Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN GANGREN PEDIS DIGITI II


DI RUANG BIMA RSUD JOMBANG
PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN III A

Disusun oleh :
FIRDA SURYA AJJANNAH
192102012

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PEMKAB JOMBANG
TAHUN AJARAN 2021/2022
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan kasus sebagai tugas Praktik Klinik Keperawatan III A di Ruang Bima
RSUD JOMBANG pada Program Studi DIII Keperawatan STIKES Pemkab
Jombang.
Nama : Firda Surya Ajjannah
NIM : 192102012
Telah dikonsulkan dan di revisi sebagai laporan kasus Praktik Klinik Keperawatan
I pada Program Studi DIII Keperawatan STIKES Pemkab Jombang pada :
Hari :
Tanggal :

Jombang,....................................
Pembimbing Lahan Pembimbing Pendidikan

Doxtaria Oxsama, S.Kep.,Ns Pepin Nahariani, S.Kep.,Ns,M.Kep


A. KONSEP DASAR
1. DEFINISI
Diabetes mellitus adalah gangguan metabolisme yang ditandai dengan
hiperglikemi yang berhubungan dengan abnormalitas metabolisme karbohirat,
lemak, dan protein yang disebabkan oleh penurunan sekresi insulin atau
penurunan sensitivitas insulin atau keduanya dan menyebabkan
komplikasi kronis mikrovaskuler, makrovaskuler, dan neuropati (Yuliana elin,
2009 dalam NANDA NIC NOC 2015). 
Diabetes mellitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan
karakteristik hiperglikemia terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin
atau kedua-duanya (Soegondo, 2009).
Ulkus adalah luka terbuka pada permukaan kulit atau selaput lender dan ulkus
adalahkematian jaringan yang luas dan disertai invasif kuman saprofit.
Adanya kuman saprofittersebut menyebabkan ulkus berbau, ulkus diabetikum
juga merupakan salah satu gejala klinikdan perjalanan penyakit DM dengan
neuropati perifer, (Andyagreeni, 2010)
Ulkus Diabetik merupakan komplikasi kronik dari Diabetes Melllitus sebagai
sebab utama morbiditas, mortalitas serta kecacatan penderita Diabetes. Kadar
LDL yang tinggi memainkan peranan penting untuk terjadinya Ulkus Diabetik
melaluipembentukan plak athero sklerosis pada dinding pembuluh darah, (zaidah
2005)

2. ETIOLOGI
Gas gangren terjadi akibat infeksi oleh bakteri klostridium, yang merupakan
Bakterian-aerob (tumbuh bila tidak ada oksigen). Selama pertumbuhannya,
klostridium menghasilkan gas,sehingga infeksinya disebut gas gangren. Gas
gangren biasanya terjadi di bagian tubuh yang mengalami cedera atau pada luka
operasi. Sekitar 30% kasus terjadi secara spontan. Bakteri klostridium
menghasilkan berbagai racun, 4 diantaranya (alfa, beta, epsilon, iota)
menyebabkan gejala-gejala yang bisa berakibat fatal. Selain itu, terjadi kematian
jaringan (nekrosis), penghancuran sel darah (hemolisis), vasokonstriksi dan
kebocoran pembuluh darah. Racun tersebut menyebabkan penghancuran jaringan
lokal dan gejala-gejala sistemik.
Penyebab DM dibagi menjadi dua diantaranya yaitu:
DM Tipe I
Diabetes mellitus tipe I ditandai oleh penghancuran sel-sel beta pada
pangkreas. Kombinasi dari faktor genetik, imunologi dan pada lingkungan
menimbulkan destruksi sel beta.
1) Faktor genetik
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri, tetapi
mewarisi suatu predispose atau kecenderungan genetik kearah terjadinya
diabetes mellitus tipe I.
2) Faktor imunologi
Pada diabetes tipe I terdapat adanya suatu respons autoimun. Respons ini
merupakan respons abnormal karena antibodi terarah pada jaringan normal
tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggap
seolah-olah sebagai jaringan asing.
3) Faktor lingkungan
a) Virus dan bakteri penyebab DM adalah rubella, mumps, dan human
coxsackievirus B4. Virus mengakibatkan destruksi atau perusakan sel
yang menyerang melalui reaksi autoimunitas dalam sel beta.
b) Bahan toksik atau beracun mampu merusak sel beta secara langsung
adalah alloxan, pirinuron (rodentisida), dan streptozoctin (produk dari
sejenis jamur) (Maulana Mirza, 2009).
Diabetes Tipe II
Diabetes Tipe II disebabkan oleh kombinasi faktor genetik yang
berhubungan dengan gangguan sekresi insulin dan faktor-faktor seperti (Smeltzer
& Bare, 2011) :
1) Usia (resistensi cendrung meningkat diusia 65 tahun)
2) Obesitas, kurang olahraga, dan stress serta penuaan
3) Riwayat keluarga dengan diabetes

3. KLASIFIKASI
Ganggren adalah akibat dari kematian sel dalam jumlah besar, ganggren dapat
diklasifikasikan sebagai kering atau basah. Ganggren kering meluas secara lambat
dengan hanya sedikit gejala, ganggren kering sering dijumpai di ekstremitas
umumnya terjadi akibat hipoksia lama. Gangren basah adalah suatu daerah
dimana terdapat jaringan mati yang cepat peluasannya, sering ditemukan di
oragan-organ dalam, dan berkaitan dengan infasi bakteri kedalam jaringan yang
mati tersebut. Ganggren ini menimbulkan bau yang kuat dan biasanya disertai
oleh manifestasi sistemik.Ganggren basah dapat timbul dari ganggren kering.
Ganggren gas adalah jenis ganggren khusus yang terjadi sebagai respon terhadap
infeksi jaringan oleh suatu jenis bakteri aerob yang di sebut klostridium ganggren
jenis ini paling sering terjadi setelah trauma, ganggren gas cepat meluas ke
jaringan di sekitarnya sebagai akibat di keluarkan nya toksin-toksin oleh bakteri
yang membunuh sel-sel di sekitarnya. Sel-sel otot sangat rentan terhadap toksin
ini dan apabila terkena akan mengeluarkan gas hydrogen sulfide yang khas,
ganggren jenis ini dapat mematikan.Infeksi dan luka sukar sembuh dan mudah
mengalami nekrosis.
1) Angiopati arteriol menyebabkan perfusi jaringan kaki kurang baik
sehingga mekarisme radang menjadi tidak efektif
2) Lingkungan gula darah yang subur untuk perkembangan bakteri pathogen
3) Terbukanya pintas arteri-vena di sukkutif, aliran nutriyen akan memimtas
tempat infeksi.
Kaki diabetik adalah kaki yang perfusi jaringannya kurang baik karena
angiopati dan neuropati selain itu terdapat pintas arteri-vena di ruang subkutis
sehingga kaki tampak merah dan mungkin panas tetapi perdarahan kaki tetap
kurang.
Menurut Wagner (1983) membagi gangren diabetik menjadi enam
tingkatan, yaitu : 
a. Derajat 0 : Tidak ada lesi terbuka, kulit masih utuh dengan kemungkinan
disertai kelainan bentuk kaki.
b. Derajat I : Ulkus superfisial terbatas pada kulit.
c. Derajat II : Ulkus dalam menembus tendon dan tulang.
d. Derajat III : Abses dalam, dengan atau tanda osteomielitis.
e. Derajat IV : Gangren jari kaki atau bagian distal kaki dengan atau tanpa
selulitis.
f. Derajat V : Gangren seluruh kaki atau sebagian tungkai.

4. PATOFISIOLOGI
Terjadinya masalah kaki diawali adanya hiperglikemia pada penyandang DM
yang menyebabkan kelainan neuropati dan kelainan pada pembuluh darah.
Neuropati, baik neuropati sensorik maupun motorik dan autonomik akan
mengakibatkan berbagai perubahan pada kulit dan otot yang kemudian
menyebabkan terjadinya perubahan distribusi tekanan pada telapak kaki dan
selanjutnya akan mempermuda terjadinya ulkus. Adanya kerentanan terhadap
infeksi menyebabkan infeksi mudah merebak menjadi infeksi yang luas. Faktor
aliran darah yang kurang juga akan lebih lanjut menambah rumitnya pengelolaan
kaki diabetes.
Pathway
5. MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinis pasien diabetes mellitus adalah sebagai berikut :
1) peningkatan frekuensi urin (poliuria)
2) peningkatan rasa haus (polidipsia)
3) peningkatan masukan makanan dengan penurunan berat badan(polifagia)
(Black & Hawks, 2009).
Biasanya di manifestasikan dengan nyeri berat tiba-tiba yang terjadi 1 sampai
4 hari setelah cedera, nyeri disebabkan oleh gas dan edema pada jaringan cedera.
Di sekeliling luka tampak normal berwarna terang dan tegang tapi kemudian
menjadi gelap, bau busuk cairan keluar dari luka. Gas dan cairan yang tertahan
meningkatnya tekanan setempat dan mengganggu pasokan darah dab drainase otot
yang trlihat menjadi dan nekrotik.

6. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Diagnosa gangren diabetik ditegakkan dengan cara :
 Anamnesis / gejala klinik
 Pemeriksaan fisik “Physis diagnostic”
 Pemeriksaan laboratorium.
Pemeriksaan laboratorium dengan cara yaitu:
 Pemeriksaan darah meliputi : GDS > 200 mg/dl, gula darah puasa>120
mg/dl dan dua jam post prandial > 200 mg/dl.
 Urine
Pemeriksaan didapatkan adanya glukosa dalam urine. Pemeriksaan
dilakukan dengan cara Benedict ( reduksi ). Hasil dapat dilihat melalui
perubahan warna pada urine : hijau ( + ), kuning ( ++ ), merah ( +++ ), dan
merah bata ( ++++ ).
 Kultur pusuntuk mengetahui jenis kuman pada luka dan memberikan
antibiotik yang sesuai dengan jenis kuman.

7. KOMPLIKASI
Komplikasi yang berkaitan dengan kedua tipe DM digolongkan sebagai akut
dan kronik :
1) Komplikasi akut
Komplikasi akut terjadi sebagai akibat dari ketidakseimbangan jangka
pendek dari glukosa darah.
a. Hipoglikemia.
b. Ketoasidosis diabetic (DKA)
c. sindrom hiperglikemik hiperosmolar non ketotik (HONK).
2) Komplikasi kronik
Umumnya terjadi 10 sampai 15 tahun setelah awitan.
a. Makrovaskular (penyakit pembuluh darah besar), mengenai sirkulasi
koroner, vaskular perifer dan vaskular selebral.
b. Mikrovaskular (penyakit pembuluh darah kecil), mengenai mata
(retinopati) dan ginjal (nefropati). Kontrol kadar glukosa darah untuk
memperlambat atau menunda awitan baik komplikasi mikrovaskular
maupun makrovaskular.
c. Penyakit neuropati, mengenai saraf sensorik-motorik dan autonomi serta
menunjang masalah seperti impotensi dan ulkus pada kaki.
d. Ulkus/gangrene
Terdapat lima grade ulkus diabetikum antara lain:
Grade 0 : tidak ada luka
Grade I : kerusakan hanya sampai pada permukaan kulit
Grade II : kerusakan kulit mencapai otot dan tulang
Grade III : terjadi abses
Grade IV : Gangren pada kaki bagian distal
GradeV : Gangren pada seluruh kaki dan tungkai

8. PENATALAKSANAAN
Pengobatan dan perawatan pengobatan dari gangren diabetik sangat
dipengaruhi oleh derajat dan dalamnya ulkus, apabila dijumpai ulkus yang
dalam harus dilakukan pemeriksaan yang seksama untuk menentukan kondisi
ulkus dan besar kecilnya debridement yang akan dilakukan.
Dari penatalaksanaan perawatan luka diabetik ada beberapa tujuan yang
ingin dicapai, antara lain :
a. Mengurangi atau menghilangkan faktor penyebab
b. Optimalisasi suanana lingkungan luka dalam kondisi lembab
c. Dukungan kondisi klien atau host (nutrisi, kontrol DM, kontrol
faktor penyerta)
d. Meningkatkan edukasi klien dan keluarga
Perawatan luka diabetik :
a. Mencuci luka
Mencuci luka merupakan hal pokok untuk meningkatkan,
memperbaiki dan mempercepat proses penyembuhan luka serta
menghindari kemungkinan terjaadinya infeksi. Proses pencucian
luka bertujuan untuk membuang jaringan nekrosis, cairan luka yang
berlebihan, sisa balutan yang digunakan dan sisa metabolik tubuh
pada permukaan luka. Cairan yang terbaik dan teraman untuk
mencuci luka adalah yang non toksik pada proses penyembuhan
luka (misalnya NaCl 0,9%). Penggunaan hidrogenperoxida,
hypoclorite solution dan beberapa cairan debridement lainnya,
sebaliknya hanya digunakan pada jaringan nekrosis / slough dan
tidak digunakan pada jaringan granulasi. Cairan antiseptik seperti
provine iodine sebaiknya hanya digunakan saat luka terinfeksi atau
tubuh pada keadaan penurunan imunitas, yang kemudian
dilakukan pembilasa kembali dengan saline. (Gitarja, 1999).
b. Debridement
Debridement adalah pembuangan jaringan nekrosis atau slough
pada luka. Debridement dilakukan untuk menghindari terjadinya infeksi
atau selulitis, karena jaringan nekrosis selalu berhubungan dengan
adanya peningkatan jumlah bakteri. Setelah debridement, jumlah bakteri
akan menurun dengan sendirinya yang diikuti dengan kemampuan tubuh
secara efektif melawan infeksi. Secara alami dalam keadaan lembab tubuh
akan membuang sendiri jaringan nekrosis atau slough yang menempel
pada luka (peristiwa autolysis). Autolysis adalah peristiwa pecahnya atau
rusaknya jaringan nekrotik oleh leukosit dan enzim lyzomatik.
Debridement dengan sistem autolysis dengan menggunakan occlusive
dressing merupakan cara teraman dilakukan pada klien dengan luka
diabetik. Terutama untuk menghindari resiko infeksi. (Gitarja W, 1999;
c. Terapi Antibiotika
Pemberian antibiotika biasanya diberikan peroral yang bersifat
menghambat kuman gram positip dan gram negatip. Apabila tidak
dijumpai perbaikan pada luka tersebut, maka terapi antibiotika dapat
diberikan perparenteral yang sesuai dengan kepekaan kuman. (Sutjahyo A,
1998 ).
d. Nutrisi
Faktor nutrisi merupakan salah satu faktor penting yang berperan
dalam penyembuhan luka. Penderita dengan ganren diabetik biasanya
diberikan diet B1 dengan nilai gizi : yaitu 60% kalori karbohidrat,
20% kalori lemak, 20% kalori protein. (Tjokroprawiro, A, 1998).
e. Pemilihan jenis balutan
Tujuan pemilihan jenis balutan adalah memilih jenis balutan
yang dapat mempertahankan suasana lingkungan luka dalam
keadaan lembab, mempercepat proses penyembuhan hingga 50%,
absorbsi eksudat/cairan luka yanag keluar berlebihan, membuang
jaringan nekrosis/slough (support autolysis), kontrol terhadap
infeksi/terhindar dari kontaminasi, nyaman digunakan dan
menurunkan rasa sakit saat mengganti balutan dan menurunkan
jumlah biaya dan waktu perawatan (cost effektive). Jenis
balutan: absorbent dressing, hydroactive gel, hydrocoloid. (Gitarja,
1999).
Selain pengobatan dan perawatan diatas, perlu juga
pemeriksaan Hb dan albumin minimal satu minggu sekali, karena
adanya anemia dan hipoalbumin akan sangat berpengaruh dalam
penyembuhan luka. Diusahakan agar Hb lebih 12 g/dl dan albumin
darah dipertahankan lebih 3,5 g/dl. Dan perlu juga dilakukan
monitor glukosa darah secara ketat, Karena bila didapatkan
peningkatan glukosa darah yang sulit dikendalikan, ini merupakan
salah satu tanda memburuknya infeksi yang ada sehingga luka sukar
sembuh. Untuk mencegah timbulnya gangren diabetik dibutuhkan
kerja sama antara dokter, perawat dan penderita sehingga
tindakan pencegahan, deteksi dini beserta terapi yang rasional
bisa dilaksanakan dengan harapan biaya yang besar, morbiditas
penderita gangren dapat ditekan serendah-rendahnya. Upaya untuk
pencegahan dapat dilakukan dengan cara penyuluhan dimana
masing-masing profesi mempunyai peranan yang saling
menunjang. Dalammemberikan penyuluhan pada penderita ada
beberapa petunjuk perawatan kaki diabetik (Sutjahyo A, 1998 ):
a. Gunakan sepatu yang pas dan kaos kaki yang bersih setiap saat
berjalan dan jangan bertelanjang kaki bila berjalan
b. Cucilah kaki setiap hari dan keringkan dengan baik serta
memberikan perhatian khusus pada daerah sela-sela jari kaki.
c. Janganlah mengobati sendiri apabila terdapat kalus, tonjolan kaki
atau jamur pada kuku kaki
d. Suhu air yang digunakan untuk mecuci kaki antara 29,5  –  30
derajat celsius dan diukur dulu dengan termometer
e. Janganlah menggunakan alat pemanas atau botol diisi air panas

B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN


1.  Pengkajian Keperawatan

a.  Identitas penderita 


Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan,
alamat, status perkawinan, suku bangsa, nomor register, tanggal masuk
rumah sakit dan diagnosa medis.
 b.  Keluhan Utama
Adanya rasa kesemutan pada kaki / tungkai bawah, rasa raba yang
menurun, adanya luka yang tidak sembuh  – sembuh dan berbau, adanya
nyeri pada luka.
Pengakjian Riwayat Kesehatan
a.  Riwayat kesehatan sekarang : 
Biasanya klien masuk ke RS dengan keluhan nyeri, kesemutan pada
ekstremitas bawah, luka yang sukar sembuh, kulit kering, merah, dan bola
mata cekung. Sakit kepala, menyatakan seperti mau muntah, kesemutam,
lemah otot, disorientasi, letargi, koma dan bingung.
 b.  Riwayat kesehatan lalu
Biasanya klien DM mempunya riwayat hipertensi, penyakit jantung seperti
Infark Miokard, gout.
c.  Riwayat kesehatan keluarga
Biasanya ada riwayat anggota keluarga yang menderita DM
d.  Pengkajian Pola Kesehatan

1) Pola persepsi – penanganan kesehatan


Pada pasien gangren kaki diabetik terjadi perubahan persepsi dan tata
laksana hidup sehat karena kurangnya pengetahuan tentang dampak
gangren kaki diabetik sehingga menimbulkan persepsi yang negatif
terhadap dirinya dan kecenderungan untuk tidak mematuhi prosedur
 pengobatan dan perawatan yang lama, lebih dari 6 juta dari penderita DM
tidak menyadari akan terjadinya resiko kaki diabetik bahkan mereka takut
akan terjadinya amputasi (Debra Clair, journal februari 2011).
2) Pola nutrisi metabolik
Akibat produksi insulin tidak adekuat atau adanya defisiensi insulin maka
kadar gula darah tidak dapat dipertahankan sehingga menimbulkan
keluhan sering kencing, banyak makan, banyak minum, berat badan
menurun dan mudah lelah. Keadaan tersebut dapat mengakibatkan
terjadinya gangguan nutrisi dan metabolisme yang dapat mempengaruhi
status kesehatan penderita. Nausea, vomitus, berat badan menurun,
turgor kulit jelek, mual/muntah.
3) Pola eliminasi
Adanya hiperglikemia menyebabkan terjadinya dieuresis osmotik yang
menyebabkan pasien sering kencing (poliuri) dan oengeluaran glukosa
pada urine (glukosuria). Pada eliminasi alvi relatif tidak ada
gangguan.
4) Pola aktivitas dan latihan
kelemahan, susah berjalan/bergerak, kram otot, gangguan istirahat dan
tidur, tachicardi/tachipnea pada waktu melakukan aktivitas dan
 bahkan sampai terjadi koma. Adanya luka gangren dan kelemahan otot-
otot pada tungkai bawah menyebabkan penderita tidak mampu
melaksanakan aktivitas sehari-hari secara maksimal, penderita mudah
mengalami kelelahan.
5) Pola tidur dan istirahat
Istirahat tidak efektif adanya poliuri, nyeri pada kaki yang luka sehingga
klien mengalami kesulitan tidur.
6) Pola kognitif persepsi
Pasien dengan gangren cenderung mengalami neuropati / mati rasa pada
luka sehingga tidak peka terhadap adanya nyeri. Pengecapan mengalami
penurunan, gangguan penglihatan.
7) Pola persepsi dan konsep diri
Adanya perubahan fungsi dan struktur tubuh akan menyebabkan
penderita mengalami gangguan pada gambaran diri. Luka yang sukar
sembuh, lamanya perawatan, banyaknya biaya perawatan dan
pengobatan menyebabkan pasien mengalami kecemasan dan gangguan
peran pada keluarga (self esteem).
8) Pola peran hubungan
Luka gangren yang sukar sembuh dan berbau menyebabkan penderita
malu dan menarik diri dari pergaulan.
9) Pola seksualitas reproduksi
Angiopati dapat terjadi pada sistem pembuluh darah di organ reproduksi
sehingga menyebabkan gangguan potensi seks, gangguan kualitas maupun
ereksi, serta memberi dampak pada proses ejakulasi serta orgasme.
Adanya peradangan pada daerah vagina, serta orgasme menurun dan
terjadi impoten pada pria. Resiko lebih tinggi terkena kanker prostat
berhubungan dengan nefropati (Chin-Hsiao Tseng on journal, Maret
2011).
10)  Pola koping toleransi
Lamanya waktu perawatan, perjalanan penyakit yang kronik, perasaan
tidak berdaya karena ketergantungan menyebabkan reaksi psikologis yang
negatif berupa marah, kecemasan, mudah tersinggung dan lain- lain, dapat
menyebabkan penderita tidak mampu menggunakan mekanisme koping
konstruktif / adaptif
11) Pola nilai kepercayaan
Adanya perubahan status kesehatan dan penurunan fungsi tubuh serta luka
pada kaki tidak menghambat penderita dalam melaksanakan
ibadah tetapi mempengaruhi pola ibadah penderita.

Pemeriksaan Fisik
- Breath (B1)
 Alat bantu nafas: Tidak ada
 Napas sputum: +
- Blood (B2)
 Akral hanagat
 CTR < 2 detik
- Brain (B3)
 Tingkat kesadaran: Composmetis
 GCS: E4V5M6
- Bladder (B4)
 Mukosa bibir: Pucat
 Keadaan gigi: Memakai gigi palsu
 Mual: Ya
 Bising Usus: +
 Nafsu makan: Menurun
- Bone (B6)
Terdapat luka gangren di kaki sebelah kiri
Bau: +
Pus: +
Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik (prosedur operasi)

Rencana Tindakan
Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Intervensi
Kriteria Hasil
Nyeri akut berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan Manajemen nyeri 1.8238
agen pencedera fisik (prosedur keperawatan diharapkan Observasi:
operasi) masalah nyeri akut dapat 1. Identifikasi lokasi, karakteristik,
teratasi durasi, frekuensi, kuaiitas,
Kriteria hasil : intensitas nyeri
-keluhan nyeri menurun 2. Identifikasi skala nyeri
-kemampuan menuntaskan Terapiutik:
aktivitas meningkat 3. Berikan teknik nonfarmakologis
-meringis menurun untuk mengurangi rasa nyeri
-gelisah menurun 4. Fasilitasi istirahat tidur
-frekuensi nadi membaik Edukasi:
-tekanan darah membaik 5. Jelaskan strategi meredakan
nyeri
6. Anjurkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi:
Kolaborasi pemberian analgetik
Daftar Pustaka
Sjamsu Hidayat R. De Jong Wim 2004, Buku Ajar Ilmu Bedah, Ediasi 2
Jakarta, EGC
DT : Smeltzer C Suzanne, 2001, Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8
Jakarta, EGC
Corwin, Elizabeth. J, 2000, Buku Saku Patofisiologi, Jakarta, EGC
Sudoyo, Aru.W, dkk, 2006, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Edisi IV,
Jakarta, FKUI
Diakses pada 3 November 2021

Anda mungkin juga menyukai