FEKAL
DIARE
DEFINISI
WHO pada tahun 2008 mendefinisikan diare
sebagai berak cair tiga kali atau lebih dalam
sehari semalam (24 jam).
Penatalaksanaan Farmakologis :
Pengobatan pada klien dengan konstipasi harus
ditujukan pada penyebab yang mendasari terjadinya
konstipasi. Biasanya dipakai obat-obatan golongan
pencahar. Ada 4 tipe golongan obat pencahar :
Pencahar Rangsang (stimulant), Pencahar
pembentuk massa (bulking agent), Pencahar garam,
dan Pencahar emolien.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan laboratorium
2. Foto polos perut
3. Manometri rektal
4. Biopsi
5. Pemeriksaan Radiologi
KOMPLIKASI
1. Hipertensi arterial
2. Hemoroid
3. Fisura anal
4. Prolaps rektal
5. Impaksi fekal
6. Megakolon
INKONTINENSIA FEKAL
DEFINISI
Inkontinensia fekal (fecal incontinence)
atau inkontinensia tinja adalah ketidakmampuan
untuk mengontrol buang air besar. Hal ini
menyebabkan tinja (feses) bocor
dari rektum pada waktu yang tak terduga.
ETIOLOGI
Penyebab inkontinensia fekal dapat dibagi dalam 4 kelompok, yaitu :
1. Inkontinensia feses akibat konstipasi obstipasi
Inkontinensia feses akibat konstipasi obstipasi yang berlangsung
lama dapat mengakibatkan sumbatan atau impaksi dari masa feses
yang keras (skibala).
2. Inkontinensia feses simtomatik
Inkontinensia feses simtomatik dapat merupakan penampilan klinis
dari macam-macam kelainan patologis yang dapat menyebabkan
diare.
3. Inkontinensia feses neurogenik
Inkontinensia neurogenik terjadi akibat gangguan fungsi
menghambat dari korteks serebri saat terjadi. Inkontinensia feses
akibat hilangnya refleks anal regangan/distensi rektum.
KLASIFIKASI
1. Inkontinensia stress
2. Inkontinensia mendesak (urgensi)
3. Inkontinensia overflow
4. Inkontinensia reflek
5. Inkontinensia fungsional
Manifestasi klinis
1. Rembesan yang terus menerus dari rectum
2. Ketidakmampuan mengenali kebutuhan
defekasi, sampai keluarnya feses yang sudah
berbentuk, sekali atau dua kali perhari
dipakaian atau tempat tidur
3. Kemungkinan impaksi fekal
4. Kemungkinan impaksi fekal
PATOFISIOLOGI
Pada inkontinensia, gejala yang timbul berupa
merembesnya feses cair yang disertai dengan buang gas
dari dubur atau penderita sama sekali tidak dapat
mengendalikan keluarnya feses. Normalnya fungsi traktus
gastrointestinal biasanya masih tetap adekuat sepanjang
hidup. Namun demikian, beberapa orang lansia
mengalami ketidaknyamanan akibat motilitas yang
menurun. Peristaltik di esophagus kurang efisien pada
lansia. Selain itu, sfingter gastroesofagus gagal
berelaksasi mengakibatkan pengosongan esophagus
terlambat. Keluhan utama biasanya berpusat pada
perasaan penuh, nyeri ulu hati, dan gangguan pencernaan.
PENATALAKSAAN
1. Penatalaksanaan Holistik :
Rencanakan waktu yang tepat dan konsisten
untuk eliminasi, Ajarkan teknik defekasi yang
efektif, Latihan fisik, Pemberian diet tinggi serat.
2. Penatalaksanaan Medis :
Terapi medis, Pemberian cairan, Diatetik
(pemberian makanan), Biofeedback, Stimulasi
saraf sakral, Stimulasi listrik Anal, Bulking agent
suntik, Bedah, Kolostom
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Pemeriksaan rectum digital
2. Kolonoskopi
KOMPLIKASI
1. Gangguan Psikologis
Inkontinensia fekal bisa menjadi sumber rasa malu.
Hilangnya harga diri yang terkait dengan kehilangan
kontrol atas fungsi tubuh seseorang dapat
menyebabkan frustrasi, kemarahan bahkan depresi.
2. Iritasi kulit
Kulit di sekitar dubur lembut dan sensitif, ulang kontak
dengan kotoran dapat mengakibatkan rasa sakit, gatal,
dan berpotensi terdapat luka yang membutuhkan
perawatan medis.
TERIMA KASIH