Dosen Pembimbing
Disusun Oleh :
192102012
Laporan kasus sebagai tugas Praktik Klinik Keperawatan I pada Program Studi DIII
Keperawatan STIKES Pemkab Jombang.
Nama : Firda Surya Ajjannah
NIM : 192102012
Telah dikonsulkan dan di revisi sebagai laporan kasus Praktik Klinik Keperawatan I pada
Program Studi DIII Keperawatan STIKES Pemkab Jombang pada :
Hari :
Tanggal :
Santi R, S. Kep,Ns.,M.Kes
NIK. ………………….
KONSEP DASAR OKSIGENASI
A. DEFINISI
Oksigenasi merupakan kebutuhan dasar paling vital dalam kehidupan manusia. Dalam
tubuh, oksigen berperan penting di dalam metabolisme sel. Kekurangan oksigen akan
menimbulkan dampak yang bermakna bagi tubuh, salah satunya kematian. Karenanya,
berbagai upaya perlu dilakukan untuk menjamin agar kebutuhan dasar ini terpenuhi dengan
baik.
Oksigenasi adalah proses penambahan O₂ke dalam sistem (kimia/fisika). Oksigen
merupakan gas tidak berwarna dan tidak berbau yang sangat dibutuhkan dalam proses
metabolisme sel. Sebagai hasilnya, terbentuklah kanbondioksida, energi, dan air. Akan tetapi,
penambahan CO₂ yang melebihi batas normal pada tubuh akan memberikan dampak yang
cukup bermakna terhadap aktivitas sel.
Pernapasan atau respirasi adalah proses pertukaran gas antara individu dengan
lingkungan yang berfungsi untuk memperoleh O₂agar dapat digunakan oleh sel-sel tubuh dan
mengeluarkan O₂yang dihasilkan oleh sel. Saat bernapas, tubuh mengambil O₂dari
lingkungan untuk kemudian diangkut keseluruh tubuh (sel-selnya) melalui darah guna
dilakukan pembakaran. Selanjutnya, sisa pembakaran berupa CO₂akan kembali diangkut oleh
darah ke paru-paru untuk dibuang ke lingkungan karena tidak berguna lagi bagi tubuh.
B. ETIOLOGI
1. Faktor Fisiologis
a. Penurunan kapasitas angkut O₂
Secara fisiologis, daya angkut hemoglobin untuk membawa O₂ ke jaringan
adalah 97%. Akan tetapi, nilai tersebut dapat berubah sewaktu-waktu apabila
terdapat gangguan pada tubuh. Misalnya, pada penderita anemia atau pada saat
yang terpapar racun. Kondisi tersebutdapat mengakibatkan penurunan kapasitas
pengikatan O₂.
b. Penurunan Konsentrasi O₂ inspirasi
Kondisi ini dapat terjadi akibat penggunaan alat terapidan penurunan kadar O₂
inspirasi.
c. Hipovolemik
Kondisi ini disebabkan oleh penurunan volume sirkulasi darah akibat
kehilangan cairan ekstraselular yang berlebihan.
d. Peningkatan Laju Metabolik
Kondisi ini dapat terjadi pada kasus infeksi dan demam yang terus-menerus
yang mengakibatkan peningkatan laju metabolik. Akibatnya, tubuh mulai
memecah persediaan protein dan menyebabkan penurunan massa otot.
e. Kondisi Lainnya
Kondisi yang mempengaruhi pergerakan dinding dada, seperti kehamilan,
obesitas, abnormalitas musculoskeletal, trauma, penyakit otot, penyakit susunan
saraf, gangguan saraf pusat dan penyakit kronis.
2. Faktor perkembangan
a. Bayi prematur
Bayi yang lahir prematur berisiko menderita penyakit membran hialin yang
ditandai dengan berkembangnya membran serupa hialin yang membatasi ujung
saluran pernafasan. Kondisi ini disebabkan oleh produksi surfaktan yang masih
sedikit karena kemampuan paru menyintesis surfaktan baru berkembang pada
trimester akhir.
b. Bayi dan anak-anak
Kelompok usia ini berisiko mengalami infeksi saluran pernapasan atas, seperti
faringitis, influenza, tonsilitis, dan aspirasi benda asing (misal: makanan, permen
dan lain-lain).
c. Anak usia sekolah dan remaja
Kelompok usia ini berisiko mengalami infeksi saluran napas akut akibat
kebiasaan buruk, seperti merokok.
d. Dewasa muda dan paruh baya
Kondisi stress, kebiasaan merokok, diet yang tidak sehat, kurang berolahraga,
merupakan faktor yang dapat meningkatkan risiko penyakit jantung dan paru pada
kelompok usia ini.
e. Lansia
Proses penuaan yang terjadi pada lansia menyebabkan perubahan fungsi
normal pernafasan, seperti penurunan elastis paru, pelebaran alveolus, dilatasi
saluran bronkus dan kifosis tulang belakang yang menghambat ekspansi paru
sehingga berpengaruh pada penurunan kadar O₂.
3. Faktor Perilaku
a. Nutrisi
Kondisi berat badan berlebih (obesitas) dapat menghambat ekspansi paru,
sedangkan malnutrisi berat dapat mengakibatkan pelisutan otot pernapasan yang
akan mengurangi kekuatan kerja pernapasan.
b. Olahraga
Latihan fisik akan meningkatkan aktivitas metabolik, denyut jantung dan
kedalaman serta frekuensi pernapasan yang akan meningkatkan kebutuhan
oksigen.
c. Ketergantungan zat adiktif
Penggunaan alkohol dan obat-obatan yang berlebihan dapat mengganggu
oksigenasi. Hal ini terjadi karena :
1) Alkohol dan obat-obatan daoat menekan pusat pernapasan dan susunan saraf
pusat sehingga mengakibatkan penurunan laju dan kedalaman pernapasan.
2) Penggunaan narkotika dan analgesik, terutama morfin dan meperidin, dapat
mendepresi pusat pernapasan sehingga menurunkan laju dan kedalaman
pernafasan.
d. Emosi
Perasaan takut, cemas dan marah yang tidak terkontrol akan merangsang
aktivitas saraf simpatis. Kondisi ini dapat menyebabkan peningkatan denyut
jantung dan frekuensi pernapasan sehingga kebutuhan oksigen meningkat. Selain
itu, kecemasan juga dapat meningkatkan laju dan kedalaman pernapasan.
e. Gaya hidup
Kebiasaan merokok dapat memengaruhi pemenuhan kebutuhan oksigen
seseorang. Merokok dapat menyebabkan gangguan vaskulrisasi perifer dan
penyakit jantung. Selain itu nikotin yang terkandung dalam rokok bisa
mengakibatkan vasokonstriksi pembuluh darah perifer dan koroner.
4. Faktor Lingkungan
a. Suhu
Faktor suhu dapat berpengaruh terhadap afinitas atau kekuatan ikatan Hb dan
O₂. Dengan kata lain, suhu lingkungan juga bisa memengaruhi kebutuhan oksigen
seseorang.
b. Ketinggian
Pada dataran yang tinggi akan terjadi penurunan pada tekanan udara sehingga
tekanan oksigen juga ikut turun. Akibatnya, orang yang tinggal di dataran tinggi
cenderung mengalami peningkatan frekuensi pernapasan dan denyut jantung.
Sebaliknya, pada dataran yang rendah akan terjadi peningkatan tekanan oksigen.
c. Polusi
Polusi udara, seperti asap atau debu seringkali menyebabkan sakit kepala,
pusing, batuk, tersedak, dan berbagai gangguan pernapasan lain pada orang yang
menghisapnya. Para pekerja di pabrik asbes atau bedak tabur berisiko tinggi
menderita penyakit paru akibat terpapar zat-zat berbahaya.
D. FISIOLOGI OKSIGEN
Peristiwa bernapas terdiri dari 2 bagian:
a. Menghirup udara (inpirasi)
Inspirasi adalah terjadinya aliran udara dari sekeliling masuk melalui saluran pernapasan
sampai keparu-paru. Proses inspirasi : volume rongga dada naik/lebih besar, tekanan rongga
dada turun/lebih kecil.
b. Menghembuskan udara (ekspirasi)
Tidak banyak menggunakan tenaga, karena ekspirasi adalah suatu gerakan pasif yaitu terjadi
relaxasi otot-otot pernapasan. Proses ekspirasi : volume rongga dada turun/lebih kecil,
tekanan rongga dada naik/lebih besar.
Proses pemenuhan oksigen di dalam tubuh terdiri dari atas tiga tahapan, yaitu ventilasi,
difusi dan transportasi.
a. Ventilasi
Merupakan proses keluar masuknya oksigen dari atmosfer ke dalam alveoli atau dari alveoli
ke atmosfer. Proses ini di pengaruhi oleh beberapa factor:
1) Adanya kosentrasi oksigen di atmosfer. Semakin tingginya suatu tempat, maka
tekanan udaranya semakin rendah.
2) Adanya kondisi jalan nafas yang baik.
3) Adanya kemampuan toraks dan alveoli pada paru-paru untuk mengembang di sebut
dengan compliance. Sedangkan recoil adalah kemampuan untuk mengeluarkan CO² atau
kontraksinya paru-paru.
b. Difusi
Difusi gas merupakan pertukaran antara O² dari alveoli ke kapiler paru-paru dan CO² dari
kapiler ke alveoli. Proses pertukaran ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:
1) Luasnya permukaan paru-paru.
2) Tebal membrane respirasi/permeabilitas yang terdiri atas epitel alveoli dan
interstisial. Keduanya dapat mempengaruhi proses difusi apabila terjadi proses penebalan.
3) Pebedaan tekanan dan konsentrasi O². Hal ini dapat terjadi sebagaimana O² dari
alveoli masuk kedalam darah secara berdifusi karena tekanan O² dalam rongga alveoli lebih
tinggi dari pada tekanan O² dalam darah vena vulmonalis.
4) Afinitas gas yaitu kemampuan untuk menembus dan mengikat HB.
c. Transportasi gas
Transfortasi gas merupakan proses pendistribusian O² kapiler ke jaringan tubuh dan CO²
jaringan tubuh ke kapiler. Transfortasi gas dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:
1) curah jantung (kardiak output), frekuensi denyut nadi.
2) kondisi pembuluh darah, latihan perbandingan sel darah dengan darah secara
keseluruhan (hematokrit), serta elitrosit dan kadar Hb
E. PATOFISIOLOGI
Untuk kelangsungan hidupnya manusia butuh bernafas. Sistem pernafasan sangat
penting dimana terjadi pertukaran gas oksigen dan karbondioksida. Salah satu organ yang
sangat mebutuhkan oksigen dan peka terhadap kekurangannya adalah otak. Tidak adanya
oksigen dalam 3 menit akan mengakibatkan seseorang kehilangan kesadaran. 5 menit tidak
mendapatkan oksigen sel otak akan rusak secara irreversibel (tidak bisa kembali
ataudiperbaiki). Oksigen dalamudara dibawamasuk ke dalamparu-paru dan berdifusi dalam
darah.
Bersamaan dengan itu dikeluarkannya karbondioksida yang juga berdifusi dari darah
dan kemudian dikeluarkan bersama udara. Oksigen dibutuhkan oleh semua sel dalam tubuh
untuk kelangsungan hidupnya. Sedangkan karbondioksida merupakan sisa hasil metabolisme
yang tidak digunakan lagi dan harus dikeluarkan dari dalam tubuh.
Perjalanan oksigen dan karbondioksida. Dari atmosfer (udara) oksigen masuk melalui
mulut/hidung, faring, laring, trakea, bronkus, bronkiolus sampai dengan alveoli. Dari alveoli
oksigen berdifusi masuk ke dalam darah dan dibawa oleh eritrosit (sel darah merah). Dalam
darah oksigen dibawa ke jantung kemudian dipompakan oleh jantung diedarkan ke seluruh
tubuh untuk digunakan sampai tingkat sel. Oksigen masuk ke dalam sel dan di dalam
mitokondria digunakan untuk proses-proses metabolisme yang penting untuk
kelangsunganhidup. Sedangkan karbondioksida berjalan arah sebaliknya dengan oksigen.
Proses pertukaran gas dipengaruhi oleh ventilasi, difusi dan trasportasi. Proses
ventilasi (proses penghantaran jumlah oksigen yang masuk dan keluar dari dan ke paru-paru),
apabila pada proses ini terdapat obstruksi maka oksigen tidak dapat tersalur dengan baik dan
sumbatan tersebut akan direspon jalan nafas sebagai benda asing yang menimbulkan
pengeluaran mukus. Proses difusi (penyaluran oksigen dari alveoli ke jaringan) yang
terganggu akan menyebabkan ketidakefektifan pertukaran gas. Selain kerusakan pada proses
ventilasi, difusi, maka kerusakan pada transportasi seperti perubahan volume
sekuncup, afterload, preload, dan kontraktilitas miokard juga dapat mempengaruhi pertukaran
gas (Nurjanah, 2014).
F. MANIFESTASI KLINIS
G. PENATALAKSANAAN
1. Terapi Pemberian Oksigenasi
a. Kateter nasal : Kecepatan aliran yang disarankan (L/menit): 1-6.
Keuntungan pemberian O2 stabil, klien bebas bergerak, makan dan
berbicara, murah dan nyaman serta dapat juga dipakai sebagai kateter
penghisap.
b. Kanul nasal : Kecepatan aliran yang disarankan (L/menit): 1-6.
Keuntungan Pemberian O2 stabil dengan volume tidal dan laju
pernafasan teratur, mudah memasukkan kanul dibanding kateter, klien
bebas makan, bergerak, berbicara, lebih mudah ditolerir klien.
c. Sungkup muka sederhana : Kecepatan aliran yang disarankan
(L/menit):5-8.
d. Sungkup muka dengan kantong rebreathing. Kecepatan aliran yang
disarankan (L/menit): 8-12.
H. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
I. FOKUS PENGKAJIAN
1. Pemeriksaan fisik
a. Mata : konjungtiva pucat (karena anemis), konjungtiva sianosis (karena
hipoksia)
b. Kulit : sianosis perifer, penurunan turgor
c. Mulut dan Bibir : membran mukosa sianosis, bernafas dengan mengerutkan
mulut
d. Dada
- Retraksi otot bantu pernafasan (karena peningkatan aktifitas
pernapasan, dispnea, atau obstruksi jalan pernafasan)
- Pergerakan tidak simetris antara dada kiri dan dada kanan
- Traktil fremitus, thrills (getaran pada dada karena udara/suara
melewati saluran/rongga pernafasan)
- Suara nafas normal (vesikuler, bronchovesikuler, bronchial)
- Suara nafas tidak normal
- Bunyi perkusi
e. Pola pernafasan
- Pernafasan normal
- Pernafasan cepat
- Pernafasan lambat
J. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
K. INTERVENSI KEPERAWATAN
Keterangan :
: laki-laki
: perempuan
: klien
: tinggal satu rumah
tinggi
7. Pola persepsi dan konsep diri Klien merasa percaya klien merasa tidak
Gambaran diri diri dengan dengan percaya diri dengan
o Respon verbal dan non verbal bentuk tubuh perubahan bentuk
yang negatif disebabkan tubuhnya yang
perubahan fungsi dan struktur dulunya ideal
tubuh. sekarang kurus
o Tidak mau melihat / menyentuh
bagian badannya yang
mengalami perubahan fungsi.
Ideal diri Klien berharap
Pemantauan Resiko Jatuh berdasarkan penilaian Skala Morse Falls Scale (MFS)
No. Pengkajian Skala Skoring
1. Riwayat jatuh : apakah pasien pernah jatuh dalam 3 bulan Tidak 0 0
terakhir
Ya 25
2. Diagnosa sekunder : apakah pasien memiliki lebih dari satu Tidak 0 0
penyakit ?
Ya 15
3. Alat bantu jalan : 0 30
- Bed rest/dibantu perawat
- Kruk/tongkat/walker 15
- Berpegangan pada benda –benda disekitar 30
4. Terapi intrvena : apakah saat ini pasien terpasang infus? Tidak 0 20
Iya 20
5. Gaya jalan/cara berpindah : 0 10
- Normal/bed rest/immobile (tidak dapat bergerak
sendiri)
- Lemah (tidak bertenaga) 10
- Gangguan/tidak normal (pincang/diseret) 20
6. Status Mental : 0 0
- Pasien menyadari kondisi dirinya
- Pasien mengalami keterbatasan daya ingat 15
Total Nilai 60
Keterangan :
Tingkatan resiko Nilai MFS Tindakan
Tidak berisiko 0-24 Perawatan dasar
Risiko rendah 25-50 Pelaksanaan intervensi pencegahan jatuh standar
Risiko tinggi ≥ 51 Pelaksanaan intervensi pencegahan jatuh risiko tinggi
III.PEMERIKSAAN PENUNJANG
TGL PEMERIKSAAN HASIL NORMAL SATUAN INTERPRETASI
21-1- Hematologi :
2021 Hb 10.5 12.5-18 gr% Rendah
Leukosit 13.0 4-10 rb/mm³ Tinggi
Trombosit 390 150-440 rb/mm³ Normal
Hematrokit 31 38-51 % Rendah
22-1- Kimia :
2021 Darah
SGOT 72 0-42 u/l Tinggi
SGPT 32 0-37 u/l Normal
Kolestrol 73 0-200 mg/dl Normal
Ureu 42.6 10-50 mg/dl Normal
Kreatinin 0.87 0.5-1.1 mg/dl Normal
GDP 130 75-115 mg/dl Tinggi
Pemeriksaan penunjang rontgen dengan hasil cor dalam batas normal, pada paru-paru
terdapat gambaran TB paru di apek paru dan lobus medium hasil BTA(+)
IV. TERAPI