Anda di halaman 1dari 126

KESULITAN DOWNLOAD ??

Kunjungi: https://warungbidan.blogspot.com/2020/11/hubungan-pengetahuan-remaja-putri-kelas.html

Hubungan Pengetahuan Remaja Putri Kelas VII dan VIII Tentang Vulva Hygiene

dengan Kejadian Keputihan Di MTS XXX Kota XXX Tahun 2019

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesehatan reproduksi merupakan salah satu unsur penting yang cukup berperan atau

berdampak bagi kehidupan seorang pria maupun wanita. Kesehatan reproduksi menurut

Undang-Undang No. 36/2009 tentang kesehatan (pasal 71 ayat 1) adalah keadaan sehat

secara fisik, mental, dan sosial secara utuh, tidak semata-mata bebas dari penyakit atau

kecacatan yang berkaitan dengan sistem, fungsi dan proses reproduksi pada laki-laki dan

perempuan. (Kemenkes RI, 2009)

Seorang wanita sudah seharusnya menaruh perhatian khusus terkait kesehatan

reproduksi. Pasalnya gangguan terkait kesehatan reproduksi akan menimbulkan masalah,

salah satunya adalah keputihan. Keputihan adalah cairan berlebih yang keluar dari

vagina. Ada dua jenis keputihan yaitu keputihan yang bersifat normal maupun tidak

normal. Dalam keadaan normal, keputihan berupa getah atau lendir vagina seperti cairan

bening tidak berbau, jumlahnya tidak terlalu banyak dan tanpa rasa gatal atau nyeri.

Sebaliknya dalam keadaan tidak normal akan terdapat cairan berwarna, berbau,

jumlahnya banyak, disertai rasa gatal, panas atau nyeri, dan hal itu tentunya akan sangat

1
2

mengganggu. Masalah keputihan tak hanya menjadi persoalan bagi wanita dewasa tetapi

juga bagi remaja puteri. (Eny, 2011).

Menurut World Health Organization (WHO) masalah kesehatan reproduksi wanita

yang buruk telah mencapai 33% dari jumlah total beban penyakit yang menyerang pada

wanita di seluruh dunia salah satunya adalah keputihan dan jumlah wanita di dunia yang

pernah mengalami keputihan 75%, sedangkan wanita Eropa yang mengalami keputihan

sebesar 25%, dimana 40-50% akan mengalami kekambuhan (Setiani, 2015).

Di Indonesia sekitar 90% wanita berpotensi mengalami keputihan karena negara

Indonesia adalah daerah yang beriklim tropis, sehingga jamur mudah berkembang yang

mengakibatkan banyaknya kasus keputihan. Di Indonesia sebanyak 75% wanita pernah

mengalami keputihan minimal satu kali dalam hidupnya dan 45% diantaranya

mengalami keputihan sebanyak dua kali atau lebih. Gejala keputihan juga dialami oleh

wanita yang belum nikah atau remaja puteri yang berumur 15-24 tahun yaitu sekitar

31,8%. Hal ini menunjukkan remaja lebih beresiko terjadinya keputihan (Faiz, 2015).

Banyaknya remaja putri yang tidak tahu tentang keputihan sehingga mereka

menganggap sebagai hal sepele, disamping itu rasa malu ketika mengalami keputihan

kerap membuat para remaja enggan berkonsultasi ke tenaga kesehatan. Masalah

keputihan tidak bisa diremehkan, karena dapat berakibat sangat fatal bila terlambat

ditangani, misalnya dapat menimbulkan kemandulan, radang panggul serta kanker leher

rahim. 95% keputihan merupakan gejala awal dari kanker leher rahim yang bisa berujung

pada kematian bila tidak segera mendapatkan penanganan (Shadine, 2012).

Menurut Menthari H. Mokodongan, dkk (2015, vol 3 no 1 hlm 274), didapatkan

bahwa lebih banyak remaja yang memiliki perilaku buruk dalam pencegahan keputihan

(52%), ada 10% remaja yang sering menggunakan produk pembersih wanita, 17,59%

remaja yang tidak mengeringkan genetalia eksterna setelah BAK atau BAB, 25,76%
3

remaja yang membersihkan genetalia eksterna dengan arah dari belakang ke depan, 17%

remaja sering menggunakan celana dalam ketat, 8,2% remaja yang memakai celana

dalam yang bukan berbahan katun dan 2,5% remaja sering memakai pakaian dalam

bersama.

Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang telah dilakukan oleh peneliti pada tanggal

29 April 2019 di MTS XXX Kota XXX terhadap 10 orang remaja putri, 90% diantaranya

kurang mengetahui vulva hygiene yang benar serta mengalami keputihan.

Dengan melihat permasalahan tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul : “Hubungan Pengetahuan Remaja Putri Kelas VII dan VIII

Tentang Vulva Hygiene dengan Kejadian Keputihan Di MTS XXX Kota XXX

Tahun 2019”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas maka rumusan masalah

dalam penelitian ini adalah “Adakah Hubungan Pengetahuan Remaja Putri Tentang

Vulva Hygiene dengan Kejadian Keputihan Di MTS XXX Kota XXX Tahun 2019”.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan pengetahuan remaja putri tentang vulva hygiene

dengan kejadian keputihan di MTS XXX Kota XXX Tahun 2019.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui distribusi frekuensi pengetahuan remaja putri tentang

vulva hygiene di MTS XXX Kota XXX Tahun 2019.

2. Untuk mengetahui distribusi frekuensi kejadian keputihan di MTS XXX

Kota XXX Tahun 2019.


4

3. Untuk mengetahui hubungan pengetahuan remaja putri tentang vulva hygiene

dengan kejadian keputihan di MTS XXX Kota XXX Tahun 2019.

1.4 Ruang Lingkup

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui Hubungan pengetahuan remaja putri

kelas VII dan VIII tentang vulva hygiene dengan kejadian keputihan di MTS XXX Kota

XXX tahun 2019. Populasi pada penelitian ini yaitu seluruh remaja putri kelas VII dan

VIII di MTS XXX Kota XXX yang berjumlah 36 orang dengan teknik total sampling.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan

cross sectional, yaitu data dikumpulkan dalam waktu yang bersamaan.

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Manfaat Teoritis

1. Bagi institusi

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai bahan bacaan

atau referensi bagi mahasiswa untuk melakukan penelitian selanjutnya.

2. Bagi Peneliti

Diharapkan penelitian ini dapat menambah wawasan peneliti mengenai

riset kesehatan dan menambah pengetahuan mengenai vulva hygiene dan

keputihan.

1.5.2 Manfaat Praktis

1. Bagi Sekolah

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber data sebagai bahan

evaluasi dalam mengembangkan pengetahuan remaja putri tentang Kesehatan

Reproduksi Remaja termasuk di dalam vulva hygiene dan keputihan.

2. Bagi Responden
5

Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan

pengetahuan remaja putri tentang vulva hygiene sehingga bisa meminimalisir

terjadinya keputihan.
BAB I

PENDAHULUAN

1.6 Latar Belakang

Kesehatan reproduksi merupakan salah satu unsur penting yang cukup

berperan atau berdampak bagi kehidupan seorang pria maupun wanita.

Kesehatan reproduksi menurut Undang-Undang No. 36/2009 tentang

kesehatan (pasal 71 ayat 1) adalah keadaan sehat secara fisik, mental, dan

sosial secara utuh, tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan yang

berkaitan dengan sistem, fungsi dan proses reproduksi pada laki-laki dan

perempuan. (Kemenkes RI, 2009)

Seorang wanita sudah seharusnya menaruh perhatian khusus terkait

kesehatan reproduksi. Pasalnya gangguan terkait kesehatan reproduksi akan

menimbulkan masalah, salah satunya adalah keputihan. Keputihan adalah

cairan berlebih yang keluar dari vagina. Ada dua jenis keputihan yaitu

keputihan yang bersifat normal maupun tidak normal. Dalam keadaan normal,

keputihan berupa getah atau lendir vagina seperti cairan bening tidak berbau,

jumlahnya tidak terlalu banyak dan tanpa rasa gatal atau nyeri. Sebaliknya

dalam keadaan tidak normal akan terdapat cairan berwarna, berbau,

jumlahnya banyak, disertai rasa gatal, panas atau nyeri, dan hal itu tentunya

akan sangat mengganggu. Masalah keputihan tak hanya menjadi persoalan

bagi wanita dewasa tetapi juga bagi remaja puteri. (Eny, 2011).

6
7

Menurut World Health Organization (WHO) masalah kesehatan

reproduksi wanita yang buruk telah mencapai 33% dari jumlah total beban

penyakit yang menyerang pada wanita di seluruh dunia salah satunya adalah

keputihan dan jumlah wanita di dunia yang pernah mengalami keputihan

75%, sedangkan wanita Eropa yang mengalami keputihan sebesar 25%,

dimana 40-50% akan mengalami kekambuhan (Setiani, 2015).

Di Indonesia sekitar 90% wanita berpotensi mengalami keputihan karena

negara Indonesia adalah daerah yang beriklim tropis, sehingga jamur mudah

berkembang yang mengakibatkan banyaknya kasus keputihan. Di Indonesia

sebanyak 75% wanita pernah mengalami keputihan minimal satu kali dalam

hidupnya dan 45% diantaranya mengalami keputihan sebanyak dua kali atau

lebih. Gejala keputihan juga dialami oleh wanita yang belum nikah atau

remaja puteri yang berumur 15-24 tahun yaitu sekitar 31,8%. Hal ini

menunjukkan remaja lebih beresiko terjadinya keputihan (Faiz, 2015).

Banyaknya remaja putri yang tidak tahu tentang keputihan sehingga

mereka menganggap sebagai hal sepele, disamping itu rasa malu ketika

mengalami keputihan kerap membuat para remaja enggan berkonsultasi ke

tenaga kesehatan. Masalah keputihan tidak bisa diremehkan, karena dapat

berakibat sangat fatal bila terlambat ditangani, misalnya dapat menimbulkan

kemandulan, radang panggul serta kanker leher rahim. 95% keputihan

merupakan gejala awal dari kanker leher rahim yang bisa berujung pada

kematian bila tidak segera mendapatkan penanganan (Shadine, 2012).


8

Menurut Menthari H. Mokodongan, dkk (2015, vol 3 no 1 hlm 274),

didapatkan bahwa lebih banyak remaja yang memiliki perilaku buruk dalam

pencegahan keputihan (52%), ada 10% remaja yang sering menggunakan

produk pembersih wanita, 17,59% remaja yang tidak mengeringkan genetalia

eksterna setelah BAK atau BAB, 25,76% remaja yang membersihkan

genetalia eksterna dengan arah dari belakang ke depan, 17% remaja sering

menggunakan celana dalam ketat, 8,2% remaja yang memakai celana dalam

yang bukan berbahan katun dan 2,5% remaja sering memakai pakaian dalam

bersama.

Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang telah dilakukan oleh peneliti

pada tanggal 29 April 2019 di MTS XXX Kota XXX terhadap 10 orang

remaja putri, 90% diantaranya kurang mengetahui vulva hygiene yang benar

serta mengalami keputihan.

Dengan melihat permasalahan tersebut, maka penulis tertarik untuk

melakukan penelitian dengan judul : “Hubungan Pengetahuan Remaja

Putri Kelas VII dan VIII Tentang Vulva Hygiene dengan Kejadian

Keputihan Di MTS XXX Kota XXX Tahun 2019”.

1.7 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas maka rumusan

masalah dalam penelitian ini adalah “Adakah Hubungan Pengetahuan

Remaja Putri Tentang Vulva Hygiene dengan Kejadian Keputihan Di

MTS XXX Kota XXX Tahun 2019”.


9

1.8 Tujuan Penelitian

1.3.3 Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan pengetahuan remaja putri tentang

vulva hygiene dengan kejadian keputihan di MTS XXX Kota XXX

Tahun 2019.

1.3.4 Tujuan Khusus

4. Untuk mengetahui distribusi frekuensi pengetahuan remaja putri

tentang vulva hygiene di MTS XXX Kota XXX Tahun 2019.

5. Untuk mengetahui distribusi frekuensi kejadian keputihan di MTS

XXX Kota XXX Tahun 2019.

6. Untuk mengetahui hubungan pengetahuan remaja putri tentang

vulva hygiene dengan kejadian keputihan di MTS XXX Kota

XXX Tahun 2019.

1.9 Ruang Lingkup

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui Hubungan pengetahuan

remaja putri kelas VII dan VIII tentang vulva hygiene dengan kejadian

keputihan di MTS XXX Kota XXX tahun 2019. Populasi pada penelitian ini

yaitu seluruh remaja putri kelas VII dan VIII di MTS XXX Kota XXX yang

berjumlah 36 orang dengan teknik total sampling. Penelitian ini

menggunakan metode penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan cross

sectional, yaitu data dikumpulkan dalam waktu yang bersamaan.

1.10Manfaat Penelitian

1.10.1 Manfaat Teoritis


10

3. Bagi institusi

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai

bahan bacaan atau referensi bagi mahasiswa untuk melakukan

penelitian selanjutnya.

4. Bagi Peneliti

Diharapkan penelitian ini dapat menambah wawasan peneliti

mengenai riset kesehatan dan menambah pengetahuan mengenai

vulva hygiene dan keputihan.

1.10.2 Manfaat Praktis

3. Bagi Sekolah

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber data sebagai

bahan evaluasi dalam mengembangkan pengetahuan remaja putri

tentang Kesehatan Reproduksi Remaja termasuk di dalam vulva

hygiene dan keputihan.

4. Bagi Responden

Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan

pengetahuan remaja putri tentang vulva hygiene sehingga bisa

meminimalisir terjadinya keputihan.


11

BAB I

PENDAHULUAN

1.11Latar Belakang

Kesehatan reproduksi merupakan salah satu unsur penting yang cukup

berperan atau berdampak bagi kehidupan seorang pria maupun wanita.

Kesehatan reproduksi menurut Undang-Undang No. 36/2009 tentang

kesehatan (pasal 71 ayat 1) adalah keadaan sehat secara fisik, mental, dan

sosial secara utuh, tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan yang

berkaitan dengan sistem, fungsi dan proses reproduksi pada laki-laki dan

perempuan. (Kemenkes RI, 2009)

Seorang wanita sudah seharusnya menaruh perhatian khusus terkait

kesehatan reproduksi. Pasalnya gangguan terkait kesehatan reproduksi akan

menimbulkan masalah, salah satunya adalah keputihan. Keputihan adalah

cairan berlebih yang keluar dari vagina. Ada dua jenis keputihan yaitu

keputihan yang bersifat normal maupun tidak normal. Dalam keadaan normal,

keputihan berupa getah atau lendir vagina seperti cairan bening tidak berbau,

jumlahnya tidak terlalu banyak dan tanpa rasa gatal atau nyeri. Sebaliknya

dalam keadaan tidak normal akan terdapat cairan berwarna, berbau,

jumlahnya banyak, disertai rasa gatal, panas atau nyeri, dan hal itu tentunya

akan sangat mengganggu. Masalah keputihan tak hanya menjadi persoalan

bagi wanita dewasa tetapi juga bagi remaja puteri. (Eny, 2011).
12

Menurut World Health Organization (WHO) masalah kesehatan

reproduksi wanita yang buruk telah mencapai 33% dari jumlah total beban

penyakit yang menyerang pada wanita di seluruh dunia salah satunya adalah

keputihan dan jumlah wanita di dunia yang pernah mengalami keputihan

75%, sedangkan wanita Eropa yang mengalami keputihan sebesar 25%,

dimana 40-50% akan mengalami kekambuhan (Setiani, 2015).

Di Indonesia sekitar 90% wanita berpotensi mengalami keputihan karena

negara Indonesia adalah daerah yang beriklim tropis, sehingga jamur mudah

berkembang yang mengakibatkan banyaknya kasus keputihan. Di Indonesia

sebanyak 75% wanita pernah mengalami keputihan minimal satu kali dalam

hidupnya dan 45% diantaranya mengalami keputihan sebanyak dua kali atau

lebih. Gejala keputihan juga dialami oleh wanita yang belum nikah atau

remaja puteri yang berumur 15-24 tahun yaitu sekitar 31,8%. Hal ini

menunjukkan remaja lebih beresiko terjadinya keputihan (Faiz, 2015).

Banyaknya remaja putri yang tidak tahu tentang keputihan sehingga

mereka menganggap sebagai hal sepele, disamping itu rasa malu ketika

mengalami keputihan kerap membuat para remaja enggan berkonsultasi ke

tenaga kesehatan. Masalah keputihan tidak bisa diremehkan, karena dapat

berakibat sangat fatal bila terlambat ditangani, misalnya dapat menimbulkan

kemandulan, radang panggul serta kanker leher rahim. 95% keputihan

merupakan gejala awal dari kanker leher rahim yang bisa berujung pada

kematian bila tidak segera mendapatkan penanganan (Shadine, 2012).


13

Menurut Menthari H. Mokodongan, dkk (2015, vol 3 no 1 hlm 274),

didapatkan bahwa lebih banyak remaja yang memiliki perilaku buruk dalam

pencegahan keputihan (52%), ada 10% remaja yang sering menggunakan

produk pembersih wanita, 17,59% remaja yang tidak mengeringkan genetalia

eksterna setelah BAK atau BAB, 25,76% remaja yang membersihkan

genetalia eksterna dengan arah dari belakang ke depan, 17% remaja sering

menggunakan celana dalam ketat, 8,2% remaja yang memakai celana dalam

yang bukan berbahan katun dan 2,5% remaja sering memakai pakaian dalam

bersama.

Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang telah dilakukan oleh peneliti

pada tanggal 29 April 2019 di MTS XXX Kota XXX terhadap 10 orang

remaja putri, 90% diantaranya kurang mengetahui vulva hygiene yang benar

serta mengalami keputihan.

Dengan melihat permasalahan tersebut, maka penulis tertarik untuk

melakukan penelitian dengan judul : “Hubungan Pengetahuan Remaja

Putri Kelas VII dan VIII Tentang Vulva Hygiene dengan Kejadian

Keputihan Di MTS XXX Kota XXX Tahun 2019”.

1.12Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas maka rumusan

masalah dalam penelitian ini adalah “Adakah Hubungan Pengetahuan

Remaja Putri Tentang Vulva Hygiene dengan Kejadian Keputihan Di

MTS XXX Kota XXX Tahun 2019”.


14

1.13Tujuan Penelitian

1.3.5 Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan pengetahuan remaja putri tentang

vulva hygiene dengan kejadian keputihan di MTS XXX Kota XXX

Tahun 2019.

1.3.6 Tujuan Khusus

7. Untuk mengetahui distribusi frekuensi pengetahuan remaja putri

tentang vulva hygiene di MTS XXX Kota XXX Tahun 2019.

8. Untuk mengetahui distribusi frekuensi kejadian keputihan di MTS

XXX Kota XXX Tahun 2019.

9. Untuk mengetahui hubungan pengetahuan remaja putri tentang

vulva hygiene dengan kejadian keputihan di MTS XXX Kota

XXX Tahun 2019.

1.14Ruang Lingkup

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui Hubungan pengetahuan

remaja putri kelas VII dan VIII tentang vulva hygiene dengan kejadian

keputihan di MTS XXX Kota XXX tahun 2019. Populasi pada penelitian ini

yaitu seluruh remaja putri kelas VII dan VIII di MTS XXX Kota XXX yang

berjumlah 36 orang dengan teknik total sampling. Penelitian ini

menggunakan metode penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan cross

sectional, yaitu data dikumpulkan dalam waktu yang bersamaan.

1.15Manfaat Penelitian

1.15.1 Manfaat Teoritis


15

5. Bagi institusi

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai

bahan bacaan atau referensi bagi mahasiswa untuk melakukan

penelitian selanjutnya.

6. Bagi Peneliti

Diharapkan penelitian ini dapat menambah wawasan peneliti

mengenai riset kesehatan dan menambah pengetahuan mengenai

vulva hygiene dan keputihan.

1.15.2 Manfaat Praktis

5. Bagi Sekolah

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber data sebagai

bahan evaluasi dalam mengembangkan pengetahuan remaja putri

tentang Kesehatan Reproduksi Remaja termasuk di dalam vulva

hygiene dan keputihan.

6. Bagi Responden

Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan

pengetahuan remaja putri tentang vulva hygiene sehingga bisa

meminimalisir terjadinya keputihan.


16

BAB I

PENDAHULUAN

1.16Latar Belakang

Kesehatan reproduksi merupakan salah satu unsur penting yang cukup

berperan atau berdampak bagi kehidupan seorang pria maupun wanita.

Kesehatan reproduksi menurut Undang-Undang No. 36/2009 tentang

kesehatan (pasal 71 ayat 1) adalah keadaan sehat secara fisik, mental, dan

sosial secara utuh, tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan yang

berkaitan dengan sistem, fungsi dan proses reproduksi pada laki-laki dan

perempuan. (Kemenkes RI, 2009)

Seorang wanita sudah seharusnya menaruh perhatian khusus terkait

kesehatan reproduksi. Pasalnya gangguan terkait kesehatan reproduksi akan

menimbulkan masalah, salah satunya adalah keputihan. Keputihan adalah

cairan berlebih yang keluar dari vagina. Ada dua jenis keputihan yaitu

keputihan yang bersifat normal maupun tidak normal. Dalam keadaan normal,

keputihan berupa getah atau lendir vagina seperti cairan bening tidak berbau,

jumlahnya tidak terlalu banyak dan tanpa rasa gatal atau nyeri. Sebaliknya

dalam keadaan tidak normal akan terdapat cairan berwarna, berbau,

jumlahnya banyak, disertai rasa gatal, panas atau nyeri, dan hal itu tentunya

akan sangat mengganggu. Masalah keputihan tak hanya menjadi persoalan

bagi wanita dewasa tetapi juga bagi remaja puteri. (Eny, 2011).
17

Menurut World Health Organization (WHO) masalah kesehatan

reproduksi wanita yang buruk telah mencapai 33% dari jumlah total beban

penyakit yang menyerang pada wanita di seluruh dunia salah satunya adalah

keputihan dan jumlah wanita di dunia yang pernah mengalami keputihan

75%, sedangkan wanita Eropa yang mengalami keputihan sebesar 25%,

dimana 40-50% akan mengalami kekambuhan (Setiani, 2015).

Di Indonesia sekitar 90% wanita berpotensi mengalami keputihan karena

negara Indonesia adalah daerah yang beriklim tropis, sehingga jamur mudah

berkembang yang mengakibatkan banyaknya kasus keputihan. Di Indonesia

sebanyak 75% wanita pernah mengalami keputihan minimal satu kali dalam

hidupnya dan 45% diantaranya mengalami keputihan sebanyak dua kali atau

lebih. Gejala keputihan juga dialami oleh wanita yang belum nikah atau

remaja puteri yang berumur 15-24 tahun yaitu sekitar 31,8%. Hal ini

menunjukkan remaja lebih beresiko terjadinya keputihan (Faiz, 2015).

Banyaknya remaja putri yang tidak tahu tentang keputihan sehingga

mereka menganggap sebagai hal sepele, disamping itu rasa malu ketika

mengalami keputihan kerap membuat para remaja enggan berkonsultasi ke

tenaga kesehatan. Masalah keputihan tidak bisa diremehkan, karena dapat

berakibat sangat fatal bila terlambat ditangani, misalnya dapat menimbulkan

kemandulan, radang panggul serta kanker leher rahim. 95% keputihan

merupakan gejala awal dari kanker leher rahim yang bisa berujung pada

kematian bila tidak segera mendapatkan penanganan (Shadine, 2012).


18

Menurut Menthari H. Mokodongan, dkk (2015, vol 3 no 1 hlm 274),

didapatkan bahwa lebih banyak remaja yang memiliki perilaku buruk dalam

pencegahan keputihan (52%), ada 10% remaja yang sering menggunakan

produk pembersih wanita, 17,59% remaja yang tidak mengeringkan genetalia

eksterna setelah BAK atau BAB, 25,76% remaja yang membersihkan

genetalia eksterna dengan arah dari belakang ke depan, 17% remaja sering

menggunakan celana dalam ketat, 8,2% remaja yang memakai celana dalam

yang bukan berbahan katun dan 2,5% remaja sering memakai pakaian dalam

bersama.

Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang telah dilakukan oleh peneliti

pada tanggal 29 April 2019 di MTS XXX Kota XXX terhadap 10 orang

remaja putri, 90% diantaranya kurang mengetahui vulva hygiene yang benar

serta mengalami keputihan.

Dengan melihat permasalahan tersebut, maka penulis tertarik untuk

melakukan penelitian dengan judul : “Hubungan Pengetahuan Remaja

Putri Kelas VII dan VIII Tentang Vulva Hygiene dengan Kejadian

Keputihan Di MTS XXX Kota XXX Tahun 2019”.

1.17Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas maka rumusan

masalah dalam penelitian ini adalah “Adakah Hubungan Pengetahuan

Remaja Putri Tentang Vulva Hygiene dengan Kejadian Keputihan Di

MTS XXX Kota XXX Tahun 2019”.


19

1.18Tujuan Penelitian

1.3.7 Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan pengetahuan remaja putri tentang

vulva hygiene dengan kejadian keputihan di MTS XXX Kota XXX

Tahun 2019.

1.3.8 Tujuan Khusus

10. Untuk mengetahui distribusi frekuensi pengetahuan remaja putri

tentang vulva hygiene di MTS XXX Kota XXX Tahun 2019.

11. Untuk mengetahui distribusi frekuensi kejadian keputihan di MTS

XXX Kota XXX Tahun 2019.

12. Untuk mengetahui hubungan pengetahuan remaja putri tentang

vulva hygiene dengan kejadian keputihan di MTS XXX Kota

XXX Tahun 2019.

1.19Ruang Lingkup

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui Hubungan pengetahuan

remaja putri kelas VII dan VIII tentang vulva hygiene dengan kejadian

keputihan di MTS XXX Kota XXX tahun 2019. Populasi pada penelitian ini

yaitu seluruh remaja putri kelas VII dan VIII di MTS XXX Kota XXX yang

berjumlah 36 orang dengan teknik total sampling. Penelitian ini

menggunakan metode penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan cross

sectional, yaitu data dikumpulkan dalam waktu yang bersamaan.

1.20Manfaat Penelitian

1.20.1 Manfaat Teoritis


20

7. Bagi institusi

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai

bahan bacaan atau referensi bagi mahasiswa untuk melakukan

penelitian selanjutnya.

8. Bagi Peneliti

Diharapkan penelitian ini dapat menambah wawasan peneliti

mengenai riset kesehatan dan menambah pengetahuan mengenai

vulva hygiene dan keputihan.

1.20.2 Manfaat Praktis

7. Bagi Sekolah

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber data sebagai

bahan evaluasi dalam mengembangkan pengetahuan remaja putri

tentang Kesehatan Reproduksi Remaja termasuk di dalam vulva

hygiene dan keputihan.

8. Bagi Responden

Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan

pengetahuan remaja putri tentang vulva hygiene sehingga bisa

meminimalisir terjadinya keputihan.


21

BAB I

PENDAHULUAN

1.21Latar Belakang

Kesehatan reproduksi merupakan salah satu unsur penting yang cukup

berperan atau berdampak bagi kehidupan seorang pria maupun wanita.

Kesehatan reproduksi menurut Undang-Undang No. 36/2009 tentang

kesehatan (pasal 71 ayat 1) adalah keadaan sehat secara fisik, mental, dan

sosial secara utuh, tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan yang

berkaitan dengan sistem, fungsi dan proses reproduksi pada laki-laki dan

perempuan. (Kemenkes RI, 2009)

Seorang wanita sudah seharusnya menaruh perhatian khusus terkait

kesehatan reproduksi. Pasalnya gangguan terkait kesehatan reproduksi akan

menimbulkan masalah, salah satunya adalah keputihan. Keputihan adalah

cairan berlebih yang keluar dari vagina. Ada dua jenis keputihan yaitu

keputihan yang bersifat normal maupun tidak normal. Dalam keadaan normal,

keputihan berupa getah atau lendir vagina seperti cairan bening tidak berbau,

jumlahnya tidak terlalu banyak dan tanpa rasa gatal atau nyeri. Sebaliknya

dalam keadaan tidak normal akan terdapat cairan berwarna, berbau,

jumlahnya banyak, disertai rasa gatal, panas atau nyeri, dan hal itu tentunya

akan sangat mengganggu. Masalah keputihan tak hanya menjadi persoalan

bagi wanita dewasa tetapi juga bagi remaja puteri. (Eny, 2011).
22

Menurut World Health Organization (WHO) masalah kesehatan

reproduksi wanita yang buruk telah mencapai 33% dari jumlah total beban

penyakit yang menyerang pada wanita di seluruh dunia salah satunya adalah

keputihan dan jumlah wanita di dunia yang pernah mengalami keputihan

75%, sedangkan wanita Eropa yang mengalami keputihan sebesar 25%,

dimana 40-50% akan mengalami kekambuhan (Setiani, 2015).

Di Indonesia sekitar 90% wanita berpotensi mengalami keputihan karena

negara Indonesia adalah daerah yang beriklim tropis, sehingga jamur mudah

berkembang yang mengakibatkan banyaknya kasus keputihan. Di Indonesia

sebanyak 75% wanita pernah mengalami keputihan minimal satu kali dalam

hidupnya dan 45% diantaranya mengalami keputihan sebanyak dua kali atau

lebih. Gejala keputihan juga dialami oleh wanita yang belum nikah atau

remaja puteri yang berumur 15-24 tahun yaitu sekitar 31,8%. Hal ini

menunjukkan remaja lebih beresiko terjadinya keputihan (Faiz, 2015).

Banyaknya remaja putri yang tidak tahu tentang keputihan sehingga

mereka menganggap sebagai hal sepele, disamping itu rasa malu ketika

mengalami keputihan kerap membuat para remaja enggan berkonsultasi ke

tenaga kesehatan. Masalah keputihan tidak bisa diremehkan, karena dapat

berakibat sangat fatal bila terlambat ditangani, misalnya dapat menimbulkan

kemandulan, radang panggul serta kanker leher rahim. 95% keputihan

merupakan gejala awal dari kanker leher rahim yang bisa berujung pada

kematian bila tidak segera mendapatkan penanganan (Shadine, 2012).


23

Menurut Menthari H. Mokodongan, dkk (2015, vol 3 no 1 hlm 274),

didapatkan bahwa lebih banyak remaja yang memiliki perilaku buruk dalam

pencegahan keputihan (52%), ada 10% remaja yang sering menggunakan

produk pembersih wanita, 17,59% remaja yang tidak mengeringkan genetalia

eksterna setelah BAK atau BAB, 25,76% remaja yang membersihkan

genetalia eksterna dengan arah dari belakang ke depan, 17% remaja sering

menggunakan celana dalam ketat, 8,2% remaja yang memakai celana dalam

yang bukan berbahan katun dan 2,5% remaja sering memakai pakaian dalam

bersama.

Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang telah dilakukan oleh peneliti

pada tanggal 29 April 2019 di MTS XXX Kota XXX terhadap 10 orang

remaja putri, 90% diantaranya kurang mengetahui vulva hygiene yang benar

serta mengalami keputihan.

Dengan melihat permasalahan tersebut, maka penulis tertarik untuk

melakukan penelitian dengan judul : “Hubungan Pengetahuan Remaja

Putri Kelas VII dan VIII Tentang Vulva Hygiene dengan Kejadian

Keputihan Di MTS XXX Kota XXX Tahun 2019”.

1.22Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas maka rumusan

masalah dalam penelitian ini adalah “Adakah Hubungan Pengetahuan

Remaja Putri Tentang Vulva Hygiene dengan Kejadian Keputihan Di

MTS XXX Kota XXX Tahun 2019”.


24

1.23Tujuan Penelitian

1.3.9 Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan pengetahuan remaja putri tentang

vulva hygiene dengan kejadian keputihan di MTS XXX Kota XXX

Tahun 2019.

1.3.10 Tujuan Khusus

13. Untuk mengetahui distribusi frekuensi pengetahuan remaja putri

tentang vulva hygiene di MTS XXX Kota XXX Tahun 2019.

14. Untuk mengetahui distribusi frekuensi kejadian keputihan di MTS

XXX Kota XXX Tahun 2019.

15. Untuk mengetahui hubungan pengetahuan remaja putri tentang

vulva hygiene dengan kejadian keputihan di MTS XXX Kota

XXX Tahun 2019.

1.24Ruang Lingkup

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui Hubungan pengetahuan

remaja putri kelas VII dan VIII tentang vulva hygiene dengan kejadian

keputihan di MTS XXX Kota XXX tahun 2019. Populasi pada penelitian ini

yaitu seluruh remaja putri kelas VII dan VIII di MTS XXX Kota XXX yang

berjumlah 36 orang dengan teknik total sampling. Penelitian ini

menggunakan metode penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan cross

sectional, yaitu data dikumpulkan dalam waktu yang bersamaan.

1.25Manfaat Penelitian

1.25.1 Manfaat Teoritis


25

9. Bagi institusi

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai

bahan bacaan atau referensi bagi mahasiswa untuk melakukan

penelitian selanjutnya.

10. Bagi Peneliti

Diharapkan penelitian ini dapat menambah wawasan peneliti

mengenai riset kesehatan dan menambah pengetahuan mengenai

vulva hygiene dan keputihan.

1.25.2 Manfaat Praktis

9. Bagi Sekolah

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber data sebagai

bahan evaluasi dalam mengembangkan pengetahuan remaja putri

tentang Kesehatan Reproduksi Remaja termasuk di dalam vulva

hygiene dan keputihan.

10. Bagi Responden

Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan

pengetahuan remaja putri tentang vulva hygiene sehingga bisa

meminimalisir terjadinya keputihan.


26

BAB I

PENDAHULUAN

1.26Latar Belakang

Kesehatan reproduksi merupakan salah satu unsur penting yang cukup

berperan atau berdampak bagi kehidupan seorang pria maupun wanita.

Kesehatan reproduksi menurut Undang-Undang No. 36/2009 tentang

kesehatan (pasal 71 ayat 1) adalah keadaan sehat secara fisik, mental, dan

sosial secara utuh, tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan yang

berkaitan dengan sistem, fungsi dan proses reproduksi pada laki-laki dan

perempuan. (Kemenkes RI, 2009)

Seorang wanita sudah seharusnya menaruh perhatian khusus terkait

kesehatan reproduksi. Pasalnya gangguan terkait kesehatan reproduksi akan

menimbulkan masalah, salah satunya adalah keputihan. Keputihan adalah

cairan berlebih yang keluar dari vagina. Ada dua jenis keputihan yaitu

keputihan yang bersifat normal maupun tidak normal. Dalam keadaan normal,

keputihan berupa getah atau lendir vagina seperti cairan bening tidak berbau,

jumlahnya tidak terlalu banyak dan tanpa rasa gatal atau nyeri. Sebaliknya

dalam keadaan tidak normal akan terdapat cairan berwarna, berbau,

jumlahnya banyak, disertai rasa gatal, panas atau nyeri, dan hal itu tentunya

akan sangat mengganggu. Masalah keputihan tak hanya menjadi persoalan

bagi wanita dewasa tetapi juga bagi remaja puteri. (Eny, 2011).
27

Menurut World Health Organization (WHO) masalah kesehatan

reproduksi wanita yang buruk telah mencapai 33% dari jumlah total beban

penyakit yang menyerang pada wanita di seluruh dunia salah satunya adalah

keputihan dan jumlah wanita di dunia yang pernah mengalami keputihan

75%, sedangkan wanita Eropa yang mengalami keputihan sebesar 25%,

dimana 40-50% akan mengalami kekambuhan (Setiani, 2015).

Di Indonesia sekitar 90% wanita berpotensi mengalami keputihan karena

negara Indonesia adalah daerah yang beriklim tropis, sehingga jamur mudah

berkembang yang mengakibatkan banyaknya kasus keputihan. Di Indonesia

sebanyak 75% wanita pernah mengalami keputihan minimal satu kali dalam

hidupnya dan 45% diantaranya mengalami keputihan sebanyak dua kali atau

lebih. Gejala keputihan juga dialami oleh wanita yang belum nikah atau

remaja puteri yang berumur 15-24 tahun yaitu sekitar 31,8%. Hal ini

menunjukkan remaja lebih beresiko terjadinya keputihan (Faiz, 2015).

Banyaknya remaja putri yang tidak tahu tentang keputihan sehingga

mereka menganggap sebagai hal sepele, disamping itu rasa malu ketika

mengalami keputihan kerap membuat para remaja enggan berkonsultasi ke

tenaga kesehatan. Masalah keputihan tidak bisa diremehkan, karena dapat

berakibat sangat fatal bila terlambat ditangani, misalnya dapat menimbulkan

kemandulan, radang panggul serta kanker leher rahim. 95% keputihan

merupakan gejala awal dari kanker leher rahim yang bisa berujung pada

kematian bila tidak segera mendapatkan penanganan (Shadine, 2012).


28

Menurut Menthari H. Mokodongan, dkk (2015, vol 3 no 1 hlm 274),

didapatkan bahwa lebih banyak remaja yang memiliki perilaku buruk dalam

pencegahan keputihan (52%), ada 10% remaja yang sering menggunakan

produk pembersih wanita, 17,59% remaja yang tidak mengeringkan genetalia

eksterna setelah BAK atau BAB, 25,76% remaja yang membersihkan

genetalia eksterna dengan arah dari belakang ke depan, 17% remaja sering

menggunakan celana dalam ketat, 8,2% remaja yang memakai celana dalam

yang bukan berbahan katun dan 2,5% remaja sering memakai pakaian dalam

bersama.

Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang telah dilakukan oleh peneliti

pada tanggal 29 April 2019 di MTS XXX Kota XXX terhadap 10 orang

remaja putri, 90% diantaranya kurang mengetahui vulva hygiene yang benar

serta mengalami keputihan.

Dengan melihat permasalahan tersebut, maka penulis tertarik untuk

melakukan penelitian dengan judul : “Hubungan Pengetahuan Remaja

Putri Kelas VII dan VIII Tentang Vulva Hygiene dengan Kejadian

Keputihan Di MTS XXX Kota XXX Tahun 2019”.

1.27Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas maka rumusan

masalah dalam penelitian ini adalah “Adakah Hubungan Pengetahuan

Remaja Putri Tentang Vulva Hygiene dengan Kejadian Keputihan Di

MTS XXX Kota XXX Tahun 2019”.


29

1.28Tujuan Penelitian

1.3.11 Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan pengetahuan remaja putri tentang

vulva hygiene dengan kejadian keputihan di MTS XXX Kota XXX

Tahun 2019.

1.3.12 Tujuan Khusus

16. Untuk mengetahui distribusi frekuensi pengetahuan remaja putri

tentang vulva hygiene di MTS XXX Kota XXX Tahun 2019.

17. Untuk mengetahui distribusi frekuensi kejadian keputihan di MTS

XXX Kota XXX Tahun 2019.

18. Untuk mengetahui hubungan pengetahuan remaja putri tentang

vulva hygiene dengan kejadian keputihan di MTS XXX Kota

XXX Tahun 2019.

1.29Ruang Lingkup

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui Hubungan pengetahuan

remaja putri kelas VII dan VIII tentang vulva hygiene dengan kejadian

keputihan di MTS XXX Kota XXX tahun 2019. Populasi pada penelitian ini

yaitu seluruh remaja putri kelas VII dan VIII di MTS XXX Kota XXX yang

berjumlah 36 orang dengan teknik total sampling. Penelitian ini

menggunakan metode penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan cross

sectional, yaitu data dikumpulkan dalam waktu yang bersamaan.

1.30Manfaat Penelitian

1.30.1 Manfaat Teoritis


30

11. Bagi institusi

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai

bahan bacaan atau referensi bagi mahasiswa untuk melakukan

penelitian selanjutnya.

12. Bagi Peneliti

Diharapkan penelitian ini dapat menambah wawasan peneliti

mengenai riset kesehatan dan menambah pengetahuan mengenai

vulva hygiene dan keputihan.

1.30.2 Manfaat Praktis

11. Bagi Sekolah

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber data sebagai

bahan evaluasi dalam mengembangkan pengetahuan remaja putri

tentang Kesehatan Reproduksi Remaja termasuk di dalam vulva

hygiene dan keputihan.

12. Bagi Responden

Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan

pengetahuan remaja putri tentang vulva hygiene sehingga bisa

meminimalisir terjadinya keputihan.


31

BAB I

PENDAHULUAN

1.31Latar Belakang

Kesehatan reproduksi merupakan salah satu unsur penting yang cukup

berperan atau berdampak bagi kehidupan seorang pria maupun wanita.

Kesehatan reproduksi menurut Undang-Undang No. 36/2009 tentang

kesehatan (pasal 71 ayat 1) adalah keadaan sehat secara fisik, mental, dan

sosial secara utuh, tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan yang

berkaitan dengan sistem, fungsi dan proses reproduksi pada laki-laki dan

perempuan. (Kemenkes RI, 2009)

Seorang wanita sudah seharusnya menaruh perhatian khusus terkait

kesehatan reproduksi. Pasalnya gangguan terkait kesehatan reproduksi akan

menimbulkan masalah, salah satunya adalah keputihan. Keputihan adalah

cairan berlebih yang keluar dari vagina. Ada dua jenis keputihan yaitu

keputihan yang bersifat normal maupun tidak normal. Dalam keadaan normal,

keputihan berupa getah atau lendir vagina seperti cairan bening tidak berbau,

jumlahnya tidak terlalu banyak dan tanpa rasa gatal atau nyeri. Sebaliknya

dalam keadaan tidak normal akan terdapat cairan berwarna, berbau,

jumlahnya banyak, disertai rasa gatal, panas atau nyeri, dan hal itu tentunya

akan sangat mengganggu. Masalah keputihan tak hanya menjadi persoalan

bagi wanita dewasa tetapi juga bagi remaja puteri. (Eny, 2011).
32

Menurut World Health Organization (WHO) masalah kesehatan

reproduksi wanita yang buruk telah mencapai 33% dari jumlah total beban

penyakit yang menyerang pada wanita di seluruh dunia salah satunya adalah

keputihan dan jumlah wanita di dunia yang pernah mengalami keputihan

75%, sedangkan wanita Eropa yang mengalami keputihan sebesar 25%,

dimana 40-50% akan mengalami kekambuhan (Setiani, 2015).

Di Indonesia sekitar 90% wanita berpotensi mengalami keputihan karena

negara Indonesia adalah daerah yang beriklim tropis, sehingga jamur mudah

berkembang yang mengakibatkan banyaknya kasus keputihan. Di Indonesia

sebanyak 75% wanita pernah mengalami keputihan minimal satu kali dalam

hidupnya dan 45% diantaranya mengalami keputihan sebanyak dua kali atau

lebih. Gejala keputihan juga dialami oleh wanita yang belum nikah atau

remaja puteri yang berumur 15-24 tahun yaitu sekitar 31,8%. Hal ini

menunjukkan remaja lebih beresiko terjadinya keputihan (Faiz, 2015).

Banyaknya remaja putri yang tidak tahu tentang keputihan sehingga

mereka menganggap sebagai hal sepele, disamping itu rasa malu ketika

mengalami keputihan kerap membuat para remaja enggan berkonsultasi ke

tenaga kesehatan. Masalah keputihan tidak bisa diremehkan, karena dapat

berakibat sangat fatal bila terlambat ditangani, misalnya dapat menimbulkan

kemandulan, radang panggul serta kanker leher rahim. 95% keputihan

merupakan gejala awal dari kanker leher rahim yang bisa berujung pada

kematian bila tidak segera mendapatkan penanganan (Shadine, 2012).


33

Menurut Menthari H. Mokodongan, dkk (2015, vol 3 no 1 hlm 274),

didapatkan bahwa lebih banyak remaja yang memiliki perilaku buruk dalam

pencegahan keputihan (52%), ada 10% remaja yang sering menggunakan

produk pembersih wanita, 17,59% remaja yang tidak mengeringkan genetalia

eksterna setelah BAK atau BAB, 25,76% remaja yang membersihkan

genetalia eksterna dengan arah dari belakang ke depan, 17% remaja sering

menggunakan celana dalam ketat, 8,2% remaja yang memakai celana dalam

yang bukan berbahan katun dan 2,5% remaja sering memakai pakaian dalam

bersama.

Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang telah dilakukan oleh peneliti

pada tanggal 29 April 2019 di MTS XXX Kota XXX terhadap 10 orang

remaja putri, 90% diantaranya kurang mengetahui vulva hygiene yang benar

serta mengalami keputihan.

Dengan melihat permasalahan tersebut, maka penulis tertarik untuk

melakukan penelitian dengan judul : “Hubungan Pengetahuan Remaja

Putri Kelas VII dan VIII Tentang Vulva Hygiene dengan Kejadian

Keputihan Di MTS XXX Kota XXX Tahun 2019”.

1.32Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas maka rumusan

masalah dalam penelitian ini adalah “Adakah Hubungan Pengetahuan

Remaja Putri Tentang Vulva Hygiene dengan Kejadian Keputihan Di

MTS XXX Kota XXX Tahun 2019”.


34

1.33Tujuan Penelitian

1.3.13 Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan pengetahuan remaja putri tentang

vulva hygiene dengan kejadian keputihan di MTS XXX Kota XXX

Tahun 2019.

1.3.14 Tujuan Khusus

19. Untuk mengetahui distribusi frekuensi pengetahuan remaja putri

tentang vulva hygiene di MTS XXX Kota XXX Tahun 2019.

20. Untuk mengetahui distribusi frekuensi kejadian keputihan di MTS

XXX Kota XXX Tahun 2019.

21. Untuk mengetahui hubungan pengetahuan remaja putri tentang

vulva hygiene dengan kejadian keputihan di MTS XXX Kota

XXX Tahun 2019.

1.34Ruang Lingkup

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui Hubungan pengetahuan

remaja putri kelas VII dan VIII tentang vulva hygiene dengan kejadian

keputihan di MTS XXX Kota XXX tahun 2019. Populasi pada penelitian ini

yaitu seluruh remaja putri kelas VII dan VIII di MTS XXX Kota XXX yang

berjumlah 36 orang dengan teknik total sampling. Penelitian ini

menggunakan metode penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan cross

sectional, yaitu data dikumpulkan dalam waktu yang bersamaan.

1.35Manfaat Penelitian

1.35.1 Manfaat Teoritis


35

13. Bagi institusi

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai

bahan bacaan atau referensi bagi mahasiswa untuk melakukan

penelitian selanjutnya.

14. Bagi Peneliti

Diharapkan penelitian ini dapat menambah wawasan peneliti

mengenai riset kesehatan dan menambah pengetahuan mengenai

vulva hygiene dan keputihan.

1.35.2 Manfaat Praktis

13. Bagi Sekolah

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber data sebagai

bahan evaluasi dalam mengembangkan pengetahuan remaja putri

tentang Kesehatan Reproduksi Remaja termasuk di dalam vulva

hygiene dan keputihan.

14. Bagi Responden

Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan

pengetahuan remaja putri tentang vulva hygiene sehingga bisa

meminimalisir terjadinya keputihan.


36

BAB I

PENDAHULUAN

1.36Latar Belakang

Kesehatan reproduksi merupakan salah satu unsur penting yang cukup

berperan atau berdampak bagi kehidupan seorang pria maupun wanita.

Kesehatan reproduksi menurut Undang-Undang No. 36/2009 tentang

kesehatan (pasal 71 ayat 1) adalah keadaan sehat secara fisik, mental, dan

sosial secara utuh, tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan yang

berkaitan dengan sistem, fungsi dan proses reproduksi pada laki-laki dan

perempuan. (Kemenkes RI, 2009)

Seorang wanita sudah seharusnya menaruh perhatian khusus terkait

kesehatan reproduksi. Pasalnya gangguan terkait kesehatan reproduksi akan

menimbulkan masalah, salah satunya adalah keputihan. Keputihan adalah

cairan berlebih yang keluar dari vagina. Ada dua jenis keputihan yaitu

keputihan yang bersifat normal maupun tidak normal. Dalam keadaan normal,

keputihan berupa getah atau lendir vagina seperti cairan bening tidak berbau,

jumlahnya tidak terlalu banyak dan tanpa rasa gatal atau nyeri. Sebaliknya

dalam keadaan tidak normal akan terdapat cairan berwarna, berbau,

jumlahnya banyak, disertai rasa gatal, panas atau nyeri, dan hal itu tentunya

akan sangat mengganggu. Masalah keputihan tak hanya menjadi persoalan

bagi wanita dewasa tetapi juga bagi remaja puteri. (Eny, 2011).
37

Menurut World Health Organization (WHO) masalah kesehatan

reproduksi wanita yang buruk telah mencapai 33% dari jumlah total beban

penyakit yang menyerang pada wanita di seluruh dunia salah satunya adalah

keputihan dan jumlah wanita di dunia yang pernah mengalami keputihan

75%, sedangkan wanita Eropa yang mengalami keputihan sebesar 25%,

dimana 40-50% akan mengalami kekambuhan (Setiani, 2015).

Di Indonesia sekitar 90% wanita berpotensi mengalami keputihan karena

negara Indonesia adalah daerah yang beriklim tropis, sehingga jamur mudah

berkembang yang mengakibatkan banyaknya kasus keputihan. Di Indonesia

sebanyak 75% wanita pernah mengalami keputihan minimal satu kali dalam

hidupnya dan 45% diantaranya mengalami keputihan sebanyak dua kali atau

lebih. Gejala keputihan juga dialami oleh wanita yang belum nikah atau

remaja puteri yang berumur 15-24 tahun yaitu sekitar 31,8%. Hal ini

menunjukkan remaja lebih beresiko terjadinya keputihan (Faiz, 2015).

Banyaknya remaja putri yang tidak tahu tentang keputihan sehingga

mereka menganggap sebagai hal sepele, disamping itu rasa malu ketika

mengalami keputihan kerap membuat para remaja enggan berkonsultasi ke

tenaga kesehatan. Masalah keputihan tidak bisa diremehkan, karena dapat

berakibat sangat fatal bila terlambat ditangani, misalnya dapat menimbulkan

kemandulan, radang panggul serta kanker leher rahim. 95% keputihan

merupakan gejala awal dari kanker leher rahim yang bisa berujung pada

kematian bila tidak segera mendapatkan penanganan (Shadine, 2012).


38

Menurut Menthari H. Mokodongan, dkk (2015, vol 3 no 1 hlm 274),

didapatkan bahwa lebih banyak remaja yang memiliki perilaku buruk dalam

pencegahan keputihan (52%), ada 10% remaja yang sering menggunakan

produk pembersih wanita, 17,59% remaja yang tidak mengeringkan genetalia

eksterna setelah BAK atau BAB, 25,76% remaja yang membersihkan

genetalia eksterna dengan arah dari belakang ke depan, 17% remaja sering

menggunakan celana dalam ketat, 8,2% remaja yang memakai celana dalam

yang bukan berbahan katun dan 2,5% remaja sering memakai pakaian dalam

bersama.

Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang telah dilakukan oleh peneliti

pada tanggal 29 April 2019 di MTS XXX Kota XXX terhadap 10 orang

remaja putri, 90% diantaranya kurang mengetahui vulva hygiene yang benar

serta mengalami keputihan.

Dengan melihat permasalahan tersebut, maka penulis tertarik untuk

melakukan penelitian dengan judul : “Hubungan Pengetahuan Remaja

Putri Kelas VII dan VIII Tentang Vulva Hygiene dengan Kejadian

Keputihan Di MTS XXX Kota XXX Tahun 2019”.

1.37Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas maka rumusan

masalah dalam penelitian ini adalah “Adakah Hubungan Pengetahuan

Remaja Putri Tentang Vulva Hygiene dengan Kejadian Keputihan Di

MTS XXX Kota XXX Tahun 2019”.


39

1.38Tujuan Penelitian

1.3.15 Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan pengetahuan remaja putri tentang

vulva hygiene dengan kejadian keputihan di MTS XXX Kota XXX

Tahun 2019.

1.3.16 Tujuan Khusus

22. Untuk mengetahui distribusi frekuensi pengetahuan remaja putri

tentang vulva hygiene di MTS XXX Kota XXX Tahun 2019.

23. Untuk mengetahui distribusi frekuensi kejadian keputihan di MTS

XXX Kota XXX Tahun 2019.

24. Untuk mengetahui hubungan pengetahuan remaja putri tentang

vulva hygiene dengan kejadian keputihan di MTS XXX Kota

XXX Tahun 2019.

1.39Ruang Lingkup

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui Hubungan pengetahuan

remaja putri kelas VII dan VIII tentang vulva hygiene dengan kejadian

keputihan di MTS XXX Kota XXX tahun 2019. Populasi pada penelitian ini

yaitu seluruh remaja putri kelas VII dan VIII di MTS XXX Kota XXX yang

berjumlah 36 orang dengan teknik total sampling. Penelitian ini

menggunakan metode penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan cross

sectional, yaitu data dikumpulkan dalam waktu yang bersamaan.

1.40Manfaat Penelitian

1.40.1 Manfaat Teoritis


40

15. Bagi institusi

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai

bahan bacaan atau referensi bagi mahasiswa untuk melakukan

penelitian selanjutnya.

16. Bagi Peneliti

Diharapkan penelitian ini dapat menambah wawasan peneliti

mengenai riset kesehatan dan menambah pengetahuan mengenai

vulva hygiene dan keputihan.

1.40.2 Manfaat Praktis

15. Bagi Sekolah

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber data sebagai

bahan evaluasi dalam mengembangkan pengetahuan remaja putri

tentang Kesehatan Reproduksi Remaja termasuk di dalam vulva

hygiene dan keputihan.

16. Bagi Responden

Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan

pengetahuan remaja putri tentang vulva hygiene sehingga bisa

meminimalisir terjadinya keputihan.


41

BAB I

PENDAHULUAN

1.41Latar Belakang

Kesehatan reproduksi merupakan salah satu unsur penting yang cukup

berperan atau berdampak bagi kehidupan seorang pria maupun wanita.

Kesehatan reproduksi menurut Undang-Undang No. 36/2009 tentang

kesehatan (pasal 71 ayat 1) adalah keadaan sehat secara fisik, mental, dan

sosial secara utuh, tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan yang

berkaitan dengan sistem, fungsi dan proses reproduksi pada laki-laki dan

perempuan. (Kemenkes RI, 2009)

Seorang wanita sudah seharusnya menaruh perhatian khusus terkait

kesehatan reproduksi. Pasalnya gangguan terkait kesehatan reproduksi akan

menimbulkan masalah, salah satunya adalah keputihan. Keputihan adalah

cairan berlebih yang keluar dari vagina. Ada dua jenis keputihan yaitu

keputihan yang bersifat normal maupun tidak normal. Dalam keadaan normal,

keputihan berupa getah atau lendir vagina seperti cairan bening tidak berbau,

jumlahnya tidak terlalu banyak dan tanpa rasa gatal atau nyeri. Sebaliknya

dalam keadaan tidak normal akan terdapat cairan berwarna, berbau,

jumlahnya banyak, disertai rasa gatal, panas atau nyeri, dan hal itu tentunya

akan sangat mengganggu. Masalah keputihan tak hanya menjadi persoalan

bagi wanita dewasa tetapi juga bagi remaja puteri. (Eny, 2011).
42

Menurut World Health Organization (WHO) masalah kesehatan

reproduksi wanita yang buruk telah mencapai 33% dari jumlah total beban

penyakit yang menyerang pada wanita di seluruh dunia salah satunya adalah

keputihan dan jumlah wanita di dunia yang pernah mengalami keputihan

75%, sedangkan wanita Eropa yang mengalami keputihan sebesar 25%,

dimana 40-50% akan mengalami kekambuhan (Setiani, 2015).

Di Indonesia sekitar 90% wanita berpotensi mengalami keputihan karena

negara Indonesia adalah daerah yang beriklim tropis, sehingga jamur mudah

berkembang yang mengakibatkan banyaknya kasus keputihan. Di Indonesia

sebanyak 75% wanita pernah mengalami keputihan minimal satu kali dalam

hidupnya dan 45% diantaranya mengalami keputihan sebanyak dua kali atau

lebih. Gejala keputihan juga dialami oleh wanita yang belum nikah atau

remaja puteri yang berumur 15-24 tahun yaitu sekitar 31,8%. Hal ini

menunjukkan remaja lebih beresiko terjadinya keputihan (Faiz, 2015).

Banyaknya remaja putri yang tidak tahu tentang keputihan sehingga

mereka menganggap sebagai hal sepele, disamping itu rasa malu ketika

mengalami keputihan kerap membuat para remaja enggan berkonsultasi ke

tenaga kesehatan. Masalah keputihan tidak bisa diremehkan, karena dapat

berakibat sangat fatal bila terlambat ditangani, misalnya dapat menimbulkan

kemandulan, radang panggul serta kanker leher rahim. 95% keputihan

merupakan gejala awal dari kanker leher rahim yang bisa berujung pada

kematian bila tidak segera mendapatkan penanganan (Shadine, 2012).


43

Menurut Menthari H. Mokodongan, dkk (2015, vol 3 no 1 hlm 274),

didapatkan bahwa lebih banyak remaja yang memiliki perilaku buruk dalam

pencegahan keputihan (52%), ada 10% remaja yang sering menggunakan

produk pembersih wanita, 17,59% remaja yang tidak mengeringkan genetalia

eksterna setelah BAK atau BAB, 25,76% remaja yang membersihkan

genetalia eksterna dengan arah dari belakang ke depan, 17% remaja sering

menggunakan celana dalam ketat, 8,2% remaja yang memakai celana dalam

yang bukan berbahan katun dan 2,5% remaja sering memakai pakaian dalam

bersama.

Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang telah dilakukan oleh peneliti

pada tanggal 29 April 2019 di MTS XXX Kota XXX terhadap 10 orang

remaja putri, 90% diantaranya kurang mengetahui vulva hygiene yang benar

serta mengalami keputihan.

Dengan melihat permasalahan tersebut, maka penulis tertarik untuk

melakukan penelitian dengan judul : “Hubungan Pengetahuan Remaja

Putri Kelas VII dan VIII Tentang Vulva Hygiene dengan Kejadian

Keputihan Di MTS XXX Kota XXX Tahun 2019”.

1.42Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas maka rumusan

masalah dalam penelitian ini adalah “Adakah Hubungan Pengetahuan

Remaja Putri Tentang Vulva Hygiene dengan Kejadian Keputihan Di

MTS XXX Kota XXX Tahun 2019”.


44

1.43Tujuan Penelitian

1.3.17 Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan pengetahuan remaja putri tentang

vulva hygiene dengan kejadian keputihan di MTS XXX Kota XXX

Tahun 2019.

1.3.18 Tujuan Khusus

25. Untuk mengetahui distribusi frekuensi pengetahuan remaja putri

tentang vulva hygiene di MTS XXX Kota XXX Tahun 2019.

26. Untuk mengetahui distribusi frekuensi kejadian keputihan di MTS

XXX Kota XXX Tahun 2019.

27. Untuk mengetahui hubungan pengetahuan remaja putri tentang

vulva hygiene dengan kejadian keputihan di MTS XXX Kota

XXX Tahun 2019.

1.44Ruang Lingkup

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui Hubungan pengetahuan

remaja putri kelas VII dan VIII tentang vulva hygiene dengan kejadian

keputihan di MTS XXX Kota XXX tahun 2019. Populasi pada penelitian ini

yaitu seluruh remaja putri kelas VII dan VIII di MTS XXX Kota XXX yang

berjumlah 36 orang dengan teknik total sampling. Penelitian ini

menggunakan metode penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan cross

sectional, yaitu data dikumpulkan dalam waktu yang bersamaan.

1.45Manfaat Penelitian

1.45.1 Manfaat Teoritis


45

17. Bagi institusi

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai

bahan bacaan atau referensi bagi mahasiswa untuk melakukan

penelitian selanjutnya.

18. Bagi Peneliti

Diharapkan penelitian ini dapat menambah wawasan peneliti

mengenai riset kesehatan dan menambah pengetahuan mengenai

vulva hygiene dan keputihan.

1.45.2 Manfaat Praktis

17. Bagi Sekolah

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber data sebagai

bahan evaluasi dalam mengembangkan pengetahuan remaja putri

tentang Kesehatan Reproduksi Remaja termasuk di dalam vulva

hygiene dan keputihan.

18. Bagi Responden

Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan

pengetahuan remaja putri tentang vulva hygiene sehingga bisa

meminimalisir terjadinya keputihan.


46

BAB I

PENDAHULUAN

1.46Latar Belakang

Kesehatan reproduksi merupakan salah satu unsur penting yang cukup

berperan atau berdampak bagi kehidupan seorang pria maupun wanita.

Kesehatan reproduksi menurut Undang-Undang No. 36/2009 tentang

kesehatan (pasal 71 ayat 1) adalah keadaan sehat secara fisik, mental, dan

sosial secara utuh, tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan yang

berkaitan dengan sistem, fungsi dan proses reproduksi pada laki-laki dan

perempuan. (Kemenkes RI, 2009)

Seorang wanita sudah seharusnya menaruh perhatian khusus terkait

kesehatan reproduksi. Pasalnya gangguan terkait kesehatan reproduksi akan

menimbulkan masalah, salah satunya adalah keputihan. Keputihan adalah

cairan berlebih yang keluar dari vagina. Ada dua jenis keputihan yaitu

keputihan yang bersifat normal maupun tidak normal. Dalam keadaan normal,

keputihan berupa getah atau lendir vagina seperti cairan bening tidak berbau,

jumlahnya tidak terlalu banyak dan tanpa rasa gatal atau nyeri. Sebaliknya

dalam keadaan tidak normal akan terdapat cairan berwarna, berbau,

jumlahnya banyak, disertai rasa gatal, panas atau nyeri, dan hal itu tentunya

akan sangat mengganggu. Masalah keputihan tak hanya menjadi persoalan

bagi wanita dewasa tetapi juga bagi remaja puteri. (Eny, 2011).
47

Menurut World Health Organization (WHO) masalah kesehatan

reproduksi wanita yang buruk telah mencapai 33% dari jumlah total beban

penyakit yang menyerang pada wanita di seluruh dunia salah satunya adalah

keputihan dan jumlah wanita di dunia yang pernah mengalami keputihan

75%, sedangkan wanita Eropa yang mengalami keputihan sebesar 25%,

dimana 40-50% akan mengalami kekambuhan (Setiani, 2015).

Di Indonesia sekitar 90% wanita berpotensi mengalami keputihan karena

negara Indonesia adalah daerah yang beriklim tropis, sehingga jamur mudah

berkembang yang mengakibatkan banyaknya kasus keputihan. Di Indonesia

sebanyak 75% wanita pernah mengalami keputihan minimal satu kali dalam

hidupnya dan 45% diantaranya mengalami keputihan sebanyak dua kali atau

lebih. Gejala keputihan juga dialami oleh wanita yang belum nikah atau

remaja puteri yang berumur 15-24 tahun yaitu sekitar 31,8%. Hal ini

menunjukkan remaja lebih beresiko terjadinya keputihan (Faiz, 2015).

Banyaknya remaja putri yang tidak tahu tentang keputihan sehingga

mereka menganggap sebagai hal sepele, disamping itu rasa malu ketika

mengalami keputihan kerap membuat para remaja enggan berkonsultasi ke

tenaga kesehatan. Masalah keputihan tidak bisa diremehkan, karena dapat

berakibat sangat fatal bila terlambat ditangani, misalnya dapat menimbulkan

kemandulan, radang panggul serta kanker leher rahim. 95% keputihan

merupakan gejala awal dari kanker leher rahim yang bisa berujung pada

kematian bila tidak segera mendapatkan penanganan (Shadine, 2012).


48

Menurut Menthari H. Mokodongan, dkk (2015, vol 3 no 1 hlm 274),

didapatkan bahwa lebih banyak remaja yang memiliki perilaku buruk dalam

pencegahan keputihan (52%), ada 10% remaja yang sering menggunakan

produk pembersih wanita, 17,59% remaja yang tidak mengeringkan genetalia

eksterna setelah BAK atau BAB, 25,76% remaja yang membersihkan

genetalia eksterna dengan arah dari belakang ke depan, 17% remaja sering

menggunakan celana dalam ketat, 8,2% remaja yang memakai celana dalam

yang bukan berbahan katun dan 2,5% remaja sering memakai pakaian dalam

bersama.

Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang telah dilakukan oleh peneliti

pada tanggal 29 April 2019 di MTS XXX Kota XXX terhadap 10 orang

remaja putri, 90% diantaranya kurang mengetahui vulva hygiene yang benar

serta mengalami keputihan.

Dengan melihat permasalahan tersebut, maka penulis tertarik untuk

melakukan penelitian dengan judul : “Hubungan Pengetahuan Remaja

Putri Kelas VII dan VIII Tentang Vulva Hygiene dengan Kejadian

Keputihan Di MTS XXX Kota XXX Tahun 2019”.

1.47Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas maka rumusan

masalah dalam penelitian ini adalah “Adakah Hubungan Pengetahuan

Remaja Putri Tentang Vulva Hygiene dengan Kejadian Keputihan Di

MTS XXX Kota XXX Tahun 2019”.


49

1.48Tujuan Penelitian

1.3.19 Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan pengetahuan remaja putri tentang

vulva hygiene dengan kejadian keputihan di MTS XXX Kota XXX

Tahun 2019.

1.3.20 Tujuan Khusus

28. Untuk mengetahui distribusi frekuensi pengetahuan remaja putri

tentang vulva hygiene di MTS XXX Kota XXX Tahun 2019.

29. Untuk mengetahui distribusi frekuensi kejadian keputihan di MTS

XXX Kota XXX Tahun 2019.

30. Untuk mengetahui hubungan pengetahuan remaja putri tentang

vulva hygiene dengan kejadian keputihan di MTS XXX Kota

XXX Tahun 2019.

1.49Ruang Lingkup

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui Hubungan pengetahuan

remaja putri kelas VII dan VIII tentang vulva hygiene dengan kejadian

keputihan di MTS XXX Kota XXX tahun 2019. Populasi pada penelitian ini

yaitu seluruh remaja putri kelas VII dan VIII di MTS XXX Kota XXX yang

berjumlah 36 orang dengan teknik total sampling. Penelitian ini

menggunakan metode penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan cross

sectional, yaitu data dikumpulkan dalam waktu yang bersamaan.

1.50Manfaat Penelitian

1.50.1 Manfaat Teoritis


50

19. Bagi institusi

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai

bahan bacaan atau referensi bagi mahasiswa untuk melakukan

penelitian selanjutnya.

20. Bagi Peneliti

Diharapkan penelitian ini dapat menambah wawasan peneliti

mengenai riset kesehatan dan menambah pengetahuan mengenai

vulva hygiene dan keputihan.

1.50.2 Manfaat Praktis

19. Bagi Sekolah

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber data sebagai

bahan evaluasi dalam mengembangkan pengetahuan remaja putri

tentang Kesehatan Reproduksi Remaja termasuk di dalam vulva

hygiene dan keputihan.

20. Bagi Responden

Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan

pengetahuan remaja putri tentang vulva hygiene sehingga bisa

meminimalisir terjadinya keputihan.


51

BAB I

PENDAHULUAN

1.51Latar Belakang

Kesehatan reproduksi merupakan salah satu unsur penting yang cukup

berperan atau berdampak bagi kehidupan seorang pria maupun wanita.

Kesehatan reproduksi menurut Undang-Undang No. 36/2009 tentang

kesehatan (pasal 71 ayat 1) adalah keadaan sehat secara fisik, mental, dan

sosial secara utuh, tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan yang

berkaitan dengan sistem, fungsi dan proses reproduksi pada laki-laki dan

perempuan. (Kemenkes RI, 2009)

Seorang wanita sudah seharusnya menaruh perhatian khusus terkait

kesehatan reproduksi. Pasalnya gangguan terkait kesehatan reproduksi akan

menimbulkan masalah, salah satunya adalah keputihan. Keputihan adalah

cairan berlebih yang keluar dari vagina. Ada dua jenis keputihan yaitu

keputihan yang bersifat normal maupun tidak normal. Dalam keadaan normal,

keputihan berupa getah atau lendir vagina seperti cairan bening tidak berbau,

jumlahnya tidak terlalu banyak dan tanpa rasa gatal atau nyeri. Sebaliknya

dalam keadaan tidak normal akan terdapat cairan berwarna, berbau,

jumlahnya banyak, disertai rasa gatal, panas atau nyeri, dan hal itu tentunya

akan sangat mengganggu. Masalah keputihan tak hanya menjadi persoalan

bagi wanita dewasa tetapi juga bagi remaja puteri. (Eny, 2011).
52

Menurut World Health Organization (WHO) masalah kesehatan

reproduksi wanita yang buruk telah mencapai 33% dari jumlah total beban

penyakit yang menyerang pada wanita di seluruh dunia salah satunya adalah

keputihan dan jumlah wanita di dunia yang pernah mengalami keputihan

75%, sedangkan wanita Eropa yang mengalami keputihan sebesar 25%,

dimana 40-50% akan mengalami kekambuhan (Setiani, 2015).

Di Indonesia sekitar 90% wanita berpotensi mengalami keputihan karena

negara Indonesia adalah daerah yang beriklim tropis, sehingga jamur mudah

berkembang yang mengakibatkan banyaknya kasus keputihan. Di Indonesia

sebanyak 75% wanita pernah mengalami keputihan minimal satu kali dalam

hidupnya dan 45% diantaranya mengalami keputihan sebanyak dua kali atau

lebih. Gejala keputihan juga dialami oleh wanita yang belum nikah atau

remaja puteri yang berumur 15-24 tahun yaitu sekitar 31,8%. Hal ini

menunjukkan remaja lebih beresiko terjadinya keputihan (Faiz, 2015).

Banyaknya remaja putri yang tidak tahu tentang keputihan sehingga

mereka menganggap sebagai hal sepele, disamping itu rasa malu ketika

mengalami keputihan kerap membuat para remaja enggan berkonsultasi ke

tenaga kesehatan. Masalah keputihan tidak bisa diremehkan, karena dapat

berakibat sangat fatal bila terlambat ditangani, misalnya dapat menimbulkan

kemandulan, radang panggul serta kanker leher rahim. 95% keputihan

merupakan gejala awal dari kanker leher rahim yang bisa berujung pada

kematian bila tidak segera mendapatkan penanganan (Shadine, 2012).


53

Menurut Menthari H. Mokodongan, dkk (2015, vol 3 no 1 hlm 274),

didapatkan bahwa lebih banyak remaja yang memiliki perilaku buruk dalam

pencegahan keputihan (52%), ada 10% remaja yang sering menggunakan

produk pembersih wanita, 17,59% remaja yang tidak mengeringkan genetalia

eksterna setelah BAK atau BAB, 25,76% remaja yang membersihkan

genetalia eksterna dengan arah dari belakang ke depan, 17% remaja sering

menggunakan celana dalam ketat, 8,2% remaja yang memakai celana dalam

yang bukan berbahan katun dan 2,5% remaja sering memakai pakaian dalam

bersama.

Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang telah dilakukan oleh peneliti

pada tanggal 29 April 2019 di MTS XXX Kota XXX terhadap 10 orang

remaja putri, 90% diantaranya kurang mengetahui vulva hygiene yang benar

serta mengalami keputihan.

Dengan melihat permasalahan tersebut, maka penulis tertarik untuk

melakukan penelitian dengan judul : “Hubungan Pengetahuan Remaja

Putri Kelas VII dan VIII Tentang Vulva Hygiene dengan Kejadian

Keputihan Di MTS XXX Kota XXX Tahun 2019”.

1.52Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas maka rumusan

masalah dalam penelitian ini adalah “Adakah Hubungan Pengetahuan

Remaja Putri Tentang Vulva Hygiene dengan Kejadian Keputihan Di

MTS XXX Kota XXX Tahun 2019”.


54

1.53Tujuan Penelitian

1.3.21 Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan pengetahuan remaja putri tentang

vulva hygiene dengan kejadian keputihan di MTS XXX Kota XXX

Tahun 2019.

1.3.22 Tujuan Khusus

31. Untuk mengetahui distribusi frekuensi pengetahuan remaja putri

tentang vulva hygiene di MTS XXX Kota XXX Tahun 2019.

32. Untuk mengetahui distribusi frekuensi kejadian keputihan di MTS

XXX Kota XXX Tahun 2019.

33. Untuk mengetahui hubungan pengetahuan remaja putri tentang

vulva hygiene dengan kejadian keputihan di MTS XXX Kota

XXX Tahun 2019.

1.54Ruang Lingkup

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui Hubungan pengetahuan

remaja putri kelas VII dan VIII tentang vulva hygiene dengan kejadian

keputihan di MTS XXX Kota XXX tahun 2019. Populasi pada penelitian ini

yaitu seluruh remaja putri kelas VII dan VIII di MTS XXX Kota XXX yang

berjumlah 36 orang dengan teknik total sampling. Penelitian ini

menggunakan metode penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan cross

sectional, yaitu data dikumpulkan dalam waktu yang bersamaan.

1.55Manfaat Penelitian

1.55.1 Manfaat Teoritis


55

21. Bagi institusi

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai

bahan bacaan atau referensi bagi mahasiswa untuk melakukan

penelitian selanjutnya.

22. Bagi Peneliti

Diharapkan penelitian ini dapat menambah wawasan peneliti

mengenai riset kesehatan dan menambah pengetahuan mengenai

vulva hygiene dan keputihan.

1.55.2 Manfaat Praktis

21. Bagi Sekolah

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber data sebagai

bahan evaluasi dalam mengembangkan pengetahuan remaja putri

tentang Kesehatan Reproduksi Remaja termasuk di dalam vulva

hygiene dan keputihan.

22. Bagi Responden

Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan

pengetahuan remaja putri tentang vulva hygiene sehingga bisa

meminimalisir terjadinya keputihan.


56

BAB I

PENDAHULUAN

1.56Latar Belakang

Kesehatan reproduksi merupakan salah satu unsur penting yang cukup

berperan atau berdampak bagi kehidupan seorang pria maupun wanita.

Kesehatan reproduksi menurut Undang-Undang No. 36/2009 tentang

kesehatan (pasal 71 ayat 1) adalah keadaan sehat secara fisik, mental, dan

sosial secara utuh, tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan yang

berkaitan dengan sistem, fungsi dan proses reproduksi pada laki-laki dan

perempuan. (Kemenkes RI, 2009)

Seorang wanita sudah seharusnya menaruh perhatian khusus terkait

kesehatan reproduksi. Pasalnya gangguan terkait kesehatan reproduksi akan

menimbulkan masalah, salah satunya adalah keputihan. Keputihan adalah

cairan berlebih yang keluar dari vagina. Ada dua jenis keputihan yaitu

keputihan yang bersifat normal maupun tidak normal. Dalam keadaan normal,

keputihan berupa getah atau lendir vagina seperti cairan bening tidak berbau,

jumlahnya tidak terlalu banyak dan tanpa rasa gatal atau nyeri. Sebaliknya

dalam keadaan tidak normal akan terdapat cairan berwarna, berbau,

jumlahnya banyak, disertai rasa gatal, panas atau nyeri, dan hal itu tentunya

akan sangat mengganggu. Masalah keputihan tak hanya menjadi persoalan

bagi wanita dewasa tetapi juga bagi remaja puteri. (Eny, 2011).
57

Menurut World Health Organization (WHO) masalah kesehatan

reproduksi wanita yang buruk telah mencapai 33% dari jumlah total beban

penyakit yang menyerang pada wanita di seluruh dunia salah satunya adalah

keputihan dan jumlah wanita di dunia yang pernah mengalami keputihan

75%, sedangkan wanita Eropa yang mengalami keputihan sebesar 25%,

dimana 40-50% akan mengalami kekambuhan (Setiani, 2015).

Di Indonesia sekitar 90% wanita berpotensi mengalami keputihan karena

negara Indonesia adalah daerah yang beriklim tropis, sehingga jamur mudah

berkembang yang mengakibatkan banyaknya kasus keputihan. Di Indonesia

sebanyak 75% wanita pernah mengalami keputihan minimal satu kali dalam

hidupnya dan 45% diantaranya mengalami keputihan sebanyak dua kali atau

lebih. Gejala keputihan juga dialami oleh wanita yang belum nikah atau

remaja puteri yang berumur 15-24 tahun yaitu sekitar 31,8%. Hal ini

menunjukkan remaja lebih beresiko terjadinya keputihan (Faiz, 2015).

Banyaknya remaja putri yang tidak tahu tentang keputihan sehingga

mereka menganggap sebagai hal sepele, disamping itu rasa malu ketika

mengalami keputihan kerap membuat para remaja enggan berkonsultasi ke

tenaga kesehatan. Masalah keputihan tidak bisa diremehkan, karena dapat

berakibat sangat fatal bila terlambat ditangani, misalnya dapat menimbulkan

kemandulan, radang panggul serta kanker leher rahim. 95% keputihan

merupakan gejala awal dari kanker leher rahim yang bisa berujung pada

kematian bila tidak segera mendapatkan penanganan (Shadine, 2012).


58

Menurut Menthari H. Mokodongan, dkk (2015, vol 3 no 1 hlm 274),

didapatkan bahwa lebih banyak remaja yang memiliki perilaku buruk dalam

pencegahan keputihan (52%), ada 10% remaja yang sering menggunakan

produk pembersih wanita, 17,59% remaja yang tidak mengeringkan genetalia

eksterna setelah BAK atau BAB, 25,76% remaja yang membersihkan

genetalia eksterna dengan arah dari belakang ke depan, 17% remaja sering

menggunakan celana dalam ketat, 8,2% remaja yang memakai celana dalam

yang bukan berbahan katun dan 2,5% remaja sering memakai pakaian dalam

bersama.

Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang telah dilakukan oleh peneliti

pada tanggal 29 April 2019 di MTS XXX Kota XXX terhadap 10 orang

remaja putri, 90% diantaranya kurang mengetahui vulva hygiene yang benar

serta mengalami keputihan.

Dengan melihat permasalahan tersebut, maka penulis tertarik untuk

melakukan penelitian dengan judul : “Hubungan Pengetahuan Remaja

Putri Kelas VII dan VIII Tentang Vulva Hygiene dengan Kejadian

Keputihan Di MTS XXX Kota XXX Tahun 2019”.

1.57Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas maka rumusan

masalah dalam penelitian ini adalah “Adakah Hubungan Pengetahuan

Remaja Putri Tentang Vulva Hygiene dengan Kejadian Keputihan Di

MTS XXX Kota XXX Tahun 2019”.


59

1.58Tujuan Penelitian

1.3.23 Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan pengetahuan remaja putri tentang

vulva hygiene dengan kejadian keputihan di MTS XXX Kota XXX

Tahun 2019.

1.3.24 Tujuan Khusus

34. Untuk mengetahui distribusi frekuensi pengetahuan remaja putri

tentang vulva hygiene di MTS XXX Kota XXX Tahun 2019.

35. Untuk mengetahui distribusi frekuensi kejadian keputihan di MTS

XXX Kota XXX Tahun 2019.

36. Untuk mengetahui hubungan pengetahuan remaja putri tentang

vulva hygiene dengan kejadian keputihan di MTS XXX Kota

XXX Tahun 2019.

1.59Ruang Lingkup

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui Hubungan pengetahuan

remaja putri kelas VII dan VIII tentang vulva hygiene dengan kejadian

keputihan di MTS XXX Kota XXX tahun 2019. Populasi pada penelitian ini

yaitu seluruh remaja putri kelas VII dan VIII di MTS XXX Kota XXX yang

berjumlah 36 orang dengan teknik total sampling. Penelitian ini

menggunakan metode penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan cross

sectional, yaitu data dikumpulkan dalam waktu yang bersamaan.

1.60Manfaat Penelitian

1.60.1 Manfaat Teoritis


60

23. Bagi institusi

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai

bahan bacaan atau referensi bagi mahasiswa untuk melakukan

penelitian selanjutnya.

24. Bagi Peneliti

Diharapkan penelitian ini dapat menambah wawasan peneliti

mengenai riset kesehatan dan menambah pengetahuan mengenai

vulva hygiene dan keputihan.

1.60.2 Manfaat Praktis

23. Bagi Sekolah

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber data sebagai

bahan evaluasi dalam mengembangkan pengetahuan remaja putri

tentang Kesehatan Reproduksi Remaja termasuk di dalam vulva

hygiene dan keputihan.

24. Bagi Responden

Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan

pengetahuan remaja putri tentang vulva hygiene sehingga bisa

meminimalisir terjadinya keputihan.


61

BAB I

PENDAHULUAN

1.61Latar Belakang

Kesehatan reproduksi merupakan salah satu unsur penting yang cukup

berperan atau berdampak bagi kehidupan seorang pria maupun wanita.

Kesehatan reproduksi menurut Undang-Undang No. 36/2009 tentang

kesehatan (pasal 71 ayat 1) adalah keadaan sehat secara fisik, mental, dan

sosial secara utuh, tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan yang

berkaitan dengan sistem, fungsi dan proses reproduksi pada laki-laki dan

perempuan. (Kemenkes RI, 2009)

Seorang wanita sudah seharusnya menaruh perhatian khusus terkait

kesehatan reproduksi. Pasalnya gangguan terkait kesehatan reproduksi akan

menimbulkan masalah, salah satunya adalah keputihan. Keputihan adalah

cairan berlebih yang keluar dari vagina. Ada dua jenis keputihan yaitu

keputihan yang bersifat normal maupun tidak normal. Dalam keadaan normal,

keputihan berupa getah atau lendir vagina seperti cairan bening tidak berbau,

jumlahnya tidak terlalu banyak dan tanpa rasa gatal atau nyeri. Sebaliknya

dalam keadaan tidak normal akan terdapat cairan berwarna, berbau,

jumlahnya banyak, disertai rasa gatal, panas atau nyeri, dan hal itu tentunya

akan sangat mengganggu. Masalah keputihan tak hanya menjadi persoalan

bagi wanita dewasa tetapi juga bagi remaja puteri. (Eny, 2011).
62

Menurut World Health Organization (WHO) masalah kesehatan

reproduksi wanita yang buruk telah mencapai 33% dari jumlah total beban

penyakit yang menyerang pada wanita di seluruh dunia salah satunya adalah

keputihan dan jumlah wanita di dunia yang pernah mengalami keputihan

75%, sedangkan wanita Eropa yang mengalami keputihan sebesar 25%,

dimana 40-50% akan mengalami kekambuhan (Setiani, 2015).

Di Indonesia sekitar 90% wanita berpotensi mengalami keputihan karena

negara Indonesia adalah daerah yang beriklim tropis, sehingga jamur mudah

berkembang yang mengakibatkan banyaknya kasus keputihan. Di Indonesia

sebanyak 75% wanita pernah mengalami keputihan minimal satu kali dalam

hidupnya dan 45% diantaranya mengalami keputihan sebanyak dua kali atau

lebih. Gejala keputihan juga dialami oleh wanita yang belum nikah atau

remaja puteri yang berumur 15-24 tahun yaitu sekitar 31,8%. Hal ini

menunjukkan remaja lebih beresiko terjadinya keputihan (Faiz, 2015).

Banyaknya remaja putri yang tidak tahu tentang keputihan sehingga

mereka menganggap sebagai hal sepele, disamping itu rasa malu ketika

mengalami keputihan kerap membuat para remaja enggan berkonsultasi ke

tenaga kesehatan. Masalah keputihan tidak bisa diremehkan, karena dapat

berakibat sangat fatal bila terlambat ditangani, misalnya dapat menimbulkan

kemandulan, radang panggul serta kanker leher rahim. 95% keputihan

merupakan gejala awal dari kanker leher rahim yang bisa berujung pada

kematian bila tidak segera mendapatkan penanganan (Shadine, 2012).


63

Menurut Menthari H. Mokodongan, dkk (2015, vol 3 no 1 hlm 274),

didapatkan bahwa lebih banyak remaja yang memiliki perilaku buruk dalam

pencegahan keputihan (52%), ada 10% remaja yang sering menggunakan

produk pembersih wanita, 17,59% remaja yang tidak mengeringkan genetalia

eksterna setelah BAK atau BAB, 25,76% remaja yang membersihkan

genetalia eksterna dengan arah dari belakang ke depan, 17% remaja sering

menggunakan celana dalam ketat, 8,2% remaja yang memakai celana dalam

yang bukan berbahan katun dan 2,5% remaja sering memakai pakaian dalam

bersama.

Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang telah dilakukan oleh peneliti

pada tanggal 29 April 2019 di MTS XXX Kota XXX terhadap 10 orang

remaja putri, 90% diantaranya kurang mengetahui vulva hygiene yang benar

serta mengalami keputihan.

Dengan melihat permasalahan tersebut, maka penulis tertarik untuk

melakukan penelitian dengan judul : “Hubungan Pengetahuan Remaja

Putri Kelas VII dan VIII Tentang Vulva Hygiene dengan Kejadian

Keputihan Di MTS XXX Kota XXX Tahun 2019”.

1.62Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas maka rumusan

masalah dalam penelitian ini adalah “Adakah Hubungan Pengetahuan

Remaja Putri Tentang Vulva Hygiene dengan Kejadian Keputihan Di

MTS XXX Kota XXX Tahun 2019”.


64

1.63Tujuan Penelitian

1.3.25 Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan pengetahuan remaja putri tentang

vulva hygiene dengan kejadian keputihan di MTS XXX Kota XXX

Tahun 2019.

1.3.26 Tujuan Khusus

37. Untuk mengetahui distribusi frekuensi pengetahuan remaja putri

tentang vulva hygiene di MTS XXX Kota XXX Tahun 2019.

38. Untuk mengetahui distribusi frekuensi kejadian keputihan di MTS

XXX Kota XXX Tahun 2019.

39. Untuk mengetahui hubungan pengetahuan remaja putri tentang

vulva hygiene dengan kejadian keputihan di MTS XXX Kota

XXX Tahun 2019.

1.64Ruang Lingkup

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui Hubungan pengetahuan

remaja putri kelas VII dan VIII tentang vulva hygiene dengan kejadian

keputihan di MTS XXX Kota XXX tahun 2019. Populasi pada penelitian ini

yaitu seluruh remaja putri kelas VII dan VIII di MTS XXX Kota XXX yang

berjumlah 36 orang dengan teknik total sampling. Penelitian ini

menggunakan metode penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan cross

sectional, yaitu data dikumpulkan dalam waktu yang bersamaan.

1.65Manfaat Penelitian

1.65.1 Manfaat Teoritis


65

25. Bagi institusi

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai

bahan bacaan atau referensi bagi mahasiswa untuk melakukan

penelitian selanjutnya.

26. Bagi Peneliti

Diharapkan penelitian ini dapat menambah wawasan peneliti

mengenai riset kesehatan dan menambah pengetahuan mengenai

vulva hygiene dan keputihan.

1.65.2 Manfaat Praktis

25. Bagi Sekolah

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber data sebagai

bahan evaluasi dalam mengembangkan pengetahuan remaja putri

tentang Kesehatan Reproduksi Remaja termasuk di dalam vulva

hygiene dan keputihan.

26. Bagi Responden

Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan

pengetahuan remaja putri tentang vulva hygiene sehingga bisa

meminimalisir terjadinya keputihan.


66

BAB I

PENDAHULUAN

1.66Latar Belakang

Kesehatan reproduksi merupakan salah satu unsur penting yang cukup

berperan atau berdampak bagi kehidupan seorang pria maupun wanita.

Kesehatan reproduksi menurut Undang-Undang No. 36/2009 tentang

kesehatan (pasal 71 ayat 1) adalah keadaan sehat secara fisik, mental, dan

sosial secara utuh, tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan yang

berkaitan dengan sistem, fungsi dan proses reproduksi pada laki-laki dan

perempuan. (Kemenkes RI, 2009)

Seorang wanita sudah seharusnya menaruh perhatian khusus terkait

kesehatan reproduksi. Pasalnya gangguan terkait kesehatan reproduksi akan

menimbulkan masalah, salah satunya adalah keputihan. Keputihan adalah

cairan berlebih yang keluar dari vagina. Ada dua jenis keputihan yaitu

keputihan yang bersifat normal maupun tidak normal. Dalam keadaan normal,

keputihan berupa getah atau lendir vagina seperti cairan bening tidak berbau,

jumlahnya tidak terlalu banyak dan tanpa rasa gatal atau nyeri. Sebaliknya

dalam keadaan tidak normal akan terdapat cairan berwarna, berbau,

jumlahnya banyak, disertai rasa gatal, panas atau nyeri, dan hal itu tentunya

akan sangat mengganggu. Masalah keputihan tak hanya menjadi persoalan

bagi wanita dewasa tetapi juga bagi remaja puteri. (Eny, 2011).
67

Menurut World Health Organization (WHO) masalah kesehatan

reproduksi wanita yang buruk telah mencapai 33% dari jumlah total beban

penyakit yang menyerang pada wanita di seluruh dunia salah satunya adalah

keputihan dan jumlah wanita di dunia yang pernah mengalami keputihan

75%, sedangkan wanita Eropa yang mengalami keputihan sebesar 25%,

dimana 40-50% akan mengalami kekambuhan (Setiani, 2015).

Di Indonesia sekitar 90% wanita berpotensi mengalami keputihan karena

negara Indonesia adalah daerah yang beriklim tropis, sehingga jamur mudah

berkembang yang mengakibatkan banyaknya kasus keputihan. Di Indonesia

sebanyak 75% wanita pernah mengalami keputihan minimal satu kali dalam

hidupnya dan 45% diantaranya mengalami keputihan sebanyak dua kali atau

lebih. Gejala keputihan juga dialami oleh wanita yang belum nikah atau

remaja puteri yang berumur 15-24 tahun yaitu sekitar 31,8%. Hal ini

menunjukkan remaja lebih beresiko terjadinya keputihan (Faiz, 2015).

Banyaknya remaja putri yang tidak tahu tentang keputihan sehingga

mereka menganggap sebagai hal sepele, disamping itu rasa malu ketika

mengalami keputihan kerap membuat para remaja enggan berkonsultasi ke

tenaga kesehatan. Masalah keputihan tidak bisa diremehkan, karena dapat

berakibat sangat fatal bila terlambat ditangani, misalnya dapat menimbulkan

kemandulan, radang panggul serta kanker leher rahim. 95% keputihan

merupakan gejala awal dari kanker leher rahim yang bisa berujung pada

kematian bila tidak segera mendapatkan penanganan (Shadine, 2012).


68

Menurut Menthari H. Mokodongan, dkk (2015, vol 3 no 1 hlm 274),

didapatkan bahwa lebih banyak remaja yang memiliki perilaku buruk dalam

pencegahan keputihan (52%), ada 10% remaja yang sering menggunakan

produk pembersih wanita, 17,59% remaja yang tidak mengeringkan genetalia

eksterna setelah BAK atau BAB, 25,76% remaja yang membersihkan

genetalia eksterna dengan arah dari belakang ke depan, 17% remaja sering

menggunakan celana dalam ketat, 8,2% remaja yang memakai celana dalam

yang bukan berbahan katun dan 2,5% remaja sering memakai pakaian dalam

bersama.

Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang telah dilakukan oleh peneliti

pada tanggal 29 April 2019 di MTS XXX Kota XXX terhadap 10 orang

remaja putri, 90% diantaranya kurang mengetahui vulva hygiene yang benar

serta mengalami keputihan.

Dengan melihat permasalahan tersebut, maka penulis tertarik untuk

melakukan penelitian dengan judul : “Hubungan Pengetahuan Remaja

Putri Kelas VII dan VIII Tentang Vulva Hygiene dengan Kejadian

Keputihan Di MTS XXX Kota XXX Tahun 2019”.

1.67Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas maka rumusan

masalah dalam penelitian ini adalah “Adakah Hubungan Pengetahuan

Remaja Putri Tentang Vulva Hygiene dengan Kejadian Keputihan Di

MTS XXX Kota XXX Tahun 2019”.


69

1.68Tujuan Penelitian

1.3.27 Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan pengetahuan remaja putri tentang

vulva hygiene dengan kejadian keputihan di MTS XXX Kota XXX

Tahun 2019.

1.3.28 Tujuan Khusus

40. Untuk mengetahui distribusi frekuensi pengetahuan remaja putri

tentang vulva hygiene di MTS XXX Kota XXX Tahun 2019.

41. Untuk mengetahui distribusi frekuensi kejadian keputihan di MTS

XXX Kota XXX Tahun 2019.

42. Untuk mengetahui hubungan pengetahuan remaja putri tentang

vulva hygiene dengan kejadian keputihan di MTS XXX Kota

XXX Tahun 2019.

1.69Ruang Lingkup

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui Hubungan pengetahuan

remaja putri kelas VII dan VIII tentang vulva hygiene dengan kejadian

keputihan di MTS XXX Kota XXX tahun 2019. Populasi pada penelitian ini

yaitu seluruh remaja putri kelas VII dan VIII di MTS XXX Kota XXX yang

berjumlah 36 orang dengan teknik total sampling. Penelitian ini

menggunakan metode penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan cross

sectional, yaitu data dikumpulkan dalam waktu yang bersamaan.

1.70Manfaat Penelitian

1.70.1 Manfaat Teoritis


70

27. Bagi institusi

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai

bahan bacaan atau referensi bagi mahasiswa untuk melakukan

penelitian selanjutnya.

28. Bagi Peneliti

Diharapkan penelitian ini dapat menambah wawasan peneliti

mengenai riset kesehatan dan menambah pengetahuan mengenai

vulva hygiene dan keputihan.

1.70.2 Manfaat Praktis

27. Bagi Sekolah

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber data sebagai

bahan evaluasi dalam mengembangkan pengetahuan remaja putri

tentang Kesehatan Reproduksi Remaja termasuk di dalam vulva

hygiene dan keputihan.

28. Bagi Responden

Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan

pengetahuan remaja putri tentang vulva hygiene sehingga bisa

meminimalisir terjadinya keputihan.


71

BAB I

PENDAHULUAN

1.71Latar Belakang

Kesehatan reproduksi merupakan salah satu unsur penting yang cukup

berperan atau berdampak bagi kehidupan seorang pria maupun wanita.

Kesehatan reproduksi menurut Undang-Undang No. 36/2009 tentang

kesehatan (pasal 71 ayat 1) adalah keadaan sehat secara fisik, mental, dan

sosial secara utuh, tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan yang

berkaitan dengan sistem, fungsi dan proses reproduksi pada laki-laki dan

perempuan. (Kemenkes RI, 2009)

Seorang wanita sudah seharusnya menaruh perhatian khusus terkait

kesehatan reproduksi. Pasalnya gangguan terkait kesehatan reproduksi akan

menimbulkan masalah, salah satunya adalah keputihan. Keputihan adalah

cairan berlebih yang keluar dari vagina. Ada dua jenis keputihan yaitu

keputihan yang bersifat normal maupun tidak normal. Dalam keadaan normal,

keputihan berupa getah atau lendir vagina seperti cairan bening tidak berbau,

jumlahnya tidak terlalu banyak dan tanpa rasa gatal atau nyeri. Sebaliknya

dalam keadaan tidak normal akan terdapat cairan berwarna, berbau,

jumlahnya banyak, disertai rasa gatal, panas atau nyeri, dan hal itu tentunya

akan sangat mengganggu. Masalah keputihan tak hanya menjadi persoalan

bagi wanita dewasa tetapi juga bagi remaja puteri. (Eny, 2011).
72

Menurut World Health Organization (WHO) masalah kesehatan

reproduksi wanita yang buruk telah mencapai 33% dari jumlah total beban

penyakit yang menyerang pada wanita di seluruh dunia salah satunya adalah

keputihan dan jumlah wanita di dunia yang pernah mengalami keputihan

75%, sedangkan wanita Eropa yang mengalami keputihan sebesar 25%,

dimana 40-50% akan mengalami kekambuhan (Setiani, 2015).

Di Indonesia sekitar 90% wanita berpotensi mengalami keputihan karena

negara Indonesia adalah daerah yang beriklim tropis, sehingga jamur mudah

berkembang yang mengakibatkan banyaknya kasus keputihan. Di Indonesia

sebanyak 75% wanita pernah mengalami keputihan minimal satu kali dalam

hidupnya dan 45% diantaranya mengalami keputihan sebanyak dua kali atau

lebih. Gejala keputihan juga dialami oleh wanita yang belum nikah atau

remaja puteri yang berumur 15-24 tahun yaitu sekitar 31,8%. Hal ini

menunjukkan remaja lebih beresiko terjadinya keputihan (Faiz, 2015).

Banyaknya remaja putri yang tidak tahu tentang keputihan sehingga

mereka menganggap sebagai hal sepele, disamping itu rasa malu ketika

mengalami keputihan kerap membuat para remaja enggan berkonsultasi ke

tenaga kesehatan. Masalah keputihan tidak bisa diremehkan, karena dapat

berakibat sangat fatal bila terlambat ditangani, misalnya dapat menimbulkan

kemandulan, radang panggul serta kanker leher rahim. 95% keputihan

merupakan gejala awal dari kanker leher rahim yang bisa berujung pada

kematian bila tidak segera mendapatkan penanganan (Shadine, 2012).


73

Menurut Menthari H. Mokodongan, dkk (2015, vol 3 no 1 hlm 274),

didapatkan bahwa lebih banyak remaja yang memiliki perilaku buruk dalam

pencegahan keputihan (52%), ada 10% remaja yang sering menggunakan

produk pembersih wanita, 17,59% remaja yang tidak mengeringkan genetalia

eksterna setelah BAK atau BAB, 25,76% remaja yang membersihkan

genetalia eksterna dengan arah dari belakang ke depan, 17% remaja sering

menggunakan celana dalam ketat, 8,2% remaja yang memakai celana dalam

yang bukan berbahan katun dan 2,5% remaja sering memakai pakaian dalam

bersama.

Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang telah dilakukan oleh peneliti

pada tanggal 29 April 2019 di MTS XXX Kota XXX terhadap 10 orang

remaja putri, 90% diantaranya kurang mengetahui vulva hygiene yang benar

serta mengalami keputihan.

Dengan melihat permasalahan tersebut, maka penulis tertarik untuk

melakukan penelitian dengan judul : “Hubungan Pengetahuan Remaja

Putri Kelas VII dan VIII Tentang Vulva Hygiene dengan Kejadian

Keputihan Di MTS XXX Kota XXX Tahun 2019”.

1.72Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas maka rumusan

masalah dalam penelitian ini adalah “Adakah Hubungan Pengetahuan

Remaja Putri Tentang Vulva Hygiene dengan Kejadian Keputihan Di

MTS XXX Kota XXX Tahun 2019”.


74

1.73Tujuan Penelitian

1.3.29 Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan pengetahuan remaja putri tentang

vulva hygiene dengan kejadian keputihan di MTS XXX Kota XXX

Tahun 2019.

1.3.30 Tujuan Khusus

43. Untuk mengetahui distribusi frekuensi pengetahuan remaja putri

tentang vulva hygiene di MTS XXX Kota XXX Tahun 2019.

44. Untuk mengetahui distribusi frekuensi kejadian keputihan di MTS

XXX Kota XXX Tahun 2019.

45. Untuk mengetahui hubungan pengetahuan remaja putri tentang

vulva hygiene dengan kejadian keputihan di MTS XXX Kota

XXX Tahun 2019.

1.74Ruang Lingkup

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui Hubungan pengetahuan

remaja putri kelas VII dan VIII tentang vulva hygiene dengan kejadian

keputihan di MTS XXX Kota XXX tahun 2019. Populasi pada penelitian ini

yaitu seluruh remaja putri kelas VII dan VIII di MTS XXX Kota XXX yang

berjumlah 36 orang dengan teknik total sampling. Penelitian ini

menggunakan metode penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan cross

sectional, yaitu data dikumpulkan dalam waktu yang bersamaan.

1.75Manfaat Penelitian

1.75.1 Manfaat Teoritis


75

29. Bagi institusi

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai

bahan bacaan atau referensi bagi mahasiswa untuk melakukan

penelitian selanjutnya.

30. Bagi Peneliti

Diharapkan penelitian ini dapat menambah wawasan peneliti

mengenai riset kesehatan dan menambah pengetahuan mengenai

vulva hygiene dan keputihan.

1.75.2 Manfaat Praktis

29. Bagi Sekolah

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber data sebagai

bahan evaluasi dalam mengembangkan pengetahuan remaja putri

tentang Kesehatan Reproduksi Remaja termasuk di dalam vulva

hygiene dan keputihan.

30. Bagi Responden

Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan

pengetahuan remaja putri tentang vulva hygiene sehingga bisa

meminimalisir terjadinya keputihan.


76

BAB I

PENDAHULUAN

1.76Latar Belakang

Kesehatan reproduksi merupakan salah satu unsur penting yang cukup

berperan atau berdampak bagi kehidupan seorang pria maupun wanita.

Kesehatan reproduksi menurut Undang-Undang No. 36/2009 tentang

kesehatan (pasal 71 ayat 1) adalah keadaan sehat secara fisik, mental, dan

sosial secara utuh, tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan yang

berkaitan dengan sistem, fungsi dan proses reproduksi pada laki-laki dan

perempuan. (Kemenkes RI, 2009)

Seorang wanita sudah seharusnya menaruh perhatian khusus terkait

kesehatan reproduksi. Pasalnya gangguan terkait kesehatan reproduksi akan

menimbulkan masalah, salah satunya adalah keputihan. Keputihan adalah

cairan berlebih yang keluar dari vagina. Ada dua jenis keputihan yaitu

keputihan yang bersifat normal maupun tidak normal. Dalam keadaan normal,

keputihan berupa getah atau lendir vagina seperti cairan bening tidak berbau,

jumlahnya tidak terlalu banyak dan tanpa rasa gatal atau nyeri. Sebaliknya

dalam keadaan tidak normal akan terdapat cairan berwarna, berbau,

jumlahnya banyak, disertai rasa gatal, panas atau nyeri, dan hal itu tentunya

akan sangat mengganggu. Masalah keputihan tak hanya menjadi persoalan

bagi wanita dewasa tetapi juga bagi remaja puteri. (Eny, 2011).
77

Menurut World Health Organization (WHO) masalah kesehatan

reproduksi wanita yang buruk telah mencapai 33% dari jumlah total beban

penyakit yang menyerang pada wanita di seluruh dunia salah satunya adalah

keputihan dan jumlah wanita di dunia yang pernah mengalami keputihan

75%, sedangkan wanita Eropa yang mengalami keputihan sebesar 25%,

dimana 40-50% akan mengalami kekambuhan (Setiani, 2015).

Di Indonesia sekitar 90% wanita berpotensi mengalami keputihan karena

negara Indonesia adalah daerah yang beriklim tropis, sehingga jamur mudah

berkembang yang mengakibatkan banyaknya kasus keputihan. Di Indonesia

sebanyak 75% wanita pernah mengalami keputihan minimal satu kali dalam

hidupnya dan 45% diantaranya mengalami keputihan sebanyak dua kali atau

lebih. Gejala keputihan juga dialami oleh wanita yang belum nikah atau

remaja puteri yang berumur 15-24 tahun yaitu sekitar 31,8%. Hal ini

menunjukkan remaja lebih beresiko terjadinya keputihan (Faiz, 2015).

Banyaknya remaja putri yang tidak tahu tentang keputihan sehingga

mereka menganggap sebagai hal sepele, disamping itu rasa malu ketika

mengalami keputihan kerap membuat para remaja enggan berkonsultasi ke

tenaga kesehatan. Masalah keputihan tidak bisa diremehkan, karena dapat

berakibat sangat fatal bila terlambat ditangani, misalnya dapat menimbulkan

kemandulan, radang panggul serta kanker leher rahim. 95% keputihan

merupakan gejala awal dari kanker leher rahim yang bisa berujung pada

kematian bila tidak segera mendapatkan penanganan (Shadine, 2012).


78

Menurut Menthari H. Mokodongan, dkk (2015, vol 3 no 1 hlm 274),

didapatkan bahwa lebih banyak remaja yang memiliki perilaku buruk dalam

pencegahan keputihan (52%), ada 10% remaja yang sering menggunakan

produk pembersih wanita, 17,59% remaja yang tidak mengeringkan genetalia

eksterna setelah BAK atau BAB, 25,76% remaja yang membersihkan

genetalia eksterna dengan arah dari belakang ke depan, 17% remaja sering

menggunakan celana dalam ketat, 8,2% remaja yang memakai celana dalam

yang bukan berbahan katun dan 2,5% remaja sering memakai pakaian dalam

bersama.

Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang telah dilakukan oleh peneliti

pada tanggal 29 April 2019 di MTS XXX Kota XXX terhadap 10 orang

remaja putri, 90% diantaranya kurang mengetahui vulva hygiene yang benar

serta mengalami keputihan.

Dengan melihat permasalahan tersebut, maka penulis tertarik untuk

melakukan penelitian dengan judul : “Hubungan Pengetahuan Remaja

Putri Kelas VII dan VIII Tentang Vulva Hygiene dengan Kejadian

Keputihan Di MTS XXX Kota XXX Tahun 2019”.

1.77Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas maka rumusan

masalah dalam penelitian ini adalah “Adakah Hubungan Pengetahuan

Remaja Putri Tentang Vulva Hygiene dengan Kejadian Keputihan Di

MTS XXX Kota XXX Tahun 2019”.


79

1.78Tujuan Penelitian

1.3.31 Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan pengetahuan remaja putri tentang

vulva hygiene dengan kejadian keputihan di MTS XXX Kota XXX

Tahun 2019.

1.3.32 Tujuan Khusus

46. Untuk mengetahui distribusi frekuensi pengetahuan remaja putri

tentang vulva hygiene di MTS XXX Kota XXX Tahun 2019.

47. Untuk mengetahui distribusi frekuensi kejadian keputihan di MTS

XXX Kota XXX Tahun 2019.

48. Untuk mengetahui hubungan pengetahuan remaja putri tentang

vulva hygiene dengan kejadian keputihan di MTS XXX Kota

XXX Tahun 2019.

1.79Ruang Lingkup

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui Hubungan pengetahuan

remaja putri kelas VII dan VIII tentang vulva hygiene dengan kejadian

keputihan di MTS XXX Kota XXX tahun 2019. Populasi pada penelitian ini

yaitu seluruh remaja putri kelas VII dan VIII di MTS XXX Kota XXX yang

berjumlah 36 orang dengan teknik total sampling. Penelitian ini

menggunakan metode penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan cross

sectional, yaitu data dikumpulkan dalam waktu yang bersamaan.

1.80Manfaat Penelitian

1.80.1 Manfaat Teoritis


80

31. Bagi institusi

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai

bahan bacaan atau referensi bagi mahasiswa untuk melakukan

penelitian selanjutnya.

32. Bagi Peneliti

Diharapkan penelitian ini dapat menambah wawasan peneliti

mengenai riset kesehatan dan menambah pengetahuan mengenai

vulva hygiene dan keputihan.

1.80.2 Manfaat Praktis

31. Bagi Sekolah

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber data sebagai

bahan evaluasi dalam mengembangkan pengetahuan remaja putri

tentang Kesehatan Reproduksi Remaja termasuk di dalam vulva

hygiene dan keputihan.

32. Bagi Responden

Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan

pengetahuan remaja putri tentang vulva hygiene sehingga bisa

meminimalisir terjadinya keputihan.


81

BAB I

PENDAHULUAN

1.81Latar Belakang

Kesehatan reproduksi merupakan salah satu unsur penting yang cukup

berperan atau berdampak bagi kehidupan seorang pria maupun wanita.

Kesehatan reproduksi menurut Undang-Undang No. 36/2009 tentang

kesehatan (pasal 71 ayat 1) adalah keadaan sehat secara fisik, mental, dan

sosial secara utuh, tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan yang

berkaitan dengan sistem, fungsi dan proses reproduksi pada laki-laki dan

perempuan. (Kemenkes RI, 2009)

Seorang wanita sudah seharusnya menaruh perhatian khusus terkait

kesehatan reproduksi. Pasalnya gangguan terkait kesehatan reproduksi akan

menimbulkan masalah, salah satunya adalah keputihan. Keputihan adalah

cairan berlebih yang keluar dari vagina. Ada dua jenis keputihan yaitu

keputihan yang bersifat normal maupun tidak normal. Dalam keadaan normal,

keputihan berupa getah atau lendir vagina seperti cairan bening tidak berbau,

jumlahnya tidak terlalu banyak dan tanpa rasa gatal atau nyeri. Sebaliknya

dalam keadaan tidak normal akan terdapat cairan berwarna, berbau,

jumlahnya banyak, disertai rasa gatal, panas atau nyeri, dan hal itu tentunya

akan sangat mengganggu. Masalah keputihan tak hanya menjadi persoalan

bagi wanita dewasa tetapi juga bagi remaja puteri. (Eny, 2011).
82

Menurut World Health Organization (WHO) masalah kesehatan

reproduksi wanita yang buruk telah mencapai 33% dari jumlah total beban

penyakit yang menyerang pada wanita di seluruh dunia salah satunya adalah

keputihan dan jumlah wanita di dunia yang pernah mengalami keputihan

75%, sedangkan wanita Eropa yang mengalami keputihan sebesar 25%,

dimana 40-50% akan mengalami kekambuhan (Setiani, 2015).

Di Indonesia sekitar 90% wanita berpotensi mengalami keputihan karena

negara Indonesia adalah daerah yang beriklim tropis, sehingga jamur mudah

berkembang yang mengakibatkan banyaknya kasus keputihan. Di Indonesia

sebanyak 75% wanita pernah mengalami keputihan minimal satu kali dalam

hidupnya dan 45% diantaranya mengalami keputihan sebanyak dua kali atau

lebih. Gejala keputihan juga dialami oleh wanita yang belum nikah atau

remaja puteri yang berumur 15-24 tahun yaitu sekitar 31,8%. Hal ini

menunjukkan remaja lebih beresiko terjadinya keputihan (Faiz, 2015).

Banyaknya remaja putri yang tidak tahu tentang keputihan sehingga

mereka menganggap sebagai hal sepele, disamping itu rasa malu ketika

mengalami keputihan kerap membuat para remaja enggan berkonsultasi ke

tenaga kesehatan. Masalah keputihan tidak bisa diremehkan, karena dapat

berakibat sangat fatal bila terlambat ditangani, misalnya dapat menimbulkan

kemandulan, radang panggul serta kanker leher rahim. 95% keputihan

merupakan gejala awal dari kanker leher rahim yang bisa berujung pada

kematian bila tidak segera mendapatkan penanganan (Shadine, 2012).


83

Menurut Menthari H. Mokodongan, dkk (2015, vol 3 no 1 hlm 274),

didapatkan bahwa lebih banyak remaja yang memiliki perilaku buruk dalam

pencegahan keputihan (52%), ada 10% remaja yang sering menggunakan

produk pembersih wanita, 17,59% remaja yang tidak mengeringkan genetalia

eksterna setelah BAK atau BAB, 25,76% remaja yang membersihkan

genetalia eksterna dengan arah dari belakang ke depan, 17% remaja sering

menggunakan celana dalam ketat, 8,2% remaja yang memakai celana dalam

yang bukan berbahan katun dan 2,5% remaja sering memakai pakaian dalam

bersama.

Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang telah dilakukan oleh peneliti

pada tanggal 29 April 2019 di MTS XXX Kota XXX terhadap 10 orang

remaja putri, 90% diantaranya kurang mengetahui vulva hygiene yang benar

serta mengalami keputihan.

Dengan melihat permasalahan tersebut, maka penulis tertarik untuk

melakukan penelitian dengan judul : “Hubungan Pengetahuan Remaja

Putri Kelas VII dan VIII Tentang Vulva Hygiene dengan Kejadian

Keputihan Di MTS XXX Kota XXX Tahun 2019”.

1.82Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas maka rumusan

masalah dalam penelitian ini adalah “Adakah Hubungan Pengetahuan

Remaja Putri Tentang Vulva Hygiene dengan Kejadian Keputihan Di

MTS XXX Kota XXX Tahun 2019”.


84

1.83Tujuan Penelitian

1.3.33 Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan pengetahuan remaja putri tentang

vulva hygiene dengan kejadian keputihan di MTS XXX Kota XXX

Tahun 2019.

1.3.34 Tujuan Khusus

49. Untuk mengetahui distribusi frekuensi pengetahuan remaja putri

tentang vulva hygiene di MTS XXX Kota XXX Tahun 2019.

50. Untuk mengetahui distribusi frekuensi kejadian keputihan di MTS

XXX Kota XXX Tahun 2019.

51. Untuk mengetahui hubungan pengetahuan remaja putri tentang

vulva hygiene dengan kejadian keputihan di MTS XXX Kota

XXX Tahun 2019.

1.84Ruang Lingkup

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui Hubungan pengetahuan

remaja putri kelas VII dan VIII tentang vulva hygiene dengan kejadian

keputihan di MTS XXX Kota XXX tahun 2019. Populasi pada penelitian ini

yaitu seluruh remaja putri kelas VII dan VIII di MTS XXX Kota XXX yang

berjumlah 36 orang dengan teknik total sampling. Penelitian ini

menggunakan metode penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan cross

sectional, yaitu data dikumpulkan dalam waktu yang bersamaan.

1.85Manfaat Penelitian

1.85.1 Manfaat Teoritis


85

33. Bagi institusi

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai

bahan bacaan atau referensi bagi mahasiswa untuk melakukan

penelitian selanjutnya.

34. Bagi Peneliti

Diharapkan penelitian ini dapat menambah wawasan peneliti

mengenai riset kesehatan dan menambah pengetahuan mengenai

vulva hygiene dan keputihan.

1.85.2 Manfaat Praktis

33. Bagi Sekolah

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber data sebagai

bahan evaluasi dalam mengembangkan pengetahuan remaja putri

tentang Kesehatan Reproduksi Remaja termasuk di dalam vulva

hygiene dan keputihan.

34. Bagi Responden

Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan

pengetahuan remaja putri tentang vulva hygiene sehingga bisa

meminimalisir terjadinya keputihan.


86

BAB I

PENDAHULUAN

1.86Latar Belakang

Kesehatan reproduksi merupakan salah satu unsur penting yang cukup

berperan atau berdampak bagi kehidupan seorang pria maupun wanita.

Kesehatan reproduksi menurut Undang-Undang No. 36/2009 tentang

kesehatan (pasal 71 ayat 1) adalah keadaan sehat secara fisik, mental, dan

sosial secara utuh, tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan yang

berkaitan dengan sistem, fungsi dan proses reproduksi pada laki-laki dan

perempuan. (Kemenkes RI, 2009)

Seorang wanita sudah seharusnya menaruh perhatian khusus terkait

kesehatan reproduksi. Pasalnya gangguan terkait kesehatan reproduksi akan

menimbulkan masalah, salah satunya adalah keputihan. Keputihan adalah

cairan berlebih yang keluar dari vagina. Ada dua jenis keputihan yaitu

keputihan yang bersifat normal maupun tidak normal. Dalam keadaan normal,

keputihan berupa getah atau lendir vagina seperti cairan bening tidak berbau,

jumlahnya tidak terlalu banyak dan tanpa rasa gatal atau nyeri. Sebaliknya

dalam keadaan tidak normal akan terdapat cairan berwarna, berbau,

jumlahnya banyak, disertai rasa gatal, panas atau nyeri, dan hal itu tentunya

akan sangat mengganggu. Masalah keputihan tak hanya menjadi persoalan

bagi wanita dewasa tetapi juga bagi remaja puteri. (Eny, 2011).
87

Menurut World Health Organization (WHO) masalah kesehatan

reproduksi wanita yang buruk telah mencapai 33% dari jumlah total beban

penyakit yang menyerang pada wanita di seluruh dunia salah satunya adalah

keputihan dan jumlah wanita di dunia yang pernah mengalami keputihan

75%, sedangkan wanita Eropa yang mengalami keputihan sebesar 25%,

dimana 40-50% akan mengalami kekambuhan (Setiani, 2015).

Di Indonesia sekitar 90% wanita berpotensi mengalami keputihan karena

negara Indonesia adalah daerah yang beriklim tropis, sehingga jamur mudah

berkembang yang mengakibatkan banyaknya kasus keputihan. Di Indonesia

sebanyak 75% wanita pernah mengalami keputihan minimal satu kali dalam

hidupnya dan 45% diantaranya mengalami keputihan sebanyak dua kali atau

lebih. Gejala keputihan juga dialami oleh wanita yang belum nikah atau

remaja puteri yang berumur 15-24 tahun yaitu sekitar 31,8%. Hal ini

menunjukkan remaja lebih beresiko terjadinya keputihan (Faiz, 2015).

Banyaknya remaja putri yang tidak tahu tentang keputihan sehingga

mereka menganggap sebagai hal sepele, disamping itu rasa malu ketika

mengalami keputihan kerap membuat para remaja enggan berkonsultasi ke

tenaga kesehatan. Masalah keputihan tidak bisa diremehkan, karena dapat

berakibat sangat fatal bila terlambat ditangani, misalnya dapat menimbulkan

kemandulan, radang panggul serta kanker leher rahim. 95% keputihan

merupakan gejala awal dari kanker leher rahim yang bisa berujung pada

kematian bila tidak segera mendapatkan penanganan (Shadine, 2012).


88

Menurut Menthari H. Mokodongan, dkk (2015, vol 3 no 1 hlm 274),

didapatkan bahwa lebih banyak remaja yang memiliki perilaku buruk dalam

pencegahan keputihan (52%), ada 10% remaja yang sering menggunakan

produk pembersih wanita, 17,59% remaja yang tidak mengeringkan genetalia

eksterna setelah BAK atau BAB, 25,76% remaja yang membersihkan

genetalia eksterna dengan arah dari belakang ke depan, 17% remaja sering

menggunakan celana dalam ketat, 8,2% remaja yang memakai celana dalam

yang bukan berbahan katun dan 2,5% remaja sering memakai pakaian dalam

bersama.

Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang telah dilakukan oleh peneliti

pada tanggal 29 April 2019 di MTS XXX Kota XXX terhadap 10 orang

remaja putri, 90% diantaranya kurang mengetahui vulva hygiene yang benar

serta mengalami keputihan.

Dengan melihat permasalahan tersebut, maka penulis tertarik untuk

melakukan penelitian dengan judul : “Hubungan Pengetahuan Remaja

Putri Kelas VII dan VIII Tentang Vulva Hygiene dengan Kejadian

Keputihan Di MTS XXX Kota XXX Tahun 2019”.

1.87Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas maka rumusan

masalah dalam penelitian ini adalah “Adakah Hubungan Pengetahuan

Remaja Putri Tentang Vulva Hygiene dengan Kejadian Keputihan Di

MTS XXX Kota XXX Tahun 2019”.


89

1.88Tujuan Penelitian

1.3.35 Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan pengetahuan remaja putri tentang

vulva hygiene dengan kejadian keputihan di MTS XXX Kota XXX

Tahun 2019.

1.3.36 Tujuan Khusus

52. Untuk mengetahui distribusi frekuensi pengetahuan remaja putri

tentang vulva hygiene di MTS XXX Kota XXX Tahun 2019.

53. Untuk mengetahui distribusi frekuensi kejadian keputihan di MTS

XXX Kota XXX Tahun 2019.

54. Untuk mengetahui hubungan pengetahuan remaja putri tentang

vulva hygiene dengan kejadian keputihan di MTS XXX Kota

XXX Tahun 2019.

1.89Ruang Lingkup

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui Hubungan pengetahuan

remaja putri kelas VII dan VIII tentang vulva hygiene dengan kejadian

keputihan di MTS XXX Kota XXX tahun 2019. Populasi pada penelitian ini

yaitu seluruh remaja putri kelas VII dan VIII di MTS XXX Kota XXX yang

berjumlah 36 orang dengan teknik total sampling. Penelitian ini

menggunakan metode penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan cross

sectional, yaitu data dikumpulkan dalam waktu yang bersamaan.

1.90Manfaat Penelitian

1.90.1 Manfaat Teoritis


90

35. Bagi institusi

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai

bahan bacaan atau referensi bagi mahasiswa untuk melakukan

penelitian selanjutnya.

36. Bagi Peneliti

Diharapkan penelitian ini dapat menambah wawasan peneliti

mengenai riset kesehatan dan menambah pengetahuan mengenai

vulva hygiene dan keputihan.

1.90.2 Manfaat Praktis

35. Bagi Sekolah

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber data sebagai

bahan evaluasi dalam mengembangkan pengetahuan remaja putri

tentang Kesehatan Reproduksi Remaja termasuk di dalam vulva

hygiene dan keputihan.

36. Bagi Responden

Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan

pengetahuan remaja putri tentang vulva hygiene sehingga bisa

meminimalisir terjadinya keputihan.


91

BAB I

PENDAHULUAN

1.91Latar Belakang

Kesehatan reproduksi merupakan salah satu unsur penting yang cukup

berperan atau berdampak bagi kehidupan seorang pria maupun wanita.

Kesehatan reproduksi menurut Undang-Undang No. 36/2009 tentang

kesehatan (pasal 71 ayat 1) adalah keadaan sehat secara fisik, mental, dan

sosial secara utuh, tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan yang

berkaitan dengan sistem, fungsi dan proses reproduksi pada laki-laki dan

perempuan. (Kemenkes RI, 2009)

Seorang wanita sudah seharusnya menaruh perhatian khusus terkait

kesehatan reproduksi. Pasalnya gangguan terkait kesehatan reproduksi akan

menimbulkan masalah, salah satunya adalah keputihan. Keputihan adalah

cairan berlebih yang keluar dari vagina. Ada dua jenis keputihan yaitu

keputihan yang bersifat normal maupun tidak normal. Dalam keadaan normal,

keputihan berupa getah atau lendir vagina seperti cairan bening tidak berbau,

jumlahnya tidak terlalu banyak dan tanpa rasa gatal atau nyeri. Sebaliknya

dalam keadaan tidak normal akan terdapat cairan berwarna, berbau,

jumlahnya banyak, disertai rasa gatal, panas atau nyeri, dan hal itu tentunya

akan sangat mengganggu. Masalah keputihan tak hanya menjadi persoalan

bagi wanita dewasa tetapi juga bagi remaja puteri. (Eny, 2011).
92

Menurut World Health Organization (WHO) masalah kesehatan

reproduksi wanita yang buruk telah mencapai 33% dari jumlah total beban

penyakit yang menyerang pada wanita di seluruh dunia salah satunya adalah

keputihan dan jumlah wanita di dunia yang pernah mengalami keputihan

75%, sedangkan wanita Eropa yang mengalami keputihan sebesar 25%,

dimana 40-50% akan mengalami kekambuhan (Setiani, 2015).

Di Indonesia sekitar 90% wanita berpotensi mengalami keputihan karena

negara Indonesia adalah daerah yang beriklim tropis, sehingga jamur mudah

berkembang yang mengakibatkan banyaknya kasus keputihan. Di Indonesia

sebanyak 75% wanita pernah mengalami keputihan minimal satu kali dalam

hidupnya dan 45% diantaranya mengalami keputihan sebanyak dua kali atau

lebih. Gejala keputihan juga dialami oleh wanita yang belum nikah atau

remaja puteri yang berumur 15-24 tahun yaitu sekitar 31,8%. Hal ini

menunjukkan remaja lebih beresiko terjadinya keputihan (Faiz, 2015).

Banyaknya remaja putri yang tidak tahu tentang keputihan sehingga

mereka menganggap sebagai hal sepele, disamping itu rasa malu ketika

mengalami keputihan kerap membuat para remaja enggan berkonsultasi ke

tenaga kesehatan. Masalah keputihan tidak bisa diremehkan, karena dapat

berakibat sangat fatal bila terlambat ditangani, misalnya dapat menimbulkan

kemandulan, radang panggul serta kanker leher rahim. 95% keputihan

merupakan gejala awal dari kanker leher rahim yang bisa berujung pada

kematian bila tidak segera mendapatkan penanganan (Shadine, 2012).


93

Menurut Menthari H. Mokodongan, dkk (2015, vol 3 no 1 hlm 274),

didapatkan bahwa lebih banyak remaja yang memiliki perilaku buruk dalam

pencegahan keputihan (52%), ada 10% remaja yang sering menggunakan

produk pembersih wanita, 17,59% remaja yang tidak mengeringkan genetalia

eksterna setelah BAK atau BAB, 25,76% remaja yang membersihkan

genetalia eksterna dengan arah dari belakang ke depan, 17% remaja sering

menggunakan celana dalam ketat, 8,2% remaja yang memakai celana dalam

yang bukan berbahan katun dan 2,5% remaja sering memakai pakaian dalam

bersama.

Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang telah dilakukan oleh peneliti

pada tanggal 29 April 2019 di MTS XXX Kota XXX terhadap 10 orang

remaja putri, 90% diantaranya kurang mengetahui vulva hygiene yang benar

serta mengalami keputihan.

Dengan melihat permasalahan tersebut, maka penulis tertarik untuk

melakukan penelitian dengan judul : “Hubungan Pengetahuan Remaja

Putri Kelas VII dan VIII Tentang Vulva Hygiene dengan Kejadian

Keputihan Di MTS XXX Kota XXX Tahun 2019”.

1.92Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas maka rumusan

masalah dalam penelitian ini adalah “Adakah Hubungan Pengetahuan

Remaja Putri Tentang Vulva Hygiene dengan Kejadian Keputihan Di

MTS XXX Kota XXX Tahun 2019”.


94

1.93Tujuan Penelitian

1.3.37 Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan pengetahuan remaja putri tentang

vulva hygiene dengan kejadian keputihan di MTS XXX Kota XXX

Tahun 2019.

1.3.38 Tujuan Khusus

55. Untuk mengetahui distribusi frekuensi pengetahuan remaja putri

tentang vulva hygiene di MTS XXX Kota XXX Tahun 2019.

56. Untuk mengetahui distribusi frekuensi kejadian keputihan di MTS

XXX Kota XXX Tahun 2019.

57. Untuk mengetahui hubungan pengetahuan remaja putri tentang

vulva hygiene dengan kejadian keputihan di MTS XXX Kota

XXX Tahun 2019.

1.94Ruang Lingkup

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui Hubungan pengetahuan

remaja putri kelas VII dan VIII tentang vulva hygiene dengan kejadian

keputihan di MTS XXX Kota XXX tahun 2019. Populasi pada penelitian ini

yaitu seluruh remaja putri kelas VII dan VIII di MTS XXX Kota XXX yang

berjumlah 36 orang dengan teknik total sampling. Penelitian ini

menggunakan metode penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan cross

sectional, yaitu data dikumpulkan dalam waktu yang bersamaan.

1.95Manfaat Penelitian

1.95.1 Manfaat Teoritis


95

37. Bagi institusi

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai

bahan bacaan atau referensi bagi mahasiswa untuk melakukan

penelitian selanjutnya.

38. Bagi Peneliti

Diharapkan penelitian ini dapat menambah wawasan peneliti

mengenai riset kesehatan dan menambah pengetahuan mengenai

vulva hygiene dan keputihan.

1.95.2 Manfaat Praktis

37. Bagi Sekolah

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber data sebagai

bahan evaluasi dalam mengembangkan pengetahuan remaja putri

tentang Kesehatan Reproduksi Remaja termasuk di dalam vulva

hygiene dan keputihan.

38. Bagi Responden

Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan

pengetahuan remaja putri tentang vulva hygiene sehingga bisa

meminimalisir terjadinya keputihan.


96

BAB I

PENDAHULUAN

1.96Latar Belakang

Kesehatan reproduksi merupakan salah satu unsur penting yang cukup

berperan atau berdampak bagi kehidupan seorang pria maupun wanita.

Kesehatan reproduksi menurut Undang-Undang No. 36/2009 tentang

kesehatan (pasal 71 ayat 1) adalah keadaan sehat secara fisik, mental, dan

sosial secara utuh, tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan yang

berkaitan dengan sistem, fungsi dan proses reproduksi pada laki-laki dan

perempuan. (Kemenkes RI, 2009)

Seorang wanita sudah seharusnya menaruh perhatian khusus terkait

kesehatan reproduksi. Pasalnya gangguan terkait kesehatan reproduksi akan

menimbulkan masalah, salah satunya adalah keputihan. Keputihan adalah

cairan berlebih yang keluar dari vagina. Ada dua jenis keputihan yaitu

keputihan yang bersifat normal maupun tidak normal. Dalam keadaan normal,

keputihan berupa getah atau lendir vagina seperti cairan bening tidak berbau,

jumlahnya tidak terlalu banyak dan tanpa rasa gatal atau nyeri. Sebaliknya

dalam keadaan tidak normal akan terdapat cairan berwarna, berbau,

jumlahnya banyak, disertai rasa gatal, panas atau nyeri, dan hal itu tentunya

akan sangat mengganggu. Masalah keputihan tak hanya menjadi persoalan

bagi wanita dewasa tetapi juga bagi remaja puteri. (Eny, 2011).
97

Menurut World Health Organization (WHO) masalah kesehatan

reproduksi wanita yang buruk telah mencapai 33% dari jumlah total beban

penyakit yang menyerang pada wanita di seluruh dunia salah satunya adalah

keputihan dan jumlah wanita di dunia yang pernah mengalami keputihan

75%, sedangkan wanita Eropa yang mengalami keputihan sebesar 25%,

dimana 40-50% akan mengalami kekambuhan (Setiani, 2015).

Di Indonesia sekitar 90% wanita berpotensi mengalami keputihan karena

negara Indonesia adalah daerah yang beriklim tropis, sehingga jamur mudah

berkembang yang mengakibatkan banyaknya kasus keputihan. Di Indonesia

sebanyak 75% wanita pernah mengalami keputihan minimal satu kali dalam

hidupnya dan 45% diantaranya mengalami keputihan sebanyak dua kali atau

lebih. Gejala keputihan juga dialami oleh wanita yang belum nikah atau

remaja puteri yang berumur 15-24 tahun yaitu sekitar 31,8%. Hal ini

menunjukkan remaja lebih beresiko terjadinya keputihan (Faiz, 2015).

Banyaknya remaja putri yang tidak tahu tentang keputihan sehingga

mereka menganggap sebagai hal sepele, disamping itu rasa malu ketika

mengalami keputihan kerap membuat para remaja enggan berkonsultasi ke

tenaga kesehatan. Masalah keputihan tidak bisa diremehkan, karena dapat

berakibat sangat fatal bila terlambat ditangani, misalnya dapat menimbulkan

kemandulan, radang panggul serta kanker leher rahim. 95% keputihan

merupakan gejala awal dari kanker leher rahim yang bisa berujung pada

kematian bila tidak segera mendapatkan penanganan (Shadine, 2012).


98

Menurut Menthari H. Mokodongan, dkk (2015, vol 3 no 1 hlm 274),

didapatkan bahwa lebih banyak remaja yang memiliki perilaku buruk dalam

pencegahan keputihan (52%), ada 10% remaja yang sering menggunakan

produk pembersih wanita, 17,59% remaja yang tidak mengeringkan genetalia

eksterna setelah BAK atau BAB, 25,76% remaja yang membersihkan

genetalia eksterna dengan arah dari belakang ke depan, 17% remaja sering

menggunakan celana dalam ketat, 8,2% remaja yang memakai celana dalam

yang bukan berbahan katun dan 2,5% remaja sering memakai pakaian dalam

bersama.

Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang telah dilakukan oleh peneliti

pada tanggal 29 April 2019 di MTS XXX Kota XXX terhadap 10 orang

remaja putri, 90% diantaranya kurang mengetahui vulva hygiene yang benar

serta mengalami keputihan.

Dengan melihat permasalahan tersebut, maka penulis tertarik untuk

melakukan penelitian dengan judul : “Hubungan Pengetahuan Remaja

Putri Kelas VII dan VIII Tentang Vulva Hygiene dengan Kejadian

Keputihan Di MTS XXX Kota XXX Tahun 2019”.

1.97Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas maka rumusan

masalah dalam penelitian ini adalah “Adakah Hubungan Pengetahuan

Remaja Putri Tentang Vulva Hygiene dengan Kejadian Keputihan Di

MTS XXX Kota XXX Tahun 2019”.


99

1.98Tujuan Penelitian

1.3.39 Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan pengetahuan remaja putri tentang

vulva hygiene dengan kejadian keputihan di MTS XXX Kota XXX

Tahun 2019.

1.3.40 Tujuan Khusus

58. Untuk mengetahui distribusi frekuensi pengetahuan remaja putri

tentang vulva hygiene di MTS XXX Kota XXX Tahun 2019.

59. Untuk mengetahui distribusi frekuensi kejadian keputihan di MTS

XXX Kota XXX Tahun 2019.

60. Untuk mengetahui hubungan pengetahuan remaja putri tentang

vulva hygiene dengan kejadian keputihan di MTS XXX Kota

XXX Tahun 2019.

1.99Ruang Lingkup

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui Hubungan pengetahuan

remaja putri kelas VII dan VIII tentang vulva hygiene dengan kejadian

keputihan di MTS XXX Kota XXX tahun 2019. Populasi pada penelitian ini

yaitu seluruh remaja putri kelas VII dan VIII di MTS XXX Kota XXX yang

berjumlah 36 orang dengan teknik total sampling. Penelitian ini

menggunakan metode penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan cross

sectional, yaitu data dikumpulkan dalam waktu yang bersamaan.

1.100 Manfaat Penelitian

1.100.1 Manfaat Teoritis


100

39. Bagi institusi

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai

bahan bacaan atau referensi bagi mahasiswa untuk melakukan

penelitian selanjutnya.

40. Bagi Peneliti

Diharapkan penelitian ini dapat menambah wawasan peneliti

mengenai riset kesehatan dan menambah pengetahuan mengenai

vulva hygiene dan keputihan.

1.100.2 Manfaat Praktis

39. Bagi Sekolah

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber data sebagai

bahan evaluasi dalam mengembangkan pengetahuan remaja putri

tentang Kesehatan Reproduksi Remaja termasuk di dalam vulva

hygiene dan keputihan.

40. Bagi Responden

Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan

pengetahuan remaja putri tentang vulva hygiene sehingga bisa

meminimalisir terjadinya keputihan.


101

BAB I

PENDAHULUAN

1.101 Latar Belakang

Kesehatan reproduksi merupakan salah satu unsur penting yang cukup

berperan atau berdampak bagi kehidupan seorang pria maupun wanita.

Kesehatan reproduksi menurut Undang-Undang No. 36/2009 tentang

kesehatan (pasal 71 ayat 1) adalah keadaan sehat secara fisik, mental, dan

sosial secara utuh, tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan yang

berkaitan dengan sistem, fungsi dan proses reproduksi pada laki-laki dan

perempuan. (Kemenkes RI, 2009)

Seorang wanita sudah seharusnya menaruh perhatian khusus terkait

kesehatan reproduksi. Pasalnya gangguan terkait kesehatan reproduksi akan

menimbulkan masalah, salah satunya adalah keputihan. Keputihan adalah

cairan berlebih yang keluar dari vagina. Ada dua jenis keputihan yaitu

keputihan yang bersifat normal maupun tidak normal. Dalam keadaan normal,

keputihan berupa getah atau lendir vagina seperti cairan bening tidak berbau,

jumlahnya tidak terlalu banyak dan tanpa rasa gatal atau nyeri. Sebaliknya

dalam keadaan tidak normal akan terdapat cairan berwarna, berbau,

jumlahnya banyak, disertai rasa gatal, panas atau nyeri, dan hal itu tentunya

akan sangat mengganggu. Masalah keputihan tak hanya menjadi persoalan

bagi wanita dewasa tetapi juga bagi remaja puteri. (Eny, 2011).
102

Menurut World Health Organization (WHO) masalah kesehatan

reproduksi wanita yang buruk telah mencapai 33% dari jumlah total beban

penyakit yang menyerang pada wanita di seluruh dunia salah satunya adalah

keputihan dan jumlah wanita di dunia yang pernah mengalami keputihan

75%, sedangkan wanita Eropa yang mengalami keputihan sebesar 25%,

dimana 40-50% akan mengalami kekambuhan (Setiani, 2015).

Di Indonesia sekitar 90% wanita berpotensi mengalami keputihan karena

negara Indonesia adalah daerah yang beriklim tropis, sehingga jamur mudah

berkembang yang mengakibatkan banyaknya kasus keputihan. Di Indonesia

sebanyak 75% wanita pernah mengalami keputihan minimal satu kali dalam

hidupnya dan 45% diantaranya mengalami keputihan sebanyak dua kali atau

lebih. Gejala keputihan juga dialami oleh wanita yang belum nikah atau

remaja puteri yang berumur 15-24 tahun yaitu sekitar 31,8%. Hal ini

menunjukkan remaja lebih beresiko terjadinya keputihan (Faiz, 2015).

Banyaknya remaja putri yang tidak tahu tentang keputihan sehingga

mereka menganggap sebagai hal sepele, disamping itu rasa malu ketika

mengalami keputihan kerap membuat para remaja enggan berkonsultasi ke

tenaga kesehatan. Masalah keputihan tidak bisa diremehkan, karena dapat

berakibat sangat fatal bila terlambat ditangani, misalnya dapat menimbulkan

kemandulan, radang panggul serta kanker leher rahim. 95% keputihan

merupakan gejala awal dari kanker leher rahim yang bisa berujung pada

kematian bila tidak segera mendapatkan penanganan (Shadine, 2012).


103

Menurut Menthari H. Mokodongan, dkk (2015, vol 3 no 1 hlm 274),

didapatkan bahwa lebih banyak remaja yang memiliki perilaku buruk dalam

pencegahan keputihan (52%), ada 10% remaja yang sering menggunakan

produk pembersih wanita, 17,59% remaja yang tidak mengeringkan genetalia

eksterna setelah BAK atau BAB, 25,76% remaja yang membersihkan

genetalia eksterna dengan arah dari belakang ke depan, 17% remaja sering

menggunakan celana dalam ketat, 8,2% remaja yang memakai celana dalam

yang bukan berbahan katun dan 2,5% remaja sering memakai pakaian dalam

bersama.

Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang telah dilakukan oleh peneliti

pada tanggal 29 April 2019 di MTS XXX Kota XXX terhadap 10 orang

remaja putri, 90% diantaranya kurang mengetahui vulva hygiene yang benar

serta mengalami keputihan.

Dengan melihat permasalahan tersebut, maka penulis tertarik untuk

melakukan penelitian dengan judul : “Hubungan Pengetahuan Remaja

Putri Kelas VII dan VIII Tentang Vulva Hygiene dengan Kejadian

Keputihan Di MTS XXX Kota XXX Tahun 2019”.

1.102 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas maka rumusan

masalah dalam penelitian ini adalah “Adakah Hubungan Pengetahuan

Remaja Putri Tentang Vulva Hygiene dengan Kejadian Keputihan Di

MTS XXX Kota XXX Tahun 2019”.


104

1.103 Tujuan Penelitian

1.3.41 Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan pengetahuan remaja putri tentang

vulva hygiene dengan kejadian keputihan di MTS XXX Kota XXX

Tahun 2019.

1.3.42 Tujuan Khusus

61. Untuk mengetahui distribusi frekuensi pengetahuan remaja putri

tentang vulva hygiene di MTS XXX Kota XXX Tahun 2019.

62. Untuk mengetahui distribusi frekuensi kejadian keputihan di MTS

XXX Kota XXX Tahun 2019.

63. Untuk mengetahui hubungan pengetahuan remaja putri tentang

vulva hygiene dengan kejadian keputihan di MTS XXX Kota

XXX Tahun 2019.

1.104 Ruang Lingkup

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui Hubungan pengetahuan

remaja putri kelas VII dan VIII tentang vulva hygiene dengan kejadian

keputihan di MTS XXX Kota XXX tahun 2019. Populasi pada penelitian ini

yaitu seluruh remaja putri kelas VII dan VIII di MTS XXX Kota XXX yang

berjumlah 36 orang dengan teknik total sampling. Penelitian ini

menggunakan metode penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan cross

sectional, yaitu data dikumpulkan dalam waktu yang bersamaan.

1.105 Manfaat Penelitian

1.105.1 Manfaat Teoritis


105

41. Bagi institusi

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai

bahan bacaan atau referensi bagi mahasiswa untuk melakukan

penelitian selanjutnya.

42. Bagi Peneliti

Diharapkan penelitian ini dapat menambah wawasan peneliti

mengenai riset kesehatan dan menambah pengetahuan mengenai

vulva hygiene dan keputihan.

1.105.2 Manfaat Praktis

41. Bagi Sekolah

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber data sebagai

bahan evaluasi dalam mengembangkan pengetahuan remaja putri

tentang Kesehatan Reproduksi Remaja termasuk di dalam vulva

hygiene dan keputihan.

42. Bagi Responden

Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan

pengetahuan remaja putri tentang vulva hygiene sehingga bisa

meminimalisir terjadinya keputihan.


106

BAB I

PENDAHULUAN

1.106 Latar Belakang

Kesehatan reproduksi merupakan salah satu unsur penting yang cukup

berperan atau berdampak bagi kehidupan seorang pria maupun wanita.

Kesehatan reproduksi menurut Undang-Undang No. 36/2009 tentang

kesehatan (pasal 71 ayat 1) adalah keadaan sehat secara fisik, mental, dan

sosial secara utuh, tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan yang

berkaitan dengan sistem, fungsi dan proses reproduksi pada laki-laki dan

perempuan. (Kemenkes RI, 2009)

Seorang wanita sudah seharusnya menaruh perhatian khusus terkait

kesehatan reproduksi. Pasalnya gangguan terkait kesehatan reproduksi akan

menimbulkan masalah, salah satunya adalah keputihan. Keputihan adalah

cairan berlebih yang keluar dari vagina. Ada dua jenis keputihan yaitu

keputihan yang bersifat normal maupun tidak normal. Dalam keadaan normal,

keputihan berupa getah atau lendir vagina seperti cairan bening tidak berbau,

jumlahnya tidak terlalu banyak dan tanpa rasa gatal atau nyeri. Sebaliknya

dalam keadaan tidak normal akan terdapat cairan berwarna, berbau,

jumlahnya banyak, disertai rasa gatal, panas atau nyeri, dan hal itu tentunya

akan sangat mengganggu. Masalah keputihan tak hanya menjadi persoalan

bagi wanita dewasa tetapi juga bagi remaja puteri. (Eny, 2011).
107

Menurut World Health Organization (WHO) masalah kesehatan

reproduksi wanita yang buruk telah mencapai 33% dari jumlah total beban

penyakit yang menyerang pada wanita di seluruh dunia salah satunya adalah

keputihan dan jumlah wanita di dunia yang pernah mengalami keputihan

75%, sedangkan wanita Eropa yang mengalami keputihan sebesar 25%,

dimana 40-50% akan mengalami kekambuhan (Setiani, 2015).

Di Indonesia sekitar 90% wanita berpotensi mengalami keputihan karena

negara Indonesia adalah daerah yang beriklim tropis, sehingga jamur mudah

berkembang yang mengakibatkan banyaknya kasus keputihan. Di Indonesia

sebanyak 75% wanita pernah mengalami keputihan minimal satu kali dalam

hidupnya dan 45% diantaranya mengalami keputihan sebanyak dua kali atau

lebih. Gejala keputihan juga dialami oleh wanita yang belum nikah atau

remaja puteri yang berumur 15-24 tahun yaitu sekitar 31,8%. Hal ini

menunjukkan remaja lebih beresiko terjadinya keputihan (Faiz, 2015).

Banyaknya remaja putri yang tidak tahu tentang keputihan sehingga

mereka menganggap sebagai hal sepele, disamping itu rasa malu ketika

mengalami keputihan kerap membuat para remaja enggan berkonsultasi ke

tenaga kesehatan. Masalah keputihan tidak bisa diremehkan, karena dapat

berakibat sangat fatal bila terlambat ditangani, misalnya dapat menimbulkan

kemandulan, radang panggul serta kanker leher rahim. 95% keputihan

merupakan gejala awal dari kanker leher rahim yang bisa berujung pada

kematian bila tidak segera mendapatkan penanganan (Shadine, 2012).


108

Menurut Menthari H. Mokodongan, dkk (2015, vol 3 no 1 hlm 274),

didapatkan bahwa lebih banyak remaja yang memiliki perilaku buruk dalam

pencegahan keputihan (52%), ada 10% remaja yang sering menggunakan

produk pembersih wanita, 17,59% remaja yang tidak mengeringkan genetalia

eksterna setelah BAK atau BAB, 25,76% remaja yang membersihkan

genetalia eksterna dengan arah dari belakang ke depan, 17% remaja sering

menggunakan celana dalam ketat, 8,2% remaja yang memakai celana dalam

yang bukan berbahan katun dan 2,5% remaja sering memakai pakaian dalam

bersama.

Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang telah dilakukan oleh peneliti

pada tanggal 29 April 2019 di MTS XXX Kota XXX terhadap 10 orang

remaja putri, 90% diantaranya kurang mengetahui vulva hygiene yang benar

serta mengalami keputihan.

Dengan melihat permasalahan tersebut, maka penulis tertarik untuk

melakukan penelitian dengan judul : “Hubungan Pengetahuan Remaja

Putri Kelas VII dan VIII Tentang Vulva Hygiene dengan Kejadian

Keputihan Di MTS XXX Kota XXX Tahun 2019”.

1.107 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas maka rumusan

masalah dalam penelitian ini adalah “Adakah Hubungan Pengetahuan

Remaja Putri Tentang Vulva Hygiene dengan Kejadian Keputihan Di

MTS XXX Kota XXX Tahun 2019”.


109

1.108 Tujuan Penelitian

1.3.43 Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan pengetahuan remaja putri tentang

vulva hygiene dengan kejadian keputihan di MTS XXX Kota XXX

Tahun 2019.

1.3.44 Tujuan Khusus

64. Untuk mengetahui distribusi frekuensi pengetahuan remaja putri

tentang vulva hygiene di MTS XXX Kota XXX Tahun 2019.

65. Untuk mengetahui distribusi frekuensi kejadian keputihan di MTS

XXX Kota XXX Tahun 2019.

66. Untuk mengetahui hubungan pengetahuan remaja putri tentang

vulva hygiene dengan kejadian keputihan di MTS XXX Kota

XXX Tahun 2019.

1.109 Ruang Lingkup

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui Hubungan pengetahuan

remaja putri kelas VII dan VIII tentang vulva hygiene dengan kejadian

keputihan di MTS XXX Kota XXX tahun 2019. Populasi pada penelitian ini

yaitu seluruh remaja putri kelas VII dan VIII di MTS XXX Kota XXX yang

berjumlah 36 orang dengan teknik total sampling. Penelitian ini

menggunakan metode penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan cross

sectional, yaitu data dikumpulkan dalam waktu yang bersamaan.

1.110 Manfaat Penelitian

1.110.1 Manfaat Teoritis


110

43. Bagi institusi

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai

bahan bacaan atau referensi bagi mahasiswa untuk melakukan

penelitian selanjutnya.

44. Bagi Peneliti

Diharapkan penelitian ini dapat menambah wawasan peneliti

mengenai riset kesehatan dan menambah pengetahuan mengenai

vulva hygiene dan keputihan.

1.110.2 Manfaat Praktis

43. Bagi Sekolah

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber data sebagai

bahan evaluasi dalam mengembangkan pengetahuan remaja putri

tentang Kesehatan Reproduksi Remaja termasuk di dalam vulva

hygiene dan keputihan.

44. Bagi Responden

Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan

pengetahuan remaja putri tentang vulva hygiene sehingga bisa

meminimalisir terjadinya keputihan.


111

BAB I

PENDAHULUAN

1.111 Latar Belakang

Kesehatan reproduksi merupakan salah satu unsur penting yang cukup

berperan atau berdampak bagi kehidupan seorang pria maupun wanita.

Kesehatan reproduksi menurut Undang-Undang No. 36/2009 tentang

kesehatan (pasal 71 ayat 1) adalah keadaan sehat secara fisik, mental, dan

sosial secara utuh, tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan yang

berkaitan dengan sistem, fungsi dan proses reproduksi pada laki-laki dan

perempuan. (Kemenkes RI, 2009)

Seorang wanita sudah seharusnya menaruh perhatian khusus terkait

kesehatan reproduksi. Pasalnya gangguan terkait kesehatan reproduksi akan

menimbulkan masalah, salah satunya adalah keputihan. Keputihan adalah

cairan berlebih yang keluar dari vagina. Ada dua jenis keputihan yaitu

keputihan yang bersifat normal maupun tidak normal. Dalam keadaan normal,

keputihan berupa getah atau lendir vagina seperti cairan bening tidak berbau,

jumlahnya tidak terlalu banyak dan tanpa rasa gatal atau nyeri. Sebaliknya

dalam keadaan tidak normal akan terdapat cairan berwarna, berbau,

jumlahnya banyak, disertai rasa gatal, panas atau nyeri, dan hal itu tentunya

akan sangat mengganggu. Masalah keputihan tak hanya menjadi persoalan

bagi wanita dewasa tetapi juga bagi remaja puteri. (Eny, 2011).
112

Menurut World Health Organization (WHO) masalah kesehatan

reproduksi wanita yang buruk telah mencapai 33% dari jumlah total beban

penyakit yang menyerang pada wanita di seluruh dunia salah satunya adalah

keputihan dan jumlah wanita di dunia yang pernah mengalami keputihan

75%, sedangkan wanita Eropa yang mengalami keputihan sebesar 25%,

dimana 40-50% akan mengalami kekambuhan (Setiani, 2015).

Di Indonesia sekitar 90% wanita berpotensi mengalami keputihan karena

negara Indonesia adalah daerah yang beriklim tropis, sehingga jamur mudah

berkembang yang mengakibatkan banyaknya kasus keputihan. Di Indonesia

sebanyak 75% wanita pernah mengalami keputihan minimal satu kali dalam

hidupnya dan 45% diantaranya mengalami keputihan sebanyak dua kali atau

lebih. Gejala keputihan juga dialami oleh wanita yang belum nikah atau

remaja puteri yang berumur 15-24 tahun yaitu sekitar 31,8%. Hal ini

menunjukkan remaja lebih beresiko terjadinya keputihan (Faiz, 2015).

Banyaknya remaja putri yang tidak tahu tentang keputihan sehingga

mereka menganggap sebagai hal sepele, disamping itu rasa malu ketika

mengalami keputihan kerap membuat para remaja enggan berkonsultasi ke

tenaga kesehatan. Masalah keputihan tidak bisa diremehkan, karena dapat

berakibat sangat fatal bila terlambat ditangani, misalnya dapat menimbulkan

kemandulan, radang panggul serta kanker leher rahim. 95% keputihan

merupakan gejala awal dari kanker leher rahim yang bisa berujung pada

kematian bila tidak segera mendapatkan penanganan (Shadine, 2012).


113

Menurut Menthari H. Mokodongan, dkk (2015, vol 3 no 1 hlm 274),

didapatkan bahwa lebih banyak remaja yang memiliki perilaku buruk dalam

pencegahan keputihan (52%), ada 10% remaja yang sering menggunakan

produk pembersih wanita, 17,59% remaja yang tidak mengeringkan genetalia

eksterna setelah BAK atau BAB, 25,76% remaja yang membersihkan

genetalia eksterna dengan arah dari belakang ke depan, 17% remaja sering

menggunakan celana dalam ketat, 8,2% remaja yang memakai celana dalam

yang bukan berbahan katun dan 2,5% remaja sering memakai pakaian dalam

bersama.

Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang telah dilakukan oleh peneliti

pada tanggal 29 April 2019 di MTS XXX Kota XXX terhadap 10 orang

remaja putri, 90% diantaranya kurang mengetahui vulva hygiene yang benar

serta mengalami keputihan.

Dengan melihat permasalahan tersebut, maka penulis tertarik untuk

melakukan penelitian dengan judul : “Hubungan Pengetahuan Remaja

Putri Kelas VII dan VIII Tentang Vulva Hygiene dengan Kejadian

Keputihan Di MTS XXX Kota XXX Tahun 2019”.

1.112 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas maka rumusan

masalah dalam penelitian ini adalah “Adakah Hubungan Pengetahuan

Remaja Putri Tentang Vulva Hygiene dengan Kejadian Keputihan Di

MTS XXX Kota XXX Tahun 2019”.


114

1.113 Tujuan Penelitian

1.3.45 Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan pengetahuan remaja putri tentang

vulva hygiene dengan kejadian keputihan di MTS XXX Kota XXX

Tahun 2019.

1.3.46 Tujuan Khusus

67. Untuk mengetahui distribusi frekuensi pengetahuan remaja putri

tentang vulva hygiene di MTS XXX Kota XXX Tahun 2019.

68. Untuk mengetahui distribusi frekuensi kejadian keputihan di MTS

XXX Kota XXX Tahun 2019.

69. Untuk mengetahui hubungan pengetahuan remaja putri tentang

vulva hygiene dengan kejadian keputihan di MTS XXX Kota

XXX Tahun 2019.

1.114 Ruang Lingkup

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui Hubungan pengetahuan

remaja putri kelas VII dan VIII tentang vulva hygiene dengan kejadian

keputihan di MTS XXX Kota XXX tahun 2019. Populasi pada penelitian ini

yaitu seluruh remaja putri kelas VII dan VIII di MTS XXX Kota XXX yang

berjumlah 36 orang dengan teknik total sampling. Penelitian ini

menggunakan metode penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan cross

sectional, yaitu data dikumpulkan dalam waktu yang bersamaan.

1.115 Manfaat Penelitian

1.115.1 Manfaat Teoritis


115

45. Bagi institusi

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai

bahan bacaan atau referensi bagi mahasiswa untuk melakukan

penelitian selanjutnya.

46. Bagi Peneliti

Diharapkan penelitian ini dapat menambah wawasan peneliti

mengenai riset kesehatan dan menambah pengetahuan mengenai

vulva hygiene dan keputihan.

1.115.2 Manfaat Praktis

45. Bagi Sekolah

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber data sebagai

bahan evaluasi dalam mengembangkan pengetahuan remaja putri

tentang Kesehatan Reproduksi Remaja termasuk di dalam vulva

hygiene dan keputihan.

46. Bagi Responden

Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan

pengetahuan remaja putri tentang vulva hygiene sehingga bisa

meminimalisir terjadinya keputihan.


116

BAB I

PENDAHULUAN

1.116 Latar Belakang

Kesehatan reproduksi merupakan salah satu unsur penting yang cukup

berperan atau berdampak bagi kehidupan seorang pria maupun wanita.

Kesehatan reproduksi menurut Undang-Undang No. 36/2009 tentang

kesehatan (pasal 71 ayat 1) adalah keadaan sehat secara fisik, mental, dan

sosial secara utuh, tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan yang

berkaitan dengan sistem, fungsi dan proses reproduksi pada laki-laki dan

perempuan. (Kemenkes RI, 2009)

Seorang wanita sudah seharusnya menaruh perhatian khusus terkait

kesehatan reproduksi. Pasalnya gangguan terkait kesehatan reproduksi akan

menimbulkan masalah, salah satunya adalah keputihan. Keputihan adalah

cairan berlebih yang keluar dari vagina. Ada dua jenis keputihan yaitu

keputihan yang bersifat normal maupun tidak normal. Dalam keadaan normal,

keputihan berupa getah atau lendir vagina seperti cairan bening tidak berbau,

jumlahnya tidak terlalu banyak dan tanpa rasa gatal atau nyeri. Sebaliknya

dalam keadaan tidak normal akan terdapat cairan berwarna, berbau,

jumlahnya banyak, disertai rasa gatal, panas atau nyeri, dan hal itu tentunya

akan sangat mengganggu. Masalah keputihan tak hanya menjadi persoalan

bagi wanita dewasa tetapi juga bagi remaja puteri. (Eny, 2011).
117

Menurut World Health Organization (WHO) masalah kesehatan

reproduksi wanita yang buruk telah mencapai 33% dari jumlah total beban

penyakit yang menyerang pada wanita di seluruh dunia salah satunya adalah

keputihan dan jumlah wanita di dunia yang pernah mengalami keputihan

75%, sedangkan wanita Eropa yang mengalami keputihan sebesar 25%,

dimana 40-50% akan mengalami kekambuhan (Setiani, 2015).

Di Indonesia sekitar 90% wanita berpotensi mengalami keputihan karena

negara Indonesia adalah daerah yang beriklim tropis, sehingga jamur mudah

berkembang yang mengakibatkan banyaknya kasus keputihan. Di Indonesia

sebanyak 75% wanita pernah mengalami keputihan minimal satu kali dalam

hidupnya dan 45% diantaranya mengalami keputihan sebanyak dua kali atau

lebih. Gejala keputihan juga dialami oleh wanita yang belum nikah atau

remaja puteri yang berumur 15-24 tahun yaitu sekitar 31,8%. Hal ini

menunjukkan remaja lebih beresiko terjadinya keputihan (Faiz, 2015).

Banyaknya remaja putri yang tidak tahu tentang keputihan sehingga

mereka menganggap sebagai hal sepele, disamping itu rasa malu ketika

mengalami keputihan kerap membuat para remaja enggan berkonsultasi ke

tenaga kesehatan. Masalah keputihan tidak bisa diremehkan, karena dapat

berakibat sangat fatal bila terlambat ditangani, misalnya dapat menimbulkan

kemandulan, radang panggul serta kanker leher rahim. 95% keputihan

merupakan gejala awal dari kanker leher rahim yang bisa berujung pada

kematian bila tidak segera mendapatkan penanganan (Shadine, 2012).


118

Menurut Menthari H. Mokodongan, dkk (2015, vol 3 no 1 hlm 274),

didapatkan bahwa lebih banyak remaja yang memiliki perilaku buruk dalam

pencegahan keputihan (52%), ada 10% remaja yang sering menggunakan

produk pembersih wanita, 17,59% remaja yang tidak mengeringkan genetalia

eksterna setelah BAK atau BAB, 25,76% remaja yang membersihkan

genetalia eksterna dengan arah dari belakang ke depan, 17% remaja sering

menggunakan celana dalam ketat, 8,2% remaja yang memakai celana dalam

yang bukan berbahan katun dan 2,5% remaja sering memakai pakaian dalam

bersama.

Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang telah dilakukan oleh peneliti

pada tanggal 29 April 2019 di MTS XXX Kota XXX terhadap 10 orang

remaja putri, 90% diantaranya kurang mengetahui vulva hygiene yang benar

serta mengalami keputihan.

Dengan melihat permasalahan tersebut, maka penulis tertarik untuk

melakukan penelitian dengan judul : “Hubungan Pengetahuan Remaja

Putri Kelas VII dan VIII Tentang Vulva Hygiene dengan Kejadian

Keputihan Di MTS XXX Kota XXX Tahun 2019”.

1.117 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas maka rumusan

masalah dalam penelitian ini adalah “Adakah Hubungan Pengetahuan

Remaja Putri Tentang Vulva Hygiene dengan Kejadian Keputihan Di

MTS XXX Kota XXX Tahun 2019”.


119

1.118 Tujuan Penelitian

1.3.47 Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan pengetahuan remaja putri tentang

vulva hygiene dengan kejadian keputihan di MTS XXX Kota XXX

Tahun 2019.

1.3.48 Tujuan Khusus

70. Untuk mengetahui distribusi frekuensi pengetahuan remaja putri

tentang vulva hygiene di MTS XXX Kota XXX Tahun 2019.

71. Untuk mengetahui distribusi frekuensi kejadian keputihan di MTS

XXX Kota XXX Tahun 2019.

72. Untuk mengetahui hubungan pengetahuan remaja putri tentang

vulva hygiene dengan kejadian keputihan di MTS XXX Kota

XXX Tahun 2019.

1.119 Ruang Lingkup

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui Hubungan pengetahuan

remaja putri kelas VII dan VIII tentang vulva hygiene dengan kejadian

keputihan di MTS XXX Kota XXX tahun 2019. Populasi pada penelitian ini

yaitu seluruh remaja putri kelas VII dan VIII di MTS XXX Kota XXX yang

berjumlah 36 orang dengan teknik total sampling. Penelitian ini

menggunakan metode penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan cross

sectional, yaitu data dikumpulkan dalam waktu yang bersamaan.

1.120 Manfaat Penelitian

1.120.1 Manfaat Teoritis


120

47. Bagi institusi

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai

bahan bacaan atau referensi bagi mahasiswa untuk melakukan

penelitian selanjutnya.

48. Bagi Peneliti

Diharapkan penelitian ini dapat menambah wawasan peneliti

mengenai riset kesehatan dan menambah pengetahuan mengenai

vulva hygiene dan keputihan.

1.120.2 Manfaat Praktis

47. Bagi Sekolah

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber data sebagai

bahan evaluasi dalam mengembangkan pengetahuan remaja putri

tentang Kesehatan Reproduksi Remaja termasuk di dalam vulva

hygiene dan keputihan.

48. Bagi Responden

Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan

pengetahuan remaja putri tentang vulva hygiene sehingga bisa

meminimalisir terjadinya keputihan.


121

BAB I

PENDAHULUAN

1.121 Latar Belakang

Kesehatan reproduksi merupakan salah satu unsur penting yang cukup

berperan atau berdampak bagi kehidupan seorang pria maupun wanita.

Kesehatan reproduksi menurut Undang-Undang No. 36/2009 tentang

kesehatan (pasal 71 ayat 1) adalah keadaan sehat secara fisik, mental, dan

sosial secara utuh, tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan yang

berkaitan dengan sistem, fungsi dan proses reproduksi pada laki-laki dan

perempuan. (Kemenkes RI, 2009)

Seorang wanita sudah seharusnya menaruh perhatian khusus terkait

kesehatan reproduksi. Pasalnya gangguan terkait kesehatan reproduksi akan

menimbulkan masalah, salah satunya adalah keputihan. Keputihan adalah

cairan berlebih yang keluar dari vagina. Ada dua jenis keputihan yaitu

keputihan yang bersifat normal maupun tidak normal. Dalam keadaan normal,

keputihan berupa getah atau lendir vagina seperti cairan bening tidak berbau,

jumlahnya tidak terlalu banyak dan tanpa rasa gatal atau nyeri. Sebaliknya

dalam keadaan tidak normal akan terdapat cairan berwarna, berbau,

jumlahnya banyak, disertai rasa gatal, panas atau nyeri, dan hal itu tentunya

akan sangat mengganggu. Masalah keputihan tak hanya menjadi persoalan

bagi wanita dewasa tetapi juga bagi remaja puteri. (Eny, 2011).
122

Menurut World Health Organization (WHO) masalah kesehatan

reproduksi wanita yang buruk telah mencapai 33% dari jumlah total beban

penyakit yang menyerang pada wanita di seluruh dunia salah satunya adalah

keputihan dan jumlah wanita di dunia yang pernah mengalami keputihan

75%, sedangkan wanita Eropa yang mengalami keputihan sebesar 25%,

dimana 40-50% akan mengalami kekambuhan (Setiani, 2015).

Di Indonesia sekitar 90% wanita berpotensi mengalami keputihan karena

negara Indonesia adalah daerah yang beriklim tropis, sehingga jamur mudah

berkembang yang mengakibatkan banyaknya kasus keputihan. Di Indonesia

sebanyak 75% wanita pernah mengalami keputihan minimal satu kali dalam

hidupnya dan 45% diantaranya mengalami keputihan sebanyak dua kali atau

lebih. Gejala keputihan juga dialami oleh wanita yang belum nikah atau

remaja puteri yang berumur 15-24 tahun yaitu sekitar 31,8%. Hal ini

menunjukkan remaja lebih beresiko terjadinya keputihan (Faiz, 2015).

Banyaknya remaja putri yang tidak tahu tentang keputihan sehingga

mereka menganggap sebagai hal sepele, disamping itu rasa malu ketika

mengalami keputihan kerap membuat para remaja enggan berkonsultasi ke

tenaga kesehatan. Masalah keputihan tidak bisa diremehkan, karena dapat

berakibat sangat fatal bila terlambat ditangani, misalnya dapat menimbulkan

kemandulan, radang panggul serta kanker leher rahim. 95% keputihan

merupakan gejala awal dari kanker leher rahim yang bisa berujung pada

kematian bila tidak segera mendapatkan penanganan (Shadine, 2012).


123

Menurut Menthari H. Mokodongan, dkk (2015, vol 3 no 1 hlm 274),

didapatkan bahwa lebih banyak remaja yang memiliki perilaku buruk dalam

pencegahan keputihan (52%), ada 10% remaja yang sering menggunakan

produk pembersih wanita, 17,59% remaja yang tidak mengeringkan genetalia

eksterna setelah BAK atau BAB, 25,76% remaja yang membersihkan

genetalia eksterna dengan arah dari belakang ke depan, 17% remaja sering

menggunakan celana dalam ketat, 8,2% remaja yang memakai celana dalam

yang bukan berbahan katun dan 2,5% remaja sering memakai pakaian dalam

bersama.

Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang telah dilakukan oleh peneliti

pada tanggal 29 April 2019 di MTS XXX Kota XXX terhadap 10 orang

remaja putri, 90% diantaranya kurang mengetahui vulva hygiene yang benar

serta mengalami keputihan.

Dengan melihat permasalahan tersebut, maka penulis tertarik untuk

melakukan penelitian dengan judul : “Hubungan Pengetahuan Remaja

Putri Kelas VII dan VIII Tentang Vulva Hygiene dengan Kejadian

Keputihan Di MTS XXX Kota XXX Tahun 2019”.

1.122 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas maka rumusan

masalah dalam penelitian ini adalah “Adakah Hubungan Pengetahuan

Remaja Putri Tentang Vulva Hygiene dengan Kejadian Keputihan Di

MTS XXX Kota XXX Tahun 2019”.


124

1.123 Tujuan Penelitian

1.3.49 Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan pengetahuan remaja putri tentang

vulva hygiene dengan kejadian keputihan di MTS XXX Kota XXX

Tahun 2019.

1.3.50 Tujuan Khusus

73. Untuk mengetahui distribusi frekuensi pengetahuan remaja putri

tentang vulva hygiene di MTS XXX Kota XXX Tahun 2019.

74. Untuk mengetahui distribusi frekuensi kejadian keputihan di MTS

XXX Kota XXX Tahun 2019.

75. Untuk mengetahui hubungan pengetahuan remaja putri tentang

vulva hygiene dengan kejadian keputihan di MTS XXX Kota

XXX Tahun 2019.

1.124 Ruang Lingkup

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui Hubungan pengetahuan

remaja putri kelas VII dan VIII tentang vulva hygiene dengan kejadian

keputihan di MTS XXX Kota XXX tahun 2019. Populasi pada penelitian ini

yaitu seluruh remaja putri kelas VII dan VIII di MTS XXX Kota XXX yang

berjumlah 36 orang dengan teknik total sampling. Penelitian ini

menggunakan metode penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan cross

sectional, yaitu data dikumpulkan dalam waktu yang bersamaan.

1.125 Manfaat Penelitian

1.125.1 Manfaat Teoritis


125

49. Bagi institusi

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai

bahan bacaan atau referensi bagi mahasiswa untuk melakukan

penelitian selanjutnya.

50. Bagi Peneliti

Diharapkan penelitian ini dapat menambah wawasan peneliti

mengenai riset kesehatan dan menambah pengetahuan mengenai

vulva hygiene dan keputihan.

1.125.2 Manfaat Praktis

49. Bagi Sekolah

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber data sebagai

bahan evaluasi dalam mengembangkan pengetahuan remaja putri

tentang Kesehatan Reproduksi Remaja termasuk di dalam vulva

hygiene dan keputihan.

50. Bagi Responden

Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan

pengetahuan remaja putri tentang vulva hygiene sehingga bisa

meminimalisir terjadinya keputihan.


126

Anda mungkin juga menyukai