Anda di halaman 1dari 126

KESULITAN DOWNLOAD ??

Kunjungi: https://warungbidan.blogspot.com/2020/11/faktor-faktor-yang-mempengaruhi_4.html

Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Dukungan Suami Terhadap

Pemberian ASI Eksklusif pada bayi 0-6 Bulan di BPS XXX Tahun 2019

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

ASI eksklusif menurut World Health Organization (WHO, 2011) adalah

memberikan hanya ASI saja tanpa memberikan makanan dan minuman lain kepada bayi

sejak lahir sampai berumur 6 bulan, kecuali obat dan vitamin. Namun bukan berarti

setelah pemberian ASI eksklusif pemberian ASI eksklusif pemberian ASI dihentikan,

akan tetapi tetap diberikan kepada bayi sampai bayi berusia 2 tahun. ASI merupakan

makanan pertama, utama, dan terbaik bagi bayi, bersifat ilmiah. ASI eksklusif adalah

bayi hanya diberi ASI selama 6 bulan tanpa tambahan makanan cairan lain, seperti susu

formula, jeruk, madu, air teh, dan air putih, serta tanpa tambahan makanan padat , seperti

pisang, bubur susu, biscuit, bubur nasi, dan nasi tim, kecuali vitamin, mineral, dan obat

(Prasetyono, 2009).

Air susu ibu (ASI) merupakan makanan yang terbaik bagi bayi karena mengandung

semua zat gizi dalam jumlah dan komposisi yang ideal yang dibutuhkan oleh bayi untuk

tumbuh dan berkembang secara optimal, terutama pada umur 0 sampai 6 bulan.

Pemberian ASI eksklusif kepada bayi umur 0 – 6 bulan sangat dianjurkan dan

1
2

memberikan makanan pendamping ASI secara benar setelah itu sampai bayi/anak

berumur 2 tahun (Rinaningsih, 2007, Tedjasaputra, 2010, Fewtrell et al, 2007). Bayi

yang mendapatkan ASI eksklusif merupakan bayi yang hanya menerima ASI saja

sehingga tidak ada cairan atau padatan lainnya diberikan, bahkan air dengan

pengecualian rehidrasi oral, atau tetes/sirup vitamin, mineralyang diberi ASI memiliki

risiko lebih rendah terkena penyakit degeneratif seperti penyakit darah tinggi, diabetes

tipe 2, dan obesitas pada saat dewasa (WHO dan Unicef, 2003)

Dampak negatif tidak di berikan asi yaitu Bertambahnya kerentanan terhadap

penyakit (baik anak maupun ibu) Menyusui diyakini dapat mencegah 1/3 kejadian

infeksi saluran pernapasan atas (ISPA), kejadian diare dapat turun 50%, dan penyakit

usus parah pada bayi prematur dapat berkurang kejadiannya sebanyak 58%. Pada ibu,

risiko kanker payudara juga dapat menurun 6-10%.

Berdasarkan data WHO (2015) cakupan ASI eksklusif pada usia 0-6 bulan sebesar

43%. Hal ini sama dengan data yang diperoleh United Nations International Children’s

Emergency Fund (UNICEF) menunjukkan bahwa cakupan ASI eksklusif dunia sebesar

43%. Hasil tersebut masih di bawah target global menurut World Health Assembly

(WHA) sebesar 50%.

Menurut Hasil Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007

menyebutkan ada sepertiga (32%) bayi berumur di bawah enam bulan yang mendapatkan

ASI eksklusif. Empat dari sepuluh bayi yang berumur di bawah empat bulan (41%) dan

48% bayi umur kurang dari dua bulan mendapatkan ASI eksklusif.

Pemberian ASI eksklusif di Jawa Barat pada tahun 2016 sebesar 46,4%, masih

dibawah cakupan nasional 52,3% terlebih target nasional sebesar 80%.Data yang

diperoleh dari Dinas Kesehatan Provinsi Jawa


3

Dari hasil pengambilan Data yang di lakukan di BPS XXX pada tahun 2019 bulan

Januari - Maret terdapat 102 ibu nifas, yang memberikan ASI Eksklusif sebanyak 87 ibu

(85,29 % ).

Upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya kematian balita adalah

dengan pemberian Air Susu Ibu (ASI) segera setelah lahir atau biasa disebut

Inisiasi Menyusu Dini (IMD) serta pemberian ASI eksklusif. Hal ini didukung oleh

pernyataan United Nations Childrens Fund (UNICEF), bahwa sebanyak 30.000

kematian bayi di Indonesia dan 10 juta kematian anak balita di dunia pada tiap

tahunnya bisa dicegah melalui pemberian ASI secara eksklusif selama enam bulan

sejak tanggal kelahirannya, tanpa harus memberikan makanan serta minuman

tambahan kepada bayi

Di Indonesia melalui Keputusan Menteri Kesehatan Nomor

450/SK/Menkes/VIII/2004, tanggal 7 April 2004 telah menetapkan tentang pentingnya

pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan pada ibu di Indonesia, namun menurut Survei

Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2013 menunjukkan bahwa baru 38% bayi mendapat

ASI di Indonesia (Infodatin, 2013).

Keberhasilan pemberian ASI Eksklusif menurut Siti Fadilah mengatakan “dapat

dipengaruhi oleh adanya kepedulian dan dukungan dari suami. Seorang suami dapat

memberikan dukungan kepada istrinya dalam pemberian ASI Eksklusif dengan bentuk

dukungan yang berbeda”, menurut Friedman dukungan dibedakan menjadi empat yaitu :

dukungan penghargaan, dukungan informasi, dukungan emosional dan dukungan

instrumental.

Banyaknya bayi yang tidak mendapatkan ASI eksklusif disebabkan oleh bebagai

faktor,diantaranya dukungan dari berbagai pihak yang masih kurang, salah satunya

Dukungan suami. Keberhasilan ASI eksklusifakan lebih mudah bila dukungan dari suami
4

turut berperan. Menyusui memerlukan kondisi emosional yang stabil, mengingat faktor

psikologis ibu sangat mempengaruhi produksi ASI,suami dan istri harus saling

memahami betapa pentingnya ukungan terhadap ibu yang sedang menyusui

(Tasya,2012).

Menurut penelitian Vetty Priscilla1, Dwi Novrianda1, Suratno2 yang berjudul,

Dukungan Suami Terhadap Pemberian Asi Eksklusif Di Wilayah Kerja Puskesmas

Lubuk Kilangan Kota Padang Tahun 2011. Hasil penelitian diperoleh bahwa dukungan

instrumental dan penilaian bernilai positif sedangkan dukungan emosional dan

informasional bernilai negatif. Selanjutnya terdapat hubungan yang bermakna antara

dukungan emosional, instrumental, informasional, dan penilaian suami terhadap

pemberian ASI eksklusif. Dukungan penilaian merupakan variabel yang paling tinggi

kekuatan hubungannya terhadap pemberian ASI eksklusif (b=0.119). Peneliti

menyarankan agar tenaga kesehatan memperluas sasaran promosi kesehatan yang

berhubungan dengan pemberian ASI eksklusif yang melibatkan suami sebagai sasaran.

Penelitian Astri Faradillah Anka. R (2017). Yang berjudul Hubungan Dukungan

Suami Dengan Pemberian Asi Eksklusif Diwilayah Kerja Puskesmas Perumnas Kota

Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara. Penelitian menunjukkan bahwa dari 45 responden

yang menjadi obyek penelitian sebanyak 24orang (53,3%) suami mau memberikan

dukungan dalam pemberian ASI eksklusif dan hasil uji chi squareyaitu nilaiX2hitung

(8,013) ≥ X2tabel (3,841), hal ini berarti bahwa nilai X2hitung lebih besar dibandingkan

X2 tabel maka H1 diterima H0 ditolak dengan taraf hubungan signifikan α = 0,05.

Penelitian Indriyani Bakri (2018). Hasil penelitian ini yang menunjukkan bahwa ibu

yang memberikan ASI eksklusif sebanyak 65,1% serta ibu yang mendapat dukungan

suami yang baik sebanyak 59%. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa tidak ada

hubungan antara dukungan suami dengan pemberian ASI eksklusif dengan p value
5

sebesar 0,220 dan Odd Ratio sebesar 1,97. Diharapkan suami dapat mendampingi ibu

dalam kegiatan posyandu atau pemeriksaan kesehatan ibu dan anak sehingga dapat

menambah informasi terutama untuk suami dalam mendukung istrinya memberikan ASI

eksklusif kepada anaknya.

Berdasarkan studi pendahuluan dari 10 ibu nifas mengatakan bahwa 80% suami

lebih mendukung jika bayi diberikan ASI eksklusif. Maka dari itu, peneliti merasa

tertarik untuk mengambil judul “Factor-Faktor Yang Mempengaruhi Dukungan Suami

Terhadap Pemberian ASI Eksklusif Pada Bayi 0-6 Bulan Di BPS XXX Tahun 2019”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan pada tahun 2018 terdapat 6090 ibu nifas

ibu dan 6077 (99,79%) ibu yang memberikan ASI Eksklusif. Berdasarkan dari laporan

jumlah ibu nifas yang menyusui pada tahun 2018 sebanyak 73.

Berdasarkan dari data tersebut diketahui bahwa masih cukup tinggi ibu yang tida

memberikan ASI secata Eksklusif sehingga perlu di lakukan penelitian untuk mengetahui

faktot-faktor apa saja yang mempengaruhi dukungan suami terhadap pemberian ASI

Eksklusif pada bayi 0-6 Bulan di BPS XXX Tahun 2019

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui faktor faktor yang mempengaruhi Dukungan Suami

terhadap pemberian ASI Eksklusif pada bayi 0-6 Bulan di BPS XXX Tahun

2019.

1.3.2 Tujuan Khusus


6

1. Di ketahuinya distribusi frekuensi faktor dukungan penghargaan suami

terhadap pemberian ASI Eksklusif pada bayi 0-6 Bulan di BPS XXX Tahun

2019.

2. Di ketahuinya distribusi frekuensi faktor Dukungan informasi suami terhadap

pemberian ASI Eksklusif pada bayi 0-6 Bulan di BPS XXX Tahun 2019.

3. Di ketahuinya distribusi frekuensi faktor Dukungan emosional suami

terhadap pemberian asi Eksklusif pada bayi 0-6 Bulan di BPS XXX Tahun

2019.

4. Di ketahuinya distribusi frekuensi faktor Dukungan instrumental suami

terhadap pemberian ASI Eksklusif pada bayi 0-6 Bulan di BPS XXX Tahun

2019.

5. Di ketahui adanya hubungan faktor dukungan penghargaan suami terhadap

pemberian ASI Eksklusif pada bayi 0-6 bulan di BPS XXX Tahun 2019.

6. Di ketahui adanya hubungan faktor dukungan informas suami terhadap

pemberian ASI Eksklusif pada bayi 0-6 bulan di BPS XXX Tahun 2019.

7. Di ketahui adanya hubungan faktor dukungan emosional suami terhadap

pemberian ASI Eksklusif pada bayi 0-6 bulan di BPS XXX Tahun 2019.

8. Di ketahui ada nya hubungan faktor dukungan instrumental suami terhadap

pemberian ASI Eksklusif pada bayi 0-6 bulan di BPS XXX Tahun 2019.

1.4 Ruang Lingkup

Ruang lingkup penelitian hanya membahas Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi

Dukungan Suami terhadap Pemberian Asi Ekslusif Pada Bayi 0-6 Bulan Di BPS XXX

Tahun 2019, meliputi Dukungan Penghargaan, Dukungan Informasi, Dukungan


7

Emosinal, Dukungan Instrumental. Penelitian ini dilakukan karena masih terdapat ibu

yang tidak memberikan ASI Ekslisif pada bayi 0-6 bulan, disebabkan karena kurangnya

dukungan suami pada ibu menyusui. Adapun populasi dalam penelitian ini adalah ibu

menyusui pada periode Januari-Maret 2019. Yakni sebanyak 102 orang. fenelitian ini

menggunakan metode survey analitik yaitu bagaimana dan mengapa fenomena itu terjadi

kemudian melakukan analisis dinamika korelasi antara fenomena baik antara faktor resiko

dengan factor efek. Dengan dengan pendekaran cross sectional, dan cara pengambilan

sampel menggunakan teknik randem sampling dengan mengambil 20 orang ibu menyusui

sebagai responden dalam penelitian.

1.5 Manfaat Penelitian

Penelitian dilakukan agar diharapkan dapat memberikan manfaat badi berbagai

pihak meliputi:

1.5.1 Manfaat Teoritis

1. Bagi institusi pendidikan

Sebagai wawasan bagi institusi pendidikan dalam proses belajar

khususnya dalam metodologi riset statisticdan kebidanan dapat juga di

jadikan sumber bahan bacaan kesehatan dan metodologi penelitian kebidanan

tentang dukungan suami dengan pemberian ASI Eksklusif pada bayi 0-6

Bulan

2. Bagi Peneliti

Untuk menanbah wawasan peneliti mengenai riset kesehatan dan

khususnya tentang masalah kebidanan dan dapat menambah pengetahuan

secara langsung mengenai dukungan suami dengan memberikan ASI

Eksklusif pada bayi 0-6 Bulan.


8

3. Bagi peneliti selanjutnya

Hasil penelitian ini dapat di jadikan sebagai dasar untuk penelitian

selanjutnya

1.5.2 Manfaat Praktis

1. Bagi BPS

Semoga memberi manfaat bagi lokasi penelitian dan dapat menambah

referensi dalam bidang ilmu kebidanan serta untuk menghubungkan, dan

menambah pengetahuan yang telah ada tentang hubungan dukungan suami

dengan pemberian ASI Eksklusif pada bayi 0-6 Bulan 2019.

2. Bagi Responden

Semoga dapat menambah informasi yang lebih kepada masyarakat

mengenai pemberian ASI Eksklusif pada bayi 0-6 Bulan, serta menambah

pengetahuan ibu menyusui.


BAB I

PENDAHULUAN

1.6 Latar Belakang

ASI eksklusif menurut World Health Organization (WHO, 2011) adalah

memberikan hanya ASI saja tanpa memberikan makanan dan minuman lain

kepada bayi sejak lahir sampai berumur 6 bulan, kecuali obat dan vitamin.

Namun bukan berarti setelah pemberian ASI eksklusif pemberian ASI

eksklusif pemberian ASI dihentikan, akan tetapi tetap diberikan kepada bayi

sampai bayi berusia 2 tahun. ASI merupakan makanan pertama, utama, dan

terbaik bagi bayi, bersifat ilmiah. ASI eksklusif adalah bayi hanya diberi ASI

selama 6 bulan tanpa tambahan makanan cairan lain, seperti susu formula,

jeruk, madu, air teh, dan air putih, serta tanpa tambahan makanan padat ,

seperti pisang, bubur susu, biscuit, bubur nasi, dan nasi tim, kecuali vitamin,

mineral, dan obat (Prasetyono, 2009).

Air susu ibu (ASI) merupakan makanan yang terbaik bagi bayi karena

mengandung semua zat gizi dalam jumlah dan komposisi yang ideal yang

dibutuhkan oleh bayi untuk tumbuh dan berkembang secara optimal, terutama

pada umur 0 sampai 6 bulan. Pemberian ASI eksklusif kepada bayi umur 0 –

6 bulan sangat dianjurkan dan memberikan makanan pendamping ASI secara

benar setelah itu sampai bayi/anak berumur 2 tahun (Rinaningsih, 2007,

Tedjasaputra, 2010, Fewtrell et al, 2007). Bayi yang mendapatkan ASI

eksklusif merupakan bayi yang hanya menerima ASI saja sehingga tidak ada

1
2

cairan atau padatan lainnya diberikan, bahkan air dengan pengecualian

rehidrasi oral, atau tetes/sirup vitamin, mineralyang diberi ASI memiliki

risiko lebih rendah terkena penyakit degeneratif seperti penyakit darah tinggi,

diabetes tipe 2, dan obesitas pada saat dewasa (WHO dan Unicef, 2003)

Dampak negatif tidak di berikan asi yaitu Bertambahnya kerentanan

terhadap penyakit (baik anak maupun ibu) Menyusui diyakini dapat

mencegah 1/3 kejadian infeksi saluran pernapasan atas (ISPA), kejadian diare

dapat turun 50%, dan penyakit usus parah pada bayi prematur dapat

berkurang kejadiannya sebanyak 58%. Pada ibu, risiko kanker payudara juga

dapat menurun 6-10%.

Berdasarkan data WHO (2015) cakupan ASI eksklusif pada usia 0-6

bulan sebesar 43%. Hal ini sama dengan data yang diperoleh United Nations

International Children’s Emergency Fund (UNICEF) menunjukkan bahwa

cakupan ASI eksklusif dunia sebesar 43%. Hasil tersebut masih di bawah

target global menurut World Health Assembly (WHA) sebesar 50%.

Menurut Hasil Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun

2007 menyebutkan ada sepertiga (32%) bayi berumur di bawah enam bulan

yang mendapatkan ASI eksklusif. Empat dari sepuluh bayi yang berumur di

bawah empat bulan (41%) dan 48% bayi umur kurang dari dua bulan

mendapatkan ASI eksklusif.

Pemberian ASI eksklusif di Jawa Barat pada tahun 2016 sebesar 46,4%,

masih dibawah cakupan nasional 52,3% terlebih target nasional sebesar

80%.Data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Provinsi Jawa


3

Dari hasil pengambilan Data yang di lakukan di BPS XXX pada tahun

2019 bulan Januari - Maret terdapat 102 ibu nifas, yang memberikan ASI

Eksklusif sebanyak 87 ibu (85,29 % ).

Upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya kematian

balita adalah dengan pemberian Air Susu Ibu (ASI) segera setelah lahir

atau biasa disebut Inisiasi Menyusu Dini (IMD) serta pemberian ASI

eksklusif. Hal ini didukung oleh pernyataan United Nations Childrens Fund

(UNICEF), bahwa sebanyak 30.000 kematian bayi di Indonesia dan 10 juta

kematian anak balita di dunia pada tiap tahunnya bisa dicegah melalui

pemberian ASI secara eksklusif selama enam bulan sejak tanggal

kelahirannya, tanpa harus memberikan makanan serta minuman tambahan

kepada bayi

Di Indonesia melalui Keputusan Menteri Kesehatan Nomor

450/SK/Menkes/VIII/2004, tanggal 7 April 2004 telah menetapkan tentang

pentingnya pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan pada ibu di Indonesia,

namun menurut Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2013

menunjukkan bahwa baru 38% bayi mendapat ASI di Indonesia (Infodatin,

2013).

Keberhasilan pemberian ASI Eksklusif menurut Siti Fadilah mengatakan

“dapat dipengaruhi oleh adanya kepedulian dan dukungan dari suami.

Seorang suami dapat memberikan dukungan kepada istrinya dalam pemberian

ASI Eksklusif dengan bentuk dukungan yang berbeda”, menurut Friedman


4

dukungan dibedakan menjadi empat yaitu : dukungan penghargaan, dukungan

informasi, dukungan emosional dan dukungan instrumental.

Banyaknya bayi yang tidak mendapatkan ASI eksklusif disebabkan oleh

bebagai faktor,diantaranya dukungan dari berbagai pihak yang masih kurang,

salah satunya Dukungan suami. Keberhasilan ASI eksklusifakan lebih mudah

bila dukungan dari suami turut berperan. Menyusui memerlukan kondisi

emosional yang stabil, mengingat faktor psikologis ibu sangat mempengaruhi

produksi ASI,suami dan istri harus saling memahami betapa pentingnya

ukungan terhadap ibu yang sedang menyusui (Tasya,2012).

Menurut penelitian Vetty Priscilla1, Dwi Novrianda1, Suratno2 yang

berjudul, Dukungan Suami Terhadap Pemberian Asi Eksklusif Di Wilayah

Kerja Puskesmas Lubuk Kilangan Kota Padang Tahun 2011. Hasil penelitian

diperoleh bahwa dukungan instrumental dan penilaian bernilai positif

sedangkan dukungan emosional dan informasional bernilai negatif.

Selanjutnya terdapat hubungan yang bermakna antara dukungan emosional,

instrumental, informasional, dan penilaian suami terhadap pemberian ASI

eksklusif. Dukungan penilaian merupakan variabel yang paling tinggi

kekuatan hubungannya terhadap pemberian ASI eksklusif (b=0.119). Peneliti

menyarankan agar tenaga kesehatan memperluas sasaran promosi kesehatan

yang berhubungan dengan pemberian ASI eksklusif yang melibatkan suami

sebagai sasaran.

Penelitian Astri Faradillah Anka. R (2017). Yang berjudul Hubungan

Dukungan Suami Dengan Pemberian Asi Eksklusif Diwilayah Kerja


5

Puskesmas Perumnas Kota Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara. Penelitian

menunjukkan bahwa dari 45 responden yang menjadi obyek penelitian

sebanyak 24orang (53,3%) suami mau memberikan dukungan dalam

pemberian ASI eksklusif dan hasil uji chi squareyaitu nilaiX2hitung (8,013) ≥

X2tabel (3,841), hal ini berarti bahwa nilai X2hitung lebih besar

dibandingkan X2 tabel maka H1 diterima H0 ditolak dengan taraf hubungan

signifikan α = 0,05.

Penelitian Indriyani Bakri (2018). Hasil penelitian ini yang menunjukkan

bahwa ibu yang memberikan ASI eksklusif sebanyak 65,1% serta ibu yang

mendapat dukungan suami yang baik sebanyak 59%. Hasil uji statistik

menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara dukungan suami dengan

pemberian ASI eksklusif dengan p value sebesar 0,220 dan Odd Ratio sebesar

1,97. Diharapkan suami dapat mendampingi ibu dalam kegiatan posyandu

atau pemeriksaan kesehatan ibu dan anak sehingga dapat menambah

informasi terutama untuk suami dalam mendukung istrinya memberikan ASI

eksklusif kepada anaknya.

Berdasarkan studi pendahuluan dari 10 ibu nifas mengatakan bahwa 80%

suami lebih mendukung jika bayi diberikan ASI eksklusif. Maka dari itu,

peneliti merasa tertarik untuk mengambil judul “Factor-Faktor Yang

Mempengaruhi Dukungan Suami Terhadap Pemberian ASI Eksklusif Pada

Bayi 0-6 Bulan Di BPS XXX Tahun 2019”.

1.7 Rumusan Masalah


6

Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan pada tahun 2018 terdapat 6090

ibu nifas ibu dan 6077 (99,79%) ibu yang memberikan ASI Eksklusif.

Berdasarkan dari laporan jumlah ibu nifas yang menyusui pada tahun 2018

sebanyak 73.

Berdasarkan dari data tersebut diketahui bahwa masih cukup tinggi ibu

yang tida memberikan ASI secata Eksklusif sehingga perlu di lakukan

penelitian untuk mengetahui faktot-faktor apa saja yang mempengaruhi

dukungan suami terhadap pemberian ASI Eksklusif pada bayi 0-6 Bulan di

BPS XXX Tahun 2019

1.8 Tujuan

1.8.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui faktor faktor yang mempengaruhi Dukungan

Suami terhadap pemberian ASI Eksklusif pada bayi 0-6 Bulan di BPS

XXX Tahun 2019.

1.8.2 Tujuan Khusus

9. Di ketahuinya distribusi frekuensi faktor dukungan penghargaan

suami terhadap pemberian ASI Eksklusif pada bayi 0-6 Bulan di

BPS XXX Tahun 2019.

10. Di ketahuinya distribusi frekuensi faktor Dukungan informasi

suami terhadap pemberian ASI Eksklusif pada bayi 0-6 Bulan di

BPS XXX Tahun 2019.


7

11. Di ketahuinya distribusi frekuensi faktor Dukungan emosional

suami terhadap pemberian asi Eksklusif pada bayi 0-6 Bulan di

BPS XXX Tahun 2019.

12. Di ketahuinya distribusi frekuensi faktor Dukungan instrumental

suami terhadap pemberian ASI Eksklusif pada bayi 0-6 Bulan di

BPS XXX Tahun 2019.

13. Di ketahui adanya hubungan faktor dukungan penghargaan suami

terhadap pemberian ASI Eksklusif pada bayi 0-6 bulan di BPS

XXX Tahun 2019.

14. Di ketahui adanya hubungan faktor dukungan informas suami

terhadap pemberian ASI Eksklusif pada bayi 0-6 bulan di BPS

XXX Tahun 2019.

15. Di ketahui adanya hubungan faktor dukungan emosional suami

terhadap pemberian ASI Eksklusif pada bayi 0-6 bulan di BPS

XXX Tahun 2019.

16. Di ketahui ada nya hubungan faktor dukungan instrumental suami

terhadap pemberian ASI Eksklusif pada bayi 0-6 bulan di BPS

XXX Tahun 2019.

1.9 Ruang Lingkup

Ruang lingkup penelitian hanya membahas Faktor-Faktor Yang

Mempengaruhi Dukungan Suami terhadap Pemberian Asi Ekslusif Pada Bayi


8

0-6 Bulan Di BPS XXX Tahun 2019, meliputi Dukungan Penghargaan,

Dukungan Informasi, Dukungan Emosinal, Dukungan Instrumental.

Penelitian ini dilakukan karena masih terdapat ibu yang tidak memberikan

ASI Ekslisif pada bayi 0-6 bulan, disebabkan karena kurangnya dukungan

suami pada ibu menyusui. Adapun populasi dalam penelitian ini adalah ibu

menyusui pada periode Januari-Maret 2019. Yakni sebanyak 102 orang.

fenelitian ini menggunakan metode survey analitik yaitu bagaimana dan

mengapa fenomena itu terjadi kemudian melakukan analisis dinamika korelasi

antara fenomena baik antara faktor resiko dengan factor efek. Dengan dengan

pendekaran cross sectional, dan cara pengambilan sampel menggunakan

teknik randem sampling dengan mengambil 20 orang ibu menyusui sebagai

responden dalam penelitian.

1.10Manfaat Penelitian

Penelitian dilakukan agar diharapkan dapat memberikan manfaat badi

berbagai pihak meliputi:

1.5.3 Manfaat Teoritis

4. Bagi institusi pendidikan

Sebagai wawasan bagi institusi pendidikan dalam proses

belajar khususnya dalam metodologi riset statisticdan kebidanan

dapat juga di jadikan sumber bahan bacaan kesehatan dan

metodologi penelitian kebidanan tentang dukungan suami dengan

pemberian ASI Eksklusif pada bayi 0-6 Bulan


9

5. Bagi Peneliti

Untuk menanbah wawasan peneliti mengenai riset kesehatan

dan khususnya tentang masalah kebidanan dan dapat menambah

pengetahuan secara langsung mengenai dukungan suami dengan

memberikan ASI Eksklusif pada bayi 0-6 Bulan.

6. Bagi peneliti selanjutnya

Hasil penelitian ini dapat di jadikan sebagai dasar untuk

penelitian selanjutnya

1.5.4 Manfaat Praktis

3. Bagi BPS

Semoga memberi manfaat bagi lokasi penelitian dan dapat

menambah referensi dalam bidang ilmu kebidanan serta untuk

menghubungkan, dan menambah pengetahuan yang telah ada

tentang hubungan dukungan suami dengan pemberian ASI

Eksklusif pada bayi 0-6 Bulan 2019.

4. Bagi Responden

Semoga dapat menambah informasi yang lebih kepada

masyarakat mengenai pemberian ASI Eksklusif pada bayi 0-6

Bulan, serta menambah pengetahuan ibu menyusui.


10

BAB I

PENDAHULUAN

1.11Latar Belakang

ASI eksklusif menurut World Health Organization (WHO, 2011) adalah

memberikan hanya ASI saja tanpa memberikan makanan dan minuman lain

kepada bayi sejak lahir sampai berumur 6 bulan, kecuali obat dan vitamin.

Namun bukan berarti setelah pemberian ASI eksklusif pemberian ASI

eksklusif pemberian ASI dihentikan, akan tetapi tetap diberikan kepada bayi

sampai bayi berusia 2 tahun. ASI merupakan makanan pertama, utama, dan

terbaik bagi bayi, bersifat ilmiah. ASI eksklusif adalah bayi hanya diberi ASI

selama 6 bulan tanpa tambahan makanan cairan lain, seperti susu formula,

jeruk, madu, air teh, dan air putih, serta tanpa tambahan makanan padat ,

seperti pisang, bubur susu, biscuit, bubur nasi, dan nasi tim, kecuali vitamin,

mineral, dan obat (Prasetyono, 2009).

Air susu ibu (ASI) merupakan makanan yang terbaik bagi bayi karena

mengandung semua zat gizi dalam jumlah dan komposisi yang ideal yang

dibutuhkan oleh bayi untuk tumbuh dan berkembang secara optimal, terutama

pada umur 0 sampai 6 bulan. Pemberian ASI eksklusif kepada bayi umur 0 –

6 bulan sangat dianjurkan dan memberikan makanan pendamping ASI secara

benar setelah itu sampai bayi/anak berumur 2 tahun (Rinaningsih, 2007,

Tedjasaputra, 2010, Fewtrell et al, 2007). Bayi yang mendapatkan ASI

eksklusif merupakan bayi yang hanya menerima ASI saja sehingga tidak ada
11

cairan atau padatan lainnya diberikan, bahkan air dengan pengecualian

rehidrasi oral, atau tetes/sirup vitamin, mineralyang diberi ASI memiliki

risiko lebih rendah terkena penyakit degeneratif seperti penyakit darah tinggi,

diabetes tipe 2, dan obesitas pada saat dewasa (WHO dan Unicef, 2003)

Dampak negatif tidak di berikan asi yaitu Bertambahnya kerentanan

terhadap penyakit (baik anak maupun ibu) Menyusui diyakini dapat

mencegah 1/3 kejadian infeksi saluran pernapasan atas (ISPA), kejadian diare

dapat turun 50%, dan penyakit usus parah pada bayi prematur dapat

berkurang kejadiannya sebanyak 58%. Pada ibu, risiko kanker payudara juga

dapat menurun 6-10%.

Berdasarkan data WHO (2015) cakupan ASI eksklusif pada usia 0-6

bulan sebesar 43%. Hal ini sama dengan data yang diperoleh United Nations

International Children’s Emergency Fund (UNICEF) menunjukkan bahwa

cakupan ASI eksklusif dunia sebesar 43%. Hasil tersebut masih di bawah

target global menurut World Health Assembly (WHA) sebesar 50%.

Menurut Hasil Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun

2007 menyebutkan ada sepertiga (32%) bayi berumur di bawah enam bulan

yang mendapatkan ASI eksklusif. Empat dari sepuluh bayi yang berumur di

bawah empat bulan (41%) dan 48% bayi umur kurang dari dua bulan

mendapatkan ASI eksklusif.

Pemberian ASI eksklusif di Jawa Barat pada tahun 2016 sebesar 46,4%,

masih dibawah cakupan nasional 52,3% terlebih target nasional sebesar

80%.Data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Provinsi Jawa


12

Dari hasil pengambilan Data yang di lakukan di BPS XXX pada tahun

2019 bulan Januari - Maret terdapat 102 ibu nifas, yang memberikan ASI

Eksklusif sebanyak 87 ibu (85,29 % ).

Upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya kematian

balita adalah dengan pemberian Air Susu Ibu (ASI) segera setelah lahir

atau biasa disebut Inisiasi Menyusu Dini (IMD) serta pemberian ASI

eksklusif. Hal ini didukung oleh pernyataan United Nations Childrens Fund

(UNICEF), bahwa sebanyak 30.000 kematian bayi di Indonesia dan 10 juta

kematian anak balita di dunia pada tiap tahunnya bisa dicegah melalui

pemberian ASI secara eksklusif selama enam bulan sejak tanggal

kelahirannya, tanpa harus memberikan makanan serta minuman tambahan

kepada bayi

Di Indonesia melalui Keputusan Menteri Kesehatan Nomor

450/SK/Menkes/VIII/2004, tanggal 7 April 2004 telah menetapkan tentang

pentingnya pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan pada ibu di Indonesia,

namun menurut Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2013

menunjukkan bahwa baru 38% bayi mendapat ASI di Indonesia (Infodatin,

2013).

Keberhasilan pemberian ASI Eksklusif menurut Siti Fadilah mengatakan

“dapat dipengaruhi oleh adanya kepedulian dan dukungan dari suami.

Seorang suami dapat memberikan dukungan kepada istrinya dalam pemberian

ASI Eksklusif dengan bentuk dukungan yang berbeda”, menurut Friedman


13

dukungan dibedakan menjadi empat yaitu : dukungan penghargaan, dukungan

informasi, dukungan emosional dan dukungan instrumental.

Banyaknya bayi yang tidak mendapatkan ASI eksklusif disebabkan oleh

bebagai faktor,diantaranya dukungan dari berbagai pihak yang masih kurang,

salah satunya Dukungan suami. Keberhasilan ASI eksklusifakan lebih mudah

bila dukungan dari suami turut berperan. Menyusui memerlukan kondisi

emosional yang stabil, mengingat faktor psikologis ibu sangat mempengaruhi

produksi ASI,suami dan istri harus saling memahami betapa pentingnya

ukungan terhadap ibu yang sedang menyusui (Tasya,2012).

Menurut penelitian Vetty Priscilla1, Dwi Novrianda1, Suratno2 yang

berjudul, Dukungan Suami Terhadap Pemberian Asi Eksklusif Di Wilayah

Kerja Puskesmas Lubuk Kilangan Kota Padang Tahun 2011. Hasil penelitian

diperoleh bahwa dukungan instrumental dan penilaian bernilai positif

sedangkan dukungan emosional dan informasional bernilai negatif.

Selanjutnya terdapat hubungan yang bermakna antara dukungan emosional,

instrumental, informasional, dan penilaian suami terhadap pemberian ASI

eksklusif. Dukungan penilaian merupakan variabel yang paling tinggi

kekuatan hubungannya terhadap pemberian ASI eksklusif (b=0.119). Peneliti

menyarankan agar tenaga kesehatan memperluas sasaran promosi kesehatan

yang berhubungan dengan pemberian ASI eksklusif yang melibatkan suami

sebagai sasaran.

Penelitian Astri Faradillah Anka. R (2017). Yang berjudul Hubungan

Dukungan Suami Dengan Pemberian Asi Eksklusif Diwilayah Kerja


14

Puskesmas Perumnas Kota Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara. Penelitian

menunjukkan bahwa dari 45 responden yang menjadi obyek penelitian

sebanyak 24orang (53,3%) suami mau memberikan dukungan dalam

pemberian ASI eksklusif dan hasil uji chi squareyaitu nilaiX2hitung (8,013) ≥

X2tabel (3,841), hal ini berarti bahwa nilai X2hitung lebih besar

dibandingkan X2 tabel maka H1 diterima H0 ditolak dengan taraf hubungan

signifikan α = 0,05.

Penelitian Indriyani Bakri (2018). Hasil penelitian ini yang menunjukkan

bahwa ibu yang memberikan ASI eksklusif sebanyak 65,1% serta ibu yang

mendapat dukungan suami yang baik sebanyak 59%. Hasil uji statistik

menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara dukungan suami dengan

pemberian ASI eksklusif dengan p value sebesar 0,220 dan Odd Ratio sebesar

1,97. Diharapkan suami dapat mendampingi ibu dalam kegiatan posyandu

atau pemeriksaan kesehatan ibu dan anak sehingga dapat menambah

informasi terutama untuk suami dalam mendukung istrinya memberikan ASI

eksklusif kepada anaknya.

Berdasarkan studi pendahuluan dari 10 ibu nifas mengatakan bahwa 80%

suami lebih mendukung jika bayi diberikan ASI eksklusif. Maka dari itu,

peneliti merasa tertarik untuk mengambil judul “Factor-Faktor Yang

Mempengaruhi Dukungan Suami Terhadap Pemberian ASI Eksklusif Pada

Bayi 0-6 Bulan Di BPS XXX Tahun 2019”.

1.12Rumusan Masalah
15

Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan pada tahun 2018 terdapat 6090

ibu nifas ibu dan 6077 (99,79%) ibu yang memberikan ASI Eksklusif.

Berdasarkan dari laporan jumlah ibu nifas yang menyusui pada tahun 2018

sebanyak 73.

Berdasarkan dari data tersebut diketahui bahwa masih cukup tinggi ibu

yang tida memberikan ASI secata Eksklusif sehingga perlu di lakukan

penelitian untuk mengetahui faktot-faktor apa saja yang mempengaruhi

dukungan suami terhadap pemberian ASI Eksklusif pada bayi 0-6 Bulan di

BPS XXX Tahun 2019

1.13Tujuan

1.13.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui faktor faktor yang mempengaruhi Dukungan

Suami terhadap pemberian ASI Eksklusif pada bayi 0-6 Bulan di BPS

XXX Tahun 2019.

1.13.2 Tujuan Khusus

17. Di ketahuinya distribusi frekuensi faktor dukungan penghargaan

suami terhadap pemberian ASI Eksklusif pada bayi 0-6 Bulan di

BPS XXX Tahun 2019.

18. Di ketahuinya distribusi frekuensi faktor Dukungan informasi

suami terhadap pemberian ASI Eksklusif pada bayi 0-6 Bulan di

BPS XXX Tahun 2019.


16

19. Di ketahuinya distribusi frekuensi faktor Dukungan emosional

suami terhadap pemberian asi Eksklusif pada bayi 0-6 Bulan di

BPS XXX Tahun 2019.

20. Di ketahuinya distribusi frekuensi faktor Dukungan instrumental

suami terhadap pemberian ASI Eksklusif pada bayi 0-6 Bulan di

BPS XXX Tahun 2019.

21. Di ketahui adanya hubungan faktor dukungan penghargaan suami

terhadap pemberian ASI Eksklusif pada bayi 0-6 bulan di BPS

XXX Tahun 2019.

22. Di ketahui adanya hubungan faktor dukungan informas suami

terhadap pemberian ASI Eksklusif pada bayi 0-6 bulan di BPS

XXX Tahun 2019.

23. Di ketahui adanya hubungan faktor dukungan emosional suami

terhadap pemberian ASI Eksklusif pada bayi 0-6 bulan di BPS

XXX Tahun 2019.

24. Di ketahui ada nya hubungan faktor dukungan instrumental suami

terhadap pemberian ASI Eksklusif pada bayi 0-6 bulan di BPS

XXX Tahun 2019.

1.14Ruang Lingkup

Ruang lingkup penelitian hanya membahas Faktor-Faktor Yang

Mempengaruhi Dukungan Suami terhadap Pemberian Asi Ekslusif Pada Bayi


17

0-6 Bulan Di BPS XXX Tahun 2019, meliputi Dukungan Penghargaan,

Dukungan Informasi, Dukungan Emosinal, Dukungan Instrumental.

Penelitian ini dilakukan karena masih terdapat ibu yang tidak memberikan

ASI Ekslisif pada bayi 0-6 bulan, disebabkan karena kurangnya dukungan

suami pada ibu menyusui. Adapun populasi dalam penelitian ini adalah ibu

menyusui pada periode Januari-Maret 2019. Yakni sebanyak 102 orang.

fenelitian ini menggunakan metode survey analitik yaitu bagaimana dan

mengapa fenomena itu terjadi kemudian melakukan analisis dinamika korelasi

antara fenomena baik antara faktor resiko dengan factor efek. Dengan dengan

pendekaran cross sectional, dan cara pengambilan sampel menggunakan

teknik randem sampling dengan mengambil 20 orang ibu menyusui sebagai

responden dalam penelitian.

1.15Manfaat Penelitian

Penelitian dilakukan agar diharapkan dapat memberikan manfaat badi

berbagai pihak meliputi:

1.5.5 Manfaat Teoritis

7. Bagi institusi pendidikan

Sebagai wawasan bagi institusi pendidikan dalam proses

belajar khususnya dalam metodologi riset statisticdan kebidanan

dapat juga di jadikan sumber bahan bacaan kesehatan dan

metodologi penelitian kebidanan tentang dukungan suami dengan

pemberian ASI Eksklusif pada bayi 0-6 Bulan


18

8. Bagi Peneliti

Untuk menanbah wawasan peneliti mengenai riset kesehatan

dan khususnya tentang masalah kebidanan dan dapat menambah

pengetahuan secara langsung mengenai dukungan suami dengan

memberikan ASI Eksklusif pada bayi 0-6 Bulan.

9. Bagi peneliti selanjutnya

Hasil penelitian ini dapat di jadikan sebagai dasar untuk

penelitian selanjutnya

1.5.6 Manfaat Praktis

5. Bagi BPS

Semoga memberi manfaat bagi lokasi penelitian dan dapat

menambah referensi dalam bidang ilmu kebidanan serta untuk

menghubungkan, dan menambah pengetahuan yang telah ada

tentang hubungan dukungan suami dengan pemberian ASI

Eksklusif pada bayi 0-6 Bulan 2019.

6. Bagi Responden

Semoga dapat menambah informasi yang lebih kepada

masyarakat mengenai pemberian ASI Eksklusif pada bayi 0-6

Bulan, serta menambah pengetahuan ibu menyusui.


19

BAB I

PENDAHULUAN

1.16Latar Belakang

ASI eksklusif menurut World Health Organization (WHO, 2011) adalah

memberikan hanya ASI saja tanpa memberikan makanan dan minuman lain

kepada bayi sejak lahir sampai berumur 6 bulan, kecuali obat dan vitamin.

Namun bukan berarti setelah pemberian ASI eksklusif pemberian ASI

eksklusif pemberian ASI dihentikan, akan tetapi tetap diberikan kepada bayi

sampai bayi berusia 2 tahun. ASI merupakan makanan pertama, utama, dan

terbaik bagi bayi, bersifat ilmiah. ASI eksklusif adalah bayi hanya diberi ASI

selama 6 bulan tanpa tambahan makanan cairan lain, seperti susu formula,

jeruk, madu, air teh, dan air putih, serta tanpa tambahan makanan padat ,

seperti pisang, bubur susu, biscuit, bubur nasi, dan nasi tim, kecuali vitamin,

mineral, dan obat (Prasetyono, 2009).

Air susu ibu (ASI) merupakan makanan yang terbaik bagi bayi karena

mengandung semua zat gizi dalam jumlah dan komposisi yang ideal yang

dibutuhkan oleh bayi untuk tumbuh dan berkembang secara optimal, terutama

pada umur 0 sampai 6 bulan. Pemberian ASI eksklusif kepada bayi umur 0 –

6 bulan sangat dianjurkan dan memberikan makanan pendamping ASI secara

benar setelah itu sampai bayi/anak berumur 2 tahun (Rinaningsih, 2007,

Tedjasaputra, 2010, Fewtrell et al, 2007). Bayi yang mendapatkan ASI

eksklusif merupakan bayi yang hanya menerima ASI saja sehingga tidak ada
20

cairan atau padatan lainnya diberikan, bahkan air dengan pengecualian

rehidrasi oral, atau tetes/sirup vitamin, mineralyang diberi ASI memiliki

risiko lebih rendah terkena penyakit degeneratif seperti penyakit darah tinggi,

diabetes tipe 2, dan obesitas pada saat dewasa (WHO dan Unicef, 2003)

Dampak negatif tidak di berikan asi yaitu Bertambahnya kerentanan

terhadap penyakit (baik anak maupun ibu) Menyusui diyakini dapat

mencegah 1/3 kejadian infeksi saluran pernapasan atas (ISPA), kejadian diare

dapat turun 50%, dan penyakit usus parah pada bayi prematur dapat

berkurang kejadiannya sebanyak 58%. Pada ibu, risiko kanker payudara juga

dapat menurun 6-10%.

Berdasarkan data WHO (2015) cakupan ASI eksklusif pada usia 0-6

bulan sebesar 43%. Hal ini sama dengan data yang diperoleh United Nations

International Children’s Emergency Fund (UNICEF) menunjukkan bahwa

cakupan ASI eksklusif dunia sebesar 43%. Hasil tersebut masih di bawah

target global menurut World Health Assembly (WHA) sebesar 50%.

Menurut Hasil Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun

2007 menyebutkan ada sepertiga (32%) bayi berumur di bawah enam bulan

yang mendapatkan ASI eksklusif. Empat dari sepuluh bayi yang berumur di

bawah empat bulan (41%) dan 48% bayi umur kurang dari dua bulan

mendapatkan ASI eksklusif.

Pemberian ASI eksklusif di Jawa Barat pada tahun 2016 sebesar 46,4%,

masih dibawah cakupan nasional 52,3% terlebih target nasional sebesar

80%.Data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Provinsi Jawa


21

Dari hasil pengambilan Data yang di lakukan di BPS XXX pada tahun

2019 bulan Januari - Maret terdapat 102 ibu nifas, yang memberikan ASI

Eksklusif sebanyak 87 ibu (85,29 % ).

Upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya kematian

balita adalah dengan pemberian Air Susu Ibu (ASI) segera setelah lahir

atau biasa disebut Inisiasi Menyusu Dini (IMD) serta pemberian ASI

eksklusif. Hal ini didukung oleh pernyataan United Nations Childrens Fund

(UNICEF), bahwa sebanyak 30.000 kematian bayi di Indonesia dan 10 juta

kematian anak balita di dunia pada tiap tahunnya bisa dicegah melalui

pemberian ASI secara eksklusif selama enam bulan sejak tanggal

kelahirannya, tanpa harus memberikan makanan serta minuman tambahan

kepada bayi

Di Indonesia melalui Keputusan Menteri Kesehatan Nomor

450/SK/Menkes/VIII/2004, tanggal 7 April 2004 telah menetapkan tentang

pentingnya pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan pada ibu di Indonesia,

namun menurut Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2013

menunjukkan bahwa baru 38% bayi mendapat ASI di Indonesia (Infodatin,

2013).

Keberhasilan pemberian ASI Eksklusif menurut Siti Fadilah mengatakan

“dapat dipengaruhi oleh adanya kepedulian dan dukungan dari suami.

Seorang suami dapat memberikan dukungan kepada istrinya dalam pemberian

ASI Eksklusif dengan bentuk dukungan yang berbeda”, menurut Friedman


22

dukungan dibedakan menjadi empat yaitu : dukungan penghargaan, dukungan

informasi, dukungan emosional dan dukungan instrumental.

Banyaknya bayi yang tidak mendapatkan ASI eksklusif disebabkan oleh

bebagai faktor,diantaranya dukungan dari berbagai pihak yang masih kurang,

salah satunya Dukungan suami. Keberhasilan ASI eksklusifakan lebih mudah

bila dukungan dari suami turut berperan. Menyusui memerlukan kondisi

emosional yang stabil, mengingat faktor psikologis ibu sangat mempengaruhi

produksi ASI,suami dan istri harus saling memahami betapa pentingnya

ukungan terhadap ibu yang sedang menyusui (Tasya,2012).

Menurut penelitian Vetty Priscilla1, Dwi Novrianda1, Suratno2 yang

berjudul, Dukungan Suami Terhadap Pemberian Asi Eksklusif Di Wilayah

Kerja Puskesmas Lubuk Kilangan Kota Padang Tahun 2011. Hasil penelitian

diperoleh bahwa dukungan instrumental dan penilaian bernilai positif

sedangkan dukungan emosional dan informasional bernilai negatif.

Selanjutnya terdapat hubungan yang bermakna antara dukungan emosional,

instrumental, informasional, dan penilaian suami terhadap pemberian ASI

eksklusif. Dukungan penilaian merupakan variabel yang paling tinggi

kekuatan hubungannya terhadap pemberian ASI eksklusif (b=0.119). Peneliti

menyarankan agar tenaga kesehatan memperluas sasaran promosi kesehatan

yang berhubungan dengan pemberian ASI eksklusif yang melibatkan suami

sebagai sasaran.

Penelitian Astri Faradillah Anka. R (2017). Yang berjudul Hubungan

Dukungan Suami Dengan Pemberian Asi Eksklusif Diwilayah Kerja


23

Puskesmas Perumnas Kota Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara. Penelitian

menunjukkan bahwa dari 45 responden yang menjadi obyek penelitian

sebanyak 24orang (53,3%) suami mau memberikan dukungan dalam

pemberian ASI eksklusif dan hasil uji chi squareyaitu nilaiX2hitung (8,013) ≥

X2tabel (3,841), hal ini berarti bahwa nilai X2hitung lebih besar

dibandingkan X2 tabel maka H1 diterima H0 ditolak dengan taraf hubungan

signifikan α = 0,05.

Penelitian Indriyani Bakri (2018). Hasil penelitian ini yang menunjukkan

bahwa ibu yang memberikan ASI eksklusif sebanyak 65,1% serta ibu yang

mendapat dukungan suami yang baik sebanyak 59%. Hasil uji statistik

menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara dukungan suami dengan

pemberian ASI eksklusif dengan p value sebesar 0,220 dan Odd Ratio sebesar

1,97. Diharapkan suami dapat mendampingi ibu dalam kegiatan posyandu

atau pemeriksaan kesehatan ibu dan anak sehingga dapat menambah

informasi terutama untuk suami dalam mendukung istrinya memberikan ASI

eksklusif kepada anaknya.

Berdasarkan studi pendahuluan dari 10 ibu nifas mengatakan bahwa 80%

suami lebih mendukung jika bayi diberikan ASI eksklusif. Maka dari itu,

peneliti merasa tertarik untuk mengambil judul “Factor-Faktor Yang

Mempengaruhi Dukungan Suami Terhadap Pemberian ASI Eksklusif Pada

Bayi 0-6 Bulan Di BPS XXX Tahun 2019”.

1.17Rumusan Masalah
24

Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan pada tahun 2018 terdapat 6090

ibu nifas ibu dan 6077 (99,79%) ibu yang memberikan ASI Eksklusif.

Berdasarkan dari laporan jumlah ibu nifas yang menyusui pada tahun 2018

sebanyak 73.

Berdasarkan dari data tersebut diketahui bahwa masih cukup tinggi ibu

yang tida memberikan ASI secata Eksklusif sehingga perlu di lakukan

penelitian untuk mengetahui faktot-faktor apa saja yang mempengaruhi

dukungan suami terhadap pemberian ASI Eksklusif pada bayi 0-6 Bulan di

BPS XXX Tahun 2019

1.18Tujuan

1.18.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui faktor faktor yang mempengaruhi Dukungan

Suami terhadap pemberian ASI Eksklusif pada bayi 0-6 Bulan di BPS

XXX Tahun 2019.

1.18.2 Tujuan Khusus

25. Di ketahuinya distribusi frekuensi faktor dukungan penghargaan

suami terhadap pemberian ASI Eksklusif pada bayi 0-6 Bulan di

BPS XXX Tahun 2019.

26. Di ketahuinya distribusi frekuensi faktor Dukungan informasi

suami terhadap pemberian ASI Eksklusif pada bayi 0-6 Bulan di

BPS XXX Tahun 2019.


25

27. Di ketahuinya distribusi frekuensi faktor Dukungan emosional

suami terhadap pemberian asi Eksklusif pada bayi 0-6 Bulan di

BPS XXX Tahun 2019.

28. Di ketahuinya distribusi frekuensi faktor Dukungan instrumental

suami terhadap pemberian ASI Eksklusif pada bayi 0-6 Bulan di

BPS XXX Tahun 2019.

29. Di ketahui adanya hubungan faktor dukungan penghargaan suami

terhadap pemberian ASI Eksklusif pada bayi 0-6 bulan di BPS

XXX Tahun 2019.

30. Di ketahui adanya hubungan faktor dukungan informas suami

terhadap pemberian ASI Eksklusif pada bayi 0-6 bulan di BPS

XXX Tahun 2019.

31. Di ketahui adanya hubungan faktor dukungan emosional suami

terhadap pemberian ASI Eksklusif pada bayi 0-6 bulan di BPS

XXX Tahun 2019.

32. Di ketahui ada nya hubungan faktor dukungan instrumental suami

terhadap pemberian ASI Eksklusif pada bayi 0-6 bulan di BPS

XXX Tahun 2019.

1.19Ruang Lingkup

Ruang lingkup penelitian hanya membahas Faktor-Faktor Yang

Mempengaruhi Dukungan Suami terhadap Pemberian Asi Ekslusif Pada Bayi


26

0-6 Bulan Di BPS XXX Tahun 2019, meliputi Dukungan Penghargaan,

Dukungan Informasi, Dukungan Emosinal, Dukungan Instrumental.

Penelitian ini dilakukan karena masih terdapat ibu yang tidak memberikan

ASI Ekslisif pada bayi 0-6 bulan, disebabkan karena kurangnya dukungan

suami pada ibu menyusui. Adapun populasi dalam penelitian ini adalah ibu

menyusui pada periode Januari-Maret 2019. Yakni sebanyak 102 orang.

fenelitian ini menggunakan metode survey analitik yaitu bagaimana dan

mengapa fenomena itu terjadi kemudian melakukan analisis dinamika korelasi

antara fenomena baik antara faktor resiko dengan factor efek. Dengan dengan

pendekaran cross sectional, dan cara pengambilan sampel menggunakan

teknik randem sampling dengan mengambil 20 orang ibu menyusui sebagai

responden dalam penelitian.

1.20Manfaat Penelitian

Penelitian dilakukan agar diharapkan dapat memberikan manfaat badi

berbagai pihak meliputi:

1.5.7 Manfaat Teoritis

10. Bagi institusi pendidikan

Sebagai wawasan bagi institusi pendidikan dalam proses

belajar khususnya dalam metodologi riset statisticdan kebidanan

dapat juga di jadikan sumber bahan bacaan kesehatan dan

metodologi penelitian kebidanan tentang dukungan suami dengan

pemberian ASI Eksklusif pada bayi 0-6 Bulan


27

11. Bagi Peneliti

Untuk menanbah wawasan peneliti mengenai riset kesehatan

dan khususnya tentang masalah kebidanan dan dapat menambah

pengetahuan secara langsung mengenai dukungan suami dengan

memberikan ASI Eksklusif pada bayi 0-6 Bulan.

12. Bagi peneliti selanjutnya

Hasil penelitian ini dapat di jadikan sebagai dasar untuk

penelitian selanjutnya

1.5.8 Manfaat Praktis

7. Bagi BPS

Semoga memberi manfaat bagi lokasi penelitian dan dapat

menambah referensi dalam bidang ilmu kebidanan serta untuk

menghubungkan, dan menambah pengetahuan yang telah ada

tentang hubungan dukungan suami dengan pemberian ASI

Eksklusif pada bayi 0-6 Bulan 2019.

8. Bagi Responden

Semoga dapat menambah informasi yang lebih kepada

masyarakat mengenai pemberian ASI Eksklusif pada bayi 0-6

Bulan, serta menambah pengetahuan ibu menyusui.


28

BAB I

PENDAHULUAN

1.21Latar Belakang

ASI eksklusif menurut World Health Organization (WHO, 2011) adalah

memberikan hanya ASI saja tanpa memberikan makanan dan minuman lain

kepada bayi sejak lahir sampai berumur 6 bulan, kecuali obat dan vitamin.

Namun bukan berarti setelah pemberian ASI eksklusif pemberian ASI

eksklusif pemberian ASI dihentikan, akan tetapi tetap diberikan kepada bayi

sampai bayi berusia 2 tahun. ASI merupakan makanan pertama, utama, dan

terbaik bagi bayi, bersifat ilmiah. ASI eksklusif adalah bayi hanya diberi ASI

selama 6 bulan tanpa tambahan makanan cairan lain, seperti susu formula,

jeruk, madu, air teh, dan air putih, serta tanpa tambahan makanan padat ,

seperti pisang, bubur susu, biscuit, bubur nasi, dan nasi tim, kecuali vitamin,

mineral, dan obat (Prasetyono, 2009).

Air susu ibu (ASI) merupakan makanan yang terbaik bagi bayi karena

mengandung semua zat gizi dalam jumlah dan komposisi yang ideal yang

dibutuhkan oleh bayi untuk tumbuh dan berkembang secara optimal, terutama

pada umur 0 sampai 6 bulan. Pemberian ASI eksklusif kepada bayi umur 0 –

6 bulan sangat dianjurkan dan memberikan makanan pendamping ASI secara

benar setelah itu sampai bayi/anak berumur 2 tahun (Rinaningsih, 2007,

Tedjasaputra, 2010, Fewtrell et al, 2007). Bayi yang mendapatkan ASI

eksklusif merupakan bayi yang hanya menerima ASI saja sehingga tidak ada
29

cairan atau padatan lainnya diberikan, bahkan air dengan pengecualian

rehidrasi oral, atau tetes/sirup vitamin, mineralyang diberi ASI memiliki

risiko lebih rendah terkena penyakit degeneratif seperti penyakit darah tinggi,

diabetes tipe 2, dan obesitas pada saat dewasa (WHO dan Unicef, 2003)

Dampak negatif tidak di berikan asi yaitu Bertambahnya kerentanan

terhadap penyakit (baik anak maupun ibu) Menyusui diyakini dapat

mencegah 1/3 kejadian infeksi saluran pernapasan atas (ISPA), kejadian diare

dapat turun 50%, dan penyakit usus parah pada bayi prematur dapat

berkurang kejadiannya sebanyak 58%. Pada ibu, risiko kanker payudara juga

dapat menurun 6-10%.

Berdasarkan data WHO (2015) cakupan ASI eksklusif pada usia 0-6

bulan sebesar 43%. Hal ini sama dengan data yang diperoleh United Nations

International Children’s Emergency Fund (UNICEF) menunjukkan bahwa

cakupan ASI eksklusif dunia sebesar 43%. Hasil tersebut masih di bawah

target global menurut World Health Assembly (WHA) sebesar 50%.

Menurut Hasil Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun

2007 menyebutkan ada sepertiga (32%) bayi berumur di bawah enam bulan

yang mendapatkan ASI eksklusif. Empat dari sepuluh bayi yang berumur di

bawah empat bulan (41%) dan 48% bayi umur kurang dari dua bulan

mendapatkan ASI eksklusif.

Pemberian ASI eksklusif di Jawa Barat pada tahun 2016 sebesar 46,4%,

masih dibawah cakupan nasional 52,3% terlebih target nasional sebesar

80%.Data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Provinsi Jawa


30

Dari hasil pengambilan Data yang di lakukan di BPS XXX pada tahun

2019 bulan Januari - Maret terdapat 102 ibu nifas, yang memberikan ASI

Eksklusif sebanyak 87 ibu (85,29 % ).

Upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya kematian

balita adalah dengan pemberian Air Susu Ibu (ASI) segera setelah lahir

atau biasa disebut Inisiasi Menyusu Dini (IMD) serta pemberian ASI

eksklusif. Hal ini didukung oleh pernyataan United Nations Childrens Fund

(UNICEF), bahwa sebanyak 30.000 kematian bayi di Indonesia dan 10 juta

kematian anak balita di dunia pada tiap tahunnya bisa dicegah melalui

pemberian ASI secara eksklusif selama enam bulan sejak tanggal

kelahirannya, tanpa harus memberikan makanan serta minuman tambahan

kepada bayi

Di Indonesia melalui Keputusan Menteri Kesehatan Nomor

450/SK/Menkes/VIII/2004, tanggal 7 April 2004 telah menetapkan tentang

pentingnya pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan pada ibu di Indonesia,

namun menurut Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2013

menunjukkan bahwa baru 38% bayi mendapat ASI di Indonesia (Infodatin,

2013).

Keberhasilan pemberian ASI Eksklusif menurut Siti Fadilah mengatakan

“dapat dipengaruhi oleh adanya kepedulian dan dukungan dari suami.

Seorang suami dapat memberikan dukungan kepada istrinya dalam pemberian

ASI Eksklusif dengan bentuk dukungan yang berbeda”, menurut Friedman


31

dukungan dibedakan menjadi empat yaitu : dukungan penghargaan, dukungan

informasi, dukungan emosional dan dukungan instrumental.

Banyaknya bayi yang tidak mendapatkan ASI eksklusif disebabkan oleh

bebagai faktor,diantaranya dukungan dari berbagai pihak yang masih kurang,

salah satunya Dukungan suami. Keberhasilan ASI eksklusifakan lebih mudah

bila dukungan dari suami turut berperan. Menyusui memerlukan kondisi

emosional yang stabil, mengingat faktor psikologis ibu sangat mempengaruhi

produksi ASI,suami dan istri harus saling memahami betapa pentingnya

ukungan terhadap ibu yang sedang menyusui (Tasya,2012).

Menurut penelitian Vetty Priscilla1, Dwi Novrianda1, Suratno2 yang

berjudul, Dukungan Suami Terhadap Pemberian Asi Eksklusif Di Wilayah

Kerja Puskesmas Lubuk Kilangan Kota Padang Tahun 2011. Hasil penelitian

diperoleh bahwa dukungan instrumental dan penilaian bernilai positif

sedangkan dukungan emosional dan informasional bernilai negatif.

Selanjutnya terdapat hubungan yang bermakna antara dukungan emosional,

instrumental, informasional, dan penilaian suami terhadap pemberian ASI

eksklusif. Dukungan penilaian merupakan variabel yang paling tinggi

kekuatan hubungannya terhadap pemberian ASI eksklusif (b=0.119). Peneliti

menyarankan agar tenaga kesehatan memperluas sasaran promosi kesehatan

yang berhubungan dengan pemberian ASI eksklusif yang melibatkan suami

sebagai sasaran.

Penelitian Astri Faradillah Anka. R (2017). Yang berjudul Hubungan

Dukungan Suami Dengan Pemberian Asi Eksklusif Diwilayah Kerja


32

Puskesmas Perumnas Kota Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara. Penelitian

menunjukkan bahwa dari 45 responden yang menjadi obyek penelitian

sebanyak 24orang (53,3%) suami mau memberikan dukungan dalam

pemberian ASI eksklusif dan hasil uji chi squareyaitu nilaiX2hitung (8,013) ≥

X2tabel (3,841), hal ini berarti bahwa nilai X2hitung lebih besar

dibandingkan X2 tabel maka H1 diterima H0 ditolak dengan taraf hubungan

signifikan α = 0,05.

Penelitian Indriyani Bakri (2018). Hasil penelitian ini yang menunjukkan

bahwa ibu yang memberikan ASI eksklusif sebanyak 65,1% serta ibu yang

mendapat dukungan suami yang baik sebanyak 59%. Hasil uji statistik

menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara dukungan suami dengan

pemberian ASI eksklusif dengan p value sebesar 0,220 dan Odd Ratio sebesar

1,97. Diharapkan suami dapat mendampingi ibu dalam kegiatan posyandu

atau pemeriksaan kesehatan ibu dan anak sehingga dapat menambah

informasi terutama untuk suami dalam mendukung istrinya memberikan ASI

eksklusif kepada anaknya.

Berdasarkan studi pendahuluan dari 10 ibu nifas mengatakan bahwa 80%

suami lebih mendukung jika bayi diberikan ASI eksklusif. Maka dari itu,

peneliti merasa tertarik untuk mengambil judul “Factor-Faktor Yang

Mempengaruhi Dukungan Suami Terhadap Pemberian ASI Eksklusif Pada

Bayi 0-6 Bulan Di BPS XXX Tahun 2019”.

1.22Rumusan Masalah
33

Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan pada tahun 2018 terdapat 6090

ibu nifas ibu dan 6077 (99,79%) ibu yang memberikan ASI Eksklusif.

Berdasarkan dari laporan jumlah ibu nifas yang menyusui pada tahun 2018

sebanyak 73.

Berdasarkan dari data tersebut diketahui bahwa masih cukup tinggi ibu

yang tida memberikan ASI secata Eksklusif sehingga perlu di lakukan

penelitian untuk mengetahui faktot-faktor apa saja yang mempengaruhi

dukungan suami terhadap pemberian ASI Eksklusif pada bayi 0-6 Bulan di

BPS XXX Tahun 2019

1.23Tujuan

1.23.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui faktor faktor yang mempengaruhi Dukungan

Suami terhadap pemberian ASI Eksklusif pada bayi 0-6 Bulan di BPS

XXX Tahun 2019.

1.23.2 Tujuan Khusus

33. Di ketahuinya distribusi frekuensi faktor dukungan penghargaan

suami terhadap pemberian ASI Eksklusif pada bayi 0-6 Bulan di

BPS XXX Tahun 2019.

34. Di ketahuinya distribusi frekuensi faktor Dukungan informasi

suami terhadap pemberian ASI Eksklusif pada bayi 0-6 Bulan di

BPS XXX Tahun 2019.


34

35. Di ketahuinya distribusi frekuensi faktor Dukungan emosional

suami terhadap pemberian asi Eksklusif pada bayi 0-6 Bulan di

BPS XXX Tahun 2019.

36. Di ketahuinya distribusi frekuensi faktor Dukungan instrumental

suami terhadap pemberian ASI Eksklusif pada bayi 0-6 Bulan di

BPS XXX Tahun 2019.

37. Di ketahui adanya hubungan faktor dukungan penghargaan suami

terhadap pemberian ASI Eksklusif pada bayi 0-6 bulan di BPS

XXX Tahun 2019.

38. Di ketahui adanya hubungan faktor dukungan informas suami

terhadap pemberian ASI Eksklusif pada bayi 0-6 bulan di BPS

XXX Tahun 2019.

39. Di ketahui adanya hubungan faktor dukungan emosional suami

terhadap pemberian ASI Eksklusif pada bayi 0-6 bulan di BPS

XXX Tahun 2019.

40. Di ketahui ada nya hubungan faktor dukungan instrumental suami

terhadap pemberian ASI Eksklusif pada bayi 0-6 bulan di BPS

XXX Tahun 2019.

1.24Ruang Lingkup

Ruang lingkup penelitian hanya membahas Faktor-Faktor Yang

Mempengaruhi Dukungan Suami terhadap Pemberian Asi Ekslusif Pada Bayi


35

0-6 Bulan Di BPS XXX Tahun 2019, meliputi Dukungan Penghargaan,

Dukungan Informasi, Dukungan Emosinal, Dukungan Instrumental.

Penelitian ini dilakukan karena masih terdapat ibu yang tidak memberikan

ASI Ekslisif pada bayi 0-6 bulan, disebabkan karena kurangnya dukungan

suami pada ibu menyusui. Adapun populasi dalam penelitian ini adalah ibu

menyusui pada periode Januari-Maret 2019. Yakni sebanyak 102 orang.

fenelitian ini menggunakan metode survey analitik yaitu bagaimana dan

mengapa fenomena itu terjadi kemudian melakukan analisis dinamika korelasi

antara fenomena baik antara faktor resiko dengan factor efek. Dengan dengan

pendekaran cross sectional, dan cara pengambilan sampel menggunakan

teknik randem sampling dengan mengambil 20 orang ibu menyusui sebagai

responden dalam penelitian.

1.25Manfaat Penelitian

Penelitian dilakukan agar diharapkan dapat memberikan manfaat badi

berbagai pihak meliputi:

1.5.9 Manfaat Teoritis

13. Bagi institusi pendidikan

Sebagai wawasan bagi institusi pendidikan dalam proses

belajar khususnya dalam metodologi riset statisticdan kebidanan

dapat juga di jadikan sumber bahan bacaan kesehatan dan

metodologi penelitian kebidanan tentang dukungan suami dengan

pemberian ASI Eksklusif pada bayi 0-6 Bulan


36

14. Bagi Peneliti

Untuk menanbah wawasan peneliti mengenai riset kesehatan

dan khususnya tentang masalah kebidanan dan dapat menambah

pengetahuan secara langsung mengenai dukungan suami dengan

memberikan ASI Eksklusif pada bayi 0-6 Bulan.

15. Bagi peneliti selanjutnya

Hasil penelitian ini dapat di jadikan sebagai dasar untuk

penelitian selanjutnya

1.5.10 Manfaat Praktis

9. Bagi BPS

Semoga memberi manfaat bagi lokasi penelitian dan dapat

menambah referensi dalam bidang ilmu kebidanan serta untuk

menghubungkan, dan menambah pengetahuan yang telah ada

tentang hubungan dukungan suami dengan pemberian ASI

Eksklusif pada bayi 0-6 Bulan 2019.

10. Bagi Responden

Semoga dapat menambah informasi yang lebih kepada

masyarakat mengenai pemberian ASI Eksklusif pada bayi 0-6

Bulan, serta menambah pengetahuan ibu menyusui.


37

BAB I

PENDAHULUAN

1.26Latar Belakang

ASI eksklusif menurut World Health Organization (WHO, 2011) adalah

memberikan hanya ASI saja tanpa memberikan makanan dan minuman lain

kepada bayi sejak lahir sampai berumur 6 bulan, kecuali obat dan vitamin.

Namun bukan berarti setelah pemberian ASI eksklusif pemberian ASI

eksklusif pemberian ASI dihentikan, akan tetapi tetap diberikan kepada bayi

sampai bayi berusia 2 tahun. ASI merupakan makanan pertama, utama, dan

terbaik bagi bayi, bersifat ilmiah. ASI eksklusif adalah bayi hanya diberi ASI

selama 6 bulan tanpa tambahan makanan cairan lain, seperti susu formula,

jeruk, madu, air teh, dan air putih, serta tanpa tambahan makanan padat ,

seperti pisang, bubur susu, biscuit, bubur nasi, dan nasi tim, kecuali vitamin,

mineral, dan obat (Prasetyono, 2009).

Air susu ibu (ASI) merupakan makanan yang terbaik bagi bayi karena

mengandung semua zat gizi dalam jumlah dan komposisi yang ideal yang

dibutuhkan oleh bayi untuk tumbuh dan berkembang secara optimal, terutama

pada umur 0 sampai 6 bulan. Pemberian ASI eksklusif kepada bayi umur 0 –

6 bulan sangat dianjurkan dan memberikan makanan pendamping ASI secara

benar setelah itu sampai bayi/anak berumur 2 tahun (Rinaningsih, 2007,

Tedjasaputra, 2010, Fewtrell et al, 2007). Bayi yang mendapatkan ASI

eksklusif merupakan bayi yang hanya menerima ASI saja sehingga tidak ada
38

cairan atau padatan lainnya diberikan, bahkan air dengan pengecualian

rehidrasi oral, atau tetes/sirup vitamin, mineralyang diberi ASI memiliki

risiko lebih rendah terkena penyakit degeneratif seperti penyakit darah tinggi,

diabetes tipe 2, dan obesitas pada saat dewasa (WHO dan Unicef, 2003)

Dampak negatif tidak di berikan asi yaitu Bertambahnya kerentanan

terhadap penyakit (baik anak maupun ibu) Menyusui diyakini dapat

mencegah 1/3 kejadian infeksi saluran pernapasan atas (ISPA), kejadian diare

dapat turun 50%, dan penyakit usus parah pada bayi prematur dapat

berkurang kejadiannya sebanyak 58%. Pada ibu, risiko kanker payudara juga

dapat menurun 6-10%.

Berdasarkan data WHO (2015) cakupan ASI eksklusif pada usia 0-6

bulan sebesar 43%. Hal ini sama dengan data yang diperoleh United Nations

International Children’s Emergency Fund (UNICEF) menunjukkan bahwa

cakupan ASI eksklusif dunia sebesar 43%. Hasil tersebut masih di bawah

target global menurut World Health Assembly (WHA) sebesar 50%.

Menurut Hasil Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun

2007 menyebutkan ada sepertiga (32%) bayi berumur di bawah enam bulan

yang mendapatkan ASI eksklusif. Empat dari sepuluh bayi yang berumur di

bawah empat bulan (41%) dan 48% bayi umur kurang dari dua bulan

mendapatkan ASI eksklusif.

Pemberian ASI eksklusif di Jawa Barat pada tahun 2016 sebesar 46,4%,

masih dibawah cakupan nasional 52,3% terlebih target nasional sebesar

80%.Data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Provinsi Jawa


39

Dari hasil pengambilan Data yang di lakukan di BPS XXX pada tahun

2019 bulan Januari - Maret terdapat 102 ibu nifas, yang memberikan ASI

Eksklusif sebanyak 87 ibu (85,29 % ).

Upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya kematian

balita adalah dengan pemberian Air Susu Ibu (ASI) segera setelah lahir

atau biasa disebut Inisiasi Menyusu Dini (IMD) serta pemberian ASI

eksklusif. Hal ini didukung oleh pernyataan United Nations Childrens Fund

(UNICEF), bahwa sebanyak 30.000 kematian bayi di Indonesia dan 10 juta

kematian anak balita di dunia pada tiap tahunnya bisa dicegah melalui

pemberian ASI secara eksklusif selama enam bulan sejak tanggal

kelahirannya, tanpa harus memberikan makanan serta minuman tambahan

kepada bayi

Di Indonesia melalui Keputusan Menteri Kesehatan Nomor

450/SK/Menkes/VIII/2004, tanggal 7 April 2004 telah menetapkan tentang

pentingnya pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan pada ibu di Indonesia,

namun menurut Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2013

menunjukkan bahwa baru 38% bayi mendapat ASI di Indonesia (Infodatin,

2013).

Keberhasilan pemberian ASI Eksklusif menurut Siti Fadilah mengatakan

“dapat dipengaruhi oleh adanya kepedulian dan dukungan dari suami.

Seorang suami dapat memberikan dukungan kepada istrinya dalam pemberian

ASI Eksklusif dengan bentuk dukungan yang berbeda”, menurut Friedman


40

dukungan dibedakan menjadi empat yaitu : dukungan penghargaan, dukungan

informasi, dukungan emosional dan dukungan instrumental.

Banyaknya bayi yang tidak mendapatkan ASI eksklusif disebabkan oleh

bebagai faktor,diantaranya dukungan dari berbagai pihak yang masih kurang,

salah satunya Dukungan suami. Keberhasilan ASI eksklusifakan lebih mudah

bila dukungan dari suami turut berperan. Menyusui memerlukan kondisi

emosional yang stabil, mengingat faktor psikologis ibu sangat mempengaruhi

produksi ASI,suami dan istri harus saling memahami betapa pentingnya

ukungan terhadap ibu yang sedang menyusui (Tasya,2012).

Menurut penelitian Vetty Priscilla1, Dwi Novrianda1, Suratno2 yang

berjudul, Dukungan Suami Terhadap Pemberian Asi Eksklusif Di Wilayah

Kerja Puskesmas Lubuk Kilangan Kota Padang Tahun 2011. Hasil penelitian

diperoleh bahwa dukungan instrumental dan penilaian bernilai positif

sedangkan dukungan emosional dan informasional bernilai negatif.

Selanjutnya terdapat hubungan yang bermakna antara dukungan emosional,

instrumental, informasional, dan penilaian suami terhadap pemberian ASI

eksklusif. Dukungan penilaian merupakan variabel yang paling tinggi

kekuatan hubungannya terhadap pemberian ASI eksklusif (b=0.119). Peneliti

menyarankan agar tenaga kesehatan memperluas sasaran promosi kesehatan

yang berhubungan dengan pemberian ASI eksklusif yang melibatkan suami

sebagai sasaran.

Penelitian Astri Faradillah Anka. R (2017). Yang berjudul Hubungan

Dukungan Suami Dengan Pemberian Asi Eksklusif Diwilayah Kerja


41

Puskesmas Perumnas Kota Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara. Penelitian

menunjukkan bahwa dari 45 responden yang menjadi obyek penelitian

sebanyak 24orang (53,3%) suami mau memberikan dukungan dalam

pemberian ASI eksklusif dan hasil uji chi squareyaitu nilaiX2hitung (8,013) ≥

X2tabel (3,841), hal ini berarti bahwa nilai X2hitung lebih besar

dibandingkan X2 tabel maka H1 diterima H0 ditolak dengan taraf hubungan

signifikan α = 0,05.

Penelitian Indriyani Bakri (2018). Hasil penelitian ini yang menunjukkan

bahwa ibu yang memberikan ASI eksklusif sebanyak 65,1% serta ibu yang

mendapat dukungan suami yang baik sebanyak 59%. Hasil uji statistik

menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara dukungan suami dengan

pemberian ASI eksklusif dengan p value sebesar 0,220 dan Odd Ratio sebesar

1,97. Diharapkan suami dapat mendampingi ibu dalam kegiatan posyandu

atau pemeriksaan kesehatan ibu dan anak sehingga dapat menambah

informasi terutama untuk suami dalam mendukung istrinya memberikan ASI

eksklusif kepada anaknya.

Berdasarkan studi pendahuluan dari 10 ibu nifas mengatakan bahwa 80%

suami lebih mendukung jika bayi diberikan ASI eksklusif. Maka dari itu,

peneliti merasa tertarik untuk mengambil judul “Factor-Faktor Yang

Mempengaruhi Dukungan Suami Terhadap Pemberian ASI Eksklusif Pada

Bayi 0-6 Bulan Di BPS XXX Tahun 2019”.

1.27Rumusan Masalah
42

Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan pada tahun 2018 terdapat 6090

ibu nifas ibu dan 6077 (99,79%) ibu yang memberikan ASI Eksklusif.

Berdasarkan dari laporan jumlah ibu nifas yang menyusui pada tahun 2018

sebanyak 73.

Berdasarkan dari data tersebut diketahui bahwa masih cukup tinggi ibu

yang tida memberikan ASI secata Eksklusif sehingga perlu di lakukan

penelitian untuk mengetahui faktot-faktor apa saja yang mempengaruhi

dukungan suami terhadap pemberian ASI Eksklusif pada bayi 0-6 Bulan di

BPS XXX Tahun 2019

1.28Tujuan

1.28.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui faktor faktor yang mempengaruhi Dukungan

Suami terhadap pemberian ASI Eksklusif pada bayi 0-6 Bulan di BPS

XXX Tahun 2019.

1.28.2 Tujuan Khusus

41. Di ketahuinya distribusi frekuensi faktor dukungan penghargaan

suami terhadap pemberian ASI Eksklusif pada bayi 0-6 Bulan di

BPS XXX Tahun 2019.

42. Di ketahuinya distribusi frekuensi faktor Dukungan informasi

suami terhadap pemberian ASI Eksklusif pada bayi 0-6 Bulan di

BPS XXX Tahun 2019.


43

43. Di ketahuinya distribusi frekuensi faktor Dukungan emosional

suami terhadap pemberian asi Eksklusif pada bayi 0-6 Bulan di

BPS XXX Tahun 2019.

44. Di ketahuinya distribusi frekuensi faktor Dukungan instrumental

suami terhadap pemberian ASI Eksklusif pada bayi 0-6 Bulan di

BPS XXX Tahun 2019.

45. Di ketahui adanya hubungan faktor dukungan penghargaan suami

terhadap pemberian ASI Eksklusif pada bayi 0-6 bulan di BPS

XXX Tahun 2019.

46. Di ketahui adanya hubungan faktor dukungan informas suami

terhadap pemberian ASI Eksklusif pada bayi 0-6 bulan di BPS

XXX Tahun 2019.

47. Di ketahui adanya hubungan faktor dukungan emosional suami

terhadap pemberian ASI Eksklusif pada bayi 0-6 bulan di BPS

XXX Tahun 2019.

48. Di ketahui ada nya hubungan faktor dukungan instrumental suami

terhadap pemberian ASI Eksklusif pada bayi 0-6 bulan di BPS

XXX Tahun 2019.

1.29Ruang Lingkup

Ruang lingkup penelitian hanya membahas Faktor-Faktor Yang

Mempengaruhi Dukungan Suami terhadap Pemberian Asi Ekslusif Pada Bayi


44

0-6 Bulan Di BPS XXX Tahun 2019, meliputi Dukungan Penghargaan,

Dukungan Informasi, Dukungan Emosinal, Dukungan Instrumental.

Penelitian ini dilakukan karena masih terdapat ibu yang tidak memberikan

ASI Ekslisif pada bayi 0-6 bulan, disebabkan karena kurangnya dukungan

suami pada ibu menyusui. Adapun populasi dalam penelitian ini adalah ibu

menyusui pada periode Januari-Maret 2019. Yakni sebanyak 102 orang.

fenelitian ini menggunakan metode survey analitik yaitu bagaimana dan

mengapa fenomena itu terjadi kemudian melakukan analisis dinamika korelasi

antara fenomena baik antara faktor resiko dengan factor efek. Dengan dengan

pendekaran cross sectional, dan cara pengambilan sampel menggunakan

teknik randem sampling dengan mengambil 20 orang ibu menyusui sebagai

responden dalam penelitian.

1.30Manfaat Penelitian

Penelitian dilakukan agar diharapkan dapat memberikan manfaat badi

berbagai pihak meliputi:

1.5.11 Manfaat Teoritis

16. Bagi institusi pendidikan

Sebagai wawasan bagi institusi pendidikan dalam proses

belajar khususnya dalam metodologi riset statisticdan kebidanan

dapat juga di jadikan sumber bahan bacaan kesehatan dan

metodologi penelitian kebidanan tentang dukungan suami dengan

pemberian ASI Eksklusif pada bayi 0-6 Bulan


45

17. Bagi Peneliti

Untuk menanbah wawasan peneliti mengenai riset kesehatan

dan khususnya tentang masalah kebidanan dan dapat menambah

pengetahuan secara langsung mengenai dukungan suami dengan

memberikan ASI Eksklusif pada bayi 0-6 Bulan.

18. Bagi peneliti selanjutnya

Hasil penelitian ini dapat di jadikan sebagai dasar untuk

penelitian selanjutnya

1.5.12 Manfaat Praktis

11. Bagi BPS

Semoga memberi manfaat bagi lokasi penelitian dan dapat

menambah referensi dalam bidang ilmu kebidanan serta untuk

menghubungkan, dan menambah pengetahuan yang telah ada

tentang hubungan dukungan suami dengan pemberian ASI

Eksklusif pada bayi 0-6 Bulan 2019.

12. Bagi Responden

Semoga dapat menambah informasi yang lebih kepada

masyarakat mengenai pemberian ASI Eksklusif pada bayi 0-6

Bulan, serta menambah pengetahuan ibu menyusui.


46

BAB I

PENDAHULUAN

1.31Latar Belakang

ASI eksklusif menurut World Health Organization (WHO, 2011) adalah

memberikan hanya ASI saja tanpa memberikan makanan dan minuman lain

kepada bayi sejak lahir sampai berumur 6 bulan, kecuali obat dan vitamin.

Namun bukan berarti setelah pemberian ASI eksklusif pemberian ASI

eksklusif pemberian ASI dihentikan, akan tetapi tetap diberikan kepada bayi

sampai bayi berusia 2 tahun. ASI merupakan makanan pertama, utama, dan

terbaik bagi bayi, bersifat ilmiah. ASI eksklusif adalah bayi hanya diberi ASI

selama 6 bulan tanpa tambahan makanan cairan lain, seperti susu formula,

jeruk, madu, air teh, dan air putih, serta tanpa tambahan makanan padat ,

seperti pisang, bubur susu, biscuit, bubur nasi, dan nasi tim, kecuali vitamin,

mineral, dan obat (Prasetyono, 2009).

Air susu ibu (ASI) merupakan makanan yang terbaik bagi bayi karena

mengandung semua zat gizi dalam jumlah dan komposisi yang ideal yang

dibutuhkan oleh bayi untuk tumbuh dan berkembang secara optimal, terutama

pada umur 0 sampai 6 bulan. Pemberian ASI eksklusif kepada bayi umur 0 –

6 bulan sangat dianjurkan dan memberikan makanan pendamping ASI secara

benar setelah itu sampai bayi/anak berumur 2 tahun (Rinaningsih, 2007,

Tedjasaputra, 2010, Fewtrell et al, 2007). Bayi yang mendapatkan ASI

eksklusif merupakan bayi yang hanya menerima ASI saja sehingga tidak ada
47

cairan atau padatan lainnya diberikan, bahkan air dengan pengecualian

rehidrasi oral, atau tetes/sirup vitamin, mineralyang diberi ASI memiliki

risiko lebih rendah terkena penyakit degeneratif seperti penyakit darah tinggi,

diabetes tipe 2, dan obesitas pada saat dewasa (WHO dan Unicef, 2003)

Dampak negatif tidak di berikan asi yaitu Bertambahnya kerentanan

terhadap penyakit (baik anak maupun ibu) Menyusui diyakini dapat

mencegah 1/3 kejadian infeksi saluran pernapasan atas (ISPA), kejadian diare

dapat turun 50%, dan penyakit usus parah pada bayi prematur dapat

berkurang kejadiannya sebanyak 58%. Pada ibu, risiko kanker payudara juga

dapat menurun 6-10%.

Berdasarkan data WHO (2015) cakupan ASI eksklusif pada usia 0-6

bulan sebesar 43%. Hal ini sama dengan data yang diperoleh United Nations

International Children’s Emergency Fund (UNICEF) menunjukkan bahwa

cakupan ASI eksklusif dunia sebesar 43%. Hasil tersebut masih di bawah

target global menurut World Health Assembly (WHA) sebesar 50%.

Menurut Hasil Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun

2007 menyebutkan ada sepertiga (32%) bayi berumur di bawah enam bulan

yang mendapatkan ASI eksklusif. Empat dari sepuluh bayi yang berumur di

bawah empat bulan (41%) dan 48% bayi umur kurang dari dua bulan

mendapatkan ASI eksklusif.

Pemberian ASI eksklusif di Jawa Barat pada tahun 2016 sebesar 46,4%,

masih dibawah cakupan nasional 52,3% terlebih target nasional sebesar

80%.Data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Provinsi Jawa


48

Dari hasil pengambilan Data yang di lakukan di BPS XXX pada tahun

2019 bulan Januari - Maret terdapat 102 ibu nifas, yang memberikan ASI

Eksklusif sebanyak 87 ibu (85,29 % ).

Upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya kematian

balita adalah dengan pemberian Air Susu Ibu (ASI) segera setelah lahir

atau biasa disebut Inisiasi Menyusu Dini (IMD) serta pemberian ASI

eksklusif. Hal ini didukung oleh pernyataan United Nations Childrens Fund

(UNICEF), bahwa sebanyak 30.000 kematian bayi di Indonesia dan 10 juta

kematian anak balita di dunia pada tiap tahunnya bisa dicegah melalui

pemberian ASI secara eksklusif selama enam bulan sejak tanggal

kelahirannya, tanpa harus memberikan makanan serta minuman tambahan

kepada bayi

Di Indonesia melalui Keputusan Menteri Kesehatan Nomor

450/SK/Menkes/VIII/2004, tanggal 7 April 2004 telah menetapkan tentang

pentingnya pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan pada ibu di Indonesia,

namun menurut Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2013

menunjukkan bahwa baru 38% bayi mendapat ASI di Indonesia (Infodatin,

2013).

Keberhasilan pemberian ASI Eksklusif menurut Siti Fadilah mengatakan

“dapat dipengaruhi oleh adanya kepedulian dan dukungan dari suami.

Seorang suami dapat memberikan dukungan kepada istrinya dalam pemberian

ASI Eksklusif dengan bentuk dukungan yang berbeda”, menurut Friedman


49

dukungan dibedakan menjadi empat yaitu : dukungan penghargaan, dukungan

informasi, dukungan emosional dan dukungan instrumental.

Banyaknya bayi yang tidak mendapatkan ASI eksklusif disebabkan oleh

bebagai faktor,diantaranya dukungan dari berbagai pihak yang masih kurang,

salah satunya Dukungan suami. Keberhasilan ASI eksklusifakan lebih mudah

bila dukungan dari suami turut berperan. Menyusui memerlukan kondisi

emosional yang stabil, mengingat faktor psikologis ibu sangat mempengaruhi

produksi ASI,suami dan istri harus saling memahami betapa pentingnya

ukungan terhadap ibu yang sedang menyusui (Tasya,2012).

Menurut penelitian Vetty Priscilla1, Dwi Novrianda1, Suratno2 yang

berjudul, Dukungan Suami Terhadap Pemberian Asi Eksklusif Di Wilayah

Kerja Puskesmas Lubuk Kilangan Kota Padang Tahun 2011. Hasil penelitian

diperoleh bahwa dukungan instrumental dan penilaian bernilai positif

sedangkan dukungan emosional dan informasional bernilai negatif.

Selanjutnya terdapat hubungan yang bermakna antara dukungan emosional,

instrumental, informasional, dan penilaian suami terhadap pemberian ASI

eksklusif. Dukungan penilaian merupakan variabel yang paling tinggi

kekuatan hubungannya terhadap pemberian ASI eksklusif (b=0.119). Peneliti

menyarankan agar tenaga kesehatan memperluas sasaran promosi kesehatan

yang berhubungan dengan pemberian ASI eksklusif yang melibatkan suami

sebagai sasaran.

Penelitian Astri Faradillah Anka. R (2017). Yang berjudul Hubungan

Dukungan Suami Dengan Pemberian Asi Eksklusif Diwilayah Kerja


50

Puskesmas Perumnas Kota Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara. Penelitian

menunjukkan bahwa dari 45 responden yang menjadi obyek penelitian

sebanyak 24orang (53,3%) suami mau memberikan dukungan dalam

pemberian ASI eksklusif dan hasil uji chi squareyaitu nilaiX2hitung (8,013) ≥

X2tabel (3,841), hal ini berarti bahwa nilai X2hitung lebih besar

dibandingkan X2 tabel maka H1 diterima H0 ditolak dengan taraf hubungan

signifikan α = 0,05.

Penelitian Indriyani Bakri (2018). Hasil penelitian ini yang menunjukkan

bahwa ibu yang memberikan ASI eksklusif sebanyak 65,1% serta ibu yang

mendapat dukungan suami yang baik sebanyak 59%. Hasil uji statistik

menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara dukungan suami dengan

pemberian ASI eksklusif dengan p value sebesar 0,220 dan Odd Ratio sebesar

1,97. Diharapkan suami dapat mendampingi ibu dalam kegiatan posyandu

atau pemeriksaan kesehatan ibu dan anak sehingga dapat menambah

informasi terutama untuk suami dalam mendukung istrinya memberikan ASI

eksklusif kepada anaknya.

Berdasarkan studi pendahuluan dari 10 ibu nifas mengatakan bahwa 80%

suami lebih mendukung jika bayi diberikan ASI eksklusif. Maka dari itu,

peneliti merasa tertarik untuk mengambil judul “Factor-Faktor Yang

Mempengaruhi Dukungan Suami Terhadap Pemberian ASI Eksklusif Pada

Bayi 0-6 Bulan Di BPS XXX Tahun 2019”.

1.32Rumusan Masalah
51

Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan pada tahun 2018 terdapat 6090

ibu nifas ibu dan 6077 (99,79%) ibu yang memberikan ASI Eksklusif.

Berdasarkan dari laporan jumlah ibu nifas yang menyusui pada tahun 2018

sebanyak 73.

Berdasarkan dari data tersebut diketahui bahwa masih cukup tinggi ibu

yang tida memberikan ASI secata Eksklusif sehingga perlu di lakukan

penelitian untuk mengetahui faktot-faktor apa saja yang mempengaruhi

dukungan suami terhadap pemberian ASI Eksklusif pada bayi 0-6 Bulan di

BPS XXX Tahun 2019

1.33Tujuan

1.33.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui faktor faktor yang mempengaruhi Dukungan

Suami terhadap pemberian ASI Eksklusif pada bayi 0-6 Bulan di BPS

XXX Tahun 2019.

1.33.2 Tujuan Khusus

49. Di ketahuinya distribusi frekuensi faktor dukungan penghargaan

suami terhadap pemberian ASI Eksklusif pada bayi 0-6 Bulan di

BPS XXX Tahun 2019.

50. Di ketahuinya distribusi frekuensi faktor Dukungan informasi

suami terhadap pemberian ASI Eksklusif pada bayi 0-6 Bulan di

BPS XXX Tahun 2019.


52

51. Di ketahuinya distribusi frekuensi faktor Dukungan emosional

suami terhadap pemberian asi Eksklusif pada bayi 0-6 Bulan di

BPS XXX Tahun 2019.

52. Di ketahuinya distribusi frekuensi faktor Dukungan instrumental

suami terhadap pemberian ASI Eksklusif pada bayi 0-6 Bulan di

BPS XXX Tahun 2019.

53. Di ketahui adanya hubungan faktor dukungan penghargaan suami

terhadap pemberian ASI Eksklusif pada bayi 0-6 bulan di BPS

XXX Tahun 2019.

54. Di ketahui adanya hubungan faktor dukungan informas suami

terhadap pemberian ASI Eksklusif pada bayi 0-6 bulan di BPS

XXX Tahun 2019.

55. Di ketahui adanya hubungan faktor dukungan emosional suami

terhadap pemberian ASI Eksklusif pada bayi 0-6 bulan di BPS

XXX Tahun 2019.

56. Di ketahui ada nya hubungan faktor dukungan instrumental suami

terhadap pemberian ASI Eksklusif pada bayi 0-6 bulan di BPS

XXX Tahun 2019.

1.34Ruang Lingkup

Ruang lingkup penelitian hanya membahas Faktor-Faktor Yang

Mempengaruhi Dukungan Suami terhadap Pemberian Asi Ekslusif Pada Bayi


53

0-6 Bulan Di BPS XXX Tahun 2019, meliputi Dukungan Penghargaan,

Dukungan Informasi, Dukungan Emosinal, Dukungan Instrumental.

Penelitian ini dilakukan karena masih terdapat ibu yang tidak memberikan

ASI Ekslisif pada bayi 0-6 bulan, disebabkan karena kurangnya dukungan

suami pada ibu menyusui. Adapun populasi dalam penelitian ini adalah ibu

menyusui pada periode Januari-Maret 2019. Yakni sebanyak 102 orang.

fenelitian ini menggunakan metode survey analitik yaitu bagaimana dan

mengapa fenomena itu terjadi kemudian melakukan analisis dinamika korelasi

antara fenomena baik antara faktor resiko dengan factor efek. Dengan dengan

pendekaran cross sectional, dan cara pengambilan sampel menggunakan

teknik randem sampling dengan mengambil 20 orang ibu menyusui sebagai

responden dalam penelitian.

1.35Manfaat Penelitian

Penelitian dilakukan agar diharapkan dapat memberikan manfaat badi

berbagai pihak meliputi:

1.5.13 Manfaat Teoritis

19. Bagi institusi pendidikan

Sebagai wawasan bagi institusi pendidikan dalam proses

belajar khususnya dalam metodologi riset statisticdan kebidanan

dapat juga di jadikan sumber bahan bacaan kesehatan dan

metodologi penelitian kebidanan tentang dukungan suami dengan

pemberian ASI Eksklusif pada bayi 0-6 Bulan


54

20. Bagi Peneliti

Untuk menanbah wawasan peneliti mengenai riset kesehatan

dan khususnya tentang masalah kebidanan dan dapat menambah

pengetahuan secara langsung mengenai dukungan suami dengan

memberikan ASI Eksklusif pada bayi 0-6 Bulan.

21. Bagi peneliti selanjutnya

Hasil penelitian ini dapat di jadikan sebagai dasar untuk

penelitian selanjutnya

1.5.14 Manfaat Praktis

13. Bagi BPS

Semoga memberi manfaat bagi lokasi penelitian dan dapat

menambah referensi dalam bidang ilmu kebidanan serta untuk

menghubungkan, dan menambah pengetahuan yang telah ada

tentang hubungan dukungan suami dengan pemberian ASI

Eksklusif pada bayi 0-6 Bulan 2019.

14. Bagi Responden

Semoga dapat menambah informasi yang lebih kepada

masyarakat mengenai pemberian ASI Eksklusif pada bayi 0-6

Bulan, serta menambah pengetahuan ibu menyusui.


55

BAB I

PENDAHULUAN

1.36Latar Belakang

ASI eksklusif menurut World Health Organization (WHO, 2011) adalah

memberikan hanya ASI saja tanpa memberikan makanan dan minuman lain

kepada bayi sejak lahir sampai berumur 6 bulan, kecuali obat dan vitamin.

Namun bukan berarti setelah pemberian ASI eksklusif pemberian ASI

eksklusif pemberian ASI dihentikan, akan tetapi tetap diberikan kepada bayi

sampai bayi berusia 2 tahun. ASI merupakan makanan pertama, utama, dan

terbaik bagi bayi, bersifat ilmiah. ASI eksklusif adalah bayi hanya diberi ASI

selama 6 bulan tanpa tambahan makanan cairan lain, seperti susu formula,

jeruk, madu, air teh, dan air putih, serta tanpa tambahan makanan padat ,

seperti pisang, bubur susu, biscuit, bubur nasi, dan nasi tim, kecuali vitamin,

mineral, dan obat (Prasetyono, 2009).

Air susu ibu (ASI) merupakan makanan yang terbaik bagi bayi karena

mengandung semua zat gizi dalam jumlah dan komposisi yang ideal yang

dibutuhkan oleh bayi untuk tumbuh dan berkembang secara optimal, terutama

pada umur 0 sampai 6 bulan. Pemberian ASI eksklusif kepada bayi umur 0 –

6 bulan sangat dianjurkan dan memberikan makanan pendamping ASI secara

benar setelah itu sampai bayi/anak berumur 2 tahun (Rinaningsih, 2007,

Tedjasaputra, 2010, Fewtrell et al, 2007). Bayi yang mendapatkan ASI

eksklusif merupakan bayi yang hanya menerima ASI saja sehingga tidak ada
56

cairan atau padatan lainnya diberikan, bahkan air dengan pengecualian

rehidrasi oral, atau tetes/sirup vitamin, mineralyang diberi ASI memiliki

risiko lebih rendah terkena penyakit degeneratif seperti penyakit darah tinggi,

diabetes tipe 2, dan obesitas pada saat dewasa (WHO dan Unicef, 2003)

Dampak negatif tidak di berikan asi yaitu Bertambahnya kerentanan

terhadap penyakit (baik anak maupun ibu) Menyusui diyakini dapat

mencegah 1/3 kejadian infeksi saluran pernapasan atas (ISPA), kejadian diare

dapat turun 50%, dan penyakit usus parah pada bayi prematur dapat

berkurang kejadiannya sebanyak 58%. Pada ibu, risiko kanker payudara juga

dapat menurun 6-10%.

Berdasarkan data WHO (2015) cakupan ASI eksklusif pada usia 0-6

bulan sebesar 43%. Hal ini sama dengan data yang diperoleh United Nations

International Children’s Emergency Fund (UNICEF) menunjukkan bahwa

cakupan ASI eksklusif dunia sebesar 43%. Hasil tersebut masih di bawah

target global menurut World Health Assembly (WHA) sebesar 50%.

Menurut Hasil Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun

2007 menyebutkan ada sepertiga (32%) bayi berumur di bawah enam bulan

yang mendapatkan ASI eksklusif. Empat dari sepuluh bayi yang berumur di

bawah empat bulan (41%) dan 48% bayi umur kurang dari dua bulan

mendapatkan ASI eksklusif.

Pemberian ASI eksklusif di Jawa Barat pada tahun 2016 sebesar 46,4%,

masih dibawah cakupan nasional 52,3% terlebih target nasional sebesar

80%.Data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Provinsi Jawa


57

Dari hasil pengambilan Data yang di lakukan di BPS XXX pada tahun

2019 bulan Januari - Maret terdapat 102 ibu nifas, yang memberikan ASI

Eksklusif sebanyak 87 ibu (85,29 % ).

Upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya kematian

balita adalah dengan pemberian Air Susu Ibu (ASI) segera setelah lahir

atau biasa disebut Inisiasi Menyusu Dini (IMD) serta pemberian ASI

eksklusif. Hal ini didukung oleh pernyataan United Nations Childrens Fund

(UNICEF), bahwa sebanyak 30.000 kematian bayi di Indonesia dan 10 juta

kematian anak balita di dunia pada tiap tahunnya bisa dicegah melalui

pemberian ASI secara eksklusif selama enam bulan sejak tanggal

kelahirannya, tanpa harus memberikan makanan serta minuman tambahan

kepada bayi

Di Indonesia melalui Keputusan Menteri Kesehatan Nomor

450/SK/Menkes/VIII/2004, tanggal 7 April 2004 telah menetapkan tentang

pentingnya pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan pada ibu di Indonesia,

namun menurut Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2013

menunjukkan bahwa baru 38% bayi mendapat ASI di Indonesia (Infodatin,

2013).

Keberhasilan pemberian ASI Eksklusif menurut Siti Fadilah mengatakan

“dapat dipengaruhi oleh adanya kepedulian dan dukungan dari suami.

Seorang suami dapat memberikan dukungan kepada istrinya dalam pemberian

ASI Eksklusif dengan bentuk dukungan yang berbeda”, menurut Friedman


58

dukungan dibedakan menjadi empat yaitu : dukungan penghargaan, dukungan

informasi, dukungan emosional dan dukungan instrumental.

Banyaknya bayi yang tidak mendapatkan ASI eksklusif disebabkan oleh

bebagai faktor,diantaranya dukungan dari berbagai pihak yang masih kurang,

salah satunya Dukungan suami. Keberhasilan ASI eksklusifakan lebih mudah

bila dukungan dari suami turut berperan. Menyusui memerlukan kondisi

emosional yang stabil, mengingat faktor psikologis ibu sangat mempengaruhi

produksi ASI,suami dan istri harus saling memahami betapa pentingnya

ukungan terhadap ibu yang sedang menyusui (Tasya,2012).

Menurut penelitian Vetty Priscilla1, Dwi Novrianda1, Suratno2 yang

berjudul, Dukungan Suami Terhadap Pemberian Asi Eksklusif Di Wilayah

Kerja Puskesmas Lubuk Kilangan Kota Padang Tahun 2011. Hasil penelitian

diperoleh bahwa dukungan instrumental dan penilaian bernilai positif

sedangkan dukungan emosional dan informasional bernilai negatif.

Selanjutnya terdapat hubungan yang bermakna antara dukungan emosional,

instrumental, informasional, dan penilaian suami terhadap pemberian ASI

eksklusif. Dukungan penilaian merupakan variabel yang paling tinggi

kekuatan hubungannya terhadap pemberian ASI eksklusif (b=0.119). Peneliti

menyarankan agar tenaga kesehatan memperluas sasaran promosi kesehatan

yang berhubungan dengan pemberian ASI eksklusif yang melibatkan suami

sebagai sasaran.

Penelitian Astri Faradillah Anka. R (2017). Yang berjudul Hubungan

Dukungan Suami Dengan Pemberian Asi Eksklusif Diwilayah Kerja


59

Puskesmas Perumnas Kota Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara. Penelitian

menunjukkan bahwa dari 45 responden yang menjadi obyek penelitian

sebanyak 24orang (53,3%) suami mau memberikan dukungan dalam

pemberian ASI eksklusif dan hasil uji chi squareyaitu nilaiX2hitung (8,013) ≥

X2tabel (3,841), hal ini berarti bahwa nilai X2hitung lebih besar

dibandingkan X2 tabel maka H1 diterima H0 ditolak dengan taraf hubungan

signifikan α = 0,05.

Penelitian Indriyani Bakri (2018). Hasil penelitian ini yang menunjukkan

bahwa ibu yang memberikan ASI eksklusif sebanyak 65,1% serta ibu yang

mendapat dukungan suami yang baik sebanyak 59%. Hasil uji statistik

menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara dukungan suami dengan

pemberian ASI eksklusif dengan p value sebesar 0,220 dan Odd Ratio sebesar

1,97. Diharapkan suami dapat mendampingi ibu dalam kegiatan posyandu

atau pemeriksaan kesehatan ibu dan anak sehingga dapat menambah

informasi terutama untuk suami dalam mendukung istrinya memberikan ASI

eksklusif kepada anaknya.

Berdasarkan studi pendahuluan dari 10 ibu nifas mengatakan bahwa 80%

suami lebih mendukung jika bayi diberikan ASI eksklusif. Maka dari itu,

peneliti merasa tertarik untuk mengambil judul “Factor-Faktor Yang

Mempengaruhi Dukungan Suami Terhadap Pemberian ASI Eksklusif Pada

Bayi 0-6 Bulan Di BPS XXX Tahun 2019”.

1.37Rumusan Masalah
60

Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan pada tahun 2018 terdapat 6090

ibu nifas ibu dan 6077 (99,79%) ibu yang memberikan ASI Eksklusif.

Berdasarkan dari laporan jumlah ibu nifas yang menyusui pada tahun 2018

sebanyak 73.

Berdasarkan dari data tersebut diketahui bahwa masih cukup tinggi ibu

yang tida memberikan ASI secata Eksklusif sehingga perlu di lakukan

penelitian untuk mengetahui faktot-faktor apa saja yang mempengaruhi

dukungan suami terhadap pemberian ASI Eksklusif pada bayi 0-6 Bulan di

BPS XXX Tahun 2019

1.38Tujuan

1.38.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui faktor faktor yang mempengaruhi Dukungan

Suami terhadap pemberian ASI Eksklusif pada bayi 0-6 Bulan di BPS

XXX Tahun 2019.

1.38.2 Tujuan Khusus

57. Di ketahuinya distribusi frekuensi faktor dukungan penghargaan

suami terhadap pemberian ASI Eksklusif pada bayi 0-6 Bulan di

BPS XXX Tahun 2019.

58. Di ketahuinya distribusi frekuensi faktor Dukungan informasi

suami terhadap pemberian ASI Eksklusif pada bayi 0-6 Bulan di

BPS XXX Tahun 2019.


61

59. Di ketahuinya distribusi frekuensi faktor Dukungan emosional

suami terhadap pemberian asi Eksklusif pada bayi 0-6 Bulan di

BPS XXX Tahun 2019.

60. Di ketahuinya distribusi frekuensi faktor Dukungan instrumental

suami terhadap pemberian ASI Eksklusif pada bayi 0-6 Bulan di

BPS XXX Tahun 2019.

61. Di ketahui adanya hubungan faktor dukungan penghargaan suami

terhadap pemberian ASI Eksklusif pada bayi 0-6 bulan di BPS

XXX Tahun 2019.

62. Di ketahui adanya hubungan faktor dukungan informas suami

terhadap pemberian ASI Eksklusif pada bayi 0-6 bulan di BPS

XXX Tahun 2019.

63. Di ketahui adanya hubungan faktor dukungan emosional suami

terhadap pemberian ASI Eksklusif pada bayi 0-6 bulan di BPS

XXX Tahun 2019.

64. Di ketahui ada nya hubungan faktor dukungan instrumental suami

terhadap pemberian ASI Eksklusif pada bayi 0-6 bulan di BPS

XXX Tahun 2019.

1.39Ruang Lingkup

Ruang lingkup penelitian hanya membahas Faktor-Faktor Yang

Mempengaruhi Dukungan Suami terhadap Pemberian Asi Ekslusif Pada Bayi


62

0-6 Bulan Di BPS XXX Tahun 2019, meliputi Dukungan Penghargaan,

Dukungan Informasi, Dukungan Emosinal, Dukungan Instrumental.

Penelitian ini dilakukan karena masih terdapat ibu yang tidak memberikan

ASI Ekslisif pada bayi 0-6 bulan, disebabkan karena kurangnya dukungan

suami pada ibu menyusui. Adapun populasi dalam penelitian ini adalah ibu

menyusui pada periode Januari-Maret 2019. Yakni sebanyak 102 orang.

fenelitian ini menggunakan metode survey analitik yaitu bagaimana dan

mengapa fenomena itu terjadi kemudian melakukan analisis dinamika korelasi

antara fenomena baik antara faktor resiko dengan factor efek. Dengan dengan

pendekaran cross sectional, dan cara pengambilan sampel menggunakan

teknik randem sampling dengan mengambil 20 orang ibu menyusui sebagai

responden dalam penelitian.

1.40Manfaat Penelitian

Penelitian dilakukan agar diharapkan dapat memberikan manfaat badi

berbagai pihak meliputi:

1.5.15 Manfaat Teoritis

22. Bagi institusi pendidikan

Sebagai wawasan bagi institusi pendidikan dalam proses

belajar khususnya dalam metodologi riset statisticdan kebidanan

dapat juga di jadikan sumber bahan bacaan kesehatan dan

metodologi penelitian kebidanan tentang dukungan suami dengan

pemberian ASI Eksklusif pada bayi 0-6 Bulan


63

23. Bagi Peneliti

Untuk menanbah wawasan peneliti mengenai riset kesehatan

dan khususnya tentang masalah kebidanan dan dapat menambah

pengetahuan secara langsung mengenai dukungan suami dengan

memberikan ASI Eksklusif pada bayi 0-6 Bulan.

24. Bagi peneliti selanjutnya

Hasil penelitian ini dapat di jadikan sebagai dasar untuk

penelitian selanjutnya

1.5.16 Manfaat Praktis

15. Bagi BPS

Semoga memberi manfaat bagi lokasi penelitian dan dapat

menambah referensi dalam bidang ilmu kebidanan serta untuk

menghubungkan, dan menambah pengetahuan yang telah ada

tentang hubungan dukungan suami dengan pemberian ASI

Eksklusif pada bayi 0-6 Bulan 2019.

16. Bagi Responden

Semoga dapat menambah informasi yang lebih kepada

masyarakat mengenai pemberian ASI Eksklusif pada bayi 0-6

Bulan, serta menambah pengetahuan ibu menyusui.


64

BAB I

PENDAHULUAN

1.41Latar Belakang

ASI eksklusif menurut World Health Organization (WHO, 2011) adalah

memberikan hanya ASI saja tanpa memberikan makanan dan minuman lain

kepada bayi sejak lahir sampai berumur 6 bulan, kecuali obat dan vitamin.

Namun bukan berarti setelah pemberian ASI eksklusif pemberian ASI

eksklusif pemberian ASI dihentikan, akan tetapi tetap diberikan kepada bayi

sampai bayi berusia 2 tahun. ASI merupakan makanan pertama, utama, dan

terbaik bagi bayi, bersifat ilmiah. ASI eksklusif adalah bayi hanya diberi ASI

selama 6 bulan tanpa tambahan makanan cairan lain, seperti susu formula,

jeruk, madu, air teh, dan air putih, serta tanpa tambahan makanan padat ,

seperti pisang, bubur susu, biscuit, bubur nasi, dan nasi tim, kecuali vitamin,

mineral, dan obat (Prasetyono, 2009).

Air susu ibu (ASI) merupakan makanan yang terbaik bagi bayi karena

mengandung semua zat gizi dalam jumlah dan komposisi yang ideal yang

dibutuhkan oleh bayi untuk tumbuh dan berkembang secara optimal, terutama

pada umur 0 sampai 6 bulan. Pemberian ASI eksklusif kepada bayi umur 0 –

6 bulan sangat dianjurkan dan memberikan makanan pendamping ASI secara

benar setelah itu sampai bayi/anak berumur 2 tahun (Rinaningsih, 2007,

Tedjasaputra, 2010, Fewtrell et al, 2007). Bayi yang mendapatkan ASI

eksklusif merupakan bayi yang hanya menerima ASI saja sehingga tidak ada
65

cairan atau padatan lainnya diberikan, bahkan air dengan pengecualian

rehidrasi oral, atau tetes/sirup vitamin, mineralyang diberi ASI memiliki

risiko lebih rendah terkena penyakit degeneratif seperti penyakit darah tinggi,

diabetes tipe 2, dan obesitas pada saat dewasa (WHO dan Unicef, 2003)

Dampak negatif tidak di berikan asi yaitu Bertambahnya kerentanan

terhadap penyakit (baik anak maupun ibu) Menyusui diyakini dapat

mencegah 1/3 kejadian infeksi saluran pernapasan atas (ISPA), kejadian diare

dapat turun 50%, dan penyakit usus parah pada bayi prematur dapat

berkurang kejadiannya sebanyak 58%. Pada ibu, risiko kanker payudara juga

dapat menurun 6-10%.

Berdasarkan data WHO (2015) cakupan ASI eksklusif pada usia 0-6

bulan sebesar 43%. Hal ini sama dengan data yang diperoleh United Nations

International Children’s Emergency Fund (UNICEF) menunjukkan bahwa

cakupan ASI eksklusif dunia sebesar 43%. Hasil tersebut masih di bawah

target global menurut World Health Assembly (WHA) sebesar 50%.

Menurut Hasil Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun

2007 menyebutkan ada sepertiga (32%) bayi berumur di bawah enam bulan

yang mendapatkan ASI eksklusif. Empat dari sepuluh bayi yang berumur di

bawah empat bulan (41%) dan 48% bayi umur kurang dari dua bulan

mendapatkan ASI eksklusif.

Pemberian ASI eksklusif di Jawa Barat pada tahun 2016 sebesar 46,4%,

masih dibawah cakupan nasional 52,3% terlebih target nasional sebesar

80%.Data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Provinsi Jawa


66

Dari hasil pengambilan Data yang di lakukan di BPS XXX pada tahun

2019 bulan Januari - Maret terdapat 102 ibu nifas, yang memberikan ASI

Eksklusif sebanyak 87 ibu (85,29 % ).

Upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya kematian

balita adalah dengan pemberian Air Susu Ibu (ASI) segera setelah lahir

atau biasa disebut Inisiasi Menyusu Dini (IMD) serta pemberian ASI

eksklusif. Hal ini didukung oleh pernyataan United Nations Childrens Fund

(UNICEF), bahwa sebanyak 30.000 kematian bayi di Indonesia dan 10 juta

kematian anak balita di dunia pada tiap tahunnya bisa dicegah melalui

pemberian ASI secara eksklusif selama enam bulan sejak tanggal

kelahirannya, tanpa harus memberikan makanan serta minuman tambahan

kepada bayi

Di Indonesia melalui Keputusan Menteri Kesehatan Nomor

450/SK/Menkes/VIII/2004, tanggal 7 April 2004 telah menetapkan tentang

pentingnya pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan pada ibu di Indonesia,

namun menurut Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2013

menunjukkan bahwa baru 38% bayi mendapat ASI di Indonesia (Infodatin,

2013).

Keberhasilan pemberian ASI Eksklusif menurut Siti Fadilah mengatakan

“dapat dipengaruhi oleh adanya kepedulian dan dukungan dari suami.

Seorang suami dapat memberikan dukungan kepada istrinya dalam pemberian

ASI Eksklusif dengan bentuk dukungan yang berbeda”, menurut Friedman


67

dukungan dibedakan menjadi empat yaitu : dukungan penghargaan, dukungan

informasi, dukungan emosional dan dukungan instrumental.

Banyaknya bayi yang tidak mendapatkan ASI eksklusif disebabkan oleh

bebagai faktor,diantaranya dukungan dari berbagai pihak yang masih kurang,

salah satunya Dukungan suami. Keberhasilan ASI eksklusifakan lebih mudah

bila dukungan dari suami turut berperan. Menyusui memerlukan kondisi

emosional yang stabil, mengingat faktor psikologis ibu sangat mempengaruhi

produksi ASI,suami dan istri harus saling memahami betapa pentingnya

ukungan terhadap ibu yang sedang menyusui (Tasya,2012).

Menurut penelitian Vetty Priscilla1, Dwi Novrianda1, Suratno2 yang

berjudul, Dukungan Suami Terhadap Pemberian Asi Eksklusif Di Wilayah

Kerja Puskesmas Lubuk Kilangan Kota Padang Tahun 2011. Hasil penelitian

diperoleh bahwa dukungan instrumental dan penilaian bernilai positif

sedangkan dukungan emosional dan informasional bernilai negatif.

Selanjutnya terdapat hubungan yang bermakna antara dukungan emosional,

instrumental, informasional, dan penilaian suami terhadap pemberian ASI

eksklusif. Dukungan penilaian merupakan variabel yang paling tinggi

kekuatan hubungannya terhadap pemberian ASI eksklusif (b=0.119). Peneliti

menyarankan agar tenaga kesehatan memperluas sasaran promosi kesehatan

yang berhubungan dengan pemberian ASI eksklusif yang melibatkan suami

sebagai sasaran.

Penelitian Astri Faradillah Anka. R (2017). Yang berjudul Hubungan

Dukungan Suami Dengan Pemberian Asi Eksklusif Diwilayah Kerja


68

Puskesmas Perumnas Kota Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara. Penelitian

menunjukkan bahwa dari 45 responden yang menjadi obyek penelitian

sebanyak 24orang (53,3%) suami mau memberikan dukungan dalam

pemberian ASI eksklusif dan hasil uji chi squareyaitu nilaiX2hitung (8,013) ≥

X2tabel (3,841), hal ini berarti bahwa nilai X2hitung lebih besar

dibandingkan X2 tabel maka H1 diterima H0 ditolak dengan taraf hubungan

signifikan α = 0,05.

Penelitian Indriyani Bakri (2018). Hasil penelitian ini yang menunjukkan

bahwa ibu yang memberikan ASI eksklusif sebanyak 65,1% serta ibu yang

mendapat dukungan suami yang baik sebanyak 59%. Hasil uji statistik

menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara dukungan suami dengan

pemberian ASI eksklusif dengan p value sebesar 0,220 dan Odd Ratio sebesar

1,97. Diharapkan suami dapat mendampingi ibu dalam kegiatan posyandu

atau pemeriksaan kesehatan ibu dan anak sehingga dapat menambah

informasi terutama untuk suami dalam mendukung istrinya memberikan ASI

eksklusif kepada anaknya.

Berdasarkan studi pendahuluan dari 10 ibu nifas mengatakan bahwa 80%

suami lebih mendukung jika bayi diberikan ASI eksklusif. Maka dari itu,

peneliti merasa tertarik untuk mengambil judul “Factor-Faktor Yang

Mempengaruhi Dukungan Suami Terhadap Pemberian ASI Eksklusif Pada

Bayi 0-6 Bulan Di BPS XXX Tahun 2019”.

1.42Rumusan Masalah
69

Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan pada tahun 2018 terdapat 6090

ibu nifas ibu dan 6077 (99,79%) ibu yang memberikan ASI Eksklusif.

Berdasarkan dari laporan jumlah ibu nifas yang menyusui pada tahun 2018

sebanyak 73.

Berdasarkan dari data tersebut diketahui bahwa masih cukup tinggi ibu

yang tida memberikan ASI secata Eksklusif sehingga perlu di lakukan

penelitian untuk mengetahui faktot-faktor apa saja yang mempengaruhi

dukungan suami terhadap pemberian ASI Eksklusif pada bayi 0-6 Bulan di

BPS XXX Tahun 2019

1.43Tujuan

1.43.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui faktor faktor yang mempengaruhi Dukungan

Suami terhadap pemberian ASI Eksklusif pada bayi 0-6 Bulan di BPS

XXX Tahun 2019.

1.43.2 Tujuan Khusus

65. Di ketahuinya distribusi frekuensi faktor dukungan penghargaan

suami terhadap pemberian ASI Eksklusif pada bayi 0-6 Bulan di

BPS XXX Tahun 2019.

66. Di ketahuinya distribusi frekuensi faktor Dukungan informasi

suami terhadap pemberian ASI Eksklusif pada bayi 0-6 Bulan di

BPS XXX Tahun 2019.


70

67. Di ketahuinya distribusi frekuensi faktor Dukungan emosional

suami terhadap pemberian asi Eksklusif pada bayi 0-6 Bulan di

BPS XXX Tahun 2019.

68. Di ketahuinya distribusi frekuensi faktor Dukungan instrumental

suami terhadap pemberian ASI Eksklusif pada bayi 0-6 Bulan di

BPS XXX Tahun 2019.

69. Di ketahui adanya hubungan faktor dukungan penghargaan suami

terhadap pemberian ASI Eksklusif pada bayi 0-6 bulan di BPS

XXX Tahun 2019.

70. Di ketahui adanya hubungan faktor dukungan informas suami

terhadap pemberian ASI Eksklusif pada bayi 0-6 bulan di BPS

XXX Tahun 2019.

71. Di ketahui adanya hubungan faktor dukungan emosional suami

terhadap pemberian ASI Eksklusif pada bayi 0-6 bulan di BPS

XXX Tahun 2019.

72. Di ketahui ada nya hubungan faktor dukungan instrumental suami

terhadap pemberian ASI Eksklusif pada bayi 0-6 bulan di BPS

XXX Tahun 2019.

1.44Ruang Lingkup

Ruang lingkup penelitian hanya membahas Faktor-Faktor Yang

Mempengaruhi Dukungan Suami terhadap Pemberian Asi Ekslusif Pada Bayi


71

0-6 Bulan Di BPS XXX Tahun 2019, meliputi Dukungan Penghargaan,

Dukungan Informasi, Dukungan Emosinal, Dukungan Instrumental.

Penelitian ini dilakukan karena masih terdapat ibu yang tidak memberikan

ASI Ekslisif pada bayi 0-6 bulan, disebabkan karena kurangnya dukungan

suami pada ibu menyusui. Adapun populasi dalam penelitian ini adalah ibu

menyusui pada periode Januari-Maret 2019. Yakni sebanyak 102 orang.

fenelitian ini menggunakan metode survey analitik yaitu bagaimana dan

mengapa fenomena itu terjadi kemudian melakukan analisis dinamika korelasi

antara fenomena baik antara faktor resiko dengan factor efek. Dengan dengan

pendekaran cross sectional, dan cara pengambilan sampel menggunakan

teknik randem sampling dengan mengambil 20 orang ibu menyusui sebagai

responden dalam penelitian.

1.45Manfaat Penelitian

Penelitian dilakukan agar diharapkan dapat memberikan manfaat badi

berbagai pihak meliputi:

1.5.17 Manfaat Teoritis

25. Bagi institusi pendidikan

Sebagai wawasan bagi institusi pendidikan dalam proses

belajar khususnya dalam metodologi riset statisticdan kebidanan

dapat juga di jadikan sumber bahan bacaan kesehatan dan

metodologi penelitian kebidanan tentang dukungan suami dengan

pemberian ASI Eksklusif pada bayi 0-6 Bulan


72

26. Bagi Peneliti

Untuk menanbah wawasan peneliti mengenai riset kesehatan

dan khususnya tentang masalah kebidanan dan dapat menambah

pengetahuan secara langsung mengenai dukungan suami dengan

memberikan ASI Eksklusif pada bayi 0-6 Bulan.

27. Bagi peneliti selanjutnya

Hasil penelitian ini dapat di jadikan sebagai dasar untuk

penelitian selanjutnya

1.5.18 Manfaat Praktis

17. Bagi BPS

Semoga memberi manfaat bagi lokasi penelitian dan dapat

menambah referensi dalam bidang ilmu kebidanan serta untuk

menghubungkan, dan menambah pengetahuan yang telah ada

tentang hubungan dukungan suami dengan pemberian ASI

Eksklusif pada bayi 0-6 Bulan 2019.

18. Bagi Responden

Semoga dapat menambah informasi yang lebih kepada

masyarakat mengenai pemberian ASI Eksklusif pada bayi 0-6

Bulan, serta menambah pengetahuan ibu menyusui.


73

BAB I

PENDAHULUAN

1.46Latar Belakang

ASI eksklusif menurut World Health Organization (WHO, 2011) adalah

memberikan hanya ASI saja tanpa memberikan makanan dan minuman lain

kepada bayi sejak lahir sampai berumur 6 bulan, kecuali obat dan vitamin.

Namun bukan berarti setelah pemberian ASI eksklusif pemberian ASI

eksklusif pemberian ASI dihentikan, akan tetapi tetap diberikan kepada bayi

sampai bayi berusia 2 tahun. ASI merupakan makanan pertama, utama, dan

terbaik bagi bayi, bersifat ilmiah. ASI eksklusif adalah bayi hanya diberi ASI

selama 6 bulan tanpa tambahan makanan cairan lain, seperti susu formula,

jeruk, madu, air teh, dan air putih, serta tanpa tambahan makanan padat ,

seperti pisang, bubur susu, biscuit, bubur nasi, dan nasi tim, kecuali vitamin,

mineral, dan obat (Prasetyono, 2009).

Air susu ibu (ASI) merupakan makanan yang terbaik bagi bayi karena

mengandung semua zat gizi dalam jumlah dan komposisi yang ideal yang

dibutuhkan oleh bayi untuk tumbuh dan berkembang secara optimal, terutama

pada umur 0 sampai 6 bulan. Pemberian ASI eksklusif kepada bayi umur 0 –

6 bulan sangat dianjurkan dan memberikan makanan pendamping ASI secara

benar setelah itu sampai bayi/anak berumur 2 tahun (Rinaningsih, 2007,

Tedjasaputra, 2010, Fewtrell et al, 2007). Bayi yang mendapatkan ASI

eksklusif merupakan bayi yang hanya menerima ASI saja sehingga tidak ada
74

cairan atau padatan lainnya diberikan, bahkan air dengan pengecualian

rehidrasi oral, atau tetes/sirup vitamin, mineralyang diberi ASI memiliki

risiko lebih rendah terkena penyakit degeneratif seperti penyakit darah tinggi,

diabetes tipe 2, dan obesitas pada saat dewasa (WHO dan Unicef, 2003)

Dampak negatif tidak di berikan asi yaitu Bertambahnya kerentanan

terhadap penyakit (baik anak maupun ibu) Menyusui diyakini dapat

mencegah 1/3 kejadian infeksi saluran pernapasan atas (ISPA), kejadian diare

dapat turun 50%, dan penyakit usus parah pada bayi prematur dapat

berkurang kejadiannya sebanyak 58%. Pada ibu, risiko kanker payudara juga

dapat menurun 6-10%.

Berdasarkan data WHO (2015) cakupan ASI eksklusif pada usia 0-6

bulan sebesar 43%. Hal ini sama dengan data yang diperoleh United Nations

International Children’s Emergency Fund (UNICEF) menunjukkan bahwa

cakupan ASI eksklusif dunia sebesar 43%. Hasil tersebut masih di bawah

target global menurut World Health Assembly (WHA) sebesar 50%.

Menurut Hasil Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun

2007 menyebutkan ada sepertiga (32%) bayi berumur di bawah enam bulan

yang mendapatkan ASI eksklusif. Empat dari sepuluh bayi yang berumur di

bawah empat bulan (41%) dan 48% bayi umur kurang dari dua bulan

mendapatkan ASI eksklusif.

Pemberian ASI eksklusif di Jawa Barat pada tahun 2016 sebesar 46,4%,

masih dibawah cakupan nasional 52,3% terlebih target nasional sebesar

80%.Data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Provinsi Jawa


75

Dari hasil pengambilan Data yang di lakukan di BPS XXX pada tahun

2019 bulan Januari - Maret terdapat 102 ibu nifas, yang memberikan ASI

Eksklusif sebanyak 87 ibu (85,29 % ).

Upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya kematian

balita adalah dengan pemberian Air Susu Ibu (ASI) segera setelah lahir

atau biasa disebut Inisiasi Menyusu Dini (IMD) serta pemberian ASI

eksklusif. Hal ini didukung oleh pernyataan United Nations Childrens Fund

(UNICEF), bahwa sebanyak 30.000 kematian bayi di Indonesia dan 10 juta

kematian anak balita di dunia pada tiap tahunnya bisa dicegah melalui

pemberian ASI secara eksklusif selama enam bulan sejak tanggal

kelahirannya, tanpa harus memberikan makanan serta minuman tambahan

kepada bayi

Di Indonesia melalui Keputusan Menteri Kesehatan Nomor

450/SK/Menkes/VIII/2004, tanggal 7 April 2004 telah menetapkan tentang

pentingnya pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan pada ibu di Indonesia,

namun menurut Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2013

menunjukkan bahwa baru 38% bayi mendapat ASI di Indonesia (Infodatin,

2013).

Keberhasilan pemberian ASI Eksklusif menurut Siti Fadilah mengatakan

“dapat dipengaruhi oleh adanya kepedulian dan dukungan dari suami.

Seorang suami dapat memberikan dukungan kepada istrinya dalam pemberian

ASI Eksklusif dengan bentuk dukungan yang berbeda”, menurut Friedman


76

dukungan dibedakan menjadi empat yaitu : dukungan penghargaan, dukungan

informasi, dukungan emosional dan dukungan instrumental.

Banyaknya bayi yang tidak mendapatkan ASI eksklusif disebabkan oleh

bebagai faktor,diantaranya dukungan dari berbagai pihak yang masih kurang,

salah satunya Dukungan suami. Keberhasilan ASI eksklusifakan lebih mudah

bila dukungan dari suami turut berperan. Menyusui memerlukan kondisi

emosional yang stabil, mengingat faktor psikologis ibu sangat mempengaruhi

produksi ASI,suami dan istri harus saling memahami betapa pentingnya

ukungan terhadap ibu yang sedang menyusui (Tasya,2012).

Menurut penelitian Vetty Priscilla1, Dwi Novrianda1, Suratno2 yang

berjudul, Dukungan Suami Terhadap Pemberian Asi Eksklusif Di Wilayah

Kerja Puskesmas Lubuk Kilangan Kota Padang Tahun 2011. Hasil penelitian

diperoleh bahwa dukungan instrumental dan penilaian bernilai positif

sedangkan dukungan emosional dan informasional bernilai negatif.

Selanjutnya terdapat hubungan yang bermakna antara dukungan emosional,

instrumental, informasional, dan penilaian suami terhadap pemberian ASI

eksklusif. Dukungan penilaian merupakan variabel yang paling tinggi

kekuatan hubungannya terhadap pemberian ASI eksklusif (b=0.119). Peneliti

menyarankan agar tenaga kesehatan memperluas sasaran promosi kesehatan

yang berhubungan dengan pemberian ASI eksklusif yang melibatkan suami

sebagai sasaran.

Penelitian Astri Faradillah Anka. R (2017). Yang berjudul Hubungan

Dukungan Suami Dengan Pemberian Asi Eksklusif Diwilayah Kerja


77

Puskesmas Perumnas Kota Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara. Penelitian

menunjukkan bahwa dari 45 responden yang menjadi obyek penelitian

sebanyak 24orang (53,3%) suami mau memberikan dukungan dalam

pemberian ASI eksklusif dan hasil uji chi squareyaitu nilaiX2hitung (8,013) ≥

X2tabel (3,841), hal ini berarti bahwa nilai X2hitung lebih besar

dibandingkan X2 tabel maka H1 diterima H0 ditolak dengan taraf hubungan

signifikan α = 0,05.

Penelitian Indriyani Bakri (2018). Hasil penelitian ini yang menunjukkan

bahwa ibu yang memberikan ASI eksklusif sebanyak 65,1% serta ibu yang

mendapat dukungan suami yang baik sebanyak 59%. Hasil uji statistik

menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara dukungan suami dengan

pemberian ASI eksklusif dengan p value sebesar 0,220 dan Odd Ratio sebesar

1,97. Diharapkan suami dapat mendampingi ibu dalam kegiatan posyandu

atau pemeriksaan kesehatan ibu dan anak sehingga dapat menambah

informasi terutama untuk suami dalam mendukung istrinya memberikan ASI

eksklusif kepada anaknya.

Berdasarkan studi pendahuluan dari 10 ibu nifas mengatakan bahwa 80%

suami lebih mendukung jika bayi diberikan ASI eksklusif. Maka dari itu,

peneliti merasa tertarik untuk mengambil judul “Factor-Faktor Yang

Mempengaruhi Dukungan Suami Terhadap Pemberian ASI Eksklusif Pada

Bayi 0-6 Bulan Di BPS XXX Tahun 2019”.

1.47Rumusan Masalah
78

Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan pada tahun 2018 terdapat 6090

ibu nifas ibu dan 6077 (99,79%) ibu yang memberikan ASI Eksklusif.

Berdasarkan dari laporan jumlah ibu nifas yang menyusui pada tahun 2018

sebanyak 73.

Berdasarkan dari data tersebut diketahui bahwa masih cukup tinggi ibu

yang tida memberikan ASI secata Eksklusif sehingga perlu di lakukan

penelitian untuk mengetahui faktot-faktor apa saja yang mempengaruhi

dukungan suami terhadap pemberian ASI Eksklusif pada bayi 0-6 Bulan di

BPS XXX Tahun 2019

1.48Tujuan

1.48.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui faktor faktor yang mempengaruhi Dukungan

Suami terhadap pemberian ASI Eksklusif pada bayi 0-6 Bulan di BPS

XXX Tahun 2019.

1.48.2 Tujuan Khusus

73. Di ketahuinya distribusi frekuensi faktor dukungan penghargaan

suami terhadap pemberian ASI Eksklusif pada bayi 0-6 Bulan di

BPS XXX Tahun 2019.

74. Di ketahuinya distribusi frekuensi faktor Dukungan informasi

suami terhadap pemberian ASI Eksklusif pada bayi 0-6 Bulan di

BPS XXX Tahun 2019.


79

75. Di ketahuinya distribusi frekuensi faktor Dukungan emosional

suami terhadap pemberian asi Eksklusif pada bayi 0-6 Bulan di

BPS XXX Tahun 2019.

76. Di ketahuinya distribusi frekuensi faktor Dukungan instrumental

suami terhadap pemberian ASI Eksklusif pada bayi 0-6 Bulan di

BPS XXX Tahun 2019.

77. Di ketahui adanya hubungan faktor dukungan penghargaan suami

terhadap pemberian ASI Eksklusif pada bayi 0-6 bulan di BPS

XXX Tahun 2019.

78. Di ketahui adanya hubungan faktor dukungan informas suami

terhadap pemberian ASI Eksklusif pada bayi 0-6 bulan di BPS

XXX Tahun 2019.

79. Di ketahui adanya hubungan faktor dukungan emosional suami

terhadap pemberian ASI Eksklusif pada bayi 0-6 bulan di BPS

XXX Tahun 2019.

80. Di ketahui ada nya hubungan faktor dukungan instrumental suami

terhadap pemberian ASI Eksklusif pada bayi 0-6 bulan di BPS

XXX Tahun 2019.

1.49Ruang Lingkup

Ruang lingkup penelitian hanya membahas Faktor-Faktor Yang

Mempengaruhi Dukungan Suami terhadap Pemberian Asi Ekslusif Pada Bayi


80

0-6 Bulan Di BPS XXX Tahun 2019, meliputi Dukungan Penghargaan,

Dukungan Informasi, Dukungan Emosinal, Dukungan Instrumental.

Penelitian ini dilakukan karena masih terdapat ibu yang tidak memberikan

ASI Ekslisif pada bayi 0-6 bulan, disebabkan karena kurangnya dukungan

suami pada ibu menyusui. Adapun populasi dalam penelitian ini adalah ibu

menyusui pada periode Januari-Maret 2019. Yakni sebanyak 102 orang.

fenelitian ini menggunakan metode survey analitik yaitu bagaimana dan

mengapa fenomena itu terjadi kemudian melakukan analisis dinamika korelasi

antara fenomena baik antara faktor resiko dengan factor efek. Dengan dengan

pendekaran cross sectional, dan cara pengambilan sampel menggunakan

teknik randem sampling dengan mengambil 20 orang ibu menyusui sebagai

responden dalam penelitian.

1.50Manfaat Penelitian

Penelitian dilakukan agar diharapkan dapat memberikan manfaat badi

berbagai pihak meliputi:

1.5.19 Manfaat Teoritis

28. Bagi institusi pendidikan

Sebagai wawasan bagi institusi pendidikan dalam proses

belajar khususnya dalam metodologi riset statisticdan kebidanan

dapat juga di jadikan sumber bahan bacaan kesehatan dan

metodologi penelitian kebidanan tentang dukungan suami dengan

pemberian ASI Eksklusif pada bayi 0-6 Bulan


81

29. Bagi Peneliti

Untuk menanbah wawasan peneliti mengenai riset kesehatan

dan khususnya tentang masalah kebidanan dan dapat menambah

pengetahuan secara langsung mengenai dukungan suami dengan

memberikan ASI Eksklusif pada bayi 0-6 Bulan.

30. Bagi peneliti selanjutnya

Hasil penelitian ini dapat di jadikan sebagai dasar untuk

penelitian selanjutnya

1.5.20 Manfaat Praktis

19. Bagi BPS

Semoga memberi manfaat bagi lokasi penelitian dan dapat

menambah referensi dalam bidang ilmu kebidanan serta untuk

menghubungkan, dan menambah pengetahuan yang telah ada

tentang hubungan dukungan suami dengan pemberian ASI

Eksklusif pada bayi 0-6 Bulan 2019.

20. Bagi Responden

Semoga dapat menambah informasi yang lebih kepada

masyarakat mengenai pemberian ASI Eksklusif pada bayi 0-6

Bulan, serta menambah pengetahuan ibu menyusui.


82

BAB I

PENDAHULUAN

1.51Latar Belakang

ASI eksklusif menurut World Health Organization (WHO, 2011) adalah

memberikan hanya ASI saja tanpa memberikan makanan dan minuman lain

kepada bayi sejak lahir sampai berumur 6 bulan, kecuali obat dan vitamin.

Namun bukan berarti setelah pemberian ASI eksklusif pemberian ASI

eksklusif pemberian ASI dihentikan, akan tetapi tetap diberikan kepada bayi

sampai bayi berusia 2 tahun. ASI merupakan makanan pertama, utama, dan

terbaik bagi bayi, bersifat ilmiah. ASI eksklusif adalah bayi hanya diberi ASI

selama 6 bulan tanpa tambahan makanan cairan lain, seperti susu formula,

jeruk, madu, air teh, dan air putih, serta tanpa tambahan makanan padat ,

seperti pisang, bubur susu, biscuit, bubur nasi, dan nasi tim, kecuali vitamin,

mineral, dan obat (Prasetyono, 2009).

Air susu ibu (ASI) merupakan makanan yang terbaik bagi bayi karena

mengandung semua zat gizi dalam jumlah dan komposisi yang ideal yang

dibutuhkan oleh bayi untuk tumbuh dan berkembang secara optimal, terutama

pada umur 0 sampai 6 bulan. Pemberian ASI eksklusif kepada bayi umur 0 –

6 bulan sangat dianjurkan dan memberikan makanan pendamping ASI secara

benar setelah itu sampai bayi/anak berumur 2 tahun (Rinaningsih, 2007,

Tedjasaputra, 2010, Fewtrell et al, 2007). Bayi yang mendapatkan ASI

eksklusif merupakan bayi yang hanya menerima ASI saja sehingga tidak ada
83

cairan atau padatan lainnya diberikan, bahkan air dengan pengecualian

rehidrasi oral, atau tetes/sirup vitamin, mineralyang diberi ASI memiliki

risiko lebih rendah terkena penyakit degeneratif seperti penyakit darah tinggi,

diabetes tipe 2, dan obesitas pada saat dewasa (WHO dan Unicef, 2003)

Dampak negatif tidak di berikan asi yaitu Bertambahnya kerentanan

terhadap penyakit (baik anak maupun ibu) Menyusui diyakini dapat

mencegah 1/3 kejadian infeksi saluran pernapasan atas (ISPA), kejadian diare

dapat turun 50%, dan penyakit usus parah pada bayi prematur dapat

berkurang kejadiannya sebanyak 58%. Pada ibu, risiko kanker payudara juga

dapat menurun 6-10%.

Berdasarkan data WHO (2015) cakupan ASI eksklusif pada usia 0-6

bulan sebesar 43%. Hal ini sama dengan data yang diperoleh United Nations

International Children’s Emergency Fund (UNICEF) menunjukkan bahwa

cakupan ASI eksklusif dunia sebesar 43%. Hasil tersebut masih di bawah

target global menurut World Health Assembly (WHA) sebesar 50%.

Menurut Hasil Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun

2007 menyebutkan ada sepertiga (32%) bayi berumur di bawah enam bulan

yang mendapatkan ASI eksklusif. Empat dari sepuluh bayi yang berumur di

bawah empat bulan (41%) dan 48% bayi umur kurang dari dua bulan

mendapatkan ASI eksklusif.

Pemberian ASI eksklusif di Jawa Barat pada tahun 2016 sebesar 46,4%,

masih dibawah cakupan nasional 52,3% terlebih target nasional sebesar

80%.Data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Provinsi Jawa


84

Dari hasil pengambilan Data yang di lakukan di BPS XXX pada tahun

2019 bulan Januari - Maret terdapat 102 ibu nifas, yang memberikan ASI

Eksklusif sebanyak 87 ibu (85,29 % ).

Upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya kematian

balita adalah dengan pemberian Air Susu Ibu (ASI) segera setelah lahir

atau biasa disebut Inisiasi Menyusu Dini (IMD) serta pemberian ASI

eksklusif. Hal ini didukung oleh pernyataan United Nations Childrens Fund

(UNICEF), bahwa sebanyak 30.000 kematian bayi di Indonesia dan 10 juta

kematian anak balita di dunia pada tiap tahunnya bisa dicegah melalui

pemberian ASI secara eksklusif selama enam bulan sejak tanggal

kelahirannya, tanpa harus memberikan makanan serta minuman tambahan

kepada bayi

Di Indonesia melalui Keputusan Menteri Kesehatan Nomor

450/SK/Menkes/VIII/2004, tanggal 7 April 2004 telah menetapkan tentang

pentingnya pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan pada ibu di Indonesia,

namun menurut Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2013

menunjukkan bahwa baru 38% bayi mendapat ASI di Indonesia (Infodatin,

2013).

Keberhasilan pemberian ASI Eksklusif menurut Siti Fadilah mengatakan

“dapat dipengaruhi oleh adanya kepedulian dan dukungan dari suami.

Seorang suami dapat memberikan dukungan kepada istrinya dalam pemberian

ASI Eksklusif dengan bentuk dukungan yang berbeda”, menurut Friedman


85

dukungan dibedakan menjadi empat yaitu : dukungan penghargaan, dukungan

informasi, dukungan emosional dan dukungan instrumental.

Banyaknya bayi yang tidak mendapatkan ASI eksklusif disebabkan oleh

bebagai faktor,diantaranya dukungan dari berbagai pihak yang masih kurang,

salah satunya Dukungan suami. Keberhasilan ASI eksklusifakan lebih mudah

bila dukungan dari suami turut berperan. Menyusui memerlukan kondisi

emosional yang stabil, mengingat faktor psikologis ibu sangat mempengaruhi

produksi ASI,suami dan istri harus saling memahami betapa pentingnya

ukungan terhadap ibu yang sedang menyusui (Tasya,2012).

Menurut penelitian Vetty Priscilla1, Dwi Novrianda1, Suratno2 yang

berjudul, Dukungan Suami Terhadap Pemberian Asi Eksklusif Di Wilayah

Kerja Puskesmas Lubuk Kilangan Kota Padang Tahun 2011. Hasil penelitian

diperoleh bahwa dukungan instrumental dan penilaian bernilai positif

sedangkan dukungan emosional dan informasional bernilai negatif.

Selanjutnya terdapat hubungan yang bermakna antara dukungan emosional,

instrumental, informasional, dan penilaian suami terhadap pemberian ASI

eksklusif. Dukungan penilaian merupakan variabel yang paling tinggi

kekuatan hubungannya terhadap pemberian ASI eksklusif (b=0.119). Peneliti

menyarankan agar tenaga kesehatan memperluas sasaran promosi kesehatan

yang berhubungan dengan pemberian ASI eksklusif yang melibatkan suami

sebagai sasaran.

Penelitian Astri Faradillah Anka. R (2017). Yang berjudul Hubungan

Dukungan Suami Dengan Pemberian Asi Eksklusif Diwilayah Kerja


86

Puskesmas Perumnas Kota Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara. Penelitian

menunjukkan bahwa dari 45 responden yang menjadi obyek penelitian

sebanyak 24orang (53,3%) suami mau memberikan dukungan dalam

pemberian ASI eksklusif dan hasil uji chi squareyaitu nilaiX2hitung (8,013) ≥

X2tabel (3,841), hal ini berarti bahwa nilai X2hitung lebih besar

dibandingkan X2 tabel maka H1 diterima H0 ditolak dengan taraf hubungan

signifikan α = 0,05.

Penelitian Indriyani Bakri (2018). Hasil penelitian ini yang menunjukkan

bahwa ibu yang memberikan ASI eksklusif sebanyak 65,1% serta ibu yang

mendapat dukungan suami yang baik sebanyak 59%. Hasil uji statistik

menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara dukungan suami dengan

pemberian ASI eksklusif dengan p value sebesar 0,220 dan Odd Ratio sebesar

1,97. Diharapkan suami dapat mendampingi ibu dalam kegiatan posyandu

atau pemeriksaan kesehatan ibu dan anak sehingga dapat menambah

informasi terutama untuk suami dalam mendukung istrinya memberikan ASI

eksklusif kepada anaknya.

Berdasarkan studi pendahuluan dari 10 ibu nifas mengatakan bahwa 80%

suami lebih mendukung jika bayi diberikan ASI eksklusif. Maka dari itu,

peneliti merasa tertarik untuk mengambil judul “Factor-Faktor Yang

Mempengaruhi Dukungan Suami Terhadap Pemberian ASI Eksklusif Pada

Bayi 0-6 Bulan Di BPS XXX Tahun 2019”.

1.52Rumusan Masalah
87

Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan pada tahun 2018 terdapat 6090

ibu nifas ibu dan 6077 (99,79%) ibu yang memberikan ASI Eksklusif.

Berdasarkan dari laporan jumlah ibu nifas yang menyusui pada tahun 2018

sebanyak 73.

Berdasarkan dari data tersebut diketahui bahwa masih cukup tinggi ibu

yang tida memberikan ASI secata Eksklusif sehingga perlu di lakukan

penelitian untuk mengetahui faktot-faktor apa saja yang mempengaruhi

dukungan suami terhadap pemberian ASI Eksklusif pada bayi 0-6 Bulan di

BPS XXX Tahun 2019

1.53Tujuan

1.53.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui faktor faktor yang mempengaruhi Dukungan

Suami terhadap pemberian ASI Eksklusif pada bayi 0-6 Bulan di BPS

XXX Tahun 2019.

1.53.2 Tujuan Khusus

81. Di ketahuinya distribusi frekuensi faktor dukungan penghargaan

suami terhadap pemberian ASI Eksklusif pada bayi 0-6 Bulan di

BPS XXX Tahun 2019.

82. Di ketahuinya distribusi frekuensi faktor Dukungan informasi

suami terhadap pemberian ASI Eksklusif pada bayi 0-6 Bulan di

BPS XXX Tahun 2019.


88

83. Di ketahuinya distribusi frekuensi faktor Dukungan emosional

suami terhadap pemberian asi Eksklusif pada bayi 0-6 Bulan di

BPS XXX Tahun 2019.

84. Di ketahuinya distribusi frekuensi faktor Dukungan instrumental

suami terhadap pemberian ASI Eksklusif pada bayi 0-6 Bulan di

BPS XXX Tahun 2019.

85. Di ketahui adanya hubungan faktor dukungan penghargaan suami

terhadap pemberian ASI Eksklusif pada bayi 0-6 bulan di BPS

XXX Tahun 2019.

86. Di ketahui adanya hubungan faktor dukungan informas suami

terhadap pemberian ASI Eksklusif pada bayi 0-6 bulan di BPS

XXX Tahun 2019.

87. Di ketahui adanya hubungan faktor dukungan emosional suami

terhadap pemberian ASI Eksklusif pada bayi 0-6 bulan di BPS

XXX Tahun 2019.

88. Di ketahui ada nya hubungan faktor dukungan instrumental suami

terhadap pemberian ASI Eksklusif pada bayi 0-6 bulan di BPS

XXX Tahun 2019.

1.54Ruang Lingkup

Ruang lingkup penelitian hanya membahas Faktor-Faktor Yang

Mempengaruhi Dukungan Suami terhadap Pemberian Asi Ekslusif Pada Bayi


89

0-6 Bulan Di BPS XXX Tahun 2019, meliputi Dukungan Penghargaan,

Dukungan Informasi, Dukungan Emosinal, Dukungan Instrumental.

Penelitian ini dilakukan karena masih terdapat ibu yang tidak memberikan

ASI Ekslisif pada bayi 0-6 bulan, disebabkan karena kurangnya dukungan

suami pada ibu menyusui. Adapun populasi dalam penelitian ini adalah ibu

menyusui pada periode Januari-Maret 2019. Yakni sebanyak 102 orang.

fenelitian ini menggunakan metode survey analitik yaitu bagaimana dan

mengapa fenomena itu terjadi kemudian melakukan analisis dinamika korelasi

antara fenomena baik antara faktor resiko dengan factor efek. Dengan dengan

pendekaran cross sectional, dan cara pengambilan sampel menggunakan

teknik randem sampling dengan mengambil 20 orang ibu menyusui sebagai

responden dalam penelitian.

1.55Manfaat Penelitian

Penelitian dilakukan agar diharapkan dapat memberikan manfaat badi

berbagai pihak meliputi:

1.5.21 Manfaat Teoritis

31. Bagi institusi pendidikan

Sebagai wawasan bagi institusi pendidikan dalam proses

belajar khususnya dalam metodologi riset statisticdan kebidanan

dapat juga di jadikan sumber bahan bacaan kesehatan dan

metodologi penelitian kebidanan tentang dukungan suami dengan

pemberian ASI Eksklusif pada bayi 0-6 Bulan


90

32. Bagi Peneliti

Untuk menanbah wawasan peneliti mengenai riset kesehatan

dan khususnya tentang masalah kebidanan dan dapat menambah

pengetahuan secara langsung mengenai dukungan suami dengan

memberikan ASI Eksklusif pada bayi 0-6 Bulan.

33. Bagi peneliti selanjutnya

Hasil penelitian ini dapat di jadikan sebagai dasar untuk

penelitian selanjutnya

1.5.22 Manfaat Praktis

21. Bagi BPS

Semoga memberi manfaat bagi lokasi penelitian dan dapat

menambah referensi dalam bidang ilmu kebidanan serta untuk

menghubungkan, dan menambah pengetahuan yang telah ada

tentang hubungan dukungan suami dengan pemberian ASI

Eksklusif pada bayi 0-6 Bulan 2019.

22. Bagi Responden

Semoga dapat menambah informasi yang lebih kepada

masyarakat mengenai pemberian ASI Eksklusif pada bayi 0-6

Bulan, serta menambah pengetahuan ibu menyusui.


91

BAB I

PENDAHULUAN

1.56Latar Belakang

ASI eksklusif menurut World Health Organization (WHO, 2011) adalah

memberikan hanya ASI saja tanpa memberikan makanan dan minuman lain

kepada bayi sejak lahir sampai berumur 6 bulan, kecuali obat dan vitamin.

Namun bukan berarti setelah pemberian ASI eksklusif pemberian ASI

eksklusif pemberian ASI dihentikan, akan tetapi tetap diberikan kepada bayi

sampai bayi berusia 2 tahun. ASI merupakan makanan pertama, utama, dan

terbaik bagi bayi, bersifat ilmiah. ASI eksklusif adalah bayi hanya diberi ASI

selama 6 bulan tanpa tambahan makanan cairan lain, seperti susu formula,

jeruk, madu, air teh, dan air putih, serta tanpa tambahan makanan padat ,

seperti pisang, bubur susu, biscuit, bubur nasi, dan nasi tim, kecuali vitamin,

mineral, dan obat (Prasetyono, 2009).

Air susu ibu (ASI) merupakan makanan yang terbaik bagi bayi karena

mengandung semua zat gizi dalam jumlah dan komposisi yang ideal yang

dibutuhkan oleh bayi untuk tumbuh dan berkembang secara optimal, terutama

pada umur 0 sampai 6 bulan. Pemberian ASI eksklusif kepada bayi umur 0 –

6 bulan sangat dianjurkan dan memberikan makanan pendamping ASI secara

benar setelah itu sampai bayi/anak berumur 2 tahun (Rinaningsih, 2007,

Tedjasaputra, 2010, Fewtrell et al, 2007). Bayi yang mendapatkan ASI

eksklusif merupakan bayi yang hanya menerima ASI saja sehingga tidak ada
92

cairan atau padatan lainnya diberikan, bahkan air dengan pengecualian

rehidrasi oral, atau tetes/sirup vitamin, mineralyang diberi ASI memiliki

risiko lebih rendah terkena penyakit degeneratif seperti penyakit darah tinggi,

diabetes tipe 2, dan obesitas pada saat dewasa (WHO dan Unicef, 2003)

Dampak negatif tidak di berikan asi yaitu Bertambahnya kerentanan

terhadap penyakit (baik anak maupun ibu) Menyusui diyakini dapat

mencegah 1/3 kejadian infeksi saluran pernapasan atas (ISPA), kejadian diare

dapat turun 50%, dan penyakit usus parah pada bayi prematur dapat

berkurang kejadiannya sebanyak 58%. Pada ibu, risiko kanker payudara juga

dapat menurun 6-10%.

Berdasarkan data WHO (2015) cakupan ASI eksklusif pada usia 0-6

bulan sebesar 43%. Hal ini sama dengan data yang diperoleh United Nations

International Children’s Emergency Fund (UNICEF) menunjukkan bahwa

cakupan ASI eksklusif dunia sebesar 43%. Hasil tersebut masih di bawah

target global menurut World Health Assembly (WHA) sebesar 50%.

Menurut Hasil Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun

2007 menyebutkan ada sepertiga (32%) bayi berumur di bawah enam bulan

yang mendapatkan ASI eksklusif. Empat dari sepuluh bayi yang berumur di

bawah empat bulan (41%) dan 48% bayi umur kurang dari dua bulan

mendapatkan ASI eksklusif.

Pemberian ASI eksklusif di Jawa Barat pada tahun 2016 sebesar 46,4%,

masih dibawah cakupan nasional 52,3% terlebih target nasional sebesar

80%.Data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Provinsi Jawa


93

Dari hasil pengambilan Data yang di lakukan di BPS XXX pada tahun

2019 bulan Januari - Maret terdapat 102 ibu nifas, yang memberikan ASI

Eksklusif sebanyak 87 ibu (85,29 % ).

Upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya kematian

balita adalah dengan pemberian Air Susu Ibu (ASI) segera setelah lahir

atau biasa disebut Inisiasi Menyusu Dini (IMD) serta pemberian ASI

eksklusif. Hal ini didukung oleh pernyataan United Nations Childrens Fund

(UNICEF), bahwa sebanyak 30.000 kematian bayi di Indonesia dan 10 juta

kematian anak balita di dunia pada tiap tahunnya bisa dicegah melalui

pemberian ASI secara eksklusif selama enam bulan sejak tanggal

kelahirannya, tanpa harus memberikan makanan serta minuman tambahan

kepada bayi

Di Indonesia melalui Keputusan Menteri Kesehatan Nomor

450/SK/Menkes/VIII/2004, tanggal 7 April 2004 telah menetapkan tentang

pentingnya pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan pada ibu di Indonesia,

namun menurut Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2013

menunjukkan bahwa baru 38% bayi mendapat ASI di Indonesia (Infodatin,

2013).

Keberhasilan pemberian ASI Eksklusif menurut Siti Fadilah mengatakan

“dapat dipengaruhi oleh adanya kepedulian dan dukungan dari suami.

Seorang suami dapat memberikan dukungan kepada istrinya dalam pemberian

ASI Eksklusif dengan bentuk dukungan yang berbeda”, menurut Friedman


94

dukungan dibedakan menjadi empat yaitu : dukungan penghargaan, dukungan

informasi, dukungan emosional dan dukungan instrumental.

Banyaknya bayi yang tidak mendapatkan ASI eksklusif disebabkan oleh

bebagai faktor,diantaranya dukungan dari berbagai pihak yang masih kurang,

salah satunya Dukungan suami. Keberhasilan ASI eksklusifakan lebih mudah

bila dukungan dari suami turut berperan. Menyusui memerlukan kondisi

emosional yang stabil, mengingat faktor psikologis ibu sangat mempengaruhi

produksi ASI,suami dan istri harus saling memahami betapa pentingnya

ukungan terhadap ibu yang sedang menyusui (Tasya,2012).

Menurut penelitian Vetty Priscilla1, Dwi Novrianda1, Suratno2 yang

berjudul, Dukungan Suami Terhadap Pemberian Asi Eksklusif Di Wilayah

Kerja Puskesmas Lubuk Kilangan Kota Padang Tahun 2011. Hasil penelitian

diperoleh bahwa dukungan instrumental dan penilaian bernilai positif

sedangkan dukungan emosional dan informasional bernilai negatif.

Selanjutnya terdapat hubungan yang bermakna antara dukungan emosional,

instrumental, informasional, dan penilaian suami terhadap pemberian ASI

eksklusif. Dukungan penilaian merupakan variabel yang paling tinggi

kekuatan hubungannya terhadap pemberian ASI eksklusif (b=0.119). Peneliti

menyarankan agar tenaga kesehatan memperluas sasaran promosi kesehatan

yang berhubungan dengan pemberian ASI eksklusif yang melibatkan suami

sebagai sasaran.

Penelitian Astri Faradillah Anka. R (2017). Yang berjudul Hubungan

Dukungan Suami Dengan Pemberian Asi Eksklusif Diwilayah Kerja


95

Puskesmas Perumnas Kota Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara. Penelitian

menunjukkan bahwa dari 45 responden yang menjadi obyek penelitian

sebanyak 24orang (53,3%) suami mau memberikan dukungan dalam

pemberian ASI eksklusif dan hasil uji chi squareyaitu nilaiX2hitung (8,013) ≥

X2tabel (3,841), hal ini berarti bahwa nilai X2hitung lebih besar

dibandingkan X2 tabel maka H1 diterima H0 ditolak dengan taraf hubungan

signifikan α = 0,05.

Penelitian Indriyani Bakri (2018). Hasil penelitian ini yang menunjukkan

bahwa ibu yang memberikan ASI eksklusif sebanyak 65,1% serta ibu yang

mendapat dukungan suami yang baik sebanyak 59%. Hasil uji statistik

menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara dukungan suami dengan

pemberian ASI eksklusif dengan p value sebesar 0,220 dan Odd Ratio sebesar

1,97. Diharapkan suami dapat mendampingi ibu dalam kegiatan posyandu

atau pemeriksaan kesehatan ibu dan anak sehingga dapat menambah

informasi terutama untuk suami dalam mendukung istrinya memberikan ASI

eksklusif kepada anaknya.

Berdasarkan studi pendahuluan dari 10 ibu nifas mengatakan bahwa 80%

suami lebih mendukung jika bayi diberikan ASI eksklusif. Maka dari itu,

peneliti merasa tertarik untuk mengambil judul “Factor-Faktor Yang

Mempengaruhi Dukungan Suami Terhadap Pemberian ASI Eksklusif Pada

Bayi 0-6 Bulan Di BPS XXX Tahun 2019”.

1.57Rumusan Masalah
96

Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan pada tahun 2018 terdapat 6090

ibu nifas ibu dan 6077 (99,79%) ibu yang memberikan ASI Eksklusif.

Berdasarkan dari laporan jumlah ibu nifas yang menyusui pada tahun 2018

sebanyak 73.

Berdasarkan dari data tersebut diketahui bahwa masih cukup tinggi ibu

yang tida memberikan ASI secata Eksklusif sehingga perlu di lakukan

penelitian untuk mengetahui faktot-faktor apa saja yang mempengaruhi

dukungan suami terhadap pemberian ASI Eksklusif pada bayi 0-6 Bulan di

BPS XXX Tahun 2019

1.58Tujuan

1.58.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui faktor faktor yang mempengaruhi Dukungan

Suami terhadap pemberian ASI Eksklusif pada bayi 0-6 Bulan di BPS

XXX Tahun 2019.

1.58.2 Tujuan Khusus

89. Di ketahuinya distribusi frekuensi faktor dukungan penghargaan

suami terhadap pemberian ASI Eksklusif pada bayi 0-6 Bulan di

BPS XXX Tahun 2019.

90. Di ketahuinya distribusi frekuensi faktor Dukungan informasi

suami terhadap pemberian ASI Eksklusif pada bayi 0-6 Bulan di

BPS XXX Tahun 2019.


97

91. Di ketahuinya distribusi frekuensi faktor Dukungan emosional

suami terhadap pemberian asi Eksklusif pada bayi 0-6 Bulan di

BPS XXX Tahun 2019.

92. Di ketahuinya distribusi frekuensi faktor Dukungan instrumental

suami terhadap pemberian ASI Eksklusif pada bayi 0-6 Bulan di

BPS XXX Tahun 2019.

93. Di ketahui adanya hubungan faktor dukungan penghargaan suami

terhadap pemberian ASI Eksklusif pada bayi 0-6 bulan di BPS

XXX Tahun 2019.

94. Di ketahui adanya hubungan faktor dukungan informas suami

terhadap pemberian ASI Eksklusif pada bayi 0-6 bulan di BPS

XXX Tahun 2019.

95. Di ketahui adanya hubungan faktor dukungan emosional suami

terhadap pemberian ASI Eksklusif pada bayi 0-6 bulan di BPS

XXX Tahun 2019.

96. Di ketahui ada nya hubungan faktor dukungan instrumental suami

terhadap pemberian ASI Eksklusif pada bayi 0-6 bulan di BPS

XXX Tahun 2019.

1.59Ruang Lingkup

Ruang lingkup penelitian hanya membahas Faktor-Faktor Yang

Mempengaruhi Dukungan Suami terhadap Pemberian Asi Ekslusif Pada Bayi


98

0-6 Bulan Di BPS XXX Tahun 2019, meliputi Dukungan Penghargaan,

Dukungan Informasi, Dukungan Emosinal, Dukungan Instrumental.

Penelitian ini dilakukan karena masih terdapat ibu yang tidak memberikan

ASI Ekslisif pada bayi 0-6 bulan, disebabkan karena kurangnya dukungan

suami pada ibu menyusui. Adapun populasi dalam penelitian ini adalah ibu

menyusui pada periode Januari-Maret 2019. Yakni sebanyak 102 orang.

fenelitian ini menggunakan metode survey analitik yaitu bagaimana dan

mengapa fenomena itu terjadi kemudian melakukan analisis dinamika korelasi

antara fenomena baik antara faktor resiko dengan factor efek. Dengan dengan

pendekaran cross sectional, dan cara pengambilan sampel menggunakan

teknik randem sampling dengan mengambil 20 orang ibu menyusui sebagai

responden dalam penelitian.

1.60Manfaat Penelitian

Penelitian dilakukan agar diharapkan dapat memberikan manfaat badi

berbagai pihak meliputi:

1.5.23 Manfaat Teoritis

34. Bagi institusi pendidikan

Sebagai wawasan bagi institusi pendidikan dalam proses

belajar khususnya dalam metodologi riset statisticdan kebidanan

dapat juga di jadikan sumber bahan bacaan kesehatan dan

metodologi penelitian kebidanan tentang dukungan suami dengan

pemberian ASI Eksklusif pada bayi 0-6 Bulan


99

35. Bagi Peneliti

Untuk menanbah wawasan peneliti mengenai riset kesehatan

dan khususnya tentang masalah kebidanan dan dapat menambah

pengetahuan secara langsung mengenai dukungan suami dengan

memberikan ASI Eksklusif pada bayi 0-6 Bulan.

36. Bagi peneliti selanjutnya

Hasil penelitian ini dapat di jadikan sebagai dasar untuk

penelitian selanjutnya

1.5.24 Manfaat Praktis

23. Bagi BPS

Semoga memberi manfaat bagi lokasi penelitian dan dapat

menambah referensi dalam bidang ilmu kebidanan serta untuk

menghubungkan, dan menambah pengetahuan yang telah ada

tentang hubungan dukungan suami dengan pemberian ASI

Eksklusif pada bayi 0-6 Bulan 2019.

24. Bagi Responden

Semoga dapat menambah informasi yang lebih kepada

masyarakat mengenai pemberian ASI Eksklusif pada bayi 0-6

Bulan, serta menambah pengetahuan ibu menyusui.


100

BAB I

PENDAHULUAN

1.61Latar Belakang

ASI eksklusif menurut World Health Organization (WHO, 2011) adalah

memberikan hanya ASI saja tanpa memberikan makanan dan minuman lain

kepada bayi sejak lahir sampai berumur 6 bulan, kecuali obat dan vitamin.

Namun bukan berarti setelah pemberian ASI eksklusif pemberian ASI

eksklusif pemberian ASI dihentikan, akan tetapi tetap diberikan kepada bayi

sampai bayi berusia 2 tahun. ASI merupakan makanan pertama, utama, dan

terbaik bagi bayi, bersifat ilmiah. ASI eksklusif adalah bayi hanya diberi ASI

selama 6 bulan tanpa tambahan makanan cairan lain, seperti susu formula,

jeruk, madu, air teh, dan air putih, serta tanpa tambahan makanan padat ,

seperti pisang, bubur susu, biscuit, bubur nasi, dan nasi tim, kecuali vitamin,

mineral, dan obat (Prasetyono, 2009).

Air susu ibu (ASI) merupakan makanan yang terbaik bagi bayi karena

mengandung semua zat gizi dalam jumlah dan komposisi yang ideal yang

dibutuhkan oleh bayi untuk tumbuh dan berkembang secara optimal, terutama

pada umur 0 sampai 6 bulan. Pemberian ASI eksklusif kepada bayi umur 0 –

6 bulan sangat dianjurkan dan memberikan makanan pendamping ASI secara

benar setelah itu sampai bayi/anak berumur 2 tahun (Rinaningsih, 2007,

Tedjasaputra, 2010, Fewtrell et al, 2007). Bayi yang mendapatkan ASI

eksklusif merupakan bayi yang hanya menerima ASI saja sehingga tidak ada
101

cairan atau padatan lainnya diberikan, bahkan air dengan pengecualian

rehidrasi oral, atau tetes/sirup vitamin, mineralyang diberi ASI memiliki

risiko lebih rendah terkena penyakit degeneratif seperti penyakit darah tinggi,

diabetes tipe 2, dan obesitas pada saat dewasa (WHO dan Unicef, 2003)

Dampak negatif tidak di berikan asi yaitu Bertambahnya kerentanan

terhadap penyakit (baik anak maupun ibu) Menyusui diyakini dapat

mencegah 1/3 kejadian infeksi saluran pernapasan atas (ISPA), kejadian diare

dapat turun 50%, dan penyakit usus parah pada bayi prematur dapat

berkurang kejadiannya sebanyak 58%. Pada ibu, risiko kanker payudara juga

dapat menurun 6-10%.

Berdasarkan data WHO (2015) cakupan ASI eksklusif pada usia 0-6

bulan sebesar 43%. Hal ini sama dengan data yang diperoleh United Nations

International Children’s Emergency Fund (UNICEF) menunjukkan bahwa

cakupan ASI eksklusif dunia sebesar 43%. Hasil tersebut masih di bawah

target global menurut World Health Assembly (WHA) sebesar 50%.

Menurut Hasil Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun

2007 menyebutkan ada sepertiga (32%) bayi berumur di bawah enam bulan

yang mendapatkan ASI eksklusif. Empat dari sepuluh bayi yang berumur di

bawah empat bulan (41%) dan 48% bayi umur kurang dari dua bulan

mendapatkan ASI eksklusif.

Pemberian ASI eksklusif di Jawa Barat pada tahun 2016 sebesar 46,4%,

masih dibawah cakupan nasional 52,3% terlebih target nasional sebesar

80%.Data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Provinsi Jawa


102

Dari hasil pengambilan Data yang di lakukan di BPS XXX pada tahun

2019 bulan Januari - Maret terdapat 102 ibu nifas, yang memberikan ASI

Eksklusif sebanyak 87 ibu (85,29 % ).

Upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya kematian

balita adalah dengan pemberian Air Susu Ibu (ASI) segera setelah lahir

atau biasa disebut Inisiasi Menyusu Dini (IMD) serta pemberian ASI

eksklusif. Hal ini didukung oleh pernyataan United Nations Childrens Fund

(UNICEF), bahwa sebanyak 30.000 kematian bayi di Indonesia dan 10 juta

kematian anak balita di dunia pada tiap tahunnya bisa dicegah melalui

pemberian ASI secara eksklusif selama enam bulan sejak tanggal

kelahirannya, tanpa harus memberikan makanan serta minuman tambahan

kepada bayi

Di Indonesia melalui Keputusan Menteri Kesehatan Nomor

450/SK/Menkes/VIII/2004, tanggal 7 April 2004 telah menetapkan tentang

pentingnya pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan pada ibu di Indonesia,

namun menurut Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2013

menunjukkan bahwa baru 38% bayi mendapat ASI di Indonesia (Infodatin,

2013).

Keberhasilan pemberian ASI Eksklusif menurut Siti Fadilah mengatakan

“dapat dipengaruhi oleh adanya kepedulian dan dukungan dari suami.

Seorang suami dapat memberikan dukungan kepada istrinya dalam pemberian

ASI Eksklusif dengan bentuk dukungan yang berbeda”, menurut Friedman


103

dukungan dibedakan menjadi empat yaitu : dukungan penghargaan, dukungan

informasi, dukungan emosional dan dukungan instrumental.

Banyaknya bayi yang tidak mendapatkan ASI eksklusif disebabkan oleh

bebagai faktor,diantaranya dukungan dari berbagai pihak yang masih kurang,

salah satunya Dukungan suami. Keberhasilan ASI eksklusifakan lebih mudah

bila dukungan dari suami turut berperan. Menyusui memerlukan kondisi

emosional yang stabil, mengingat faktor psikologis ibu sangat mempengaruhi

produksi ASI,suami dan istri harus saling memahami betapa pentingnya

ukungan terhadap ibu yang sedang menyusui (Tasya,2012).

Menurut penelitian Vetty Priscilla1, Dwi Novrianda1, Suratno2 yang

berjudul, Dukungan Suami Terhadap Pemberian Asi Eksklusif Di Wilayah

Kerja Puskesmas Lubuk Kilangan Kota Padang Tahun 2011. Hasil penelitian

diperoleh bahwa dukungan instrumental dan penilaian bernilai positif

sedangkan dukungan emosional dan informasional bernilai negatif.

Selanjutnya terdapat hubungan yang bermakna antara dukungan emosional,

instrumental, informasional, dan penilaian suami terhadap pemberian ASI

eksklusif. Dukungan penilaian merupakan variabel yang paling tinggi

kekuatan hubungannya terhadap pemberian ASI eksklusif (b=0.119). Peneliti

menyarankan agar tenaga kesehatan memperluas sasaran promosi kesehatan

yang berhubungan dengan pemberian ASI eksklusif yang melibatkan suami

sebagai sasaran.

Penelitian Astri Faradillah Anka. R (2017). Yang berjudul Hubungan

Dukungan Suami Dengan Pemberian Asi Eksklusif Diwilayah Kerja


104

Puskesmas Perumnas Kota Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara. Penelitian

menunjukkan bahwa dari 45 responden yang menjadi obyek penelitian

sebanyak 24orang (53,3%) suami mau memberikan dukungan dalam

pemberian ASI eksklusif dan hasil uji chi squareyaitu nilaiX2hitung (8,013) ≥

X2tabel (3,841), hal ini berarti bahwa nilai X2hitung lebih besar

dibandingkan X2 tabel maka H1 diterima H0 ditolak dengan taraf hubungan

signifikan α = 0,05.

Penelitian Indriyani Bakri (2018). Hasil penelitian ini yang menunjukkan

bahwa ibu yang memberikan ASI eksklusif sebanyak 65,1% serta ibu yang

mendapat dukungan suami yang baik sebanyak 59%. Hasil uji statistik

menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara dukungan suami dengan

pemberian ASI eksklusif dengan p value sebesar 0,220 dan Odd Ratio sebesar

1,97. Diharapkan suami dapat mendampingi ibu dalam kegiatan posyandu

atau pemeriksaan kesehatan ibu dan anak sehingga dapat menambah

informasi terutama untuk suami dalam mendukung istrinya memberikan ASI

eksklusif kepada anaknya.

Berdasarkan studi pendahuluan dari 10 ibu nifas mengatakan bahwa 80%

suami lebih mendukung jika bayi diberikan ASI eksklusif. Maka dari itu,

peneliti merasa tertarik untuk mengambil judul “Factor-Faktor Yang

Mempengaruhi Dukungan Suami Terhadap Pemberian ASI Eksklusif Pada

Bayi 0-6 Bulan Di BPS XXX Tahun 2019”.

1.62Rumusan Masalah
105

Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan pada tahun 2018 terdapat 6090

ibu nifas ibu dan 6077 (99,79%) ibu yang memberikan ASI Eksklusif.

Berdasarkan dari laporan jumlah ibu nifas yang menyusui pada tahun 2018

sebanyak 73.

Berdasarkan dari data tersebut diketahui bahwa masih cukup tinggi ibu

yang tida memberikan ASI secata Eksklusif sehingga perlu di lakukan

penelitian untuk mengetahui faktot-faktor apa saja yang mempengaruhi

dukungan suami terhadap pemberian ASI Eksklusif pada bayi 0-6 Bulan di

BPS XXX Tahun 2019

1.63Tujuan

1.63.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui faktor faktor yang mempengaruhi Dukungan

Suami terhadap pemberian ASI Eksklusif pada bayi 0-6 Bulan di BPS

XXX Tahun 2019.

1.63.2 Tujuan Khusus

97. Di ketahuinya distribusi frekuensi faktor dukungan penghargaan

suami terhadap pemberian ASI Eksklusif pada bayi 0-6 Bulan di

BPS XXX Tahun 2019.

98. Di ketahuinya distribusi frekuensi faktor Dukungan informasi

suami terhadap pemberian ASI Eksklusif pada bayi 0-6 Bulan di

BPS XXX Tahun 2019.


106

99. Di ketahuinya distribusi frekuensi faktor Dukungan emosional

suami terhadap pemberian asi Eksklusif pada bayi 0-6 Bulan di

BPS XXX Tahun 2019.

100.Di ketahuinya distribusi frekuensi faktor Dukungan instrumental

suami terhadap pemberian ASI Eksklusif pada bayi 0-6 Bulan di

BPS XXX Tahun 2019.

101.Di ketahui adanya hubungan faktor dukungan penghargaan suami

terhadap pemberian ASI Eksklusif pada bayi 0-6 bulan di BPS

XXX Tahun 2019.

102.Di ketahui adanya hubungan faktor dukungan informas suami

terhadap pemberian ASI Eksklusif pada bayi 0-6 bulan di BPS

XXX Tahun 2019.

103.Di ketahui adanya hubungan faktor dukungan emosional suami

terhadap pemberian ASI Eksklusif pada bayi 0-6 bulan di BPS

XXX Tahun 2019.

104.Di ketahui ada nya hubungan faktor dukungan instrumental suami

terhadap pemberian ASI Eksklusif pada bayi 0-6 bulan di BPS

XXX Tahun 2019.

1.64Ruang Lingkup

Ruang lingkup penelitian hanya membahas Faktor-Faktor Yang

Mempengaruhi Dukungan Suami terhadap Pemberian Asi Ekslusif Pada Bayi


107

0-6 Bulan Di BPS XXX Tahun 2019, meliputi Dukungan Penghargaan,

Dukungan Informasi, Dukungan Emosinal, Dukungan Instrumental.

Penelitian ini dilakukan karena masih terdapat ibu yang tidak memberikan

ASI Ekslisif pada bayi 0-6 bulan, disebabkan karena kurangnya dukungan

suami pada ibu menyusui. Adapun populasi dalam penelitian ini adalah ibu

menyusui pada periode Januari-Maret 2019. Yakni sebanyak 102 orang.

fenelitian ini menggunakan metode survey analitik yaitu bagaimana dan

mengapa fenomena itu terjadi kemudian melakukan analisis dinamika korelasi

antara fenomena baik antara faktor resiko dengan factor efek. Dengan dengan

pendekaran cross sectional, dan cara pengambilan sampel menggunakan

teknik randem sampling dengan mengambil 20 orang ibu menyusui sebagai

responden dalam penelitian.

1.65Manfaat Penelitian

Penelitian dilakukan agar diharapkan dapat memberikan manfaat badi

berbagai pihak meliputi:

1.5.25 Manfaat Teoritis

37. Bagi institusi pendidikan

Sebagai wawasan bagi institusi pendidikan dalam proses

belajar khususnya dalam metodologi riset statisticdan kebidanan

dapat juga di jadikan sumber bahan bacaan kesehatan dan

metodologi penelitian kebidanan tentang dukungan suami dengan

pemberian ASI Eksklusif pada bayi 0-6 Bulan


108

38. Bagi Peneliti

Untuk menanbah wawasan peneliti mengenai riset kesehatan

dan khususnya tentang masalah kebidanan dan dapat menambah

pengetahuan secara langsung mengenai dukungan suami dengan

memberikan ASI Eksklusif pada bayi 0-6 Bulan.

39. Bagi peneliti selanjutnya

Hasil penelitian ini dapat di jadikan sebagai dasar untuk

penelitian selanjutnya

1.5.26 Manfaat Praktis

25. Bagi BPS

Semoga memberi manfaat bagi lokasi penelitian dan dapat

menambah referensi dalam bidang ilmu kebidanan serta untuk

menghubungkan, dan menambah pengetahuan yang telah ada

tentang hubungan dukungan suami dengan pemberian ASI

Eksklusif pada bayi 0-6 Bulan 2019.

26. Bagi Responden

Semoga dapat menambah informasi yang lebih kepada

masyarakat mengenai pemberian ASI Eksklusif pada bayi 0-6

Bulan, serta menambah pengetahuan ibu menyusui.


109

BAB I

PENDAHULUAN

1.66Latar Belakang

ASI eksklusif menurut World Health Organization (WHO, 2011) adalah

memberikan hanya ASI saja tanpa memberikan makanan dan minuman lain

kepada bayi sejak lahir sampai berumur 6 bulan, kecuali obat dan vitamin.

Namun bukan berarti setelah pemberian ASI eksklusif pemberian ASI

eksklusif pemberian ASI dihentikan, akan tetapi tetap diberikan kepada bayi

sampai bayi berusia 2 tahun. ASI merupakan makanan pertama, utama, dan

terbaik bagi bayi, bersifat ilmiah. ASI eksklusif adalah bayi hanya diberi ASI

selama 6 bulan tanpa tambahan makanan cairan lain, seperti susu formula,

jeruk, madu, air teh, dan air putih, serta tanpa tambahan makanan padat ,

seperti pisang, bubur susu, biscuit, bubur nasi, dan nasi tim, kecuali vitamin,

mineral, dan obat (Prasetyono, 2009).

Air susu ibu (ASI) merupakan makanan yang terbaik bagi bayi karena

mengandung semua zat gizi dalam jumlah dan komposisi yang ideal yang

dibutuhkan oleh bayi untuk tumbuh dan berkembang secara optimal, terutama

pada umur 0 sampai 6 bulan. Pemberian ASI eksklusif kepada bayi umur 0 –

6 bulan sangat dianjurkan dan memberikan makanan pendamping ASI secara

benar setelah itu sampai bayi/anak berumur 2 tahun (Rinaningsih, 2007,

Tedjasaputra, 2010, Fewtrell et al, 2007). Bayi yang mendapatkan ASI

eksklusif merupakan bayi yang hanya menerima ASI saja sehingga tidak ada
110

cairan atau padatan lainnya diberikan, bahkan air dengan pengecualian

rehidrasi oral, atau tetes/sirup vitamin, mineralyang diberi ASI memiliki

risiko lebih rendah terkena penyakit degeneratif seperti penyakit darah tinggi,

diabetes tipe 2, dan obesitas pada saat dewasa (WHO dan Unicef, 2003)

Dampak negatif tidak di berikan asi yaitu Bertambahnya kerentanan

terhadap penyakit (baik anak maupun ibu) Menyusui diyakini dapat

mencegah 1/3 kejadian infeksi saluran pernapasan atas (ISPA), kejadian diare

dapat turun 50%, dan penyakit usus parah pada bayi prematur dapat

berkurang kejadiannya sebanyak 58%. Pada ibu, risiko kanker payudara juga

dapat menurun 6-10%.

Berdasarkan data WHO (2015) cakupan ASI eksklusif pada usia 0-6

bulan sebesar 43%. Hal ini sama dengan data yang diperoleh United Nations

International Children’s Emergency Fund (UNICEF) menunjukkan bahwa

cakupan ASI eksklusif dunia sebesar 43%. Hasil tersebut masih di bawah

target global menurut World Health Assembly (WHA) sebesar 50%.

Menurut Hasil Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun

2007 menyebutkan ada sepertiga (32%) bayi berumur di bawah enam bulan

yang mendapatkan ASI eksklusif. Empat dari sepuluh bayi yang berumur di

bawah empat bulan (41%) dan 48% bayi umur kurang dari dua bulan

mendapatkan ASI eksklusif.

Pemberian ASI eksklusif di Jawa Barat pada tahun 2016 sebesar 46,4%,

masih dibawah cakupan nasional 52,3% terlebih target nasional sebesar

80%.Data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Provinsi Jawa


111

Dari hasil pengambilan Data yang di lakukan di BPS XXX pada tahun

2019 bulan Januari - Maret terdapat 102 ibu nifas, yang memberikan ASI

Eksklusif sebanyak 87 ibu (85,29 % ).

Upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya kematian

balita adalah dengan pemberian Air Susu Ibu (ASI) segera setelah lahir

atau biasa disebut Inisiasi Menyusu Dini (IMD) serta pemberian ASI

eksklusif. Hal ini didukung oleh pernyataan United Nations Childrens Fund

(UNICEF), bahwa sebanyak 30.000 kematian bayi di Indonesia dan 10 juta

kematian anak balita di dunia pada tiap tahunnya bisa dicegah melalui

pemberian ASI secara eksklusif selama enam bulan sejak tanggal

kelahirannya, tanpa harus memberikan makanan serta minuman tambahan

kepada bayi

Di Indonesia melalui Keputusan Menteri Kesehatan Nomor

450/SK/Menkes/VIII/2004, tanggal 7 April 2004 telah menetapkan tentang

pentingnya pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan pada ibu di Indonesia,

namun menurut Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2013

menunjukkan bahwa baru 38% bayi mendapat ASI di Indonesia (Infodatin,

2013).

Keberhasilan pemberian ASI Eksklusif menurut Siti Fadilah mengatakan

“dapat dipengaruhi oleh adanya kepedulian dan dukungan dari suami.

Seorang suami dapat memberikan dukungan kepada istrinya dalam pemberian

ASI Eksklusif dengan bentuk dukungan yang berbeda”, menurut Friedman


112

dukungan dibedakan menjadi empat yaitu : dukungan penghargaan, dukungan

informasi, dukungan emosional dan dukungan instrumental.

Banyaknya bayi yang tidak mendapatkan ASI eksklusif disebabkan oleh

bebagai faktor,diantaranya dukungan dari berbagai pihak yang masih kurang,

salah satunya Dukungan suami. Keberhasilan ASI eksklusifakan lebih mudah

bila dukungan dari suami turut berperan. Menyusui memerlukan kondisi

emosional yang stabil, mengingat faktor psikologis ibu sangat mempengaruhi

produksi ASI,suami dan istri harus saling memahami betapa pentingnya

ukungan terhadap ibu yang sedang menyusui (Tasya,2012).

Menurut penelitian Vetty Priscilla1, Dwi Novrianda1, Suratno2 yang

berjudul, Dukungan Suami Terhadap Pemberian Asi Eksklusif Di Wilayah

Kerja Puskesmas Lubuk Kilangan Kota Padang Tahun 2011. Hasil penelitian

diperoleh bahwa dukungan instrumental dan penilaian bernilai positif

sedangkan dukungan emosional dan informasional bernilai negatif.

Selanjutnya terdapat hubungan yang bermakna antara dukungan emosional,

instrumental, informasional, dan penilaian suami terhadap pemberian ASI

eksklusif. Dukungan penilaian merupakan variabel yang paling tinggi

kekuatan hubungannya terhadap pemberian ASI eksklusif (b=0.119). Peneliti

menyarankan agar tenaga kesehatan memperluas sasaran promosi kesehatan

yang berhubungan dengan pemberian ASI eksklusif yang melibatkan suami

sebagai sasaran.

Penelitian Astri Faradillah Anka. R (2017). Yang berjudul Hubungan

Dukungan Suami Dengan Pemberian Asi Eksklusif Diwilayah Kerja


113

Puskesmas Perumnas Kota Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara. Penelitian

menunjukkan bahwa dari 45 responden yang menjadi obyek penelitian

sebanyak 24orang (53,3%) suami mau memberikan dukungan dalam

pemberian ASI eksklusif dan hasil uji chi squareyaitu nilaiX2hitung (8,013) ≥

X2tabel (3,841), hal ini berarti bahwa nilai X2hitung lebih besar

dibandingkan X2 tabel maka H1 diterima H0 ditolak dengan taraf hubungan

signifikan α = 0,05.

Penelitian Indriyani Bakri (2018). Hasil penelitian ini yang menunjukkan

bahwa ibu yang memberikan ASI eksklusif sebanyak 65,1% serta ibu yang

mendapat dukungan suami yang baik sebanyak 59%. Hasil uji statistik

menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara dukungan suami dengan

pemberian ASI eksklusif dengan p value sebesar 0,220 dan Odd Ratio sebesar

1,97. Diharapkan suami dapat mendampingi ibu dalam kegiatan posyandu

atau pemeriksaan kesehatan ibu dan anak sehingga dapat menambah

informasi terutama untuk suami dalam mendukung istrinya memberikan ASI

eksklusif kepada anaknya.

Berdasarkan studi pendahuluan dari 10 ibu nifas mengatakan bahwa 80%

suami lebih mendukung jika bayi diberikan ASI eksklusif. Maka dari itu,

peneliti merasa tertarik untuk mengambil judul “Factor-Faktor Yang

Mempengaruhi Dukungan Suami Terhadap Pemberian ASI Eksklusif Pada

Bayi 0-6 Bulan Di BPS XXX Tahun 2019”.

1.67Rumusan Masalah
114

Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan pada tahun 2018 terdapat 6090

ibu nifas ibu dan 6077 (99,79%) ibu yang memberikan ASI Eksklusif.

Berdasarkan dari laporan jumlah ibu nifas yang menyusui pada tahun 2018

sebanyak 73.

Berdasarkan dari data tersebut diketahui bahwa masih cukup tinggi ibu

yang tida memberikan ASI secata Eksklusif sehingga perlu di lakukan

penelitian untuk mengetahui faktot-faktor apa saja yang mempengaruhi

dukungan suami terhadap pemberian ASI Eksklusif pada bayi 0-6 Bulan di

BPS XXX Tahun 2019

1.68Tujuan

1.68.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui faktor faktor yang mempengaruhi Dukungan

Suami terhadap pemberian ASI Eksklusif pada bayi 0-6 Bulan di BPS

XXX Tahun 2019.

1.68.2 Tujuan Khusus

105.Di ketahuinya distribusi frekuensi faktor dukungan penghargaan

suami terhadap pemberian ASI Eksklusif pada bayi 0-6 Bulan di

BPS XXX Tahun 2019.

106.Di ketahuinya distribusi frekuensi faktor Dukungan informasi

suami terhadap pemberian ASI Eksklusif pada bayi 0-6 Bulan di

BPS XXX Tahun 2019.


115

107.Di ketahuinya distribusi frekuensi faktor Dukungan emosional

suami terhadap pemberian asi Eksklusif pada bayi 0-6 Bulan di

BPS XXX Tahun 2019.

108.Di ketahuinya distribusi frekuensi faktor Dukungan instrumental

suami terhadap pemberian ASI Eksklusif pada bayi 0-6 Bulan di

BPS XXX Tahun 2019.

109.Di ketahui adanya hubungan faktor dukungan penghargaan suami

terhadap pemberian ASI Eksklusif pada bayi 0-6 bulan di BPS

XXX Tahun 2019.

110.Di ketahui adanya hubungan faktor dukungan informas suami

terhadap pemberian ASI Eksklusif pada bayi 0-6 bulan di BPS

XXX Tahun 2019.

111.Di ketahui adanya hubungan faktor dukungan emosional suami

terhadap pemberian ASI Eksklusif pada bayi 0-6 bulan di BPS

XXX Tahun 2019.

112.Di ketahui ada nya hubungan faktor dukungan instrumental suami

terhadap pemberian ASI Eksklusif pada bayi 0-6 bulan di BPS

XXX Tahun 2019.

1.69Ruang Lingkup

Ruang lingkup penelitian hanya membahas Faktor-Faktor Yang

Mempengaruhi Dukungan Suami terhadap Pemberian Asi Ekslusif Pada Bayi


116

0-6 Bulan Di BPS XXX Tahun 2019, meliputi Dukungan Penghargaan,

Dukungan Informasi, Dukungan Emosinal, Dukungan Instrumental.

Penelitian ini dilakukan karena masih terdapat ibu yang tidak memberikan

ASI Ekslisif pada bayi 0-6 bulan, disebabkan karena kurangnya dukungan

suami pada ibu menyusui. Adapun populasi dalam penelitian ini adalah ibu

menyusui pada periode Januari-Maret 2019. Yakni sebanyak 102 orang.

fenelitian ini menggunakan metode survey analitik yaitu bagaimana dan

mengapa fenomena itu terjadi kemudian melakukan analisis dinamika korelasi

antara fenomena baik antara faktor resiko dengan factor efek. Dengan dengan

pendekaran cross sectional, dan cara pengambilan sampel menggunakan

teknik randem sampling dengan mengambil 20 orang ibu menyusui sebagai

responden dalam penelitian.

1.70Manfaat Penelitian

Penelitian dilakukan agar diharapkan dapat memberikan manfaat badi

berbagai pihak meliputi:

1.5.27 Manfaat Teoritis

40. Bagi institusi pendidikan

Sebagai wawasan bagi institusi pendidikan dalam proses

belajar khususnya dalam metodologi riset statisticdan kebidanan

dapat juga di jadikan sumber bahan bacaan kesehatan dan

metodologi penelitian kebidanan tentang dukungan suami dengan

pemberian ASI Eksklusif pada bayi 0-6 Bulan


117

41. Bagi Peneliti

Untuk menanbah wawasan peneliti mengenai riset kesehatan

dan khususnya tentang masalah kebidanan dan dapat menambah

pengetahuan secara langsung mengenai dukungan suami dengan

memberikan ASI Eksklusif pada bayi 0-6 Bulan.

42. Bagi peneliti selanjutnya

Hasil penelitian ini dapat di jadikan sebagai dasar untuk

penelitian selanjutnya

1.5.28 Manfaat Praktis

27. Bagi BPS

Semoga memberi manfaat bagi lokasi penelitian dan dapat

menambah referensi dalam bidang ilmu kebidanan serta untuk

menghubungkan, dan menambah pengetahuan yang telah ada

tentang hubungan dukungan suami dengan pemberian ASI

Eksklusif pada bayi 0-6 Bulan 2019.

28. Bagi Responden

Semoga dapat menambah informasi yang lebih kepada

masyarakat mengenai pemberian ASI Eksklusif pada bayi 0-6

Bulan, serta menambah pengetahuan ibu menyusui.


118

Anda mungkin juga menyukai