Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Gagal ginjal kronik (Chronic Kidney Disease) atau dikenal dengan

GGK merupakan salah satu penyakit tidak menular (non-communicable

disease). Penyakit ini perlu mendapatkan perhatian karena telah menjadi

masalah kesehatan masyarakat dengan angka kejadiannya yang cukup

tinggi dan berdampak besar terhadap morbiditas, mortalitas dan sosial

ekonomi masyarakat karena biaya perawatan yang cukup tinggi. (Jamil ,

2016)

GGK merupakan masalah kesehatan dunia dengan peningkatan

insidensi, prevalensi serta tingkat morbiditas dan mortalitas yang tinggi.

World Health Organization (WHO), melaporkan bahwa penyakit GGK

telah menyebabkan kematian pada 850.000 orang setiap tahunnya. Angka

tersebut menunjukkan bahwa penyakit GGK menduduki peringkat ke-12

tertinggi sebagai penyebab angka kematian dunia pada tahun 2011

(WHO). End-Stage Renal Disease melaporkan prevalensi GGK

mengalami peningkatan yang signifikan setiap tahunnya. Pada tahun 2011

dilaporkan prevalensi GGK sebanyak 2.786.000 orang, tahun 2012

sebanyak 3.018.860 orang dan tahun 2013 sebanyak 3.200.000 orang. Dari

data tersebut disimpulkan adanya peningkatan angka kesakitan pasien

gagal ginjal tiap tahunnya sebesar sebesar 6 %. Sekitar 78,8%. Sebagian


besar dari pasien GGK di dunia menggunakan terapi dialisis untuk

kelangsungan hidupnya .

Penyakit ini juga menjadi permasalahan serius di Indonesia. Data

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) melaporkan

jumlah penderita GGK di Indonesia menempati urutan ke-dua setelah

penyakit jantung, dengan pertumbuhan hampir 100 persen dalam kurun

waktu 2014-2015 (Kemenkes RI, 2018). Perkumpulan Nefrologi Indonesia

(PERNEFRI) dalam Program Indonesia Renal Registry (IRR) melaporkan

jumlah penderita GGK di Indonesia pada tahun 2011 tercatat 22.304

dengan 68,8% kasus baru dan pada tahun 2012 meningkat menjadi 28.782

dengan 68,1% kasus baru. Data Kememkes tahun 2018, menyebutkan

prevalensi gagal ginjal kronis berdasarkan diagnosis dokter di Indonesia

meningkat 3,4% di tahun 2018 dibandingkan tahun 2013 yaitu 2,0%. Bali

menempati posisi ke 11 dari 34 provinsi di Indonesia ( Kemenkes, 2018).

Kasus GGK di Bali???

Penanganan GGK perlu mendapatkan perhatian yang serius untuk

mengindari terjadinya komplikasi. Beberapa komplikasi yang terjadi pada

pasien GGK diantaranya ketidakkseimbangan volume cairan, odema paru,

penyakit tulang, penakit kardiovaskuler, anemia, disfungsi seksual

(Prabowo & pranata, 2014 ). Ketidakefektipan pola nafas sering menjadi

alasan utama pasien harus mendapatkan perawatan di rumah sakit.

Perubahan status pernapasan terjadi disebabkan karena edema paru akibat


penurunan fungsi ginjal untuk menjaga keseimbangan cairan dalam tubuh.

Sesak nafas berat dinyatakan menjadi manifestasi klinis penyakit ginjal

stadium akhir (Black & Hawks, 2014 ) peran perawat sangat di butuhkan

untuk memenuhi kebutuhan oksigen dan menjaga keseimbangan cairan

pada pasien GGK (Black & Hawks,2014). Penatalaksanaan dengan terapi

hemodialisa atau cuci darah sering digunakan bagi pasien dengan gagal

ginjal tahap akhir sebagai replacement treatment (Black & Hawks, 2014).

Masalah Keperawatan dapat dicegah dengan memberikan

penatalaksanaan perawat dalam pemberian asuhan keperawatan secara

menyeluruh mulai dari pengkajian masalah, menentukan diagnose

keperawatan,intervensi keperawatan, implementasi keperawatan serta

evaluasi keperawatan pada pasien GGK maka dibutuhkan peran fungsi

perawat dalam melakukan asuhan keperawatan dengan benar

menggunakan pendekatan proses keperawatan dengan memberikan

Pendidikan kesehatan.

Berdasarkan uraian diatas, tingginya angka kasus GGK serta masalah

komplikasi yang ditimbulkan maka dari itu penulis tertarik untuk

menyusun studi kasus pada dua pasien dengan judul “Asuhan

Keperawatan Pada Klien Gagal Ginjal Kronis (GgGGK) Stadium V

Dengan Ketidakefektifan Pola Nafas di Ruang Interna RSAD Udayana”

dengan harapan semoga studi kasus ini nantinya dapat bermanfaat dalam

memberikan asuhan keperawatan pada pasien GGK sehingga mampu

memnuhi kebutuhan oksigenasi pasien.


B. Rumusan masalah

Bagaimana perbandingan 2 studi kasus asuhan keperawatan pada

pasien gagal ginjal kronis (GGK) Stadium V Dengan Ketidakefekifan

Pola Nafas Di Ruang Interna RSAD Udayana?”

C. Tinjuan Studi Kasus

1. Tujuan umum

Studi ini dilakukan untuk mengetahui perbandingan 2 studi kasus

asuhan keperawatan pada pasien Gagal Ginjal Kronis (GGK) stadium

v dengan ketidakefektifan pola nafas di Ruang interna RS Tk.II

Udayana

2. Tujuan khusus

a) Studi ini dilakukan untuk memebandingkan pengkajian 2 studi

kasus pada pasien GGK stadium v dengan ketidakefektifan

pola nafas di Ruang interna RS Tk.II Udayana.

b) Studi ini dilakukan untuk membandingkan diagnose

keperawatan 2 studi kasus pada pasien GGK stadium vdengan

ketidakefektifan pola nafas di Ruang interna RS Tk.II Udayana.

c) Studi ini dilakukan untuk membandingkan perencanaan

keperawatan 2 studi kasus pada pasien GGK stadium v dengan

ketidakefektifan pola nafas di Ruang interna RS Tk.II Udayana.


d) Studi ini dilakukan untuk membandingkan pelaksanaan

keperawatan 2 studi kasus pada pasien GGK stadium v dengan

ketidakefektifan pola nafas di Ruang interna RS Tk.II Udayana.

e) Studi ini dilakukan untuk membandingkan evaluasi

keperawatan 2 studi kasus pada pasien GGK stadium v dengan

ketidakefektifan pola nafas di Ruang interna RS Tk.II Udayana.

b). manfaat praktis

a. bagi perawat

studi ini dapat digunakan sebagai perbandingan asuhan

keperawatan khususnya asuhan keperawatan pada pasien GGK

agar mencapai asuhan yang optimal

b. bagi rumah sakit

studi ini dapat digunakan sebagai bahan evaluasi dalam bidang

keperawatan khususnya asuhan keperawatan pada pasien GGK

agar mencapai asuhan yang optimal.

c. bagi institusi Pendidikan

hasil studi kasus ini diharapkan dapat menjadi contoh bahan

bacaan di bidang keperawatan medical khususnya asuhan

keperawatan pada pasien GGK.

Anda mungkin juga menyukai