Anda di halaman 1dari 36

PENCARIAN 1

BLS (Basic Life Support): Alur Algoritma BLS AHA 2010


June 10th, 2014Hanif0 Comments

BLS (basic life support / bantuan hidup dasar) 2010 AHA menekankan empat aspek
fundamental meliputi mengenali dengan segera korban yang mengalami henti jantung, segera
meminta bantuan gawat darurat, segera dilakukan resusitasi jantung paru (RJP) yang
berkualitas tinggi dan segera dilakukan defibrilasi jantung menggunakan AED (Automatic
External Defibrilator).

Algoritma BLS 2010 ini berbeda dengan alur atau algoritma BLS yang dirilis tahun 2005.
Beberapa perubahan algoritma BLS serta alasan pentingnya tindakan BLS dapat dilihat diBLS
(Basic Life Support) : Kenapa Berubah dari ABC ke CAB? dan BLS (Basic Life Support)
: Beberapa Perubahan dalam Algoritma BLS AHA 2010.

Baik, berikut alur atau algoritma BLS AHA 2010 dengan sedikit penjelasan

1. AMAN
Pastikan

kondisi

aman

bagi

penolong

maupun

(RJP)dilakukan pada permukaan yang keras dan rata

korban.Resusitasi

Jantung

Paru

2. CEK RESPON
Cek respon korban sadar atau tidak. Bisa dengan menepuk dan memanggil korban secara
keras misal Pak.. pak..! serta merangsang respon nyeri dengan cubitan di bawah bahu depan
korban. Langkah ini dilakukan sambil mengobservasi nafas korban secara visual dengan cara
melihat naik-turunya dinding dada. Bila korban tak sadar dan secara visual terlihat nafas
lemah atau tidak ada maka lanjutkan langkah berikutnya

3. AKTIFKAN SISTEM BANTUAN GAWAT DARURAT

Bertujuan untuk memanggil bantuan petugas kesehatan yang lebih


berwenang atau bantuan mengambilkan AED untuk defibrilasi jantung. Bisa dilakukan dengan
teriak Tolong atau Tolong ambilkan AED atau menelpon nomor gawat darurat.
Salah satu poin penting dalam BLS 2010 ini adalah penggunaan AED untuk defibrilasi jantung,
karena penggunaan AED terbukti mampu meningkatkan tingkat keberhasilan BLS.

4. RJP BERKUALITAS TINGGI (HIGH QUALITY CPR)


Kaji nadi karotis korban (dewasa) dengan cara meletakan dua jari atau lebih di tengah leher
kemudian geser ke tepi sambil sedikit ditekan untuk meraba adanya nadi karotis. Pengkajian
nadi maksimal 10 detik, bila melebihi waktu tersebut tidak ditemukan maka dianggap nadi

tidak ada.
Bila nadi tidak ada maka secepatnya mulai kompresi dada 30 kali (sekitar 18 detik) dengan
cara duduk di samping korban, letakan dua telapak tangan saling menumpu di tengah-tengah
dada korban (kurang lebih 2 jari diatas prosesus sipoideus), lengan tegak lurus diatas dada
korban dan mulai tekan dinding dada dengan kedalaman 5 cm (dewasa) dengan cepat sambil
menghitung kompresi dada.
Setelah 30 kali kompresi dada dilanjutkan dengan manuferhead-tilt chin-lift (jaw thrust bila
dicurigai trauma leher) untuk membuka jalan nafas. Lanjutkan melakukan 2 kali nafas buatan

dengan cara menutup/memencet hidung korban kemudian tiupkan udara dari mulut ke mulut
sambil melihat pengembangan dinding dada. Setiap nafas buatan setidaknya mampu
mengembangkan dinding dada selama 1 detik. Bila ada peralatan resuscitator nafas maka
bantuan nafas dilakukan dengan alat tersebut.
Salah satu poin perbaikan pada alur BLS 2010 adalah penekanan pada high-quality CPR atau
RJP berkualitas tinggi yang didefiniskan dengan
1.

Kompresi dada minimal 100 kali per menit

2.

Kompresi dada kedalaman minimal 5 cm (dewasa)

3.

Minimal interupsi / penghentian kompresi dada. Kompresi dada dilakukan terus


selama

nadi

spontan

belum

ditemukan.

Kompresi

dada

hanya

dihentikan

saat

memberikan bantuan nafas, AED melakukan analisis dan AED melakukan defibrilasi
jantung
4.

Recoil sempurna yaitu dinding dada kembali ke posisi normal secara penuh sebelum
kompresi dada berikutnya

5.

Menghindari bantuan nafas terlalu sering (avoid hiperventilation)

30 kali kompresi dada dan 2 kali bantuan nafas disebut 1 siklus RJP/CPR (resusitasi jantung
paru / cardiopulmonary resuscitation), 5 siklus RJP dilakukan selama 2 menit. Setelah 5 siklus
RJP dilakukan pengkajian nadi karotis, bila belum ditemukan nadi maka dilanjutkan 5 siklus
RJP berikutnya, begitu seterusnya.

5. DEFIBRILASI DENGAN AED

Seperti saya sebutkan diatas, segera dilakukan defibrilasi jantung


dengan AED merupakan salah satu penekanan pada algoritma BLS AHA 2010.
Begitu AED datang maka langsung pasang AED dengan mengikuti petunjuk penggunaan AED
(panduan AED langsung dengan perintah suara). AED akan menganalisa apakah korban
memerlukan defibrilasi jantung atau tidak, bila memerlukan defibrilasi maka AED akan
memandu untuk menekan tombol defibrilasi.
Begitu defibrilasi jantung selesai lanjutkan dengan 5 siklus RJP berikutnya. Setelah 5 siklus
RJP tersebut, gunakan AED untuk menganalisis nadi korban lagi. Begitu seterusnya sampai
ada indikasi penghentian RJP yaitu apabila nadi spontan dan nafas korban kembali normal,
bantuan tim ALS (Advance Life Support) / ACLS (Advance Cardiac Life Support) datang atau
penolong tidak mampu lagi melakukan RJP.

AED
Open for discussion
Berikut link download panduan lengkap BLS AHA 2010 untuk dewasa dan pediatrik
BLS AHA 2010 Adult
BLS AHA 2010 Pediatric

PENCARIAN 2
Update Terbaru Panduan CPR dan ECC 2015 AHA
20 OKTOBER 2015TINGGALKAN KOMENTAR

Saat ini AHA ( American Heart Association ) telah


mempublikasikan Update Terbaru Panduan CPR ( Cardio Pulmonary
Resuscitation) dan juga ECC ( Emergency Cardiovascular
Care ) per bulan Oktober 2015.
Ini menandai 49 tahun sejak panduan CPR pertama kali diluncurkan pada
tahun 1966 oleh Ad Hoc Committee on Cardiopulmonary
Resuscitation yang didirikan oleh National Academy of Science of the
National Research Council. Sejak saat itu, secara periodik Panduan CPR
telah di publikasikan oleh AHA diantaranya tahun 1974, 1980, 1986, 1992,
200, 2005, 2010, dan sekarang 2015.
Pada Panduan CPR tahun 2010, AHA telah mengembangkan CPR yang
berfokus pada evidence-based recommendations untuk resusitasi, ECC
dan penanganan pertama atau first aid. Untuk tahun 2015, AHA berfokus
pada perkembangan terbaru dalam ilmu pengetahuan dan juga
kontroversi-kontroversi yang terjadi sejak panduan 2010 dirilis. Sehingga
diharapkan dalam 5 tahun kedepan, panduan ini bisa memberikan
penanganan life-saving yang efektif berdasarkan ilmu pengetahuan
terbaru.
Masih menggunakan 5 komponen high-quality CPR yang mana
diantaranya :
1.

Ensuring chest compressions of adequate rate kompresi


adekuat

2.

Ensuring chest compressions of adequate depth kedalaman


yang adekuat

3.

Allowing full chest recoil between compressions recoil


maksimal diantara kompresi

4.

Minimizing interruptions in chest compressions interupsi


minimal

5.

Avoiding excessive ventilation hindari ventilasi berlebih

Pada Panduan CPR tahun 2015, AHA menambahkan beberapa perubahan


yang signifikan diantaranya :

Pada korban dewasa dengan henti jantung, kompresi jantung


dilakukan dengan kecepatan 100/min sampai 120/min

Ketika CPR dilakukan, kedalaman kompresi haruslah 2 inch


atau 5 cm untuk dewasa sedang. Pada dewasa lanjutan, kompresi
dilakukan dengan kedalaman 2.4 inch atau 6 cm.

Pada korban dewasa dengan henti jantung, total preshock


dan postshock dihentikan dalam kompresi harus sesegera mungkin.

Untuk complete report-nya, silahkan


kunjungi :https://eccguidelines.heart.org/index.php/circulation/cpr-eccguidelines-2/
Sumber rujukan :
https://eccguidelines.heart.org/index.php/circulation/cpr-ecc-guidelines2/part-1-executive-summary/
Sumber gambar :
https://eccguidelines.heart.org/index.php/circulation/cpr-ecc-guidelines-2/

PENCARIAN 3
Algoritma BLS Dewasa 2015
30 OKTOBER 2015TINGGALKAN KOMENTAR

Dalam algoritma bantuan hidup dasar dewasa terbaru yang diterbitkan


oleh AHA (Update 2015), perhatian difokuskan kepada mengenali secara
cepat dan akurat dari serangan jantung mendadak dan defibrilasi
cepat dengan AED (Automated External Defibrillator.) Untuk segera
mengenali serangan jantung mendadak, HCP (Health Care Provider) harus
dilatih untuk menilai ketidak-responsif-an dan / atau tidak adanya
pernapasan atau adanya suara napas abnormal. Look, Listen dan Feel
tidak lagi menjadi bagian dari Basic Life Support.
Telah ada perubahan yang signifikan dalam urutan pedoman Basic Life
Support (BLS) 2010. Urutan ABC (Airway, Breathing, Kompresi) telah
diganti dengan urutan baru CAB (Compression, Airway, Breathing.)
Ketika korban tidak responsif dengan tepukan di dada (bertanya Apakah
Anda ok?) Maka HCP harus mengobservasi pernafasan korban selama 5
sampai 10 detik. Jika pernapasan positif, maka pasanglah monitor
jantung. Jika tidak, HCP harus mengaktifkan EMS dan mengambil AED
sendiri atau dengan menyuruh HCP kedua.
Cek nadi adalah langkah ketiga dalam algoritma. Denyut nadi harus
diperiksa tidak kurang dari 5 detik dan tidak lebih dari 10 detik. Jika nadi
definitif telah dipastikan positif, maka bantuan pernapasan harus
dilakukan selama satu detik setiap lima sampai enam detik dengan
recheck setiap 2 menit.

Algoritma BLS Dewasa 2015


Jika nadi negatif, maka kompresi harus dimulai dengan rasio 30: 2,
dengan 2 napas setiap 30 kompresi. Ketika AED atau defibrillator tersedia,
maka HCP harus memeriksa irama jantung korban korban. Jika iramanya
adalah irama shockable (VT/VF), maka 1 shock harus diberikan dan
lakukan CPR sesegera mungkin selama 2 menit, dimulai dengan cepat
(dalam hitungan detik) dari shock yang telah diberikan.
Jika irama jantung non-shockable (PEA/Asistole), maka HCP harus
melakukan CPR selama 2 menit dan memeriksa kembali irama jantung
setiap 2 menit. Lanjutkan CPR sampai ALS tersedia.
High Quality CPR dalam BLS 2015 :
1.

Posisi pasien pada permukaan yang keras di posisi


terlentang (Position patient on hard surface in supine position)

2.

Gangguan minimal untuk ventilasi (Minimal interruptions for


ventilation)

3.

18 detik per siklus (18 seconds per cycle)

4.

Jumlah yang memadai dari kompresi:> 100 / menit (Adequate


number of compressions: >100/minute)

5.

Kedalaman yang memadai kompresi: 2 atau 5 cm. (Adequate


depth of compressions: 2 or 5 cm)

6.

Pastikan recoil lengkap dada (Allow complete recoil of chest)

7.

Jangan overventilasi (Do not overventilate)

Sumber Referensi :
Adult Basic Life Support Algorithm for Healthcare Providers 2015

PENCARIAN 4
Update Terbaru Panduan CPR dan ECC 2015 AHA
20 OKTOBER 2015TINGGALKAN KOMENTAR

Saat ini AHA ( American Heart Association ) telah


mempublikasikan Update Terbaru Panduan CPR ( Cardio Pulmonary
Resuscitation) dan juga ECC ( Emergency Cardiovascular
Care ) per bulan Oktober 2015.
Ini menandai 49 tahun sejak panduan CPR pertama kali diluncurkan pada
tahun 1966 oleh Ad Hoc Committee on Cardiopulmonary
Resuscitation yang didirikan oleh National Academy of Science of the
National Research Council. Sejak saat itu, secara periodik Panduan CPR
telah di publikasikan oleh AHA diantaranya tahun 1974, 1980, 1986, 1992,
200, 2005, 2010, dan sekarang 2015.
Pada Panduan CPR tahun 2010, AHA telah mengembangkan CPR yang
berfokus pada evidence-based recommendations untuk resusitasi, ECC
dan penanganan pertama atau first aid. Untuk tahun 2015, AHA berfokus
pada perkembangan terbaru dalam ilmu pengetahuan dan juga
kontroversi-kontroversi yang terjadi sejak panduan 2010 dirilis. Sehingga
diharapkan dalam 5 tahun kedepan, panduan ini bisa memberikan
penanganan life-saving yang efektif berdasarkan ilmu pengetahuan
terbaru.
Masih menggunakan 5 komponen high-quality CPR yang mana
diantaranya :
1.

Ensuring chest compressions of adequate rate kompresi


adekuat

2.

Ensuring chest compressions of adequate depth kedalaman


yang adekuat

3.

Allowing full chest recoil between compressions recoil


maksimal diantara kompresi

4.

Minimizing interruptions in chest compressions interupsi


minimal

5.

Avoiding excessive ventilation hindari ventilasi berlebih

Pada Panduan CPR tahun 2015, AHA menambahkan beberapa perubahan


yang signifikan diantaranya :

Pada korban dewasa dengan henti jantung, kompresi jantung


dilakukan dengan kecepatan 100/min sampai 120/min

Ketika CPR dilakukan, kedalaman kompresi haruslah 2 inch


atau 5 cm untuk dewasa sedang. Pada dewasa lanjutan, kompresi
dilakukan dengan kedalaman 2.4 inch atau 6 cm.

Pada korban dewasa dengan henti jantung, total preshock


dan postshock dihentikan dalam kompresi harus sesegera mungkin.

Untuk complete report-nya, silahkan


kunjungi :https://eccguidelines.heart.org/index.php/circulation/cpr-eccguidelines-2/
Sumber rujukan :
https://eccguidelines.heart.org/index.php/circulation/cpr-ecc-guidelines2/part-1-executive-summary/

Pencarian 5
riday, 14 March 2014

10 Langkah Tindakan Resusitasi Jantung Paru (RJP)

Resusitasi jantung paru-paru atau CPR adalah tindakan pertolongan pertama pada
orang yang mengalami henti napas karena sebab-sebab tertentu. CPR bertujuan untuk
membuka kembali jalan napas yang menyempit atau tertutup sama sekali. CPR sangat
dibutuhkan bagi orang tenggelam, terkena serangan jantung,sesak napas karena syok
akibat kecelakaan, terjatuh, dan sebagainya.
Namun
yang
perlu
diperhatikan
khusus
untuk
korban
pingsan karena kecelakaan, tidak boleh langsung dipindahkan karena dikhawatirkan ada
tulang yang patah. Biarkan di tempatnya sampai petugas medis datang. Berbeda dengan
korban orang tenggelam dan serangan jantung yang harus segera dilakukan CPR.
Tahap untuk mendapatkan Resusitasi yang efektif adalah dengan memeriksa Airway,
Breathing, Circulation (ABC)

Opening the airway with a head tilt-chin lift maneuver

Looking, listening and feeling for breathing

Perform chest compressions to support circulation in those who are non-responsive without meaningful breaths

Tahap-Tahap RJP
1.
Periksa Kesadaran Penderita

Menepuk bahu/ menggoyangkan badan penderita

Jika belum merespon, panggil dengan suara keras

Jika tidak merespon lakukan tahap ke-2


2.
Call For Help

Berteriak minta tolong dengan orang sekitar

Aktifkan EMS(Emergency Medical Service) dengan menelpon 911 atau


Panggilan emergensi lokal

Saat menghubungi EMS, informasikan tentang kejadian, jarak terdekat


menuju kejadian, nama tempat kejadian, lantai, kamar, dengan lengkap

Jelaskan nama anda yang menghubungi, apa yang terjadi, jumlah korban,
kondisi korban, dan pertolongan yang sudah diberikan.

Sementara menunggu Tim EMS datang lakukan tahap ke-3


3.
Atur Posisi Korban

Posisi baring telentang (agar efektif dalam melakukan pemeriksaan napas


dan nadi)

Baringkan ditempat datar dan keras


4.
Ekstensikan Kepala Korban

Tehnik mengangkat dengan cara 1 tangan di dahi korban dan tangan


lainnya di bawah dagu korban
5.
Periksa Mulut Korban

Kaji adanya benda asing/ material muntahan dimulut korban. Jika terlihat
ambil benda asing tersebut. Pengambilan material cair dengan kain, pengambilan
material padat dengan jari

JANGAN MEMBUANG WAKTU UNTUK TINDAKAN INI SAJA,


lakukan tahap 6
6.
Periksa Napas

Lihat dada penderita apakah normal (normalnya turun naik)

Dengar suara napas dengan merasakan hembusan napas di pipi

Jika tidak ada tanda-tanda napas, lanjut ke tahap-7


7.
Beri 2x napas buatan

Pencet hidung korban, lingkari mulut korban dengan mulut anda secara
ketat

Hembuskan napas pelan dan dalam sampai melihat dada penderita naik

Batas waktu antara napas kedua 1,5 detik


8.
Periksa nadi korban

Pada orang dewasa terletak di arteri karotis (leher)

Angkat dagu seperti tahap 4, tekan dan rasakan nadi carotis, tahan 5-10
detik

Jika nadi ADA dan napas TIDAK ADA, beri napas buatan sebanyak 1012x/menit

Jika nadi dan napas TIDAK ADA, mulai gunakan KOMPRESI DADA
9.
Kompresi Dada

Tekan teratur pada dinding dada. Diharapkan darah akan mengalir ke


organ vital dan organ vital masih tetap berfungsi hingga EMS datang

Lokasi penekanan pada area, dua jari di atas proxesus xifoideus.


Penekanan dilakukan dengan menggunakan pangkal telapak tangan. Dengan
posisi satu tangan diatas tangan yang lain.

Tekanan pada tulang dada dilakukan sedemikian rupa sehingga masuk 3-4
cm (pada orang dewasa).

Jaga lengan penolong agar tetap lurus, sehingga yang menekan adalah
bahu (atau lebih tepat tubuh bagian atas) dan bukan tangan atau siku.

Pastikan tekanan lurus ke bawah pada tulang dada karena jika tidak, tubuh
dapat tergelincir dan tekanan untuk mendorong akan hilang.
Gunakan berat badan saat kita berikan tekanan.

Dorongan yang terlalu besar akan mematahkan tulang dada

Waktu untuk menekan dan waktu untuk melepas harus sama waktunya.

Berikan kompresi 30x dengan kecepatan 80-100x/menit

Setiap 30 kali kompresi harus dikombinasikan dengan napas buatan


10.
Kordinasikan Antara Kompresi dengan napas buatan

Setiap akhir 30x kompresi diselingi dengan 1-1,5 detik napas buatan.

Rangkaian 30 kali kompresi dan 2 kali napas buatan diulang selama 5 kali
siklus baru lakukan evaluasi nadi(tahap ke-8)

Lanjutkan resusitasi hingga EMS tiba


Tanda-tanda keberhasilan RJP:
Dada harus naik dan turun dengan setiap tiupan (ventilasi).
Pupil bereaksi atau tampak berubah normal (pupil harus mengecil saat diberikan cahaya).
Denyut jantung kembali terdengar Reflek pernapasan spontan
dapat terlihat Kulit penderita pucat berkurang atau kembali normal.
Penderita dapat menggerakkan tangan atau kakinya
Penderita berusaha untuk menelan
Penderita menggeliat atau memberontak

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Ekstensikan Kepala Korban

Kompresi Dada

pencarian 6
Category: Artikel Published: Monday, 08 June 2015 Written by admin website

10 Langkah Tindakan Resusitasi Jantung


Paru (RJP)
Resusitasi jantung paru-paru atau CPR adalah tindakan pertolongan pertama pada
orang yang mengalami henti napas karena sebab-sebab tertentu. CPR bertujuan
untuk membuka kembali jalan napas yang menyempit atau tertutup sama sekali. CPR
sangat dibutuhkan bagi orang tenggelam, terkena serangan jantung, sesak napas
karena
syok
akibat
kecelakaan,
terjatuh,
dan
sebagainya.

Namun yang perlu diperhatikan khusus untuk korban pingsan karena kecelakaan,
tidak boleh langsung dipindahkan karena dikhawatirkan ada tulang yang patah.
Biarkan di tempatnya sampai petugas medis datang. Berbeda dengan korban orang
tenggelam dan serangan jantung yang harus segera dilakukan CPR. Tahap untuk
mendapatkan Resusitasi yang efektif adalah dengan memeriksa Airway, Breathing,
Circulation (ABC)
Tahap-Tahap RJP :
1. Periksa Kesadaran Penderita

Menepuk bahu/ menggoyangkan badan penderita

Jika belum merespon, panggil dengan suara keras

Jika tidak merespon lakukan tahap ke-2


2. Call For Help

Berteriak minta tolong dengan orang sekitar

Aktifkan EMS (Emergency Medical Service) dengan menelpon 911 atau


Panggilan petugas kesehatan terdekat

Saat menghubungi petugas kesehatan, informasikan tentang kejadian, jarak


terdekat menuju kejadian, nama tempat kejadian, lantai, kamar, dengan
lengkap

Jelaskan nama anda yang menghubungi, apa yang terjadi, jumlah korban,
kondisi korban, dan pertolongan yang sudah diberikan.

Sementara menunggu petugas kesehatan datang lakukan tahap ke-3


3. Atur Posisi Korban

Posisi baring telentang (agar efektif dalam melakukan pemeriksaan napas


dan nadi

Baringkan ditempat datar dan keras


4. Ekstensikan Kepala Korban

Tehnik mengangkat dengan cara 1 tangan di dahi korban dan tangan lainnya
di bawah dagu korban
5. Periksa Mulut Korban

Kaji adanya benda asing/ material muntahan dimulut korban. Jika terlihat
ambil benda asing tersebut. Pengambilan material cair dengan kain,
pengambilan material padat dengan jari

JANGAN MEMBUANG WAKTU UNTUK TINDAKAN INI SAJA, lakukan tahap 6


6. Periksa Napas

Lihat dada penderita apakah normal (normalnya turun naik)

Dengar suara napas dengan merasakan hembusan napas di pipi

Jika tidak ada tanda-tanda napas, lanjut ke tahap-7


7. Beri 2x napas buatan

Pencet hidung korban, lingkari mulut korban dengan mulut anda secara ketat

Hembuskan napas pelan dan dalam sampai melihat dada penderita naik

Batas waktu antara napas kedua 1,5 detik


8. Periksa nadi korban

Pada orang dewasa terletak di arteri karotis (leher)

Angkat dagu seperti tahap 4, tekan dan rasakan nadi carotis, tahan 5-10
detik

Jika nadi ADA dan napas TIDAK ADA, beri napas buatan sebanyak 1012x/menit

Jika nadi dan napas TIDAK ADA, mulai gunakan KOMPRESI DADA
9. Kompresi Dada

Tekan teratur pada dinding dada. Diharapkan darah akan mengalir ke organ
vital dan organ vital masih tetap berfungsi hingga EMS datang

Lokasi penekanan pada area, dua jari di atas proxesus xifoideus.

Penekanan dilakukan dengan menggunakan pangkal telapak tangan. Dengan


posisi satu tangan diatas tangan yang lain.

Tekanan pada tulang dada dilakukan sedemikian rupa sehingga masuk 3-4 cm
(pada orang dewasa).

Jaga lengan penolong agar tetap lurus, sehingga yang menekan adalah bahu
(atau lebih tepat tubuh bagian atas) dan bukan tangan atau siku

Pastikan tekanan lurus ke bawah pada tulang dada karena jika tidak, tubuh
dapat tergelincir dan tekanan untuk mendorong akan hilang

Gunakan berat badan saat kita berikan tekanan

Dorongan yang terlalu besar akan mematahkan tulang dada

Waktu untuk menekan dan waktu untuk melepas harus sama waktunya

Berikan kompresi 30x dengan kecepatan 80-100x/menit

Setiap 30 kali kompresi harus dikombinasikan dengan napas buatan


10. Kordinasikan Antara Kompresi dengan napas buatan

Setiap akhir 30x kompresi diselingi dengan 1-1,5 detik napas buatan

Rangkaian 30 kali kompresi dan 2 kali napas buatan diulang selama 5 kali
siklus baru lakukan evaluasi nadi(tahap ke-8)

Lanjutkan resusitasi hingga petugas kesehatan datang


Tanda-tanda keberhasilan RJP :
1.
Dada harus naik dan turun dengan setiap tiupan (ventilasi)

2.
Pupil bereaksi atau tampak berubah normal (pupil harus mengecil saat diberikan
cahaya)
3.
Denyut jantung kembali terdengar Reflek pernapasan spontan
4.
Dapat terlihat Kulit penderita pucat berkurang atau kembali normal
5.
Penderita dapat menggerakkan tangan atau kakinya
6.
Penderita berusaha untuk menelan
7.
Penderita menggeliat atau memberontak

http://healcorp.blogspot.com/2014/03/10-langkah-tindakan-resusitasi-jantung.html
Hits: 5599

Pencarian 7

AIRWAY MANAGEMENT
Posted on 16 Februari 2015 by lilinrosyanti

AIRWAY AND VENTLATORY MANAGEMENT


TUJUAN:
1. Mampu mengenali dan membebaskan sumbatan jalan napas.
2. Mampu memelihara jalan napas tetap bebas dan memberikan
pernapasan buatan
3. Mampu mengelola jalan napas dengan alat bantu dan memberikan
pernapasan buatan dengan alat
4. Mampu melakukan cricothyrotomy
PENGANTAR:
Apa itu jalan napas
Apa gunanya jalan napas
Mengapa jalan napas harus bebas
Mengapa jalan napas tergangu.
Bagaimana tahu jalan terganggu..
Bagaimnan agar jalan napas bebas..
MEMAHAMI
Anatomi jalan napas
Hal-hal yang dapat mengganggu keutuhan jalan napas.
Kegunaan jalan napas.
PENERAPAN KLINIK.
Mengenal penderita dengan gangguan jalan napas
Melakukan upaya mengatasi gangguan jalan napas
JALAN NAPAS :
Salah satu komponen agar oksigen dapat bermanfaat untuk sel tubuh.

TUJUAN PENGELOLAAN GANGGUAN PADA JALAN NAPAS.


Jalan napas bebas dari sumbatan
Udara dapat keluar masuk tanpa hambatan.
SEBAB GANGGUAN PADA JALAN NAPAS.
Benda asing yang masuk ke jalan napas
Jatuhnya pangkal lidah yang menutup jalan napas
Rusaknya jalan napas karena trauma
Tumor yang ada pada jalan napas..
TERTEKUK.
Gambar 1
TERSEDAK
Gambar 2
BAGAIMANA MENGETAHUI GANGGUAN JALAN NAPAS:
Melihat gerak napas / pengembangan dada
Mendengar suara napas
Meraba aliran udara napas.
PENGELOLAAN GANGGUAN PADA JALAN NAPAS.
A. TANPA MENGGUNAKAN ALAT.
1. MANIPULASI DENGAN MENGGUNAKAN TANGAN.
a. HEAD TILT.
Baringkan Korban terlentang
Letakkan : Telapak tangan menahan dahi korban ke belakang
Letakkan jari telunjuk dan jari tengah menahan dagu kedepan.
Evaluasi jalan napas.
Gambar 3.
Catatan hati-hati pada korban dengan dugaan cedera leher.

b. CHIN LIFT
Jari jari telunjukdan jari tengah diletakkan dibawah rahang.
Secara hati-hati dagu diangkat keatas untuk membawa kearah depan
Ibu jari tangan yang sama menekan bibir bawah untuk membuka
mulut.
Ibu jari dapat juga diletakkan dibelakang gigi seri ( incisor )bawah.
Secara bersamaan dagu dengan hati-hati diangkat.
Gambar 4.
c. JAW THRUST.
Baringkan Korban terlentang.
Sudah dilakukan head tilt dan chin lift namun jalan napas belum bebas
sempurna.
Dorong ramus vertikalis mandibula kiri dan kanan kedepan.
Sehingga barisan gigi bawah didepan barisan gigi atas.
Evaluasi jalan napas.
Gambar 5.
2. MEMBERSIHKAN JALAN NAPAS DARI BENDA ASING
a. BENDA ASING CAIR.
Baringkan Korban ,terlentang atau miring.
Bila mungkin kepala lebih rendah.
Dengan sapuan jari tangan dan mempergunakan bahan yang dapat
meresap cairan misalnya Kain, Kasa , kapas, tissue.
Memakai pipa , hisap dengan mulut.
Memakai pipa hisap dengan alat pengisap mekanik, elektrik.
Gambar. 6.
b. BENDA ASING PADAT

Baringkan korban terlentang


Buka mulutkorban
Terlihat benda asing padat segera ambil dengan sapuan jari atau
menggunakan alat pengait / penjepit.
Benda asing dapat tidak terlihat, terletak jauh didalam dapat
menyebabkan sumbatan total pada jalan napas.
Misalnya pada korban tersedak .
c. TERSEDAK ( CHOKING )
Pada korban tersedak sering dijumpai hal sebagai berikut:
Korban merasa tercekik..
Ada kaitan dengan makanan
Tidak dapat bicara, bernapas.
Muka sembab,biru.
Semula sadar kemudian tidas sadar..
PERTOLONGAN PADA TERSEDAK DAPAT DILAKUKAN SEBAGAI BERIKUT:
BACKBLOW / BACK SLAPS : dilakukan pada semua usia korban
BDOMINAL THRUST: Tidak dilakukan pada bayi, dewasa gemuk/ hamil..
CHEST THUST: dilakukan pada bayi, dewasa gemuk / hamil.
PERTOLONGAN TERSEDAK PADA ANAK > 8 TAHUN SEPERTI PADA
DEWASA.
1. BACK BLOW / BACK SLAPS
KORBAN DEWASA SADAR.
TEHNIK PERTOLONGAN
Seraya korban masih sempoyongan.
Rangkul dari belakang
Satu lengan menahan tubuh
Lengan yang lain melalukan BACK- BLOW/ BACK SLAPS
Pertahankan korban jangna sampai tersungkur
Berikan pukulan / hentakan keras 5 KAL:I , dengan kepalan
( genggaman tangan ) .PADA TITIK SILANG GARIS IMAGINASI TULANG

BELAKANG DAN GARIS ANTAR BELIKAT.


Usahakan benda asing dapat keluar..
BILA BELUM BERHASIL SECARA PELAN KORBAN AKAN MENGALAMI
HIPOKSIA DAN JATUH TIDAK SADAR
SEGERA BARINGKAN KORBAN TERLENTANG
LAKUKAN ABDOMINAL THRUST.
Gambar 7.
2. ABDOMINAL THRUST
KORBAN BERDIRI / KORBAN DEWASA SADAR.
TEHNIK.
Rangkul korban yang sedang sempoyongan dengan kedua lengan dari
belakang
Lakukan hentakan tarikan , 5 kali dengan menarik kedua lengan
penolong bertumpuk pada kepalan kedua tangannya tepat DITITIK
HENTAK YANG TERLETAK PADA PERTENGAHAN PUSAR DAN TITIK ULU
HATI KORBAN.
Usahakan benda asing keluar
BILA BELUM BERHASIL SECAA PELAN_PELAN KORBAN AKAN
MENGALAMI HIPOKSIA TIDAK SADAR.
Gambar 8
ABDOMINAL THRUST
KORBAN TERBARING / KORBAN DEWASA TIDAK SADAR.
TEHNIKNYA.
Bila korban jatuh tidak sadar, segera baringkan terlentang
Penolong mengambil posisi seperti naik kuda diatas tubuh korban atau
disamping korban sebatas pinggul korban.
Lakukan hentakan mendorong 5 kali dengan menggunakan kedua
lengan penolong bertumpu tepat diatas titik hentakan ( daerah

epigastrium ).
Yakinkan benda asing sudah bergeser atau sudah keluardengan cara :
Lihat ke dalam milut korban, bila terlihat diambil
Bila tak terlihat, tiupkan napas mulut kemul;ut, sampil
memperhatikan bila tiupan dapat masuk paru-paru ,Dada
mengembang artinya, jalan napas telah terbuka
Sebaliknya bila tiupan tidak masuk artinya jalan napas masih
tersumbat, segera lakukan ABDOMINAL THRUST LAGI ,dan seterusnya
Gambar 9
BILA TIDAK BERHASIL PIKIRKAN SIAPKAN/ LAKSANAKAN :
KRIKOTIROTOMI
DISUSUL TRAKEOSTOMI.
TERSEDAK PADA BAYI
TANDA-TANDA
Berkaitan dengan makanan / minum susu
Bayi rewel, merintih
Kesulitan bernapas.
Muka sembab.
TEHNIK PERTOLONGAN :
BACK BLOW /BACK SLAPS
CHEST THRUST
BERGANTIAN.
Telungkupkan bayi diatas 1 Lengan penolong, usahakan mulut bayi
terbuka ditahan jari tengah penolongi
Bahu bayi ditahan ibu jari dan jari kelingking penolong
Tubuh bayi telungkup diatas lengan penolong.
Usakan bayi posisis telungkup dengan kepala lebih rendah.
LAKUKAN BACK BLOW / BACK SLAPS dengan memberikan hentakan
halus 5 kali pada titik hentakan dengan menggunakan tumit telapak
tangan..

SEGERA TERLENTANGKAN MENYILANG DIATAS KEDUA PAHA PENOLONG


YAKINKAN BENDA ASING TELAH BERGESER DENGAN MELIHAT
KEDALAM MULUT BAYI BILA TERLIHAT AMBIL
Sebaliknya bila tidak terlihat tiupkan NAPAS MULUT KE MULUT DAN
HIDUNG
Bila tiupan tidak masuk paru-paru artinya benda asing tetap ditempat.
LAKUKAN CHEST THRUST 5 KALI dengan menggunakan jari telunjuk
dan jari tengah diatas TULANG DADA TEPAT 1 JARI DIBAWAH GARIS
IMAGINASI ANTAR PUTTING SUSU.
Periksa lagi, tiup lagi tidak masuk TENGKURAPKAN BACK BLOW / BACK
SLAPS TERLENTANGKAN PERIKSA MULUT TIUP LAGI DST
Gambar 10.
CARA PENGELOLAAN JALAN NAPAS DENGAN ALAT BANTU.
Bila pengelolaan gangguan jalan napas tanpa menggunakan alat
belum berhasil mencapai jalan napas bebas sempurna maka dapat
digunakan Alat-a;at bantu jalan napas antara lain:

OROFARING
NASOFARING
INTUBASI ENDOTRAKEAL
KRIKOTIROTOMI
TRAKEOSTOMI.

TEHNIK MEMASANG ALAT BANTU PIPA OROFARING.


Melalui mulut hingga faring.
Hanya dipasang korban tidak sadar, dimana reflekss muntah tidak
ada
Pilih ukuran yang tepar ( dari sudut mulut ke kanalis auditivus
eksterna )

Baringkan korban terlentang buka mulut baringkan korban


terlentang buka mulut masukkan PIPA ORO FARING dengan lengkung
menghadap kelangit langit korban
Segera pipa orofaring diputar sehingga lengkungan menghadap
kelidah , dorong pelan-pelan hingga seluruh PIPA OROFARING di dalam
rongga mulut
Atur pangkal PIPA OROFARING yang keras terletak diantra kedua
barisan gigi korban yang akan berfungsi sebagai penahan gigitan gigi
Evaluasi apakah jalan napas sudah bebas.
Gambar 11.
PEMASANGAN PIPA OROFARING PADA BAYI DENGAN BANTUAN SPATEL
LIDAH
Masukkan pipa OROFARING dengan arah lengkung menghadap lidah
langsung dibawah penglihatan ( AWAS LANGIT-LANGIT BAYI MASIH
RAPUH.)
PEMASANGAN PIPA NASOFARING
Dapat digunakan pada korban pada korban sadar ataupuin tidak
sadar.
Dipasang melalui lubang hidung hingga faring tidak dianjurkan pada
korban cedera MUKA ( harus hati-hati )
Baringkan korban terlentang
Pilih ukuran yang cock untuk lubang hidung kiri atau kanan
Basahi dengan air atau pelicin
Masukkan pipa kelubang hidung
Sesuaikan pipa untuk lobang yang akan dimasukkan
Permukaan irisan ujung pipa mengarah septum septum nasi
Lengkung pipa selalu mengarah ke depan
Dorong hati-hati hingga seluruh pipa masuk rongga hidung.
Gambar 12
INTUBASI ENDOTRAKEAL

ALAT :
Bantal tebal 10 12 cm
Laringoskop (, handle,blade,balon).
Stilet
Forsep Magil
Xilokain semprot.
Vasokonsriktor ( tetes untuk nasotraheal )
Plester
Pipa pengisap
Masker ,Bag O2
Tali pengikat.
TEHNIK INTUBASI ORAOTRAKEAL MELALUI MULUT HINGGA TRAKEA

Baringkan korban terlentang


Pakaikan bantal setebal 10-12 cm ( tidak ada dugaan cedera leher)
Jelaskan pada korban yang sadar
Bila dimungkinkan preoksigenasi 100% O2
Alat pengisap lendir berfungsi baik
Monitoring fungsi vital ( EKG, pulse oxymeter bila ada)
Penolong pakai protektor ( bila ada )
Bila penderita sadar ditidurkan dengan obat pentotal atau dormicum
Semua perlengkapan telah dicek dan berfungsi

LARINGOSKOPI.
Buka blade, cek lampu harus terang dan putih.
Masukan blade menyusur lidah korban, hingga ujung blade dipangkal
lidah korban
Geser blade ketengah, singkirkan lidah ke kiri
Ujung blade diorafaring, akan terlihat epiglotis
HANDLE diangkat
Usakan sumbu mulut, faring dan laring menjadi satu garis lurus.
Lihat pita suara.kalau perlu pengisapan lendir
INTUBASI.
Pegang handle dengan tangan kiri. pertahankan
Begitu pita suara terbuka

Masukkan pipa endottrakeal.


Kalau menggunakan stillet, stilet ditarik.
Pertahankan pipa endotrakeal pada tempatnya
Pasang pipa orafarings
Keluarkan blade, lepaskan dari hendelnya, bila digunkan lagi segera
dibersihkan
Hubungkan pipa endotrakeal dengan oksigen 100%
Cek posisi dengan mendengan mendengarkan suara paru kanan
sama dengan kiri.
Tiup balon pipa endotrakeal.
Plester pipa endotrakeal
Gambar 13
INTUBASI NASOTRAKEAL
Intubasi nasotrakeal membutaa ( blind ) merupakan kontra indikasi
pada penderita aspnea dan fraktur maksilofasial yang berat dan ada
kecurigaan fraktur basis kranii
TEHNIK INTUBASI NASOTRAKEAL
o Syarat penderita harus napas spontan,ventilasi dan oksigenasi yang
cukup.
o Apabila penderita sadar, semprot lubang hidung dengan lidokain
spray
o Apabila dicurigai ada fraktur tulang leher minta asisten menjaga
immobilisasi kepla dan leher secara manual
o Lumasi pipa nasotrakeal dengan gel anestika lokal dan masukkan
pipa kedalam lubang hidung.
o Dorong pipa pelan-pelan tetapi pasti kedalam lobang hidung, kearah
atas hidung ( untuk menghindari concha inferior yang besar ) dan
kemudian kebelakang dan kebawah nasofaring. Lengkungan pipa harus
sesuai untuk memudahkan masuknya lorong yang melengkung.
o Sewaktu pipa melewati hidung dan ke nasofaring, harus dibelokkan
kebawah untuk masuk kedalam aring
o Begitu pipa telah masuk ke faring, dengarkan aliran udara yang
berasal dari pipa endotrakeal . Dorong pipa sampai suara aliran udara

maksimal, yang memberi kesan ujung pipa berada pada depan


trakea.Sampil mendengarkan gerakan udara, pastikan saat inhalasi
dan drong pipa dengan cepat . Apabila penempatan pipa tidak berhasil
ulangi prosedur dengan menekan kartilago tiroid .
o Kembangkan balon secukupnya sehingga tidak bocor.
o Periksa letak pipa dengan cara memberi ventilasi dan mendengarkan
suara napas kiri dan kanan.
NEEDLE CRICOTHYROIDOTOMY
Dapat dilakukan dengan menggunakan jarum ,.
Indikasi karena tidak dimungkinkan pengelolaan jalan napas dengan
cara intubasi lewat mulut / hidung misalnya cedera maksilofasial,
cedera larings, edema jalan naoas, tersedak, tumor di jalan napas
atas, cedara tulang leher..
TEHNIK PELAKSANAAN.
Jelaskan pada korban ( yang sadar )
Baringkan korban terlentang
Tentukan letak membran kritiroid
Tusuk dengan jarum abbocat No 14 atau No 16 .dengan arah 45
derajat kebawah sambil diaspirasi.
Yakinkan jarum masuk trakea
Dorong pelan-pelan 1 2 mm
Cabut jarum logam tinggalkan jarum plastiknya
Pertahankan jangan lepas.
Segera sambungkan dengan oksigen
Untuk membuat jet ventilation : Beri ventilasi berkala dapat dicapai
dengan menutup lubang terbuka dengan ibu jari selama 1 detik dan
membukanya selama 4 detik.Setelah ibu jari dilepaskan dari lubang
selang , terjadi ekshalsis pasif
PaO2 yang adekuat dapat dipertahankan selama hanya 30 45 menit
dan penumpukan CO2 dapat terjadi.
Lakukan auskultasi dada untuk mengetahui ventilasi cukup.
Gambar 14.

SURGYCAL CRICOTHYROIDOTOMY
Setiap tindakan krikotirotomi harus segera dipikirkan, disiapkan,
dilaksanaknan SURGYCAL CRICOTHYROIDOTOMY.
TEHNIK .
Dengan menambah anestesi lokal
Lebarkan tempat tusukan jarum kricotiromi dengan pisau
Perlebar lubangnya dengan memutar pangkal pisau.
Pasang kanula trakeostomi atau pipa endotrakeal ukuran kecil..
Bersihkan darah atau lendir yang ada dengan pengisap.
Ikat kanula dengan pita yang telah disediakan.
Gambar.15.
PENGELOLAAN GANGGUAN PADA FUNGSI
PERNAFASAN
( PEMBERIAN VENTILASI BUATAN)
TUJUAN:
Pernapasan buatan adalah upaya membawa masuk oksigen ke dalam
paru dengan memberikan tekanan positip sebagai pengganti fase
inspirasi aktif, CO2 terbawa keluar pada fase ekshalasi yang berjalan
pasif pada saat pemberian tekanan positif dihentikan.
PENDAHULUAN
Proses ventilasi normal membawa masuk oksigen udara ( 21%) dan
mengeluarkan CO2 alveoli ( 5%) serta sisa O2 kira-kira 14%. Pada
pasien dengan hipoventilasi berat dimana minute volume terlalu
rendah, pemberian O2 saja tidak akan membawa kebaikan Mekanika
napas itu sendiri ( gerak turun diafragma dan mengembangnya rongga
dada ) perlu ditunjang agar cukup banyak O2 terbawa masuk ke alveoli
dan dihembuskan keluar cukup banyak CO2.
Pada tachypnea walaupun menunjukkkan Minute Volume yang besar
tidak berarti bahwa Alveolar ventilasinya memadai. Adanya Anatomical
dan Physiological dead space justru menyebabkan turunnya efektifitas
ventilasi.

TEHNIK NAPAS BUATAN


1. Mulut penolong ke mulut/ hidung penderita.
2. Mulut penolong ke masker pada korban
3. Ambu-bag / self inflamating bag.
4. Jacksen- Rees dan Alat anestesi dengan reservoir O2
5. Ventilator.
TEHNIK VENTILASI BUATAN
Untuk pertolongan tanpa alat khusus maka mulut penolong yang
terlatih dapat meniupkan 800 1200 ml udara ekshalasi ke paru
pasien. Tehnik yang disepakati para ahli resusitasi sekarang untuk
meniup ( menghembus ) lebih sedikit, lebih partlahan dan memberi
jeda 2 napas agar terjadi ekshalsi sempuina. Selama penghembus,
mata memperlihatikan sampai samapi dada tampak terangkat, lalu
tiupan dihentikan. Tiupan tyerlalu besar dan terlalu cepat , cenderung
meningkatkan tekanan udara hingga mudah terbuka sphinter cardia
dan udara dihembus masuk lambung.
1. TEHNIK VENTILASI DARI MULUT PENOLONG ke MULUT / HIDUNG
KORBAN
Jika tiupan diberikan ke mulut pasien, maka hidung harus ditutup dan
sebaliknya berlaku kal;au tiupan diberikan lewat hidung pasien mulut
ditutup. Mulut penolong melingkup mulut atau hidung pasien dan
udara ditiupkan. Untuk ekshalasi mulut
penolongdilepaskan.Pada tiupan posisis pembebasan jalan napas tetap
dipertahankan .
Gambar 16
2. TEHNIK VENTILASI DARI MULUT PENOLONG ke MASKER.
Dengan makin bertambahnya ancaman penularan penyakit hepatitis
dan HIV maka timbul desaskan kuat untuk mencegah penularan antara
pasien dengan penolongnya. Pernularan dapat dicegah jik dihindari
kontak antara penolong (bibir) dengan pasien misalnya cara penolong
meniupkan udara napas ke masker ( sungkup ) yang melingkupi mulut
dan hidung pasien.Cara lain dengan memasang face barrier dari plastik

tipis dan lubang jalan napas udara berfungsi sebagai katub satu arah
yang mencegah udara eksshalasi pasien mengenai penolong lagi.
Gambar 17
AMBU BAG ( SELF INFALATING BAG )
Alat ini terdiri dari kantong karet elastis yang jika dipijat ( dipompa )
memberikan sejumlah udara , jika dilepas akan otomatis
menggembung kembali , siap untuk dipompalagi ( self
inflatring ).Kantong ini tetap dapat bekerja meskipun tanpa suplai
oksigen. Kalau ada oksigen dapat ditambah untuk meningkatkan kadar
dalam udara napas. Bagian lainnya adalah sebuah katub satu arah
yang mengatur arah bebas, tidak lewat kantong lagi ( mencegah
rebreathing CO2 dan kontaminasi kantong ) Kerugian alat ini adalah
kadar oksigen dalam udara inspirasi hanya akan mencapai 60 80 %
saja meskipun ditasmbah dari O2 dari luar.
Gambar.18
JACKSON-REES, ALAT ANESTESI DENGAN RESERVOIR O2
Alat ini terdiri dari kantong karet elastiss yang dikembangkan dengan
aliran oksigen 10 12 lpm . Setelah dipijat untuk memberikan gas
inhalasi , kantong akan diisi oleh aliran oksigen lagi . Alat ini mutlak
tergantung dari oksigen. Keuntungannya adalah kadar oksigen
inspirasi dapat diberikan sampai 100% . Sistem Jacksen Rees tidak
menggunakan katub. Pada dasarnya semua alat anestesi inhalasi
dapat dignakan untujk memberikan napas buatan
VENTILATOR
Alat mekanik ini akan memompa udara masuk secara aktif dan
memberikan intermitten Positive Pressure
Ventilation ( IPPV ) Ekshalasi berlangsung pasif saat inhalasi berhenti
Tenaga penggeraknya adalah listerik atau gas bertekanan tinggi
.Mekanisme kerjanya dapat secara pressure- cycle, volume cycle atau
time cycle.Ventilator yang baik harus smple, mudah diatur dan dapat
diandalkan konsistensinya dosis napas buatan yang diberikan
Pasien harus ditolong dulu dengan oksigen 100% sampai emua fungsi
vital stabil, baru kadar oksigen dapat dirunkan bertahap dengan

pemantauan saturasi O2 ( SpO2 ) atau pemeriksaan gas darah.


Setting awal ventilator meliputi:
Volume tiao napas ( tidal volume ) 8 10 ml / kg BB atau 500 800
ml atau
Volume emenit ( menit volume ) 8 10 liter per menit.
Frekwensi napas 12 20 kali permenit.
Tekanan maksimum 40 cm H2O
Kaar oksigen 100 %
Setelah diberi napas buatan 10 15 menit, setting dapat diubah. Jika
tekanan darah sangat menurun , minute volume dapat dikurangi 25%,
sementara hipotensi dicari penyebabnya ( tension pneuthirax atau
hiopvolemik,)
WASPADA
1. Napas buatan itu memasukkan udara dengan tekanan positif ( lebih
tinggi dari tekanan udara luar ) ke paru-paru yang mungkin sudah
sakit. Tekanan yang terlalu tinggi mudah
menyebabkan barotrauma.yang menimbulkan kerusakan dari tingkat
sel pneumocyte II, produksi surfactant, produksi cytokines sampai
kejadian pneumothorax. Tetapi tanpa napas buatan pasien tidak
menerima oksigen yang sangat dibutuhkan. Setiap pemberian
pernapasan buatan harus disertai antisipasi dan kewaspadaan
timbulnya pneumothorax.
2. Napas buatan tanpa intubasi trakea mudah menerobos masuk ke
lambung menyebabkan distensi, regurgitasi isi lambung dan akhirnya
menyebabkan aspirasi ke paru
3. Jika napas buatan diperlukan lebih lama dari 3 4 jam, udara
inhalasi harus dilembabkan dengan uap air ( menggunakan humidifer )
karena oksigen tanki itu sangat kering.
Tentang iklan-iklan ini

8 pencarian
PEMERIKSAAN KESADARAN /
MENGUKUR GCS
Filed under: sistem neurologi Tinggalkan komentar
April 14, 2012
Tingkat Kesadaran
Tingkat kesadaran adalah ukuran dari kesadaran dan respon seseorang terhadap
rangsangan dari lingkungan, tingkat kesadarankesadaran dibedakan menjadi :
1. Compos Mentis (conscious), yaitu kesadaran normal, sadar sepenuhnya, dapat
menjawab semua pertanyaan tentang keadaan sekelilingnya..
2. Apatis, yaitu keadaan kesadaran yang segan untuk berhubungan dengan sekitarnya,
sikapnya acuh tak acuh.
3. Delirium, yaitu gelisah, disorientasi (orang, tempat, waktu), memberontak, berteriakteriak, berhalusinasi, kadang berhayal.
4. Somnolen (Obtundasi, Letargi), yaitu kesadaran menurun, respon psikomotor yang
lambat, mudah tertidur, namun kesadaran dapat pulih bila dirangsang (mudah
dibangunkan) tetapi jatuh tertidur lagi, mampu memberi jawaban verbal.
5. Stupor (soporo koma), yaitu keadaan seperti tertidur lelap, tetapi ada respon terhadap
nyeri.
6. Coma (comatose), yaitu tidak bisa dibangunkan, tidak ada respon terhadap
rangsangan apapun (tidak ada respon kornea maupun reflek muntah, mungkin juga tidak
ada respon pupil terhadap cahaya).
Perubahan tingkat kesadaran dapat diakibatkan dari berbagai faktor, termasuk
perubahan dalam lingkungan kimia otak seperti keracunan, kekurangan oksigen karena
berkurangnya aliran darah ke otak, dan tekanan berlebihan di dalam rongga tulang
kepala.
Adanya defisit tingkat kesadaran memberi kesan adanya hemiparese serebral atau
sistem aktivitas reticular mengalami injuri. Penurunan tingkat kesadaran berhubungan
dengan peningkatan angka morbiditas (kecacatan) dan mortalitas (kematian).
Jadi sangat penting dalam mengukur status neurologikal dan medis pasien. Tingkat
kesadaran ini bisa dijadikan salah satu bagian dari vital sign.
Penyebab Penurunan Kesadaran
Penurunan tingkat kesadaran mengindikasikan difisit fungsi otak. Tingkat kesadaran
dapat menurun ketika otak mengalami kekurangan oksigen (hipoksia); kekurangan aliran
darah (seperti pada keadaan syok); penyakit metabolic seperti diabetes mellitus (koma

ketoasidosis) ; pada keadaan hipo atau hipernatremia ; dehidrasi; asidosis, alkalosis;


pengaruh obat-obatan, alkohol, keracunan: hipertermia, hipotermia; peningkatan tekanan
intrakranial (karena perdarahan, stroke, tomor otak); infeksi (encephalitis); epilepsi.
Mengukur Tingkat Kesadaran
Salah satu cara untuk mengukur tingkat kesadaran dengan hasil seobjektif mungkin
adalah menggunakan GCS (Glasgow Coma Scale). GCS dipakai untuk menentukan derajat
cidera kepala. Reflek membuka mata, respon verbal, dan motorik diukur dan hasil
pengukuran dijumlahkan jika kurang dari 13, makan dikatakan seseorang mengalami
cidera kepala, yang menunjukan adanya penurunan kesadaran.
Metoda lain adalah menggunakan sistem AVPU, dimana pasien diperiksa apakah sadar
baik (alert), berespon dengan kata-kata (verbal), hanya berespon jika dirangsang nyeri
(pain), atau pasien tidak sadar sehingga tidak berespon baik verbal maupun diberi
rangsang nyeri (unresponsive).
Ada metoda lain yang lebih sederhana dan lebih mudah dari GCS dengan hasil yang
kurang lebih sama akuratnya, yaitu skala ACDU, pasien diperiksa kesadarannya apakah
baik (alertness), bingung / kacau (confusion), mudah tertidur (drowsiness), dan tidak ada
respon (unresponsiveness).
Pemeriksaan GCS
GCS (Glasgow Coma Scale) yaitu skala yang digunakan untuk menilai tingkat kesadaran
pasien, (apakah pasien dalam kondisi koma atau tidak) dengan menilai respon pasien
terhadap rangsangan yang diberikan.
Respon pasien yang perlu diperhatikan mencakup 3 hal yaitu reaksi membuka mata ,
bicara dan motorik. Hasil pemeriksaan dinyatakan dalam derajat (score) dengan rentang
angka 1 6 tergantung responnya.
Eye (respon membuka mata) :
(4) : spontan
(3) : dengan rangsang suara (suruh pasien membuka mata).
(2) : dengan rangsang nyeri (berikan rangsangan nyeri, misalnya menekan kuku jari)
(1) : tidak ada respon
Verbal (respon verbal) :
(5) : orientasi baik
(4) : bingung, berbicara mengacau ( sering bertanya berulang-ulang ) disorientasi tempat
dan waktu.
(3) : kata-kata saja (berbicara tidak jelas, tapi kata-kata masih jelas, namun tidak dalam
satu kalimat. Misalnya aduh, bapak)
(2) : suara tanpa arti (mengerang)

(1) : tidak ada respon


Motor (respon motorik) :
(6) : mengikuti perintah
(5) : melokalisir nyeri (menjangkau & menjauhkan stimulus saat diberi rangsang nyeri)
(4) : withdraws (menghindar / menarik extremitas atau tubuh menjauhi stimulus saat
diberi rangsang nyeri)
(3) : flexi abnormal (tangan satu atau keduanya posisi kaku diatas dada & kaki extensi
saat diberi rangsang nyeri).
(2) : extensi abnormal (tangan satu atau keduanya extensi di sisi tubuh, dengan jari
mengepal & kaki extensi saat diberi rangsang nyeri).
(1) : tidak ada respon
Hasil pemeriksaan tingkat kesadaran berdasarkan GCS disajikan dalam simbol EVM
Selanutnya nilai-nilai dijumlahkan. Nilai GCS yang tertinggi adalah 15 yaitu E4V5M6 dan
terendah adalah 3 yaitu E1V1M1.
Jika dihubungkan dengan kasus trauma kapitis maka didapatkan hasil :
GCS : 14 15 = CKR (cidera kepala ringan)
GCS : 9 13 = CKS (cidera kepala sedang)
GCS : 3 8 = CKB (cidera kepala berat

Anda mungkin juga menyukai