Anda di halaman 1dari 13

• Definisi

Ebola virus disease (EVD), atau dikenal juga dengan sebutan ebola hemorrhagic fever (demam
berdarah Ebola), merupakan penyakit mematikan akibat kebocoran vaskuler dan gangguan
pembekuan darah sehingga menyebabkan kegagalan multiorgan dan syok hipovolemik. Penyakit
ini disebabkan oleh infeksi virus Ebola.

EBOV atau EBOLA merupakan patogen agresif yang menyebabkan gejala demam dengan
perdarahan yang letal pada manusia dan hewan. Adanya penyakit ini pertama kali ditemukan di
dekat sungai Ebola dengan sering terlihat di mikroskop elektron ialah struktur tubular panjang.
Virus Ebola mengandung 1 molekul linear singlestranded dengan negative-sense RNA yang
hampir mirip dengan Paramyxoviridae.

• Etiologi

Virus Ebola merupakan virus RNA yang terbungkus, linier, nonsegmented, negatif, serta
beruntai tunggal. Terdapat 6 spesies virus Ebola, yaitu Zaire ebolavirus, Sudan ebolavirus, Taï
Forest ebolavirus (sebelumnya Cote d'ivoire ebolavirus), Bundibugyo ebolavirus, Reston
ebolavirus, dan Bombali ebolavirus.

Virus Ebola berasal dari genus Ebolavirus, famili Filoviridae.13 Famili Filoviridae memiliki
garis tengah 800 nm dan panjang mencapai 1000 nm. Virus Ebola mengandung molekul lurus
dan RNA negatif. Apabila dilihat dengan menggunakan mikroskop elektron, bentuk virus seperti
berfilamen, atau kelihatan bercabang. Terdapat juga virus yang berbentuk “U”, “b” dan
berbentuk bundar.

• Patofisiologi
Ebola virus disease (EVD) pada manusia adalah virus Ebola menginfeksi banyak sel, seperti
monosit, makrofag, sel dendritik, sel endotel, fibroblast, hepatosit, sel kortikal adrenal, dan sel
epitel. Virus Ebola akan bermigrasi menuju kelenjar getah bening, lalu ke hati, limpa, serta
kelenjar adrenal.

Virus Ebola memiliki genom RNA beruntai negatif nonsegmented yang mengandung 7 gen


struktural dan pengatur. Kode genome Ebola terdiri dari 4 protein struktural virion (VP30, VP35,
nucleoprotein, dan protein polymerase), dan 3 protein terkait membrane (VP40, glikoprotein, dan
VP24). Setelah manusia atau primata terinfeksi, masa periode awal replikasi virus akan
berkembang cepat.

Walaupun limfosit tidak terinfeksi virus ebola, tetapi limfosit tetap mengalami apoptosis yang
menyebabkan penurunan jumlah limfosit dalam tubuh. Kemudian terjadi juga nekrosis
hepatoseluler yang berhubungan dengan disregulasi proses pembekuan darah dan koagulopati.
Selain itu, virus ebola juga memicu pelepasan sitokin pro-inflamasi yang menyebabkan
kebocoran vaskuler dan gangguan pembekuan darah, sehingga terjadi kegagalan multiorgan dan
syok hipovolemik

• Patogenesis

Patogenesis infeksi virus Ebola. Hasil akhir infeksi virus Ebola berat ialah syok yang
disebabkan oleh beberapa proses yang saling memengaruhi: replikasi virus sistemik, supresi
sistem imun, peningkatan permeabilitas vaskular, dan koagulopati. Infeksi primer dari sel target
seperti monosit/makrofag dan sel dendritik menghasilkan penyebaran sistemik dari virus dan
aktivasi diferensiasi sel. Monosit/makrofag diaktifkan untuk memroduksi sitokin proinflamasi
dan tissue factors, sedangkan sel dendritik teraktivasi yang rusak memperburuk respon imun
protektif. Meskipun virus tidak menginfeksi limfosit dan sel natural killer (NK), apoptosis terjadi
pada semua tipe sel. Sel endotel kemudian diaktivasi oleh sitokin proinflamasi dan partikel virus
yang menyebabkan peningkatan permeabilitas. Pelepasan tissue factors dalam monosit/makrofag
merangsang koagulopati, yang juga mengakibatkan peningkatan inflamasi

EVD menular melalui darah,muntah,feses,dan cairan tubuh dari manusia pengidap EVD ke
manusia lain. Virus Ebola juga bisa ditemukan dalam urin dan cairan sperma. Infeksi terjadi
ketika cairan-cairan tubuh tersebut menyentuh mulut, hidung, atau luka terbuka orang sehat.
Bersentuhan melalui kasur, pakaian, atau permukaan yang terkontaminasi juga bisa
menyebabkan infeksi, tetapi pada orang sehat hanya melalui luka terbuka.

( Sampai saat ini belum ditemukan bukti bahwa virus Ebola dapat ditularkan dari ibu ke anak
melalui pemberian ASI.)

- Tahap EVD

1. Virus Ebola menginfeksi subjek melalui kontak dengan cairan tubuh atau sekret pasien
terinfeksi dan didistribusikan melalui sirkulasi. Kontak dapat terjadi melalui lecet di kulit
selama perawatan pasien, ritual penguburan, dan mungkin kontak dengan daging
terinfeksi atau di permukaan mukosa. Jarum suntik dapat merupakan rute utama paparan
di rumah sakit.
2. Sekitar 1 minggu setelah infeksi, virus mulai melakukan replikasi pada sel – sel target
utama, yaitu sel endotel, fagosit mononuklear, dan hepatosit
3. Virus kemuadian mengambil alih sistem kekebalan dan sintesis protein dari sel yang
terinfeksi. Barulah kemudian virus Ebola mulai mensintesis glikoprotein yang
membentuk trimerik kompleks, berfungsi mengikat virus ke sel-sel endotel yang melapisi
permukaan interior pembuluh darah. Glikoprotein juga membentuk protein dimer, yang
memungkinkan virus menghindari sistem kekebalan tubuh dengan menghambat langkah-
langkah awal aktivasi neutrofil.
4. Kehadiran partikel virus dan kerusakan sel yang dihasilkan menyebabkan pelepasan
sitokin, yang berhubungan dengan demam dan peradangan. Efek sitopatik infeksi di sel-
sel endotel menghilangkan integritas vaskuler.
5. Tanpa integritas pembuluh darah kebocoran darah secara cepat menimbulkan perdarahan
internal dan eksternal sampai tahap masif dan bahkan dapat menyebabkan syok
hipovolemik.

• Manifestasi Klinis
Masa inkubasi virus Ebola mulai dari hari ke-2 sampai hari ke- 21, umumnya antara 5 sampai 10
hari. Gejala-gejalanya antara lain demam, perdarahan, nyeri kepala, nyeri otot dan sendi, radang
tenggorokan, lesu, disertai muntah, diare, dan nyeri perut. Pendarahan mulai muncul hampir
bersamaan dengan munculnya ruam makulopapular, yaitu pada hari ke- 5 – 7, terjadi di berbagai
tempat seperti mulut, mata, telinga, hidung, dan kulit. Perdarahan hanya terjadi pada kurang dari
50% penderita dan bahkan tidak ditemui pada beberapa kasus fatal.

Dapat juga ditemukan edema pada wajah, leher, dan daerah genital (skrotum/ labia) dan
hepatomegali.Bilasistemimunpenderitakuat, maka dalam 10 – 12 hari setelah onset demam dapat
berangsur – angsur menghilang. Pasien meninggal biasanya karena tidak meresponsnya sistem
imun terhadap virus. Tingkat kematian dapat mencapai 50% sampai 90%.

• Gejala Dan Tanda Klinis

Onset penyakit ini setelah terjadi inkubasi ialah 2-21 hari. Gejala klinis dapat dibagi dalam 4
fase, yaitu:

1. Fase A: Influenza like syndrome. Terjadi gejala atau tanda nonspesifik seperti panas tinggi,
sakit kepala, artralgia, mialgia, nyeri tenggorokan, lemah badan, dan malaise.

2. Fase B: Bersifat akut (hari ke 1-6). Terjadi demam persisten yang tidak berespon terhadap
obat anti malaria atau antibiotik, sakit kepala, lemah badan yang terus menerus, dan diikuti oleh
diare, nyeri perut, anoreksia, dan muntah.

3. Fase C: Pseudo-remisi (hari ke 7-8). Selama periode ini penderita merasa sehat dengan
konsumsi makanan yang baik. Sebagian penderita dapat sembuh dalam periode ini dan selamat
dari penyakit.

4. Fase D: Terjadi agregasi (hari ke 9). Pada beberapa kasus terjadi penurunan kondisi kesehatan
yang drastis diikuti oleh gangguan respirasi; dapat terjadi gangguan hemostasis berupa
perdarahan pada kulit (petekia) serta gangguan neuropsikiatrik seperti delirium, koma,gangguan
kardiovaskular, dan syok hipovolemik.

•Diagnosis

Diagnosis pada orang yang baru terinfeksi virus Ebola cukup sulit karena gejala awal, seperti
demam, tidak spesifik dan sering terlihat sebagai penyakit yang lebih umum, seperti malaria dan
demam tifoid. Namun, jika seseorang memiliki gejala awal EVD dan memiliki riwayat kontak
dengan darah atau cairan tubuh penderita EVD, kontak dengan benda-benda yang telah
terkontaminasi dengan darah atau cairan tubuh dari penderita EVD, atau kontak dengan hewan
terinfeksi, mereka harus diisolasi dan petugas kesehatan masyarakat diinformasikan. Sampel
pasien dikumpulkan dan diuji untuk konfirmasi infeksi virus Ebola.

•Anamnesis

Dari anamnesis, pasien umumnya mengeluhkan gejala infeksi virus, seperti demam, sakit kepala,
nyeri otot, nyeri perut, fatigue, mual, muntah, dan diare. Tanda pendarahan juga dapat
dikeluhkan, misalnya epistaksis, konjungtiva hemoragik, dan gusi berdarah.

• Penatalaksanaan

Penatalaksanaan ebola virus disease (EVD) hanya diberikan terapi suportif, karena belum


ditemukan obat antivirus yang sesuai untuk EVD. Semua pasien EVD harus dimasukan ke dalam
ruang isolasi karena berpotensi tinggi penyebaran penyakit. Monitoring pasien dan perawatan
pasien terkadang perlu di dalam ruangan intensif agar dapat meningkatkan kualitas hidup pasien.

- Terapi Suportif

Pengobatan bersifat suportif untuk pasien ebola bertujuan untuk mempertahankan fungsi jantung
dan ginjal, menjaga keseimbangan elektrolit, serta mencegah terjadinya komplikasi penyerta.

• Komplikasi

Sistem kekebalan tubuh orang sebetulnya akan merespons ebola secara berbeda. Ada yang bisa
pulih dari virus tanpa komplikasi, sementara yang lain bisa memiliki efek residual. Efek yang
melekat ini mungkin termasuk:

1. Masalah sendi
2. Rambut rontok
3. Kelemahan dan kelelahan yang ekstrem
4. Peradangan hati dan mata
5. Perubahan sensorik
6. Penyakit kuning.

Menurut Mayo Clinic, komplikasi seperti itu berlangsung selama beberapa minggu hingga
beberapa bulan. Sementara itu, komplikasi lain dari virus ini bisa mematikan, termasuk:

1. Kegagalan banyak organ


2. Koma
3. Syok
4. Pendarahan hebat.

• Pencegahan
Pencegahan terhadap infeksi virus Ebola mencakup beberapa hal:

1. Isolasi pasien infeksi Ebola dari pasien lainnya


2. Mengurangi penyebaran penyakit dari kera dan babi yang terinfeksi ke manusia. Hal ini
dapat dilakukan dengan memeriksa hewan tersebut terhadap kemungkinan infeksi, serta
membunuh dan membakar hewan dengan benar jika ditemukan menderita penyakit
tersebut. Memasak daging dengan benar dan mengenakan pakaian pelindung ketika
mengolah daging juga mungkin berguna, begitu juga dengan mengenakan pakaian
pelindung dan mencuci tangan ketika berada di sekitar orang yang menderita penyakit
tersebut. Sampel cairan dan jaringan tubuh dari penderita penyakit harus ditangani
dengan sangat hati-hati.
3. Menggunakan sarung tangan dan perlengkapan pelindung diri yang lengkap, dalam hal
ini standard precautions (termasuk mencuci tangan sebelum dan sesudah memeriksa
pasien)
4. Persiapan pembakaran dengan benar jenazah individu yang meninggal karena virus Ebola
untuk mencegah penularan

ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
a. Identitas pasien
1. Nama : mencatat nama lengkap pasien yang terserang ebola
2. Usia mencatat usia pasien
3. Jenis kelamin : genre pasien (laki-laki/perempuan)
4. Alamat : tempat tinggal pasien (mengkaji daerah pasien)
5. pendidikan : pendidikan pasien saat ini
6. Status : menikah atau belum (adanya kemungkinanistri/suami/anaknya
sedang terserang virus penyakit ebola)
7. Suku dan warga negara : mengetahui wilayah pasienberpotensi terserang
ebola atau tidak
8. diagnosa medis : untuk mengetahui diagnosa pasien sebelumpengkajian saat
masuk rumah sakit sekarang
b. Keluhan utama
Alasan/keluhan yang menonjol pada pasien infeksi virus ebolauntuk datang ke
Rumah Sakit biasanya demam yang disertainyeri otot dan kelemahan fisik
c. Riwayat penyakit sekarang
Timbul demam mendadak, kelemahan yang sangat, nyeri otot,sakit kepala dan sakit
tenggorokan; Yang disertai denganmuntah, diare, ruam, gangguan fungsi ginjal
dan hati, dandalam beberapa kasus, terjadi perdarahan internal dan
eksternal(perdarahan pada gusi atau melena). Pada pemeriksaan laboratditemukan
penurunan tajam sel darah putih dan trombosit sertaterjadinya peningkatan enzim hati.
d. Riwayat penyakit yang pernah diderita
Penyakit apa saja yang pernah diderita oleh pasien.
e. Riwayat imunisasi munisasi apa saja yang pernah dilakukan oleh pasien.
f. Riwayat gizi
Pasien dengan EVD (ebola virus disease/infeksi virus ebola)sering mengalami keluhan
mual, muntah, dan napsu makanmenurun. Apabila kondisi ini berlanjut, dan
tidak disertaidengan pemenuhan nutrisi yang mencukupi, maka pasien dapatmengalami
penurunan berat badan sehingga status gizinyamenjadi kurang.
g.Pemeriksaan Fisik
a. -Breath : Takipnea
b. -Blood : Mata merah, hipotensi, hipovolemia, takikardi.
c. -Brain :-
d. -Bladder : -
e. -Bowel : biasanya klien mual, muntah, sakit perut
f. -Bone : biasanya klien kelemahan, kelelahan
h.Pemeriksaan Laboratorium
Dari pemeriksaan laboratorium biasanya ditemukan leucopenia,trombositopenia,
dan peningkatan transaminase serum, sertakelainan ginjal dan koagulasi.
Temuan laboratorium lainnyatermasuk : penurunan tajam total protein plasma
(reflektif darisindrom kebocoran kapiler) dan kadar amylase tinggi.

B. Diagnosa Keperawatan
1. Resiko perdarahan berhubungan dengan koagulopati inheren(trombositopenia)
2. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengankehilangan cairan
melalui rute normal.
3. Diare b.d inflamasi gastrointestinal
4. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis (infeksi)
5. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan kurang asupan makanan
6. Hipertermia berhubungan dengan penyakit

C. Intervensi

No. Diagnosa Keperawatan NOC NIC

1. Resiko perdarahan -Keseimbangan cairan 1.timbang berat badansetiap


berhubungan dengan Setelah tindakan perawatan hari dan monitorstatus pasien
koagulopati selama 2x24 jam, defisit 2.jaga intake/asupanyang
inheren(trombositopenia) volume cairan terpenuhi, akurat dan catatoutput
dengan kriteria hasil : (pasien)
1. Tekanan darah normal 3.monitor status hidrasi
2. Keseimbangan intake dan (misalnya, membranmukosa
output dalam 24 jam lembab,denyut nadi
3. Elastisitas turgor kulit adekuat,dan tekanan darah
4Kelembaban membrane ortostatik)
mukosa 4.monitor tanda-tandavital
pasien
5.monitor perubahanberat
badan pasiensebelum dan
setelah dialysis
6.distribusikan asupan cairan
selama 24 jam
7.dukung pasien dan
keluarga untuk membantu
dalam pemberian makan
dengan baik
8. monitor reaksi
pasienpasien terhadap terapi
elektrolit yang diresepkan

2. Resiko kekurangan Koagulasi Darah Setelah 1. Monitor dengan ketat


volume cairan tindakan perawatan selama risiko terjadinya perdarahan
berhubungan 2x24 jam, perdarahan pada pasien
2. Catat nilai hemoglobin dan
dengankehilangan cairan teratasi,dengan kriteria
hematokrotit sebelum dan
melalui rute normal hasil : sesudah pasien kehilangan
1. Pembentukan pembekuan darah sesuai indikasi
2.Waktu parsial 3. Monitor tanda dan gejala
romboplastin/ partial pendarahan
thromboplastin time (PTT) Menetap
3. Hemoglobin (Hgb) 4. Monitor komponen
koagulasi darah
4. Hitung platelet/platelet
5. Monitor tanda-tanda bital
count ortostatik, termasuk tekanan
darah
6. Perhatikan agar pasien
tirah baring jika terjadi
perdarahan aktif 7. Berikan
produk-produk penggantian
darah
8. Lindungi pasien dari
trauma-trauma yang dapat
menyebabkan perdarahan
9. Beritahu pasien untuk
pencegahan tindakan-tindakan
invasif, jika tidak dapat
dihindari, monitor dengan
ketat tanda-tanda perdarahan
10. Intruksikan pasien dan
keluarga untuk memonitor
tanda- tanda perdarahan dan
mengambil indakan yang tepat
jika terjadi perdarahan.

3. Diare b.d inflamasi -kontrol gejala -keparahan .Tentukan riwayat diare


gastrointestinal infeksiSetelah dilakukan 2. Ambil tinja untuk
tindakan keperawatan pemeriksaan kultur dan
sensitifitas bila diare
selama 2 x 24 jam diare
berlanjut
dapat teratasi dengan kriteria 3. Ajari pasien cara
hasil : penggunaan obat anti diare
1. Klien dapat memantau secara tepat.
munculnya gejala 4.Instruksikan pasien atau
2. Klien dapat memantau keluarga pasien untuk
keparahan gejala mencatat warna, volume,
frekuensi, dan konsistensi
3. Klien dapar melakukan
tinja.
tindakan-tindakan 5.Identifikasi faktor yangbisa
pencegahan menyebabkan diare.
4. Klien dapat melakukan 6. Berikan makanan dalam
tindakan untuk mengurangi porsi kecil dan lebih sering
gejala serta tingkatkan porsi secara
5. Klien melaporkan gejala bertahap
7.Amati turgor kulit secara
yang dapat dikontrol
bertahap
6. Demam menurun (suhu 8.Ukur diare/output
normal : 36 )°C7. Klien pencernaan
tidak mengalami hipotermia 9.Ajarkan cuci tangan bagi
8. Klien tidak mengalami petugas Kesehatan
malaise 10.Anjurkan pasien mengenai
Teknik mencuci tangan
dengan tepat
11.Berikan terapi antibiotic
yang sesuai
Ajarka pasien dan keluarga
mengenai bagai mana
menghindari infeksi.
4. Nyeri akut berhubungan -Kontrol nyeri Setelah
dengan agen cedera dilakukan tindakan 1. Lakukan pengkajian nyeri
biologis (infeksi) keperawatan selama 2 x 24 komprehensif yang meliputi
jam nyeri teratasi dengan lokasi,
kriteria hasil : karakteristik,onset/durasi,
frekuensi, kualitas, intensitas
1. Pasien dapat mengenali
atau beratnya nyeri dan faktor
faktor penyebab pencetus
2. Pasien dapat menerapkan 2. Gunakan strategi
tindakan pencegahan komunikasi terapeutik untuk
terhadap nyeri mengetahui pengalaman nyeri
3. Pasien mampu dan pastikan penerimaan
menggunakan analgesic pasien terhadap nyeri.
3. Ajarkan prinsip-prinsip
yang direkomendasikan.
managemen nyeri
4. Pastikan perawatan
analgesic bagi pasien
dilakukan dengan pemantauan
yang ketat
5. Cek riwayat adanya alergi
obat
6. Cek perintah pengobatan
meliputi obat, dosis, dan
frekuensi obat analgesic.

5. Ketidakseimbangan - Perilaku patuh : Diet 1. Kolaborasi dengan tim


nutrisi kurang dari yang sehatSetelah dilakukan kesehatan lain untuk
kebutuhan tubuh tindakan keperawatan mengembangkan rencana
2.perawatan dengan
berhubungan dengan selama 2 x 24 jam kebutuhan
melibatkan klien dan orang-
kurang asupan makanan nutrisiteratasi dengan orang terdekatnya dengan
kriteriahasil : tepat
1. Pasien mampu menyusun 3.Dorong klien untuk
capaian diet mendiskusikan makanan yang
2. Pasien mampu disukai bersama dengan ahli
menyeimbangkan intake gizi
4.Ajarkan dan dukung konsep
kalori dan kebutuhan kalori
nutrisi yang baik dengan klien
3. Pasien mampu memilih 5.Monitor intake/ asupan dan
makanan sesuai dengan asupan cairan dengan tepat
panduan nutrisi yang 6.Tentukan status gizi pasien
direkomendasikan dan kemampuanpasien untuk
4. Memilih makanan memenuhikebutuhan gizi
berdasrakan informasi 7.Indentifikasi adanya
alergi/intolenransi makanan
nutrisi pada label kemasan
yang dimiliki pasien
makanan 8.Beri obat-obatan sebelum
5. Pasien mampu makan (penghilang rasa sakit)
menghindari makanan yang jika diperlukan.
dapat berinteraksi dengan
obat-obatan medikasi.

6. Hipertermia -Keparahan Infeksi-Kontrol 1. Pantau suhu dan tanda-


berhubungan dengan Risiko : HipertermiSetelah tanda vital lainnya
penyakit dilakukan tindakan 2. Monitor asupan dan
keluaran, sadari perubahan
keperawatan selama 2 x 24
kehilangan cairan yang tak
jam hipertermia teratasi dirasakan
dengan kriteria hasil : 3. Tutup pasien dengan
1. Demam teratasi selimut atau pakaian ringan,
2. Nyeri teratasi tergantung padafase demam
3. Hilang nafsu makan 4. Dorong konsumsi cairan
4.Peningkatan jumlah sel 5. Monitor suhu dan warna
kulit6Monitor tekanan
darah putih
darah,nadi dan respirasi sesuai
5. Klien mampu kebutuhan
mengidentifikasi tanda dan 7. Sesuaikan suhu lingkungan
gejala hipertermia untuk kebutuhan pasien
8. Berikan pengobatan
atipiretik sesuai kebutuhan

D. Evaluasi

a. Setelah dilakukan tindakan keperawatan 2 x 24 jam resiko perdarahan


dapat teratasi.

b. Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam risiko


kekurangan volume cairan dapat teratasi.

c. Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam diare dapat diatasi.

d. Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam nyeri berkurang

e. Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam ketidak


seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh dapat diatasi dan BB pasien
Ideal.

f. Hipertermia berhubungan dengan penyakit


Terapi farmakologi pada ebola

Penatalaksanaan ebola virus disease (EVD) saat ini hanya diberikan terapi suportif, adapun pemberian
vaksin yaitu rVSV-ZEBOV namun meskipun telah dikonfirmasi aman tapi memiliki efeksamping yaitu
nyeri sendi pada fase I dan II, maka dari itu diharapkan adanya penelitian lanjutan untuk meminimalisir
efeksamping yang ditimbulkan.

Terapi Suportif:

Pengobatan bersifat suportif untuk pasien ebola bertujuan untuk mempertahankan fungsi jantung dan
ginjal, menjaga keseimbangan elektrolit, serta mencegah terjadinya komplikasi penyerta. Disesuaikan
dengan temuan klinis yang terjadi pada pasien. Umumnya dilakukan terapi suportif sebagai berikut:

1. Rehidrasi intravena karena penderita akan membutuhkan penggantian cairan,. tidak


direkomendasikan rehidrasi peroral karena penderita memiliki rasa mual, muntah, chronic
fatigue, terkadang juga terdapat nyeri menelan/disfagia
2. Terapi oksigen untuk menjaga status oksigen dalam tubuh
3. Pemberian faktor koagulasi yang berguna untuk menghentikan perdarahan
4. Obat-obatan yang meningkatkan tekanan darah, mencegah mual muntah, serta mengatasi nyeri
dan demam
5. Obat lain disesuaikan dengan infeksi penyerta, seperti obat untuk influenza
6. Pemberian tranfusi darah, jika terjadi perdarahan untuk mengganti darah yang hilang serta
tetap mempertahankan kestabilan sirkulasi dan mencegah terjadi kegagalan organ.

Terapi gizi yang diberikan:

Menerapkan gizi seimbang dengan konsumsi vitamin dan mineral yang dapat membantu meningkatkan
sistem kekebalan tubuh diantaranya yaitu :

1. Vitamin A (wortel, bayam, telur, susu dan ikan),C (pepaya, tomat, jambu, jeruk, brokoli,dll),E
(telur, tauge, tahu, tempe,dll)
2. Zat besi (fe) bayam, hati ayam/sapi
3. Zinc dan selenium (kacang, daging sapi/ayam, ikan, jamur dan biji-bijian)

Anda mungkin juga menyukai