Secara umum ada dua jenis cedera dalam berolahraga. Pertama cedera langsung
(traumatic injury) dan cedera tidak langsung (overuse injury).
Traumatic injury
Yaitu cedera yang timbul langsung pada saat melakukan suatu gerakan, sehingga
dapat dilihat dengan jelas penyebabnya. Misalnya jatuh, salah gerak, benturan, dan lain-lain
sehingga menyebabkan robekan atau putusnya jaringan lunak seperti ligamen, otot, tendon
hingga terjadinya fraktur (patah tulang). Pada kondisi seperti ini diperlukan tindakan medis
seperti dokter atau fisioterapis.
Overuse injury
tekanan yang berulang - ulang. Biasanya diakibatkan karena olahraga yang terlalu berlebihan
sehingga menyebabkan kita terlalu lelah. Hal ini berhubungan dengan beratnya beban latihan,
istirahat yang kurang, perawatan cedera sebelumnya yang tidak tepat, serta persiapan dalam
latihan atau pertandingan seperti warming up, stretching dan cooling down setelah
Penyebab timbulnya cedera bisa karena sebab-sebab yang berasal dari luar (External
a. External Violence
Adalah cedera yang timbul karena pengaruh atau sebab yang berasal dari luar,
misalnya :
- Karena kontak / benturan langsung, baik karena pukulan, tendangan, bantingan
ataupun kuncian.
- Karena alat-alat ataupun senjata yang digunakan.
- Karena kondisi lapangan ataupun tempat yang tidak memenui syarat sehingga
membuat terpeleset, terbentur pada lantai yang keras, dll.
b. Internal Violence
Adalah cedera yang timbul karena pengaruh yang berasal dari dalam, misalnya :
- Cedera karena koordinasi otot-otot dan sendi yang kurang sempurna, sehingga
menimbulkan gerakan-gerakan yang salah.
- Kurangnya pemanasan, kurang konsentrasi ataupun dalam keadaan fisik dan
mental yang lemah.
- Karena tekanan atau gerakan yang berulang-ulang, yang berlebihan.
Cedera yang dapat terjadi pada olahraga beladiri dapat bersifat ringan seperti (Lebam,
memar, perdarahan pada hidung, perdarahan pada sudut mulut) dan bersifat parah seperti
(Fraktur/ patah tulang pada rahang, tangan, kaki, serta bergesernya atau terlepasnya engsel/
sendi, cedera kepala yang menyebabkan gangguan konsentrasi, penurunan kesadaran, pingsan
ataupun geger otak).
Pada saat terjadinya cedera pada olahraga beladiri, banyak yang masih bingung dalam
penanganan cedera. Kebanyakan orang langsung memberikan balsem ataupun pijatan.
Padahal hal ini merupakan sebuah penanganan yang tidak tepat. Penanganan yang tidak tepat
akan memperburuk cedera dan memperlambat proses penyembuhan.
Untuk penanganan pertama, ada beberapa hal yang harus dilakukan dan ada beberapa
hal yang harus dihindari.
1. Segera istirahatkan bagian yang terluka untuk meminimalkan perdarahan dalam dan
pembengkakan serta untuk mencegah bertambah parahnya cedera. Jika merasakan
nyeri pada saat bergerk itu berarti tubuh mrngirimkan sinyal kepada tubuh kita untuk
mengurangi gerakan di bagian tubuh yang cedera. Istirahatkan bagian yang cedera
selama 48 – 72 jam.
2. Kompres dengan menggunakan air es/dingin sesegera mungkin. Kompres bisa
menggunakan es batu yang dimasukkan kedalam plastik, atau dengan handuk yang
sudah direndam dengan air dingin. Tujuannya adalah mengurangi nyeri dan bengkak
pada fase-fase inflamasi/peradangan. Lakukan komprese air dingin tersebut selama 10
-15 menit. Ulangi kompressetelah 30 menit.
3. Gunakan bebat yaitu dengan menggunakan perban elastis untuk mengurangi bengkak
dan perdarahan. Dibebat jangan terlalu kencang. Lepaskan bebat saat akan tidur.
4. Bila cedera sperti memar terjadi pada lengan atau kaki, maka angkat bagian yang
cedera lebih tinggi dari jantung. Misalnya ketika terkena sprain pada angkel kaki
maka ganjal angkel kaki pada saat duduk/tidur dengan menggunakan bantal supaya
mengurangi pembengkakan.
5. Segera rujuk ke dokter/fisioterapis apabila mencurigai cedera termasuk parah.
6. Mengkonsumsi makanan yang kaya akan vitamin, seperti brokoli, paprika hijau, dan
lemon akan mempercepat penyembuhan.
1. Kenali ciri awal patah tulang dengan memperhatikan riwayat trauma yang terjadi
karena : benturan, terjatuh, atau tertimpa benda keras yang menjadi alasan korban
terkena patah tulang. Biasanya korban akan merasakan nyeri yang amat sangat dan
bengkak hingga terjadinya perubahan bentuk yang kelihatannya tidak wajar (seperti :
membengkok).
2. Jika ditemukan luka yang terbuka, bersihkan dengan menggunakan antiseptik dan
usahakan untuk menghentikan perdarahan dengan di bebat atau ditekan dengan
perban atau kain bersih.
3. Lakukan reposisi (pengembalian tulang yang berubah ke posisi semula).
4. Pertahankan daerah patah tulang dengan menggunakan bidai/ papan dari kedua sisi
tulang yang patah untuk menyangga agar posisinya tetap stabil.
Syarat-syarat pembidaian :
- Panjang bidai harus memenuhi syarat
- Bidai harus datar (Kayu, Kardus)
- Ikatan tidak boleh terlalu ketat maupun terlalu longgar.
- Ikatan dilakukan di atas dan di bawah tempat yang patah.
- Kalau mungkin yang memberikan pertolongan lebih dari satu orang.