Anda di halaman 1dari 10

UJIAN BLOK SEMESTER

METEODOLOGI PENELITIAN

ANALISIS COPPING STRESS PADA TENAGA KESEHATAN


YANG PERNAH MENANGANI PASIEN POSITIF COVID19

Dosen Pendamping :
Reni Nurhidayah, S.Kep., Ns., M.Kep

Disusun Oleh :
Delta Seviana
1811B0014/IPN 6A

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
INSTITUT ILMU KESEHATAN
STRADA INDONESIA
2021/2022

1
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................ i
DAFTAR ISI............................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang............................................................................................ 1
1.2. Rumusan Masalah...................................................................................... 3
1.3. Tujuan Penelitian........................................................................................ 3
1.4. Manfaat Penelitian...................................................................................... 3
BAB III DAFTAR PUSTAKA................................................................................ 9

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Corona Virus Desease (Covid-19) adalah kelompok virus yang bisa


menyebabkan penyakit, baik itu pada manusia, pada manusia bisa
menyebabkan infeksi saluran pernafasan mulai dari flu biasa sampai penyakit
yang serius seperti Middle East Respiratory Syndroma (MERS) dan syndroma
pernafasan akut berat/ Severe Acute Respiratory Syndroma (WHO, 2020).
Corona virus pertama kali dikenal dengan sebutan 2019 novel coronavirus
(2019- nCoV), karena ditemukan pada tahun 2019 di China tepatnya di kota
Wuhan. Pada tanggal 11 Februari 2020 WHO meresmikan 2019 novel
coronavirus (2019-nCoV) menjadi Coronavirus Disease (COVID-19) (Susilo
et al., 2020). COVID-19 merupakan penyakit yang disebabkan oleh tipe baru
coronavirus dengan gejala umum demam, batuk, kelemahan, kejang dan diare
dan penularannya sangat cepat (Fadhli, Safrudin, Ahmad, Sumbara &
Baharudin, 2020).

Gejala-gejala penyakit COVID-19 yang paling umum adalah demam, rasa


lelah, dan batuk kering. Beberapa pasien mungkin mengalami rasa nyeri dan sakit,
hidung tersumbat, pilek, sakit tenggorokan atau diare. Gejala-gejala yang dialami
biasanya bersifat ringan dan muncul secara bertahap. Beberapa orang yang
terinfeksi mungkin tidak menunjukkan gejala apapun dan tetap merasa sehat
(WHO, 2020). COVID-19 menjadi permasalahan yang semakin serius dimana
tingkat penyebaran virus begitu pesat dan tidak menunjukkan gejala yang
signifikan. WHO secara resmi menyatakan COVID-19 sebagai pandemi pada
Rabu, 11 Maret 2020, hal tersebut terjadi setelah penyakit tersebut menjangkit
semakin banyak orang. Menurut WHO, pandemi adalah skala penyebaran
penyakit yang terjadi secara global di seluruh dunia (Musyarofah et al., 2021).

Berdasarkan Data World Health Organization (WHO) pada 6 April


2020, jumlah penderita di dunia adalah 1.278.523 yang terinfeksi kasus
Covid-19. Dari 1,2 juta kasus positif korona, 69.757 (5,46%) pasien Covid-19
telah meninggal dan 266.732 (20,9%) orang telah sembuh dari total kasus
positif. Sedangkan di Indonesia, data terakhir tentang jumlah kasus positif

1
virus korona (Covid-19) masih menunjukkan peningkatan 2.491 kasus.
Tingkat kematian pasien Covid-19 juga terus meningkat 209 orang (8,39%)
dan 192 orang (7,70%) sembuh dari jumlah penderita positif. Dari
perbandingan data tersebut bahwa di Indonesia masih mengalami peningkatan
dari jumlah kematian dan tingkat pasien (Fadli et al., 2020). Pandemi COVID-
19 menyebabkan timbulnya tekanan emosional seperti cemas pada semua
orang. Semua individu maupun kelompok mengalami perasaan putus asa,
sedih berlebihan, dan kehilangan tujuan akan kehidupan akibat cemas selama
pandemi (Levin, 2019).

Kecemasan yang normal (normal anxiety) adalah perasaan yang umum


terjadi pada setiap manusia agar dapat berhati-hati dan waspada akan suatu
kondisi baru, tetapi bila kecemasan itu sudah terlalu tinggi, ia akan
mengganggu keseimbangan hidup manusia (Hayat, 2017). Berdasarkan
penelitian mengenai angka kejadian kecemasan selama pandemi COVID-19
dengan populasi umum di China didapatkan prevalensi kecemasan 31,6% (Shi
et al, 2020) sedangkan di Indonesia, berdasarkan data yang diperoleh dari
swaperiksa web Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia
(PDSKJI) didapatkan hasil 63% responden yang tersebar di Indonesia
memiliki masalah psikologis cemas akibat kasus COVID-19 (PDSKJI, 2020).
Berdasarkan penelitian angka kejadian kecemasan selama pandemi COVID-
19 pada tenaga kesehatan di China didapatkan prevalensi kecemasan 24,06%
(Pappa et al, 2020).

Studi sebelumnya menunjukkan bahwa 69% petugas kesehatan


mengalami depresi, 58,9% mengalami kecemasan, 55,9% mengalami stres,
dan 37,3% mengalami kurang tidur (<6 jam/hari) (Arafa et al., 2021).
Penelitian petugas kesehatan juga menunjukkan prevalensi depresi,
kecemasan, insomnia sebesar 57,6%, 45,4%, dan 32,0% (Y. Zhou et al.,
2020). Penelitian terhadap petugas kesehatan di Wuhan juga melaporkan
bahwa 50,4% mengalami gejala depresi, 44,6% mengalami kecemasan, 34,0%
mengalami insomnia dan, 71,5 mengalami stres. Tenaga kesehatan yang
terlibat langsung mengalami gejala depresi yang lebih tin ggi dengan p-
value=0,01, kecemasan p-value<0,001 dan insomnia pvalue<0,001 (Lai et al.,
2020).

2
Tenaga kesehatan yang mengalami gangguan kecemasan akan
mengalami perasaan yang tidak nyaman dan khawatir berlebihan dalam
jangka waktu yang panjang sehingga penderita akan terus ketakutan, tidak
dapat bergerak dan menolak melakukan pelayanan kesehatan (Pappa et al,
2020). Berdasarkan UU RI No 29 tentang Praktik Kedokteran tahun 2004,
pasien yang berada di rumah sakit memiliki hak untuk mendapatkan
pelayanan kesehatan yang seharusnya ia dapatkan dan seorang dokter
memiliki kewajiban untuk memberikan pelayanan kesehatan yang sesuai serta
melakukan pertolongan darurat kepada pasien atas dasar kemanusiaan.

RSUD Mardi Waluyo merupakan rumah sakit yang memiliki visi


menjadi rumah sakit pilihan di Kota Blitar yang memberikan pelayanan yang
prima dan dapat dijangkau masyarakat khususnya Kota Blitar dan umumnya
di Provinsi Jawa Timur dengan misi menyelenggarakan pelayanan kesehatan
yang holistik, efisien dan efektif, bermutu dan profesional yang terjangkau
dan mengutamakan keselamatan pasien, membangun sumber daya manusia
yang profesional, akuntabel yang berorientasi pada pasien, berintegrasi dalam
memberikan pelayanan, mengedepankan kepuasan dan kemudahan pelayanan
kesehatan, serta mendukung pemerintah dalam bidang kesehatan. RSUD
Mardi Waluyo terdiri atas bagian penunjang medik, pelayanan medik,
keperawatan, SDM dan umum, serta keuangan dan akuntansi yang dipimpin
oleh seorang direktur. Mengingat visi dan misi rumah sakit yang ingin dicapai
serta pentingnya peran tenaga kesehatan dalam memberikan pelayanan
kesehatan untuk memutus mata rantai penyebaran penyakit COVID-19 maka
kesehatan mental tenaga kesehatan perlu diketahui dan diperhatikan.

Berdasarkan fenomena di atas, dapat dikatakan bahwa kecemasan


merupakan dampak nyata yang terjadi selama pandemi COVID-19 terutama
pada tenaga kesehatan. Maka dari itu, penulis tertarik untuk melakukan
penelitian lebih lanjut mengenai kecemasan pada tenaga kesehatan yang
berjudul “Analisis Copping Stress Pada Tenaga Kesehatan Yang

Pernah Menangani Pasien Positif Covid19.”

3
Perilaku coping di lakukan pada saat ketika seseorang merasa stress.
Coping merupakan suatu proses seseorang dalam melakukan sebuah usaha untuk
mengatur hal yang tidak sesuai antara situasi dan kondisi sehingga menimbulkan
stress, dalam usaha coping tersebut memiliki banyak variasi dan tidak selalu
mengarahkan pada pemecahan masalah. Individu dapat memilih dengan menerima
terkanan tersebut dan juga bisa menolak situasi tersebut. Sumber utama pada
individu yang mengalami stress disebabkan pada tuntutan lingkungan, jika tidak
dapat terpenuhi maka akan ada hal yang ditakutinya akan terjadi pada hidupnya.
Terdapat berbagai cara usaha untuk mengatasi stress yang di rasakan sehingga
terdapat dampak yang tidak mengganggu keseimbangan psikologis individu
dalam menjalankan tugas (Lubis et al, 2015).

Coping stress merupakan usaha merubah perilaku seseorang untuk


menghadapi situasi tertentu dengan mengubah lingkungan sekitar atau situasi
yang yang menyebabkan stressful seseorang dalam menyelesaikan masalahnya
tersebut. Coping stress juga merupakan cara bagaimana seorang individu untuk
mencoba mengatur hal-hal yang didapat dari lingkungan sekitar yang mereka
gunakan untuk menghadapi situasi stress tersebut (Meiriana, 2016). Oleh karena
itu sangat dibutuhkan copping stress untuk tenaga kesehatan yang menangani
pasien covid-19. Berdasarkan kondisi pada saat sekarang ini, peneliti tertarik
untuk melakukan penelitian mengenai pengalaman tenaga kesehatan yang
menangani pasien covid-19 dengan tujuan mendapatkan solusi atas permasalahan
yang banyak terjadi pada tenaga kesehatan saat ini.

4
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah yang dapat
diambil adalah Bagaimanakah tingkat kecemasan pada tenaga kesehatan di
masa pandemi covid-19 RSUD Mardi Waluyo?
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat
kecemasan pada tenaga kesehatan di masa pandemi covid-19 RSUD
Mardi Waluyo.
1.3.2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari penelitian ini adalah :
1.3.2.1 Mengidentifikasi tingkat kecemasan pada tenaga kesehatan di
RSUD Mardi Waluyo masa pandemi COVID-19 berdasarkan
sosiodemografi.
1.3.2.2 Mengidentifikasi tingkat kecemasan pada tenaga kesehatan di
RSUD Mardi Waluyo masa pandemi COVID-19 berdasarkan
jenis ketenagaan (medis, paramedis keperawatan, paramedis non
keperawatan).
1.3.2.3 Mengidentifikasi tingkat kecemasan pada tenaga kesehatan di
RSUD Mardi Waluyo masa pandemi COVID-19 berdasarkan
unit kerja rumah sakit.
1.3.2.4 Mengidentifikasi tingkat kecemasan pada tenaga kesehatan di
RSUD Mardi Waluyo masa pandemi COVID-19 berdasarkan
sistem jam kerja.
1.3.2.5 Mengidentifikasi tingkat kecemasan pada tenaga kesehatan di
RSUD Mardi Waluyo masa pandemi COVID-19 berdasarkan
lama bekerja.
1.3.2.6 Mengidentifikasi gejala cemas yang sering terjadi pada tenaga
kesehatan di RSUD Mardi Waluyo masa pandemi COVID-19.

5
1.4. Manfaat Penelitian
1.4.1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi mengenai
peningkatan kecemasan pada tenaga kesehatan pegawai di rumah sakit
sehingga dapat dijadikan dasar teori maupun teori penunjang dan bahan
rujukan untuk penelitian selanjutnya mengenai tingkat kecemasan pada
tenaga kesehatan.
1.4.2. Manfaat Praktis
1.4.2.1. Hasil dari penelitian ini diharapkan mampu menjadi sumber
informasi kepada tenaga medis agar dapat memberikan edukasi
sebagai upaya preventif terjadinya kecemasan pada tenaga
kesehatan pegawai di rumah sakit..
1.4.2.2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan
dan pengalaman dari penelitian ini yang bisa menambah
wawasan mengenai faktor apa saja yang mempengaruhi
kecemasan tenaga kesehatan di masa Pandemi Covid-19
1.4.2.3. Sebagai bahan tambahan referensi bagi para mahasiswa dalam
kegiatan belajar mengajar dalam peningkatan pengetahuan dan
keterampilan dalam profesi tenaga kesehatan yang ditekuninya.
1.4.2.4. Hasil dari penilitian ini mengharapkan agar Pemerintah dapat
meningkatkan upaya pelayanan yang bermutu dan berkualitas
kepada pasien terutama yang mengalami dan merasakan
kecemasan serta menjadi gambaran acuan bagi para tenaga
kesehatan untuk selalu meningkatkan ilmu pengetahuan yang
dimilikinya.

6
DAFTAR PUSTAKA

Fadli, F., Safruddin, S., Ahmad, A.S., Sumbara, S., Baharuddin, R., 2020. Faktor yang
Mempengaruhi Kecemasan pada Tenaga Kesehatan Dalam Upaya
Pencegahan Covid-
19. Jurnal Pendidikan Keperawatan Indonesia 6, 57–65.

Hayat, A., 2017. Kecemasan dan Metode Pengendaliannya. Khazanah J. Stud. Islam
dan Hum.
12, 52–63.

Levin, J. 2019. Mental health care for survivors and healthcare workers in the
aftermath of an outbreak. In: D. Huremović (Ed). Psychiatry of Pandemics (pp.
127– 141). Cham, Switzerland: Springer.

Musyarofah, S., Maghfiroh, A., & Abidin, Z. (2021). Studi Kecemasan pada Tenaga
Kesehatan di Masa Pandemi COVID-19. JPKM: Jurnal Profesi Kesehatan
Masyarakat, 2(1), 81- 86..

Rina Tri Handayani, S. K. (2020). Faktor Penyebab Stres Pada Tenaga Kesehatan
Dan Masyarakat Saat Pandemi Covid-19. Jurnal Keperawatan Jiwa, 353-360.

Shi, L., Lu, Z. A., Que, J. Y., Huang, X. L., Liu, L., Ran, M. S., Gong, Y. M., Yuan, K.,
Yan,
W., Sun, Y. K., Shi, J., Bao, Y. P., & Lu, L. 2020. Prevalence of and Risk

Factors Associated With Mental Health Symptoms Among the General

Population in China During the Coronavirus Disease 2019 Pandemic. JAMA

network open, 3(7), e2014053.

Lubis, R., Irma, N., H., Wulandari, R., Siregar, K., Tanjung, N., A., Wati, T., A., N,

M., P., & Syahfitri, D. (2015). Copping Stress pada mahasiswa yang bekerja.

Jurnal DIVERSITA. 1(2). 48-57

Rejo., Arandini, D., Darmayanti, A., T., Widiyanto, A., & Atmojo, J., T. (2020).
Faktor-faktor yang berhubungan dengan depresi pada tenaga Kesehatan saat
pandemi covid-19. Jurnal Ilmu Keperawatan Jiwa, 3(4), 495-502

7
8

Anda mungkin juga menyukai