 380C dan
sekitar 12% suhu tubuh mencapai 400C.
d. Keluhan sistitis ( merasa sakit pada kandung kemih)
e. Nafsu makan berkurang
f. Kadang – kadang diare
g. Jumlah urin sangat berkurang (Oliguria)
 Pengobatan Pielonefritis dengan cara :
a. Penderita harus dirawat
b. Istirahat berbaring
c. diberi cukup cairan infuse RL
d. antibiotika (Ampisilin, Sulfonamid)
e. Observasi persalinan preterm

Biasanya pengobatan berhasil baik, walapun kadang-kadang penyakit ini


dapat timbul lagi. Pengobatan sedikitnya dilanjutkan selama 10 hari dan
penderita harus diawasi akan kemungkinan berulang kembali. Prognosis bagi ibu
umumnya cukup baik bila pengobatan cepat dan tepat diberikan, sedangkan pada
hasil konsepsi seringkali menimbulkan keguguran atau persalinan prematur.
c. Pielonefritis Kronika
Biasanya tidak atau sedikit sekali menunjukan gejala penyakit saluran
kemih dan merupakan predisposisi terjadinya pielonefritis akuta dalam
kehamilan. Penderita akan menderita tekanan darah tinggi. Prognosis bagi ibu
dan janin tergantung dari luasnya kerusakan jaringan ginjal. Penderita yang
hipertensi dan insufisiensi ginjal mempunyai prognosis buruk karena penderita
ini sebaiknya tidak hamil akibat resiko tinggi.Perlu dipertimbangkan untuk
terminasi kehamilan pada penderita yang menderita pielonefritis kronika.

23
d. Gagal Ginjal
Gagal ginjal adalah penurunan tiba-tiba faal ginjal pada individu dengan
ginjal sehat sebelumnya dengan atau tanpa oliguria dan berakibat azotemia
progresif serta kenaikan ureum dan kreatinin darah. ( Imam Parsoedi dan Ag.
Soewito : ilmu penyakit dalam).
Gagal ginjal mendadak dalam kehamilan merupakan komplikasi yang
sangat gawat dalam kehamilan dan nifas, karena dapat menimbulkan kematian
atau kerusakan fungsi ginjal yang tidak bisa sembuh lagi. Kejadiannya 1 dalam
1300-1500 kehamilan. Penderita yang mengalami sakit gagal ginjal mendadak ini
sering dijumpai pada 12-18 minggu, dan kehamilan telah cukup bulan.
Pada kehamilan muda sering disebabkan oleh abortus septik yang
disebabkan oleh bakteri Chlostirida welchii atau Streptokokkus. Tanda-tandanya
oliguria mendadak dan azosthemia serat pembekuan darah intravaskuler sehingga
terjadi nekrosis tubular yang akut. Keruskan ini dapat sembuh bila tubulus tidak
terlalu luas dalam waktu 10-14 hari. Sering kali dilakukan tindakan Histerektomi
untuk mengatasinya tetapi ada yang tidak perlu untuk dianjurkan untuk
melakukan histerektomi asal penderita diberikan antibiotika yang adekuat dan
intensif secara terus menerus sampai ginjal membaik. Jika nekrosis kortikal yang
bilateral dapat dihubungkan dengan solusio plasenta, pre-eklampsia berat atau
eklampsia, kematian janin dalam kandungan yang lama, emboli air ketuban atau
bahkan perdarahan banyak yang dapat menimbulkan iskemi.
Pada masa nifas sulit diketahui sebabnya, sehingga disebut sindrom ginjal
idiopatik postpartum. Penanggulangannya diberi cairan infus atau tranfusi darah,
diperhatikan keseimbangan elektrolit dan cairan segera lakukan hemodialisis bila
ada tanda-tanda uremia. Banyak penderita membutuhkan hemodialisis secara
teratur atau dilakukan transplatasi ginjal untuk ginjal yang tetap gagal.
Gagal ginjal dalam kehmilan dapat dicegah bila dilakukan :
1. Penanganan kehamilan dan persalinan dengan baik
2. Perdarahan, Syok, dan infeksi segera diatasi atau diobati dengan baik
3. Pemberian tarnfusi darah dengan hati-hati.

24
e. Glomerulonefritis Akuta
Glomerulonefritis akuta jarang dijumpai pada wanita hamil. Penyakit ini
dapat timbul setiap saat dalam kehamilan. Penyebab biasanya Streptococcus beta-
haemolyticus jenis A. Gambaran klinik ditandai oleh timbulnya hematuria
dengan tiba-tiba, udema dan hipertensi pada penderita sebelumnya tampak sehat.
Kemudian sindroma ditambah dengan oliguria sampai anuria, nyeri kepala, dan
mundurnya visus ( retinitis albuminika). Pengobatan sama dengan di luar
kehamilan dengan perhatian khusus, istirahat, diet yang sempurna dan rendah
garam serta keseimbangan cairan elektrolit.
Untuk pemberantasan infeksi cukup diberi penisilin, karena strepcoccus
peka terhadap penisilin. Apabila tidak berhasil maka harus dipakai antibiotika
yang sesuai dengan hasil tes kepekaan. Biasanya penderita sembuh tanpa sisa-
sisa penyakit dan fungsi ginjal akan tetap baik. Kehamilan dapat berlangsung
sampai lahirnya anak hidup, dan apabila diinginkan wanita boleh hamil lagi di
kemudian hari. Kehamilan tidak mempengaruhi jalan penyakit, sebaliknya
glomerulonefritis akuta akan mempunyai pengaruh tidak baik terhadap hasil
konsepsi terutama yang disertai tekanan darah yang sangat tinggi dan insufisiensi
ginjal, dapat mengakibatkan abortus, partus prematurus dan kematian janin.
f. Glomerulonefritis Kronika
Wanita hamil dengan glumerulonefritis kronika sudah menderita penyakit
isu beberapa tahun sebelumnya. Karena itu pada pemeriksaan kehamilan terdapat
proteinuria, sedimen yang tidak normal, dan hipertensi.
Suatu cirri tetap maikin buruknya fungsi ginjal karena makin lama makin
banyak kerusakan yang diderita oleh glomerulus-glomerulus ginjal. Penyakit ini
dapat menampakan diri dalam 4 macam :
1. Hnaya terdapat proteinuria menetap tanpa kelainan sedimen
2. Dapat menjadi jelas sebagai sindroma nefrotik
3. Berntuknya mendadak seperti pada glomerulonefritis akuta
4. Gagal ginjal sebagai penjelmaan pertama.

25
Keempat-empatnya dapat menimbulkan gejala-gejala insufisiensi ginjal
dan penyakit kardiovaskuler hipertensif. Prognosis bagi ibu akhirnya buruk ada
yang segera meninggal dan ada yang agak lama. Hal itu tergantung dari luasnya
kerusakan ginjal waktu diagnosis dibuat dan ada atau tidaknya adanya faktor-
faktor yang mempercepat proses penyakit.
Prognosis bagi janin salam kasus tertentu tergantung pada fungsi ginjal
dan derajat hipertensi. Wanita dengan fungsi ginjal yang cukup baik tanpa
hipertensi yang berarti dapat melanjutkan kehamilan sampai cukup bulan
walaupun biasanya bayinya lahir dismatur akibat insufisiensi plasenta. Apabila
penyakit sudah berat, apalagi disertai tekanan darah yang sangat tinggi, biasanya
kehamilan berakhir dengan abortus, partus prematurus, atau janin mati dalam
kandungan.
G. Komplikasi
Infeksi Saluran Kemih (ISK) dapat menyebabkan infeksi ginjal dan pembentukan
abses ginjal atau perirenal. Infeksi ginjal dapat menyebabkan awal persalinan dan
berat badan lahir rendah.
1. Dampak terhadap kehamilan :
Penularan dari ibu ke anak dapat terjadi secara vertikal saat persalinan dengan
faktor risiko penularan diantaranya :
 Persalinan preterm
 Ketuban pecah dini (KPD)
 BBLR
 Ketuban pecah 12-18 jam sebelum persalinan
 Febris intrapartum
 Terdapat peningkatan insiden anemia dan hipertensi kehamilan
2. Infeksi GBS pada neonatus :
a. Late – onset
 Meningitis (80%)
 Infeksi lain
b. Early – onset
 Distress pernafasan
 Pneumonia

26
H. Pemeriksaan Diagnostik
1. Urinalisis
 Leukosuria atau piuria merupakan salah satu petunjuk penting adanya ISK.
Leukosuria positif bila terdapat lebih dari 5 leukosit atau lapang pandang besar
(LPB) sediment air kemih
 Hematuria , hematuria positif bila terdapat 5-10 eritrosit/LPB sediment air
kemih. Hematuria disebabkan oleh berbagai keadaan patologis baik berupa
kerusakan glomerulus ataupun urolitiiasis.
2. Bakteriologis
 Mikroskopis
 Biakan bakteri
3. Kultur urin untuk mengidentifikasi adanya organisme spesifik
4. Hitung koloni, hitung koloni sekitar 100.000 koloni per milimeter urin dari urin
tampung aliran tengah atau dari specimen dalam kateter dianggap sebagai kriteria
utama adanya infeksi.
Diagnosis ISK dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik,
pemeriksaan penunjang, dan pemeriksaan laboratorium :
1. Anamnesis
Dalam hal ini kita perlu mencari keluhan-keluhan yang seperti pada manifestasi
klinis.
2. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaaan tanda-tanda lokal: Nyeri tekan suprasimpisis atau abdominal,
nyeri ketok costovertebrae. Adanya kelainan genitalia seperti fimosis, retensi
smegma, sinekia vulva, kelainan kongenital anorektal dengan kemungkinan
fistulasi ke sistem urogenital.
3. Pemeriksaan penunjang
Analisa urin rutin, kultur urin, serta jumlah kuman/mL urin merupakan
protokol standar untuk pendekatan diagnosis ISK. Pengambilan dan koleksi urin,
suhu, dan teknik transportasi sampel urin harus sesuai dengan protokol yang
dianjurkan. Investigasi lanjutan terutama renal imaging procedures tidak boleh
rutin, harus berdasarkan indikasi yang kuat.

27
Pemeriksaan radiologis dimaksudkan untuk mengetahui adanya batu atau
kelainan anatomis yang merupakan faktor predisposisi ISK. Renal imaging
procedures untuk investigasi faktor predisposisi ISK termasuk ultrasonogram
(USG), radiografi (foto polos perut, pielografi IV, micturating cystogram), dan
isotop scanning .
4. Leukosuria
Leukosit merupakan sel darah putih yang yang salah satu fungsinya melawan
infeksi bakteri. Jadi apabila terjadi ISK maka jumlah sel leukosit akan lebih banyak
karena melakukan perlawanan infeksi yang disebabkan bakteri yang timbul.
Leukosuria atau piuria merupakan salah satu petunjuk penting terhadap dugaan
adanya ISK. Dinyatakan positif bila terdapat > 5 leukosit per lapang pandang besar
(LPB) sedimen air kemih. Adanya leukosit silinder pada sedimen urin
menunjukkan adanya keterlibatan ginjal.
Namun adanya leukosuria tidak selalu menyatakan adanya ISK karena dapat pula
dijumpai pada inflamasi tanpa infeksi. Apabila didapat leukosituria yang
bermakna, perlu dilanjutkan dengan pemeriksaan kultur.
I. Penatalaksanaan
1. Wanita hamil dengan infeksi ini harus di rawat inapkan. Karena penderita
sering mengalami mual dan muntah, mereka umumnya datang dengan keadaan
dehidrasi.
2. Bila penderita dalam keadaan syok, lakukan tindakan yang sesuai untuk
mengatasi syok tersebut. Segera lakukan pemasangan infus untuk restorasi
cairan dan pemberian medikamentosa. Pantau tanda vital dan diuresis secara
berkala.
3. Bila terjadi ancaman partus prematurus, lakukan pemberian antibiotika seperti
yang telah diuraikan di atas dan penatalaksanaan partus prematurus.
4. Lakukan pemeriksaan urinalisis dan biakan ulangan.
5. Terapi antibiotika sebaiknya diberikan secara intravena. Ampisilin bukan
merupakan pilihan utama karena sebagian besar mikroorganisme penyebab
terbukti resisten terhadap antibiotika jenis ini.
6. Walaupun golongan aminoglikosida cukup efektif tetapi pemberiannya harus
dengan memperhatikan kemampuan ekskresi kreatinin karena pada
pielonefritis akut, sering terjadi gangguan fungsi ginjal secara temporer.

28
7. Terapi kombinasi antibiotika yang efektif adalah gabungan sefoksitin 1-2
gram intravena setiap 6 jam dengan gentamisin 80 mg intravena setiap 12 jam.
Ampisilin 2 gram/siproksin 2 gram intravena dan gentamisin 2x80 mg.
8. Bila setelah penanganan yang adekuat dalam 48 jam pertama, ternyata
sebagian gejala masih ada, pertimbangkan kemungkinan mikroorganisme
resisten terhadap antibiotika yang diberikan, nefrolitiasis, abses perinefrikata
obstruksi sekunder akibat kehamilan.

29
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Infeksi Traktus Urinarius adalah bila ada pemeriksaan urin ditemukan bakteri
yang jumlahnya lebih dari 10.000 per ml. Infeksi Saluran Kemih (ISK) merupakan
infeksi bakteri yang paling sering dijumpai oleh wanita selama kehamilan. Walaupun
bakteriuria asimptomatik merupakan hal biasa, infeksi simptomatik dapat mengenai
saluran bawah yang menyebabkan sistitis, atau menyerang kaliks ginjal, pelvis, dan
parenkim sehingga menimbulkan pielonefritis.
Infeksi Saluran Kemih merupakan komplikasi medik utama pada ibu hamil.
Sekitar 15% wanita, mengalami satu kali serangan akut infeksi saluran kemih selama
hidupnya. Infeksi saluran kemih dapat mempengaruhi keadaan ibu dan janin, dampak
yang ditimbulkan antara lain anemia, hipertensi, kelahiran prematur dan bayi berat
lahir rendah (BBLR).

B. Saran
Sebagai tenaga kesehatan, khususnya bidan kita hendaknya mengenali dengan
seksama akan gejala yang ditimbulkan oleh gangguan traktus urinarius ini agar dapat
memberi penanganan dengan tepat. Sedikit banyak, kita harus memahami mengenai
jenis-jenis gangguan pada saluran kemih ini karena bila tidak ditangani dengan tepat
akan berakibat fatal bagi ibu hamil.

30
DAFTAR PUSTAKA

Nugraheny,Esti.2010.Asuhan Kebidanan Pathologi.Yogyakarta: Pustaka Rihama


Purnomo, Basuki.,2011. Dasar-dasar Urologi Edisi 3. Jakarta: Sagung Seto
Marmi, dkk. 2011. Asuhan Kebidanan Patologi. Jakarta : Pustaka Belajar
Fadlun dan Feryanto, Achmad. 2011. Asuhan Kebidanan Patologis. Jakarta : Salemba
Medika
Sarwono. 2008. Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT Bina Pustaka

31

Anda mungkin juga menyukai