Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Keluarga pada hakikatnya merupakan satuan terkecil sebagai inti dari suatu sistem sosial yang ada di
masyarakat. Sebagai satuan terkecil keluarga merupakan miniatur dan embrio berbagai unsur dan aspek
kehidupan manusia. Suasana keluarga yang kondusifakan menghasilkan warga masyarakat bahkan
generasi yang baik karena dalam keluargalah seluruh anggota keluarga belajar berbagai dasar
kehidupan.

Pembentukan keluarga tiada lain bertujuan untuk mencapai kehidupan yang bahagia dan sejahtera
bersama-sama dengan anggota keluarga lainnya. Untuk menciptakan hal tersebut maka disinilah
kebutuhan adanya bimbingan konseling keluarga. Namun, sebelum pembahasan itu semua, harus
diketahui dahulu mengenai konsep dasar keluarga, dan bagaimana konsep keluarga di Indonesia dan
konsep keluarga di negara – negara lainnya. Maka melalui makalah ini kami sajikan materi mengenai
konsep keluarga di Indonesia dan konsep keluarga di negara lainnya.

Rumusan Masalah

Bagaimana konsep keluarga di Indonesia ?

Bagaimana konsep keluarga di negara-negara lainnya ?

Tujuan

Untuk mengetahui konsep keluarga di Indonesia.

Untuk mengetahui konsep keluarga di negara – negara lainnya.

BAB II

PEMBAHASAN
KONSEP DASAR KELUARGA DAN KONSEP KELUARGA DI INDONESIA

Keluarga yang merupakan bagian dari masyarakat sesungguhnya mempunyai peranan yang sangat
penting dalam membentuk budaya dan perilaku sehat. Dari keluargalah pendidikan kepada individu
dimulai, tatanan masyarakat yang baik diciptakan, budaya dan perilaku sehat dapat lebih dini
ditanamkan. Oleh karena itu, keluarga mempunyai posisi yang strategis untuk dijadikan sebagai unit
pelayanan kesehatan karena masalah kesehatan dalam keluarga saling berkaitan dan saling
mempengaruhi antar anggota keluarga, yang pada akhirnya juga akan mempengaruhi juga keluarga dan
masyarakat yang ada disekitarnya. Di Indonesia, konsep keluarga masih dikenal dan diketahui sebagai
konsep keluarga yang tradisional. Pembahasan ini akan membahas konsep dasar tentang keluarga,
termasuk konsep keluarga di Indonesia.

Definisi Keluarga

Berikut akan dikemukakan definisi keluarga menurut beberapa ahli (Sudiharto, 2007):

Bailon dan Maglaya mendefinisikan sebagai berikut : “Keluarga adalah dua atau lebih individu yang
hidup dalam satu rumah tangga karena adanya hubungan darah, perkawinan atau adopsi. Mereka saling
berinteraksi satu dengan yang lainnya, mempunyai peran masing-masing dan menciptakan serta
mempertahankan suatu budaya”

Menurut Departemen Kesehatan mendefinisikan sebagai berikut: “Keluarga adalah unit terkecil dari
masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga serta beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di satu
atap dalam keadaan saling bergantungan”.

Menurut Friedman (1998) mendefinisikan sebagai berikut :

“Keluarga adalah dua atau lebih individu yang tergabung karena ikatan tertentu untuk saling membagi
pengalaman dan melakukan pendekatan emosional, serta mengidentifikasi diri mereka sebagai
bagian dari keluarga”

Menurut BKKBN mendefinisikan sebagai berikut :

“Keluarga adalah dua orang atau lebih yang dibentuk berdasarkan ikatan perkawinan yang sah, mampu
memenuhi kebutuhan hidup spiritual dan materil yang layak, bertakwa kepada Tuhan, memiliki
hubungan yang selaras dan seimbang antara anggota keluarga dan masyarakat serta
lingkungannya.”
Dapat disimpulkan bahwa karakteristik keluarga adalah :

Terdiri dari dua atau lebih individu yang diikat oleh hubungan darah, perkawinan atau adopsi.

Anggota keluarga biasanya hidup bersama atau jika terpisah mereka tetap memperhatikan satu sama
lain.

Anggota keluarga berinteraksi satu sama lain dan masih – masing mempunyai peran sosial : suami, istri,
anak, kakak dan adik.

Mempunyai tujuan : menciptakan dan mempertahankan budaya, meningkatkan perkembangan fisik,


psikologis, dan sosial anggota.

Tipe atau bentuk keluarga

Gambaran tentang pembagian Tipe Keluarga sangat beraneka ragam, tergantung pada konteks keilmuan
dan orang yang mengelompokkan, namun secara umum pembagian Tipe Keluarga dapat dikelompokkan
sebagai berikut :

Pengelompokan secara Tradisional

Secara Tradisional, Tipe Keluarga dapat dikelompokkan dalam 2 macam, yaitu :

Nuclear Family (Keluarga Inti)

Adalah keluarga yang hanya terdiri dari ayah, ibu dan anak yang diperoleh dari keturunannya atau
adopsi atau keduanya.

Extended Family (Keluarga Besar)

Adalah keluarga inti ditambah anggota keluarga lain yang masih mempunyai hubungan darah, seperti
kakek, nenek, paman, dan bibi

Pengelompokan secara Modern

Dipengaruhi oleh semakin berkembangnya peran individu dan meningkatnya rasa individualism, maka
tipe keluarga Modern dapat dikelompokkan menjadi beberapa macam, diantaranya :
Tradisional Nuclear

Adalah : Keluarga INTI (Ayah, Ibu dan Anak) yang tinggal dalam satu rumah yang ditetapkan oleh sanksi-
sanksi legal dalam suatu ikatan perkawinan, dimana salah satu atau keduanya dapat bekerja di luar
rumah.

Niddle Age/Aging Couple

Adalah : suatu keluarga dimana suami sebagai pencari uang dan istri di rmah atau kedua-duanya bekerja
di rumah, sedangkan anak-anak sudah meninggalkan rumah karena sekolah/menikah/meniti karier.

Dyadic Nuclear

Adalah : suatu keluarga dimana suami-istri sudah berumur dan tidak mempunyai anak yang keduanya
atau salah satunya bekerja di luar umah.

Single Parent

Adalah : keluarga yang hanya mempunyai satu orang tua sebagai akibat perceraian atau kematian
pasangannya dan anak-anaknya dapat tinggal di rumah atau di luar rumah.

Dual Carrier

Adalah : Keluarga dengan suami – istri yang kedua-duanya orang karier dan tanpa memiliki anak.

Three Generation

Adalah : keluarga yang terdiri atas tiga generasi atau lebih yang tinggal dalam satu rumah.

Comunal

Adalah : keluarga yang dalam satu rumah terdiri dari dua pasangan suamiistri atau lebih yang
monogamy berikut anak-anaknya dan bersama-sama dalam penyediaan fasilitas.

Cohibing Couple/Keluarga Kabitas/Cahabitation


Adalah : keluarga dengan dua orang atau satu pasangan yang tinggal bersama tanpa ikatan perkawinan.

Composite /Keluarga Berkomposisi

Adalah : sebuah keluarga dengan perkawinan poligami dan hidup/tinggal secara bersama-sama dalam
satu rumah.

Gay and Lesbian Family

Adalah : keluarga yang dibentuk oleh pasangan yang berjenis kelamin sama.

Peranan keluarga

Peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku antar pribadi, sifat, kegiatan yang berhubungan
dengan pribadi dalam posisi dan situasi tertentu. Peranan pribadi dalam keluarga didasari oleh harapan
dan pola perilaku dan keluarga, kelompok dan masyarakat. Berbagai peranan yang terdapat di dalam
keluarga adalah sebagai berikut

Ayah sebagai suami dari istri dan ayah bagi anak – anak, berperan sebagai pencari nafkah, pendidik,
pelindung dan pemberi rasa aman, sebagai kepala keluarga, sebagai anggota dari kelompok sosialnya
serta sebagai anggota masyarakat dari lingkunganya.

Ibu sebagai istri dan ibu dari anak – anaknya, ibu mempunyai peranan untuk mengurus rumah tangga,
sebagai pengasuh dan pendidik bagi anak – anaknya, pelindung dan sebagai salah satu kelompok dari
peranan sosial serta sebagai anggota masyarakat di lingkungannya, disamping itu juga ibu perperan
sebagai pencari nafkah tambahan dalam keluarganya.

Anak – anak melaksanakan peranan psikososial sesuai dengan tingkat perkembangannya baik fisik,
mental, sosial, dan spiritual.

Tugas keluarga

Pada dasarnya ada delapan tugas pokok keluarga, tugas pokok tersebut ialah:

Pemeliharaan fisik keluarga dan para anggotanya.

Pemeliharaan sumber – sumber daya yang ada dalam keluarga.


Pembagian tugas masing – masing anggotanya sesuai dengan kedudukannya masing – masing.

Sosialisasi antar anggota keluarga.

Pengaturan jumlah anggota keluarga.

Pemeliharaan ketertiban anggota keluarga.

Membangkitkan dorongan dan semangat pada anggota keluarga.

Stuktur keluarga

Struktur sebuah keluarga memberikan gambaran tentang bagaimana suatu keluarga itu melaksanakan
fungsinya dalam masyarakat. Adapun macam-macam Struktur Keluarga diantaranya adalah :

Patrilineal

Adalah : keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam beberapa generasi, dimana
hubungan itu disusun melalui jalur garis ayah.

Matrilineal

Adalah : keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam beberapa generasi, dimana
hubungan itu disusun melalui jalur garis ibu.

Matrilokal

Adalah : sepasang suami-istri yang tinggal bersama keluarga sedarah istri.

Patrilokal

Adalah : sepasang suami-istri yang tinggal bersama keluarga sedarah suami.

Keluarga Kawin
Adalah : hubungan suami-istri sebagai dasar bagi pembinaan keluarga dan beberapa sanak saudara yang
menjadi bagian keluarga karena adanya hubungan dengan suami atau istri.

Fungsi keluarga menurut friedmen (1998) sebagai berikut :

Fungsi afektif

Yaitu fungsi keluarga yang utama adalah untuk mengajarkan segala sesuatu untuk mempersiapkan
anggota keluarganya dalam berhubungan dengan orang lain.

Fungsi sosialisasi

Adalah fungsi mengembangkan dan sebagai tempat melatih anak untuk berkehidupan social sebelum
meninggalkan rumah untuk berhubungan dengan orang lain di luar rumah.

Fungsi reproduksi

Adalah fungsi untuk mempertahankan generasi dan menjaga kelangsungan keluarga.

Fungsi ekonomi.

Adalah fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan keluarga secara ekonomi dan tempat untuk
mengembangkan kemampuan individu dalam meningkatkan penghasilan dalam rangka memenuhi
kebutuhan keluarga.

Fungsi pemeliharaan kesehatan

Yaitu fungsi untuk mempertahankan keadaan kesehatan anggota keluarga agar tetap memiliki
produktivitas yang tinggi.

Ciri – Ciri Umum Keluarga di Indonesia

Suami sebagai pengambil keputusan

Merupakan suatu kesatuan yang utuh

Berbentuk monogram
Bertanggung jawab

Pengambil keputusan

Meneruskan nilai-nilai budaya bangsa

Ikatan kekeluargaan sangat erat

Mempunyai semangat gotong-royong

KONSEP KELUARGA DI NEGARA – NEGARA LAINNYA

AMERIKA

Konsep keluaraga di amerika sangat berbeda dengan negara-negara lain khususnya indonesia.
Kebanyakan keluarga di amerika terdiri dari ibu dan ayah dengan rata-rata 1-3 anak. Hal ini sangat
umum di kebanyakan keluarga di Amerika bahwa ayah dan ibu keduanya bekerja penuh di tempat kerja
mereka sementara anak-anak mereka di sekolah atau di tempat penitipan anak. Ada banyak keluarga di
amerika yang terdiri dari satu orang tua (single parent) dan anak sebagai hasil dari perceraian atau
hubungan di luar nikah. Di dalam kebanyakan keluarga di Amerika ketika anak tumbuh menjadi remaja
atau lulus dari SMA, mereka meninggalkan rumah dan mencoba hidup mandiri. Kebanyakan keluarga
,apapun dimanapun mereka berada semua akan berkumpul dan merayakan acara-acara keluarga seperti
pernikahan, reuni, ulang tahun, thanksgiving, dan hari-hari libur lainnya.

Sudah merupakan hal yang biasa menikah dan bercerai beberapa kali bahkan mempunyai anak di luar
nikah. Hubungan sangat membingungkan.hal ini sudah umum jika kita mendengar ungkapan dia adalah
istri ayah saya (belum tentu ibu), dia adalah pacar ibu saya atau dia adalah ayah dari anak saya (belum
tentu suami).

Dalam penggunaan waktu kebanyakan orang amerika sangat tepat waktu. Mereka tiba tepat waktu atau
beberapa menit lebih awal untuk sebuah janji. Meskipun pekerjaan teknologi tinggi yang tidak
memerlukan tepat waktu datang atau pulang, kebanyakan orang amerika pada kebanyakan pekerjaan
tiba tepat waktu dan bekerja sepanjang shift mereka. Jika ada penundaan/keterlambatan yang tidak di
harapkan, sudah merupakan adat orang amerika untuk memberitahukan pihak lain alasan
keterlambatan mereka dan meminta maaf atas hal tersebut.

Kebanyakan orang amerika bekerja lima hari dalam seminggu,biasanya senin sampai jumat sepanjang
hari.sabtu dan minggu secara kolektif di sebut pekan. Kebanyakan orang bekerja keras sepanjang hari
kerja dan menikmati akhir pekan. Sebagian besar kegiatan sosial, olah raga dan lainya (non-pekerjaan)
yang berakaitan dengan outing di jadwalkan selama akhir pekan, misalnya pertandingan sepak bola akan
diadakan pada hari minggu. Banyak orang ameriaka yang menggunakan akhir pekan untuk pekerjaan
rumah tangga seperti mencuci pakaian, membersihkan rumah, mendapatkan bahan makanan, dan lain-
lainya. Tentunya, masyarakat juga menggunakan kegiatan waktu luang mereka seperti berenang,
berperahu, bowling, hiking, atau ski, tergantung minat masing-masing.banyak orang nonton film baik di
rumah atau di bioskop. Jutaan orang amerika menghabiskan waktu di hari minggu dengan menonton
sepak bola di bulan ke lima.

Hal yang cukup populer dikalangan orang-orang amerika .biasanya orang-orang amerika berajalan-jalan
di pagi hari dan setelah makan malam, beberapa diantara mereka tidak jalan-jalan karena mereka sibuk
atau lebih suka menonton tv atau kegiatan – kegiatan lainnya.beberapa orang juga pergi jogging dan
berjalan, dan biasanya ini mereka lakukan di taman umum, trotoar (sidewalk) didaerah pemukiman,dan
jalan setapak.

SAUDI ARABIA

Saudi Arabia termasuk Negara Islam yang hukum keluarganya bersifat uncodified law, itu berarti hukum
keluarga Islam di Negara tersebut belum diatur dalam bentuk tertulis. Saudi Arabia dikenal sebagai salah
satu Negara muslim terbesar dan dikenal pula sebagai tempat awal mula Islam masuk. Kemudian Negara
ini juga dikenal sebagai Negara yang menjadikan Al-Quran dan Hadits sebagai dasar konstitusinya
dengan Madzhab Hambali sebagai madzhab Negara. Hal-hal di atas berimplikasi pada penerapan hukum
publik maupun hukum privat di Negara tersebut khususnya hukum keluarga.

Tahir Mahmood (1972) membagi penerapan hukum keluarga pada negara-negara (berpenduduk)
muslim menjadi tiga bentuk : Pertama negara yang menerapkan hukum keluarga secara tradisional yang
banyak di jazirah Arab dan beberapa negara Afrika yaitu Saudi Arabia, Yaman, Kuwait, Afganistan, Mali,
Mauritania, Nigeria, Sinegal, Somalia, dan lain-lain. Kedua Negara yang menerapkan hukum keluarga
sekuler, dalam kategori ini adalah Turki, Albania, Tanzania, minoritas muslim Philiphina dan Uni Sovyet.
Bagi negara berpenduduk mayoritas muslim, mengganti hukum keluarga dengan hukum yang
bersumber dari Eropa (Turki dari Swiss), atau negara dengan penduduk minoritas muslim tapi harus
tunduk pada aturan hukum negaranya. Ketiga adalah Negara yang menerapkan hukum keluarga yang
diperbarui seperti Indonesia, Jordania, Malaysia, Brunei, Singapore dll.

Setidaknya ada tiga belas permasalahan hukum keluarga dalam proses transformasi hukum keluarga
yaitu Pembatasan umur perkawinan, Kedudukan wali nikah, Pencatatan nikah, Aspek biaya dalam
pernikahan, s eperti mahar dan biaya nafkah, Poligami dan hak istri, Pemeliharaan terhadap istri dan
keluarga selama pernikahan, Perceraian, Nafkah istri setelah cerai, Masa iddah, Hak kedua orang tua
terhadap pemeliharaan anak, Hak waris, Wasiat wajibah dan wakaf Dari permasalahan hukum keluarga
di atas, masing-masing negara mempunyai pandangan yang berbeda dalam menetapkan hukumnya.
Kondisi adat istiadat serta dominasi mazhab tertentu seringkali menjadi latar belakang untuk
menentukan suatu peraturan hukum. Berkenaan dengan permasalahan di atas, makalah ini akan
membahas mengenai hukum keluarga di Saudi Arabia berikut sistem hukum yang diterapkan di sana.

JEPANG

IE

Ie adalah kumpulan dari honke dan bunke yang memiliki hubungan darah dan tidak sedarah, yang
dimaksud tidak sedarah ialah orang yang membantu keluarga tersebut seperti “pembantu (hokonin),
menantu (mukkoyoshi)”. Secara garis besar IE adalah Keluarga yang beranggotakan satu atap, ie juga
kelompok yang menjalankan usaha keluarga. Ie juga dapat diartikan sebagai keluarga tetapi maknanya
tidak sama secara budaya, ekonomi, ataupun social. Ikatan ie diturunkan dari generasi kegenerasi,
sehingga dalam tiap diri individu memiliki rasa tanggung jawab, walaupun didalam ie ini sendiri tidak
tergantung dengan hubungan darah. 3 Karakteristik IE, diantaranya :

Mempunyai warisan sebagai harta kekayaan.

Menekankan pada pemujaan arwah leluhur.

Menekankan eksistensi keturunan langsung dari generasi ke generasi yang dianggap penting untuk
kehidupan bersama.

DOZOKU

Kelompok yang dibentuk berdasarkan shinzoku (hubungan darah atau hubungan karena pernikahan)
dan perluasan ie yang ada. Kerena dibentuk berdasarkan shinzoku dan berdasarkan kepada fukei (garis
keturunan ayah) maka anggota kazoku memiliki sosen (leluhur) yang sama. Adanya kesadaran bahwa
setiap anggota memiliik leluhur melatar belakanginya terbentuknya dozoku.

SOSEN SUHAI

Pemujaan terhadap leluhur yang masih terkait dengan system keluarga dijepang. Karena modernisasi
masyarakat jepang, nilai terhadap pemujaan leluhur berkurang, dikarenakan kaitannya dengan masyalah
kepercayaan masyarakat jepang dimana orang jepang tidak mementingkan agama.

CHONAN
Chonan adalah putra pertama laki-laki, walaupun ada anak perempuan pertama lahir, dan anak yang
kedua laki-laki maka anak kedua ini yang menjadi chonan, konsep yang masih sangat dianggap penting
dalam system keluarga di jepang, karena chonan bertugas meneruskan nama keluarga dan bisnis
keluarga.

JINNAN, SANNAN

Kalau jinnan dan sannan yang berkedudukan tidak setinggi chonan, jinnan adalah anak kedua laki-laki,
sannan putra anak ketiga laki-laki. Namun jika mereka memutuskan untuk meninggalkan nama keluarga
unutk menjadi chonan dikeluarga lain, hal itu diperbolehkan, berbeda dengan chonan.

SHUDAN SHUGI

Kelompok orang-orang yang melihat diri mereka sendiri sebagai perkumpulan individu yang memiliki
nasib yang sama oleh karena itu mereka memilih melanjutkan persamaan mereka. Karena itu mereka
lebih mengutamakan kepentingan besama / kelompok mereka, dibandingkan dengan kepentingan
pribadi. Mereka tidak fokus kepada aspirasi dan potensi individu agar mereka tidak merasa terasingkan
karena berbeda.

ONJOSHUGI

Hubungan interaksi antara orang tua dan anak yang menghasilkan kewajian timbale balik dari kedua
belah pihak, dimana orang tua menyediakan perlindungan dan kesejahteraan dan anak-anak membalas
dengan loyalitas dan kepatuhan. System ini tidak hanya pada hubungan orang tua dan anak saja, tetapi
perusahaan dijepang banyak yang memakai system ini, sehingga banyak dari kariyawan yang bekerja di
perusahaan tersebut betah.

HONKE

Honke adalah keluarga induk, dalam kepemilikan symbol keluarga (kamon) dari keluarga yang
mempunyai hubungan langsung dengan honke akan mewariskan komon yang diwarisi ayahnya.

BUNKE

Bungke adalah keluarga cabang, mereka harus membuat symbol baru berdasarkan kamon original dari
IEnya.
EROPA/BARAT

Konsep keluarga menurut Barat modern yang didesain oleh feminis bertolak belakang dengan konsep
perkawinan tradisional. Perkawinan tradisional adalah cara membentuk keluarga yang pembagian
kerjanya berdasarkan gender, yaitu istri mengurus keluarga sedang suami pergi bekerja (Abdullah K,
1987). Pandangan feminis ini sebagaimana dikutip Danelle, dia mengatakan bahwa para feminis
berpendapat bahwa perkawinan tradisional sudah tidak cocok lagi dengan kehidupan wanita modern,
untuk itu mereka menawarkan konsep baru untuk membentuk keluarga yaitu perkawinan sederajat.
Perkawinan sederajat adalah perkawinan yang menyerupai perkawinan sepasang homoseksual, tanpa
suami maupun istri atau tanpa ayah dan ibu. Yang ada adalah kedua “mitra” atau “pasangan hidup”
yang harus menjalani peran yang sama di dalam maupun di luar rumah (2010).

Penolakan pembagian kerja yang menetapkan laki-laki bekerja sedang perempuan mengurus keluarga
juga disampaikan oleh NOW (National Organization for women) pada tahun 1969. Mereka menegaskan
tentang penolakan bahwa laki-laki harus menafkahi dirinya, istrinya, keluarganya, dan bahwa
perempuan secara otomatis berhak atas nafkah seumur hidup dari laki-laki yang menafkahinya. Para
feminis juga menolak pandangan yang menyatakan bahwa pernikahan, rumah, serta keluarga adalah
dunia dan tanggung jawab utama kaum perempuan, atau dengan kalimat yang lain, laki-laki yang
menafkahi sedang perempuan yang merawat. Para feminis berpendapat bahwa kemitraan sejati antar
gender menghendaki konsep yang berbeda mengenai perkawinan, yakni berbagi secara adil dalam hal
tanggung jawab yang menyangkut rumah, anak-anak dan beban ekonomi (Danelle, 2010).

Konsep keluarga menurut gerakan perempuan di atas begitu kuat mempengaruhi pola pemikiran
generasi perempuan bahkan laki-laki di Barat. Hasil sebuah survei yang dilaksanakan oleh lembaga
penelitian sosial Universitas Michigan terhadap siswi kelas tiga SMU bisa menjadi bukti. Dalam survei itu,
70% responden mengatakan bahwa mereka tidak setuju dengan pernyataan yang mengatakan bahwa
sesuatu bisa lebih baik jika laki-laki yang mencari nafkah sementara perempuan mengurus rumah tangga
dan keluarga.

Sebuah gambaran suami idaman versi mahasiswi yang diwawancarai oleh Denelle akan semakin
menguatkan pengaruh ajaran feminis terhadap pola pikir perempuan. Suami idaman menurut meraka
adalah laki-laki yang memandang para istri sebagai mitra sejati, dan memperlakukan inspirasi
perempuan sebagaimana mereka melakukan inspirasi mereka sendiri. Mahasiswi lain mengatakan
bahwa suami idaman mereka adalah laki-laki yang mau membagi tugas rumah tangga dan merawat
anak. Sebagian mereka bahkan mengatakan bahwa suami idaman adalah laki-laki yang mau tinggal di
rumah sedang istri yang mencari nafkah.
Konsep tentang perkawinan sederajat ini yang membuat kebanyakan para suami di Barat sekarang tidak
mengharapkan istri mereka akan membersihkan rumah, merawat anak, memasang kancing baju yang
lepas atau menyeterika kemeja mereka. Pekerjaan rumah tangga harus dilakukan berdasarkan
kesepakatan mereka berdua sebelum menikah. Hal-hal yang biasa dilakukan istri ketika pacaran tidak
dilakukan ketika sudah menikah, seperti menyiapkan makan malam. Tidak hanya itu, setiap perintah
laki-laki kepada istri dianggap sebagai pelecehan.

Konsep keluarga yang lain adalah pendapat feminis radikal yang disampaikan oleh Dadang S. Anshori,
Engkos Kosasih, dan Farida Sarimaya. Mereka menyatakan bahwa keluarga menurut feminis radikal
tidak harus terdiri dari ayah, ibu dan anak, tetapi keluarga bisa terdiri dari ibu dan anak. Kehadiran ayah
dalam keluarga tidak menjadi keharusan di dalamnya dan ketika ia ada, kepemimpinan dalam keluarga
bukanlah hak miliknya tetapi ia harus bersaing dengan istri. Lebih lanjut, hak reproduksi merupakan hak
prerogatif seorang perempuan sedang laki-laki tidak boleh memaksa mereka (Dadang,dkk , 1997). Tidak
hanya itu, feminis radikal bahkan memandang bahwa seorang perempuan yang hamil adalah orang yang
lemah. Karena doktrin seperti ini, ada sebagian perempuan di Amerika yang menutupi kehamilannya
ketika keluar rumah karena malu dicap oleh feminis sebagai orang yang tidak bebas.

Pandangan yang sinis tentang keluarga juga disampaikan oleh Simone de Beauvoir dalam bukunya The
Second Sex. Dia mengatakan bahwa perkawinan dimaksudkan untuk menghalangi wanita mendapatkan
kebebasan yang dinikmati pria. Dalam bayangan Simone, tugas perempuan hanya sekedar memuaskan
kebutuhan seks suami dan mengurus rumah tangga. Jika perempuan hanya menjadi istri dan ibu yang
mengurus keluarga, maka keputusan menikah adalah kekalahan.

Pada tahun 1960-an dan 1970-an, para tokoh feminis menyebarkan ajaran yang menyerang institusi
keluarga dengan melontarkan pernyataan yang cukup bombastis. Hal ini sebagaimana yang ditulis
Brigitte Berger dan Peter Berger dalam buku mereka yang berjudul ‘The War over of Family: Capturing
the Midle Ground’. Pernyataan para tokoh feminis itu antara lain “ibu rumah tangga adalah perbudakan
perempuan” (housewife is women’s slavery), liberalisasi sekarang, generasi mendatang akan hancur”
(liberation now, the future generation be damned), “heteroseksual adalah perkosaan” (heterosexual is
rape), “pro-choice”, “menentang pernikahan” (against marriage).

Tidak hanya lewat pernyataan di atas, para tokoh feminis juga melakukan profokasi lewat media. Pada
tahun 1973, dua majalah McCall’s dan Mademoiselle menyatakan bahwa kaum laki-laki akan segera
dianggap tidak relevan. Bahkan dua majalah itu mengatakan bahwa fungsi reproduksi akan diganti
inseminasi buatan. Para suami atau kekasih tidak lagi diperlukan sebagai penopang ekonomi atau
sebagai mitra atau bahkan sebagai pemuas nafsu seksual. Majalah Mademoiselle secara frontal
menyamakan perkawinan sebagai pelacuran.

Menurut Socrates, kesetaraan antara laki-laki dan perempuan bisa dicapai jika perempuan bisa
menghilangkan female modesty. Adapun cara untuk menghilangkan female modestysebagaimana yang
diajarkan Socrates adalah, penggunaan alat kontrasepsi untuk mencegah kehamilan, aborsi, dan bahkan
pembunuhan anak. Selain itu, perlu ada fasilitas penitipan anak yang disediakan oleh pemerintah,
bahkan seorang ibu tidak perlu mengetahui anaknya setelah melahirkannya. Socrates juga mengusulkan
supaya jangan ada pernikahan kecuali semalam atau waktu yang singkat saja. Hal ini seperti prinsip
kumpul kebo yang tidak ada komitmen antara kedua pasangan.

Para feminis radikal, liberal, dan marxis telah merumuskan sebuah keluarga yang ideal. Sebuah keluarga
tanpa kelas dan mengangkat semangat kesetaraan. Mereka juga mengusulkan penghapusan dua sumber
penindasan yaitu, peran domestik dan sistem patriaki yang menempatkan laki-laki pada posisi yang
menguntungkan. Untuk menguatkan opini mereka, buku pelajaran sekolah menampilkan gambaran
perempuan yang menerbangkan pesawat sedang anak laki-laki mengepel lantai. Selain itu, gambaran
perempuan yang mandiri dan tidak membutuhkan laki-laki disebarkan lewat rubik koran yang
mendukung ibu tunggal.

Pandangan berbeda dengan feminis disampaikan Danelle. Dia mengatakan bahwa sebenarnya setiap
perempuan menginginkan anak dan rumah, tetapi gaya hidup yang diajarkan feminis membuat
perempuan merasa takut jika berkeluarga akan menghilangkan kebebasan mereka. Pendapat yang
bersebrangan dengan feminis juga disampaikan Marabel Morgan yang membentuk gerakan yang
bernama the Total Woman dan Helen Andelin yang mendirikan gerakan yang bernama the Facinating
Womanhood. Kedua gerakan ini menganjurkan supaya perempuan kembali ke peran, nilai, dan sikap
tradisional. Gerakan the Total Woman menurut Morgan lebih menekankan supaya perempuan
menyimpan energi mereka untuk menyamai laki-laki. Meskipun pada zamannya, kedua gerakan ini
menjadi bahan tertawaan namun keduanya telah berhasil mengadakan kursus atau pelatihan kepada
400.000 perempuan. Para peserta diajari berbagai hal mengenai perempuan supaya mereka menjadi
perempuan yang menarik di depan suami.

Penentang pandangan feminis yang lain adalah gerakan yang bernama Stop Era. Gerakan ini muncul
sebagai respon diratifikasinya undang-undang persamaan Equal Rights Amandemen (ERA). Kelompok ini
memiliki misi untuk mengembalikan fitroh perempuan dan mengakui laki-laki sebagai kepala keluarga.
Mereka secara aktif mensosialisasikan misi mereka dengan berkeliling ke Negara-negara bagian dan
mempengaruhi perempuan untuk kembali ke peran tradisional mereka. Selain itu, mereka secara gencar
menyerang feminisme dan mengatakan bahwa mereka adalah perusak keluarga. Sebagaimana
kelompok yang lain, keberadaan gerakan ini mendapat sambutan dari kaum laki-laki maupun
perempuan yang masih percaya pada peran tradisional.

Berkembangnya pemikiran tentang konsep keluarga yang bermacam-macam menimbulkan sistem


pernikahan di Barat Modern yang beraneka ragam. Dr. Shahid Athar mengatakan ada empat macam
pernikahan yang beredar di Barat Modern. Perkawinan itu adalah:

Monogami serial. Serangkaian perkawinan terjadi satu demi satu yang saat ini populer di Amerika
Serikat dan masih berlaku hingga kini, yang mana perceraian terjadi pada 40% perkawinan, dan 75% dari
mereka yang bercerai selanjutnya kembali melangsungkan perkawinan.

Perkawinan terbuka. Eksklusivitas suami-istri dieliminasi. Orang-orang yang mendukung jenis


perkawinan ini mempraktikan system ‘barter istri’. Mereka mengklaim bahwa pengalaman-pengalaman
di luar perkawinan dapat mengurangi kecumburuan, mengurangi ketegangan-ketegangan, dan
meredakan tekanan-tekanan konflik pribadi.

Perkawinan kelompok. Sebuah asosiasi pasangan suami istri serta anak-anak yang bercampur baur
bersama tanpa batasan apa pun. Mereka mengklaim bahwa keragaman orang tua bagi orang-orang
dewasa dan anak-anak dapat memberikan variasi yang lebih luas dalam hal pengalaman-pengalaman
interaktif dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan individu.

Wanita dan laki-laki mengawini jenis mereka sendiri.

BAB III

PENUTUP

Pembahasan konsep keluarga yang dimiliki setiap negara pasti memiliki perbedaan dengan yang lainnya.
Hal ini dipengaruhi oleh berbagai macam faktor, baik faktor kehidupan sosial yang berbeda-beda,
ekonomi, pendidikan, budaya, hingga faktor agama. Terdapat beberapa tipologi yang disinggung dalam
makalah ini dari mulai konsep keluarga yang sesuai dengan hukum Islam, konsep keluarga
sekuler/liberal, hingga konsep keluarga yang diadaptasi sesuai adat istiadat dan juga dapat
diklasifikasikan dengan adanya pengelompokan tradisional dan modern.

Konsep keluarga di Indonesia, keragamannya masih bisa dikelompokan secara tradisional yaitu keluarga
inti (nuclear family), dan keluarga besar (extended family), dengan ciri-ciri umumnya seperti berikut :
suami sebagai pengambil keputusan; merupakan suatu kesatuan yang utuh; berbentuk monogram;
bertanggung jawab; pengambil keputusan; meneruskan nilai-nilai budaya bangsa; ikatan kekeluargaan
sangat erat; mempunyai semangat gotong-royong.

Berbeda hal nya dengan konsep keluarga di Indonesia, konsep keluarga di negara-negara lainnya seperti
di negara –negara barat pengelompokan tipe keluarga secara tradisional sudah tidak relevan lagi dengan
keadaan keluarga disana, sehingga muncul pengelompokan modern dengan berbagai macam istilah
( tradisional nuclear, niddle age/aging couple, dydic nuclear, single parent, dual carrier, three
generation, comunal, cohubing couple, composite, gay and lesbian family). Konsep keluarga di timur
tengah pun berbeda-beda, yang untuk saudi arabia, konsep keluarga ini sangat disesuaikan dengan
hukum dan aturan Agama Islam. Berbeda hal nya dengan Negara Jepang yang memiliki istilah-istilah
keanggotaan keluarga dan peranannya yang khusus (ie, dozoku, sosen suhai, chonan, jinnan, sannan,
shudan shugi, onjoshugi, honke, bunke).

DAFTAR PUSTAKA

Friedman, M. 1998. Teori dan Praktek Keperawatan Keluarga (Family Nursing: Theory and Practice), edisi
3, alih bahasa Deborah R. L, Ina, Asy Yoakim. Jakarta: EGC.

Sudiharto. 2007. Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Perawatan Keperawatan Transkultural. Jakarta:
EGC.

Husaini, Abdullah. 1987. Kritik Terhadap Konsep Kelluarga dalam Perspektif Feminisme, kumpulan Hasil
Kajian Program Kaderisasi Ulama. PKU – ISID GONTOR Periode III.

Crittenden, Danelle. 2010. Wanita Salah Langkah?…Wanita Salah Langkah?: Menggugat Mitos-Mitos
Kebebasan Wanita Modern. Bandung: Qanita.

Anshori, Dadang,dkk. 1997. Membincangkan Feminisme. Bandung: Pustaka Hidayah.

Mahmood, Tahir. 1972. Family law Reform in the Muslim World. Bombay:N.M. TRIPATHI, PVT. LTD
Rouf, Uuf. 2012. Hukum Keluarga di Saudi Arabia.
(online)http://pengertianwaqaf.blogspot.co.id/2012/11/hukum-keluarga-di-saudi-arabia.html. Diakses
tanggal 20 Februari 2017.

Babmbang. 2009. Gaya Hidup Orang Amerika. (online)


http://bambangpage.blogspot.co.id/2009/01/gaya-hidup-orang-amerika.html. Diakses tanggal 20
Februari 2017.

Jars, Animus. 2013. Struktur Keluarga di Jepang. (online)


http://animusjars.blogspot.co.id/2013/03/struktur-keluarga-di-jepang.html. Diakses tanggal 20 Februari
2017.

Anda mungkin juga menyukai