Ebola virus disease (EVD), atau dikenal juga dengan sebutan ebola hemorrhagic fever (demam
berdarah Ebola), merupakan penyakit mematikan akibat kebocoran vaskuler dan gangguan
pembekuan darah sehingga menyebabkan kegagalan multiorgan dan syok hipovolemik. Penyakit
ini disebabkan oleh infeksi virus Ebola.
EBOV atau EBOLA merupakan patogen agresif yang menyebabkan gejala demam dengan
perdarahan yang letal pada manusia dan hewan. Adanya penyakit ini pertama kali ditemukan di
dekat sungai Ebola dengan sering terlihat di mikroskop elektron ialah struktur tubular panjang.
Virus Ebola mengandung 1 molekul linear singlestranded dengan negative-sense RNA yang
hampir mirip dengan Paramyxoviridae.
• Etiologi
Virus Ebola merupakan virus RNA yang terbungkus, linier, nonsegmented, negatif, serta
beruntai tunggal. Terdapat 6 spesies virus Ebola, yaitu Zaire ebolavirus, Sudan ebolavirus, Taï
Forest ebolavirus (sebelumnya Cote d'ivoire ebolavirus), Bundibugyo ebolavirus, Reston
ebolavirus, dan Bombali ebolavirus.
Virus Ebola berasal dari genus Ebolavirus, famili Filoviridae.13 Famili Filoviridae memiliki
garis tengah 800 nm dan panjang mencapai 1000 nm. Virus Ebola mengandung molekul lurus
dan RNA negatif. Apabila dilihat dengan menggunakan mikroskop elektron, bentuk virus seperti
berfilamen, atau kelihatan bercabang. Terdapat juga virus yang berbentuk “U”, “b” dan
berbentuk bundar.
• Patofisiologi
Ebola virus disease (EVD) pada manusia adalah virus Ebola menginfeksi banyak sel, seperti
monosit, makrofag, sel dendritik, sel endotel, fibroblast, hepatosit, sel kortikal adrenal, dan sel
epitel. Virus Ebola akan bermigrasi menuju kelenjar getah bening, lalu ke hati, limpa, serta
kelenjar adrenal.
Walaupun limfosit tidak terinfeksi virus ebola, tetapi limfosit tetap mengalami apoptosis yang
menyebabkan penurunan jumlah limfosit dalam tubuh. Kemudian terjadi juga nekrosis
hepatoseluler yang berhubungan dengan disregulasi proses pembekuan darah dan koagulopati.
Selain itu, virus ebola juga memicu pelepasan sitokin pro-inflamasi yang menyebabkan
kebocoran vaskuler dan gangguan pembekuan darah, sehingga terjadi kegagalan multiorgan dan
syok hipovolemik
• Patogenesis
Patogenesis infeksi virus Ebola. Hasil akhir infeksi virus Ebola berat ialah syok yang
disebabkan oleh beberapa proses yang saling memengaruhi: replikasi virus sistemik, supresi
sistem imun, peningkatan permeabilitas vaskular, dan koagulopati. Infeksi primer dari sel target
seperti monosit/makrofag dan sel dendritik menghasilkan penyebaran sistemik dari virus dan
aktivasi diferensiasi sel. Monosit/makrofag diaktifkan untuk memroduksi sitokin proinflamasi
dan tissue factors, sedangkan sel dendritik teraktivasi yang rusak memperburuk respon imun
protektif. Meskipun virus tidak menginfeksi limfosit dan sel natural killer (NK), apoptosis terjadi
pada semua tipe sel. Sel endotel kemudian diaktivasi oleh sitokin proinflamasi dan partikel virus
yang menyebabkan peningkatan permeabilitas. Pelepasan tissue factors dalam monosit/makrofag
merangsang koagulopati, yang juga mengakibatkan peningkatan inflamasi
EVD menular melalui darah,muntah,feses,dan cairan tubuh dari manusia pengidap EVD ke
manusia lain. Virus Ebola juga bisa ditemukan dalam urin dan cairan sperma. Infeksi terjadi
ketika cairan-cairan tubuh tersebut menyentuh mulut, hidung, atau luka terbuka orang sehat.
Bersentuhan melalui kasur, pakaian, atau permukaan yang terkontaminasi juga bisa
menyebabkan infeksi, tetapi pada orang sehat hanya melalui luka terbuka.
( Sampai saat ini belum ditemukan bukti bahwa virus Ebola dapat ditularkan dari ibu ke anak
melalui pemberian ASI.)
- Tahap EVD
1. Virus Ebola menginfeksi subjek melalui kontak dengan cairan tubuh atau sekret pasien
terinfeksi dan didistribusikan melalui sirkulasi. Kontak dapat terjadi melalui lecet di kulit
selama perawatan pasien, ritual penguburan, dan mungkin kontak dengan daging
terinfeksi atau di permukaan mukosa. Jarum suntik dapat merupakan rute utama paparan
di rumah sakit.
2. Sekitar 1 minggu setelah infeksi, virus mulai melakukan replikasi pada sel – sel target
utama, yaitu sel endotel, fagosit mononuklear, dan hepatosit
3. Virus kemuadian mengambil alih sistem kekebalan dan sintesis protein dari sel yang
terinfeksi. Barulah kemudian virus Ebola mulai mensintesis glikoprotein yang
membentuk trimerik kompleks, berfungsi mengikat virus ke sel-sel endotel yang melapisi
permukaan interior pembuluh darah. Glikoprotein juga membentuk protein dimer, yang
memungkinkan virus menghindari sistem kekebalan tubuh dengan menghambat langkah-
langkah awal aktivasi neutrofil.
4. Kehadiran partikel virus dan kerusakan sel yang dihasilkan menyebabkan pelepasan
sitokin, yang berhubungan dengan demam dan peradangan. Efek sitopatik infeksi di sel-
sel endotel menghilangkan integritas vaskuler.
5. Tanpa integritas pembuluh darah kebocoran darah secara cepat menimbulkan perdarahan
internal dan eksternal sampai tahap masif dan bahkan dapat menyebabkan syok
hipovolemik.
• Manifestasi Klinis
Masa inkubasi virus Ebola mulai dari hari ke-2 sampai hari ke- 21, umumnya antara 5 sampai 10
hari. Gejala-gejalanya antara lain demam, perdarahan, nyeri kepala, nyeri otot dan sendi, radang
tenggorokan, lesu, disertai muntah, diare, dan nyeri perut. Pendarahan mulai muncul hampir
bersamaan dengan munculnya ruam makulopapular, yaitu pada hari ke- 5 – 7, terjadi di berbagai
tempat seperti mulut, mata, telinga, hidung, dan kulit. Perdarahan hanya terjadi pada kurang dari
50% penderita dan bahkan tidak ditemui pada beberapa kasus fatal.
Dapat juga ditemukan edema pada wajah, leher, dan daerah genital (skrotum/ labia) dan
hepatomegali.Bilasistemimunpenderitakuat, maka dalam 10 – 12 hari setelah onset demam dapat
berangsur – angsur menghilang. Pasien meninggal biasanya karena tidak meresponsnya sistem
imun terhadap virus. Tingkat kematian dapat mencapai 50% sampai 90%.
Onset penyakit ini setelah terjadi inkubasi ialah 2-21 hari. Gejala klinis dapat dibagi dalam 4
fase, yaitu:
1. Fase A: Influenza like syndrome. Terjadi gejala atau tanda nonspesifik seperti panas tinggi,
sakit kepala, artralgia, mialgia, nyeri tenggorokan, lemah badan, dan malaise.
2. Fase B: Bersifat akut (hari ke 1-6). Terjadi demam persisten yang tidak berespon terhadap
obat anti malaria atau antibiotik, sakit kepala, lemah badan yang terus menerus, dan diikuti oleh
diare, nyeri perut, anoreksia, dan muntah.
3. Fase C: Pseudo-remisi (hari ke 7-8). Selama periode ini penderita merasa sehat dengan
konsumsi makanan yang baik. Sebagian penderita dapat sembuh dalam periode ini dan selamat
dari penyakit.
4. Fase D: Terjadi agregasi (hari ke 9). Pada beberapa kasus terjadi penurunan kondisi kesehatan
yang drastis diikuti oleh gangguan respirasi; dapat terjadi gangguan hemostasis berupa
perdarahan pada kulit (petekia) serta gangguan neuropsikiatrik seperti delirium, koma,gangguan
kardiovaskular, dan syok hipovolemik.
•Diagnosis
Diagnosis pada orang yang baru terinfeksi virus Ebola cukup sulit karena gejala awal, seperti
demam, tidak spesifik dan sering terlihat sebagai penyakit yang lebih umum, seperti malaria dan
demam tifoid. Namun, jika seseorang memiliki gejala awal EVD dan memiliki riwayat kontak
dengan darah atau cairan tubuh penderita EVD, kontak dengan benda-benda yang telah
terkontaminasi dengan darah atau cairan tubuh dari penderita EVD, atau kontak dengan hewan
terinfeksi, mereka harus diisolasi dan petugas kesehatan masyarakat diinformasikan. Sampel
pasien dikumpulkan dan diuji untuk konfirmasi infeksi virus Ebola.
•Anamnesis
Dari anamnesis, pasien umumnya mengeluhkan gejala infeksi virus, seperti demam, sakit kepala,
nyeri otot, nyeri perut, fatigue, mual, muntah, dan diare. Tanda pendarahan juga dapat
dikeluhkan, misalnya epistaksis, konjungtiva hemoragik, dan gusi berdarah.
• Penatalaksanaan
- Terapi Suportif
Pengobatan bersifat suportif untuk pasien ebola bertujuan untuk mempertahankan fungsi jantung
dan ginjal, menjaga keseimbangan elektrolit, serta mencegah terjadinya komplikasi penyerta.
• Komplikasi
Sistem kekebalan tubuh orang sebetulnya akan merespons ebola secara berbeda. Ada yang bisa
pulih dari virus tanpa komplikasi, sementara yang lain bisa memiliki efek residual. Efek yang
melekat ini mungkin termasuk:
1. Masalah sendi
2. Rambut rontok
3. Kelemahan dan kelelahan yang ekstrem
4. Peradangan hati dan mata
5. Perubahan sensorik
6. Penyakit kuning.
Menurut Mayo Clinic, komplikasi seperti itu berlangsung selama beberapa minggu hingga
beberapa bulan. Sementara itu, komplikasi lain dari virus ini bisa mematikan, termasuk:
• Pencegahan
Pencegahan terhadap infeksi virus Ebola mencakup beberapa hal:
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
a. Identitas pasien
1. Nama : mencatat nama lengkap pasien yang terserang ebola
2. Usia mencatat usia pasien
3. Jenis kelamin : genre pasien (laki-laki/perempuan)
4. Alamat : tempat tinggal pasien (mengkaji daerah pasien)
5. pendidikan : pendidikan pasien saat ini
6. Status : menikah atau belum (adanya kemungkinanistri/suami/anaknya
sedang terserang virus penyakit ebola)
7. Suku dan warga negara : mengetahui wilayah pasienberpotensi terserang
ebola atau tidak
8. diagnosa medis : untuk mengetahui diagnosa pasien sebelumpengkajian saat
masuk rumah sakit sekarang
b. Keluhan utama
Alasan/keluhan yang menonjol pada pasien infeksi virus ebolauntuk datang ke
Rumah Sakit biasanya demam yang disertainyeri otot dan kelemahan fisik
c. Riwayat penyakit sekarang
Timbul demam mendadak, kelemahan yang sangat, nyeri otot,sakit kepala dan sakit
tenggorokan; Yang disertai denganmuntah, diare, ruam, gangguan fungsi ginjal
dan hati, dandalam beberapa kasus, terjadi perdarahan internal dan
eksternal(perdarahan pada gusi atau melena). Pada pemeriksaan laboratditemukan
penurunan tajam sel darah putih dan trombosit sertaterjadinya peningkatan enzim hati.
d. Riwayat penyakit yang pernah diderita
Penyakit apa saja yang pernah diderita oleh pasien.
e. Riwayat imunisasi munisasi apa saja yang pernah dilakukan oleh pasien.
f. Riwayat gizi
Pasien dengan EVD (ebola virus disease/infeksi virus ebola)sering mengalami keluhan
mual, muntah, dan napsu makanmenurun. Apabila kondisi ini berlanjut, dan
tidak disertaidengan pemenuhan nutrisi yang mencukupi, maka pasien dapatmengalami
penurunan berat badan sehingga status gizinyamenjadi kurang.
g.Pemeriksaan Fisik
a. -Breath : Takipnea
b. -Blood : Mata merah, hipotensi, hipovolemia, takikardi.
c. -Brain :-
d. -Bladder : -
e. -Bowel : biasanya klien mual, muntah, sakit perut
f. -Bone : biasanya klien kelemahan, kelelahan
h.Pemeriksaan Laboratorium
Dari pemeriksaan laboratorium biasanya ditemukan leucopenia,trombositopenia,
dan peningkatan transaminase serum, sertakelainan ginjal dan koagulasi.
Temuan laboratorium lainnyatermasuk : penurunan tajam total protein plasma
(reflektif darisindrom kebocoran kapiler) dan kadar amylase tinggi.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Resiko perdarahan berhubungan dengan koagulopati inheren(trombositopenia)
2. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengankehilangan cairan
melalui rute normal.
3. Diare b.d inflamasi gastrointestinal
4. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis (infeksi)
5. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan kurang asupan makanan
6. Hipertermia berhubungan dengan penyakit
C. Intervensi
D. Evaluasi
Penatalaksanaan ebola virus disease (EVD) saat ini hanya diberikan terapi suportif, adapun pemberian
vaksin yaitu rVSV-ZEBOV namun meskipun telah dikonfirmasi aman tapi memiliki efeksamping yaitu
nyeri sendi pada fase I dan II, maka dari itu diharapkan adanya penelitian lanjutan untuk meminimalisir
efeksamping yang ditimbulkan.
Terapi Suportif:
Pengobatan bersifat suportif untuk pasien ebola bertujuan untuk mempertahankan fungsi jantung dan
ginjal, menjaga keseimbangan elektrolit, serta mencegah terjadinya komplikasi penyerta. Disesuaikan
dengan temuan klinis yang terjadi pada pasien. Umumnya dilakukan terapi suportif sebagai berikut:
Menerapkan gizi seimbang dengan konsumsi vitamin dan mineral yang dapat membantu meningkatkan
sistem kekebalan tubuh diantaranya yaitu :
1. Vitamin A (wortel, bayam, telur, susu dan ikan),C (pepaya, tomat, jambu, jeruk, brokoli,dll),E
(telur, tauge, tahu, tempe,dll)
2. Zat besi (fe) bayam, hati ayam/sapi
3. Zinc dan selenium (kacang, daging sapi/ayam, ikan, jamur dan biji-bijian)