Anda di halaman 1dari 31

GANGGUAN ELIMINASI

FEKAL
DIARE
DEFINISI
WHO pada tahun 2008 mendefinisikan diare
sebagai berak cair tiga kali atau lebih dalam
sehari semalam (24 jam).

Diare dibedakan menjadi 2 berdasarkan waktu


serangan (onset), yaitu
1. Diare akut (<2 minggu)
2. Diare persisten
3. Diare kronik (> 2minggu)
ETIOLOGI
Penyebab diare dapat dikelompokan menjadi :
• Virus : Rotavirus (40-60%), Adenovirus
• Bakteri : Escherichia coli (20-30%),
Shigella sp. (1-2%), Vibrio Cholerae, dan lain-lain
• Parasit : Entamoeba histolytika (<1%),
Giardia lamblia, Cryptosporidium (4-11%).
• Keracunan makanan
• Malabsorpsi : karbohidrat, lemak, dan protein.
• Alergi : makanan, susu sapi
• Imunodefisiensi: AIDS
PATOFISIOLOGI
Penyebab paling umum dari diare akut adalah
infeksi bakteri atau virus. Penyebab infeksi
yang paling umum adalah Escherichia coli,
Campylobacter jejuni, Shigella spp.
Clostridium difficile, Giardia spp., Dan
Salmonella spp.
Penyebab diare berdasarkan
klasifikasinya:
• Diare sekresi. Biasanya diare dengan volume banyak
disebabkan oleh peningkatan produksi dan sekresi air
serta elektrolit oleh mukosa usus ke dalam lumen usus.
• Diare osmotic. Terjadi bila air terdorong ke dalam usus
oleh tekanan osmotic dari partikel yang tidak dapat
diabsorpsi, sehingga reabsorpsi air menjadi lambat.
• Diare campuran. Disebabkan oleh peningkatan kerja
peristaltic dari usus (biasanya karena penyakit usus
inflamasi) dan kombinasi peningkatan sekresi atau
penurunan absorpsi dalam usus.
Klasifikasi berdasarkan jangka waktu
1.) Diare akut adalah diare yang terjadi sewaktu-
waktu, berlangsung kurang dari 14 hari,
dengan pengeluaran tinja lunak atau cair yang
dapat atau tanpa disertai lender dan darah
2.) Diare persisten adalah diare yang
berlangsung 15-30 hari, merupakan
kelanjutan dari diare akut atau peralihan
antara diare akut dan kronik. Penyebab antara
lain usia yang masih kecil, malnutrisi, anitasi
atau higine buruk.
3.) Diare Kronis adalah diare hilang-timbul,
atau berlangsung lama dengan penyebab non-
infeksi, seperti penyakit sensitive terhadap
gluten atau gangguan metabolisme yang
menurun. Lama diare kronik lebih dari 30 hari.
MANIFESTASI KLINIS
1. Diareakut
 Akan hilangkurangdari 14 hari
 Onset yang tak terduga dari buang air besar encer, gas-gas dalam
perut, rasa tidak enak nyeri perut.
 Demam
2. Diare Persisten
Karakteristik pengeluaran fases cair atau encer beberapa kali
peningkatan suhu tubuh, muntah dan iritabilitas (kemungkinan)
tidak ada tanda-tanda dehidrasi (biasanya).
3. Diare kronik
 Serangan lebih dari 30 hari
 Penurunan berat badan
 Demam indikasi terjadi infeksi
 Dehidrasi tanda-tandanya hipotensi takikardia, denyut lemah.
Akibat Dari Diare
1. Kehilangan air (dehidrasi)
2. Hipoglikemia
3. Terjadinya penurunan berat badan dalam
waktu singkat
4. Gangguan sirkulasi
PENATALAKSANAAN DIAGNOSTIK
– Pemeriksaan Feses
– Makroskopis dan Mikroskopis
– pH dan kadar gula pada tinja dengan kertas lakmus dan tablet
clinitest, bila diduga terdapat intoleransi gul
– biakan dan uji resisten
– Pemeriksaan keseimbangan asam basa dalam darah,
dengan menentukan pH dan cadangan alkalin atau
dengan analisa gas darah
– Ureum kreatinin untuk mengetahui faal ginjal
– Elektrolit terutama natrium, kalium dan fosfor dalam
serium
– Pemeriksaan Intubasi duodenum untuk mengetahui
jenis jasad renik atau parasit
KOMPLIKASI
– Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik
atau hipertonik)
– Renjatan hipovolemik.
– Hipokalemia(dengan gejala meteorismus, hipotoni
otot, lemah, bradikardia, perubahan
elektrokardiogram)
– Hipoglikemia.
– Intoleransi sekunder akibat kerusakan vili mukosa
usus dan defisiensi enzim lactase.Kejang, terjadi pada
dehidrasi hipertoni
– Malnutrisi energi protein, (akibat muntah dan diare,
jika lama atau kronik).
KONSTIPASI
DEFINISI
Konstipasi adalah defekasi yang tidak lebih sering dari
tiga hari sekali. Akan tetapi, beberapa orang percaya bahwa
defekasi setiap hari adalah normal dan penting untuk
mempertahankan kesehatan bagi mereka, dan pola defekasi
yang lain adalah menunjukkan konstipasi.
Paris Consensus on Childhood Constipation
Terminology menjelaskan definisi konstipasi sebagai defekasi
yang terganggu selama 8 minggu.
Berdasarkan International Workshop on Constipation
konstipasi dikategorikan dalam dua golongan yaitu Konstipasi
fungsional dan Konstipasi karena penundaan keluarnya feses
pada muara rektisigmoid.
ETIOLOGI
Konstipasi umumnya terjadi karena kelainan pada
transit dalam kolon atau pada fungsi anorektal sebagai
akibat dari gangguan motilitas primer, penggunaan obat-
obatan tertentu atau berkaitan dengan sejumlah besar
penyakit sistemik yang mempengaruhi traktus
gastrointestinal. Konstipasi dengan penyebab apapun
dapat mengalami eksaserbasi akibat sakit kronik yang
menimbulkan gangguan fisis atau mental dan
mengakibatkan inaktivitas atau imobilitas fisis. Faktor-
faktor konstribusi lainnya dapat mencakup kurangnya
serat dalam makanan, kelemahan otot yang menyeluruh
dan mungkin pula stress serta ansietas.
MANIFESTASI KLINIS
1. Perut terasa penuh dan bahkan terasa kaku karena tumpukan feses
(jika feses sudah tertumpuk sekitar 1 minggu atau lebih, perut
penderita dapat terlihat seperti sedang hamil).
2. Feses menjadi lebih keras, panas, dan berwarna lebih gelap daripada
biasanya serta jumlahnya lebih sedikit daripada biasanya (bahkan
dapat berbentuk bulat-bulat kecil bila sudah parah).
3. Pada saat buang air besar feses sulit dikeluarkan atau dibuang,
kadang-kadang harus mengejan ataupun menekan-
nekan perut terlebih dahulu supaya dapat mengeluarkan feses.
4. Bagian anus terasa penuh dan seperti terganjal sesuatu disertai sakit
akibat bergesekan dengan feses yang panas dan keras.
5. Frekuensi flatus meningkat disertai bau yang lebih busuk daripada
biasanya.
6. Menurunnya frekuensi defekasi dan meningkatnya waktu transit
defekasi.
PATOFISIOLOGI
Adanya gangguan pada saluran GI dapat memicu
terjadinya konstipasi yang berkaitan dengan usia, dan kegiatan
individu, seperti olahraga. Individu dengan konstipasi
mempunyai kesulitan untuk mengeluarkan feses apabila
sfingter pada anus tidak dapat berelaksasi. Pada individu
dengan usia lanjut terjadi penurunan sfingter dan kekuatan otot
polos. Olahraga mendorong defekasi dengan menstimulasi
saluran GI secara fisik sehingga individu yang sehari-harinya
jarang bergerak akan lebih berisiko mengalami konstipasi.
Selain itu, terjadinya pengerasan pada massa feses juga
dapat menghambat pengeluaran feses. Hal ini berkaitan
dengan banyaknya serat yang dikonsumsi, kebiasaan
mengabaikan dorongan defekasi, dan pengkonsumsian obat
tertentu seperti diuretik, antasida dan opiat.
PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan Non -Farmakologis : Latihan usus
besar, Diet secara sehat, dan Olahraga.

Penatalaksanaan Farmakologis :
Pengobatan pada klien dengan konstipasi harus
ditujukan pada penyebab yang mendasari terjadinya
konstipasi. Biasanya dipakai obat-obatan golongan
pencahar. Ada 4 tipe golongan obat pencahar :
Pencahar Rangsang (stimulant), Pencahar
pembentuk massa (bulking agent), Pencahar garam,
dan Pencahar emolien.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan laboratorium
2. Foto polos perut
3. Manometri rektal
4. Biopsi
5. Pemeriksaan Radiologi
KOMPLIKASI
1. Hipertensi arterial
2. Hemoroid
3. Fisura anal
4. Prolaps rektal
5. Impaksi fekal
6. Megakolon
INKONTINENSIA FEKAL
DEFINISI
Inkontinensia fekal (fecal incontinence)
atau inkontinensia tinja adalah ketidakmampuan
untuk mengontrol buang air besar. Hal ini
menyebabkan tinja (feses) bocor
dari rektum pada waktu yang tak terduga.
ETIOLOGI
Penyebab inkontinensia fekal dapat dibagi dalam 4 kelompok, yaitu :
1. Inkontinensia feses akibat konstipasi obstipasi
Inkontinensia feses akibat konstipasi obstipasi yang berlangsung
lama dapat mengakibatkan sumbatan atau impaksi dari masa feses
yang keras (skibala).
2. Inkontinensia feses simtomatik
Inkontinensia feses simtomatik dapat merupakan penampilan klinis
dari macam-macam kelainan patologis yang dapat menyebabkan
diare.
3. Inkontinensia feses neurogenik
Inkontinensia neurogenik terjadi akibat gangguan fungsi
menghambat dari korteks serebri saat terjadi. Inkontinensia feses
akibat hilangnya refleks anal regangan/distensi rektum.
KLASIFIKASI
1. Inkontinensia stress
2. Inkontinensia mendesak (urgensi)
3. Inkontinensia overflow
4. Inkontinensia reflek
5. Inkontinensia fungsional
Manifestasi klinis
1. Rembesan yang terus menerus dari rectum
2. Ketidakmampuan mengenali kebutuhan
defekasi, sampai keluarnya feses yang sudah
berbentuk, sekali atau dua kali perhari
dipakaian atau tempat tidur
3. Kemungkinan impaksi fekal
4. Kemungkinan impaksi fekal
PATOFISIOLOGI
Pada inkontinensia, gejala yang timbul berupa
merembesnya feses cair yang disertai dengan buang gas
dari dubur atau penderita sama sekali tidak dapat
mengendalikan keluarnya feses. Normalnya fungsi traktus
gastrointestinal biasanya masih tetap adekuat sepanjang
hidup. Namun demikian, beberapa orang lansia
mengalami ketidaknyamanan akibat motilitas yang
menurun. Peristaltik di esophagus kurang efisien pada
lansia. Selain itu, sfingter gastroesofagus gagal
berelaksasi mengakibatkan pengosongan esophagus
terlambat. Keluhan utama biasanya berpusat pada
perasaan penuh, nyeri ulu hati, dan gangguan pencernaan.
PENATALAKSAAN
1. Penatalaksanaan Holistik :
Rencanakan waktu yang tepat dan konsisten
untuk eliminasi, Ajarkan teknik defekasi yang
efektif, Latihan fisik, Pemberian diet tinggi serat.

2. Penatalaksanaan Medis :
Terapi medis, Pemberian cairan, Diatetik
(pemberian makanan), Biofeedback, Stimulasi
saraf sakral, Stimulasi listrik Anal, Bulking agent
suntik, Bedah, Kolostom
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Pemeriksaan rectum digital
2. Kolonoskopi
KOMPLIKASI
1. Gangguan Psikologis
Inkontinensia fekal bisa menjadi sumber rasa malu.
Hilangnya harga diri yang terkait dengan kehilangan
kontrol atas fungsi tubuh seseorang dapat
menyebabkan frustrasi, kemarahan bahkan depresi.

2. Iritasi kulit
Kulit di sekitar dubur lembut dan sensitif, ulang kontak
dengan kotoran dapat mengakibatkan rasa sakit, gatal,
dan berpotensi terdapat luka yang membutuhkan
perawatan medis.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai