Anda di halaman 1dari 53

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA


PADA PASIEN DIABETES MELLITUS

DISUSUN OLEH
KELOMPOK 1

• Abdi Kurniawan • Christima Cindy


17.11.001 17.11.026
• Desmitatriannisa • Ahina Dey N.G 17.11.005
17.11.036 • Amila Roza T 17.11.009
• Gusriani Saragih • Asella Wati P 17.11.017
17.11.004 • Chanesty Indah
• Dewi Agustina S 17.11.025
17.11.040 • Christina O.N 17.11.028
• Anita Anggraini17.11.016 • Danti Aufa W 17.11.030
• Dia Novita Sari 17.11.042 • Dayana Jambak 17.11.032
• Ayu Andira 17.11.019 • Destri Pasoran Si
• Dime Sari Sinaga 17.11.037
17.11.045 • Dipya Yolanda 17.11.048
• Bethesda Indah S • Ega Tresia Purba
17.11.021 17.11.053
• Dwi Putri Tarigan • Elsa Julyana M 17.11.054
17.11.051

KELAS : PSIK 3.3 dan PSIK 3.4

Dosen Pembimbing
Ns. Adirman Lafau, S.Kep.
INSTITUT KESEHATAN DELI HUSADA DELITUA
FAKULTAS KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
T.A 2019/2020
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penyusun mengucapkan kehadirat Allah SWT atas segala
nikmat dan karunia-Nya serta izinNya sehingga makalah ini dapat diselesaikan
tepat waktu. Makalah ini disusun dengan judul ” ASUHAN KEPERAWATAN
KELUARGA PADA PASIEN DIABETES MELLITUS”

Melalui makalah ini kami penulis berharap makalah ini dapat memberikan
informasi yang dapat menjadi pengetahuan baru bagi pembacanya.

Penulis menyadari bahwa, masih banyak kesalahan dan kekurangan di


dalam penulisan makalah ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan
saran yang konstruktif untuk kesempurnaan makalah ini di masa yang akan
datang. Semoga makalah ini dapat bermanfaat.

Mei 2020

Penyusun

Kelompok 1

i
DAFTAR ISI

Kata Penghantar........................................................................................... i

Daftar Isi....................................................................................................... ii

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang................................................................................... 1
B. Tujuan Penulisan................................................................................ 1
C. Rumusan masalah.............................................................................. 2

BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Dasar Keluarga..................................................................... 3
B. Konsep Dasar Diabetes Mellitus........................................................ 5
C. Teori Asuhan Keperawatan Keluarga Diabetes Mellitus................ 25
D. Kasus Asuhan Keperawatan Keluarga Diabetes Mellitus............... 36

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan....................................................................................... 48
B. Saran................................................................................................. 48

DAFTAR PUSTAKA................................................................................. 49

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menurut WHO, Indonesia menepati urutan ke – 4 terbesar dalam jumlah
penderita diabetes mellitus di dunia. Tahun 2000 saja terdapat sekitar 5,6 juta
penduduk Indonesia yang mengidap diabetes. Seiring berjalannya waktu pada
tahun 2006 diperkirakan jumlah penderita diabetes meningkatkan tajam menjadi
14 juta orang dengan 50 % yang sadar mengidapnya dan 30% yang dating berobat
teratur. Sangat disayangkan bahwa banyak penderita diabetes yang tidak
menyadari dirinya mengidap penyakit ini.
Hal ini disebabkan karena kurangnya informasi tentang diabetes terutama
gejala – gejalanya, keluhan dan penyebabnya serta kurangnya perhatian keluarga
dalam memerhatikan keluargannya karena mengingat kesibukan yang dilakukan
oleh anggota keluarga. Sebagian besar kasus diabetes yang diderita diabetes tipe 2
dari pada tipe 1 hal ini dipengaruhi oleg gaya hidup seseorang dan pola yang
dikembangkan keluarganya.
Maka dari itu, dalam mengatasi masalah ini peran keluarga sangat
diperlukan karena keluarga juga memiliki tugas dalam pemeliharaan kesehatan
para anggota sehingga memahami masalah kesehatan anggotanya antara satu
dengan lainya sehingga mampu memberi dampak positif salah satunya dengan
merawat dan mencari pelayanan kesehatan untuk kesehatan yang sempurna.
Sehingga agar keluarga mampu menjalankan tugas dan perannya perlu
dilakukan suatu tindakan yaitu asuhan kepewatan keluarga pada penderita
diabetes mellitus agar dapat memberikan pengetahuan dan pemahaman kepata
setiap anggota keluarga dalam memelihara kesehatan keluarganya.

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang tentang kasus diabetes mellitus di atas maka dirumuskan suatu
rumusan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana melakukan pengkajian keperawatan keluarga pada pasien dengan
gangguan diabetes mellitus?

1
2. Bagaimana menegakan diagnosa keperawatan keluarga pada pasien dengan
gangguan diabetes mellitus?
3. Bagaimana menentukan intervensi keperawatan keluarga yang tepat sesuai
dengan diagnosa pada pasien dengan gangguan diabetes mellitus?
4. Bagaimana implementasikan keperawatan keluarga yang sudah disusun
sesuai dengan diagnosa pada pasien dengan gangguan diabetes mellitus?
5. Bagaimana melakukan evaluasi akhir asuhan keperawatan keluarga pada
pasien dengan gangguan diabetes mellitus?

C. Tujuan
1. Mampu memahami Asuhan Keperawatan keluarga pada pasien dengan
Diabetes Mellitus
2. Mampu melakukan pengkajian keperawatan keluarga pada pasien dengan
Diabetes Mellitus
3. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan keluarga pada pasien dengan
Diabetes Mellitus
4. Mampu menentukan intervensi pada pasien dengan Diabetes Mellitus
5. Mampu melakukan implementasi pada pasien dengan Diabetes Mellitus
6. Mampu melakukan evaluasi pada pasien dengan Diabetes Mellitus
7. Mampu melakukan dokumentasi pada pasien dengan Diabetes Mellitus

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar Keluarga


Keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama
dengan keterikatan aturan dan emosional dan individu mempunyai peran masing –
masing yang merupakan bagian dari keluarga. (Friedman, 1998)
Keluarga adalah suatu ikatan/persekutuan hidup atas dasar perkawinan
antara orang dewasa yang berlainan jenis yang hidup bersama atau seorang laki-
laki atau seorang perempuan yang sudah sendiriran dengan atau tanpa anak, baik
anaknya sendiri atau adopsi, dan tinggal dalam sebuah rumah tangga.(Sayekti,
1994)
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari suami-
isteri, atau suami-isteri dan anaknya, atau ayah dan anaknya, atau ibu dan
anaknya. (UU No.10 tahun 1992)
1 Tipe-Tipe Keluarga
a) Keluarga inti (nuclear  family)
Keluarga yang hanya terdiri dari ayah, ibu, dan anak yang diperoleh dari
keturunannya atau adopsi atau keduanya
b) Keluarga besar (extended family)
Keluarga inti ditambah anggota keluarga lain yang masih mempunyai
hubungan darah (misal;kakek-nenek, paman-bibi).
c) Keluarga bentukan kembali (dyadic family)
Keluarga baru yang terbentuk dari pasangan yang telah cerai atau kehilangan
pasangannya.
d) Orang tua tunggal (single parent family)
Keluarga yang terdiri dari salah satu orang tua dengan anak-anak akibat
perceraian atau ditinggal pasangannya.
e) Orang dewasa (laki-laki atau perempuan) yang tinggal sendiri tanpa
pernah menikah (the single adult living alone)
f) Keluarga yang dibentuk oleh pasangan yang berjenis kelamin sama (gay
and lesbian family)

3
2. Peran Perawat Keluarga
Perawatan kesehatan keluarga adalah pelayanan kesehatan yang ditunjukkan
pada keluarga sehat. Fungsi perawat membantu keluarga dalam menyelesaikan
masalah kesehatan dengan cara meningkatkan kesanggupan keluarga melakukan
fungsi dan tugas perawatan kesehatan keluarga.
Peran perawat dalam melakukan perawatan kesehatan keluarga adalah
1. Pendidik
Perawat perlu melakukan program asuhan kesehatan kepada keluarga agar:
a. Keluarga dapat melakukan program asuhan kesehatan secara mandiri
b. Bertanggung jawab terhadap masalah kesehatan keluarga
2. Coordinator
Kordinator diperlukan pada perawatan agar pelayanan komprhensif dapat
dicapai.Kordinasi juga diperlukan untuk mengatur program kegiatan atau
terapi dari berbagai disiplin ilmu agar tidak terjadi tumpang tindih pada
pengulangan.
3. Pelaksana
Perawat dapat memberikan perawatan langsung kepada klien dan keluarga
dengan metode keperawatan
4. Pengawas kesehatan
Sebagai pengawas kesehatan harus melaksanakan hime visit yang teratur
untuk mengidentifikasi dan melakukan pengkajian tentang kesehatan
keluarga
5. Konsultan
Perawat sebagai narasumber bagi keluarga dalam mengatasi masalah
kesehatan agar keluarga mau meminta nasihat kepada perawat, hubungan
perawat dank lien harus terbina dengan baik, kemampuan perawat dalam
menyampaikan informasi yang disampaikan secara terbuka dapat
dipercaya.
6. Kolaborasi
Bekerja sama dengan pelayan kesehatan seperti rumah sakit dan anggota
tim lain untuk mencapai kesehatan keluarga yang optimal.

4
7. Fasilitator
Membantu kelurga dalam menghadapi kendala seperti masalah social,
ekonomi, sehingga perawat harus mengetahui system pelayan kesehatan
seperti rujukan dan penggunaan dana sehat
8. Penemu kasus
Menemukan dan mengidentifikasi masalah secara dini kepada masyarakat
sehingga menghindari dari ledakan kasus atau wabah
9. Modifikasi lingkungan
Mampu memodifikasi lingkungan, baik lingkungan rumah maupun
masyarakat agar tercipta lingkungan sehat.

B. Konsep Dasar Diabetes Melitus


1. Pengertian
Diabetes Melitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang
yang disebabkan adanya peningkatan kadar glukosa darah akibat kekurangan
insulin baik absolute maupun relative  (Waspadji dan sukardji, 2004 : 2).
Diabetes Melitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai
oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia (Smeltzer dan Bare,
2008 : 1220).
American Diabetes Association (ADA) 2010, mendefinisikan Diabetes
Melitus sebagai suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik
hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau
kedua-duanya (Ernawati, 2013 :10)
Diabetes Melitus adalah suatu penyakit dimana kadar glukosa (gula
sederhana) didalam darah cukup tinggi karena tubuh tidak dapat melepaskan atau
menggunakan insulin secara cukup  (Fauzi, 2014 : 70)
Berdasarkan keempat definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa Diabetes
mellitus adalah suatu  penyakit yang timbul pada seseorang yang ditandai oleh
kenaikan kadar glukosa dalam darah (hiperglikemia) yang terjadi karena kelainan
sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya.

5
2. Klasifikasi Diabetes Melitus
Ada 3 jenis diabetes yang umum terjadi dan diderita banyak orang, yaitu :
a) Diabetes tipe 1
Diabetes tipe 1 ini sering disebut Insulin Dependent Diabetes Melitus
(IDDM) atau diabetes mellitus yang bergantung pada insulin. Penderita penyakit
diabetes tipe 1 sebagian besar terjadi pada orang dibawah usia 30 tahun. Oleh
karena itu, penyakit ini sering dijuluki diabetes anak-anak karena penderitanya
lebih banyak terjadi pada anak-anak dan remaja (Fauzi, 2014 : 73).

b) Diabetes Tipe 2
Penyakit diabetes tipe 2 sering juga disebut Non Insulin Dependent
Diabetes Mellitus (NIDDM) atau diabetes mellitus tanpa bergantung pada insulin.
Penyakit diabetes tipe 2 ini sering disebut sebagai penyakit kencing manis atau
penyakit gula.
Diabetes tipe 2 merupakan jenis diabetes yang sebagian besaar diderita.
Sekitar 90 % hingga 95 % penderita diabetes menderita diabetes tipe 2. Jenis
diabetes ini paling sering diderita oleh orang dewasa berusia lebih dari 30 tahun
dan cenderung semakin parah secara bertahap (Fauzi, 2014 : 75).   

c) Diabetes jenis lain


Diabetes terkait Malnutrisi (DMTM) dan diabetes pada kehamilan
(gestasional diabetes), yang timbul hanya pada saat hamil (Waspadji dan sukardji,
2004 : 4)

3. Etiologi
a) Pada Diabetes Tipe 1 (IDDM)
Berkaitan dengan ketidaksanggupan, kerusakan, atau gangguan fungsi
pankreas untuk memproduksi insulin sehingga tidak dapat menghasilkan cukup
insulin.  Beberapa penyebab pankreas tidak dapat menghasilkan cukup insulin
pada penderita diabetes tipe 1 ini adalah sebagai berikut (Fauzi, 2014 : 73-74) :

6
1) Keturunan atau genetik
Jika salah satu atau kedua orangtua dari seorang anak menderita diabetes,
maka anak tersebut akan beresiko terkena diabetes.
2) Autoimunitas
Autoimunitas adalah tubuh mengalami alergi terhadap salah satu jaringan
atau jenis selnya sendiri. Dalam kasus ini alergi yang ada dalam pankreas. Oleh
sebab itu, tubuh kehilangan kemampuan untuk membentuk insulin karena sistem
kekebalan tubuh menghancurkan sel-sel yang memproduksi insulin.

3) Virus atau zat kimia


Virus atau zat kimia yang menyebabkan kerusakan pada pulau sel atau
kelompok sel dalam pankreas tempat insulin dibuat. Semakin banyak peulau sel
yang rusak, semakin besar kemungkinan seseorang menderita diabetes.

b) Pada Diabetes Tipe 2 (NIDDM)


Diabetes tipe 2 disebabkan karena pankreas tidak bisa memproduksi insulin
yang cukup. Kebanyakan dari insulin yang diproduksi pankreas dihisap oleh sel-
sel lemak akibat gaya hidup dan pola makan yang tidak baik. Karena pankreas
tidak dapat membuat cukup insulin untuk mengatasi kekurangan insulin sehingga
kadar gula dalam darah akan naik. Beberapa penyebab utama diabetes tipe 2
sebagai berikut (Fauzi, 2014 : 75-76).
1) Faktor keturunan
Apabila orangtua atau saudara sekandung yang mengalami penyakit ini,
maka resiko diabetes tipe 2 lebih tinggi.
2) Pola makan dan gaya hidup
Pola makan dan gaya hidup yang tidak sehat menjadi pemicu utama
pankreas tidak dapat memproduksi insulinsecara maksimal. Mengkonsumsi
makanan cepat saji atau fast food yang menyajikan makanan berlemak dan tidak
sehat merupkan penyebab utama. Kurang olahraga dan istirahat yang tidak
mencukupi juga berpengaruh terhadap munculnya penyakit ini.

7
3) Kadar kolesterol tinggi
Kadar kolesterol dalam darah yang tinggi akan menyerap insulin yang
diproduksi oleh pankreas. Pada akhirnya, tubuh tidak dapat menyerap insulin ini
untuk merubahnya menjadi energi.

4) Obesitas
Obesitas atau kelebihan berat badan disebabkan oleh timbunan lemak yang
tidak positif bagi tubuh. Seperti kolesterol, lemakjuga akan menyerap produksi
insulin pankreas secara habis-habisan sehingga tubuh tidak kebagian insulin untuk
diproduksi sebagai energi.

c) Pada diabetes jenis lain


Misalnya disebabkan oleh karena kerusakan pankreas akibat kurang gizi,
obat, hormon atau hanya timbul pada saat hamil (Waspadji dan sukardji, 2004 :
4).

4. Patofisiologi
Pada diabetes tipe 1 terdapat kemampuan untuk menghasilkan insulin
karena sel-sel beta pancreas telah dihancurkan oleh proses autoimun.
Hiperglikemia-puasa terjadi akibat produksi glukosa ysng tidak terukur oleh hati.
Disamping itu glukosa yang berasal dari makanan tidak dapt disimpan dalam hati
meskipun tetap berada dalam darah dan menimbulkan hiperglikemia prospandial
(sesudah makan).
Jika konsentrasi glukosa dalam darah cukup tinggi, ginjal tidak dapat
menyerap kembali semua glukosa yang tersaring. Akibatnya, glukosa tersebut
muncul dalam urine (glukosauria). Ketika glukosa yang berlebihan dieskresikan
kedalam urine, ekskresi ini akan disertai pengeluaran cairan dan elektrolit yang
berlebihan. Keadaan ini dinamakan dieresis osmotic. Sebagai akibat dari
kehilangan cairan yang berlebihan, pasien akan mengalami peningkatan dalam
berkemih (poliuria) dan rasa haus (polidipsia), keadaan itu menyebabkan
kehilangan elektrolit dalam sel dan pasien mengalami dehidrasi sehingga dapat
menyebabkan syok.

8
Defisiensi insulin juga dapat menyebabkan kehilangan kalori, menganggu
metabolism protein dan lemak yang menyebabkan penurunan berat badan. Pasien
dapat mengalami peningkatan selera makan (poifagia) akibatnya terjadi
ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, gejala lainnya mencakup
kelelahan dan kelemahan. Selain itu dengan kurangnya sel untuk mettabolisme
dapat menyebabkan katabolisme lemak yang membuat meningkatnya asam lemak,
serta pemecahan protein yang membuat keton dan ureum meningkat. Keadaan
dimana asam lemak dan keton meningkat dapat mengakibatkan ketoasidosis.
(Nurarif, 2013)

5. Tanda dan gejala


a) Permulaan gejala Diabetes Melitus yang ditunjukan meliputi:
1) Polidipsia (banyak minum)
Rasa haus dan ingin minum terus. Kadang hal ini sering ditafsirkan karena
udara yang panas dan banyak kerja berat, padahal tanda-tanda ini muncul sebagai
awal gejala penyakit DM
2) Polifagia (banyak makan)
Penderita sering makan (banyak makan) ini terjadi akibat kadar gula yang
tinggi namun tidak dapat masuk kedalam seluntuk digunakan dalam proses
metabolisme. Ketika kadar gula darah tidak dapat masuk kedalam sel, tubuh
berpikir belum mendapatkan asupan makanan sehingga mengirim sinyal lapar
untuk mendapatkan glukosa lebih banyak agar sel-sel dapat berfungsi
3) Poliuria (banyak kencing)
Gejala yang sering dirasakan penderita adalah sering kencing dengan
volume urine yang banyak kencing yang sering pada malam hari terkadang sangat
mengganggu penderita. Pada kondisi ini ginjal bekerja sangat aktif untuk
menyingkirkan kelebihan glukosa didalam darah.
4) Mudah timbul bisul atau abses dengan kesembuhan yang lama
Proses penyembuhan luka membutuhkan bahan dasar utama dari potein dan
unsure makanan yang lain. Pada penderit diabetes mellitus bahan protein banyak
diformulasikan untuk kebutuhan energy sel sehingga bahan yang dipergunakan
untuk penggantianjaringan yang rusak mengalmi gangguan. Selain itu luka yang

9
sulit sembuh juga diakibatkan oleh pertumbuhn mikroorganisme yang tepat pada
penderita diabetes mellitus.

5) Penurunan berat badan (BB) dan rasa lemah


Penurunan berat badan dalam waktu relatif singkat, merupakan gejala awal
yang sering dijumpai, selain itu rasa lemah dan cepat capek kerap di rasakan.

b) Gejala kronik yang sering timbul adalah :


1) Kesemutan
2) Kulit terasa panas seperti tertusuk jarum, gatal dan kering
3) Rasa tebal di kulit
4) Kram
5) Mudah lelah dan marah
6) Mudah ngantuk\
7) Mata kabur
8) Gatal di sekitar kemaluan (keputihan)
9) Seksual menurun
10) Pada ibu hamil mengalami keguguran atau kematian janin dalam kandungan
atau dengan bayi BB lahir lebih dari 4 kg.

6. Penanganan penyakit diabetes mellitus


a) Control kadar gula darah yang teratur

Bukan DM Belum pasti DM


DM
Kadar GDS sewaktu <100 100-199 >=200
(mg/dl)
Kadar GDS <100 100-125 >=126
Puasa (mg/dl)

b) Olahraga yang teratur/ latihan gerak

10
Aktivitas adalah bagian penting manajemen medis untuk setiap individu
dengan DM. kegiatan fisik mepuyai implikasi fisiologis dan psikologis yang
penting. Gerak badan adalah sensitizer yang luar biasa untuk insulin dan dapat
meningkatkan ambilan glukosa ke dalam sel otot skelet.
c) Perencanaan makan
7. Pemeriksaan Diagnostik
a) Tes kadar gula darah
Ukuran kadar gula didalam darah harus disesuaikan. Berikut ini kadar gula
dalam darah setelah puasa.
1) Kadar gula darah normal adalah kurang dari 100 mg/dl.
2) Kadar gula darah pradiabetes adalah antara 100 sampai 126 mg/dl.
3) Kadar gula darah orang yang menderita diabetes adalah lebih dari 126 mg/dl.

Kadar glukosa darah 2 jam setelah makan (postpranndial) juga dapat


mengindikasikan orang terkena diabetes atau tidak. Berikut ini ukuran kadar gula
dalam darah setelah makan 2 jam.
1) Kadar gula darah normal adalah kurang dari 140 mg/dl.
2) Kadar gula darah pradiabetes adalah antara 140 sampai 200 mg/dl
3) Kadar gula darah bagi penderita diabetes adalah lebih dari 200 mg/dl

b) Tes toleransi glukosa (TTG)


Menunjang (lebih besar dari 200mg/21), biasanya tes ini dianjurkan utuk
pasien yang menunjang kadar glukosa darah meningkat dibawah kondisi stress.

c) Tes Glukosa Urine


Adanya glukosa dalam urine dapat diperiksa dengan cara benedict (reduksi),
yang tidak khas untuk glukosa, karena dapat positif pada diabetes,
Persiapan Pasien: Sama dengan persiapan pasien pada tes glukosa darah
puasa. Glukosa Negatif: bukan DM bila hasil tes urin berwarna biru.

Hasil pemeriksaan Warna Tes Glukosa Urin


Warna Interpretasi: (1+) s/d ( 4+)

11
mungkin/diduga DM
Hijau kekuningan dan keruh Positif +      (1+): sesuai dengan
0,5–1% glukosa
Kuning keruh Positif ++    (2+): sesuai dengan
1–1,5 % glukosa
Jingga / warna lumpur keruh Positif +++  (3+): sesuai dengan
2–3,5 % glukosa
Merah keruh Positif ++++(4+): sesuai dengan
> 3,5 % glukosa

d) Tes HbA1C atau tes A1C


Pemeriksaan hemoglobin terglikasi (HbA1C) merupakan salah satu
pemeriksaan darah yang penting untuk mengevaluasi pengendalian gula darah. 
Hasil pemeriksaan A1C memberikan gambaran rata-rata gula darah selama priode
waktu 6-12 minggu dan hasil ini dipergunakan bersama dengan hasil pemeriksaan
gula darah mandiri sebagai dasar untuk melakuakan penyesuaian terhadap
pengobatan diabetes yang dijalani.
Hemoglobin adalah salah satu substansi sel darah merah yang berfungsi
untuk mengangkut oksigen ke seluruh tubuh. Ketika gula darah tidak terkontrol
(yang berarti kadar gula darah tinggi) maka gula darah akan berkaitan dengan
hemoglobin (terglikasi). Oleh karena itu, rata-rata kadar gula darah dapat
ditentukan dengan cara mengukur kadar HbA1C. Bila kadar gula darah tinggi
dalam satu  beberapa minggu, maka kadar HbA1C akan tinggi pula. Ikatan
HbA1C yang terbentuk bersifat stabil dan dapat bertahan hingga 2-3 bulan (sesuai
dengan usia sel darah merah). Kadar HbA1C akan mencerminkan rata-rata kadar
gula darah dalam jangka waktu 2-3 bulan sebelum pemeriksaan. sebaliknya
(Ernawati 2013 : 85-86).
Kolerasi antara Kadar HbA1C dan Rata-Rata Kadar Gula Darah

HbA1C (%) Rata-rata Gula Darah (mg/dl)


6 135
7 170
8 205
9 240
10 275
11 310

12
12 345
Kadar HbA1C normal pada bukan penyandang diabetes antara 4% sampai
dengan 6%. Beberapa studi menunjukan bahwa diabetes yang tidak terkontrol
akan mengakibatkan timbulnya komplikasi, untuk itu pada penyandang diabetes
kadar HbA1C  ditargetkan kurang dari 7 %. Semakin tinggi kadar HBa1C maka
akan semakin tinggi pula resiko timbulnya komplikasi,  demikian pula sebaliknya
(Ernawati 2013 : 85-86).

8. Diet untuk penderita DM


Perencanaan makanan pada diabetes mellitus dengan “Tiga je”
a) Menghitung jumlah kalori yang dibutuhkan oleh tubuh dengan cara BB x 30
Contoh: seorang diabetes yang berbobot 50 kg kebutuhan kalorinya dalam
sehari ialah 50 x 30 = 1500 kalori

b) Jadwal makan

Kategoi Jenis Ukuran umur


Bahan makanan sumber  Nasi  ¾ gelas
karbohidrat  Kentang  2 biji sedang
Mengandung 175 kalori  Roti tawar  4 iris
(45g protein dan 40g  Mie  1 gelas
karbohidrat)
 Macaroni  ½ gelas
Bahan makanan sumber  Daging sapi  1 potong sedang
protein hewani mengandung  Daging ayam  1 potong sedang
95 kalori ) 10g protein, 6g  Telur ayam  1 butir besar
lemak)  Ikan segar  1 potong sedang
 Udang  ¼ gelas
 Baso  10 biji besar
Sayuran mengandung 50  Bayam  1 gelas
kalori (3g protein dan 10g  Buncis  1 gelas
karbohidrat)  Naga  1 gelas
 Daun singkong  1 gelas

13
 Kacang panjang  1 gelas
Buah-buahan segar  Wortel  ½ buah segar
 Alpokat  10 biji
 Anggur  15 biji
 Duku  1 potong sedang
 Papaya  1 potong sedang
 Semangka  1 potong besar
 Nangka masak  3 biji

Makanan yang dianjurkan untuk di komsumsi penderita DM adalah


1. Sayur-sayuran (tomat, timun)
2. Buah-buahan (papaya, salak)
3. Kacang-kacangan
4. Ubi jalar
5. Ubi salah satu contoh makana pengganti nasi (talas kentang)

Makanan yang dihindari/ tidak dianjurkan bagi penderita DM makanan yang cepat
terserap menjadi gula seperti:
1. Sirup
2. Gula pasir
3. Manisan
4. Susu kental manis
5. Eksrim

Akibat dari tidak mengatur pola makan bagi penderita DM antara lain:
1. Kadar gula darah meningkat
2. Luka sukar sembuh
3. Resiko infeksi

9. Komplikasi
a) Komplikasi Akut
Gangguan keseimbangan kadar gula darah dalam jangka waktu pendek
meliputi hipoglikemia, ketoasidosis diabetic dan syndrome HHNK (Koma

14
Hiperglikemik Hiperosmolar Nonketokik) atau Hiperosmolar Nonketokik
(HONK). (Ernawati, 2013 : 87-106).
1) Hipoglikemia
Komplikasi hipoglikemia merupakan keadaan gawat darurat yang dapat
terjadi pada perjalanan penyakit DM. Hipoglikemia merupakan keadaan dimana
kadar gula darah abnormal yang rendah yaitu dibawah 50 hingga 60 mg/d.
lGlukosa merupakan bahan bakar utama untuk melakukan metabolisme di otak.
Sehingga kadar glukosa darah harus selalu dipertahankan diatas kadar kritis, yang
merpakan salah satu fungsi penting system pengatur glukosa darah. Bila glukosa
darah turun terlalu rendah dalam batas 20-50 mg/100ml lebih dari beberapa menit,
timbul gejala syok hipopolemik, ditandai oleh iritabilitas progresif yang
menyebabkan pingsan, kejang dan koma.
2) Ketoasidosis Diabetik
Ketoasidosi Diabetik (KAD) adalah keadaan dekompensasi kekacauan
metabolic yang ditandai oleh trias hiperglikemia, asidosis dan ketosis, terutama
disebabkan oleh defisensi insulin absolute atau relative. Keadaan komplikasi akut
ini memerlukan penanganan yang tepat karena merupakan ancaman kematian bagi
diabetes.
3) Synrome Hiperglikemik Hiperosmolar Nonketokik (HHNK)
Perjalanan keadaan HHNK berlangsung dalam waktu beberapa hari hingga
beberapa minggu pada pasien DM tipe 2 yang tidak mengalami absolute defisiensi
insulin namun relative defisiensi insulin. HHNK sering terjadi pada pasien lansia
yang tidak menyadari mengalami DM atau mengalami DM dan disertai dengan
penyakit penyerta yang mengakibatkan menurunnya intake makanan salah
satunya seperti  infeksi (pneumonia, sepsis, infeksi gigi).

b) Komplikasi Kronis
1) Komplikasi makrovaskuler
a) Penyakit Arteri Koroner
Penyakit arteri koroner yang menyebabkan penyakit jantung koroner
merupakan salah satu komplikas makrovaskuler yang sering terjadi pada penderita
DM tipe 1 maupun DM tipe 2. Proses terjadinya penyakit jantung koroner pada

15
penderita DM disebabkan oleh control glukosa darah yang buruk dalam waktu
yang lama yang disertai dengan hipertensi, resistensi insulin, hiperinsulinemia,
hiperamilinemia, disliedemia, gangguan system koagulasi dan
hiperhomosisteinimia.
b) Penyakit serebrovaskuler
Penyakit serebrovaskuler pasin DM memiliki kesamaan dengan pasien non
DM, namun pasien DM memilki kemungkinan dua kali lipat mengalami penyakit
kardiovaskuler.  Pasien yang mengalami perubahan aterosklerotik dalam
pembuluh serebral atau pembentukan emboli ditempat lain dalam system
pembuluh darah sering terbawa aliran darah dan terkadang terjepit dalam
pembuluh darah serebral. Keadaan diatas dapat mengakibatkaan iskemi sesaat.
Gejalanya pusing, vertigo, gangguan penglihatan, bicara pelo dan kelemahan.
c) Penyakit vaskuler perifer
Pasien DM beresiko mengalami penyakit oklusif arteri perifer dua hingga
tiga kali lipat dibandingkan pasien non-DM. Hal ini disebabkan pasien DM
cenderung mengalami perubahan aterosklerotik dalam pembuluh darah besar pada
ekstermitas bawah. Pasien dengan gangguan pada vaskuler perifer akan
mengalami berkurangnya denyut nadi perifer dan kaludikasio intermiten (nyeri
pada pantat atau betis ketika berjalan). Penyakit oklusif arteri yang parah pada
ekstermitas bawah merupakan penyebab utama terjadinya ganggren yang
berakibat amputasi pada pasien DM.

2) Komplikasi mikrovaskuler
a) Retinopati diabetik
Hiperglikemia yang berlangsung lama merupakan factor resiko utama
terjadinya retinopati diabetik.
b) Nefropati diabetik
Nefropati diabetik  merupakan sindrom klinis pada pasien DM yang
ditandai dengan albuminuria menetap (<33 mg/24 jam) pada minimal 2 kali
pemeriksaan dalam waktu tiga hingga enam bulan. Penyandang DM tipe 1 sering
memperlihatkan tanda-tanda penyakit renal setelah 15 hingga 20 tahun kemudian,

16
sedangkan penderita DM tipe 2 dapat menderita penyakit renal setelah menderita
10 tahun kemudian.
c) Neuropati Diabetik
Menunjukan adanya gangguan klinis maupun subklinis yang terjadi pada
penderita DM tanpa penyebab neuropati perifer yang lain. (Ernawati, 2013 :106-
120)

10. Penatalaksanaan
Pengobatan bertujuan untuk mengurangi gejala-gejala, mengusahakan
keadaan gizi dimana berat badan ideal dan mencegah terjadinya komplikasi.
Dalam pengelolaan diabetes dikenal 4 pilar utama, yaitu : Penyuluhan (edukasi),
perencanaan makanan, latihan jasmani dan obat hipoglikemik. Tujuan
pengelolaan diabetes dapat dibagi atas tujuan jangka pendek dan tujuan jangka
panjang. (Waspadji dan sukardji,  2004 : 5)
a. Tujuan jangka pendek adalah hilangnya berbaga keluhan/ gejala diabetes
sehingga pasien dapat menikmati kehidupan yang sehat dan nyaman.
b. Tujuan jangka panjang adalah tercegahnya berbagai komplikasi baik pada
pembuluh darah (mikroangiopatidan makroangiopati) maupun pada susunan
saraf (neurofati) sehingga dapat menekan angka morbiditas dan mortilitas.

Tujuan pengelolaan diabetes tersebut dapat dicapai dengan senantiasa


mempertahankan control metabolic yang bai seperti dicerminkan oleh normalnya
kadar glukosa dan lemak darah. Secara praktis, criteria pengendalian diabetes
adalah sebagai berikut :
1) Kadar glukosa darah puasa : 80-110 mg/dl
 Kadar glukosa darah 2 jam sesudah makan : 110-160 mg/dl
 HbA1c : 4 -6,5.
2) Kadar kolesterol total dibawah 200 mg/dl
 Kolesterol HDL diatas 45 mg/dl
 trigliserida dibawah 200 mg/dl.

17
a) Penyuluhan (edukasi)
Edukasi merupakan bagian integral asuhan keperawatan diabetes. Edukasi
diabetes adalah pendidikan dan latihan mengenai pengetahuan dan keterampilan
dalam pengelolaan diabetes yang diberikan pada setiap pasien diabetes.
Diasamping kepada pasien diabetes, edukasi juga diberikan kepada anggota
keluarganya, kelompok masyrakat beresiko tinggi dan pihak-pihak perencana
kebijakan kesehatan.
Diantara materi edukasi, yang perludiberikan pada pasien diabetes paling tidak
adalah sebagai berikut :
1) Apakah diabetes itu?
2) Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap timbulnya diabetes dan upaya-
upaya menekannya.
3) Pengelolaan diabetes secara umum.
4) Perencanaan makan dan latihan jasmani
5) Obat-obat hipoglikemik
6) Komplikasi diabetes
7) Pencegahan dan pengenalan komplikasi akut/kronik
8) Pemeliharaan kaki.

b) Perencanaan makan DM
Tujuan perencanaan makan dalam pengelolaan diabetes adalah sebagai
berikut (Waspadji dan sukardji,  2004 : 6) :
1) Mempertahankan kadar glukosa darah dan lipid dalam batas-batas normal.
2) Menjamin nutrisi yang optimal untuk pertumbuhan anak dan remaja, ibu
hamil dan janinnya.
3) Mencapai dan mempertahankan berat badan idaman

Untuk penentuan status gizi, secara praktis dipakai rumus Brocca yaitu :
1) Berat badan idaman : (tinggi badan - 100) - 10%
2) Berat badan kurang  : < 90 %BB idaman
3) Berat badan normal  : 90 – 110 % BB idaman
4) Berat badan lebih     : 110- 120 % BB idaman

18
5) Gemuk             : >120 %

Cara menghitung pengukuran keseimbangan energi dengan cara mengukur


IMT (Indeks  Masa Tubuh)
IMT  = Berat Badan (kg)
                          Tinggi Badan (m) ²

a) IMT  yang dihubungkan dengan resiko paling rendah terhadap kesehatan


adalah 22-25
b) Berat badan lebih bila IMT antara 25-30
c) Obesitas bila IMT lebih dari 30

1) Menghitung Kebutuhan Kalori


Sebelum menghitung kebutuhan kalori  yang dibutuhkan seorang pasien
diabetes, terlebih dahulu harus diketahui berapa berat badan ideal (idaman)
seseorang.  Yang paling mudah dengan rumus Brocca :
 

 Berat badan idaman = 90% X (tinggi badan dalam cm – 100 ) X 1 kg

(Waspadji dan sukardji,  2004 : 7).


Catatan : pada laki-laki dengan tinggi badan <160 cm atau
              Perempuan < 150 cm, Berlaku rumus :

     Berat badan idaman : (tinggi badan dalam cm – 100 ) X 1 kg


 

Tingkat Kegiatan Sehari-hari untuk Perhitungan Kalori


Ringan Sedang Berat
100-200Kcal/jm 200-350Kcal/jam 400-900Kcal/jm
Mengendarai mobil Kerja rumah tangga Aerobik
Memancing Bersepeda Bersepeda

19
Kerja Lab Bowling Memanjat
Kerja sekertaris Jalan cepat Menari
Mengajar Berkebun Lari

Ada beberapa cara untuk menentukan jumlah kalori yang dibutuhkan


seorang pasien diabetes :
1. Menghitung kebutuhan basal dahulu dengan cara mengalikan berat badan
idaman dengan sejumlah kalori :
a. Berat badan idaman dalam kg x 30 KKal untuk laki-laki
b. Berat badan idaman dalam kg x 25 KKal untuk perempuan
Kemudian ditambah dengan jumlah kalori yang diperlukan untuk kegiatan sehari-
hari (lihat table 2.3). tampak pada table itu ada tiga jenis kegiatan, dari yang
ringan sampai yang berat.
1) Kerja ringan            : tambah 10% dari kalori basal
2) Kerja sedang           : tambah 20 % dari kalori basal
3) Kerja berat              : tambah 40-100 dari kalori basal

2. Tambahkan kalori sekitar 20-30 % pada keadaan sebagai berikut :


1) Pasien kurus
2) Pasien masih tumbuh kembang
3) Ada stress misalnya infeksi, hamil atau menyusui
Kurangi kalori bila gemuk sekitar 20-30% tergantung pada tingkat
kegemukannya.

3. Cara lain seperti tertera pada table 2.3 yang tampaknya lebih mudah. Tampak
pada table itu bahwa seseorang dengan beerat badan normal yang bekerja
santai memerlukan 30 KKal/kg BB idaman. Yang kurus dan bekerja berat
memerlukan 40-50 KKal/kg BB idaman. Dengan cara ini perlu ditambah-
tambahkan lagi.
Untuk gampangnya, secara kasar dapat dibuat suatu pegangan sbb:
 Pasien kurus     : 2300-2500 Kkal
 Pasien berat normal : 1700-2100 Kkal
 Pasien gemuk : 1300-1500 Kkal

20
Kebutuhan Kalori pada Pasien Diabetes
Dewasa kerja santai Kerja sedang Kerja berat
Gemuk 20-25 30 35
Normal 30 35 40
Kurus 35 40 40-50
(Waspadji dan sukardji,  2004 : 5-12)

Cara Menentukan Kebutuhan Kalori


Nama    :…………..
DATA
TB :…..cm  à BB ideal = 90% (TB – 100) kg =…..kg ……………..(a)
(Wanita <150 cm, Pria <160 cm, BB ideal = TB – 100 kg)
BB aktual = ……..kg  à Gemuk/Kurus
Jenis kelamin = laki-laki/wanita
Kalori basal = ……….kalori (laki-laki : 30 kal/kg, wanita : 25 kal/kg …(b)
Aktivitas : ringan/ sedang
Umur : ……..Thn
PERHITUNGAN KALORI
Kalori basal :a x b =…………x………                    =………..kalori (c)
Koreksi :
           Umur . 40 thn à -5% x c = -5% x ………    = -……...kalori
           Aktivitas : ringan : + 20% x c= +20% x…... = +……..kalori
                             Sedang : +30% x c= +30% x …. = + …….kalori
         Berat badan : gemuk à -20% x c = -20% x ….= ….kalori
Kurus à +20% x c = +20% x…=…...kalori
                                Total kebutuhan                         =……kalori
                                DIET : DM ……kalori

2) Komponen gizi pada diabetes


Menurut Waspadji dan sukardji, 2004, diantaranya
Karbohidrat

21
Tujuan diet ini adalah meningkatkan konsumsi karbohidrat kompleks
(khususnya yang berserat tinggi) seperti roti, gandum utuh, nasi beras tumbuk,
sereal dan pasta / mie yang berasal dari gandum yang masih mengandung bekatul.
Karbohidrat sederhana tetap harus dikonsumsi dalam jumlah yang tidak
berlebihan dan lebih baik jika dicampur ke dalam sayuran atau makanan lain
daripada dikonsumsi secara terpisah

Lemak
Pembatasan asupan total kolesterol dari makanan hingga < 300   mg / hr
untuk membantu mengurangi faktor resiko, seperti kenaikan kadar kolesterol
serum  yang berhubungan dengan proses terjadinya penyakit koroner yang
menyebabkan kematian pada penderita diabetes

Protein
Makanan sumber protein nabati (misal : kacang-kacangan dan biji-bijian
yang utuh) dapat membantu mengurangi asupan kolesterol serta lemak jenuh.

Serat
Terdapat pda tumbuh-tumbuhan, biji-bijian dan buah-buahan dan secara
fisis dapat dijumpai dalam dua bentuk yaitu yang larut dan ada yang tidak larut. 

3) Pemanis pada diabetes


Selama ini zat yang ada dipasaran adalh sukrosa, fruktosa, sorbitol, manitol,
xylitol,s akarin, siklamat dan aspartam. Yang mengandung kalori hanyalah
sukrosa dan fruktosa. Oleh karena itu penggunaannya harus dibatasi atau malah
dihindari. Yang lain tidak ada atau sangat sedikit kalorinya. Karena ada petunjuk
karsinogenik pada binatang, penggunaan sakarin dan siklamat sekarang sangat
terbatas. Sebenarnya gula masih dapat digunakan dalam jumlah terbatas, tidak
melebihi 5% dari kalori, misalnya gula dapat digunakan dalam bumbu masakan
(Waspadji dan sukardji, 2004 : 13-14).

c) Latihan jasmani

22
Dalam pengelolaan diabetes, latihan jasmani yang teratur memegang peran
penting terutama pada DM tipe 2. Manfaat latihan jasmani yang teratur pada
diabetes antara lain adalah
1) Memperbaiki metabolisme
2) Meningkatkan kerja insulin
3) Membantu menurunkan BB
4) Meningkatkan kesegaran jasmani dan rasa percaya diri
5) Mengurangi penyakit kardioaskuler

Prinsip latihan jasmani bagi penderita diabetes meliputi :


1) Continuous
Misalnya jogging selama 30 menit, maka penderita DM melakukan jogging
tanpa istirahat selama 30 menit.
2) Rytmical
Misalnya jalan kaki, jogging, berlari, berenang, bersepeda, mendayung,
main golf, tenis atau badminton tidak memenuhi syarat karena boleh berhenti.
3) Interval
Misalnya jalan cepat diselingi jalan lambat, jogging diselingi jalan.
4) Progressive
Latihan dilakukan secara bertahap sesuai kemampuan dari intensitas ringan
hingga sedang.
5) Endurence
Seperti jalan, jogging, berenang dan bersepeda (Ernawati, 2013 :52)

d) Obat Hipoglikemik
Jika pasien telah melaksanakan program makan dan latihan jasmani teratur;
namun pengendalian kadar glukosa darah belum tercapai, perlu ditambahkan obat
hipoglikemik baik oral maupun insulin. Obat hipoglikemk oral (OHO) tidak
dianjurkan pada DM dengan gangguan hati dan ginjal, dapat dijumpai dalam
bentuk golongan :
1. Golongan sulfonilurea

23
Diberikan pada DM tipe 2 yang tidak gemuk, mempunyai efek utama
meningkatkan sekresi insulin oleh sel beta pankreas. Oleh sebab itu sulfonilurea
merupakan pilihan utama pada pasien dengan BB normal atau kurang. Untuk
mengurangi resiko hipoglikemik yang berkepanjangan, pada pasien diabetes usia
lanjut, obat golonga sulfonilurea yang waktu kerjanya panjang (klorpropamid,
glibenklamid) sebaiknya dihindari.

2. Golongan biguanid (Metformin)


Diberikan pada DM gemuk, mempunyai efek utama menurunkan puncak
glikemik sesudah makan. Oleh karena itu prinsip kerja obat ini disamping
memperbaiki ambilan glukosa perifer, juga menghambat secara kompetitif
absorpsi glukosa di usus maka dianjurkan pemberiannya pada setiap mulai makan.

3. Inhibitor glukosidase alfa (acarbose)


Pada diabetes dengan kadar glukosa darah 2 jam sesudah makan yang
tinggi. Efektif untuk menurunkan absorpsi glukosa.

4. Insulin
Dberikan pada DM tipe 21, ketoasidosis/ koma hiperosmolar, stress berat
berat badan menurun cepat, DM hami, gagal/ kontraindikasi dengan OHO. Cara
kerja utama insulin yaitu menurunkan produk glukosa hati dan menaikan
pemakaian glukosa agar BB naik dan terjadi penurunan kadar glukosa didalam
darah 

24
C. Teori Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Diabetes Melitus
Asuhan keperawatan keluarga merupakan suatu rangkaian kegiatan dalam
praktek keperawatan yang diberikan pada klien sebagai anggota keluarga pada
tatanan komunitas dengan menggunakan proses keperawatan, berpedoman pada
standar keperawatan dalam lingkup wewenang serta tanggung jawab keperawatan
(Mc Closkey & Grace, dalam Gusti 2013 : 51).
Asuhan Keperawatan Keluarga adalah suatu rangkaian yang diberikan
melalui praktik keperawatan dengan sasaran keluarga. Asuhan ini bertujuan untuk
menyelesaikan masalah kesehatan yang dialami keluarga dengan menggunakan
pendekatan proses keperawatan, yaitu sebagai berikut (Suprajitno, 2004):
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan langkah wal pelaksanaan asuhan keperawatan, agar
diperoleh data pengkajian yang akurat dan sesuai dengan keadaan keluarga. Data
yang diperoleh dari pengkajian
a. Berkaitan dengan keluarga
1) Data demografi dan sosiokultural
2) Data lingkungan
3) Struktur dan fungsi keluarga
4) Stress dan koping keluarga yang digunakan keluarga
5) Perkembangan keluarga

b. Berkaitan dengan individu sebagai anggota keluarga


1) Fisik
2) Mental
3) Emosi
4) Sosio
5) Spiritual

Adapun tujuan pengkajian menurut Suprjitno (2004) yang berkaitan dengan


tugas keluarga dibidang kesehatan, yaitu :
a. Mengetahui Kemampuan keluarga untuk mengenal masalah kesehatan. Hal
ini yang perlu dikaji adalah sejauh mana keluarga mengetahui fakta dari

25
masalah kesehatan, meliputi pengertian, tanda dan gejala, factor penyebab
dan factor yang mempengaruhi serta persepsi keluarga terhadap masalah
kesehatan terutama yang dialami anggota keluarga.
b. Mengetahui kemampuan keluarga dalam mengambil keputusan mengenai
tindakan kesehatan yang tepat, perlu dikaji tentang :
1) Kemampuan keluarga memahami sifat dan luasnya masalah.
2) Apakah masalah kesehatan dirasakan oleh keluarga?
3) Apakah keluarga merasa menyerah terhadap masalah yang dialami?
4) Apakah keluarga merasa takut terhadap akibat dari masalah kesehatan
yang dialami anggota keluarga?
5) Apakah keluarga mempunyai sikap yang tidak mendukung (negative)
terhadap upaya kesehatan yang dapat dilakukan pada anggota keluarga?
6) Apakah kelarga mempunyai kemampuan untuk menjangkau fasilitas
pelayanan kesehatan?
7) Apakah keluarga mempunyai kepercayaan terhadap tenaga kesehatan?
8) Apakah keluarga telah memperoleh informasi tentang kesehatan yang
tepat untuk melakukan tindakan dalam rangka mengatasi masalah
kesehatan?

c. Untuk mengetahui sejauh mana kemampuan keluarga kemampuan keluarga


merawat anggota keluarga yang sakit, perlu dikaji tentang :
1) Pengetahuan keluarga tentang penyakit yang dialami anggota keluarga
(sifat, penyebaran, komplikasi, kemungkinan setelahtindakan, dan cara
perawatannya)
2) Pemahaman keluarga tentang perawatan yang perlu dilakuakan anggota
keluarga
3) Pengetahuan keluarga tentang peralatan, cara, dan fasilitas untuk merawat
anggota keluarga yang mempunyai masalah kesehatan.
4) Pengetahuan keluarga tentang sumber yang dimiliki keluarga (anggota
keluarga yang mampu dan dapat bertanggung jawab, sumber
keuangan/financial, fasilitas fisik, dukungan psikososial).

26
5) Bagaimana sikap keluarga terhadap anggota keluarga yang sakit atau
membutuhkan bantuan kesehatan.

d. Untuk mengetahui kemampuan keluarga memelihara/memodifikasi


lingkungan rumah sehat yang seha, perlu dikaji tentang :
1) Pengetahuan keluarga tentang sumber yang dimiliki oleh keluarga
disekitar lingkungan rumah.
2) Kemampuan keluarga melihat keuntungan dan manfaat pemeliharaan
lingkungan.
3) Pengetahuan keluarga tentang pentingnya dan sikap keluarga terhadap
sanitasi lingkungan yang higenis sesuai syarat kesehatan
4) Pengetahuan keluarga tentang upaya pencegahan penyakit yang dapat
dilakukan keluarga
5) Kebersamaan anggota keluarga untuk meningkatkan dan memelihara
lingkungan rumah yang menunjang kesehatan keluarga.

e. Untuk mengetahui kemampuan keluarga menggunakan fasilitas pelayanan


kesehatan di masyaraka, perlu dikaji tentang:
1) Pengetahuan keluarga tentang keberadaan fasilitas pelayanan keshatan
yang dapat dijangkau keluarga.
2) Pemahaman keluarga tentang keuntungan yang dapat diperoleh dari
fasilitas kesehatan.
3) Tingkat kepercayaan keluarga terhadap fasilitas dan petugas keshatan
melayani.
4) Apakah keluarga mempunyai pengalaman yang kurang menyenangkan
tentang fasilitas dan petugas kesehatan yang melayani?
5) Apakah keluarga dapat menjangkau fasilitas kesehatan dan bila tidak dapat
apakah penyebabnya?

Dari pengkajian Asuhan Keperawatan Keluarga di atas maka diagnosa


keperawatan keluarga yang mungkin muncul pada kasus Diabetes Mellitus adalah
(Mubarak, 2012) :

27
a. Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah DM yang terjadi pada
keluarga berhubungan dengan kurangnya pengetahuan keluarga tentang
arti, tanda atau gejala penyakit Diabetes Mellitus.
b. Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan yang tepat untuk
mengatasi penyakit Diabetes Mellitus berhubungan dengan keluarga tidak
memahami mengenai sifat, berat dan luasnya masalah Diabetes Melitus.
c. Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga dengan Diabetes
Mellitus berhubungan dengan kurangnya pengetahuan keluarga tentang
cara pencegahan dan perawatan Diabetes Mellitus.
d. Ketidakmampuan keluarga dalam memelihara atau memodifikasi
lingkungan yang dapat mempengaruhi penyakit Diabetes Mellitus
berhubungan dengan kurangnya pemahaman keluarga tentang pengaruh
lingkungan terhadap faktor pencetus Diabetes Melitus.
e. Ketidakmampuan keluarga menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan
guna perawatan dan pengobatan DM berhubungan dengan sikap keluarga
yang kurang tepat terhadap pelayanan atau petugas kesehatan atau
kurangnya pengetahuan keluarga tentang pentingnya segera datang ke
tempat pelayanan kesehatan untuk pengobatan penyakit Diabetes Mellitus.

2. Menentukan Diagnosa Keperawatan


Sebelum menentukan diagnoasa keperawatan tentu harus menyusun
prioritas masalah dengan menggunakan proses skoring seperti pada tabel 2.5
berikut.
Proses skoring menggunakan skala yang telah dirumuskan oleh Balion dan
Maglaya, 1978.
No Kriteria Nilai Bobot
1. Sifat masalah :
·       Tidak/kurang sehat 3
·       Ancaman kesehatan 2 1
·       Krisis 1
2. Kemungkinan masalah dapat
diubah
·       Dengan mudah 2

28
·       Hanya sebagian 1 2
·       Tidak dapat 0
3. Potensi masalah untuk diubah
·       Tinggi 3
·       Cukup 2 1
·       Rendah 1
4. Menonjolnya masalah
• Masalah berat harus ditangani 2
• Masalah yang tidak perlu 1 1
segera ditangani
• Masalah tidak dirasakan 0

Skoring
1) Tentukan skor untuk setiap kriteria
2) Skor dibagi dengan angka tertinggi dan kalikan dengan bobot
skor
× bobot
angka tertinggi
3) Jumlahkan skor untuk semua kriteria
4) Skor tertinggi adalah 5 dan sama untuk seluruh bobot

3. Membuat Perencanaan
Menurut Suprajitno (2004) perencanaan keperawatan mencakup tujuan
umum dan khusus yang didasarkan pada masalah yang dilengkapi dengan criteria
dan standar yang mengacu pada penyebab. Selanjutnya merumuskan tindakan
keperawatan yang berorientasi pada criteria dan standar.
Perencanaan yang dapat dilakukan pada Asuhan keperawatan keluarga
dengan Diabetes Melitus ini adalah sebagai berikut (Mubarak, 2012):

29
No Diagnosa Sasaran dan tujuan Kriteria dan standart intervensi
.
1. Ketidak mampuan Sasaran Kriteria 1. Jelaskan arti penyakit Diabetse
keluarga mengenal Setelah tindakan keperawatan keluarga dapat menjelaskan secara Melitus.
masalah Diabetes keluarga dapat mengenal lisan tentang penyakit Diabetes 2. Diskusikan tanda-tanda dan
Melitus  yang terjadi pada danmengerti tentang penyakit Melitus penyebab penyakit Diabetes
keluarga berhubungan Diabetes Melitus. Melitus.
dengan kurangnya Standar 3. Tanyakan kembali apa yang
pengetahuan keluarga Tujuan Keluarga dapat menjelaskan telah didiskusikan.
tentang penyakit Diabetes Keluarga mengenal masalah pengertian, penyebab, tanda dan
Melitus. penyakit Diabetes Melitus gejala penyakit DM, serta
setelah dua kali kunjungan pencegahan dan pengobatan
rumah. penyakit Diabetes Melitus secara
lisan.
2. Ketidakmampuan Sasaran Kriteria    1. Diskusikan tentang akibat
keluarga mengambil Setelah tindakan keperawatan Keluarga dapat menjelaskan penyakit Diabetes Melitus.
keputusan yang tepat keluarga dapat mengetahui secara lisan dan dapat mengambil 2. Tanyakan bagaimana keputusan
untuk mengatasi penyakit akibat lebih lanjut dari tindakan yang tepat dalam keluarga untuk merawat
Diabetes Melitus Penyakit Diabetes Melitus. merawat anggota keluarga yang anggota keluarga yang
berhubungan dengan Tujuan sakit. menderita Diabetes Melitus .

30
keluarga tidak memahami Keluarga dapat mengambil
mengenai sifat, berat dan keputusan untuk merawat Standar    
luasnya masalah Diabetes anggota keluarga dengan Keluarga dapat menjelaskan
Melitus Diabetes Melitus setelah tiga dengan benar bagaimana akibat
kali kunjungan rumah. DM dan dapat mengambil
keputusan yang tepat.
3. Ketidakmampuan Sasaran    Kriteria      1. Jelaskan pada keluarga cara-cara
keluarga merawat anggota Setelah tindakan keperawatan Keluarga dapat menjelaskan pencegahan penyakit Diabetes
keluarga dengan Diabetes keluarga mampu merawat secara lisan cara pencegahan dan Melitus
Melitus berhubungan anggota keluarga yang perawatan penyakit Diabetes 2. Jelaskan pada keluarga tentang
dengan kurangnya menderita penyakit Diabetes Melitus. manfaat istirahat, diet yang tepat
pengetahuan keluarga Melitus. dan olah raga khususnya untuk
tentang cara pencegahan Standar        anggota keluarga yang menderita
dan perawatan Diabetes Tujuan        Keluarga dapat melakukan Diabetes Melitus.
Melitus. Keluarga dapat melakukan perawatan anggota keluarga yang
perawatan yang tepat menderita penyakit Diabetes
terhadap anggota keluarga Melitus secara tepat
yang menderita Diabetes
Melitus setelah tiga kali

31
kunjungan rumah.
4. Ketidakmampuan Sasaran      Kriteria      1. Ajarkan cara memodifikasi
keluarga dalam Setelah tindakan keperawatan Keluarga dapat menjelaskan lingkungan untuk mencegah dan
memelihara atau keluarga mengerti tentang secara lisan tentang pengaruh mengatasi penyakit Diabetes
memodifikasi lingkungan pengaruh lingkungan lingkungan terhadap proses Melitus misalnya :
yang dapat mempengaruhi terhadap penyakit DM. penyakit Diabetes Melitus. • Jaga lingkungan rumah agar
penyakit Diabetes Melitus bebas dari resiko kecelakaan
berhubungan dengan Tujuan        Standar      misalnya benda yang tajam.
kurangnya pemahaman Keluarga dapat memodifikasi Keluarga dapat memodifikasi • Gunakan alat pelindung bila
keluarga tentang pengaruh lingkungan yang dapat lingkungan yang dapat bekerja Misalnya sarung tangan
lingkungan terhadap menunjang penyembuhan dan mempengaruhi penyakit Diabetes • Gunakan bahan yang lembut
faktor pencetus Diabetes pencegahan setelah tiga kali Melitus .  untuk pakaian untuk
Melitus . kunjungan rumah. mengurangi terjadinya iritasi.
2. Motivasi keluarga untuk
melakukan apa yang telah
dijelaskan.
5. Ketidakmampuan Sasaran       Kriteria      Jelaskan pada keluarga ke mana
keluarga menggunakan Setelah tindakan keperawatan Keluarga dapat menjelaskan mereka dapat meminta pertolongan
fasilitas pelayanan keluarga dapat menggunakan secara lisan ke mana mereka harus untuk perawatan dan pengobatan
kesehatan guna perawatan fasilitas pelayanan kesehatan meminta pertolongan untuk Diabetes Melitus.

32
dan pengobatan DM sesuai kebutuhan.      perawatan dan pengobatan
berhubungan dengan sikap penyakit Diabetes Melitus.
keluarga yang kurang Tujuan       
tepat terhadap pelayanan Keluarga dapat menggunakan Standar    
atau petugas kesehatan tempat pelayanan kesehatan Keluarga dapat menggunakan
atau kurangnya yang tepat untuk mengatasi fasilitas pelayanan secara tepat.
pengetahuan keluarga penyakit Diabetes Melitus
tentang pentingnya segera setelah dua kali kunjungan
datang ke tempat rumah.
pelayanan kesehatan
untuk pengobatan
penyakit Diabetes Melitus

33
4.Pelaksanaan Rencana Keperawatan / Implementasi
Menurut Mubarak (2012), tahapan dimana perawat mendapatkan
kesempatan untuk membangkitkan minat keluarga dalam mengadakan perbaikan
kearah perilaku hidup sehat.
Implementasi yang dilakukan pada asuhan keperawatan keluarga dengan
Diabetes Mellitus, yaitu :
1. Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah DM yang terjadi pada keluarga
berhubungan dengan kurangnya pengetahuan keluarga tentang penyakit
Diabetes Mellitus
a) Menjelaskan arti penyakit Diabetes Mellitus.
b) Mendiskusikan tanda-tanda dan penyebab penyakit Diabetes Mellitus
c) Menanyakan kembali apa yang telah didiskusikan.

2. Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan yang tepat untuk mengatasi


penyakit Diabetes Mellitus berhubungan dengan keluarga tidak memahami
mengenai sifat, berat dan luasnya masalah Diabetes Mellitus, yaitu :
a) Mendiskusikan tentang akibat penyakit Diabetes Mellitus.
b) Menanyakan bagaimana keputusan keluarga untuk merawat anggota
keluarga yang menderita Diabetes Mellitus.

3. Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga dengan Diabetes


Mellitus berhubungan dengan kurangnya pengetahuan keluarga tentang cara
pencegahan dan perawatan Diabetes Mellitus, yaitu :
a) Menjelaskan pada keluarga cara-cara pencegahan penyakit Diabetes
Mellitus.
b) Menjelaskan pada keluarga tentang manfaat istirahat, diet yang tepat dan
olah raga khususnya untuk anggota keluarga yang menderita Diabetes
Mellitus.

4. Ketidakmampuan keluarga dalam memelihara atau memodifikasi lingkungan


yang dapat mempengaruhi penyakit Diabetes Mellitus berhubungan dengan

34
kurangnya pemahaman keluarga tentang pengaruh lingkungan terhadap faktor
pencetus Diabetes Mellitus, yaitu :
a) Menjaga lingkungan rumah agar bebas dari resiko kecelakaan misalnya
benda yang tajam.
b) Menggunakan alat pelindung bila bekerja Misalnya sarung tangan.
c) Menggunakan bahan yang lembut untuk pakaian untuk mengurangi
terjadinya iritasi.
d) Memotivasi keluarga untuk melakukan apa yang telah dijelaskan.

5. Ketidakmampuan keluarga menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan guna


perawatan dan pengobatan DM berhubungan dengan sikap keluarga yang
kurang tepat terhadap pelayanan atau petugas kesehatan atau kurangnya
pengetahuan keluarga tentang pentingnya segera datang ke tempat pelayanan
kesehatan untuk pengobatan penyakit Diabetes Mellitus.
a) Menjelaskan pada keluarga ke mana mereka dapat meminta pertolongan
untuk perawatan dan pengobatan Diabetes Mellitus.

5. Melaksanakan Evaluasi
Sesuai dengan rencana tindakan yang diberikan, tahap penilaian dilakukan
untuk melihat keberhasilannya. Bila tidak/belum berhasil maka perlu disusun
rencana baru yang sesuai (Mubarak, 2012).
Evaluasi yang diharapkan pada asuhan keperawatan keluarga dengan
Diabetes Mellitus adalah:
a. Keluarga dapat menjelaskan secara lisan tentang penyakit Diabetes Mellitus.
b. Keluarga dapat mengambil keputusan untuk merawat anggota keluarga
dengan Diabetes Mellitus.
c. Keluarga dapat melakukan perawatan yang tepat terhadap anggota keluarga
yang menderita Diabetes Mellitus.
d. Keluarga dapat memodifikasi lingkungan yang dapat menunjang
penyembuhan dan pencegahan.
e. Keluarga dapat menggunakan tempat pelayanan kesehatan yang tepat untuk
mengatasi penyakit Diabetes Melitus

35
D. Kasus Asuhan Keperawatan Keluarga Diabetes Melitus

Keluarga Tn. XL merupakan keluarga extended family yang terdiri dari


Tn.XL (56 thn) sebagai kepala keluarga, istrinya Ny. M (52 thn) mereka
memiliki seorang anak Tn. Zx (30 thn) menikah dengan Ny.W (30 thn) dan
memiliki satu anak yaitu Nn. Y (14 th). Mereka tinggal serumah dan tidak
memiliki riwayat penyakit menurun, namun Tn. Zx mengeluh banyak makan,
banyak minum dan banyak BAK serta berat badan menurun drastic. Setelah
dibawa kedokter ternyata beliau memiliki penyakit diabetes mellitus.

1. Pengkajian

a. Identitas/DataUmum

1) Nama Kepala Keluarga : Tn. XL

2) Alamat dan Telp : jl.indrapura

3) Pekerjaan Kepala Keluarga : petani

4) Pendidikan Kepala Keluarga : SD

5) KomposisiKeluarga :

Jenis Hubungan dengan Pendi


No Nama Umur
Kelamin KK dikan

1 TN.xl L Kepala keluarga 56 thn SD


2 Ny. M P Istri 52 thn SD
3 Tn.zx L anak 30 thn Smp
4 Ny.w P menantu 30 thn Smp
Genogram:

55 60

29 36 31 29

2 bln

Keterangan:

36
:Laki-laki. …… tinggal serumah

: Perempuan

:Laki-laki Penderita DM

b. Tipe Keluarga.
Keluarga Tn. XL termasuk keluarga extended family karena di dalam
keluarga terdapat kakek, nenek, anak, menantu, cucu, sehingga apabila anggota
keluarga tidak memiliki pengetahuan tentang penyakit yang di diderita salah satu
anggota keluarga maka hal tersebut dapat memperparah kondisi si penderita.

c. Suku Bangsa.
Tn. XL sekeluarga bersuku Jawa bangsa Indonesia.Bahasa yang digunakan
adalah bahasa Jawa dan bahasa Indonesia. Menurut Tn. Zx , tidak ada kebiasaan
anggota keluarga yang bertentangan dengan kesehatan.

d. Agama.
Tn. XL dan sekeluarga beragama Islam.Setiap anggota keluarga taat
melaksanakan sholat 5 waktu secara sendiri-sendiri di rumah atau di masjid
terdekat.Namun sejak Tn.Zx dinyatakan sakit, beliau jarang sholat karena merasa
tidak enak badan.

e. Status Sosial Ekonomi Keluarga


1. Pekerjaan Anggota Keluarga.
Tn. XL masih bekerja sebagai petani, Ny. M dan Ny. W bekerja
membantu Tn. XL sebagai petani, Tn.Zx bekerja sebagai buruh bangunan, dan Nn
Y masih sekolah.Namun sejak Tn. Zx dinyatakan sakit, Tn Zx jarang bekerja.

2. Penghasilan Anggota Keluarga.


Penghasilan rata-rata anggota keluarga Tn. ZX perbulan kurang lebih Rp.
900.000, kecuali Nn Y yang masih sekolah.
3. Pemenuhan Kebutuhan Sehari-hari.

37
Penghasilan rata-rata keluarga perbulan dianggap cukup untuk memenuhi
kebutuhan hidup sehari-hari dengan pengelolahan yang baik.

4. Tabungan atau Asuransi.


Menurut Tn.ZX keluarga belum bisa menyisihkan uangnya untuk
ditabungkan.

f. Aktivitas Rekreasi Keluarga.


Keluarga tidak pernah bepergian ke tempat pariwisata, rekreasi yang
dilakukan oleh keluarga adalah menonton TV.
1. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga.
a. Tahap perkembangan keluarga saat ini.
Keluarga Tn.XL saat ini memasuki tahap perkembangan keluarga dengan
cucu usia sekolah. Saat ini semua anggota keluarga tidak ada yang sedang sakit,
kecuali Tn,Zx yang sedang menderita penyakit Diabetes Millitus.

b. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi.


Keluarga Tn.XL belum mampu untuk memenuhi kebutuhan kesehatan
keluarga karena pengetahuan tentang kesehatan yang sangat kurang sekali dan
terbukti Tn.Zx menderita Diabetes Millitus.

2. Riwayat Kesehatan Keluarga.


a. Riwayat kesehatan sebelumnya.
Saat pengkajian tidak ada yang menderita penyakit Diabetes Millitus
b. Riwayat kesehatan masing-masing anggota keluarga saat ini.
1) Tn. XL : Keadaan sehat dan tidak pernah mengalami sakit yang serius.
2) Ny. M : Keadaan sehat dan tidak pernah mengalami sakit yang serius.
3) Tn. Zx : Satu bulan yang lalu Tn.Zx pergi ke dokter dengan keluhan
panas. Disana Tn. Zx berkonsultasi dengan dokter dan mengatakan bahwa
beliau mengalami penurunan berat badan yang cukup drastic, sering buang
air kecil, sering haus dan merasa lapar. Kemudian disana Tn.Zx
memperoleh tes gula darah. Dokter kemudian mengatakan bahwa Tn.Zx
mengidap penyakit diabetes mellitus dan disarankan untuk menjalani

38
rawat inap di rumah sakit, namun karena keterbatasan biaya, Tn. Zx
akhirnya hanya menjalani rawat jalan saja.

g. Pengkajian Lingkungan.

Teras depan
2 =Kamar

3 2 3 = Dapur dan
ruang makan
2
4 2 4 = Kamar
mandi

Rumah Tn. XL terdiri dari 3 kamar tidur, kamar mandi, dapur, dinding
rumah dari tembok dan asap rumah dari genting. Lantai rumah Tn.XL tidak
berubin melainkan hanya di plester seadanya.

h. System pendukung keluarga.


Jarak rumah Tn. XL ke puskesmas sektar 1 km serta keluarga Tn.XL
mempunyai jaminan pemeliharaan kesehatan keluarga miskin (jamkesmas).

i. Struktur Keluarga
a. Pola komunikasi keluarga.
Pola komunikasi keluarga dilakukan secara tebuka, bahasa yang dipakai
setiap hari adalah bahasa Jawa dan kadang- kadang menggunakan bahasa
Indonesia serta tidak ada hambatan dalam berkomunikasi.

b. Struktur kekuatan keluarga.


Tn. XL menggunakan haknya sebagai kepala keluarga untuk mengontrol
perilaku istri, anak, menantu, dan cucunya dengan memberikan nasehat apabila
mereka berperilaku kurang baik.Keluarga Tn. XL memusyawarahkan setiap
masalah yang terjadi yang menyangkut setiap anggota keluarga dan yang
mengambil keputusan adalah Tn. M sendiri selaku kepala keluarga.

39
c. Struktur peran.
Tn. XL selaku kepala keluarga mengatakan bahwa telah memenuhi
perannya sebagai kepala keluarga.Ny.M dan Ny. W memiliki peran sebagai ibu
rumah tangga yang mengawasi Nn Y dalam berprilaku, namun kadang-kadang
Ny. S dan Ny. W membantu Tn. M dalam bertani. Tn. Zx sendiri memiliki peran
sebagai penafkah utama, karena mengingat umur Tn. XL yang sudah tua.Namun
akhir-akhir ini Tn.Zx tidak dapat lagi bekerja seperti biasa karena keadaan beliau
yang tidak sehat.

d. Nilai atau norma keluarga.


Norma keluarga yang berkaitan dengan kesehatan adalah bila ada salah
satu anggota keluarga yang sakit periksa di puskesmas atau dokter terdekat.Dalam
kehidupan setiap hari, keluarga menjalani hidup berdasarkan tuntunan agama
Islam.

j. Fungsi Keluarga
a. Fungsi afektif.
Tn. XL mengatakan sikap dan hubungan antar anggota keluarga sangat
baik dan akrab, dimana setiap anggota keluarga saling menghargai satu sama lain.

b. Fungsi Sosialisasi.
Interaksi dalam keluarga Tn. XL sangat baik, dimana keluarga mendidik
anak-anaknya dengan disiplin, mengajarkan cara bersosialisasi dengan benar,
serta selalu mengajarkan cara perpenampilan yang rapid an sopan sesuai dengan
kaidah dalam agama Islam.

c. Fungsi perawatan kesehatan.


Keluarga Tn.XL mengatakan sedikit sekali pengetahuannya tentang
kesehatan karena pendidikan yang sampai SD atau SMP saja.Keluarga belum
mampu mengidentifikasi masalah kesehatan yang terjadi apabila salah satu
anggota keluarga sedang sakit dan keluarga belum mampu merawat anggota
keluarga dengan tepat ketika sakit.Selain itu, keluarga Tn. XL juga belum mampu
memodifikasi lingkungan yang tepat untuk menunjang kesehatan keluarga dan

40
belum mampu memanfaatkan layanan fasilitas kesehatan untuk menunjang
kesehatan keluarga.

d. Fungsi reproduksi.
Tn. XL dan Ny. M memiliki anak satu saja yaitu Tn. Zx. kemudian Tn, Zx
memiliki istri Ny. W dan memiliki anak Nn. Y, dimana keluarga cukup memiliki
anak 1 dan focus untuk membesarkan anaknya yang masih dibangku sekolah.

e. Fungsi ekonomi.
Keluarga Tn. XL dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari.

k. Stress dan Koping Keluarga


a. Stress jangka pendek dan jangka panjang.
Keluarga Tn. XL mengatakan jarang mengalami stress yang
berkepanjangan, kadang dibuat setres oleh perilaku anak dan cucu, namun hal ini
jarang terjadi.

b. Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi.


Keluarga mengatakan merasa jengkel bila melihat tingkah laku anak atau
cucunya yang tidak mendengarkan nasehatnya, namun keluarga masih tetap sabar
menanggapi hal tersebut.

c. Strategi koping yang digunakan.


Jika ada masalah yang terjadi pada setiap anggota keluarga selalu
dibicarakan secara bersama dan dimusyawarahkan dengan semua anggota untuk
memperoleh mufakat.

l. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan Fisik
Tn. Zx TTV
TD :140/100 mmHg
HR :100x/mnt
T : 36,8 OC
RR :24/mnt

41
1. Kepala
Bentuk kepala mesochepal dan simetris, rambut pendek, warna hitam,
tipis, tidak ada luka, ketombe dan bersih

2. Mata
Simetris, kunjungtiva anemis, sclera tidak ikterik, fungsi pengelihatan
masih baik, tidak

3. Mulut
Mukosa bibir kering,tidak ada stomatitis,

4. Hidung
Bentuk simetris, tidak terdapat pembesaran polip, dan indera penciuman
dalam keadaan baik

5. Telinga
Simetris, tidak ada penumpukan serumen, fungsi pendengaran baik,

6. Leher
Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada nyeri tekan

7. Paru-paru
 Inspeksi : simetris, pergerakan dada kanan dan kiri sama,
 Palpasi : vocal premitus simetris
 Perkusi :sonor
 Auskultasi:tidak terdapat suara nafas tambahan

8. Jantung
 Inspeksi : ictus cardis tidak tampak
 Palpasi : ictus cardis teraba pada intercostal ke empat dan kelima
 Perkusi :Pekak
 Auskultasi:S1 dan S2 regular

9. Ekstermitas
Kekuatan otot: 5

42
 Superior: dapat bergerak dengan baik, tidak ada oedema, akral dingin,
gerak bebas
 Inferior: dapat bergerak dengan bebas, tidak ada oedema, akral dingin

m. Harapan Keluarga
a. Pada perawat.
Keluarga berharap bisa diberikan informasi kepada mereka tentang hal-hal
yang berhubungan dengan kesehatan. Baik itu untuk kesehatan tentang penyakit
Diabetes Millitus atau pun terkait dengan cara untuk mengatur pola hidup bagi
penerita Diabetes Millitus.

b. Persepsi keluarga terhaap perawat.


Keluarga menganggap sosok perawat adalah orang yang bekerja di bidang
kesehatan serta dapat membantu jika ada masalah kesehatan yang muncul.

c. Harapan keluarga terhadap perawat berhubungan dengan masalah yang


dihadapai. Keluarga mengatakan ingin mendapatkan berbagai informasi
mengenai kesehatan demi menjaga kesehatan seluruh anggota
keluarganya.

2. Analisa Data

DATA FOKUS PROBLEM ETIOLOGI SYMTOM


DS: Tn Zx Ketidakseimbangan Ketdakmampuan Metabolism
mengatakan Nutrisi kurang dari untuk dalam tubuh
mengalami kebutuhan tubuh memasukkan sudah mulai
penurunan BB dari makan atau terganggu
66 kg ke 60 tn.Zx mencerna
sering mengatakan makanan Faktor
sering mersa ekonomi yang
haus,lapar dan rendah
sering BAK
DO: TTV
TD:140/100mmHg

43
, HR: 100x/mnt,
RR:24x/mnt, T:
36,8 OC, BB:
60kg, GDA:
Hb: 7,8 g/Dl
DS: Tn Zx Defesiensi Kurangnya Merasa binung
mengatakan tidak pengetahuan pengetahuan dengan
mengetahui berhubungan keadaanya/cem
mengenai dengan tidak as
penyakitnya serta mengertinya
cara untuk tentang penyakit
mengobati tersebut ditandai
penyakitnya dengan cemas.
DO: Tn Zx dirawat
dirumah oleh
keluarga, dan tidak
memperoleh
pengobatan
apapun, karena
keterbatasan biaya
dan kurang
pengetahuan
tentang bahaya
penyakit yang
dideritanya

3. Diagnosa keperawatan
1. ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
2. defesiensi pengetahuan Defesiensi pengetahuan berhubungan dengan tidak
mengertinya tentang penyakit tersebut ditandai dengan cemas.

4. Intervensi keperawatan

44
1) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
Berhubungan dengan tidak mampu memasukkan dan mencerna makanan
karena faktor ekonomi ditandai dengan pasien mengalmi penurunan nafsu
makan, BB 20% atau lebih diawah ideal, pasien tampak kurus.
Tujuan: setelah diberikan keperawatan selama x24 jam diharapkan
kebutuhan nutrisi klien terpenuhi secara adekuat dengan criteria hasil:
 Mempertahankan BB dalam batas normal
 Klien mampu menghabiskan ½ porsi makanan yang dissediakan
 Klien mengalami peningkatan nafsu makan
Intervensi:
1. kaji pemenuhan kebutuhan nutrisi klien
Rasional: mengetahui kekurangan nutrisi klien
2. ukur tinggi badan dan berat badan klien
Rasional:membantu dalam mengidentfiksi malnutrisi protein-kalori
khususnya bila berat badan kurang dari normal
3. beri nutrisi yang cukup
4. ajarkan pasien dan keluarga dalam memilih makanan yang sesuai dengan
kebutuhan
5. anjurkan diet terhadap pasien

2) Defesiensi pengetahuan
Kurang pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan kognitif,
pemahaman terhadap informasi mengenai gangguan pola eliminasi yang
salah ditandai dengan pasien mengtajkan bahwa psien tidak mengetahui
tentang apa yang terjadi untuk menagani kondisi atau permasalahannya.
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam pasien
menunjukkan pengetahun tentang proses penyakit. Dengan criteria hasil
 Pasien dan keluarga menyaakan telah memahami tentang penyakit
yang diderita pasien, dan bagaimana kondisi pasien saat ini
 Pasien dan keluarga mampu mlaksanakan prosedur pelaksanaannya
yang telah dijelaskan oleh tenaga kesehatan

45
 Pasien dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang telah
dijelaskan oleh tenaga kesehatan.
Intervensi:
1. kaji tingkat pegetahuan pasien dan keluarga
2. jelaskan patofisiologi dari penyakit
3. gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul pada penyakit sesuai
penyakitnya
4. diskusikan pilihan terapi
5. sediakan informasi pasien tentang kondisina dengan cara yang tepat.

5. Implementasi dan Evaluasi

Diagnosa keperawatan Implementasi Evaluasi

Ketidakseimbangan 1.mengakji pemenuhan S: Tn zx mengatakan BB


nutrisi kurang dari nutrisi pasien tentang apa sudah tidak mengalmi
kebutuhan saja makanan yang penurunan yang dratis
selama ini dikomsumsi serta gula darah
2.mengukur TB dan BB terkontrol
badan pasin yang saat ini O: pasien mampu
BB nya masih 60 kg memnuhi nutrisinya yang
3.memenuhi nutrisi baik dan data melakukan
pasien dengan diet
mengajarkan untuk A: masalah
memenuhi nutrisi tidak ketidakseimbangan
perlu yang mahal dan nutrisi kurang dari
sulit di cari tetapi dapat kebutuhan belum
dengan harga yang sepenuhnya teratasi
murah dan mudah lanjutkan intervensi
didapat. P: ajarkan pasien untuk
terus melakukan diet
pasien serta menjaga
makanan yang harus

46
dikomsumsi.
Anjurkan pasien untuk
terus mengontrol BB nya
Hentikan intervensi

Defesiensi pengetahuan 1.mengkaji pengetahuan S: keluarga dan pasien


berhubungan dengan pasien dan keluarga Tn.Zx sudah mengerti
tidak mengertinya tentang acra merawat tentang makanan yang
tentang penyakit penyakit diabetes melitus harus dihindari pada
tersebut ditandai dengan 2.memberikan penyakit diabetes
cemas. pendisikan kesehatan mellitus
tentang makanan yang O: pasien dan keluarga
harus dihindari dan terapi Tn. Zx bisa menjelaskan
yang harus dijalani pada kembali tentang apa yang
penyakit diabetes saja yang harus
3.memberikan penjelasan diperhatikan dari
dari perjalanan dan tanda makanan yang boleh
gejala penyakit diabetes maupun tidak boleh dan
mengerti akan tanda dan
gejala dari diabetes serta
mampu memutuskan
terapi apa yang akan
dilakukan.
A: masalah kurangnya
pengetahuan teratasi
P: menyediakan
informasi jika pasien dan
keluarga membutuhkan
informasi.
Hentikan intervensi

47
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Diabetes mellitus merupakan suatu penyakit ketika kadar glukosa (glukosa
sederhana) dalam darah tinggi karena tubuh tidak mampu melepaskan insulin
secara cukup.Menurut WHO, Indonesia menepati urutan ke – 4 terbesar dalam
jumlah penderita diabetes mellitus di dunia. Tahun 2000 saja terdapat sekitar 5,6
juta penduduk Indonesia yang mengidap diabetes.
Diabetes mellitus diklasifikasikan secara umum menjadi 2 yaitu tipe 1 yang
disebabkan karena faktor keturunan dimana penderita tidak mampu menghasilkan
insulin dalam tubuhnya. Dan tipe 2 yang dikarenakan gaya hidup yang mana
tubuh terlalu banyak mengandung gula.
Tanda dan gejalanya adalah secara umum adalah penderita biasanya banyak
kencing, banyak minum dan banyak makan.
Dalam mengatasi masalah ini peran keluarga sangat diperlukan karena
keluarga juga memiliki tugas dalam pemeliharaan kesehatan para anggota
sehingga memahami masalah kesehatan anggotanya antara satu dengan lainya
sehingga mampu memberi dampak positif salah satunya dengan merawat dan
mencari pelayanan kesehatan untuk kesehatan yang sempurna.

B. Saran
Diabetes mellitus penyakit yang diam – diam sangat memberikan
pengaruh besar pada penderita hingga keluarganya yang dapat
menyebabkan kematian. Maka dari itu diharapkan perawat mampu
memberikan asuhan keperawatan keluarga yang tepat sesuai dengan
kebutuhan tubuh pasien dan keluarganya. Serta kepada setiap anggota
keluarga diharapkan mampu memahami dan mengerti setiap anggota
keluarganya untuk dapat menciptakan keluarga yang sehat dan wellness.
Dan bagi mahasiswa keperawatan diharapkan mampu mempelajari dan
memahami kebutuhan pasien dan keluarganya yang menderita
diabetemellitus.

48
DAFTAR PUSTAKA

Ernawati, 2013. Penatalaksanaan Keperawatan Diabetes Melitus Terpadu,


Mitra Wacana Media, Jakarta.
Fauzi, Isma, 2014. Buku Pintar Deteksi Dini Gejala, dan Pengobatan Asam
Urat, Diabetes Melitus dan Hipertensi, ARASKA, Jakarta.
Gusti ADP, Salvari, 2013. Asuhan Keperawatan Keluarga, TIM, Jakarta.
Hidayat, Aziz Alimul, 2011, Pengantar Konsep Dasar Keperawatan, Salemba
Medika, Jakarta.
Mubarak, Wahid iqbal, dkk, 2011. Ilmu Pengantar Komunitas Pengantar dan
Teori Buku 1, Salemba Medika, Jakarta.
Mubarak, Wahid iqbal dkk, 2012. Ilmu Pengantar Komunitas Pengantar dan
Teori Buku 2, Salemba Medika, Jakarta.
Notoatmodjo, Soekidjo, 2010. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi, Rineka
Cipta, Jakarta.
Notoatmodjo, Soekidjo, 2011. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Rineka
Cipta, Jakarta.
Nurarif, amin huda dkk, 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis dan NANDA NIC-NOC. Media Action, Jakarta.
Profil Puskesmas Periuk Jaya, 2013 dan 2014
Suprajitno, 2004. Asuhan Keperawatan Keluarga, EGC, Jakarta.
Waspadji dan sukardji, 2004. Pedoman Diet Diabetes Melitus, FKUI, Jakarta. 

49

Anda mungkin juga menyukai