Anda di halaman 1dari 126

KESULITAN DOWNLOAD ??

Kunjungi: https://warungbidan.blogspot.com/2020/11/hubungan-sumber-informasi-remaja.html

Hubungan Sumber Informasi Remaja Terhadap Pengetahuan Tentang Kesehatan

Reproduksi Pada Siswa Kelas X SMK XXX tahun 2019

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sustainable Development Goals (SDGs) merupakan sasaran pembangunan

millennium berkelanjutan yang berisikan target untuk mencapai kesejahteraan rakyat dan

pembangunan masyarakat pada tahun 2030. Salah satu Goals pada SDGs yang

berhubungan dengan kesehatan adalah tujuan ke 3 yaitu menggalakan hidup sehat dan

mendukung kesejahteraan untuk semua usia. Beberapa target pada tujuan ke 3 SDG’s

diantaranya mengakhiri epidemic AIDS dan penyakit menular seksual pada tahun 2030,

memperkuat pencegahan dan perawatan penyalahgunaan narkotika dan alkohol yang

membahayakan (Depkes, 2017)

Sejak tahun 2000 infeksi baru HIV turun sebesar 35%. Sementara kasus kematian

sehubungan AIDS di dunia juga mengalami penurunan sebesar 24%, Dalam laporannya,

WHO mencatat sejak AIDS ditemukan hingga akhir 2014 terdapat 34 juta orang

meninggal dan di tahun 2014 tercatat sebesar 1,2 juta orang meninggal karena virus

tersebut. Hingga akhir 2014 jumlah penderita orang dengan HIV dan AIDS (ODHA) di

dunia sebesar 36,9 juta orang. Sekitar 170.000 sampai 210.000 dari 220 juta penduduk

1
2

Indonesia mengidap HIV/AIDS. Perkiraan prevalensi keseluruhan adalah 0,1% di

seluruh negeri, dengan pengecualian Provinsi Papua, di mana angka epidemik

diperkirakan mencapai 2,4%, dan cara penularan utamanya adalah melalui hubungan

seksual tanpa menggunakan pelindung.

Jumlah kasus kematian akibat AIDS di Indonesia diperkirakan mencapai 5.500 jiwa.

Epidemi tersebut terutama terkonsentrasi di kalangan pengguna obat terlarang melalui

jarum suntik dan pasangan intimnya, orang yang berkecimpung dalam kegiatan prostitusi

dan pelanggan mereka, dan pria yang melakukan hubungan seksual dengan sesama pria.

Sejak 30 Juni 2007, 42% dari kasus AIDS yang dilaporkan ditularkan melalui hubungan

heteroseksual dan 53% melalui penggunaan obat terlarang. (Depkes, 2009)

Masa remaja merupakan salah satu periode dari perkembangan manusia. Masa ini

merupakan masa perubahan atau peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang

meliputi perubahan biologi, perubahan psikologi, dan perubahan sosial. Di sebagian

masyarakat dan budaya masa remaja pada umumnya di mulai pada usia 10-13 tahun dan

berakhir pada usia 18-22 tahun. World Health Organization (WHO) remaja merupakan

individu yang sedang mengalami masa peralihan yang secara berangsur-angsur mencapai

kematangan seksual, mengalami perubahan jiwa dari jiwa kanak-kanak menjadi dewasa,

dan mengalami perubahan keadaan ekonomi dari ketergantungan menjadi relatif mandiri.

Remaja akan beradaptasi dengan perubahan tubuhnya serta belajar menerima

perbedaan denga individu lain. Baik fisik maupun ideologi. Perubahan fisik yang pesat

dan perubahan hormonal merupakan pemicu masalah kesehatan remaja serius karena

timbulnya dorongan motivasi seksual yang menjadikan remaja rawan terhadap penyakit

dan masalah kesehatan reproduksi (kespro), kehamilan remaja dengan segala

kosekuensinya yaitu hubungan seks pranikah, aborsi, penyakit menular seksual (PMS),

HIV/AIDS serta narkotika (Margaretha, 2012).


3

Remaja menyukai sumber informasi kesehatan reproduksi diperoleh dengan teman

sebaya dan guru, sedangkan pada perempuan menyukai sumber informasi dari orangtua,

tenaga kesehatan dan guru (Sri, 2016).

Menurut BKKBN, program kesehatan reproduksi remaja adalah untuk membantu

remaja agar memiliki pengetahuan, kesadaran, sikap dan prilaku hidup reproduksi sehat

bertanggung jawab melalui advokasi, promosi, KIE, konseling dan pelayanan kepada

remaja yang memiliki permasalahan khusus. Materi kesehatan reproduksi remaja

mencakup aspek kehidupan remaja yang terkait dengan pengetahuan, sikap dan prilaku

kehidupan seksual serta berkeluarga (PKBI, 2010).

Hasil survey Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN)

menunjukan bahwa pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi relatif masih

rendah. Remaja perempuan yang tidak tahu tentang perubahan fisiknya sebanyak 13,3%.

Hampir separuh (47,9%) remaja perempuan tidak mengetahui kapan memiliki hari atau

masa subur. Sebaliknya dari survei yang sama, pengetahuan dari renaja laki-laki yang

mengetahui masa subur perempuan lebih tinggi (32,3%) dibanding dengan remaja

perempuan (29%). Mengenai pengetahuan remaja laki-laki tentang mimpi basah lebih

tinggi (24,4%) dibanding dengan remaja perempuan (16,8%). Pengetahuan remaja laki-

laki tentang menstruasi lebih rendah (33,7%) dibanding dengan remaja perempuan

(76,2%). (BKKBN, 2016)

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Winarni (2015) dengan judul Hubungan

Sumber Informasi dengan Pengetahuan Remaja tentang Kesehatan Reproduksi di SMUN

1 Jetis Bantul Yogyakarta didapatkan hasil bahwa terdapat hubungan sumber informasi

dengan pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi di SMUN 1 Jetis Bantul

Yogyakarta. Penelitian ini menunjukan sumber informasi remaja tentang TRIAD KRR

(SeksualitS, Napza, HIV / AIDS) 57,4% ( 27 remaja ) yang mengetahui sumber


4

informasi kesehatan reproduksi dan 42,6% ( 20 remaja) kurang mengetaui sumber

informasi kesehatan reproduksi.

Berdasarkan studi pendahulan yang dilakukan di SMK XXX pada tanggal 20 April

2019 terhadap 2 siswa yang tidak mengetahui tentang kesahatan reproduksi remaja seperti

tentang seksualitas, napza dan HIV karena tidak mendapatkan informasi tentang

kesehatan reproduksi.

Berdasarkan uraian tersebut maka peneliti tertarik untuk mengambil penelitian

tentang pengaruh sumber informasi remaja dengan pengetahuan tentang kesehatan

reproduksi pada siswa kelas X SMK XXX.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang diatas maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah bagaimanakah hubungan antara sumber informasi remaja dengan

pengetahuan tentang kesehatan reproduksi pada siswa kelas X SMK XXX.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan sumber informasi remaja terhadap pengetahuan

tentang kesehatan reproduksi pada kelas X SMK XXX tahun 2019.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui distribusi frekuensi sumber informasi utama yang didapatkan

oleh remaja tentang kesehatan reproduksi pada kelas X SMK XXX

2. Mengetahui distribusi frekuensi tingkat pengetahuan remaja tentang

Kesehatan Reproduksi pada kelas X SMK XXX

3. Mengetahui hubungan sumber informasi remaja dengan pengetahuan tentang

kesehatan reproduksi pada kelas X SMK XXX.


5

1.4 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini akan membahas tantang mengetahui hubungan sumber

informasi remaja dengan pengetahuan tentang kesehatan reproduksi pada kelas X SMK

XXX. Karena masih adanya remaja yang tidak mendapatkan informasi tentang kesehatan

reproduksi. Adapun populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas X SMK XXX tahun

2019. Waktu penelitian akan dilaksanakan pada bulan April – Mei 2019. Penelitian ini

menggunakan metode survey analatik dengan pendekatan cross sectional.

1.5 Kegunaan Penelitian

1.5.1 Kegunaan Teoritis

1. Bagi Institusi Pendidikan

Sebagai wawasan bagi institusi pendidikan dalam proses belajar

khususnya dalam metodologi riset statistik kebidanan dan dapat juga

dijadikan sumber bahan bacaan kesehatan dan metodologi penelitian

kebidanan tentang kesehatan reproduksi remaja.

2. Bagi Peneliti

Untuk menambah wawasan peneliti mengenai riset kesehatan dan

khususnya tentang masalah kebidanan dan dapat menambah pengalaman

secara langsung mengenai pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi

1.5.2 Kegunaan Praktis

1. Bagi Responden

Untuk menambah wawasan remaja mengenai kesehatan reproduksi

sehingga berkurangnya kasus-kasus reproduksi khususnya kasus seklualitas,

HIV dan Napza


6

2. Bagi SMK XXX

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan informasi

untuk meningkatkan pengetahuan siswa tentang kesehatan reproduksi remaja

melalui sumber-sumber infromasi yang bias digunakan di sekolah.


BAB I

PENDAHULUAN

1.6 Latar Belakang

Sustainable Development Goals (SDGs) merupakan sasaran

pembangunan millennium berkelanjutan yang berisikan target untuk

mencapai kesejahteraan rakyat dan pembangunan masyarakat pada tahun

2030. Salah satu Goals pada SDGs yang berhubungan dengan kesehatan

adalah tujuan ke 3 yaitu menggalakan hidup sehat dan mendukung

kesejahteraan untuk semua usia. Beberapa target pada tujuan ke 3 SDG’s

diantaranya mengakhiri epidemic AIDS dan penyakit menular seksual pada

tahun 2030, memperkuat pencegahan dan perawatan penyalahgunaan

narkotika dan alkohol yang membahayakan (Depkes, 2017)

Sejak tahun 2000 infeksi baru HIV turun sebesar 35%. Sementara kasus

kematian sehubungan AIDS di dunia juga mengalami penurunan sebesar

24%, Dalam laporannya, WHO mencatat sejak AIDS ditemukan hingga

akhir 2014 terdapat 34 juta orang meninggal dan di tahun 2014 tercatat

sebesar 1,2 juta orang meninggal karena virus tersebut. Hingga akhir 2014

jumlah penderita orang dengan HIV dan AIDS (ODHA) di dunia sebesar 36,9

juta orang. Sekitar 170.000 sampai 210.000 dari 220 juta penduduk Indonesia

mengidap HIV/AIDS. Perkiraan prevalensi keseluruhan adalah 0,1% di

seluruh negeri, dengan pengecualian Provinsi Papua, di mana angka epidemik

7
8

diperkirakan mencapai 2,4%, dan cara penularan utamanya adalah melalui

hubungan seksual tanpa menggunakan pelindung.

Jumlah kasus kematian akibat AIDS di Indonesia diperkirakan mencapai

5.500 jiwa. Epidemi tersebut terutama terkonsentrasi di kalangan pengguna

obat terlarang melalui jarum suntik dan pasangan intimnya, orang yang

berkecimpung dalam kegiatan prostitusi dan pelanggan mereka, dan pria yang

melakukan hubungan seksual dengan sesama pria. Sejak 30 Juni 2007, 42%

dari kasus AIDS yang dilaporkan ditularkan melalui hubungan heteroseksual

dan 53% melalui penggunaan obat terlarang. (Depkes, 2009)

Masa remaja merupakan salah satu periode dari perkembangan manusia.

Masa ini merupakan masa perubahan atau peralihan dari masa kanak-kanak

ke masa dewasa yang meliputi perubahan biologi, perubahan psikologi, dan

perubahan sosial. Di sebagian masyarakat dan budaya masa remaja pada

umumnya di mulai pada usia 10-13 tahun dan berakhir pada usia 18-22 tahun.

World Health Organization (WHO) remaja merupakan individu yang sedang

mengalami masa peralihan yang secara berangsur-angsur mencapai

kematangan seksual, mengalami perubahan jiwa dari jiwa kanak-kanak

menjadi dewasa, dan mengalami perubahan keadaan ekonomi dari

ketergantungan menjadi relatif mandiri.

Remaja akan beradaptasi dengan perubahan tubuhnya serta belajar

menerima perbedaan denga individu lain. Baik fisik maupun ideologi.

Perubahan fisik yang pesat dan perubahan hormonal merupakan pemicu

masalah kesehatan remaja serius karena timbulnya dorongan motivasi seksual


9

yang menjadikan remaja rawan terhadap penyakit dan masalah kesehatan

reproduksi (kespro), kehamilan remaja dengan segala kosekuensinya yaitu

hubungan seks pranikah, aborsi, penyakit menular seksual (PMS), HIV/AIDS

serta narkotika (Margaretha, 2012).

Remaja menyukai sumber informasi kesehatan reproduksi diperoleh

dengan teman sebaya dan guru, sedangkan pada perempuan menyukai sumber

informasi dari orangtua, tenaga kesehatan dan guru (Sri, 2016).

Menurut BKKBN, program kesehatan reproduksi remaja adalah untuk

membantu remaja agar memiliki pengetahuan, kesadaran, sikap dan prilaku

hidup reproduksi sehat bertanggung jawab melalui advokasi, promosi, KIE,

konseling dan pelayanan kepada remaja yang memiliki permasalahan khusus.

Materi kesehatan reproduksi remaja mencakup aspek kehidupan remaja yang

terkait dengan pengetahuan, sikap dan prilaku kehidupan seksual serta

berkeluarga (PKBI, 2010).

Hasil survey Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN)

menunjukan bahwa pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi relatif

masih rendah. Remaja perempuan yang tidak tahu tentang perubahan fisiknya

sebanyak 13,3%. Hampir separuh (47,9%) remaja perempuan tidak

mengetahui kapan memiliki hari atau masa subur. Sebaliknya dari survei yang

sama, pengetahuan dari renaja laki-laki yang mengetahui masa subur

perempuan lebih tinggi (32,3%) dibanding dengan remaja perempuan (29%).

Mengenai pengetahuan remaja laki-laki tentang mimpi basah lebih tinggi

(24,4%) dibanding dengan remaja perempuan (16,8%). Pengetahuan remaja


10

laki-laki tentang menstruasi lebih rendah (33,7%) dibanding dengan remaja

perempuan (76,2%). (BKKBN, 2016)

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Winarni (2015) dengan judul

Hubungan Sumber Informasi dengan Pengetahuan Remaja tentang Kesehatan

Reproduksi di SMUN 1 Jetis Bantul Yogyakarta didapatkan hasil bahwa

terdapat hubungan sumber informasi dengan pengetahuan remaja tentang

kesehatan reproduksi di SMUN 1 Jetis Bantul Yogyakarta. Penelitian ini

menunjukan sumber informasi remaja tentang TRIAD KRR (SeksualitS,

Napza, HIV / AIDS) 57,4% ( 27 remaja ) yang mengetahui sumber informasi

kesehatan reproduksi dan 42,6% ( 20 remaja) kurang mengetaui sumber

informasi kesehatan reproduksi.

Berdasarkan studi pendahulan yang dilakukan di SMK XXX pada

tanggal 20 April 2019 terhadap 2 siswa yang tidak mengetahui tentang

kesahatan reproduksi remaja seperti tentang seksualitas, napza dan HIV

karena tidak mendapatkan informasi tentang kesehatan reproduksi.

Berdasarkan uraian tersebut maka peneliti tertarik untuk mengambil

penelitian tentang pengaruh sumber informasi remaja dengan pengetahuan

tentang kesehatan reproduksi pada siswa kelas X SMK XXX.

1.7 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang diatas maka rumusan masalah

dalam penelitian ini adalah bagaimanakah hubungan antara sumber informasi

remaja dengan pengetahuan tentang kesehatan reproduksi pada siswa kelas X

SMK XXX.
11

1.8 Tujuan Penelitian

1.3.3 Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan sumber informasi remaja terhadap

pengetahuan tentang kesehatan reproduksi pada kelas X SMK XXX

tahun 2019.

1.3.4 Tujuan Khusus

4. Mengetahui distribusi frekuensi sumber informasi utama yang

didapatkan oleh remaja tentang kesehatan reproduksi pada kelas

X SMK XXX

5. Mengetahui distribusi frekuensi tingkat pengetahuan remaja

tentang Kesehatan Reproduksi pada kelas X SMK XXX

6. Mengetahui hubungan sumber informasi remaja dengan

pengetahuan tentang kesehatan reproduksi pada kelas X SMK

XXX.

1.9 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini akan membahas tantang mengetahui

hubungan sumber informasi remaja dengan pengetahuan tentang kesehatan

reproduksi pada kelas X SMK XXX. Karena masih adanya remaja yang tidak

mendapatkan informasi tentang kesehatan reproduksi. Adapun populasi

dalam penelitian ini adalah siswa kelas X SMK XXX tahun 2019. Waktu
12

penelitian akan dilaksanakan pada bulan April – Mei 2019. Penelitian ini

menggunakan metode survey analatik dengan pendekatan cross sectional.

1.10Kegunaan Penelitian

1.5.1 Kegunaan Teoritis

1. Bagi Institusi Pendidikan

Sebagai wawasan bagi institusi pendidikan dalam proses

belajar khususnya dalam metodologi riset statistik kebidanan dan

dapat juga dijadikan sumber bahan bacaan kesehatan dan

metodologi penelitian kebidanan tentang kesehatan reproduksi

remaja.

2. Bagi Peneliti

Untuk menambah wawasan peneliti mengenai riset kesehatan

dan khususnya tentang masalah kebidanan dan dapat menambah

pengalaman secara langsung mengenai pengetahuan remaja

tentang kesehatan reproduksi

1.5.2 Kegunaan Praktis

3. Bagi Responden

Untuk menambah wawasan remaja mengenai kesehatan

reproduksi sehingga berkurangnya kasus-kasus reproduksi

khususnya kasus seklualitas, HIV dan Napza

4. Bagi SMK XXX


13

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan

informasi untuk meningkatkan pengetahuan siswa tentang

kesehatan reproduksi remaja melalui sumber-sumber infromasi

yang bias digunakan di sekolah.


14

BAB I

PENDAHULUAN

1.11Latar Belakang

Sustainable Development Goals (SDGs) merupakan sasaran

pembangunan millennium berkelanjutan yang berisikan target untuk

mencapai kesejahteraan rakyat dan pembangunan masyarakat pada tahun

2030. Salah satu Goals pada SDGs yang berhubungan dengan kesehatan

adalah tujuan ke 3 yaitu menggalakan hidup sehat dan mendukung

kesejahteraan untuk semua usia. Beberapa target pada tujuan ke 3 SDG’s

diantaranya mengakhiri epidemic AIDS dan penyakit menular seksual pada

tahun 2030, memperkuat pencegahan dan perawatan penyalahgunaan

narkotika dan alkohol yang membahayakan (Depkes, 2017)

Sejak tahun 2000 infeksi baru HIV turun sebesar 35%. Sementara kasus

kematian sehubungan AIDS di dunia juga mengalami penurunan sebesar

24%, Dalam laporannya, WHO mencatat sejak AIDS ditemukan hingga

akhir 2014 terdapat 34 juta orang meninggal dan di tahun 2014 tercatat

sebesar 1,2 juta orang meninggal karena virus tersebut. Hingga akhir 2014

jumlah penderita orang dengan HIV dan AIDS (ODHA) di dunia sebesar 36,9

juta orang. Sekitar 170.000 sampai 210.000 dari 220 juta penduduk Indonesia

mengidap HIV/AIDS. Perkiraan prevalensi keseluruhan adalah 0,1% di

seluruh negeri, dengan pengecualian Provinsi Papua, di mana angka epidemik


15

diperkirakan mencapai 2,4%, dan cara penularan utamanya adalah melalui

hubungan seksual tanpa menggunakan pelindung.

Jumlah kasus kematian akibat AIDS di Indonesia diperkirakan mencapai

5.500 jiwa. Epidemi tersebut terutama terkonsentrasi di kalangan pengguna

obat terlarang melalui jarum suntik dan pasangan intimnya, orang yang

berkecimpung dalam kegiatan prostitusi dan pelanggan mereka, dan pria yang

melakukan hubungan seksual dengan sesama pria. Sejak 30 Juni 2007, 42%

dari kasus AIDS yang dilaporkan ditularkan melalui hubungan heteroseksual

dan 53% melalui penggunaan obat terlarang. (Depkes, 2009)

Masa remaja merupakan salah satu periode dari perkembangan manusia.

Masa ini merupakan masa perubahan atau peralihan dari masa kanak-kanak

ke masa dewasa yang meliputi perubahan biologi, perubahan psikologi, dan

perubahan sosial. Di sebagian masyarakat dan budaya masa remaja pada

umumnya di mulai pada usia 10-13 tahun dan berakhir pada usia 18-22 tahun.

World Health Organization (WHO) remaja merupakan individu yang sedang

mengalami masa peralihan yang secara berangsur-angsur mencapai

kematangan seksual, mengalami perubahan jiwa dari jiwa kanak-kanak

menjadi dewasa, dan mengalami perubahan keadaan ekonomi dari

ketergantungan menjadi relatif mandiri.

Remaja akan beradaptasi dengan perubahan tubuhnya serta belajar

menerima perbedaan denga individu lain. Baik fisik maupun ideologi.

Perubahan fisik yang pesat dan perubahan hormonal merupakan pemicu

masalah kesehatan remaja serius karena timbulnya dorongan motivasi seksual


16

yang menjadikan remaja rawan terhadap penyakit dan masalah kesehatan

reproduksi (kespro), kehamilan remaja dengan segala kosekuensinya yaitu

hubungan seks pranikah, aborsi, penyakit menular seksual (PMS), HIV/AIDS

serta narkotika (Margaretha, 2012).

Remaja menyukai sumber informasi kesehatan reproduksi diperoleh

dengan teman sebaya dan guru, sedangkan pada perempuan menyukai sumber

informasi dari orangtua, tenaga kesehatan dan guru (Sri, 2016).

Menurut BKKBN, program kesehatan reproduksi remaja adalah untuk

membantu remaja agar memiliki pengetahuan, kesadaran, sikap dan prilaku

hidup reproduksi sehat bertanggung jawab melalui advokasi, promosi, KIE,

konseling dan pelayanan kepada remaja yang memiliki permasalahan khusus.

Materi kesehatan reproduksi remaja mencakup aspek kehidupan remaja yang

terkait dengan pengetahuan, sikap dan prilaku kehidupan seksual serta

berkeluarga (PKBI, 2010).

Hasil survey Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN)

menunjukan bahwa pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi relatif

masih rendah. Remaja perempuan yang tidak tahu tentang perubahan fisiknya

sebanyak 13,3%. Hampir separuh (47,9%) remaja perempuan tidak

mengetahui kapan memiliki hari atau masa subur. Sebaliknya dari survei yang

sama, pengetahuan dari renaja laki-laki yang mengetahui masa subur

perempuan lebih tinggi (32,3%) dibanding dengan remaja perempuan (29%).

Mengenai pengetahuan remaja laki-laki tentang mimpi basah lebih tinggi

(24,4%) dibanding dengan remaja perempuan (16,8%). Pengetahuan remaja


17

laki-laki tentang menstruasi lebih rendah (33,7%) dibanding dengan remaja

perempuan (76,2%). (BKKBN, 2016)

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Winarni (2015) dengan judul

Hubungan Sumber Informasi dengan Pengetahuan Remaja tentang Kesehatan

Reproduksi di SMUN 1 Jetis Bantul Yogyakarta didapatkan hasil bahwa

terdapat hubungan sumber informasi dengan pengetahuan remaja tentang

kesehatan reproduksi di SMUN 1 Jetis Bantul Yogyakarta. Penelitian ini

menunjukan sumber informasi remaja tentang TRIAD KRR (SeksualitS,

Napza, HIV / AIDS) 57,4% ( 27 remaja ) yang mengetahui sumber informasi

kesehatan reproduksi dan 42,6% ( 20 remaja) kurang mengetaui sumber

informasi kesehatan reproduksi.

Berdasarkan studi pendahulan yang dilakukan di SMK XXX pada

tanggal 20 April 2019 terhadap 2 siswa yang tidak mengetahui tentang

kesahatan reproduksi remaja seperti tentang seksualitas, napza dan HIV

karena tidak mendapatkan informasi tentang kesehatan reproduksi.

Berdasarkan uraian tersebut maka peneliti tertarik untuk mengambil

penelitian tentang pengaruh sumber informasi remaja dengan pengetahuan

tentang kesehatan reproduksi pada siswa kelas X SMK XXX.

1.12Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang diatas maka rumusan masalah

dalam penelitian ini adalah bagaimanakah hubungan antara sumber informasi

remaja dengan pengetahuan tentang kesehatan reproduksi pada siswa kelas X

SMK XXX.
18

1.13Tujuan Penelitian

1.3.5 Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan sumber informasi remaja terhadap

pengetahuan tentang kesehatan reproduksi pada kelas X SMK XXX

tahun 2019.

1.3.6 Tujuan Khusus

7. Mengetahui distribusi frekuensi sumber informasi utama yang

didapatkan oleh remaja tentang kesehatan reproduksi pada kelas

X SMK XXX

8. Mengetahui distribusi frekuensi tingkat pengetahuan remaja

tentang Kesehatan Reproduksi pada kelas X SMK XXX

9. Mengetahui hubungan sumber informasi remaja dengan

pengetahuan tentang kesehatan reproduksi pada kelas X SMK

XXX.

1.14Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini akan membahas tantang mengetahui

hubungan sumber informasi remaja dengan pengetahuan tentang kesehatan

reproduksi pada kelas X SMK XXX. Karena masih adanya remaja yang tidak

mendapatkan informasi tentang kesehatan reproduksi. Adapun populasi

dalam penelitian ini adalah siswa kelas X SMK XXX tahun 2019. Waktu
19

penelitian akan dilaksanakan pada bulan April – Mei 2019. Penelitian ini

menggunakan metode survey analatik dengan pendekatan cross sectional.

1.15Kegunaan Penelitian

1.5.1 Kegunaan Teoritis

1. Bagi Institusi Pendidikan

Sebagai wawasan bagi institusi pendidikan dalam proses

belajar khususnya dalam metodologi riset statistik kebidanan dan

dapat juga dijadikan sumber bahan bacaan kesehatan dan

metodologi penelitian kebidanan tentang kesehatan reproduksi

remaja.

2. Bagi Peneliti

Untuk menambah wawasan peneliti mengenai riset kesehatan

dan khususnya tentang masalah kebidanan dan dapat menambah

pengalaman secara langsung mengenai pengetahuan remaja

tentang kesehatan reproduksi

1.5.2 Kegunaan Praktis

5. Bagi Responden

Untuk menambah wawasan remaja mengenai kesehatan

reproduksi sehingga berkurangnya kasus-kasus reproduksi

khususnya kasus seklualitas, HIV dan Napza

6. Bagi SMK XXX


20

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan

informasi untuk meningkatkan pengetahuan siswa tentang

kesehatan reproduksi remaja melalui sumber-sumber infromasi

yang bias digunakan di sekolah.


21

BAB I

PENDAHULUAN

1.16Latar Belakang

Sustainable Development Goals (SDGs) merupakan sasaran

pembangunan millennium berkelanjutan yang berisikan target untuk

mencapai kesejahteraan rakyat dan pembangunan masyarakat pada tahun

2030. Salah satu Goals pada SDGs yang berhubungan dengan kesehatan

adalah tujuan ke 3 yaitu menggalakan hidup sehat dan mendukung

kesejahteraan untuk semua usia. Beberapa target pada tujuan ke 3 SDG’s

diantaranya mengakhiri epidemic AIDS dan penyakit menular seksual pada

tahun 2030, memperkuat pencegahan dan perawatan penyalahgunaan

narkotika dan alkohol yang membahayakan (Depkes, 2017)

Sejak tahun 2000 infeksi baru HIV turun sebesar 35%. Sementara kasus

kematian sehubungan AIDS di dunia juga mengalami penurunan sebesar

24%, Dalam laporannya, WHO mencatat sejak AIDS ditemukan hingga

akhir 2014 terdapat 34 juta orang meninggal dan di tahun 2014 tercatat

sebesar 1,2 juta orang meninggal karena virus tersebut. Hingga akhir 2014

jumlah penderita orang dengan HIV dan AIDS (ODHA) di dunia sebesar 36,9

juta orang. Sekitar 170.000 sampai 210.000 dari 220 juta penduduk Indonesia

mengidap HIV/AIDS. Perkiraan prevalensi keseluruhan adalah 0,1% di

seluruh negeri, dengan pengecualian Provinsi Papua, di mana angka epidemik


22

diperkirakan mencapai 2,4%, dan cara penularan utamanya adalah melalui

hubungan seksual tanpa menggunakan pelindung.

Jumlah kasus kematian akibat AIDS di Indonesia diperkirakan mencapai

5.500 jiwa. Epidemi tersebut terutama terkonsentrasi di kalangan pengguna

obat terlarang melalui jarum suntik dan pasangan intimnya, orang yang

berkecimpung dalam kegiatan prostitusi dan pelanggan mereka, dan pria yang

melakukan hubungan seksual dengan sesama pria. Sejak 30 Juni 2007, 42%

dari kasus AIDS yang dilaporkan ditularkan melalui hubungan heteroseksual

dan 53% melalui penggunaan obat terlarang. (Depkes, 2009)

Masa remaja merupakan salah satu periode dari perkembangan manusia.

Masa ini merupakan masa perubahan atau peralihan dari masa kanak-kanak

ke masa dewasa yang meliputi perubahan biologi, perubahan psikologi, dan

perubahan sosial. Di sebagian masyarakat dan budaya masa remaja pada

umumnya di mulai pada usia 10-13 tahun dan berakhir pada usia 18-22 tahun.

World Health Organization (WHO) remaja merupakan individu yang sedang

mengalami masa peralihan yang secara berangsur-angsur mencapai

kematangan seksual, mengalami perubahan jiwa dari jiwa kanak-kanak

menjadi dewasa, dan mengalami perubahan keadaan ekonomi dari

ketergantungan menjadi relatif mandiri.

Remaja akan beradaptasi dengan perubahan tubuhnya serta belajar

menerima perbedaan denga individu lain. Baik fisik maupun ideologi.

Perubahan fisik yang pesat dan perubahan hormonal merupakan pemicu

masalah kesehatan remaja serius karena timbulnya dorongan motivasi seksual


23

yang menjadikan remaja rawan terhadap penyakit dan masalah kesehatan

reproduksi (kespro), kehamilan remaja dengan segala kosekuensinya yaitu

hubungan seks pranikah, aborsi, penyakit menular seksual (PMS), HIV/AIDS

serta narkotika (Margaretha, 2012).

Remaja menyukai sumber informasi kesehatan reproduksi diperoleh

dengan teman sebaya dan guru, sedangkan pada perempuan menyukai sumber

informasi dari orangtua, tenaga kesehatan dan guru (Sri, 2016).

Menurut BKKBN, program kesehatan reproduksi remaja adalah untuk

membantu remaja agar memiliki pengetahuan, kesadaran, sikap dan prilaku

hidup reproduksi sehat bertanggung jawab melalui advokasi, promosi, KIE,

konseling dan pelayanan kepada remaja yang memiliki permasalahan khusus.

Materi kesehatan reproduksi remaja mencakup aspek kehidupan remaja yang

terkait dengan pengetahuan, sikap dan prilaku kehidupan seksual serta

berkeluarga (PKBI, 2010).

Hasil survey Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN)

menunjukan bahwa pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi relatif

masih rendah. Remaja perempuan yang tidak tahu tentang perubahan fisiknya

sebanyak 13,3%. Hampir separuh (47,9%) remaja perempuan tidak

mengetahui kapan memiliki hari atau masa subur. Sebaliknya dari survei yang

sama, pengetahuan dari renaja laki-laki yang mengetahui masa subur

perempuan lebih tinggi (32,3%) dibanding dengan remaja perempuan (29%).

Mengenai pengetahuan remaja laki-laki tentang mimpi basah lebih tinggi

(24,4%) dibanding dengan remaja perempuan (16,8%). Pengetahuan remaja


24

laki-laki tentang menstruasi lebih rendah (33,7%) dibanding dengan remaja

perempuan (76,2%). (BKKBN, 2016)

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Winarni (2015) dengan judul

Hubungan Sumber Informasi dengan Pengetahuan Remaja tentang Kesehatan

Reproduksi di SMUN 1 Jetis Bantul Yogyakarta didapatkan hasil bahwa

terdapat hubungan sumber informasi dengan pengetahuan remaja tentang

kesehatan reproduksi di SMUN 1 Jetis Bantul Yogyakarta. Penelitian ini

menunjukan sumber informasi remaja tentang TRIAD KRR (SeksualitS,

Napza, HIV / AIDS) 57,4% ( 27 remaja ) yang mengetahui sumber informasi

kesehatan reproduksi dan 42,6% ( 20 remaja) kurang mengetaui sumber

informasi kesehatan reproduksi.

Berdasarkan studi pendahulan yang dilakukan di SMK XXX pada

tanggal 20 April 2019 terhadap 2 siswa yang tidak mengetahui tentang

kesahatan reproduksi remaja seperti tentang seksualitas, napza dan HIV

karena tidak mendapatkan informasi tentang kesehatan reproduksi.

Berdasarkan uraian tersebut maka peneliti tertarik untuk mengambil

penelitian tentang pengaruh sumber informasi remaja dengan pengetahuan

tentang kesehatan reproduksi pada siswa kelas X SMK XXX.

1.17Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang diatas maka rumusan masalah

dalam penelitian ini adalah bagaimanakah hubungan antara sumber informasi

remaja dengan pengetahuan tentang kesehatan reproduksi pada siswa kelas X

SMK XXX.
25

1.18Tujuan Penelitian

1.3.7 Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan sumber informasi remaja terhadap

pengetahuan tentang kesehatan reproduksi pada kelas X SMK XXX

tahun 2019.

1.3.8 Tujuan Khusus

10. Mengetahui distribusi frekuensi sumber informasi utama yang

didapatkan oleh remaja tentang kesehatan reproduksi pada kelas

X SMK XXX

11. Mengetahui distribusi frekuensi tingkat pengetahuan remaja

tentang Kesehatan Reproduksi pada kelas X SMK XXX

12. Mengetahui hubungan sumber informasi remaja dengan

pengetahuan tentang kesehatan reproduksi pada kelas X SMK

XXX.

1.19Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini akan membahas tantang mengetahui

hubungan sumber informasi remaja dengan pengetahuan tentang kesehatan

reproduksi pada kelas X SMK XXX. Karena masih adanya remaja yang tidak

mendapatkan informasi tentang kesehatan reproduksi. Adapun populasi

dalam penelitian ini adalah siswa kelas X SMK XXX tahun 2019. Waktu
26

penelitian akan dilaksanakan pada bulan April – Mei 2019. Penelitian ini

menggunakan metode survey analatik dengan pendekatan cross sectional.

1.20Kegunaan Penelitian

1.5.1 Kegunaan Teoritis

1. Bagi Institusi Pendidikan

Sebagai wawasan bagi institusi pendidikan dalam proses

belajar khususnya dalam metodologi riset statistik kebidanan dan

dapat juga dijadikan sumber bahan bacaan kesehatan dan

metodologi penelitian kebidanan tentang kesehatan reproduksi

remaja.

2. Bagi Peneliti

Untuk menambah wawasan peneliti mengenai riset kesehatan

dan khususnya tentang masalah kebidanan dan dapat menambah

pengalaman secara langsung mengenai pengetahuan remaja

tentang kesehatan reproduksi

1.5.2 Kegunaan Praktis

7. Bagi Responden

Untuk menambah wawasan remaja mengenai kesehatan

reproduksi sehingga berkurangnya kasus-kasus reproduksi

khususnya kasus seklualitas, HIV dan Napza

8. Bagi SMK XXX


27

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan

informasi untuk meningkatkan pengetahuan siswa tentang

kesehatan reproduksi remaja melalui sumber-sumber infromasi

yang bias digunakan di sekolah.


28

BAB I

PENDAHULUAN

1.21Latar Belakang

Sustainable Development Goals (SDGs) merupakan sasaran

pembangunan millennium berkelanjutan yang berisikan target untuk

mencapai kesejahteraan rakyat dan pembangunan masyarakat pada tahun

2030. Salah satu Goals pada SDGs yang berhubungan dengan kesehatan

adalah tujuan ke 3 yaitu menggalakan hidup sehat dan mendukung

kesejahteraan untuk semua usia. Beberapa target pada tujuan ke 3 SDG’s

diantaranya mengakhiri epidemic AIDS dan penyakit menular seksual pada

tahun 2030, memperkuat pencegahan dan perawatan penyalahgunaan

narkotika dan alkohol yang membahayakan (Depkes, 2017)

Sejak tahun 2000 infeksi baru HIV turun sebesar 35%. Sementara kasus

kematian sehubungan AIDS di dunia juga mengalami penurunan sebesar

24%, Dalam laporannya, WHO mencatat sejak AIDS ditemukan hingga

akhir 2014 terdapat 34 juta orang meninggal dan di tahun 2014 tercatat

sebesar 1,2 juta orang meninggal karena virus tersebut. Hingga akhir 2014

jumlah penderita orang dengan HIV dan AIDS (ODHA) di dunia sebesar 36,9

juta orang. Sekitar 170.000 sampai 210.000 dari 220 juta penduduk Indonesia

mengidap HIV/AIDS. Perkiraan prevalensi keseluruhan adalah 0,1% di

seluruh negeri, dengan pengecualian Provinsi Papua, di mana angka epidemik


29

diperkirakan mencapai 2,4%, dan cara penularan utamanya adalah melalui

hubungan seksual tanpa menggunakan pelindung.

Jumlah kasus kematian akibat AIDS di Indonesia diperkirakan mencapai

5.500 jiwa. Epidemi tersebut terutama terkonsentrasi di kalangan pengguna

obat terlarang melalui jarum suntik dan pasangan intimnya, orang yang

berkecimpung dalam kegiatan prostitusi dan pelanggan mereka, dan pria yang

melakukan hubungan seksual dengan sesama pria. Sejak 30 Juni 2007, 42%

dari kasus AIDS yang dilaporkan ditularkan melalui hubungan heteroseksual

dan 53% melalui penggunaan obat terlarang. (Depkes, 2009)

Masa remaja merupakan salah satu periode dari perkembangan manusia.

Masa ini merupakan masa perubahan atau peralihan dari masa kanak-kanak

ke masa dewasa yang meliputi perubahan biologi, perubahan psikologi, dan

perubahan sosial. Di sebagian masyarakat dan budaya masa remaja pada

umumnya di mulai pada usia 10-13 tahun dan berakhir pada usia 18-22 tahun.

World Health Organization (WHO) remaja merupakan individu yang sedang

mengalami masa peralihan yang secara berangsur-angsur mencapai

kematangan seksual, mengalami perubahan jiwa dari jiwa kanak-kanak

menjadi dewasa, dan mengalami perubahan keadaan ekonomi dari

ketergantungan menjadi relatif mandiri.

Remaja akan beradaptasi dengan perubahan tubuhnya serta belajar

menerima perbedaan denga individu lain. Baik fisik maupun ideologi.

Perubahan fisik yang pesat dan perubahan hormonal merupakan pemicu

masalah kesehatan remaja serius karena timbulnya dorongan motivasi seksual


30

yang menjadikan remaja rawan terhadap penyakit dan masalah kesehatan

reproduksi (kespro), kehamilan remaja dengan segala kosekuensinya yaitu

hubungan seks pranikah, aborsi, penyakit menular seksual (PMS), HIV/AIDS

serta narkotika (Margaretha, 2012).

Remaja menyukai sumber informasi kesehatan reproduksi diperoleh

dengan teman sebaya dan guru, sedangkan pada perempuan menyukai sumber

informasi dari orangtua, tenaga kesehatan dan guru (Sri, 2016).

Menurut BKKBN, program kesehatan reproduksi remaja adalah untuk

membantu remaja agar memiliki pengetahuan, kesadaran, sikap dan prilaku

hidup reproduksi sehat bertanggung jawab melalui advokasi, promosi, KIE,

konseling dan pelayanan kepada remaja yang memiliki permasalahan khusus.

Materi kesehatan reproduksi remaja mencakup aspek kehidupan remaja yang

terkait dengan pengetahuan, sikap dan prilaku kehidupan seksual serta

berkeluarga (PKBI, 2010).

Hasil survey Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN)

menunjukan bahwa pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi relatif

masih rendah. Remaja perempuan yang tidak tahu tentang perubahan fisiknya

sebanyak 13,3%. Hampir separuh (47,9%) remaja perempuan tidak

mengetahui kapan memiliki hari atau masa subur. Sebaliknya dari survei yang

sama, pengetahuan dari renaja laki-laki yang mengetahui masa subur

perempuan lebih tinggi (32,3%) dibanding dengan remaja perempuan (29%).

Mengenai pengetahuan remaja laki-laki tentang mimpi basah lebih tinggi

(24,4%) dibanding dengan remaja perempuan (16,8%). Pengetahuan remaja


31

laki-laki tentang menstruasi lebih rendah (33,7%) dibanding dengan remaja

perempuan (76,2%). (BKKBN, 2016)

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Winarni (2015) dengan judul

Hubungan Sumber Informasi dengan Pengetahuan Remaja tentang Kesehatan

Reproduksi di SMUN 1 Jetis Bantul Yogyakarta didapatkan hasil bahwa

terdapat hubungan sumber informasi dengan pengetahuan remaja tentang

kesehatan reproduksi di SMUN 1 Jetis Bantul Yogyakarta. Penelitian ini

menunjukan sumber informasi remaja tentang TRIAD KRR (SeksualitS,

Napza, HIV / AIDS) 57,4% ( 27 remaja ) yang mengetahui sumber informasi

kesehatan reproduksi dan 42,6% ( 20 remaja) kurang mengetaui sumber

informasi kesehatan reproduksi.

Berdasarkan studi pendahulan yang dilakukan di SMK XXX pada

tanggal 20 April 2019 terhadap 2 siswa yang tidak mengetahui tentang

kesahatan reproduksi remaja seperti tentang seksualitas, napza dan HIV

karena tidak mendapatkan informasi tentang kesehatan reproduksi.

Berdasarkan uraian tersebut maka peneliti tertarik untuk mengambil

penelitian tentang pengaruh sumber informasi remaja dengan pengetahuan

tentang kesehatan reproduksi pada siswa kelas X SMK XXX.

1.22Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang diatas maka rumusan masalah

dalam penelitian ini adalah bagaimanakah hubungan antara sumber informasi

remaja dengan pengetahuan tentang kesehatan reproduksi pada siswa kelas X

SMK XXX.
32

1.23Tujuan Penelitian

1.3.9 Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan sumber informasi remaja terhadap

pengetahuan tentang kesehatan reproduksi pada kelas X SMK XXX

tahun 2019.

1.3.10 Tujuan Khusus

13. Mengetahui distribusi frekuensi sumber informasi utama yang

didapatkan oleh remaja tentang kesehatan reproduksi pada kelas

X SMK XXX

14. Mengetahui distribusi frekuensi tingkat pengetahuan remaja

tentang Kesehatan Reproduksi pada kelas X SMK XXX

15. Mengetahui hubungan sumber informasi remaja dengan

pengetahuan tentang kesehatan reproduksi pada kelas X SMK

XXX.

1.24Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini akan membahas tantang mengetahui

hubungan sumber informasi remaja dengan pengetahuan tentang kesehatan

reproduksi pada kelas X SMK XXX. Karena masih adanya remaja yang tidak

mendapatkan informasi tentang kesehatan reproduksi. Adapun populasi

dalam penelitian ini adalah siswa kelas X SMK XXX tahun 2019. Waktu
33

penelitian akan dilaksanakan pada bulan April – Mei 2019. Penelitian ini

menggunakan metode survey analatik dengan pendekatan cross sectional.

1.25Kegunaan Penelitian

1.5.1 Kegunaan Teoritis

1. Bagi Institusi Pendidikan

Sebagai wawasan bagi institusi pendidikan dalam proses

belajar khususnya dalam metodologi riset statistik kebidanan dan

dapat juga dijadikan sumber bahan bacaan kesehatan dan

metodologi penelitian kebidanan tentang kesehatan reproduksi

remaja.

2. Bagi Peneliti

Untuk menambah wawasan peneliti mengenai riset kesehatan

dan khususnya tentang masalah kebidanan dan dapat menambah

pengalaman secara langsung mengenai pengetahuan remaja

tentang kesehatan reproduksi

1.5.2 Kegunaan Praktis

9. Bagi Responden

Untuk menambah wawasan remaja mengenai kesehatan

reproduksi sehingga berkurangnya kasus-kasus reproduksi

khususnya kasus seklualitas, HIV dan Napza

10. Bagi SMK XXX


34

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan

informasi untuk meningkatkan pengetahuan siswa tentang

kesehatan reproduksi remaja melalui sumber-sumber infromasi

yang bias digunakan di sekolah.


35

BAB I

PENDAHULUAN

1.26Latar Belakang

Sustainable Development Goals (SDGs) merupakan sasaran

pembangunan millennium berkelanjutan yang berisikan target untuk

mencapai kesejahteraan rakyat dan pembangunan masyarakat pada tahun

2030. Salah satu Goals pada SDGs yang berhubungan dengan kesehatan

adalah tujuan ke 3 yaitu menggalakan hidup sehat dan mendukung

kesejahteraan untuk semua usia. Beberapa target pada tujuan ke 3 SDG’s

diantaranya mengakhiri epidemic AIDS dan penyakit menular seksual pada

tahun 2030, memperkuat pencegahan dan perawatan penyalahgunaan

narkotika dan alkohol yang membahayakan (Depkes, 2017)

Sejak tahun 2000 infeksi baru HIV turun sebesar 35%. Sementara kasus

kematian sehubungan AIDS di dunia juga mengalami penurunan sebesar

24%, Dalam laporannya, WHO mencatat sejak AIDS ditemukan hingga

akhir 2014 terdapat 34 juta orang meninggal dan di tahun 2014 tercatat

sebesar 1,2 juta orang meninggal karena virus tersebut. Hingga akhir 2014

jumlah penderita orang dengan HIV dan AIDS (ODHA) di dunia sebesar 36,9

juta orang. Sekitar 170.000 sampai 210.000 dari 220 juta penduduk Indonesia

mengidap HIV/AIDS. Perkiraan prevalensi keseluruhan adalah 0,1% di

seluruh negeri, dengan pengecualian Provinsi Papua, di mana angka epidemik


36

diperkirakan mencapai 2,4%, dan cara penularan utamanya adalah melalui

hubungan seksual tanpa menggunakan pelindung.

Jumlah kasus kematian akibat AIDS di Indonesia diperkirakan mencapai

5.500 jiwa. Epidemi tersebut terutama terkonsentrasi di kalangan pengguna

obat terlarang melalui jarum suntik dan pasangan intimnya, orang yang

berkecimpung dalam kegiatan prostitusi dan pelanggan mereka, dan pria yang

melakukan hubungan seksual dengan sesama pria. Sejak 30 Juni 2007, 42%

dari kasus AIDS yang dilaporkan ditularkan melalui hubungan heteroseksual

dan 53% melalui penggunaan obat terlarang. (Depkes, 2009)

Masa remaja merupakan salah satu periode dari perkembangan manusia.

Masa ini merupakan masa perubahan atau peralihan dari masa kanak-kanak

ke masa dewasa yang meliputi perubahan biologi, perubahan psikologi, dan

perubahan sosial. Di sebagian masyarakat dan budaya masa remaja pada

umumnya di mulai pada usia 10-13 tahun dan berakhir pada usia 18-22 tahun.

World Health Organization (WHO) remaja merupakan individu yang sedang

mengalami masa peralihan yang secara berangsur-angsur mencapai

kematangan seksual, mengalami perubahan jiwa dari jiwa kanak-kanak

menjadi dewasa, dan mengalami perubahan keadaan ekonomi dari

ketergantungan menjadi relatif mandiri.

Remaja akan beradaptasi dengan perubahan tubuhnya serta belajar

menerima perbedaan denga individu lain. Baik fisik maupun ideologi.

Perubahan fisik yang pesat dan perubahan hormonal merupakan pemicu

masalah kesehatan remaja serius karena timbulnya dorongan motivasi seksual


37

yang menjadikan remaja rawan terhadap penyakit dan masalah kesehatan

reproduksi (kespro), kehamilan remaja dengan segala kosekuensinya yaitu

hubungan seks pranikah, aborsi, penyakit menular seksual (PMS), HIV/AIDS

serta narkotika (Margaretha, 2012).

Remaja menyukai sumber informasi kesehatan reproduksi diperoleh

dengan teman sebaya dan guru, sedangkan pada perempuan menyukai sumber

informasi dari orangtua, tenaga kesehatan dan guru (Sri, 2016).

Menurut BKKBN, program kesehatan reproduksi remaja adalah untuk

membantu remaja agar memiliki pengetahuan, kesadaran, sikap dan prilaku

hidup reproduksi sehat bertanggung jawab melalui advokasi, promosi, KIE,

konseling dan pelayanan kepada remaja yang memiliki permasalahan khusus.

Materi kesehatan reproduksi remaja mencakup aspek kehidupan remaja yang

terkait dengan pengetahuan, sikap dan prilaku kehidupan seksual serta

berkeluarga (PKBI, 2010).

Hasil survey Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN)

menunjukan bahwa pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi relatif

masih rendah. Remaja perempuan yang tidak tahu tentang perubahan fisiknya

sebanyak 13,3%. Hampir separuh (47,9%) remaja perempuan tidak

mengetahui kapan memiliki hari atau masa subur. Sebaliknya dari survei yang

sama, pengetahuan dari renaja laki-laki yang mengetahui masa subur

perempuan lebih tinggi (32,3%) dibanding dengan remaja perempuan (29%).

Mengenai pengetahuan remaja laki-laki tentang mimpi basah lebih tinggi

(24,4%) dibanding dengan remaja perempuan (16,8%). Pengetahuan remaja


38

laki-laki tentang menstruasi lebih rendah (33,7%) dibanding dengan remaja

perempuan (76,2%). (BKKBN, 2016)

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Winarni (2015) dengan judul

Hubungan Sumber Informasi dengan Pengetahuan Remaja tentang Kesehatan

Reproduksi di SMUN 1 Jetis Bantul Yogyakarta didapatkan hasil bahwa

terdapat hubungan sumber informasi dengan pengetahuan remaja tentang

kesehatan reproduksi di SMUN 1 Jetis Bantul Yogyakarta. Penelitian ini

menunjukan sumber informasi remaja tentang TRIAD KRR (SeksualitS,

Napza, HIV / AIDS) 57,4% ( 27 remaja ) yang mengetahui sumber informasi

kesehatan reproduksi dan 42,6% ( 20 remaja) kurang mengetaui sumber

informasi kesehatan reproduksi.

Berdasarkan studi pendahulan yang dilakukan di SMK XXX pada

tanggal 20 April 2019 terhadap 2 siswa yang tidak mengetahui tentang

kesahatan reproduksi remaja seperti tentang seksualitas, napza dan HIV

karena tidak mendapatkan informasi tentang kesehatan reproduksi.

Berdasarkan uraian tersebut maka peneliti tertarik untuk mengambil

penelitian tentang pengaruh sumber informasi remaja dengan pengetahuan

tentang kesehatan reproduksi pada siswa kelas X SMK XXX.

1.27Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang diatas maka rumusan masalah

dalam penelitian ini adalah bagaimanakah hubungan antara sumber informasi

remaja dengan pengetahuan tentang kesehatan reproduksi pada siswa kelas X

SMK XXX.
39

1.28Tujuan Penelitian

1.3.11 Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan sumber informasi remaja terhadap

pengetahuan tentang kesehatan reproduksi pada kelas X SMK XXX

tahun 2019.

1.3.12 Tujuan Khusus

16. Mengetahui distribusi frekuensi sumber informasi utama yang

didapatkan oleh remaja tentang kesehatan reproduksi pada kelas

X SMK XXX

17. Mengetahui distribusi frekuensi tingkat pengetahuan remaja

tentang Kesehatan Reproduksi pada kelas X SMK XXX

18. Mengetahui hubungan sumber informasi remaja dengan

pengetahuan tentang kesehatan reproduksi pada kelas X SMK

XXX.

1.29Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini akan membahas tantang mengetahui

hubungan sumber informasi remaja dengan pengetahuan tentang kesehatan

reproduksi pada kelas X SMK XXX. Karena masih adanya remaja yang tidak

mendapatkan informasi tentang kesehatan reproduksi. Adapun populasi

dalam penelitian ini adalah siswa kelas X SMK XXX tahun 2019. Waktu
40

penelitian akan dilaksanakan pada bulan April – Mei 2019. Penelitian ini

menggunakan metode survey analatik dengan pendekatan cross sectional.

1.30Kegunaan Penelitian

1.5.1 Kegunaan Teoritis

1. Bagi Institusi Pendidikan

Sebagai wawasan bagi institusi pendidikan dalam proses

belajar khususnya dalam metodologi riset statistik kebidanan dan

dapat juga dijadikan sumber bahan bacaan kesehatan dan

metodologi penelitian kebidanan tentang kesehatan reproduksi

remaja.

2. Bagi Peneliti

Untuk menambah wawasan peneliti mengenai riset kesehatan

dan khususnya tentang masalah kebidanan dan dapat menambah

pengalaman secara langsung mengenai pengetahuan remaja

tentang kesehatan reproduksi

1.5.2 Kegunaan Praktis

11. Bagi Responden

Untuk menambah wawasan remaja mengenai kesehatan

reproduksi sehingga berkurangnya kasus-kasus reproduksi

khususnya kasus seklualitas, HIV dan Napza

12. Bagi SMK XXX


41

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan

informasi untuk meningkatkan pengetahuan siswa tentang

kesehatan reproduksi remaja melalui sumber-sumber infromasi

yang bias digunakan di sekolah.


42

BAB I

PENDAHULUAN

1.31Latar Belakang

Sustainable Development Goals (SDGs) merupakan sasaran

pembangunan millennium berkelanjutan yang berisikan target untuk

mencapai kesejahteraan rakyat dan pembangunan masyarakat pada tahun

2030. Salah satu Goals pada SDGs yang berhubungan dengan kesehatan

adalah tujuan ke 3 yaitu menggalakan hidup sehat dan mendukung

kesejahteraan untuk semua usia. Beberapa target pada tujuan ke 3 SDG’s

diantaranya mengakhiri epidemic AIDS dan penyakit menular seksual pada

tahun 2030, memperkuat pencegahan dan perawatan penyalahgunaan

narkotika dan alkohol yang membahayakan (Depkes, 2017)

Sejak tahun 2000 infeksi baru HIV turun sebesar 35%. Sementara kasus

kematian sehubungan AIDS di dunia juga mengalami penurunan sebesar

24%, Dalam laporannya, WHO mencatat sejak AIDS ditemukan hingga

akhir 2014 terdapat 34 juta orang meninggal dan di tahun 2014 tercatat

sebesar 1,2 juta orang meninggal karena virus tersebut. Hingga akhir 2014

jumlah penderita orang dengan HIV dan AIDS (ODHA) di dunia sebesar 36,9

juta orang. Sekitar 170.000 sampai 210.000 dari 220 juta penduduk Indonesia

mengidap HIV/AIDS. Perkiraan prevalensi keseluruhan adalah 0,1% di

seluruh negeri, dengan pengecualian Provinsi Papua, di mana angka epidemik


43

diperkirakan mencapai 2,4%, dan cara penularan utamanya adalah melalui

hubungan seksual tanpa menggunakan pelindung.

Jumlah kasus kematian akibat AIDS di Indonesia diperkirakan mencapai

5.500 jiwa. Epidemi tersebut terutama terkonsentrasi di kalangan pengguna

obat terlarang melalui jarum suntik dan pasangan intimnya, orang yang

berkecimpung dalam kegiatan prostitusi dan pelanggan mereka, dan pria yang

melakukan hubungan seksual dengan sesama pria. Sejak 30 Juni 2007, 42%

dari kasus AIDS yang dilaporkan ditularkan melalui hubungan heteroseksual

dan 53% melalui penggunaan obat terlarang. (Depkes, 2009)

Masa remaja merupakan salah satu periode dari perkembangan manusia.

Masa ini merupakan masa perubahan atau peralihan dari masa kanak-kanak

ke masa dewasa yang meliputi perubahan biologi, perubahan psikologi, dan

perubahan sosial. Di sebagian masyarakat dan budaya masa remaja pada

umumnya di mulai pada usia 10-13 tahun dan berakhir pada usia 18-22 tahun.

World Health Organization (WHO) remaja merupakan individu yang sedang

mengalami masa peralihan yang secara berangsur-angsur mencapai

kematangan seksual, mengalami perubahan jiwa dari jiwa kanak-kanak

menjadi dewasa, dan mengalami perubahan keadaan ekonomi dari

ketergantungan menjadi relatif mandiri.

Remaja akan beradaptasi dengan perubahan tubuhnya serta belajar

menerima perbedaan denga individu lain. Baik fisik maupun ideologi.

Perubahan fisik yang pesat dan perubahan hormonal merupakan pemicu

masalah kesehatan remaja serius karena timbulnya dorongan motivasi seksual


44

yang menjadikan remaja rawan terhadap penyakit dan masalah kesehatan

reproduksi (kespro), kehamilan remaja dengan segala kosekuensinya yaitu

hubungan seks pranikah, aborsi, penyakit menular seksual (PMS), HIV/AIDS

serta narkotika (Margaretha, 2012).

Remaja menyukai sumber informasi kesehatan reproduksi diperoleh

dengan teman sebaya dan guru, sedangkan pada perempuan menyukai sumber

informasi dari orangtua, tenaga kesehatan dan guru (Sri, 2016).

Menurut BKKBN, program kesehatan reproduksi remaja adalah untuk

membantu remaja agar memiliki pengetahuan, kesadaran, sikap dan prilaku

hidup reproduksi sehat bertanggung jawab melalui advokasi, promosi, KIE,

konseling dan pelayanan kepada remaja yang memiliki permasalahan khusus.

Materi kesehatan reproduksi remaja mencakup aspek kehidupan remaja yang

terkait dengan pengetahuan, sikap dan prilaku kehidupan seksual serta

berkeluarga (PKBI, 2010).

Hasil survey Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN)

menunjukan bahwa pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi relatif

masih rendah. Remaja perempuan yang tidak tahu tentang perubahan fisiknya

sebanyak 13,3%. Hampir separuh (47,9%) remaja perempuan tidak

mengetahui kapan memiliki hari atau masa subur. Sebaliknya dari survei yang

sama, pengetahuan dari renaja laki-laki yang mengetahui masa subur

perempuan lebih tinggi (32,3%) dibanding dengan remaja perempuan (29%).

Mengenai pengetahuan remaja laki-laki tentang mimpi basah lebih tinggi

(24,4%) dibanding dengan remaja perempuan (16,8%). Pengetahuan remaja


45

laki-laki tentang menstruasi lebih rendah (33,7%) dibanding dengan remaja

perempuan (76,2%). (BKKBN, 2016)

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Winarni (2015) dengan judul

Hubungan Sumber Informasi dengan Pengetahuan Remaja tentang Kesehatan

Reproduksi di SMUN 1 Jetis Bantul Yogyakarta didapatkan hasil bahwa

terdapat hubungan sumber informasi dengan pengetahuan remaja tentang

kesehatan reproduksi di SMUN 1 Jetis Bantul Yogyakarta. Penelitian ini

menunjukan sumber informasi remaja tentang TRIAD KRR (SeksualitS,

Napza, HIV / AIDS) 57,4% ( 27 remaja ) yang mengetahui sumber informasi

kesehatan reproduksi dan 42,6% ( 20 remaja) kurang mengetaui sumber

informasi kesehatan reproduksi.

Berdasarkan studi pendahulan yang dilakukan di SMK XXX pada

tanggal 20 April 2019 terhadap 2 siswa yang tidak mengetahui tentang

kesahatan reproduksi remaja seperti tentang seksualitas, napza dan HIV

karena tidak mendapatkan informasi tentang kesehatan reproduksi.

Berdasarkan uraian tersebut maka peneliti tertarik untuk mengambil

penelitian tentang pengaruh sumber informasi remaja dengan pengetahuan

tentang kesehatan reproduksi pada siswa kelas X SMK XXX.

1.32Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang diatas maka rumusan masalah

dalam penelitian ini adalah bagaimanakah hubungan antara sumber informasi

remaja dengan pengetahuan tentang kesehatan reproduksi pada siswa kelas X

SMK XXX.
46

1.33Tujuan Penelitian

1.3.13 Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan sumber informasi remaja terhadap

pengetahuan tentang kesehatan reproduksi pada kelas X SMK XXX

tahun 2019.

1.3.14 Tujuan Khusus

19. Mengetahui distribusi frekuensi sumber informasi utama yang

didapatkan oleh remaja tentang kesehatan reproduksi pada kelas

X SMK XXX

20. Mengetahui distribusi frekuensi tingkat pengetahuan remaja

tentang Kesehatan Reproduksi pada kelas X SMK XXX

21. Mengetahui hubungan sumber informasi remaja dengan

pengetahuan tentang kesehatan reproduksi pada kelas X SMK

XXX.

1.34Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini akan membahas tantang mengetahui

hubungan sumber informasi remaja dengan pengetahuan tentang kesehatan

reproduksi pada kelas X SMK XXX. Karena masih adanya remaja yang tidak

mendapatkan informasi tentang kesehatan reproduksi. Adapun populasi

dalam penelitian ini adalah siswa kelas X SMK XXX tahun 2019. Waktu
47

penelitian akan dilaksanakan pada bulan April – Mei 2019. Penelitian ini

menggunakan metode survey analatik dengan pendekatan cross sectional.

1.35Kegunaan Penelitian

1.5.1 Kegunaan Teoritis

1. Bagi Institusi Pendidikan

Sebagai wawasan bagi institusi pendidikan dalam proses

belajar khususnya dalam metodologi riset statistik kebidanan dan

dapat juga dijadikan sumber bahan bacaan kesehatan dan

metodologi penelitian kebidanan tentang kesehatan reproduksi

remaja.

2. Bagi Peneliti

Untuk menambah wawasan peneliti mengenai riset kesehatan

dan khususnya tentang masalah kebidanan dan dapat menambah

pengalaman secara langsung mengenai pengetahuan remaja

tentang kesehatan reproduksi

1.5.2 Kegunaan Praktis

13. Bagi Responden

Untuk menambah wawasan remaja mengenai kesehatan

reproduksi sehingga berkurangnya kasus-kasus reproduksi

khususnya kasus seklualitas, HIV dan Napza

14. Bagi SMK XXX


48

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan

informasi untuk meningkatkan pengetahuan siswa tentang

kesehatan reproduksi remaja melalui sumber-sumber infromasi

yang bias digunakan di sekolah.


49

BAB I

PENDAHULUAN

1.36Latar Belakang

Sustainable Development Goals (SDGs) merupakan sasaran

pembangunan millennium berkelanjutan yang berisikan target untuk

mencapai kesejahteraan rakyat dan pembangunan masyarakat pada tahun

2030. Salah satu Goals pada SDGs yang berhubungan dengan kesehatan

adalah tujuan ke 3 yaitu menggalakan hidup sehat dan mendukung

kesejahteraan untuk semua usia. Beberapa target pada tujuan ke 3 SDG’s

diantaranya mengakhiri epidemic AIDS dan penyakit menular seksual pada

tahun 2030, memperkuat pencegahan dan perawatan penyalahgunaan

narkotika dan alkohol yang membahayakan (Depkes, 2017)

Sejak tahun 2000 infeksi baru HIV turun sebesar 35%. Sementara kasus

kematian sehubungan AIDS di dunia juga mengalami penurunan sebesar

24%, Dalam laporannya, WHO mencatat sejak AIDS ditemukan hingga

akhir 2014 terdapat 34 juta orang meninggal dan di tahun 2014 tercatat

sebesar 1,2 juta orang meninggal karena virus tersebut. Hingga akhir 2014

jumlah penderita orang dengan HIV dan AIDS (ODHA) di dunia sebesar 36,9

juta orang. Sekitar 170.000 sampai 210.000 dari 220 juta penduduk Indonesia

mengidap HIV/AIDS. Perkiraan prevalensi keseluruhan adalah 0,1% di

seluruh negeri, dengan pengecualian Provinsi Papua, di mana angka epidemik


50

diperkirakan mencapai 2,4%, dan cara penularan utamanya adalah melalui

hubungan seksual tanpa menggunakan pelindung.

Jumlah kasus kematian akibat AIDS di Indonesia diperkirakan mencapai

5.500 jiwa. Epidemi tersebut terutama terkonsentrasi di kalangan pengguna

obat terlarang melalui jarum suntik dan pasangan intimnya, orang yang

berkecimpung dalam kegiatan prostitusi dan pelanggan mereka, dan pria yang

melakukan hubungan seksual dengan sesama pria. Sejak 30 Juni 2007, 42%

dari kasus AIDS yang dilaporkan ditularkan melalui hubungan heteroseksual

dan 53% melalui penggunaan obat terlarang. (Depkes, 2009)

Masa remaja merupakan salah satu periode dari perkembangan manusia.

Masa ini merupakan masa perubahan atau peralihan dari masa kanak-kanak

ke masa dewasa yang meliputi perubahan biologi, perubahan psikologi, dan

perubahan sosial. Di sebagian masyarakat dan budaya masa remaja pada

umumnya di mulai pada usia 10-13 tahun dan berakhir pada usia 18-22 tahun.

World Health Organization (WHO) remaja merupakan individu yang sedang

mengalami masa peralihan yang secara berangsur-angsur mencapai

kematangan seksual, mengalami perubahan jiwa dari jiwa kanak-kanak

menjadi dewasa, dan mengalami perubahan keadaan ekonomi dari

ketergantungan menjadi relatif mandiri.

Remaja akan beradaptasi dengan perubahan tubuhnya serta belajar

menerima perbedaan denga individu lain. Baik fisik maupun ideologi.

Perubahan fisik yang pesat dan perubahan hormonal merupakan pemicu

masalah kesehatan remaja serius karena timbulnya dorongan motivasi seksual


51

yang menjadikan remaja rawan terhadap penyakit dan masalah kesehatan

reproduksi (kespro), kehamilan remaja dengan segala kosekuensinya yaitu

hubungan seks pranikah, aborsi, penyakit menular seksual (PMS), HIV/AIDS

serta narkotika (Margaretha, 2012).

Remaja menyukai sumber informasi kesehatan reproduksi diperoleh

dengan teman sebaya dan guru, sedangkan pada perempuan menyukai sumber

informasi dari orangtua, tenaga kesehatan dan guru (Sri, 2016).

Menurut BKKBN, program kesehatan reproduksi remaja adalah untuk

membantu remaja agar memiliki pengetahuan, kesadaran, sikap dan prilaku

hidup reproduksi sehat bertanggung jawab melalui advokasi, promosi, KIE,

konseling dan pelayanan kepada remaja yang memiliki permasalahan khusus.

Materi kesehatan reproduksi remaja mencakup aspek kehidupan remaja yang

terkait dengan pengetahuan, sikap dan prilaku kehidupan seksual serta

berkeluarga (PKBI, 2010).

Hasil survey Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN)

menunjukan bahwa pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi relatif

masih rendah. Remaja perempuan yang tidak tahu tentang perubahan fisiknya

sebanyak 13,3%. Hampir separuh (47,9%) remaja perempuan tidak

mengetahui kapan memiliki hari atau masa subur. Sebaliknya dari survei yang

sama, pengetahuan dari renaja laki-laki yang mengetahui masa subur

perempuan lebih tinggi (32,3%) dibanding dengan remaja perempuan (29%).

Mengenai pengetahuan remaja laki-laki tentang mimpi basah lebih tinggi

(24,4%) dibanding dengan remaja perempuan (16,8%). Pengetahuan remaja


52

laki-laki tentang menstruasi lebih rendah (33,7%) dibanding dengan remaja

perempuan (76,2%). (BKKBN, 2016)

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Winarni (2015) dengan judul

Hubungan Sumber Informasi dengan Pengetahuan Remaja tentang Kesehatan

Reproduksi di SMUN 1 Jetis Bantul Yogyakarta didapatkan hasil bahwa

terdapat hubungan sumber informasi dengan pengetahuan remaja tentang

kesehatan reproduksi di SMUN 1 Jetis Bantul Yogyakarta. Penelitian ini

menunjukan sumber informasi remaja tentang TRIAD KRR (SeksualitS,

Napza, HIV / AIDS) 57,4% ( 27 remaja ) yang mengetahui sumber informasi

kesehatan reproduksi dan 42,6% ( 20 remaja) kurang mengetaui sumber

informasi kesehatan reproduksi.

Berdasarkan studi pendahulan yang dilakukan di SMK XXX pada

tanggal 20 April 2019 terhadap 2 siswa yang tidak mengetahui tentang

kesahatan reproduksi remaja seperti tentang seksualitas, napza dan HIV

karena tidak mendapatkan informasi tentang kesehatan reproduksi.

Berdasarkan uraian tersebut maka peneliti tertarik untuk mengambil

penelitian tentang pengaruh sumber informasi remaja dengan pengetahuan

tentang kesehatan reproduksi pada siswa kelas X SMK XXX.

1.37Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang diatas maka rumusan masalah

dalam penelitian ini adalah bagaimanakah hubungan antara sumber informasi

remaja dengan pengetahuan tentang kesehatan reproduksi pada siswa kelas X

SMK XXX.
53

1.38Tujuan Penelitian

1.3.15 Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan sumber informasi remaja terhadap

pengetahuan tentang kesehatan reproduksi pada kelas X SMK XXX

tahun 2019.

1.3.16 Tujuan Khusus

22. Mengetahui distribusi frekuensi sumber informasi utama yang

didapatkan oleh remaja tentang kesehatan reproduksi pada kelas

X SMK XXX

23. Mengetahui distribusi frekuensi tingkat pengetahuan remaja

tentang Kesehatan Reproduksi pada kelas X SMK XXX

24. Mengetahui hubungan sumber informasi remaja dengan

pengetahuan tentang kesehatan reproduksi pada kelas X SMK

XXX.

1.39Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini akan membahas tantang mengetahui

hubungan sumber informasi remaja dengan pengetahuan tentang kesehatan

reproduksi pada kelas X SMK XXX. Karena masih adanya remaja yang tidak

mendapatkan informasi tentang kesehatan reproduksi. Adapun populasi

dalam penelitian ini adalah siswa kelas X SMK XXX tahun 2019. Waktu
54

penelitian akan dilaksanakan pada bulan April – Mei 2019. Penelitian ini

menggunakan metode survey analatik dengan pendekatan cross sectional.

1.40Kegunaan Penelitian

1.5.1 Kegunaan Teoritis

1. Bagi Institusi Pendidikan

Sebagai wawasan bagi institusi pendidikan dalam proses

belajar khususnya dalam metodologi riset statistik kebidanan dan

dapat juga dijadikan sumber bahan bacaan kesehatan dan

metodologi penelitian kebidanan tentang kesehatan reproduksi

remaja.

2. Bagi Peneliti

Untuk menambah wawasan peneliti mengenai riset kesehatan

dan khususnya tentang masalah kebidanan dan dapat menambah

pengalaman secara langsung mengenai pengetahuan remaja

tentang kesehatan reproduksi

1.5.2 Kegunaan Praktis

15. Bagi Responden

Untuk menambah wawasan remaja mengenai kesehatan

reproduksi sehingga berkurangnya kasus-kasus reproduksi

khususnya kasus seklualitas, HIV dan Napza

16. Bagi SMK XXX


55

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan

informasi untuk meningkatkan pengetahuan siswa tentang

kesehatan reproduksi remaja melalui sumber-sumber infromasi

yang bias digunakan di sekolah.


56

BAB I

PENDAHULUAN

1.41Latar Belakang

Sustainable Development Goals (SDGs) merupakan sasaran

pembangunan millennium berkelanjutan yang berisikan target untuk

mencapai kesejahteraan rakyat dan pembangunan masyarakat pada tahun

2030. Salah satu Goals pada SDGs yang berhubungan dengan kesehatan

adalah tujuan ke 3 yaitu menggalakan hidup sehat dan mendukung

kesejahteraan untuk semua usia. Beberapa target pada tujuan ke 3 SDG’s

diantaranya mengakhiri epidemic AIDS dan penyakit menular seksual pada

tahun 2030, memperkuat pencegahan dan perawatan penyalahgunaan

narkotika dan alkohol yang membahayakan (Depkes, 2017)

Sejak tahun 2000 infeksi baru HIV turun sebesar 35%. Sementara kasus

kematian sehubungan AIDS di dunia juga mengalami penurunan sebesar

24%, Dalam laporannya, WHO mencatat sejak AIDS ditemukan hingga

akhir 2014 terdapat 34 juta orang meninggal dan di tahun 2014 tercatat

sebesar 1,2 juta orang meninggal karena virus tersebut. Hingga akhir 2014

jumlah penderita orang dengan HIV dan AIDS (ODHA) di dunia sebesar 36,9

juta orang. Sekitar 170.000 sampai 210.000 dari 220 juta penduduk Indonesia

mengidap HIV/AIDS. Perkiraan prevalensi keseluruhan adalah 0,1% di

seluruh negeri, dengan pengecualian Provinsi Papua, di mana angka epidemik


57

diperkirakan mencapai 2,4%, dan cara penularan utamanya adalah melalui

hubungan seksual tanpa menggunakan pelindung.

Jumlah kasus kematian akibat AIDS di Indonesia diperkirakan mencapai

5.500 jiwa. Epidemi tersebut terutama terkonsentrasi di kalangan pengguna

obat terlarang melalui jarum suntik dan pasangan intimnya, orang yang

berkecimpung dalam kegiatan prostitusi dan pelanggan mereka, dan pria yang

melakukan hubungan seksual dengan sesama pria. Sejak 30 Juni 2007, 42%

dari kasus AIDS yang dilaporkan ditularkan melalui hubungan heteroseksual

dan 53% melalui penggunaan obat terlarang. (Depkes, 2009)

Masa remaja merupakan salah satu periode dari perkembangan manusia.

Masa ini merupakan masa perubahan atau peralihan dari masa kanak-kanak

ke masa dewasa yang meliputi perubahan biologi, perubahan psikologi, dan

perubahan sosial. Di sebagian masyarakat dan budaya masa remaja pada

umumnya di mulai pada usia 10-13 tahun dan berakhir pada usia 18-22 tahun.

World Health Organization (WHO) remaja merupakan individu yang sedang

mengalami masa peralihan yang secara berangsur-angsur mencapai

kematangan seksual, mengalami perubahan jiwa dari jiwa kanak-kanak

menjadi dewasa, dan mengalami perubahan keadaan ekonomi dari

ketergantungan menjadi relatif mandiri.

Remaja akan beradaptasi dengan perubahan tubuhnya serta belajar

menerima perbedaan denga individu lain. Baik fisik maupun ideologi.

Perubahan fisik yang pesat dan perubahan hormonal merupakan pemicu

masalah kesehatan remaja serius karena timbulnya dorongan motivasi seksual


58

yang menjadikan remaja rawan terhadap penyakit dan masalah kesehatan

reproduksi (kespro), kehamilan remaja dengan segala kosekuensinya yaitu

hubungan seks pranikah, aborsi, penyakit menular seksual (PMS), HIV/AIDS

serta narkotika (Margaretha, 2012).

Remaja menyukai sumber informasi kesehatan reproduksi diperoleh

dengan teman sebaya dan guru, sedangkan pada perempuan menyukai sumber

informasi dari orangtua, tenaga kesehatan dan guru (Sri, 2016).

Menurut BKKBN, program kesehatan reproduksi remaja adalah untuk

membantu remaja agar memiliki pengetahuan, kesadaran, sikap dan prilaku

hidup reproduksi sehat bertanggung jawab melalui advokasi, promosi, KIE,

konseling dan pelayanan kepada remaja yang memiliki permasalahan khusus.

Materi kesehatan reproduksi remaja mencakup aspek kehidupan remaja yang

terkait dengan pengetahuan, sikap dan prilaku kehidupan seksual serta

berkeluarga (PKBI, 2010).

Hasil survey Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN)

menunjukan bahwa pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi relatif

masih rendah. Remaja perempuan yang tidak tahu tentang perubahan fisiknya

sebanyak 13,3%. Hampir separuh (47,9%) remaja perempuan tidak

mengetahui kapan memiliki hari atau masa subur. Sebaliknya dari survei yang

sama, pengetahuan dari renaja laki-laki yang mengetahui masa subur

perempuan lebih tinggi (32,3%) dibanding dengan remaja perempuan (29%).

Mengenai pengetahuan remaja laki-laki tentang mimpi basah lebih tinggi

(24,4%) dibanding dengan remaja perempuan (16,8%). Pengetahuan remaja


59

laki-laki tentang menstruasi lebih rendah (33,7%) dibanding dengan remaja

perempuan (76,2%). (BKKBN, 2016)

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Winarni (2015) dengan judul

Hubungan Sumber Informasi dengan Pengetahuan Remaja tentang Kesehatan

Reproduksi di SMUN 1 Jetis Bantul Yogyakarta didapatkan hasil bahwa

terdapat hubungan sumber informasi dengan pengetahuan remaja tentang

kesehatan reproduksi di SMUN 1 Jetis Bantul Yogyakarta. Penelitian ini

menunjukan sumber informasi remaja tentang TRIAD KRR (SeksualitS,

Napza, HIV / AIDS) 57,4% ( 27 remaja ) yang mengetahui sumber informasi

kesehatan reproduksi dan 42,6% ( 20 remaja) kurang mengetaui sumber

informasi kesehatan reproduksi.

Berdasarkan studi pendahulan yang dilakukan di SMK XXX pada

tanggal 20 April 2019 terhadap 2 siswa yang tidak mengetahui tentang

kesahatan reproduksi remaja seperti tentang seksualitas, napza dan HIV

karena tidak mendapatkan informasi tentang kesehatan reproduksi.

Berdasarkan uraian tersebut maka peneliti tertarik untuk mengambil

penelitian tentang pengaruh sumber informasi remaja dengan pengetahuan

tentang kesehatan reproduksi pada siswa kelas X SMK XXX.

1.42Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang diatas maka rumusan masalah

dalam penelitian ini adalah bagaimanakah hubungan antara sumber informasi

remaja dengan pengetahuan tentang kesehatan reproduksi pada siswa kelas X

SMK XXX.
60

1.43Tujuan Penelitian

1.3.17 Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan sumber informasi remaja terhadap

pengetahuan tentang kesehatan reproduksi pada kelas X SMK XXX

tahun 2019.

1.3.18 Tujuan Khusus

25. Mengetahui distribusi frekuensi sumber informasi utama yang

didapatkan oleh remaja tentang kesehatan reproduksi pada kelas

X SMK XXX

26. Mengetahui distribusi frekuensi tingkat pengetahuan remaja

tentang Kesehatan Reproduksi pada kelas X SMK XXX

27. Mengetahui hubungan sumber informasi remaja dengan

pengetahuan tentang kesehatan reproduksi pada kelas X SMK

XXX.

1.44Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini akan membahas tantang mengetahui

hubungan sumber informasi remaja dengan pengetahuan tentang kesehatan

reproduksi pada kelas X SMK XXX. Karena masih adanya remaja yang tidak

mendapatkan informasi tentang kesehatan reproduksi. Adapun populasi

dalam penelitian ini adalah siswa kelas X SMK XXX tahun 2019. Waktu
61

penelitian akan dilaksanakan pada bulan April – Mei 2019. Penelitian ini

menggunakan metode survey analatik dengan pendekatan cross sectional.

1.45Kegunaan Penelitian

1.5.1 Kegunaan Teoritis

1. Bagi Institusi Pendidikan

Sebagai wawasan bagi institusi pendidikan dalam proses

belajar khususnya dalam metodologi riset statistik kebidanan dan

dapat juga dijadikan sumber bahan bacaan kesehatan dan

metodologi penelitian kebidanan tentang kesehatan reproduksi

remaja.

2. Bagi Peneliti

Untuk menambah wawasan peneliti mengenai riset kesehatan

dan khususnya tentang masalah kebidanan dan dapat menambah

pengalaman secara langsung mengenai pengetahuan remaja

tentang kesehatan reproduksi

1.5.2 Kegunaan Praktis

17. Bagi Responden

Untuk menambah wawasan remaja mengenai kesehatan

reproduksi sehingga berkurangnya kasus-kasus reproduksi

khususnya kasus seklualitas, HIV dan Napza

18. Bagi SMK XXX


62

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan

informasi untuk meningkatkan pengetahuan siswa tentang

kesehatan reproduksi remaja melalui sumber-sumber infromasi

yang bias digunakan di sekolah.


63

BAB I

PENDAHULUAN

1.46Latar Belakang

Sustainable Development Goals (SDGs) merupakan sasaran

pembangunan millennium berkelanjutan yang berisikan target untuk

mencapai kesejahteraan rakyat dan pembangunan masyarakat pada tahun

2030. Salah satu Goals pada SDGs yang berhubungan dengan kesehatan

adalah tujuan ke 3 yaitu menggalakan hidup sehat dan mendukung

kesejahteraan untuk semua usia. Beberapa target pada tujuan ke 3 SDG’s

diantaranya mengakhiri epidemic AIDS dan penyakit menular seksual pada

tahun 2030, memperkuat pencegahan dan perawatan penyalahgunaan

narkotika dan alkohol yang membahayakan (Depkes, 2017)

Sejak tahun 2000 infeksi baru HIV turun sebesar 35%. Sementara kasus

kematian sehubungan AIDS di dunia juga mengalami penurunan sebesar

24%, Dalam laporannya, WHO mencatat sejak AIDS ditemukan hingga

akhir 2014 terdapat 34 juta orang meninggal dan di tahun 2014 tercatat

sebesar 1,2 juta orang meninggal karena virus tersebut. Hingga akhir 2014

jumlah penderita orang dengan HIV dan AIDS (ODHA) di dunia sebesar 36,9

juta orang. Sekitar 170.000 sampai 210.000 dari 220 juta penduduk Indonesia

mengidap HIV/AIDS. Perkiraan prevalensi keseluruhan adalah 0,1% di

seluruh negeri, dengan pengecualian Provinsi Papua, di mana angka epidemik


64

diperkirakan mencapai 2,4%, dan cara penularan utamanya adalah melalui

hubungan seksual tanpa menggunakan pelindung.

Jumlah kasus kematian akibat AIDS di Indonesia diperkirakan mencapai

5.500 jiwa. Epidemi tersebut terutama terkonsentrasi di kalangan pengguna

obat terlarang melalui jarum suntik dan pasangan intimnya, orang yang

berkecimpung dalam kegiatan prostitusi dan pelanggan mereka, dan pria yang

melakukan hubungan seksual dengan sesama pria. Sejak 30 Juni 2007, 42%

dari kasus AIDS yang dilaporkan ditularkan melalui hubungan heteroseksual

dan 53% melalui penggunaan obat terlarang. (Depkes, 2009)

Masa remaja merupakan salah satu periode dari perkembangan manusia.

Masa ini merupakan masa perubahan atau peralihan dari masa kanak-kanak

ke masa dewasa yang meliputi perubahan biologi, perubahan psikologi, dan

perubahan sosial. Di sebagian masyarakat dan budaya masa remaja pada

umumnya di mulai pada usia 10-13 tahun dan berakhir pada usia 18-22 tahun.

World Health Organization (WHO) remaja merupakan individu yang sedang

mengalami masa peralihan yang secara berangsur-angsur mencapai

kematangan seksual, mengalami perubahan jiwa dari jiwa kanak-kanak

menjadi dewasa, dan mengalami perubahan keadaan ekonomi dari

ketergantungan menjadi relatif mandiri.

Remaja akan beradaptasi dengan perubahan tubuhnya serta belajar

menerima perbedaan denga individu lain. Baik fisik maupun ideologi.

Perubahan fisik yang pesat dan perubahan hormonal merupakan pemicu

masalah kesehatan remaja serius karena timbulnya dorongan motivasi seksual


65

yang menjadikan remaja rawan terhadap penyakit dan masalah kesehatan

reproduksi (kespro), kehamilan remaja dengan segala kosekuensinya yaitu

hubungan seks pranikah, aborsi, penyakit menular seksual (PMS), HIV/AIDS

serta narkotika (Margaretha, 2012).

Remaja menyukai sumber informasi kesehatan reproduksi diperoleh

dengan teman sebaya dan guru, sedangkan pada perempuan menyukai sumber

informasi dari orangtua, tenaga kesehatan dan guru (Sri, 2016).

Menurut BKKBN, program kesehatan reproduksi remaja adalah untuk

membantu remaja agar memiliki pengetahuan, kesadaran, sikap dan prilaku

hidup reproduksi sehat bertanggung jawab melalui advokasi, promosi, KIE,

konseling dan pelayanan kepada remaja yang memiliki permasalahan khusus.

Materi kesehatan reproduksi remaja mencakup aspek kehidupan remaja yang

terkait dengan pengetahuan, sikap dan prilaku kehidupan seksual serta

berkeluarga (PKBI, 2010).

Hasil survey Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN)

menunjukan bahwa pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi relatif

masih rendah. Remaja perempuan yang tidak tahu tentang perubahan fisiknya

sebanyak 13,3%. Hampir separuh (47,9%) remaja perempuan tidak

mengetahui kapan memiliki hari atau masa subur. Sebaliknya dari survei yang

sama, pengetahuan dari renaja laki-laki yang mengetahui masa subur

perempuan lebih tinggi (32,3%) dibanding dengan remaja perempuan (29%).

Mengenai pengetahuan remaja laki-laki tentang mimpi basah lebih tinggi

(24,4%) dibanding dengan remaja perempuan (16,8%). Pengetahuan remaja


66

laki-laki tentang menstruasi lebih rendah (33,7%) dibanding dengan remaja

perempuan (76,2%). (BKKBN, 2016)

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Winarni (2015) dengan judul

Hubungan Sumber Informasi dengan Pengetahuan Remaja tentang Kesehatan

Reproduksi di SMUN 1 Jetis Bantul Yogyakarta didapatkan hasil bahwa

terdapat hubungan sumber informasi dengan pengetahuan remaja tentang

kesehatan reproduksi di SMUN 1 Jetis Bantul Yogyakarta. Penelitian ini

menunjukan sumber informasi remaja tentang TRIAD KRR (SeksualitS,

Napza, HIV / AIDS) 57,4% ( 27 remaja ) yang mengetahui sumber informasi

kesehatan reproduksi dan 42,6% ( 20 remaja) kurang mengetaui sumber

informasi kesehatan reproduksi.

Berdasarkan studi pendahulan yang dilakukan di SMK XXX pada

tanggal 20 April 2019 terhadap 2 siswa yang tidak mengetahui tentang

kesahatan reproduksi remaja seperti tentang seksualitas, napza dan HIV

karena tidak mendapatkan informasi tentang kesehatan reproduksi.

Berdasarkan uraian tersebut maka peneliti tertarik untuk mengambil

penelitian tentang pengaruh sumber informasi remaja dengan pengetahuan

tentang kesehatan reproduksi pada siswa kelas X SMK XXX.

1.47Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang diatas maka rumusan masalah

dalam penelitian ini adalah bagaimanakah hubungan antara sumber informasi

remaja dengan pengetahuan tentang kesehatan reproduksi pada siswa kelas X

SMK XXX.
67

1.48Tujuan Penelitian

1.3.19 Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan sumber informasi remaja terhadap

pengetahuan tentang kesehatan reproduksi pada kelas X SMK XXX

tahun 2019.

1.3.20 Tujuan Khusus

28. Mengetahui distribusi frekuensi sumber informasi utama yang

didapatkan oleh remaja tentang kesehatan reproduksi pada kelas

X SMK XXX

29. Mengetahui distribusi frekuensi tingkat pengetahuan remaja

tentang Kesehatan Reproduksi pada kelas X SMK XXX

30. Mengetahui hubungan sumber informasi remaja dengan

pengetahuan tentang kesehatan reproduksi pada kelas X SMK

XXX.

1.49Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini akan membahas tantang mengetahui

hubungan sumber informasi remaja dengan pengetahuan tentang kesehatan

reproduksi pada kelas X SMK XXX. Karena masih adanya remaja yang tidak

mendapatkan informasi tentang kesehatan reproduksi. Adapun populasi

dalam penelitian ini adalah siswa kelas X SMK XXX tahun 2019. Waktu
68

penelitian akan dilaksanakan pada bulan April – Mei 2019. Penelitian ini

menggunakan metode survey analatik dengan pendekatan cross sectional.

1.50Kegunaan Penelitian

1.5.1 Kegunaan Teoritis

1. Bagi Institusi Pendidikan

Sebagai wawasan bagi institusi pendidikan dalam proses

belajar khususnya dalam metodologi riset statistik kebidanan dan

dapat juga dijadikan sumber bahan bacaan kesehatan dan

metodologi penelitian kebidanan tentang kesehatan reproduksi

remaja.

2. Bagi Peneliti

Untuk menambah wawasan peneliti mengenai riset kesehatan

dan khususnya tentang masalah kebidanan dan dapat menambah

pengalaman secara langsung mengenai pengetahuan remaja

tentang kesehatan reproduksi

1.5.2 Kegunaan Praktis

19. Bagi Responden

Untuk menambah wawasan remaja mengenai kesehatan

reproduksi sehingga berkurangnya kasus-kasus reproduksi

khususnya kasus seklualitas, HIV dan Napza

20. Bagi SMK XXX


69

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan

informasi untuk meningkatkan pengetahuan siswa tentang

kesehatan reproduksi remaja melalui sumber-sumber infromasi

yang bias digunakan di sekolah.


70

BAB I

PENDAHULUAN

1.51Latar Belakang

Sustainable Development Goals (SDGs) merupakan sasaran

pembangunan millennium berkelanjutan yang berisikan target untuk

mencapai kesejahteraan rakyat dan pembangunan masyarakat pada tahun

2030. Salah satu Goals pada SDGs yang berhubungan dengan kesehatan

adalah tujuan ke 3 yaitu menggalakan hidup sehat dan mendukung

kesejahteraan untuk semua usia. Beberapa target pada tujuan ke 3 SDG’s

diantaranya mengakhiri epidemic AIDS dan penyakit menular seksual pada

tahun 2030, memperkuat pencegahan dan perawatan penyalahgunaan

narkotika dan alkohol yang membahayakan (Depkes, 2017)

Sejak tahun 2000 infeksi baru HIV turun sebesar 35%. Sementara kasus

kematian sehubungan AIDS di dunia juga mengalami penurunan sebesar

24%, Dalam laporannya, WHO mencatat sejak AIDS ditemukan hingga

akhir 2014 terdapat 34 juta orang meninggal dan di tahun 2014 tercatat

sebesar 1,2 juta orang meninggal karena virus tersebut. Hingga akhir 2014

jumlah penderita orang dengan HIV dan AIDS (ODHA) di dunia sebesar 36,9

juta orang. Sekitar 170.000 sampai 210.000 dari 220 juta penduduk Indonesia

mengidap HIV/AIDS. Perkiraan prevalensi keseluruhan adalah 0,1% di

seluruh negeri, dengan pengecualian Provinsi Papua, di mana angka epidemik


71

diperkirakan mencapai 2,4%, dan cara penularan utamanya adalah melalui

hubungan seksual tanpa menggunakan pelindung.

Jumlah kasus kematian akibat AIDS di Indonesia diperkirakan mencapai

5.500 jiwa. Epidemi tersebut terutama terkonsentrasi di kalangan pengguna

obat terlarang melalui jarum suntik dan pasangan intimnya, orang yang

berkecimpung dalam kegiatan prostitusi dan pelanggan mereka, dan pria yang

melakukan hubungan seksual dengan sesama pria. Sejak 30 Juni 2007, 42%

dari kasus AIDS yang dilaporkan ditularkan melalui hubungan heteroseksual

dan 53% melalui penggunaan obat terlarang. (Depkes, 2009)

Masa remaja merupakan salah satu periode dari perkembangan manusia.

Masa ini merupakan masa perubahan atau peralihan dari masa kanak-kanak

ke masa dewasa yang meliputi perubahan biologi, perubahan psikologi, dan

perubahan sosial. Di sebagian masyarakat dan budaya masa remaja pada

umumnya di mulai pada usia 10-13 tahun dan berakhir pada usia 18-22 tahun.

World Health Organization (WHO) remaja merupakan individu yang sedang

mengalami masa peralihan yang secara berangsur-angsur mencapai

kematangan seksual, mengalami perubahan jiwa dari jiwa kanak-kanak

menjadi dewasa, dan mengalami perubahan keadaan ekonomi dari

ketergantungan menjadi relatif mandiri.

Remaja akan beradaptasi dengan perubahan tubuhnya serta belajar

menerima perbedaan denga individu lain. Baik fisik maupun ideologi.

Perubahan fisik yang pesat dan perubahan hormonal merupakan pemicu

masalah kesehatan remaja serius karena timbulnya dorongan motivasi seksual


72

yang menjadikan remaja rawan terhadap penyakit dan masalah kesehatan

reproduksi (kespro), kehamilan remaja dengan segala kosekuensinya yaitu

hubungan seks pranikah, aborsi, penyakit menular seksual (PMS), HIV/AIDS

serta narkotika (Margaretha, 2012).

Remaja menyukai sumber informasi kesehatan reproduksi diperoleh

dengan teman sebaya dan guru, sedangkan pada perempuan menyukai sumber

informasi dari orangtua, tenaga kesehatan dan guru (Sri, 2016).

Menurut BKKBN, program kesehatan reproduksi remaja adalah untuk

membantu remaja agar memiliki pengetahuan, kesadaran, sikap dan prilaku

hidup reproduksi sehat bertanggung jawab melalui advokasi, promosi, KIE,

konseling dan pelayanan kepada remaja yang memiliki permasalahan khusus.

Materi kesehatan reproduksi remaja mencakup aspek kehidupan remaja yang

terkait dengan pengetahuan, sikap dan prilaku kehidupan seksual serta

berkeluarga (PKBI, 2010).

Hasil survey Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN)

menunjukan bahwa pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi relatif

masih rendah. Remaja perempuan yang tidak tahu tentang perubahan fisiknya

sebanyak 13,3%. Hampir separuh (47,9%) remaja perempuan tidak

mengetahui kapan memiliki hari atau masa subur. Sebaliknya dari survei yang

sama, pengetahuan dari renaja laki-laki yang mengetahui masa subur

perempuan lebih tinggi (32,3%) dibanding dengan remaja perempuan (29%).

Mengenai pengetahuan remaja laki-laki tentang mimpi basah lebih tinggi

(24,4%) dibanding dengan remaja perempuan (16,8%). Pengetahuan remaja


73

laki-laki tentang menstruasi lebih rendah (33,7%) dibanding dengan remaja

perempuan (76,2%). (BKKBN, 2016)

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Winarni (2015) dengan judul

Hubungan Sumber Informasi dengan Pengetahuan Remaja tentang Kesehatan

Reproduksi di SMUN 1 Jetis Bantul Yogyakarta didapatkan hasil bahwa

terdapat hubungan sumber informasi dengan pengetahuan remaja tentang

kesehatan reproduksi di SMUN 1 Jetis Bantul Yogyakarta. Penelitian ini

menunjukan sumber informasi remaja tentang TRIAD KRR (SeksualitS,

Napza, HIV / AIDS) 57,4% ( 27 remaja ) yang mengetahui sumber informasi

kesehatan reproduksi dan 42,6% ( 20 remaja) kurang mengetaui sumber

informasi kesehatan reproduksi.

Berdasarkan studi pendahulan yang dilakukan di SMK XXX pada

tanggal 20 April 2019 terhadap 2 siswa yang tidak mengetahui tentang

kesahatan reproduksi remaja seperti tentang seksualitas, napza dan HIV

karena tidak mendapatkan informasi tentang kesehatan reproduksi.

Berdasarkan uraian tersebut maka peneliti tertarik untuk mengambil

penelitian tentang pengaruh sumber informasi remaja dengan pengetahuan

tentang kesehatan reproduksi pada siswa kelas X SMK XXX.

1.52Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang diatas maka rumusan masalah

dalam penelitian ini adalah bagaimanakah hubungan antara sumber informasi

remaja dengan pengetahuan tentang kesehatan reproduksi pada siswa kelas X

SMK XXX.
74

1.53Tujuan Penelitian

1.3.21 Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan sumber informasi remaja terhadap

pengetahuan tentang kesehatan reproduksi pada kelas X SMK XXX

tahun 2019.

1.3.22 Tujuan Khusus

31. Mengetahui distribusi frekuensi sumber informasi utama yang

didapatkan oleh remaja tentang kesehatan reproduksi pada kelas

X SMK XXX

32. Mengetahui distribusi frekuensi tingkat pengetahuan remaja

tentang Kesehatan Reproduksi pada kelas X SMK XXX

33. Mengetahui hubungan sumber informasi remaja dengan

pengetahuan tentang kesehatan reproduksi pada kelas X SMK

XXX.

1.54Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini akan membahas tantang mengetahui

hubungan sumber informasi remaja dengan pengetahuan tentang kesehatan

reproduksi pada kelas X SMK XXX. Karena masih adanya remaja yang tidak

mendapatkan informasi tentang kesehatan reproduksi. Adapun populasi

dalam penelitian ini adalah siswa kelas X SMK XXX tahun 2019. Waktu
75

penelitian akan dilaksanakan pada bulan April – Mei 2019. Penelitian ini

menggunakan metode survey analatik dengan pendekatan cross sectional.

1.55Kegunaan Penelitian

1.5.1 Kegunaan Teoritis

1. Bagi Institusi Pendidikan

Sebagai wawasan bagi institusi pendidikan dalam proses

belajar khususnya dalam metodologi riset statistik kebidanan dan

dapat juga dijadikan sumber bahan bacaan kesehatan dan

metodologi penelitian kebidanan tentang kesehatan reproduksi

remaja.

2. Bagi Peneliti

Untuk menambah wawasan peneliti mengenai riset kesehatan

dan khususnya tentang masalah kebidanan dan dapat menambah

pengalaman secara langsung mengenai pengetahuan remaja

tentang kesehatan reproduksi

1.5.2 Kegunaan Praktis

21. Bagi Responden

Untuk menambah wawasan remaja mengenai kesehatan

reproduksi sehingga berkurangnya kasus-kasus reproduksi

khususnya kasus seklualitas, HIV dan Napza

22. Bagi SMK XXX


76

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan

informasi untuk meningkatkan pengetahuan siswa tentang

kesehatan reproduksi remaja melalui sumber-sumber infromasi

yang bias digunakan di sekolah.


77

BAB I

PENDAHULUAN

1.56Latar Belakang

Sustainable Development Goals (SDGs) merupakan sasaran

pembangunan millennium berkelanjutan yang berisikan target untuk

mencapai kesejahteraan rakyat dan pembangunan masyarakat pada tahun

2030. Salah satu Goals pada SDGs yang berhubungan dengan kesehatan

adalah tujuan ke 3 yaitu menggalakan hidup sehat dan mendukung

kesejahteraan untuk semua usia. Beberapa target pada tujuan ke 3 SDG’s

diantaranya mengakhiri epidemic AIDS dan penyakit menular seksual pada

tahun 2030, memperkuat pencegahan dan perawatan penyalahgunaan

narkotika dan alkohol yang membahayakan (Depkes, 2017)

Sejak tahun 2000 infeksi baru HIV turun sebesar 35%. Sementara kasus

kematian sehubungan AIDS di dunia juga mengalami penurunan sebesar

24%, Dalam laporannya, WHO mencatat sejak AIDS ditemukan hingga

akhir 2014 terdapat 34 juta orang meninggal dan di tahun 2014 tercatat

sebesar 1,2 juta orang meninggal karena virus tersebut. Hingga akhir 2014

jumlah penderita orang dengan HIV dan AIDS (ODHA) di dunia sebesar 36,9

juta orang. Sekitar 170.000 sampai 210.000 dari 220 juta penduduk Indonesia

mengidap HIV/AIDS. Perkiraan prevalensi keseluruhan adalah 0,1% di

seluruh negeri, dengan pengecualian Provinsi Papua, di mana angka epidemik


78

diperkirakan mencapai 2,4%, dan cara penularan utamanya adalah melalui

hubungan seksual tanpa menggunakan pelindung.

Jumlah kasus kematian akibat AIDS di Indonesia diperkirakan mencapai

5.500 jiwa. Epidemi tersebut terutama terkonsentrasi di kalangan pengguna

obat terlarang melalui jarum suntik dan pasangan intimnya, orang yang

berkecimpung dalam kegiatan prostitusi dan pelanggan mereka, dan pria yang

melakukan hubungan seksual dengan sesama pria. Sejak 30 Juni 2007, 42%

dari kasus AIDS yang dilaporkan ditularkan melalui hubungan heteroseksual

dan 53% melalui penggunaan obat terlarang. (Depkes, 2009)

Masa remaja merupakan salah satu periode dari perkembangan manusia.

Masa ini merupakan masa perubahan atau peralihan dari masa kanak-kanak

ke masa dewasa yang meliputi perubahan biologi, perubahan psikologi, dan

perubahan sosial. Di sebagian masyarakat dan budaya masa remaja pada

umumnya di mulai pada usia 10-13 tahun dan berakhir pada usia 18-22 tahun.

World Health Organization (WHO) remaja merupakan individu yang sedang

mengalami masa peralihan yang secara berangsur-angsur mencapai

kematangan seksual, mengalami perubahan jiwa dari jiwa kanak-kanak

menjadi dewasa, dan mengalami perubahan keadaan ekonomi dari

ketergantungan menjadi relatif mandiri.

Remaja akan beradaptasi dengan perubahan tubuhnya serta belajar

menerima perbedaan denga individu lain. Baik fisik maupun ideologi.

Perubahan fisik yang pesat dan perubahan hormonal merupakan pemicu

masalah kesehatan remaja serius karena timbulnya dorongan motivasi seksual


79

yang menjadikan remaja rawan terhadap penyakit dan masalah kesehatan

reproduksi (kespro), kehamilan remaja dengan segala kosekuensinya yaitu

hubungan seks pranikah, aborsi, penyakit menular seksual (PMS), HIV/AIDS

serta narkotika (Margaretha, 2012).

Remaja menyukai sumber informasi kesehatan reproduksi diperoleh

dengan teman sebaya dan guru, sedangkan pada perempuan menyukai sumber

informasi dari orangtua, tenaga kesehatan dan guru (Sri, 2016).

Menurut BKKBN, program kesehatan reproduksi remaja adalah untuk

membantu remaja agar memiliki pengetahuan, kesadaran, sikap dan prilaku

hidup reproduksi sehat bertanggung jawab melalui advokasi, promosi, KIE,

konseling dan pelayanan kepada remaja yang memiliki permasalahan khusus.

Materi kesehatan reproduksi remaja mencakup aspek kehidupan remaja yang

terkait dengan pengetahuan, sikap dan prilaku kehidupan seksual serta

berkeluarga (PKBI, 2010).

Hasil survey Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN)

menunjukan bahwa pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi relatif

masih rendah. Remaja perempuan yang tidak tahu tentang perubahan fisiknya

sebanyak 13,3%. Hampir separuh (47,9%) remaja perempuan tidak

mengetahui kapan memiliki hari atau masa subur. Sebaliknya dari survei yang

sama, pengetahuan dari renaja laki-laki yang mengetahui masa subur

perempuan lebih tinggi (32,3%) dibanding dengan remaja perempuan (29%).

Mengenai pengetahuan remaja laki-laki tentang mimpi basah lebih tinggi

(24,4%) dibanding dengan remaja perempuan (16,8%). Pengetahuan remaja


80

laki-laki tentang menstruasi lebih rendah (33,7%) dibanding dengan remaja

perempuan (76,2%). (BKKBN, 2016)

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Winarni (2015) dengan judul

Hubungan Sumber Informasi dengan Pengetahuan Remaja tentang Kesehatan

Reproduksi di SMUN 1 Jetis Bantul Yogyakarta didapatkan hasil bahwa

terdapat hubungan sumber informasi dengan pengetahuan remaja tentang

kesehatan reproduksi di SMUN 1 Jetis Bantul Yogyakarta. Penelitian ini

menunjukan sumber informasi remaja tentang TRIAD KRR (SeksualitS,

Napza, HIV / AIDS) 57,4% ( 27 remaja ) yang mengetahui sumber informasi

kesehatan reproduksi dan 42,6% ( 20 remaja) kurang mengetaui sumber

informasi kesehatan reproduksi.

Berdasarkan studi pendahulan yang dilakukan di SMK XXX pada

tanggal 20 April 2019 terhadap 2 siswa yang tidak mengetahui tentang

kesahatan reproduksi remaja seperti tentang seksualitas, napza dan HIV

karena tidak mendapatkan informasi tentang kesehatan reproduksi.

Berdasarkan uraian tersebut maka peneliti tertarik untuk mengambil

penelitian tentang pengaruh sumber informasi remaja dengan pengetahuan

tentang kesehatan reproduksi pada siswa kelas X SMK XXX.

1.57Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang diatas maka rumusan masalah

dalam penelitian ini adalah bagaimanakah hubungan antara sumber informasi

remaja dengan pengetahuan tentang kesehatan reproduksi pada siswa kelas X

SMK XXX.
81

1.58Tujuan Penelitian

1.3.23 Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan sumber informasi remaja terhadap

pengetahuan tentang kesehatan reproduksi pada kelas X SMK XXX

tahun 2019.

1.3.24 Tujuan Khusus

34. Mengetahui distribusi frekuensi sumber informasi utama yang

didapatkan oleh remaja tentang kesehatan reproduksi pada kelas

X SMK XXX

35. Mengetahui distribusi frekuensi tingkat pengetahuan remaja

tentang Kesehatan Reproduksi pada kelas X SMK XXX

36. Mengetahui hubungan sumber informasi remaja dengan

pengetahuan tentang kesehatan reproduksi pada kelas X SMK

XXX.

1.59Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini akan membahas tantang mengetahui

hubungan sumber informasi remaja dengan pengetahuan tentang kesehatan

reproduksi pada kelas X SMK XXX. Karena masih adanya remaja yang tidak

mendapatkan informasi tentang kesehatan reproduksi. Adapun populasi

dalam penelitian ini adalah siswa kelas X SMK XXX tahun 2019. Waktu
82

penelitian akan dilaksanakan pada bulan April – Mei 2019. Penelitian ini

menggunakan metode survey analatik dengan pendekatan cross sectional.

1.60Kegunaan Penelitian

1.5.1 Kegunaan Teoritis

1. Bagi Institusi Pendidikan

Sebagai wawasan bagi institusi pendidikan dalam proses

belajar khususnya dalam metodologi riset statistik kebidanan dan

dapat juga dijadikan sumber bahan bacaan kesehatan dan

metodologi penelitian kebidanan tentang kesehatan reproduksi

remaja.

2. Bagi Peneliti

Untuk menambah wawasan peneliti mengenai riset kesehatan

dan khususnya tentang masalah kebidanan dan dapat menambah

pengalaman secara langsung mengenai pengetahuan remaja

tentang kesehatan reproduksi

1.5.2 Kegunaan Praktis

23. Bagi Responden

Untuk menambah wawasan remaja mengenai kesehatan

reproduksi sehingga berkurangnya kasus-kasus reproduksi

khususnya kasus seklualitas, HIV dan Napza

24. Bagi SMK XXX


83

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan

informasi untuk meningkatkan pengetahuan siswa tentang

kesehatan reproduksi remaja melalui sumber-sumber infromasi

yang bias digunakan di sekolah.


84

BAB I

PENDAHULUAN

1.61Latar Belakang

Sustainable Development Goals (SDGs) merupakan sasaran

pembangunan millennium berkelanjutan yang berisikan target untuk

mencapai kesejahteraan rakyat dan pembangunan masyarakat pada tahun

2030. Salah satu Goals pada SDGs yang berhubungan dengan kesehatan

adalah tujuan ke 3 yaitu menggalakan hidup sehat dan mendukung

kesejahteraan untuk semua usia. Beberapa target pada tujuan ke 3 SDG’s

diantaranya mengakhiri epidemic AIDS dan penyakit menular seksual pada

tahun 2030, memperkuat pencegahan dan perawatan penyalahgunaan

narkotika dan alkohol yang membahayakan (Depkes, 2017)

Sejak tahun 2000 infeksi baru HIV turun sebesar 35%. Sementara kasus

kematian sehubungan AIDS di dunia juga mengalami penurunan sebesar

24%, Dalam laporannya, WHO mencatat sejak AIDS ditemukan hingga

akhir 2014 terdapat 34 juta orang meninggal dan di tahun 2014 tercatat

sebesar 1,2 juta orang meninggal karena virus tersebut. Hingga akhir 2014

jumlah penderita orang dengan HIV dan AIDS (ODHA) di dunia sebesar 36,9

juta orang. Sekitar 170.000 sampai 210.000 dari 220 juta penduduk Indonesia

mengidap HIV/AIDS. Perkiraan prevalensi keseluruhan adalah 0,1% di

seluruh negeri, dengan pengecualian Provinsi Papua, di mana angka epidemik


85

diperkirakan mencapai 2,4%, dan cara penularan utamanya adalah melalui

hubungan seksual tanpa menggunakan pelindung.

Jumlah kasus kematian akibat AIDS di Indonesia diperkirakan mencapai

5.500 jiwa. Epidemi tersebut terutama terkonsentrasi di kalangan pengguna

obat terlarang melalui jarum suntik dan pasangan intimnya, orang yang

berkecimpung dalam kegiatan prostitusi dan pelanggan mereka, dan pria yang

melakukan hubungan seksual dengan sesama pria. Sejak 30 Juni 2007, 42%

dari kasus AIDS yang dilaporkan ditularkan melalui hubungan heteroseksual

dan 53% melalui penggunaan obat terlarang. (Depkes, 2009)

Masa remaja merupakan salah satu periode dari perkembangan manusia.

Masa ini merupakan masa perubahan atau peralihan dari masa kanak-kanak

ke masa dewasa yang meliputi perubahan biologi, perubahan psikologi, dan

perubahan sosial. Di sebagian masyarakat dan budaya masa remaja pada

umumnya di mulai pada usia 10-13 tahun dan berakhir pada usia 18-22 tahun.

World Health Organization (WHO) remaja merupakan individu yang sedang

mengalami masa peralihan yang secara berangsur-angsur mencapai

kematangan seksual, mengalami perubahan jiwa dari jiwa kanak-kanak

menjadi dewasa, dan mengalami perubahan keadaan ekonomi dari

ketergantungan menjadi relatif mandiri.

Remaja akan beradaptasi dengan perubahan tubuhnya serta belajar

menerima perbedaan denga individu lain. Baik fisik maupun ideologi.

Perubahan fisik yang pesat dan perubahan hormonal merupakan pemicu

masalah kesehatan remaja serius karena timbulnya dorongan motivasi seksual


86

yang menjadikan remaja rawan terhadap penyakit dan masalah kesehatan

reproduksi (kespro), kehamilan remaja dengan segala kosekuensinya yaitu

hubungan seks pranikah, aborsi, penyakit menular seksual (PMS), HIV/AIDS

serta narkotika (Margaretha, 2012).

Remaja menyukai sumber informasi kesehatan reproduksi diperoleh

dengan teman sebaya dan guru, sedangkan pada perempuan menyukai sumber

informasi dari orangtua, tenaga kesehatan dan guru (Sri, 2016).

Menurut BKKBN, program kesehatan reproduksi remaja adalah untuk

membantu remaja agar memiliki pengetahuan, kesadaran, sikap dan prilaku

hidup reproduksi sehat bertanggung jawab melalui advokasi, promosi, KIE,

konseling dan pelayanan kepada remaja yang memiliki permasalahan khusus.

Materi kesehatan reproduksi remaja mencakup aspek kehidupan remaja yang

terkait dengan pengetahuan, sikap dan prilaku kehidupan seksual serta

berkeluarga (PKBI, 2010).

Hasil survey Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN)

menunjukan bahwa pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi relatif

masih rendah. Remaja perempuan yang tidak tahu tentang perubahan fisiknya

sebanyak 13,3%. Hampir separuh (47,9%) remaja perempuan tidak

mengetahui kapan memiliki hari atau masa subur. Sebaliknya dari survei yang

sama, pengetahuan dari renaja laki-laki yang mengetahui masa subur

perempuan lebih tinggi (32,3%) dibanding dengan remaja perempuan (29%).

Mengenai pengetahuan remaja laki-laki tentang mimpi basah lebih tinggi

(24,4%) dibanding dengan remaja perempuan (16,8%). Pengetahuan remaja


87

laki-laki tentang menstruasi lebih rendah (33,7%) dibanding dengan remaja

perempuan (76,2%). (BKKBN, 2016)

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Winarni (2015) dengan judul

Hubungan Sumber Informasi dengan Pengetahuan Remaja tentang Kesehatan

Reproduksi di SMUN 1 Jetis Bantul Yogyakarta didapatkan hasil bahwa

terdapat hubungan sumber informasi dengan pengetahuan remaja tentang

kesehatan reproduksi di SMUN 1 Jetis Bantul Yogyakarta. Penelitian ini

menunjukan sumber informasi remaja tentang TRIAD KRR (SeksualitS,

Napza, HIV / AIDS) 57,4% ( 27 remaja ) yang mengetahui sumber informasi

kesehatan reproduksi dan 42,6% ( 20 remaja) kurang mengetaui sumber

informasi kesehatan reproduksi.

Berdasarkan studi pendahulan yang dilakukan di SMK XXX pada

tanggal 20 April 2019 terhadap 2 siswa yang tidak mengetahui tentang

kesahatan reproduksi remaja seperti tentang seksualitas, napza dan HIV

karena tidak mendapatkan informasi tentang kesehatan reproduksi.

Berdasarkan uraian tersebut maka peneliti tertarik untuk mengambil

penelitian tentang pengaruh sumber informasi remaja dengan pengetahuan

tentang kesehatan reproduksi pada siswa kelas X SMK XXX.

1.62Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang diatas maka rumusan masalah

dalam penelitian ini adalah bagaimanakah hubungan antara sumber informasi

remaja dengan pengetahuan tentang kesehatan reproduksi pada siswa kelas X

SMK XXX.
88

1.63Tujuan Penelitian

1.3.25 Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan sumber informasi remaja terhadap

pengetahuan tentang kesehatan reproduksi pada kelas X SMK XXX

tahun 2019.

1.3.26 Tujuan Khusus

37. Mengetahui distribusi frekuensi sumber informasi utama yang

didapatkan oleh remaja tentang kesehatan reproduksi pada kelas

X SMK XXX

38. Mengetahui distribusi frekuensi tingkat pengetahuan remaja

tentang Kesehatan Reproduksi pada kelas X SMK XXX

39. Mengetahui hubungan sumber informasi remaja dengan

pengetahuan tentang kesehatan reproduksi pada kelas X SMK

XXX.

1.64Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini akan membahas tantang mengetahui

hubungan sumber informasi remaja dengan pengetahuan tentang kesehatan

reproduksi pada kelas X SMK XXX. Karena masih adanya remaja yang tidak

mendapatkan informasi tentang kesehatan reproduksi. Adapun populasi

dalam penelitian ini adalah siswa kelas X SMK XXX tahun 2019. Waktu
89

penelitian akan dilaksanakan pada bulan April – Mei 2019. Penelitian ini

menggunakan metode survey analatik dengan pendekatan cross sectional.

1.65Kegunaan Penelitian

1.5.1 Kegunaan Teoritis

1. Bagi Institusi Pendidikan

Sebagai wawasan bagi institusi pendidikan dalam proses

belajar khususnya dalam metodologi riset statistik kebidanan dan

dapat juga dijadikan sumber bahan bacaan kesehatan dan

metodologi penelitian kebidanan tentang kesehatan reproduksi

remaja.

2. Bagi Peneliti

Untuk menambah wawasan peneliti mengenai riset kesehatan

dan khususnya tentang masalah kebidanan dan dapat menambah

pengalaman secara langsung mengenai pengetahuan remaja

tentang kesehatan reproduksi

1.5.2 Kegunaan Praktis

25. Bagi Responden

Untuk menambah wawasan remaja mengenai kesehatan

reproduksi sehingga berkurangnya kasus-kasus reproduksi

khususnya kasus seklualitas, HIV dan Napza

26. Bagi SMK XXX


90

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan

informasi untuk meningkatkan pengetahuan siswa tentang

kesehatan reproduksi remaja melalui sumber-sumber infromasi

yang bias digunakan di sekolah.


91

BAB I

PENDAHULUAN

1.66Latar Belakang

Sustainable Development Goals (SDGs) merupakan sasaran

pembangunan millennium berkelanjutan yang berisikan target untuk

mencapai kesejahteraan rakyat dan pembangunan masyarakat pada tahun

2030. Salah satu Goals pada SDGs yang berhubungan dengan kesehatan

adalah tujuan ke 3 yaitu menggalakan hidup sehat dan mendukung

kesejahteraan untuk semua usia. Beberapa target pada tujuan ke 3 SDG’s

diantaranya mengakhiri epidemic AIDS dan penyakit menular seksual pada

tahun 2030, memperkuat pencegahan dan perawatan penyalahgunaan

narkotika dan alkohol yang membahayakan (Depkes, 2017)

Sejak tahun 2000 infeksi baru HIV turun sebesar 35%. Sementara kasus

kematian sehubungan AIDS di dunia juga mengalami penurunan sebesar

24%, Dalam laporannya, WHO mencatat sejak AIDS ditemukan hingga

akhir 2014 terdapat 34 juta orang meninggal dan di tahun 2014 tercatat

sebesar 1,2 juta orang meninggal karena virus tersebut. Hingga akhir 2014

jumlah penderita orang dengan HIV dan AIDS (ODHA) di dunia sebesar 36,9

juta orang. Sekitar 170.000 sampai 210.000 dari 220 juta penduduk Indonesia

mengidap HIV/AIDS. Perkiraan prevalensi keseluruhan adalah 0,1% di

seluruh negeri, dengan pengecualian Provinsi Papua, di mana angka epidemik


92

diperkirakan mencapai 2,4%, dan cara penularan utamanya adalah melalui

hubungan seksual tanpa menggunakan pelindung.

Jumlah kasus kematian akibat AIDS di Indonesia diperkirakan mencapai

5.500 jiwa. Epidemi tersebut terutama terkonsentrasi di kalangan pengguna

obat terlarang melalui jarum suntik dan pasangan intimnya, orang yang

berkecimpung dalam kegiatan prostitusi dan pelanggan mereka, dan pria yang

melakukan hubungan seksual dengan sesama pria. Sejak 30 Juni 2007, 42%

dari kasus AIDS yang dilaporkan ditularkan melalui hubungan heteroseksual

dan 53% melalui penggunaan obat terlarang. (Depkes, 2009)

Masa remaja merupakan salah satu periode dari perkembangan manusia.

Masa ini merupakan masa perubahan atau peralihan dari masa kanak-kanak

ke masa dewasa yang meliputi perubahan biologi, perubahan psikologi, dan

perubahan sosial. Di sebagian masyarakat dan budaya masa remaja pada

umumnya di mulai pada usia 10-13 tahun dan berakhir pada usia 18-22 tahun.

World Health Organization (WHO) remaja merupakan individu yang sedang

mengalami masa peralihan yang secara berangsur-angsur mencapai

kematangan seksual, mengalami perubahan jiwa dari jiwa kanak-kanak

menjadi dewasa, dan mengalami perubahan keadaan ekonomi dari

ketergantungan menjadi relatif mandiri.

Remaja akan beradaptasi dengan perubahan tubuhnya serta belajar

menerima perbedaan denga individu lain. Baik fisik maupun ideologi.

Perubahan fisik yang pesat dan perubahan hormonal merupakan pemicu

masalah kesehatan remaja serius karena timbulnya dorongan motivasi seksual


93

yang menjadikan remaja rawan terhadap penyakit dan masalah kesehatan

reproduksi (kespro), kehamilan remaja dengan segala kosekuensinya yaitu

hubungan seks pranikah, aborsi, penyakit menular seksual (PMS), HIV/AIDS

serta narkotika (Margaretha, 2012).

Remaja menyukai sumber informasi kesehatan reproduksi diperoleh

dengan teman sebaya dan guru, sedangkan pada perempuan menyukai sumber

informasi dari orangtua, tenaga kesehatan dan guru (Sri, 2016).

Menurut BKKBN, program kesehatan reproduksi remaja adalah untuk

membantu remaja agar memiliki pengetahuan, kesadaran, sikap dan prilaku

hidup reproduksi sehat bertanggung jawab melalui advokasi, promosi, KIE,

konseling dan pelayanan kepada remaja yang memiliki permasalahan khusus.

Materi kesehatan reproduksi remaja mencakup aspek kehidupan remaja yang

terkait dengan pengetahuan, sikap dan prilaku kehidupan seksual serta

berkeluarga (PKBI, 2010).

Hasil survey Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN)

menunjukan bahwa pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi relatif

masih rendah. Remaja perempuan yang tidak tahu tentang perubahan fisiknya

sebanyak 13,3%. Hampir separuh (47,9%) remaja perempuan tidak

mengetahui kapan memiliki hari atau masa subur. Sebaliknya dari survei yang

sama, pengetahuan dari renaja laki-laki yang mengetahui masa subur

perempuan lebih tinggi (32,3%) dibanding dengan remaja perempuan (29%).

Mengenai pengetahuan remaja laki-laki tentang mimpi basah lebih tinggi

(24,4%) dibanding dengan remaja perempuan (16,8%). Pengetahuan remaja


94

laki-laki tentang menstruasi lebih rendah (33,7%) dibanding dengan remaja

perempuan (76,2%). (BKKBN, 2016)

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Winarni (2015) dengan judul

Hubungan Sumber Informasi dengan Pengetahuan Remaja tentang Kesehatan

Reproduksi di SMUN 1 Jetis Bantul Yogyakarta didapatkan hasil bahwa

terdapat hubungan sumber informasi dengan pengetahuan remaja tentang

kesehatan reproduksi di SMUN 1 Jetis Bantul Yogyakarta. Penelitian ini

menunjukan sumber informasi remaja tentang TRIAD KRR (SeksualitS,

Napza, HIV / AIDS) 57,4% ( 27 remaja ) yang mengetahui sumber informasi

kesehatan reproduksi dan 42,6% ( 20 remaja) kurang mengetaui sumber

informasi kesehatan reproduksi.

Berdasarkan studi pendahulan yang dilakukan di SMK XXX pada

tanggal 20 April 2019 terhadap 2 siswa yang tidak mengetahui tentang

kesahatan reproduksi remaja seperti tentang seksualitas, napza dan HIV

karena tidak mendapatkan informasi tentang kesehatan reproduksi.

Berdasarkan uraian tersebut maka peneliti tertarik untuk mengambil

penelitian tentang pengaruh sumber informasi remaja dengan pengetahuan

tentang kesehatan reproduksi pada siswa kelas X SMK XXX.

1.67Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang diatas maka rumusan masalah

dalam penelitian ini adalah bagaimanakah hubungan antara sumber informasi

remaja dengan pengetahuan tentang kesehatan reproduksi pada siswa kelas X

SMK XXX.
95

1.68Tujuan Penelitian

1.3.27 Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan sumber informasi remaja terhadap

pengetahuan tentang kesehatan reproduksi pada kelas X SMK XXX

tahun 2019.

1.3.28 Tujuan Khusus

40. Mengetahui distribusi frekuensi sumber informasi utama yang

didapatkan oleh remaja tentang kesehatan reproduksi pada kelas

X SMK XXX

41. Mengetahui distribusi frekuensi tingkat pengetahuan remaja

tentang Kesehatan Reproduksi pada kelas X SMK XXX

42. Mengetahui hubungan sumber informasi remaja dengan

pengetahuan tentang kesehatan reproduksi pada kelas X SMK

XXX.

1.69Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini akan membahas tantang mengetahui

hubungan sumber informasi remaja dengan pengetahuan tentang kesehatan

reproduksi pada kelas X SMK XXX. Karena masih adanya remaja yang tidak

mendapatkan informasi tentang kesehatan reproduksi. Adapun populasi

dalam penelitian ini adalah siswa kelas X SMK XXX tahun 2019. Waktu
96

penelitian akan dilaksanakan pada bulan April – Mei 2019. Penelitian ini

menggunakan metode survey analatik dengan pendekatan cross sectional.

1.70Kegunaan Penelitian

1.5.1 Kegunaan Teoritis

1. Bagi Institusi Pendidikan

Sebagai wawasan bagi institusi pendidikan dalam proses

belajar khususnya dalam metodologi riset statistik kebidanan dan

dapat juga dijadikan sumber bahan bacaan kesehatan dan

metodologi penelitian kebidanan tentang kesehatan reproduksi

remaja.

2. Bagi Peneliti

Untuk menambah wawasan peneliti mengenai riset kesehatan

dan khususnya tentang masalah kebidanan dan dapat menambah

pengalaman secara langsung mengenai pengetahuan remaja

tentang kesehatan reproduksi

1.5.2 Kegunaan Praktis

27. Bagi Responden

Untuk menambah wawasan remaja mengenai kesehatan

reproduksi sehingga berkurangnya kasus-kasus reproduksi

khususnya kasus seklualitas, HIV dan Napza

28. Bagi SMK XXX


97

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan

informasi untuk meningkatkan pengetahuan siswa tentang

kesehatan reproduksi remaja melalui sumber-sumber infromasi

yang bias digunakan di sekolah.


98

BAB I

PENDAHULUAN

1.71Latar Belakang

Sustainable Development Goals (SDGs) merupakan sasaran

pembangunan millennium berkelanjutan yang berisikan target untuk

mencapai kesejahteraan rakyat dan pembangunan masyarakat pada tahun

2030. Salah satu Goals pada SDGs yang berhubungan dengan kesehatan

adalah tujuan ke 3 yaitu menggalakan hidup sehat dan mendukung

kesejahteraan untuk semua usia. Beberapa target pada tujuan ke 3 SDG’s

diantaranya mengakhiri epidemic AIDS dan penyakit menular seksual pada

tahun 2030, memperkuat pencegahan dan perawatan penyalahgunaan

narkotika dan alkohol yang membahayakan (Depkes, 2017)

Sejak tahun 2000 infeksi baru HIV turun sebesar 35%. Sementara kasus

kematian sehubungan AIDS di dunia juga mengalami penurunan sebesar

24%, Dalam laporannya, WHO mencatat sejak AIDS ditemukan hingga

akhir 2014 terdapat 34 juta orang meninggal dan di tahun 2014 tercatat

sebesar 1,2 juta orang meninggal karena virus tersebut. Hingga akhir 2014

jumlah penderita orang dengan HIV dan AIDS (ODHA) di dunia sebesar 36,9

juta orang. Sekitar 170.000 sampai 210.000 dari 220 juta penduduk Indonesia

mengidap HIV/AIDS. Perkiraan prevalensi keseluruhan adalah 0,1% di

seluruh negeri, dengan pengecualian Provinsi Papua, di mana angka epidemik


99

diperkirakan mencapai 2,4%, dan cara penularan utamanya adalah melalui

hubungan seksual tanpa menggunakan pelindung.

Jumlah kasus kematian akibat AIDS di Indonesia diperkirakan mencapai

5.500 jiwa. Epidemi tersebut terutama terkonsentrasi di kalangan pengguna

obat terlarang melalui jarum suntik dan pasangan intimnya, orang yang

berkecimpung dalam kegiatan prostitusi dan pelanggan mereka, dan pria yang

melakukan hubungan seksual dengan sesama pria. Sejak 30 Juni 2007, 42%

dari kasus AIDS yang dilaporkan ditularkan melalui hubungan heteroseksual

dan 53% melalui penggunaan obat terlarang. (Depkes, 2009)

Masa remaja merupakan salah satu periode dari perkembangan manusia.

Masa ini merupakan masa perubahan atau peralihan dari masa kanak-kanak

ke masa dewasa yang meliputi perubahan biologi, perubahan psikologi, dan

perubahan sosial. Di sebagian masyarakat dan budaya masa remaja pada

umumnya di mulai pada usia 10-13 tahun dan berakhir pada usia 18-22 tahun.

World Health Organization (WHO) remaja merupakan individu yang sedang

mengalami masa peralihan yang secara berangsur-angsur mencapai

kematangan seksual, mengalami perubahan jiwa dari jiwa kanak-kanak

menjadi dewasa, dan mengalami perubahan keadaan ekonomi dari

ketergantungan menjadi relatif mandiri.

Remaja akan beradaptasi dengan perubahan tubuhnya serta belajar

menerima perbedaan denga individu lain. Baik fisik maupun ideologi.

Perubahan fisik yang pesat dan perubahan hormonal merupakan pemicu

masalah kesehatan remaja serius karena timbulnya dorongan motivasi seksual


100

yang menjadikan remaja rawan terhadap penyakit dan masalah kesehatan

reproduksi (kespro), kehamilan remaja dengan segala kosekuensinya yaitu

hubungan seks pranikah, aborsi, penyakit menular seksual (PMS), HIV/AIDS

serta narkotika (Margaretha, 2012).

Remaja menyukai sumber informasi kesehatan reproduksi diperoleh

dengan teman sebaya dan guru, sedangkan pada perempuan menyukai sumber

informasi dari orangtua, tenaga kesehatan dan guru (Sri, 2016).

Menurut BKKBN, program kesehatan reproduksi remaja adalah untuk

membantu remaja agar memiliki pengetahuan, kesadaran, sikap dan prilaku

hidup reproduksi sehat bertanggung jawab melalui advokasi, promosi, KIE,

konseling dan pelayanan kepada remaja yang memiliki permasalahan khusus.

Materi kesehatan reproduksi remaja mencakup aspek kehidupan remaja yang

terkait dengan pengetahuan, sikap dan prilaku kehidupan seksual serta

berkeluarga (PKBI, 2010).

Hasil survey Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN)

menunjukan bahwa pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi relatif

masih rendah. Remaja perempuan yang tidak tahu tentang perubahan fisiknya

sebanyak 13,3%. Hampir separuh (47,9%) remaja perempuan tidak

mengetahui kapan memiliki hari atau masa subur. Sebaliknya dari survei yang

sama, pengetahuan dari renaja laki-laki yang mengetahui masa subur

perempuan lebih tinggi (32,3%) dibanding dengan remaja perempuan (29%).

Mengenai pengetahuan remaja laki-laki tentang mimpi basah lebih tinggi

(24,4%) dibanding dengan remaja perempuan (16,8%). Pengetahuan remaja


101

laki-laki tentang menstruasi lebih rendah (33,7%) dibanding dengan remaja

perempuan (76,2%). (BKKBN, 2016)

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Winarni (2015) dengan judul

Hubungan Sumber Informasi dengan Pengetahuan Remaja tentang Kesehatan

Reproduksi di SMUN 1 Jetis Bantul Yogyakarta didapatkan hasil bahwa

terdapat hubungan sumber informasi dengan pengetahuan remaja tentang

kesehatan reproduksi di SMUN 1 Jetis Bantul Yogyakarta. Penelitian ini

menunjukan sumber informasi remaja tentang TRIAD KRR (SeksualitS,

Napza, HIV / AIDS) 57,4% ( 27 remaja ) yang mengetahui sumber informasi

kesehatan reproduksi dan 42,6% ( 20 remaja) kurang mengetaui sumber

informasi kesehatan reproduksi.

Berdasarkan studi pendahulan yang dilakukan di SMK XXX pada

tanggal 20 April 2019 terhadap 2 siswa yang tidak mengetahui tentang

kesahatan reproduksi remaja seperti tentang seksualitas, napza dan HIV

karena tidak mendapatkan informasi tentang kesehatan reproduksi.

Berdasarkan uraian tersebut maka peneliti tertarik untuk mengambil

penelitian tentang pengaruh sumber informasi remaja dengan pengetahuan

tentang kesehatan reproduksi pada siswa kelas X SMK XXX.

1.72Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang diatas maka rumusan masalah

dalam penelitian ini adalah bagaimanakah hubungan antara sumber informasi

remaja dengan pengetahuan tentang kesehatan reproduksi pada siswa kelas X

SMK XXX.
102

1.73Tujuan Penelitian

1.3.29 Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan sumber informasi remaja terhadap

pengetahuan tentang kesehatan reproduksi pada kelas X SMK XXX

tahun 2019.

1.3.30 Tujuan Khusus

43. Mengetahui distribusi frekuensi sumber informasi utama yang

didapatkan oleh remaja tentang kesehatan reproduksi pada kelas

X SMK XXX

44. Mengetahui distribusi frekuensi tingkat pengetahuan remaja

tentang Kesehatan Reproduksi pada kelas X SMK XXX

45. Mengetahui hubungan sumber informasi remaja dengan

pengetahuan tentang kesehatan reproduksi pada kelas X SMK

XXX.

1.74Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini akan membahas tantang mengetahui

hubungan sumber informasi remaja dengan pengetahuan tentang kesehatan

reproduksi pada kelas X SMK XXX. Karena masih adanya remaja yang tidak

mendapatkan informasi tentang kesehatan reproduksi. Adapun populasi

dalam penelitian ini adalah siswa kelas X SMK XXX tahun 2019. Waktu
103

penelitian akan dilaksanakan pada bulan April – Mei 2019. Penelitian ini

menggunakan metode survey analatik dengan pendekatan cross sectional.

1.75Kegunaan Penelitian

1.5.1 Kegunaan Teoritis

1. Bagi Institusi Pendidikan

Sebagai wawasan bagi institusi pendidikan dalam proses

belajar khususnya dalam metodologi riset statistik kebidanan dan

dapat juga dijadikan sumber bahan bacaan kesehatan dan

metodologi penelitian kebidanan tentang kesehatan reproduksi

remaja.

2. Bagi Peneliti

Untuk menambah wawasan peneliti mengenai riset kesehatan

dan khususnya tentang masalah kebidanan dan dapat menambah

pengalaman secara langsung mengenai pengetahuan remaja

tentang kesehatan reproduksi

1.5.2 Kegunaan Praktis

29. Bagi Responden

Untuk menambah wawasan remaja mengenai kesehatan

reproduksi sehingga berkurangnya kasus-kasus reproduksi

khususnya kasus seklualitas, HIV dan Napza

30. Bagi SMK XXX


104

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan

informasi untuk meningkatkan pengetahuan siswa tentang

kesehatan reproduksi remaja melalui sumber-sumber infromasi

yang bias digunakan di sekolah.


105

BAB I

PENDAHULUAN

1.76Latar Belakang

Sustainable Development Goals (SDGs) merupakan sasaran

pembangunan millennium berkelanjutan yang berisikan target untuk

mencapai kesejahteraan rakyat dan pembangunan masyarakat pada tahun

2030. Salah satu Goals pada SDGs yang berhubungan dengan kesehatan

adalah tujuan ke 3 yaitu menggalakan hidup sehat dan mendukung

kesejahteraan untuk semua usia. Beberapa target pada tujuan ke 3 SDG’s

diantaranya mengakhiri epidemic AIDS dan penyakit menular seksual pada

tahun 2030, memperkuat pencegahan dan perawatan penyalahgunaan

narkotika dan alkohol yang membahayakan (Depkes, 2017)

Sejak tahun 2000 infeksi baru HIV turun sebesar 35%. Sementara kasus

kematian sehubungan AIDS di dunia juga mengalami penurunan sebesar

24%, Dalam laporannya, WHO mencatat sejak AIDS ditemukan hingga

akhir 2014 terdapat 34 juta orang meninggal dan di tahun 2014 tercatat

sebesar 1,2 juta orang meninggal karena virus tersebut. Hingga akhir 2014

jumlah penderita orang dengan HIV dan AIDS (ODHA) di dunia sebesar 36,9

juta orang. Sekitar 170.000 sampai 210.000 dari 220 juta penduduk Indonesia

mengidap HIV/AIDS. Perkiraan prevalensi keseluruhan adalah 0,1% di

seluruh negeri, dengan pengecualian Provinsi Papua, di mana angka epidemik


106

diperkirakan mencapai 2,4%, dan cara penularan utamanya adalah melalui

hubungan seksual tanpa menggunakan pelindung.

Jumlah kasus kematian akibat AIDS di Indonesia diperkirakan mencapai

5.500 jiwa. Epidemi tersebut terutama terkonsentrasi di kalangan pengguna

obat terlarang melalui jarum suntik dan pasangan intimnya, orang yang

berkecimpung dalam kegiatan prostitusi dan pelanggan mereka, dan pria yang

melakukan hubungan seksual dengan sesama pria. Sejak 30 Juni 2007, 42%

dari kasus AIDS yang dilaporkan ditularkan melalui hubungan heteroseksual

dan 53% melalui penggunaan obat terlarang. (Depkes, 2009)

Masa remaja merupakan salah satu periode dari perkembangan manusia.

Masa ini merupakan masa perubahan atau peralihan dari masa kanak-kanak

ke masa dewasa yang meliputi perubahan biologi, perubahan psikologi, dan

perubahan sosial. Di sebagian masyarakat dan budaya masa remaja pada

umumnya di mulai pada usia 10-13 tahun dan berakhir pada usia 18-22 tahun.

World Health Organization (WHO) remaja merupakan individu yang sedang

mengalami masa peralihan yang secara berangsur-angsur mencapai

kematangan seksual, mengalami perubahan jiwa dari jiwa kanak-kanak

menjadi dewasa, dan mengalami perubahan keadaan ekonomi dari

ketergantungan menjadi relatif mandiri.

Remaja akan beradaptasi dengan perubahan tubuhnya serta belajar

menerima perbedaan denga individu lain. Baik fisik maupun ideologi.

Perubahan fisik yang pesat dan perubahan hormonal merupakan pemicu

masalah kesehatan remaja serius karena timbulnya dorongan motivasi seksual


107

yang menjadikan remaja rawan terhadap penyakit dan masalah kesehatan

reproduksi (kespro), kehamilan remaja dengan segala kosekuensinya yaitu

hubungan seks pranikah, aborsi, penyakit menular seksual (PMS), HIV/AIDS

serta narkotika (Margaretha, 2012).

Remaja menyukai sumber informasi kesehatan reproduksi diperoleh

dengan teman sebaya dan guru, sedangkan pada perempuan menyukai sumber

informasi dari orangtua, tenaga kesehatan dan guru (Sri, 2016).

Menurut BKKBN, program kesehatan reproduksi remaja adalah untuk

membantu remaja agar memiliki pengetahuan, kesadaran, sikap dan prilaku

hidup reproduksi sehat bertanggung jawab melalui advokasi, promosi, KIE,

konseling dan pelayanan kepada remaja yang memiliki permasalahan khusus.

Materi kesehatan reproduksi remaja mencakup aspek kehidupan remaja yang

terkait dengan pengetahuan, sikap dan prilaku kehidupan seksual serta

berkeluarga (PKBI, 2010).

Hasil survey Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN)

menunjukan bahwa pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi relatif

masih rendah. Remaja perempuan yang tidak tahu tentang perubahan fisiknya

sebanyak 13,3%. Hampir separuh (47,9%) remaja perempuan tidak

mengetahui kapan memiliki hari atau masa subur. Sebaliknya dari survei yang

sama, pengetahuan dari renaja laki-laki yang mengetahui masa subur

perempuan lebih tinggi (32,3%) dibanding dengan remaja perempuan (29%).

Mengenai pengetahuan remaja laki-laki tentang mimpi basah lebih tinggi

(24,4%) dibanding dengan remaja perempuan (16,8%). Pengetahuan remaja


108

laki-laki tentang menstruasi lebih rendah (33,7%) dibanding dengan remaja

perempuan (76,2%). (BKKBN, 2016)

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Winarni (2015) dengan judul

Hubungan Sumber Informasi dengan Pengetahuan Remaja tentang Kesehatan

Reproduksi di SMUN 1 Jetis Bantul Yogyakarta didapatkan hasil bahwa

terdapat hubungan sumber informasi dengan pengetahuan remaja tentang

kesehatan reproduksi di SMUN 1 Jetis Bantul Yogyakarta. Penelitian ini

menunjukan sumber informasi remaja tentang TRIAD KRR (SeksualitS,

Napza, HIV / AIDS) 57,4% ( 27 remaja ) yang mengetahui sumber informasi

kesehatan reproduksi dan 42,6% ( 20 remaja) kurang mengetaui sumber

informasi kesehatan reproduksi.

Berdasarkan studi pendahulan yang dilakukan di SMK XXX pada

tanggal 20 April 2019 terhadap 2 siswa yang tidak mengetahui tentang

kesahatan reproduksi remaja seperti tentang seksualitas, napza dan HIV

karena tidak mendapatkan informasi tentang kesehatan reproduksi.

Berdasarkan uraian tersebut maka peneliti tertarik untuk mengambil

penelitian tentang pengaruh sumber informasi remaja dengan pengetahuan

tentang kesehatan reproduksi pada siswa kelas X SMK XXX.

1.77Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang diatas maka rumusan masalah

dalam penelitian ini adalah bagaimanakah hubungan antara sumber informasi

remaja dengan pengetahuan tentang kesehatan reproduksi pada siswa kelas X

SMK XXX.
109

1.78Tujuan Penelitian

1.3.31 Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan sumber informasi remaja terhadap

pengetahuan tentang kesehatan reproduksi pada kelas X SMK XXX

tahun 2019.

1.3.32 Tujuan Khusus

46. Mengetahui distribusi frekuensi sumber informasi utama yang

didapatkan oleh remaja tentang kesehatan reproduksi pada kelas

X SMK XXX

47. Mengetahui distribusi frekuensi tingkat pengetahuan remaja

tentang Kesehatan Reproduksi pada kelas X SMK XXX

48. Mengetahui hubungan sumber informasi remaja dengan

pengetahuan tentang kesehatan reproduksi pada kelas X SMK

XXX.

1.79Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini akan membahas tantang mengetahui

hubungan sumber informasi remaja dengan pengetahuan tentang kesehatan

reproduksi pada kelas X SMK XXX. Karena masih adanya remaja yang tidak

mendapatkan informasi tentang kesehatan reproduksi. Adapun populasi

dalam penelitian ini adalah siswa kelas X SMK XXX tahun 2019. Waktu
110

penelitian akan dilaksanakan pada bulan April – Mei 2019. Penelitian ini

menggunakan metode survey analatik dengan pendekatan cross sectional.

1.80Kegunaan Penelitian

1.5.1 Kegunaan Teoritis

1. Bagi Institusi Pendidikan

Sebagai wawasan bagi institusi pendidikan dalam proses

belajar khususnya dalam metodologi riset statistik kebidanan dan

dapat juga dijadikan sumber bahan bacaan kesehatan dan

metodologi penelitian kebidanan tentang kesehatan reproduksi

remaja.

2. Bagi Peneliti

Untuk menambah wawasan peneliti mengenai riset kesehatan

dan khususnya tentang masalah kebidanan dan dapat menambah

pengalaman secara langsung mengenai pengetahuan remaja

tentang kesehatan reproduksi

1.5.2 Kegunaan Praktis

31. Bagi Responden

Untuk menambah wawasan remaja mengenai kesehatan

reproduksi sehingga berkurangnya kasus-kasus reproduksi

khususnya kasus seklualitas, HIV dan Napza

32. Bagi SMK XXX


111

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan

informasi untuk meningkatkan pengetahuan siswa tentang

kesehatan reproduksi remaja melalui sumber-sumber infromasi

yang bias digunakan di sekolah.


112

BAB I

PENDAHULUAN

1.81Latar Belakang

Sustainable Development Goals (SDGs) merupakan sasaran

pembangunan millennium berkelanjutan yang berisikan target untuk

mencapai kesejahteraan rakyat dan pembangunan masyarakat pada tahun

2030. Salah satu Goals pada SDGs yang berhubungan dengan kesehatan

adalah tujuan ke 3 yaitu menggalakan hidup sehat dan mendukung

kesejahteraan untuk semua usia. Beberapa target pada tujuan ke 3 SDG’s

diantaranya mengakhiri epidemic AIDS dan penyakit menular seksual pada

tahun 2030, memperkuat pencegahan dan perawatan penyalahgunaan

narkotika dan alkohol yang membahayakan (Depkes, 2017)

Sejak tahun 2000 infeksi baru HIV turun sebesar 35%. Sementara kasus

kematian sehubungan AIDS di dunia juga mengalami penurunan sebesar

24%, Dalam laporannya, WHO mencatat sejak AIDS ditemukan hingga

akhir 2014 terdapat 34 juta orang meninggal dan di tahun 2014 tercatat

sebesar 1,2 juta orang meninggal karena virus tersebut. Hingga akhir 2014

jumlah penderita orang dengan HIV dan AIDS (ODHA) di dunia sebesar 36,9

juta orang. Sekitar 170.000 sampai 210.000 dari 220 juta penduduk Indonesia

mengidap HIV/AIDS. Perkiraan prevalensi keseluruhan adalah 0,1% di

seluruh negeri, dengan pengecualian Provinsi Papua, di mana angka epidemik


113

diperkirakan mencapai 2,4%, dan cara penularan utamanya adalah melalui

hubungan seksual tanpa menggunakan pelindung.

Jumlah kasus kematian akibat AIDS di Indonesia diperkirakan mencapai

5.500 jiwa. Epidemi tersebut terutama terkonsentrasi di kalangan pengguna

obat terlarang melalui jarum suntik dan pasangan intimnya, orang yang

berkecimpung dalam kegiatan prostitusi dan pelanggan mereka, dan pria yang

melakukan hubungan seksual dengan sesama pria. Sejak 30 Juni 2007, 42%

dari kasus AIDS yang dilaporkan ditularkan melalui hubungan heteroseksual

dan 53% melalui penggunaan obat terlarang. (Depkes, 2009)

Masa remaja merupakan salah satu periode dari perkembangan manusia.

Masa ini merupakan masa perubahan atau peralihan dari masa kanak-kanak

ke masa dewasa yang meliputi perubahan biologi, perubahan psikologi, dan

perubahan sosial. Di sebagian masyarakat dan budaya masa remaja pada

umumnya di mulai pada usia 10-13 tahun dan berakhir pada usia 18-22 tahun.

World Health Organization (WHO) remaja merupakan individu yang sedang

mengalami masa peralihan yang secara berangsur-angsur mencapai

kematangan seksual, mengalami perubahan jiwa dari jiwa kanak-kanak

menjadi dewasa, dan mengalami perubahan keadaan ekonomi dari

ketergantungan menjadi relatif mandiri.

Remaja akan beradaptasi dengan perubahan tubuhnya serta belajar

menerima perbedaan denga individu lain. Baik fisik maupun ideologi.

Perubahan fisik yang pesat dan perubahan hormonal merupakan pemicu

masalah kesehatan remaja serius karena timbulnya dorongan motivasi seksual


114

yang menjadikan remaja rawan terhadap penyakit dan masalah kesehatan

reproduksi (kespro), kehamilan remaja dengan segala kosekuensinya yaitu

hubungan seks pranikah, aborsi, penyakit menular seksual (PMS), HIV/AIDS

serta narkotika (Margaretha, 2012).

Remaja menyukai sumber informasi kesehatan reproduksi diperoleh

dengan teman sebaya dan guru, sedangkan pada perempuan menyukai sumber

informasi dari orangtua, tenaga kesehatan dan guru (Sri, 2016).

Menurut BKKBN, program kesehatan reproduksi remaja adalah untuk

membantu remaja agar memiliki pengetahuan, kesadaran, sikap dan prilaku

hidup reproduksi sehat bertanggung jawab melalui advokasi, promosi, KIE,

konseling dan pelayanan kepada remaja yang memiliki permasalahan khusus.

Materi kesehatan reproduksi remaja mencakup aspek kehidupan remaja yang

terkait dengan pengetahuan, sikap dan prilaku kehidupan seksual serta

berkeluarga (PKBI, 2010).

Hasil survey Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN)

menunjukan bahwa pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi relatif

masih rendah. Remaja perempuan yang tidak tahu tentang perubahan fisiknya

sebanyak 13,3%. Hampir separuh (47,9%) remaja perempuan tidak

mengetahui kapan memiliki hari atau masa subur. Sebaliknya dari survei yang

sama, pengetahuan dari renaja laki-laki yang mengetahui masa subur

perempuan lebih tinggi (32,3%) dibanding dengan remaja perempuan (29%).

Mengenai pengetahuan remaja laki-laki tentang mimpi basah lebih tinggi

(24,4%) dibanding dengan remaja perempuan (16,8%). Pengetahuan remaja


115

laki-laki tentang menstruasi lebih rendah (33,7%) dibanding dengan remaja

perempuan (76,2%). (BKKBN, 2016)

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Winarni (2015) dengan judul

Hubungan Sumber Informasi dengan Pengetahuan Remaja tentang Kesehatan

Reproduksi di SMUN 1 Jetis Bantul Yogyakarta didapatkan hasil bahwa

terdapat hubungan sumber informasi dengan pengetahuan remaja tentang

kesehatan reproduksi di SMUN 1 Jetis Bantul Yogyakarta. Penelitian ini

menunjukan sumber informasi remaja tentang TRIAD KRR (SeksualitS,

Napza, HIV / AIDS) 57,4% ( 27 remaja ) yang mengetahui sumber informasi

kesehatan reproduksi dan 42,6% ( 20 remaja) kurang mengetaui sumber

informasi kesehatan reproduksi.

Berdasarkan studi pendahulan yang dilakukan di SMK XXX pada

tanggal 20 April 2019 terhadap 2 siswa yang tidak mengetahui tentang

kesahatan reproduksi remaja seperti tentang seksualitas, napza dan HIV

karena tidak mendapatkan informasi tentang kesehatan reproduksi.

Berdasarkan uraian tersebut maka peneliti tertarik untuk mengambil

penelitian tentang pengaruh sumber informasi remaja dengan pengetahuan

tentang kesehatan reproduksi pada siswa kelas X SMK XXX.

1.82Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang diatas maka rumusan masalah

dalam penelitian ini adalah bagaimanakah hubungan antara sumber informasi

remaja dengan pengetahuan tentang kesehatan reproduksi pada siswa kelas X

SMK XXX.
116

1.83Tujuan Penelitian

1.3.33 Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan sumber informasi remaja terhadap

pengetahuan tentang kesehatan reproduksi pada kelas X SMK XXX

tahun 2019.

1.3.34 Tujuan Khusus

49. Mengetahui distribusi frekuensi sumber informasi utama yang

didapatkan oleh remaja tentang kesehatan reproduksi pada kelas

X SMK XXX

50. Mengetahui distribusi frekuensi tingkat pengetahuan remaja

tentang Kesehatan Reproduksi pada kelas X SMK XXX

51. Mengetahui hubungan sumber informasi remaja dengan

pengetahuan tentang kesehatan reproduksi pada kelas X SMK

XXX.

1.84Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini akan membahas tantang mengetahui

hubungan sumber informasi remaja dengan pengetahuan tentang kesehatan

reproduksi pada kelas X SMK XXX. Karena masih adanya remaja yang tidak

mendapatkan informasi tentang kesehatan reproduksi. Adapun populasi

dalam penelitian ini adalah siswa kelas X SMK XXX tahun 2019. Waktu
117

penelitian akan dilaksanakan pada bulan April – Mei 2019. Penelitian ini

menggunakan metode survey analatik dengan pendekatan cross sectional.

1.85Kegunaan Penelitian

1.5.1 Kegunaan Teoritis

1. Bagi Institusi Pendidikan

Sebagai wawasan bagi institusi pendidikan dalam proses

belajar khususnya dalam metodologi riset statistik kebidanan dan

dapat juga dijadikan sumber bahan bacaan kesehatan dan

metodologi penelitian kebidanan tentang kesehatan reproduksi

remaja.

2. Bagi Peneliti

Untuk menambah wawasan peneliti mengenai riset kesehatan

dan khususnya tentang masalah kebidanan dan dapat menambah

pengalaman secara langsung mengenai pengetahuan remaja

tentang kesehatan reproduksi

1.5.2 Kegunaan Praktis

33. Bagi Responden

Untuk menambah wawasan remaja mengenai kesehatan

reproduksi sehingga berkurangnya kasus-kasus reproduksi

khususnya kasus seklualitas, HIV dan Napza

34. Bagi SMK XXX


118

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan

informasi untuk meningkatkan pengetahuan siswa tentang

kesehatan reproduksi remaja melalui sumber-sumber infromasi

yang bias digunakan di sekolah.


119

BAB I

PENDAHULUAN

1.86Latar Belakang

Sustainable Development Goals (SDGs) merupakan sasaran

pembangunan millennium berkelanjutan yang berisikan target untuk

mencapai kesejahteraan rakyat dan pembangunan masyarakat pada tahun

2030. Salah satu Goals pada SDGs yang berhubungan dengan kesehatan

adalah tujuan ke 3 yaitu menggalakan hidup sehat dan mendukung

kesejahteraan untuk semua usia. Beberapa target pada tujuan ke 3 SDG’s

diantaranya mengakhiri epidemic AIDS dan penyakit menular seksual pada

tahun 2030, memperkuat pencegahan dan perawatan penyalahgunaan

narkotika dan alkohol yang membahayakan (Depkes, 2017)

Sejak tahun 2000 infeksi baru HIV turun sebesar 35%. Sementara kasus

kematian sehubungan AIDS di dunia juga mengalami penurunan sebesar

24%, Dalam laporannya, WHO mencatat sejak AIDS ditemukan hingga

akhir 2014 terdapat 34 juta orang meninggal dan di tahun 2014 tercatat

sebesar 1,2 juta orang meninggal karena virus tersebut. Hingga akhir 2014

jumlah penderita orang dengan HIV dan AIDS (ODHA) di dunia sebesar 36,9

juta orang. Sekitar 170.000 sampai 210.000 dari 220 juta penduduk Indonesia

mengidap HIV/AIDS. Perkiraan prevalensi keseluruhan adalah 0,1% di

seluruh negeri, dengan pengecualian Provinsi Papua, di mana angka epidemik


120

diperkirakan mencapai 2,4%, dan cara penularan utamanya adalah melalui

hubungan seksual tanpa menggunakan pelindung.

Jumlah kasus kematian akibat AIDS di Indonesia diperkirakan mencapai

5.500 jiwa. Epidemi tersebut terutama terkonsentrasi di kalangan pengguna

obat terlarang melalui jarum suntik dan pasangan intimnya, orang yang

berkecimpung dalam kegiatan prostitusi dan pelanggan mereka, dan pria yang

melakukan hubungan seksual dengan sesama pria. Sejak 30 Juni 2007, 42%

dari kasus AIDS yang dilaporkan ditularkan melalui hubungan heteroseksual

dan 53% melalui penggunaan obat terlarang. (Depkes, 2009)

Masa remaja merupakan salah satu periode dari perkembangan manusia.

Masa ini merupakan masa perubahan atau peralihan dari masa kanak-kanak

ke masa dewasa yang meliputi perubahan biologi, perubahan psikologi, dan

perubahan sosial. Di sebagian masyarakat dan budaya masa remaja pada

umumnya di mulai pada usia 10-13 tahun dan berakhir pada usia 18-22 tahun.

World Health Organization (WHO) remaja merupakan individu yang sedang

mengalami masa peralihan yang secara berangsur-angsur mencapai

kematangan seksual, mengalami perubahan jiwa dari jiwa kanak-kanak

menjadi dewasa, dan mengalami perubahan keadaan ekonomi dari

ketergantungan menjadi relatif mandiri.

Remaja akan beradaptasi dengan perubahan tubuhnya serta belajar

menerima perbedaan denga individu lain. Baik fisik maupun ideologi.

Perubahan fisik yang pesat dan perubahan hormonal merupakan pemicu

masalah kesehatan remaja serius karena timbulnya dorongan motivasi seksual


121

yang menjadikan remaja rawan terhadap penyakit dan masalah kesehatan

reproduksi (kespro), kehamilan remaja dengan segala kosekuensinya yaitu

hubungan seks pranikah, aborsi, penyakit menular seksual (PMS), HIV/AIDS

serta narkotika (Margaretha, 2012).

Remaja menyukai sumber informasi kesehatan reproduksi diperoleh

dengan teman sebaya dan guru, sedangkan pada perempuan menyukai sumber

informasi dari orangtua, tenaga kesehatan dan guru (Sri, 2016).

Menurut BKKBN, program kesehatan reproduksi remaja adalah untuk

membantu remaja agar memiliki pengetahuan, kesadaran, sikap dan prilaku

hidup reproduksi sehat bertanggung jawab melalui advokasi, promosi, KIE,

konseling dan pelayanan kepada remaja yang memiliki permasalahan khusus.

Materi kesehatan reproduksi remaja mencakup aspek kehidupan remaja yang

terkait dengan pengetahuan, sikap dan prilaku kehidupan seksual serta

berkeluarga (PKBI, 2010).

Hasil survey Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN)

menunjukan bahwa pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi relatif

masih rendah. Remaja perempuan yang tidak tahu tentang perubahan fisiknya

sebanyak 13,3%. Hampir separuh (47,9%) remaja perempuan tidak

mengetahui kapan memiliki hari atau masa subur. Sebaliknya dari survei yang

sama, pengetahuan dari renaja laki-laki yang mengetahui masa subur

perempuan lebih tinggi (32,3%) dibanding dengan remaja perempuan (29%).

Mengenai pengetahuan remaja laki-laki tentang mimpi basah lebih tinggi

(24,4%) dibanding dengan remaja perempuan (16,8%). Pengetahuan remaja


122

laki-laki tentang menstruasi lebih rendah (33,7%) dibanding dengan remaja

perempuan (76,2%). (BKKBN, 2016)

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Winarni (2015) dengan judul

Hubungan Sumber Informasi dengan Pengetahuan Remaja tentang Kesehatan

Reproduksi di SMUN 1 Jetis Bantul Yogyakarta didapatkan hasil bahwa

terdapat hubungan sumber informasi dengan pengetahuan remaja tentang

kesehatan reproduksi di SMUN 1 Jetis Bantul Yogyakarta. Penelitian ini

menunjukan sumber informasi remaja tentang TRIAD KRR (SeksualitS,

Napza, HIV / AIDS) 57,4% ( 27 remaja ) yang mengetahui sumber informasi

kesehatan reproduksi dan 42,6% ( 20 remaja) kurang mengetaui sumber

informasi kesehatan reproduksi.

Berdasarkan studi pendahulan yang dilakukan di SMK XXX pada

tanggal 20 April 2019 terhadap 2 siswa yang tidak mengetahui tentang

kesahatan reproduksi remaja seperti tentang seksualitas, napza dan HIV

karena tidak mendapatkan informasi tentang kesehatan reproduksi.

Berdasarkan uraian tersebut maka peneliti tertarik untuk mengambil

penelitian tentang pengaruh sumber informasi remaja dengan pengetahuan

tentang kesehatan reproduksi pada siswa kelas X SMK XXX.

1.87Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang diatas maka rumusan masalah

dalam penelitian ini adalah bagaimanakah hubungan antara sumber informasi

remaja dengan pengetahuan tentang kesehatan reproduksi pada siswa kelas X

SMK XXX.
123

1.88Tujuan Penelitian

1.3.35 Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan sumber informasi remaja terhadap

pengetahuan tentang kesehatan reproduksi pada kelas X SMK XXX

tahun 2019.

1.3.36 Tujuan Khusus

52. Mengetahui distribusi frekuensi sumber informasi utama yang

didapatkan oleh remaja tentang kesehatan reproduksi pada kelas

X SMK XXX

53. Mengetahui distribusi frekuensi tingkat pengetahuan remaja

tentang Kesehatan Reproduksi pada kelas X SMK XXX

54. Mengetahui hubungan sumber informasi remaja dengan

pengetahuan tentang kesehatan reproduksi pada kelas X SMK

XXX.

1.89Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini akan membahas tantang mengetahui

hubungan sumber informasi remaja dengan pengetahuan tentang kesehatan

reproduksi pada kelas X SMK XXX. Karena masih adanya remaja yang tidak

mendapatkan informasi tentang kesehatan reproduksi. Adapun populasi

dalam penelitian ini adalah siswa kelas X SMK XXX tahun 2019. Waktu
124

penelitian akan dilaksanakan pada bulan April – Mei 2019. Penelitian ini

menggunakan metode survey analatik dengan pendekatan cross sectional.

1.90Kegunaan Penelitian

1.5.1 Kegunaan Teoritis

1. Bagi Institusi Pendidikan

Sebagai wawasan bagi institusi pendidikan dalam proses

belajar khususnya dalam metodologi riset statistik kebidanan dan

dapat juga dijadikan sumber bahan bacaan kesehatan dan

metodologi penelitian kebidanan tentang kesehatan reproduksi

remaja.

2. Bagi Peneliti

Untuk menambah wawasan peneliti mengenai riset kesehatan

dan khususnya tentang masalah kebidanan dan dapat menambah

pengalaman secara langsung mengenai pengetahuan remaja

tentang kesehatan reproduksi

1.5.2 Kegunaan Praktis

35. Bagi Responden

Untuk menambah wawasan remaja mengenai kesehatan

reproduksi sehingga berkurangnya kasus-kasus reproduksi

khususnya kasus seklualitas, HIV dan Napza

36. Bagi SMK XXX


125

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan

informasi untuk meningkatkan pengetahuan siswa tentang

kesehatan reproduksi remaja melalui sumber-sumber infromasi

yang bias digunakan di sekolah.


126

Anda mungkin juga menyukai