Acute Abdomen
OLEH :
RIZKA RISTANTI I1011131011
PEMBIMBING :
dr. Ranti P Waluyan
Akut abdomen meliputi 20-40% dari pasien rawat inap, dan 50-65% dari kasus akut
abdomen tidak memiliki diagnosis awal yang akurat.
Dalam sebuah penelitian penyebab terbanyak akut abdomen adalah nyeri abdomen non
spesifik (33,0%), diikuti dengan apendisitis akut (23,3%) dan kolik bilier (8,8%). Nyeri
abdomen non spesifik banyak terdapat pada wanita muda, sedangkan apendisitis akut
banyak pada pria muda, dan kolik bilier pada wanita tua.
2. Nyeri Somatik
Nyeri somatik rangsangan pada bagian yang
dipersarafi saraf tepi, e.g regangan pada
peritoneum parietalis.Nyeri seperti disayat atau
ditusuk, dan pasien dapat menunjuk dengan tepat
dengan jari lokasi nyeri. Rangsang yang
menimbulkan nyeri dapat berupa tekanan,
rangsang kimiawi atau proses radang
Pemeriksaan Fisik
Nyeri alih dari umbilikal ke RLQ, nyeri tekan didapatkan pada iritasi peritoneum. Jika ada radang
peritoneum setempat ditemukan tanda rangsang peritoneum yang sering disertai defans muskuler.
Rovsing’s sign, Blumberg sign, Mc Burney sign, Psoas sign, Obturator sign, Alvarado Score
Appendisitis akut yang letaknya retrosaekum mendorong penderitanya untuk berbaring dengan fleksi
pada sendi panggul sehingga melemaskan otot psoas yang teriritasi. Nyeri yang difus pada lipatan
peritoneum di kavum douglas kurang memberikan informasi pada peritonitis murni.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium
- Leukositosis
USG abdomen/appendix
Foto polos abdomen
Terapi dan manajemen nyeri
1. Terapi cairan
2. Manajemen nyeri
Antibiotik
Terapi operatif
Kolik bilier
Terapi utama kolik bilier adalah menggunakan analgesic kuat seperti diklofenak 3×50 mg atau ibuprofen.
Walaupun secara teoritis pemberian analgesic opioid seperti morfin dapat meningkatkan nyeri karena
menyebabkan spasme otot sphincter Odii.
Terapi definitif batu empedu termasuk:
Kolesistektomi (open surgical atau dengan endoskopi)
Menggunakan terapi oral untuk melarutkan garam empedu dan mengeluarkan batu,
seperti ursodeoxycholic acid (UDCA), bila operasi dianggap tidak aman. Terapi ini dapat juga
digunakan sebelum operasi.
Menggunakan teknik keyhole untuk membuka sphincter Odii dan mengambil batu, atau mengalirkan
batu keluar dengan endoscopic retrograde choliangiopancreatography (ERCP). Bila terdapat striktur
atau penyempitan saluran empedu, dapat dilakukan sphincterotomi.
Obstruksi usus besar
Pasien dengan sumbatan usus diobati di rumah sakit. Selang nasogastrik dimasukkan lewat hidung hingga
lambung untuk membantu mengeluarkan kelebihan udara pada lambung dan usus. Pasien akan diberikan
cairan intravena karena tidak diperbolehkan makan atau minum. Sumbatan usus total membutuhkan
operasi untuk membetulkan dan menghilangkan penyebab sumbatan (tumor, perlengketan striktur) atau
mengencangkan bagian usus yang berisiko untuk terjadi volvulus kembali.
Aneurisma aorta
Pengobatan aneurisma tergantung kepada ukurannya. Jika
lebarnya kurang dari 5 cm, jarang pecah; tetapi jika lebih lebar
dari 6 cm, sering pecah. Karena itu pada aneurisma yang lebih
lebar dari 5 cm, dilakukan pembedahan. Pada pembedahan
dimasukkan pencangkokan sintetik untuk memperbaiki
aneurisma.
Pankreatitis
a) Pankreatitis akut ringan
Tujuan utama adalah untuk mendukung fungsi tubuh selama pancreas berada dalam masa pemulihan:
● Penghilang nyeri. Karena pancreatitis akut ringan dapat menimbulkan nyeri sedang hingga berat,
penghilang nyeri yang kuat digunakan untuk mengobati gejala tersebut. Mungkin juga dibutuhkan
obat untuk mengontrol mual dan muntah.
● Gizi. Untuk mengistirahatkan pancreas, gizi diberikan melalui selang makan
● Cairan intravena. Karena tubuh dapat mengalami dehidrasi selama pancreatitis akut, cairan
dimasukkan melalui selang yang dihubungkan dengan vena.
Jika tidak ada komplikasi, pankreatitis akut membaik dalam 5-7 hari