Anda di halaman 1dari 42

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

“Pada Penyakit Diabetes Militus”

DISUSUN
OLEH :
INDAH PRNAMASARI BASMI

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


STIKES KURNIA JAYA PERSADA PALOPO
TAHUN AJARAN 2019/2020

i
KATAPENGANTAR

Assalamualaikum wr wb. Rasa syukur yang dalam saya sampaikan ke


hadiran Tuhan Yang Maha Pemurah karena berkat kemurahan-Nya tugas
dengan judul “ Askep Keperawatan Keluarga pada anak usia remaja ” ini dapat
saya selesaikan sesuai yang diharapkan.
Saya menyadari, bahwa proses penulisan makalah ini masih jauh dari
kata sempurna baik materi maupun cara penulisannya. Namun demikian, saya
telah berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki sehingga
dapat selesai dengan baik dan oleh karenanya, saya dengan rendah hati dan dengan
tangan terbuka menerima masukan, saran dan usulan guna penyempurnaan
makalah ini di kemudian hari, jika ada kurang dan lebihnya saya mohon maaf.

3
DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR...................................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................................... ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .......................................................................................1
B. Tujuan.....................................................................................................2
C. Rumusan Masalah .................................................................................2
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Pengertian Keluarga ...............................................................................3
B. Struktur Keluarga ..................................................................................4
C. Macam-macam Perkembangan Keluarga..............................................5
D. Peran Keluarga ......................................................................................7
E. Fungsi Keluarga.....................................................................................8
F. Tahapan perkembangan keluarga ...........................................................9
G. perawatan kesehatan keluarga...............................................................11
H. Tugas keluarga dalam bidang kesehatan...............................................11
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA (Diabetes Militus)
A. Pengkajian...........................................................................................20
B. Diagnosa .............................................................................................21
BAB IV
TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian perawatan keluarga.............................................................23
B. Perkembangan perawatan keluarga.......................................................23
C. Pengkajian lingkungan ..........................................................................24
D. Struktur keluarga...................................................................................24
E. Fungsi keluarga .....................................................................................25
F. Tugas perawatan keluarga.....................................................................26

4
G. Stress dan koping keluarga....................................................................27
H. Pemeriksaan fisik ..................................................................................27
I. Harapan keluarga ..................................................................................29
J. Analisa data...........................................................................................29
K. Diagnosa keperawatan keluarga............................................................30
L. Evaluasi .................................................................................................35
PENUTUP
A. Kesimpulan ...........................................................................................36
B. Saran.....................................................................................................36
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................38

5
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Diabetes mellitus saat ini bukan hanya menyerang orang dewasa saja, tetapi
sudah menyerang anak – anak dan remaja. Ironisnya lagi, diabetes mellitus pada
anak sulit dideteksi sejak dini bahkan sejak bayi sekalipun.
Menurut dokter spesialis anak dari RS Gading Pluit Jakarta Luszy Arijanti,
tidak ada tanda – tanda khusus dari bayi yang dapat membuktikan bahwa seorang
anak nantinya akan menderita diabetes mellitus. Biasanya anak akan ketahuan
menderita diabetes mellitus pada usia 7 tahun keatas.
Diabetes mellitus pada anak dapat pula menyebabkan kematian dan dapat
mengganggu proses tumbuh kembangnya. Anak yang terkena diabetes mellitus
hendaknya menjalani terapi insulin daripada mengkonsumsi obat – obatan. Anak
yang menderita diabetes ini juga perlu dijaga pola makannya dan olahraga secara
teratur. Luszy mengakui anak – anak memang agak sulit untuk diatur pola
makannya apalagi sekarang ini kehadiran makanan cepat saji sangat digemari oleh
anak – anak. Di sinilah perlu peran orang tua, keluarga dan guru dalam membantu
anak untuk bisa memperhatikan pola makan yang baik.
Secara umum di dunia terdapat 15 kasus. 100.000 individu pertahun yang
menderita diabetes mellitus tipe I. Tiga dari 1000 anak akan menderita IDDM pada
umur 20 tahun nantinya. Insiden DM tipe I pada anak – anak di dunia tentunya
berbeda. Terdapat 61 kasus per 100.000 anak di Cina, hingga 41 kasus per 100.000
anak di Firlandia. Angka ini sangat bervariasi, terutama tergantung pada lingkungan
tempat tinggal. Ada kecenderungan semakin jauh di khatulistiwa, angka
kejadiannya akan semakin tinggi. Meski belum ditemukan angka kejadian
IDDM di Indonesia, namun angkanya cenderung lebih rendah disbanding di
Negara – Negara Eropa.

1
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang tentang kasus diabetes mellitus di atas maka dirumuskan suatu
rumusan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana melakukan pengkajian keperawatan pada pasien dengan gangguan
diabetes mellitus.
2. Bagaimana menegakan diagnosa keperawatan pada pasien dengan gangguan diabetes
mellitus.
3. Bagaimana menentukan intervensi yang tepat sesuai dengan diagnosa pada pasien
dengan gangguan diabetes mellitus
4. Bagaimana mengimplementasikan intervensi keperawatan yang sudah disusun sesuai
dengan diagnosa pada pasien dengan gangguan diabetes mellitus.
5. Bagaimana melakukan evaluasi akhir asuhan keperawatan pada pasien dengan
gangguan diabetes mellitus.
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk memberikan Asuhan Keperawatan keluarga pada Ny. S dengan Diabetes
Mellitus
2. Tujuan Khusus
a. Mampu memahami Asuhan Keperawatan keluarga pada Ny. S dengan Diabetes
Mellitus
b. Mampu melakukan pengkajian keperawatan keluarga pada Ny. S dengan Diabetes
Mellitus
c. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan keluarga pada Ny. P dengan Diabetes
Mellitus

2
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian Keluarga
Menurut beberapa ahli pengertian keluarga yaitu
1. Duvall dan Logan (1986). Keluarga adalah sekumpulan orang dengan ikatan
perkawinan, kelahiran, dan adopsi yang bertujuan untuk menciptakan,
mempertahankan budaya, dan meningkatkan perkembangan fisik, mental,
emosional, serta sosial dari tiap anggota keluarga.
2. Balion dan Maglaya (1978). Keluarga adalah dua atau lebih individu yang hidup
dalam satu rumah tangga karena adanya hubungan darah, perkawinan, atau adopsi.
Mereka saling berinteraksi satu dengan yang lain, mempunyai peran masing –
masing dan menciptakan serta mempertahankan suatu budaya
3. Friedman (1998). Keluarga adalah dua atau lebih individu yang tergabung karena
ikatan tertentu untuk saling membagi pengalaman dan melakukan pendekatan
emosional, serta mengidentifikasi diri mereka sebagai bagian dari keluarga.
Dapat disimpulkan bahwa karakteristik keluarga adalah:
1. Terdiri dari dua atau lebih individu yang diikat oleh perkawinan atau adopsi
2. Anggota keluarga biasanya hidup bersama atau jika terpisah mereka tetap
memperhatikan satu sama lain
3. Anggota keluarga berinteraksi satu sama lain dan masing – masing mempunyai
peran sosial : suami, istri, anak, kakak dan adik
4. Mempunyai tujuan : menciptakan dan mempertahankan budaya, meningkatkan
perkembangan fisik, psikologis, dan sosial anggota

3
B. Struktur Keluarga
1. Dominsi struktur keluarga
a. Dominasi jalur hubungan darah
1) Patrilineal : keluarga yang dihubungkan atau disusun melalui jalur garis ayah.
Suku – suku di Indonesia rata – rata menggunakan struktur keluarga patrilineal.
2) Matrilineal : keluarga yang dihubungkan atau disusun melalui jalur garis ibu.
Suku padang salah satu suku yang menggunakan struktur keluarga matrilineal.
b. Dominasi pengambilan tempat tinggal
1) Patrilokal : keberadaan tempat tinggal satu keluarga yang tinggal dengan keluarga
sedarah dari pihak suami.
2) Matrilokal : keberadaan tempat tinggal satu keluarga yang tinggal dengan
keluarga sedarah dari pihak istri
c. Dominasi pengambilan keputusan
1) Patriakal : dominasi pengambilan keputusan ada pada pihak suami
2) Matriakal : dominasi pengambilan keputusan ada pada pihak istri
2. Ciri – ciri struktur keluarga
a. Terorganisasi : saling berhubungan, saling ketergantungan antara anggota keluarga
b. Ada keterbatasan : setiap anggota memiliki kebebasan tetapi mereka juga
mempunyai keterbatasan dalam menjalankan fungsi dan tugasnya masing – masing.
c. Ada perbedaan dan kekhususan : setiap anggota keluarga mempunyai peranan dan
fungsinya masing – masing
3. Ciri – ciri keluarga Indonesia
a. Suami sebagai pengambil keputusan
b. Merupakan suatu kesatuan yang utuh
c. Berbentuk monogram
d. Bertanggung jawab
e. Pengambil keputusan
f. Meneruskan nilai – nilai budaya bangsa
g. Ikatan kekeluargaan sangat erat
h. Mempunyai semangat gotong royong

4
4. Elemen struktur keluarga
a. Struktur peran keluarga : menggambarkan peran masing – masing anggota keluarga
baik di dalam keluarganya sendiri maupun peran dilingkungan masyarakat
b. Nilai atau norma keluarga : menggambarkan nilai dan norma yang dipelajari dan
diyakini dalam keluarga.
c. Pola komunikasi keluarga : menggambarkan bagaimana cara pola komunikasi
diantara orang tua, orang tua dan anak, diantara anggota keluarga ataupun dalam
keluarga.
d. Struktur kekuatan keluarga : menggambarkan kemampuan anggota keluarga untuk
mengendalikan atau mempengaruhi orang lain dalam perubahan perilaku ke arah
positif.

C. Macam – macam struktur / tipe / bentuk keluarga


1. Tradisional
a. The nuclear family (keluarga inti) : keluarga yang terdiri dari suami, istri dan anak
b. The dyad family : keluarga yang terdiri dari suami dan istri (tanpa anak) yang hidup
bersama dalam satu rumah
c. Keluarga usila: keluarga yang terdiri dari suami istri yang sudah tua dengan anak
sudah memisahkan diri
d. The childress family : keluarga tanpa anak karena terlambat menikah dan untuk
mendapatkan anak terlambat waktunya, yang disebabkan karena mengejar karir
atau pendidikan yang terjadi pada wanita
e. The extended family (keluarga luas/ besar) : keluarga yang terdiri dari tiga generasi
yang hidup bersama dalam satu rumah seperti nuclear family disertai : paman, tante,
orang tua (kakek – nenek), keponakan, dll
f. The single parent family (keluarga duda/ janda) : keluarga yang terdiri dari satu
orang tua (ayah dan ibu) dengan anak, hal ini biasanya melalui proses perceraian,
kematian dan ditinggalkan (menyalahi hokum pernikahan)
g. Communter family : kedua orang tuanya bekerja di kota yang berbeda, tetapi salah
satu kota tersebut sebagai tempat tinggal dan orang tua yang bekerja diluar kota
bisa berkumpul pada anggota keluarga pada saat akhir pecan (week – end)

5
h. Multigenerational family : keluarga dengan beberapa generasi atau kelompok umur
yang tinggal bersama dalam satu rumah.
i. Kin – network family : beberapa keluarga inti yang tinggal dalam satu rumah atau
saling berdekatan dan saling menggunakan barang – barang dan pelayanan yang
sama. Misalnya : dapur, kamar mandi, televise, telepon,dll.
j. Blended family : keluarga yang dibentuk oleh duda atau janda yang menikah kembali
dan membesarkan anak dari perkawinan sebelumnya
k. The single adult / living alone / single-adult family : keluarga yang terdiri dari orang
dewasa yang hidup sendiri karena pilihannya atau perpisahan (separasi), seperti
perceraian atau ditinggal mati.
2. Non – Tradisional
a. The unmarried teenage mother : keluarga yang terdiri dari orang tua (terutama ibu)
dengan anak dari hubungan tanpa nikah
b. The strepparent family : keluarga dengan orang tua tiri
c. Commune family : beberapa pasangan keluarga (dengan anaknya) yang tidak ada
hubungan saudara, yang hidup bersama dalam satu rumah, sumber dan fasilitas
yang sama, pengalaman yang sama, sosialisasi anak dengan melalui aktivitas
kelompok/ membesarkan anak bersama’
d. The nonmorital heterosexual cohabiting family : keluarga yang hidup bersama
berganti – ganti pasangan tanpa melalui pernikahan
e. Gay and lesbian families : seseorang yang mempunyai persamaan sex hidup
bersama sebagaimana pasangan suami-istri (marital partners)
f. Cohabitating couple : orang dewasa yang hidup bersama diluar ikatan perkawinan
karena beberapa alasan tertentu
g. Group marriage family : beberapa orang dewasa yang menggunakan alat – alat
rumah tangga bersama, yang merasa telah saling menikah satu dengan yang lainnya,
berbagi sesuatu, termasuk sexual dan membesarkan anaknya.
h. Group network family : keluarga inti yang dibatasi oleh set aturan/ nilai – nilai, hidup
berdekatan satu sama lain dan saling menggunakan barang – barang rumah tangga
bersama, pelayanan dan bertanggung jawab membesarkan anaknya.

6
i. Foster family : keluarga menerima anak yang tidak ada hubungan keluarga/ saudara
dalam waktu sementara, pada saat orangtua anak tersebut perlu mendapatkan
bantuan untuk menyatukan kembali keluarga yang aslinya.
j. Homeless family : keluarga yang terbentuk dan tidak mempunyai perlindungan yang
permanen karena krisis personal yang dihubungkan dengan keadaan ekonomi dan
atau problem kesehatan mental
k. Gang : sebuah bentuk keluarga yang destruktif, dari orang – orang muda yang
mencari ikatan emosional dan keluarga yang mempunyai perhatian, tetapi
berkembang dalam kekerasan dan criminal dalam kehidupannya.
D. Peranan keluarga
Peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku interpersonal, sifat,
kegiatan, yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi tertentu.
Peranan individu dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola perilaku dari
keluarga , kelompok dan masyarakat.
Berbagai peranan yang terdapat di dalam keluarga adalah sebagai berikut:
1. Peranan ayah : ayah sebagai suami dari istri, berperan sebagai pencari nafkah,
pendidik, pelindung, dan pemberi rasa aman, sebagai kepala keluarga, sebagai
anggota dari kelompok sosialnya, serta sebagai anggota masyarakat dari
lingkungannya.
2. Peranan ibu : sebagai istri dan ibu dari anak – anaknya, ibu mempunyai peranan
untuk mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik anak – anaknya,
pelindung dan sebagai salah satu kelompok dari peranan sosialnya, serta sebagai
anggota masyarakat dari lingkungannya, disamping itu juga dapat berperan sebagai
pencari nafkah tambahan dalam keluarganya.
3. Peranan anak : anak – anak melaksanakan peranan psiko – sosial sesuai dengan
tingkat perkembangannya, baik fisik, mental, sosial dan spiritual

7
E. Fungsi keluarga
1. Fungsi biologis
a. Meneruskan keturunan
b. Memelihara dan membesarkan anak
c. Memenuhi kebutuhan gizi keluarga
d. Memelihara dan merawat anggota keluarga
2. Fungsi psikologis
a. Memberikan kasih sayang dan rasa aman
b. Memberikan perhatian diantara anggota keluarga
c. Membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga
d. Memberikan identitas keluarga
3. Fungsi sosialisasi
a. Membina sosialisasi pada anak
b. Membentuk norma – norma tingkah laku sesuai dengan tingkat perkembangan
anak
c. Meneruskan nilai – nilai budaya keluarga
4. Fungsi ekonomi
a. Mencari sumber – sumber penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga
b. Pengaturan penggunaan penghasilan keluarga untuk memenuhi kebutuhan keluarga
c. Menabung untuk memenuhi kebutuhan – kebutuhan keluarga di masa yang akan
datang (pendidikan, jaminan hari tua)
5. Fungsi pendidikan
a. Menyekolahkan anak untuk memberikan pengetahuan, ketrampilan dan membentuk
perilaku anak sesuai dengan bakat dan minat yang dimilikinya
b. Mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa yang akan datang dalam memenuhi
peranannya sebagai orang dewasa
c. Mendidik anak sesuai dengan tingkat – tingkat perkembangan

8
F. Tahap – tahap kehidupan/ perkembangan keluarga
Meskipun setiap keluarga melalui tahapan perkembangannya secara unik,
namun secara umum seluruh keluarga mengikuti pola yang sama (Rodgers cit
Friedman, 1999) :
1. Pasangan baru (keluarga baru)
Keluarga baru dimulai saat masing-masing individu laki-laki dan perempuan
membentuk keluarga melalui perkawinan yang sah dan meninggalkan (psikologis)
keluarga masing-masing :
a. Membina hubungan intim yang memuaskan
b. Membina hubungan dengan keluarga lain, teman, kelompok sosial
c. Mendiskusikan rencana memiliki anak
2. Keluarga child-bearing (kelahiran anak pertama)
Keluarga yang menantikan kelahiran, dimulai dari kehamilan samapi
kelahiran anak pertama dan berlanjut damapi anak pertama berusia 30 bulan:
a. Persiapan menjadi orang tua
b. Adaptasi dengan perubahan anggota keluarga, peran, interaksi, hubungan
sexual dan kegiatan keluarga
c. Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan pasangan.
3. Keluarga dengan anak pra-sekolah
Tahap ini dimulai saat kelahiran anak pertama (2,5 bulan) dan berakhir saat anak
berusia 5 tahun :
a. Memenuhi kebutuhan anggota keluarga, seperti kebutuhan tempat tinggal,
privasi dan rasa aman
b. Membantu anak untuk bersosialisasi
c. Beradaptasi dengan anak yang baru lahir, sementara kebutuhan anak yang
lain juga harus terpenuhi
d. Mempertahankan hubungan yang sehat, baik di dalam maupun di luar
keluarga (keluarga lain dan lingkungan sekitar)
e. Pembagian waktu untuk individu, pasangan dan anak (tahap yang paling
repot)
f. Pembagian tanggung jawab anggota keluarga

9
4. Keluarga dengan anak sekolah
Tahap ini dimulai saat anak masuk sekolah pada usia enam tahun dan berakhir pada
usia 12 tahun. Umumnya keluarga sudah mencapai jumlah anggota keluarga
maksimal, sehingga keluarga sangat sibuk :
a. Membantu sosialisasi anak : tetangga, sekolah dan lingkungan
b. Mempertahankan keintiman pasangan
c. Memenuhi kebutuhan dan biaya kehidupan yang semakin meningkat, termasuk
kebutuhan untuk meningkatkan kesehatan anggota keluarga.
5. Keluarga dengan anak remaja
Dimulai pada saat anak pertama berusia 13 tahun dan biasanya berakhir sampai 6-
7 tahun kemudian, yaitu pada saat anak meninggalkan rumah orangtuanya. Tujuan
keluarga ini adalah melepas anak remaja dan memberi tanggung jawab serta
kebebasan yang lebih besar untuk mempersiapkan diri menjadi lebih dewasa :
a. Memberikan kebebasan yang seimbang dengan tanggung jawab, mengingat
remaja sudah bertambah dewasa dan meningkat otonominya
b. Mempertahankan hubungan yang intim dalam keluarga
c. Mempertahankan komunikasi terbuka antara anak dan orangtua. Hindari
perdebatan, kecurigaan dan permusuhan
d. Perubahan sistem peran dan peraturan untuk tumbuh kembang keluarga
7. Keluarga usia pertengahan
Tahap ini dimulai pada saat anak yang terakhir meninggalkan rumah dan berakhir
saat pensiun atau salah satu pasangan meninggal
a. Mempertahankan kesehatan
b. Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan teman sebaya dan anak-
anak
c. Meningkatkan keakraban pasangan
8. Keluarga usia lanjut
Tahap terakhir perkembangan keluarga ini dimulai pada saat salah satu pasangan
pensiun, berlanjut saat salah satu pasangan meninggal damapi keduanya meninggal
:
a. Mempertahankan suasana rumah yang menyenangkan

10
b. Adaptasi dengan peruabahan kehilangan pasangan, teman, kekuatan fisik dan
pendapatan
c. Mempertahankan keakraban suami istri dan saling merawat
d. Mempertahankan hubungan dengan anak dan sosial masyarakat
e. Melakukan life review (merenungkan hidupnya).
G. Perawatan Kesehatan Keluarga
Perawatan kesehatan keluarga adalah tingkat perawatan kesehatan masyarakat yang
ditujukan atau dipusatkan pada keluarga sebagai unit atau kesatuan yang dirawat,
dengan sehat sebagai tujuan melalui perawatan sebagai saran/penyalur. Alasan
Keluarga sebagai Unit Pelayanan :
1. Keluarga sebagai unit utama masyarakat dan merupakan lembaga yang menyangkut
kehidupan masyarakat
2. Keluarga sebagai suatu kelompok dapat menimbulkan, mencegah, mengabaikan
atau memperbaiki masalah-masalah kesehatan dalam kelompoknya
3. Masalah-masalah kesehatan dalam keluarga saling berkaitan, dan apabila salah satu
angota keluarga mempunyai masalah kesehatan akan berpengaruh terhadap anggota
keluarga lainnya
4. Dalam memelihara kesehatan anggota keluarga sebagai individu (pasien), keluarga
tetap berperan sebagai pengambil keputusan dalam memelihara kesehatan para
anggotanya
5. Keluarga merupakan perantara yang efektif dan mudah untuk berbagai upaya
kesehatan masyarakat.

H. Tugas-tugas Keluarga dalam Bidang Kesehatan


Dikaitkan dengan kemampuan keluarga dalam melaksanakan 5 tugas keluarga di
bidang kesehatan yaitu :
1. Mengenal masalah kesehatan keluarga
Kesehatan merupakan kebutuhan keluarga yang tidak boleh diabaikan
karena tanpa kesehatan segala sesuatu tidak akan berarti dan karena kesehatanlah
kadang seluruh kekuatan sumber daya dan dana keluarga habis. Ketidaksanggupan
keluarga dalam mengenal masalah kesehatan pada keluarga salah satunya

11
disebabkan oleh kurangnya pengetahuan. Kurangnya pengetahuan keluarga tentang
pengertian, tanda dan gejala, perawatan dan pencegahan TBC.
2. Memutuskan tindakan kesehatan yang tepat bagi keluarga
Tugas ini merupakan upaya keluarga yang utama untuk mencari
pertolongan yang tepat sesuai dengan keadaan keluarga, dengan pertimbangkan
siapa diantara keluarga yang mempunyai kemampuan memutuskan menentukan
tindakan keluarga. Tindakan kesehatan yang dilakukan oleh keluarga diharapkan
tepat agar masalah kesehatan dapat dikurangi bahkan teratasi. Ketidaksanggupan
keluarga mengambil keputusan dalam melakukan tindakan yang tepat, disebabkan
karena keluarga tidak memahami mengenai sifat, berat dan luasnya masalah serta
tidak merasakan menonjolnya masalah.
3. Merawat keluarga yang mengalami gangguan kesehatan.
Keluarga dapat mengambil tindakan yang tepat dan benar, tetapi keluarga
memiliki keterbatasan. Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang
sakit dikarenakan tidak mengetahui cara perawatan pada penyakitnya. Jika
demikian, anggota keluarga yang mengalami gangguan kesehatan perlu
memperoleh tindakan lanjutan atau perawatan dapat dilakukan di institusi
pelayanan kesehatan.
4. Memodifikasi lingkungan keluarga untuk menjamin kesehatan keluarga
Pemeliharaan lingkungan yang baik akan meningkatkan kesehatan
keluarga dan membantu penyembuhan. Ketidakmampuan keluarga dalam
memodifikasi lingkungan bisa di sebabkan karena terbatasnya sumber-sumber
keluarga diantaranya keuangan, kondisi fisik rumah yang tidak memenuhi syarat.
5. Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan di sekitarnya bagi keluarga
Kemampuan keluarga dalam memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan
akan membantu anggota keluarga yang sakit memperoleh pertolongan dan
mendapat perawatan segera agar masalah teratasi.

12
I. Peran Perawat Keluarga
1. Pendidik
Perawat perlu memberikan pendidikan kesehatan kepada keluarga agar :
a. Keluarga dapat melakukan program asuhan kesehatan keluarga secara mandiri
b. Bertanggung jawab terhadap masalah kesehatan keluarga
2. Koordinator
Diperlukan pada perawatan berkelanjutan agar pelayanan yang komprehensif
dapat tercapai. Koordinasi juga sangat diperlukan untuk mengatur program
kegiatan atau terapi dari berbagai disiplin ilmu agar tidak terjadi tumpang tindih
dan pengulangan.
3. Pelaksana
Perawat yang bekerja dengan klien dan keluarga baik di rumah, klinik
maupun di rumah sakit bertanggung jawab dalam memberikan perawatan langsung.
Kontak pertama perawat kepada keluarga melalui anggota keluarga yang sakit.
Perawat dapat mendemonstrasikan kepada keluarga asuhan keperawatan yang
diberikan dengan harapan keluarga nanti dapat melakukan asuhan langsung kepada
anggota keluarga yang sakit.
4. Pengawas kesehatan
Sebagai pengawas kesehatan, perawat harus melakukan home visite atau
kunjungan rumah yang teratur untuk mengidentifikasi atau melakukan pengkajian
tentang kesehatan keluarga.
5. Konsultan
Perawat sebagai narasumber bagi keluarga di dalam mengatasi masalah
kesehatan. Agar keluarga mau meminta nasehat kepada perawat, maka hubungan
perawat-keluarga harus dibina dengan baik, perawat harus bersikap terbuka dan
dapat dipercaya.
6. Kolaborasi
Perawat komunitas juga harus bekerja dama dengan pelayanan rumah sakit
atau anggota tim kesehatan yang lain untuk mencapai tahap kesehatan keluarga
yang optimal.

13
II. Diabetes Mellitus
A. Definisi
Diabetes mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai
oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia. Pada Diabetes
Mellitus kemampuan tubuh untuk bereaksi terhadap insulin dapat menurun atau
pancreas dapat menghentikan sama sekali produksi insulin
Diabetes mellitus adalah gangguan metabolism yang ditandai dengan
hiiperglikemia yang berhubungan dengan abnormalitas metabolism karbohidrat,
lemak, dan protein yang disebabkan oleh penurunan sekresi insulin atau aktivitas
insulin atau keduanya dan menyebabkan komplikasi kronis mikrovaskuler, dan
neuropati.
B. Etiologi
1. Diabetes Mellitus tipe I (IDDM/ Insulin Dependent Diabetes Mellitus)
a. Faktor genetic/ herediter
Peningkatakan kerentanan sel – sel beta dan perkembangan antibody autoimun
terhadap penghancuran sel – sel beta.
b. Faktor infeksi virus
Infeksi virus coxsakie pada individu yang peka secara genetic
c. Faktor imunologi
Respon autoimun abnormal yaitu antibody menyerang jaringan normal yang
dianggap jaringan asing
2. Diabetes Mellitus tipe II (NIDDM)
a. Obesitas. Obesitas menurukan jumlah reseptor insulin dari sel target diseluruh
tubuh, insulin yang tersedia menjadi kurang efektif dalam meningkatan efek
metabolic.
b. Usia. Cenderung meningkat diatas usia 65 tahun
c. Riwayat keluarga
d. Kelompok etnik
3. Diabetes Mellitus Malnutrisi
Kekurangan protein kronik menyebabkan hipofungsi pancreas
4. Diabetes Mellitus tipe lain
a. Penyakit pancreas

14
b. Penyakit hormonal
c. Obat – obatan : aloxan, streptozokin, derivate thiazide
C. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis Diabetes Mellitus dikaitkan dengan konsekuensi metabolic
defisiensi insulin
1. Kadar glukosa puasa tidak normal
2. Hiperglikemia berat berakibat glukosaria yang akan menjadi dieresis osmotic yang
meningkatkan pengeluaran urin (poliuria) dan timbul rasa haus (polidipsia)
3. Rasa lapar yang semakin besar (polifagia), berat badan berkurang
4. Lelah dan mengantuk
5. Gejala lain yang dikeluhkan adalah kesemutan, gatal, mata gatal, mata kabur,
impotensi, peruritas vulva
D. Klasifikasi
1. Klasifikasi klinis
a. Diabetes Mellitus
1) Tipe I : IDDM
Disebabkan oleh destruksi sel beta pulau langerhans akibat proses autoimun
2) Tipe II : NIDDM
Disebabkan oleh kegagalan relative sel beta dan resistensi insulin. Resistensi insulin
adalah turunya kemampuan insulin untuk merangsang pengambilan glukosa oleh
jaringan perifer dan untuk menghambat produksi glukosa oleh hati :
a) Tipe II dengan obesitas
b) Tipe II tanpa obesitas
b. Gangguan toleransi glukosa
c. Diabetes kehamilan
2. Klasifikasi resiko statistic
a. Sebelumnya pernah menderita kelainan toleransi glukosa
b. Berpotensi menderita kelainan glukosa

15
E. Patofisiologi
Diabetes tipe I. pada diabetes tipe I terdapat ketidakmampuan untuk
menghasilkan insulin karena sel – sel beta pancreas telah dihancurkan oleh proses
autoimun. Hiperglikemia puasa terjadi akibat produksi glukosa yang tidak terukur
oleh hati. Disamping itu glukosa yang berasal dari makanan dapat disimpan dalam
hati meskipun tetap berada dalam darah dan menimbulkan hiperglikemia
posprandial (sesudah makan)
Jika konsentrasi glukosa dalam darah cukup tinggi maka ginjal tidak dapat
menyerap kembali semua glukosa yang tersaring keluar, akibtanya glukosa tersebut
muncul dalam urin (glukosaria). Ketika glukosa yang berlebihan dieksresikan ke
dalam urin, ekskresi ini akan disertai pengeluaran cairan dan elektrolit yang
berlebihan. Keadaan ini dinamakan dieresis osmotic. Sebagai akibat dari dari
kehilangan cairan berlebihan. Pasien akan mengalami peningkatan dalam berkemih
(poliuria) dan rasa haus (polidipsia)
Defisiensi insulin juga akan mengganggu metabolism protein dan lemak
yang menyebabkan penurunan berat badan. Pasien dapat mengalami peningkatan
selera makan (polifagia), akibat menurunnya simpanan kalori. Gejala lainnya
mencakup kelelahan dan kelemahan. Dalam keadaan normal insulin mengendalikan
glikogenolisis (pemecahan glukosa yang disimpan) dan glukoneogenesis
(pembentukkan glukosa baru dari asam – asam amino dan substansi lain). Namun
pada penderita defisiensi insulin, proses ini akan terjadi tanpa hambatan dan lebih
lanjut akan turut menimbulkan hiperglikemia. Disamping itu akan terjadi
pemecahan lemak yang mengakibatkan peningkatan produksi badan keton
merupakan asam yang mengganggu keseimbangan asam basa tubuh apabila
jumlahnya berlebihan.
Ketoasidosis yang diakibatkannya dapat menyebabkan tanda – tanda dan
gejala seperti nyeri abdomen, mual, muntah, hiperventilasi, nafas berbau aseton dan
bila tidak ditangani akan menimbulkan perubahan kesadaran, koma bahkan
kematian. Pemberian insulin bersama cairan dan elektrolit sesuai kebutuhan akan
memperbaiki dengan cepat kelainan metabolic tersebut dan mengatasi gejala
hiperglikemia serta ketoasidosis. Diet dan latihan disertai pemantauan kadar gula
darah yang sering merupakan komponen terapi yang penting.

16
Diabetes tipe II. Pada diabetes tipe II terdapat 2 masalah utama yang
berhubungan insulin yaitu resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin.
Normalnya insulin akan terikat dengan reseptor khusus pada permukaan sel sebagai
akibat terikatnya insulin dengan reseptor tersebut.
Terjadi suatu rangkaian reaksi dalam metabolism glukosa di dalam sel.
Resistensi insulin pada diabetes tipe II disertai dengan penurunan reaksi intrasel
ini. Dengan demikian insulin menjadi tidak efektif untuk menstimulasi
pengambilan glukosa oleh jaringan.
Untuk mengatasi resistensi insulin dan untuk mencegah terbentuknya
glukosa dalam darah, harus terdapat peningkatan jumlah insulin yang disekresikan.
Pada penderita toleransi glukosa akan dipertahankan pada tingkat yang normal atau
sedikit meningkat. Namun demikian, jika sel – sel beta tidak mampu mengimbangi
peningkatan kebutuhan akan insulin, maka kadar glukosa akan meningkat dan
terjadi diabetes tipe II. Meskipun terjadi gangguan sekresi insulin yang merupakan
cirri khas diabetes mellitus tipe II, namun masih terdapat insulin dengan jumlah
yang adekuat untuk mencegah pemecahan lemak dan produksi badan keton yang
menyertainya. Karena itu ketoasidosis diabetic tidak terjadi pada diabetes tipe II.
Meskipun demikian, diabetes tipe II yang tidak terkontrol dapat menimbulkan
masalah akut lainnya yang dinamakan sindrom nonketoik (HHNK)
Diabetes tipe II paling sering terjadi pada penderita diabetes yang berusia
lebih dari 30 tahun dan obesitas. Akibat intolerasi glukosa yang berlangsung lambat
(selama bertahun – tahun) dan progresif, maka awitan diabetes tipe II dapat berjalan
tanpa terdeteksi. Jika gejalanya dialami pasien, gejala tersebut sering bersifat ringan
dan dapat mencakup kelelahan, iritabilitas, poliuria, polidipsi, luka pada kulit yang
laa sembuh, infeksi vagina/pandangan yang kabur (jika kadar glukosanya sangat
tinggi).

17
G. Data Penunjang
1. Glukosa darah : gula darah puasa > 130 ml/dl, tes toleransi glukosa > 200mg/dl, 2
jam setelah pemberian glukosa
2. Aseton plasma (keton) positif secara mandiri
3. Asam lemak bebas : kadar lipid dan kolesterol meningkat
4. Osmolalitas serum : meningkat tapi biasanya < 330 mosm/l
5. Elektrolit : Na mungkin normal, meningkat atau menurun, K normal atau
peningkatan semu selanjutnya akan menurun, fosfor sering menurun
6. Gas darah arteri : menunjukkkan pH rendah dan penurunan HCO3
7. Trombosit darah : Ht meningkat (dehidrasi), leukositosis dan hemokonsentrasi
merupakan respon terhadap stress atau infeksi
8. Ureum atau kreatinin : mungkin meningkat atau normal
9. Insulin darah : mungkin menurun atau tidak ada (Tipe I) atau normal sampai tinggi
(tipe II)
10. Urine : gula dan aseton positif
11. Kultur dan sensitivitas : kemungkin adanya ISK, infeksi pernapasan dan infeksi
luka

H. Komplikasi
1. Komplikasi akut
a. Hipoglikemia
b. Sindrom Hiperglikemia Hiperosmolar non ketotik
c. Ketoasidosis Diabetic
2. Komplikasi kronik
Umumnya terjadi 10 – 15 tahun setelah awitan :
a. Mikrovaskular (penyakit pembuluh darah kecil), mengenai mata (retinopati) dan
ginjal (nefropati). Control kadar glukosa darah untuk memperlambat atau menunda
awitan baik komplikasi mikrovaskular maupun makrovaskular
b. Makrovaskular (penyakit pembuluh darah besar), mengenai sirkulasi koroner,
vascular perifer, dan vascular serebral
c. Penyakit neuropati, mengenai saraf sensorik motorik dan autonomi serta menunjang
masalah seperti impotensi dan ulkus pada kaki

18
d. Rentan infeksi, seperti tuberculosis paru dan infeksi saluran kemih
e. Ulkus/gangrene/kaki diabetic
I. Penatalaksanaan
1. Medis
Ada lima komponen dalam penatalaksaan Diabetes Mellitus yaitu :
a. Diet
1) Memperbaiki kesehatan umum penderita
2) Mengarahkan pada berat badan normal
3) Menekan dan menunda timbulnya penyakit angiopati diabetic
4) Memberikan modifikasi diit sesuai dengan keadaan penderita
5) Menarik dan mudah diberikan
Prinsip diet Diabetes Mellitus yaitu :
1) Jumlah sesuai kebutuhan
2) Jadwal diit ketat
3) Jenis : boleh dimakan atau tidak
b. Latihan
Beberapa kegunaan latihan teratur setiap hari bagi penderita Diabetes Mellitus,
adalah :
1) Meningkatkan kepekaan insulin, apabila dikerjakan setiap 1 jam sesudah makan,
berarti pula mengurangi insulin resisten pada penderita dengan kegemukan atau
menambah jumlah reseptor insulin dan meningkatkan sensivitas insulin dengan
reseptornya
2) Mencegah kegemukan bila ditambah latihan pagi dan sore
3) Memperbaiki aliran perifer dan menambah suplai oksigen
4) Meningkatkan kadar kolesterol (total) dan trigliserida dalam darah karena
pembakaran asam lemak menjadi lebih baik
c. Penyuluhan
d. Obat
1) Obat OAD (Oral Anti Diabetes)/ obat hipoglikemik oral (OHO)
2) Insulin
e. Cangkok pancreas

19
BAB III
Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian
1. Data umum
Data umum keluarga meliputi nama kepala keluarga, alamat, pekerjaan dan
pendidikan kepala keluarga, komposisi dan tipe keluarga, suku bangsa, agama,
status sosial ekonomi dan aktivitas rekreasi.
2. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga
a. Tahap perkembangan keluarga saat ini : Tahap perkembangan keluarga
ditentukan dengan anak tertua dari keluarga ini.
b. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi : Menjelaskan mengenai
tugas yang belum terpenuhi serta kendala mengapa tugas perkembangan tersbut
belum terpenuhi.
c. Riwayat keluarga inti : Menjelaskan mengenai riwayat kesehatan keluarga inti.
d. Riwayat keluarga sebelumnya : Menjelaskan mengenai riwayat kesehatan pada
keluarga dari pihak suami dan istri.
3. Pengkajian lingkungan
Pengkajian lingkungan meliputi karakteristik rumah, tetangga dan komunitas RW,
mobilitas geografis keluarga, perkumpulan dan interaksi dengan masyarakat dan
sistem pendukung keluarga.
4. Struktur keluarga
Struktur keluarga meliputi pola komunikasi keluarga, struktur kekuatan keluarga,
struktur peran dan nilai atau norma keluarga.
5. Fungsi keluarga
a. Fungsi efektif: Bagaimana kehangatan tercipta pada anggota keluarga dan bagaimana
keluarga mengembangkan sikap saling menghargai.
b. Fungsi sosialisasi : Bagaimana interaksi atau hubungan dalam keluarga, sejauhmana
anggota keluarga belajar disiplin, norma, budaya dan perilaku.
c. Fungsi perawatan kesehatan, menjelaskan sejauh mana keluarga menyediakan
makanan, pakaian, perlindungan serta merawat anggota keluarga yang sakit.
d. Fungsi reproduksi : Hal yang perlu dikaji adalah berapa jumlah anak, metode apa
yang digunakan keluarga dalam upaya mengendalikan jumlah anak.

20
e. Fungsi ekonomi : Sejauh mana keluarga memenuhi kebutuhan sandang, pangan dan
papan, serta sejauh mana keluarga memanfaatkan sumber yang ada untuk
peningkatan status kesehatan keluarga.
6. Stress dan kopping keluarga
Stress dan kopping keluarga meliputi stressor jangka pendek dan panjang,
kemampuan keluarga berespon terhadap stressor, strategi koping yang digunakan
dan strategi adaptasi disfungsional.
7. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan pada semua anggota keluarga.

B. Diagnosa dan Intervensi


1. Resiko cedera
Tujuan umum : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama … kali kunjungan,
diharapkan keluarga dapat mengetahui tentang resiko cedera pada Diabetes
Mellitus
Tujuan khusus :
a. Mengetahui tentang resiko cedera
b. Mengetahui cara menghindari resiko cedera pada penderita diabetes mellitus
Intervensi :
a. Kaji aktivitas keluarga yang menyebabkan resiko cedera
b. Berikan informasi atau penyuluhan kesehatan pada keluarga mengenai resiko cedera
c. Diskusikaan bersama keluarga mengenai aktivitas untuk mencegah resiko cedera
2. Resiko terjadinya komplikasi
Tujuan umum : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama … kali kunjungan,
diharapkan resiko komplikasi diabetes dapat di cegah atau di control
Tujuan khusus :
a. Mengerti tentang komplikasi diabetes mellitus
b. Mengerti tanda dan gejala terjadinya komplikasi diabetes mellitus
Intervensi :
a. Kaji komplikasi diabetes mellitus yang ada
b. Berikan informasi atau penyuluhan kesehatan tentang komplikasi diabetes mellitus
dan perawatan pada diabetes mellitus

21
c. Evaluasi cara – cara perawatan yang baik
d. Libatkan keluarga terdekat untuk memberikan support
3. Ketidakefektifan pemeliharan keluarga
Tujuan umum : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama … kali kunjungan,
diharapkan risiko komplikasi diabetes dapat di cegah atau di control
Tujuan khusus :
a. Memahami diit diabetes mellitus
b. Mengetahui makanan yang boleh dikonsumsi
Intervensi :
a. Kaji pengetahuan keluarga tentang diit dan senam kaki diabetes mellitus.
b. Berikan informasi atau penyuluhan kesehatan kepada keluarga mengenai diit dan
senam kaki diabetes mellitus.
c. Diskusikan bersama keluarga mengenai diit dan senam kaki diabetes mellitus.
d. Motivasi keluarga untuk menjalankan diit dan senam kaki diabetes mellitus.

22
BAB IV TINJAUAN
KASUS

A. Pengkajian Keperawatan Keluarga


Dari pengkajian ditemukan data umum nama Kepala Keluarga adalah
Ny. P yang berumur 67 tahun (Mamah saya) , pendidikan terakhir tidak tamat
Sekolah Dasar (SD) dan bekerja IRT, sedangkan nama anaknya adalah Sdr. S yang
berumur 13 tahun dan belum bekerja. Ny. P tinggal serumah dengan anaknya yaitu
di RT 04 RW II Desa Karang Rena. Ny. P merupakan anak pertama dari empat
bersaudara sedangkan almarhum Tn. Y anak pertama dari sepuluh bersaudara.
Almarhum Tn. Y dan Ny. P menikah dan mempunyai 15 anak yaitu 6 anak
perempuan, 9 anak laki – laki. Namun 4 anak laki – lakinya telah meninggal dunia.
Anak dari Ny. P yang masing – masing sudah berkeluarga dan mempunyai rumah
sendiri dan hanya tinggal Sdr. S yang masih tinggal dirumah serta belum memiliki
keluarga sendiri.
Tipe keluarga Ny. P adalah keluarga dengan lansia dan Single parent,
karena dalam keluarga terdapat seseorang yang sudah lansia dan Ny. P yang sudah
ditinggalkan suaminya karena meninggal dunia empat tahun yang lalu. Keluarga
Ny. P bersuku jawa dan mengggunakan bahasa jawa serta bahasa indonesia untuk
berkomunikasi sehari – hari. Semua anggota keluarga Ny. P adalah islam. Ny. P
bekerja sebagai petani dan pendapatan perbulan yang didapatkan keluarga Ny.
P adalah < 1 juta. Setiap hari keluarga Ny.P untuk memenuhi kebutuhan akan
rekreasi dan hiburan biasanya menonton TV.
B. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga
Keluarga Ny.P terdiri dari Ny. P ibu saya yang berusia 67 tahun dan Sdr.
S yang berusia 38 tahun. Maka keluarga Ny. P berada pada tahap perkembangan
keluarga dengan usia lanjut ( Lansia ). Secara umum tidak ada masalah dalam tahap
pekembangan keluarga saat ini. Ny. P mempunyai riwayat penyakit diabetes
mellitus sejak tahun 2003 dan memiliki riwayat penyakit hipertensi, Ny. P pernah
berobat jalan di RS, di praktikan dokter spesialis serta berobat diklinik klinik
terdekat hasil pemeriksaan rutin gula darah didapatkan hasil GDP 117gr/dl pada
bulan desember tahun 2014 dan tampak kaki kanan Ny P bengkak dan kaku jika

23
digerakkan. Apabila anggota keluarga ada yang sakit segera berobat ke klinik atau
perugas kesehatan. Orang tua Ny. P mempunyai riwayat penyakit diabetes mellitus
dan hipertensi. Selain itu juga tidak mempunyai penyakit menular misal TBC,
Hepatitis, Jantung, Asma, dll.
C. Pengkajian Lingkungan
Tipe rumah permanen dengan komposisi 1 ruang tamu, 5 kamar tidur, 2
kamar mandi, memiliki 19 jendela dan lantainya keramik.
Lingkungan bersih dan tempat tinggal Ny. P berdekatan dengan rumah
tetangga dan tetangga yang disekitar rumah ramah – ramah. Penduduk setempat
mempunyai kesepakatan apabila ada tamu yang menginap harus lapor pada Rt, Rw
atau pengurus desa setempat dan apabila ada warga baru juga harus melapor.
Komunikasi dengan tetangga sekitar rumah tidak ada masalah. Keluarga Ny.
P adalah orang asli karangrena dan tinggal diwilayah tersebut sejak menikah
sampai sekarang dan tidak pernah berpindah tempat. Setiap harinya keluarga Ny.
P selalu menyisihkan waktu untuk berkumpul. Keluarga Ny. P berinteraksi dengan
baik dengan masyarakat sekitar.
Anggota keluarga Ny. P saling menyayangi satu sama lain. Keluarga Ny.
P memiliki fasilitas kesehatan meliputi sarana MCK, tempat tidur yang nyaman,
sumber air yang bersih dan motor sebagai sarana pengantar ketempat pelayanan
kesehatan, dukungan psikologi dan spiritual keluarga terjalin dengan baik.
D. Struktur Keluarga
Untuk berkomunikasi antar keluarga dan masyarakat, keluarga Ny.
P menggunakan bahasa indonesia. Ny. P selalu memberi nasehat kepada anak –
anaknya tentang bagaimana cara berperilaku yang baik, sopan santun, tata krama,
cara menjaga hubungan yang baik dengan orang lain.
Ny. P sebagai kepala keluarga, pengambil keputusan dan penasehat bagi
keluarganya.
Ny. P
Peran informal : Sebagai kepala keluarga, Ibu Rumah Tangga dan ibu saya
Peran formal : Sebagai perawat
Sdr. S
Peran informal : Sebagai anak.

24
Peran formal : menjalankan perintah orang tua
Nilai dan norma keluarga adalah apabila ada salah satu anggota keluarga
yang sakit, maka anggota keluarga lainnya segera memberi pertolongan pertama.
Jika tidak kunjung sembuh dibawa ketempat pelayanan kesehatan seperti praktek
medis, puskesmas atau RS. Keluarga Ny. P menerapkan aturan sesuai ajaran islam
dan menerapkan hidup bersih.
E. Fungsi Keluarga
Anggota keluarga yang tinggal dalam rumah itu saling mendukung, saling
menyayangi, mencintai dan memiliki. Setiap permasalahan dibicarakan bersama –
sama dan terkadang melibatkan anak – anaknya. Anak Ny. P diajarkan untuk dapat
menjadi anak yang berbakti kepada orang tuanya. Interaksi antar anggota keluarga
terjalin dengan baik. Semua anggota keluarga memiliki kesadaran arti pentingnya
disiplin dalam melakukan fungsi dan tugasnya masing – masing. Semua perilaku
anggota keluarga sesuai dengan norma dan budaya yang ada.
Fungsi perawatan keluarga
a. Kemampuan keluarga mengenal masalah kesehatan
Keluarga mengetahui tentang masalah kesehatan, khususnya pada penyakit
diabetes mellitus tetapi mengenai tanda gejala, penyebab dan cara merawat anggota
keluarga yang sakit belum begitu mengerti.
b. Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan
1) Keluarga hanya mengerti sedikit tentang kesehatan pada anggota keluarganya.
2) Keluarga berusaha agar penyakitnya tidak kambuh dan agar tidak lebih parah.
3) Keluarga selalu menanggapi setiap masalah kesehatan secara positif.
4) Keluarga kurang medapat informasi terhadap segala tindakan untuk mengatasi
masalah kesehatan dalam keluarga.
c. Kemampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit
1) Pengetahuan keluarga tentang komplikasi penyakit terbatas.
2) Pengetahuan keluarga tentang makanan yang baik di konsumsi pada penderita
diabetes mellitus terbatas.
3) Jika ada keluarga yang sakit, keluarga menyerahkan sepenuhnya kepada tenaga
kesehatan dan tetap berusaha untuk merawatnya secara optimal.

25
4) Keluarga memberikan perhatian dan support yang penuh agar dapat membantu
proses penyembuhan.
d. Kemampuan keluarga memelihara lingkungan rumah yang sehat
1) Keluarga menyadari bahwa dengan menciptakan lingkungan yang bersih dapat
mencegah penyebaran berbagai macam jenis penyakit.
2) Keluarga, khususnya kepala keluarga mampu mengarahkan kepada setiap
anggota keluarga untuk senantiasa menjaga kesehatan karena dengan menjaga
kesehatan kita akan mampu mencegah segala macam penyakit.
e. Kemampuan keluarga menggunakan fasilitas atau pelayanan kesehatan dimasyarakat
Keluarga mengetahui dengan jelas tentang segala fasilitas – fasilitas kesehatan yang
ada disekitarnya. Selain itu mereka juga mengetahui keuntungan – keuntungan yang
didapat dari fasilitas yang ada karena mereka sangat mempercayai tenaga kesehatan
yang bertugas dibuktikan bahwa bila ada anggota keluarga yang sakit pasti
langsung dibawa ketenaga kesehatan.
Ny. P dan mempunyai 4 orang anak, yaitu 2 perempuan dan laki laki . Ny.
P sudah menopause dan tidak KB.
Keluarga Ny. P mampu memenuhi kebutuhan sandang, pangan dan papan dari
pendapatan yang diterima perbulannya dari gaji pensiunan suaminya yang telah
meninggal. Keluarga mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada disekitar
rumahnya.
F. Tugas Perawatan Keluarga
Keluarga mengetahui masalah keluarga. Keluarga hanya mengerti sedikit
tentang kesehatan pada anggota keluarganya. Tapi keluarga tetap berusaha agar
penyakitnya tidak semakin parah. Pengetahuan keluarga Ny. P tentang penyakit
terbatas. Jika ada keluarga yang sakit, keluarga menyerahkan sepenuhnya kepada
tenaga kesehatan dan tetap berusaha untuk merawatnya secara optimal. Keluarga
Ny. P menyadari bahwa dengan menciptakan lingkungan yang bersih dapat
mencegah penyebaran berbagai macam penyakit. Keluarga Ny. P mengetahui
dengan jelas tentang segala fasilitas kesehatan yang ada disekitarnya.

26
G. Stress dan Koping Keluarga
1. Stressor jangka pendek dan jangka panjang
a. Stressor jangka pendek : Keluarga khawatir dengan Ny. P yang masih sakit
diabetes mellitus .
b. Stressor jangka panjang : Memikirkan keadaan dimasa tuanya.
Ny. P memberikan respon stressor yang ada dengan berdiskusi dengan anak
– anaknya, berpasrah kepada tuhan YME. Setiap ada masalah keluarga selalu
mendiskusikan dengan anggota keluarga lainnya untuk mencari solusi terbaik.
Setiap kali keluarga menghadapi masalah selalu diselasaikan dengan berunding
serta tidak pernah mengkambing hitamkan salah satu anggota keluarga setiap kali
ada masalahyang melanda keluarga mereka.
H. Pemeriksaan Fisik
No. Pemeriksaan Fisik Ny. P Ny. S
Kepala Simetris, bentuk kepala Simetris, bentuk kepala
mesocepal, rambut mesocepal, rambut
beruban cepak dan hitam
Leher Leher tidak ada Leher tidak ada
peningkatan tekanan peningkatan tekanan
vena jugularis dan arteri vena jugularis dan arteri
carotis, tidak teraba carotis, tidak teraba
adanya pembesaran adanya pembesaran
kelenjar tiroid kelenjar tiroid
Mata Konjungtiva tidak Konjungtiva tidak
anemis, tidak ada anemis, tidak ada
katarak, penglihatan katarak, penglihatan
sedikit tidak jelas masih jelas
Telinga Simetris, kurang jelas Simetris, masih jelas
dalam indera dalam indera
pendengaran, serumen di pendengaran, serumen di
dalam telinga dalam dalam telinga dalam
batas normal batas normal

27
Hidung Simetris, tidak ada polip, Simetris, tidak ada polip,
indera penciuman masih indera penciuman masih
berfungsi dengan baik, berfungsi dengan baik,
bernafas tidak bernafas tidak
menggunakan cuping menggunakan cuping
hidung hidung
Dada Paru – paru Paru – paru
Inspeksi : dada kanan Inspeksi : dada kanan
dan kiri simetris saat dan kiri simetris saat
bernafas bernafas
Palpasi : vocal vermitus Palpasi : vocal vermitus
bagian kanan dan kiri bagian kanan dan kiri
simetris simetris
Auskultasi : suara Auskultasi : suara
vesikuler tidak ada suara vesikuler tidak ada suara
tambahan seperti tambahan seperti
wheezing dan ronkhi wheezing dan ronkhi
Jantung Jantung
Inspeksi : tidak tampak Inspeksi : tidak tampak
adanya ictus cordis adanya ictus cordis
Palpasi : tidak teraba Palpasi : tidak teraba
ictus cordis ictus cordis
Auskultasi : BJ I dan BJ Auskultasi : BJ I dan BJ
II II
Abdomen Inspeksi : tidak ada Inspeksi : tidak ada
pembesaran perut pembesaran perut
berlebihan, simetris berlebihan, simetris
Palpasi : tidak ada nyeri Palpasi : tidak ada nyeri
tekan di bagian abdomen tekan di bagian abdomen
Auskultasi : peristaltic Auskultasi : peristaltic
usus 18 kali permenit usus 16 kali permenit

28
Tanda – tanda vital Tekanan darah : 150/90 Tekanan darah : 140/90
mmHg, suhu : 365C, nadi mmHg, suhu : 369C, nadi
: 80 kali permenit, : 80 kali permenit,
respirasi : 20 kali respirasi : 20 kali
permenit permenit
Genitalia Tidak ada keluhan Tidak ada keluhan
. Mulut Tidak terdapat Tidak terdapat
stomatitis, mukosa stomatitis, mukosa
lembab, indera lembab, indera
pengecapan masih pengecapan masih
berfungsi dengan baik berfungsi dengan baik

I. Harapan Keluarga
Keluarga Ny. P berpendapat bahwa masalah – masalah yang ada harus segera dapat
diatasi. Keluarga Ny. P berharap masalah – masalah yang ada dapat diatasi dan akan
berjalan dengan lancar, terutama penyakit diabetes mellitus yang diderita Ny.
P dapat di control dengan pola makan dan olahraga.
J. Analisa Data
Nama Klien : Ny. S
Masalah : Diabetes Mellits
No Kelompok Data Etiologi Problem
1. Ds :Keluarga Ny. S Ketidakmampuan Resiko
mengatakan tidak paham keluarga terjadinya
tentang komplikasi penyakit mengenal komplikasi
diabetes mellitus. masalah pada diabetes mellitus
Do : komplikasi
Kaki Ny. S tampak bengkak di diabetes mellitus
sebelah kanan
Keluarga Ny. S selalu bertanya
tentang kakinya yang
bengkak.
DP bulan desember 117 gr/dl

29
2. Ds : Ketidakmampuan Ketidakefektifan
Keluarga Ny. P mengatakan keluarga merawat pemeliharaan
tidak tahu tentang cara anggota keluarga keluarga pada
membuat obat tradisional dengan Diabetes keluarga
Diabetes Mellitus Mellitus
Keluarga Ny. P mengatakan
tidak tahu tentang makanan
apa saja yang yang harus
dihindari.
Keluarga Ny. P mengatakan
belum hafal gerakkan senam
kaki diabetes mellitus
Do : Keluarga Ny. P terlihat
bingung

K. Diagnosa Keperawatan Keluarga


1. Resiko terjadinya komplikasi diabetes mellitus pada Ny. P berhubungan dengan
Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah pada komplikasi diabetes mellitus.
2. Ketidakefektifan pemeliharaan keluarga pada keluarga Ny. P khususnya Ny.
P sendiri b.d ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga dengan Diabetes
Mellitus.
Skala Untuk Menentukan Prioritas Asuhan Keperawatan Keluarga
1. Resiko terjadinya komplikasi diabetes mellitus pada Ny. P berhubungan dengan
Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah pada komplikasi diabetes mellitus.
No Kriteria Skor Bobot Perhitungan Pembenaran
1 Sifat masalah : Keluarga belum
Keadaan mengetahui
sejahtera tentang
1 x1=
komplikasi
penyakit diabetes
mellitus

30
2 Kemungkinan Sumber daya
masalah dapat di kesehatan ada,
ubah : 2 2 x2=2 materi tentang
Mudah penyakit diabetes
mellitus ada
3 Potensial masalah Masalah sudah
untuk di cegah : 1 x1= lama terajadi
Cukup
4 Menonjolnya Keluarga ingin
masalah : tahu tentang
Ada masalah x1= komplikasi
tetapi tidak perlu 1 penyakit diabetes
di tangani mellitus

Jumlah 3

2. Ketidakefektifan pemeliharaan keluarga pada keluarga Ny. P khususnya Ny.


P sendiri b.d ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga dengan diabetes
mellitus.
No Kriteria Skor Bobot Perhitungan Pembenaran
1 Sifat masalah : Keluarga belum
Ancaman mengetahui cara
kesehatan merawat
anggota
1 x1=
keluarga dengan
diabetes
mellitus

31
2 Kemungkinan Sumber daya
masalah dapat di kesehatan ada,
ubah : meteri tentang
1 2 x2=1
Sebagian cara merawat
diabetes
mellitus ada
3 Potensial masalah Masalah sudah
untuk di cegah : 1 x1= lama terajadi
Cukup
4 Menonjolnya 1 x1= Keluarga
masalah : menginginkan
Ada masalah di ajari cara
tetapi tidak perlu di merawat /
tangani penanganan
pada masalah ini

Jumlah

L. Diagnosa prioritas berdasarkan skala prioritas


1. Resiko terjadinya komplikasi diabetes mellitus pada Ny. P berhubungan dengan
Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah pada komplikasi diabetes mellitus.
2. Ketidakefektifan pemeliharaan keluarga pada keluarga Ny. P khususnya Ny.
P sendiri b.d ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga dengan Diabetes
Mellitus.
M. Intervensi
Nama anggota keluaraga yang sakit (ibu saya) : Ny . P
Diagnosa keperawatan keluarga I
Resiko terjadinya komplikasi diabetes mellitus pada Ny. P berhubungan dengan
Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah pada komplikasi diabetes
mellitus Tujuan :
Tujuan Umum : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama satu kali
kunjungan, diharapkan resiko komplikasi diabetes dapat di cegah atau di control.
Tujuan Khusus :

32
1. Mengerti tentang komplikasi Diabetes Mellitus
2. Mengerti tanda dan gejala terjadinya komplikasi pada Diabetes Mellitus
Intervensi :
1. Kaji komplikasi diabetes mellitus yang ada
2. Berikan informasi atau penyuluhan kesehatan tentang komplikasi diabetes mellitus
dan perawatan pada diabetes mellitus
3. Evaluasi cara – cara perawatan yang baik
4. Libatkan keluarga terdekat untuk memberikan support
Diagnosa keperawatan keluarga 2
Ketidakefektifan pemeliharaan keluarga pada keluarga Ny. P khususnya Ny.
P sendiri b.d ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga dengan diabetes
mellitus.
Tujuan :
Tujuan Umum :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 kali kunjungan, diaharapkan
keluarga dapat melakukan perawatan diabetes mellitus untuk mencegah
kembalinnya gula darah naik kembali.
Tujuan Khusus :
1. Mengerti tentang makanan yang harus dihindari.
2. Dapat merawat anggota keluarga yang menderita diabetes mellitus
Intervensi Keperawatan
1. Kaji pengetahuan keluarga tentang cara merawat dan makanan yang tidak boleh
dimakan pada penyakit diabetes mellitus.
2. Berikan penyuluhan kesehatan tentang cara merawat dan makanan yang tidak boleh
dimakan pada diabetes mellitus.
3. Evaluasi cara – cara perawatan yang baik.
4. Libatkan keluarga terdekat untuk memberikan support.
5. Demonstrasi cara membuat obat tradisional diabetes mellitus .

33
N. Implementasi
Senin, 13 April 2019
Diagnosa Keperawatan Keluarga 1 :
09:00 WIB
1. Melakukan pengkajian pada keluarga Ny. P tentang penyakit diabetes mellitus.
Respon :
DS : Keluarga Ny. P mengatakan belum mengerti tentang penyakit diabetes
mellitus.
DO : Ny. P tampak bingung.
09.30 WIB
2. Memberikan penkes kepada keluarga Ny. P tentang penyakit diabetes meliputi
pengertian, penyebab, tanda dan gejala, pencegahan dan penanganan diabetes
mellitus.
Respon :
DS : keluarga mengatakan sudah mengerti tentang pengertian, penyebab, tanda dan
gejala, pencegahan dan penanganan diabetes mellitus.
DO : keluarga tampak memperhatikan saat diberikan penkes, kontak mata ada,
keluarga kooperatif, dan mau bertanya.
10:00 WIB
3. Mendiskusikan bersama keluarga tentang penyakit diabetes mellitus.
Respon :
DS : keluarga mengatakan sekarang sudah mengerti tentang diabetes mellitus.
DO : keluarga kooperatif dan mau bertanya.
4. Mempraktekan senam kaki diabetes mellitus
Respon :
DS : Keluarga mengatakan sekarang sudah lebih hafal gerakan senam kaki diabetes
mellitus
DO : keluarga kooperatif dan mau mempraktekannya

34
O. Evaluasi
Senin, 13 April 2019
Diagnosa Keperawatan 1 :
S : Keluarga Ny. P mengatakan sudah mengerti tentang penyakit diabetes mellitus.
O: Keluarga Ny. P sudah tidak bingung saat ditanya dan mampu menjelaskan tentang
penyakit diabetes mellitus
A : Masalah kurang pengetahuan teratasi.
P : Hentikan intervensi

Selasa, 14 April 2019


Diagnosa Keperawatan 2 :
S : Keluarga Ny. P mengatakan sudah mengerti tentang makanan yang harus
dihindari pada penyakit diabetes mellitus.
O : Keluarga Ny. P bisa menjelaskan tentang makanan yang harus dihindari pada
penyakit diabetes mellitus.
A : Masalah ketidakmampuan merawat diabetes mellitus teratasi
P : Hentikan intervensi.

35
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pada pengkajian didapatkan data subyektif klien mengatakan (Ibu
saya) sudah menderita penyakit DM sudah 12 tahun, dan Ny. P tidak mengetahui
tentang DM, komplikasi serta penangananya. Diagnosa yang muncul pada kasus
diatas yaitu kelaurga Ny. P. Resiko terjadinya komplikasi dengan tujuan umum
yaitu setelah dilakukan tindakan keperawatan selama satu kali kunjungan,
diharapkan resiko komplikasi diabetes dapat di cegah atau di control. Tujuan
khusus : mengetahui tentang komplikasi penyakit diabetes mellitus dan mengetahui
tanda dan gejala terjadinya komplikasi diabetes mellitus. Intervensi keperawatan :
Kaji komplikasi diabetes mellitus yang ada, Berikan informasi atau penyuluhan
kesehatan tentang komplikasi diabetes mellitus dan perawatan pada diabetes
mellitus, Evaluasi cara – cara perawatan yang baik dan Libatkan keluarga terdekat
untuk memberikan support.
Sedangkan diagnosa kedua muncul Ketidakefektifan pemeliharan keluarga
dengan tujuan umum : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama satu kali
kunjungan, diharapkan risiko komplikasi diabetes dapat di cegah atau di control.
Tujuan khusus : Memahami diit diabetes mellitus dan Mengetahui makanan yang
boleh dikonsumsi. Intervensi keperawatan : Kaji pengetahuan keluarga tentang diit
dan senam kaki diabetes mellitus, Berikan informasi atau penyuluhan kesehatan
kepada keluarga mengenai diit dan senam kaki diabetes mellitus, Diskusikan
bersama keluarga mengenai diit dan senam kaki diabetes mellitus dan motivasi
keluarga untuk menjalankan diit dan senam kaki diabetes mellitus.
B. Saran
1. Saran untuk masyarakat
a. umumnya masyarakat mampu menjaga kesehatan diri keluarga dan lingkungan
sehingga meminimalkan terjadinya masalah kesehatan yang dapat mengganggu
kehidupan
b. masyarakat hendaknya lebih aktif dalam kegiatan sosial yang ada di desa tersebut.

36
c. Setiap keluarga supaya lebih mampu meningkatkan derajat kesehatan dalam
keluarganya dengan cara memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada di
lingkungannya seperti puskesmas dan tempat pelayanan kesehatan lainnya
d. Keluarga bisa melakukan perawatan kesehatan minimal setiap bulan sehingga
kemungkinan masalah kesehatan bisa dicegah.
2. Saran untuk mahasiswa keperawatan
a. Sesama mahasiswa harus menjaga hubungan teman sejawat
b. Sebagai mahasiswa harus selalu menambah pengetahuan atau informasi yang
didapat di Praktek Keperawatan Komunitas dan Keperawatan Keluarga.

37
DAFTAR PUSTAKA

Andra dan Yessie. 2013. Keperawatan Medikal Bedah 2 (Keperawatan Dewasa).


Yogyakarta : Nuha Medika
Arjatmo, tjokonegoro.2002. Penatalaksanaan Diabetes mellitus terpadu. Cetakan
2. Jakarta : Balai penerbit FKUI
Brunner and suddarth.2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC
Carpenito Lynda Juall. 2000. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Editor edisi
Bahasa Indonesia. Monica Estar. Edisi 8. Jakarta : EGC
Corwin Elizabeth. 2009. Buku Saku Pathofisiologi Edisi 3 alih bahasa Nike Budi
Subekti. EGC. Jakarta
Friedman M. M. 1998. Keperawatan Keluarga Teori dan Praktek Edisi 3. Jakarta :
EGC
http://lpkeperawatan.blogspot.in/2013/11/diabetes-mellitus-a.html#VSfNIf1b-
o9 dikutip tanggal 13 april 2015 pukul 15:45WIB
Mansjoer, Arif dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi ke 3 jilid 1. Media
Aesculapsi FKUI. Jakarta
Notoatmodjo, S. 2002. Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta
Nursalam, 2001. Proses dan Dokumentasi Keperawatan Konsep dan Praktik. Edisi
I. Jakarta : Salemba Media

38

Anda mungkin juga menyukai